Hubungan Motivasi & Supervisi Dengan Kepatuhan Perawat PDF

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

HUBUNGAN MOTIVASI & SUPERVISI DENGAN KEPATUHAN PERAWAT


DALAM PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA
PENANGANAN PASIEN GANGGUAN MUSKULOSKELETAL
DI IGD RSUP PROF DR. R. D. KANDOU MANADO

Yoan Kasim
Mulyadi
Vandri Kallo

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran


Universitas Sam Ratulangi Manado
Email : yoana_kasim@yahoo.com

Abstrack : Trasmission of the disease can happen to all health workers if during the action at
the patient does not pay attention to preventive measures was to use protective equipment.
Enforcement for nurses against the use of protective equipment are very influential on the
transmission of diseases. Factor of motivation and supervision can improve adherence to the
individual. The purpose of research is to analyze the relationship between motivation and
supervasion with our nurses in the use of protective equipment to patients with
musculosceletal in emergency unit of Hospital Prof. Dr.R.D. Kandou Manado. The method
used is descriptive analytic with cross sectional design. The sampling technique in this study
using purposive sampling with 59 samples. Collecting data using questionnaires and the
observation. Data processing using SPSS with chi-square test with a significance level of
95% (α = 0.05). The results showed an association between motivation with our nurses in
the use of protective equipment (p = 0.011) and there is to do supervision with our nurses in
the use of protective equipment (p=0,003). Conclusion there is a motivation and supervision
with our nurses in the use of protective equipment in emergency unit of Hospital Prof.
Dr.R.D. Kandou Manado.

Keywords : Motivation, Supervision, Personal protective equipment (PPE).

Abstrak : Penularan penyakit dapat beresiko terjadi pada semua petugas kesehatan apabila
selama melakukan tindakan pada pasien tidak memperhatikan tindakan pencegahan yaitu
menggunakan APD. Kepatuhan perawat dalam penggunaan APD sangat berpengaruh pada
penularan penyakit. Faktor motivasi dan supervisi dapat meningkatkan kepatuhan individu.
Tujuan penelitian ini untuk menganalisa hubungan motivasi dan supervisi dengan kepatuhan
perawat dalam penggunaan APD pada penanganan pasien gangguan muskuloskeletal di IGD
RSUP Prof Dr. R.D. Kandou Manado. Metode penelitian yang digunakan yaitu deskriptif
analitik dengan rancangan cross sectional. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini
yaitu purposive sampling dengan jumlah 59 sampel. Pengumpulan data dengan menggunakan
kuesioner dan lembar observasi. Pengolahan data menggunakan program SPSS dengan uji
chi-square dengan tingkat kemaknaan 95% (α = 0,05). Hasil penelitian dengan
menggunakan analisis uji chi-square menunjukkan terdapat hubungan motivasi dengan
kepatuhan perawat (p=0,011) dan terdapat hubungan supervisi dengan kepatuhan perawat
(p=0,003). Kesimpulan terdapat hubungan motivasi dan supervisi dengan kepatuhan perawat
dalam penggunaan APD pada penanganan pasien gangguan muskuloskeletal di RSUP Prof
Dr. R.D. Kandou Manado.

Kata Kunci : Motivasi, Supervisi, Pengawasan, Alat pelindung diri (APD)


e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

PENDAHULUAN jiwa pasien atau menimbulkan kecacatan


Gangguan muskuloskeletal adalah perrmanen (Mawu, Bidjuni & Hamel,
kondisi yang mengganggu fungsi tulang, 2016).
otot, ligamen, tendon, persendian sampai Tenaga kesehatan baik dokter maupun
persarafan. Fraktur/patah tulang merupakan perawat yang bekerja di IGD memiliki
gangguan yang sering terjadi pada sistem resiko lebih tinggi tertular penyakit
muskuloskeletal (Junaidi, 2011). Umumnya dibanding petugas dibagian lain karena
kecelakaan lalu lintas menjadi salah satu mereka menangani pasien yang belum
penyebabnya yang dapat mengakibatkan diketahui riwayat penyakitnya (Oman, Jane
berbagai cedera sampai kematian seperti & Scheetz, 2008). Penularan penyakit biasa
cedera kepala (trauma kapitis), fraktur terjadi dalam sarana medis, melalui cipratan
(patah tulang) dari single sampai multiple, darah/cairan tubuh pasien yang mengenai
rupture lien (pecah limpa) (Amiruddin, luka terbuka, cedera jarum suntik, pajanan
2010). mukokutaneus yang kemudian masuk ke
Di A.S, sekitar 5,6 juta kejadian patah aliran darah orang lain, dalam hal ini
tulang terjadi setiap tahunnya dan biasanya petugas kesehatan (Yayasan
merupakan 2% dari kejadian trauma Spiritia, 1014).
(Parahita & Kurnianta, 2012). Di Indonesia Hasil prevelensi survei Center for
kasus fraktur yang disebabkan oleh cedera Dease far Control and Prevention (CDC)
antara lain karena jatuh, kecelakaan lalu pada tahun 2011 di A.S, menyatakan
lintas dan trauma benda tajam/tumpul. Dari terdapat 722.000 kasus infeksi nosokomial
45.987 peristiwa kecelakaan yang akibat mengabaikan penggunaan alat
mengalami fraktur sebanyak 1.775 orang pelindung diri (APD) (CDC, 2016).
(3,8%), dari 20.829 kasus kecelakaan lalu Penelitian Dewi & Ellafrina (2015)
lintas, yang mengalami fraktur sebanyak mengenai evaluasi penggunaan alat
1.770 orang (8,5%), dari 14.127 trauma pelindung diri pada petugas saat melakukan
benda tajam atau tumpul, yang mengalami tindakan penanganan pasien kecelakaan lalu
fraktur sebanyak 236 orang (1,7%) lintas di IGD RSM Ahmad Dahlan Kota
(RISKESDAS, 2007 dalam Utami, 2014). Kediri, diperoleh hasil bahwa masih
Berdasarkan catatan medik laporan 10 rendahnya tingkat kepatuhan petugas dalam
penyakit terbanyak di Instalasi Gawat menggunakan APD.
Darurat Bedah RSUP Prof. Dr. R. D. Penularan penyakit dapat beresiko
Kandou Manado, jumlah penderita fraktur terjadi pada semua petugas kesehatan
berada di peringkat ke tiga dengan jumlah apabila selama melakukan tindakan pada
pasien yang masuk selama bulan Agustus pasien tidak memperhatikan tindakan
sampai September 2016 sebanyak 110 pencegahan (universal precaution) dengan
pasien. cara menggunakan APD. Penggunaan APD
Instalasi Gawat Darurat (IGD) sebagai merupakan usaha perawat menyediakan
gerbang utama penanganan kasus lingkungan yang bebas dari infeksi
kegawatan di rumah sakit memegang peran sekaligus sebagai upaya perlindungan diri
penting dalam upaya penyelamatan hidup dari pasien terhadap penularan penyakit
klien. Sebagai tenaga medis yang bertugas (Putra, 2012).
di IGD dituntut memberikan penanganan Kepatuhan perawat dalam penggunaan
yang cepat dan tepat pada penanganan APD berpengaruh pada penularan penyakit.
pasien gawat apabila pasien tidak mendapat Jika kepatuhan penggunaan APD diabaikan,
pertolongan segera maka dapat mengancam maka tentunya akan semakin bertambah
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

risiko tertular penyakit misalnya hepatitis kadang-kadang masih harus selalu


dan HIV/AIDS (Chrysmadani, 2011). diingatkan untuk menggunakannya.
Kepatuhan membutuhkan motivasi, Berdasarkan uraian diatas, maka penulis
motivasi dan kepatuhan merupakan hal tertarik untuk melakukan penelitian tentang
yang berbanding lurus dalam arti semakin “Hubungan Motivasi & Supervisi dengan
tinggi motivasi yang ada didalam diri maka Kepatuhan Perawat dalam Penggunaan
akan semakin tinggi pula tingkat APD pada Penanganan Pasien Gangguan
kepatuhannya (Dewantara, 2016). Di India, Muskuloskeletal di RSUP Prof Dr. R. D.
disebutkan yang menjadi penyebab Kandou Manado”.
kepatuhan rendah dari petugas kesehatan
kurangnya motivasi (Sharmaet, et.al, 2011 METODE PENELITIAN
dalam Afriani, 2012). Penelitian di Jenis penelitian yang digunakan adalah
University of Oxford, efektivitas dari sistem Deskriptif analitik dengan mengunakan
supervise berpengaruh terhadap tingkat rancangan Cross Sectional. Penelitian telah
kepatuhan terhadap penerapan standar dilaksanakan di IGD RSUP Prof Dr. R.D.
pelayanan oleh petugas kesehatan Kandou Manado di ruang triase dan
(Flodgren, et.al, 2004 dalam Afriani, 2012). Instalasi Rawat Darurat Bedah (IRDB),
Di Indonesia penelitian yang dilakukan pada tanggal 16 September sampai 30
Afriani (2012) terdapat hubungan yang Desember 2016. Populasi penelitian ini
signifikan antara motivasi dan supervisi adalah seluruh perawat pelaksana yang
terhadap kepatuhan tenaga medis dalam bekerja di IGD lantai 1 RSUP Prof. Kandou
penerapan standar pelayanan. Manado yaitu sebanyak 69 orang. Sampel
Hasil observasi lapangan di IGD RSUP yang digunakan pada penelitian yaitu
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado pada perawat pelaksana yang bekerja di IGD
Oktober 2016 yang dilakukan oleh peneliti lantai 1. Sampel penelitian adalah sebagian
pada beberapa perawat pelaksana dari keseluruhan obyek yang diteliti dan
ditemukan 2 perawat di ruang triase dan 3 dianggap mewakili seluruh populasi
orang perawat di instalasi rawat darurat (Setiadi, 2013). Sampel yang diambil
bedah tidak menggunakan APD seperti menggunakan metode Purposive Sampling,
masker dan sarung tangan saat melakukan sampel pada penelitian pada penelitian ini
tindakan keperawatan seperti mengukur berjumlah 59 responden. Karena jumlah
tanda-tanda vital, pengambilan sampel populasi berdasarkan data awal 69 perawat
darah, pemasangan infus, dan penanganan pelaksana.
pasien cedera, padahal APD masker dan Kriteria inklusi dalam penelitian ini:
sarung tangan telah disediakan pihak rumah Perawat yang bekerja di ruang triase &
sakit. Saat ditanya ternyata karena instalasi gawat darurat bedah, perawat yang
banyaknya jumlah pasien yang harus sedang melakukan tindakan penanganan
ditangani dalam waktu bersamaan membuat pada pasien gangguan muskuloskeletal,
perawat kadang lupa menggunakan APD. menerima menjadi responden dengan
Selanjutnya hasil wawancara supervisor menandatangani lembar persetujuan
didapatkan pengawasan terhadap (informed concern). Sedangkan kriteria
penggunaan APD dilakukan secara ekslusinya: responden yang yang sedang
langsung oleh kepala ruangan ataupun cuti atau dalam kondisi sakit.
penanggung jawab tiap shift. Pada perawat Instrumen penelitian yang digunakan
pelaksana yang tidak menggunakan APD dalam penelitian yaitu kuesioner tentang
saat melakukan tindakan keperawatan motivasi & supervisi yang diambil dari
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

peneliti sebelumnya dan dimodifikasi dalam Wibowo (2013) meskipun usia


kemudian telah dilakukan uji validitas dan mempengaruhi tingkat kedewasaan,
reliabilitas, Di dalamnya berisi pertanyaan informasi yang diserap dan perilaku
tentang motivasi perawat digunakan seseorang namun usia tidak terkait langsung
pertanyaan sebanyak 6 terdiri dari dua jenis dengan penggunaan APD, akan tetapi ada
pernyataan yakni pernyataan unfavorable faktor lain yang mendorong perawat untuk
(negatif) dan favorable (positif), sedangkan menggunakan APD, baik yang berasal dari
kuesioner tentang supervisi/pengawasan dalam dirinya sendiri maupun yang
terdiri dari 4 pertanyaan. Jawaban diukur bersumber dari luar dirinya. Usia
menggunakan skala Likert dengan kategori merupakan variabel individu, secara prinsip
skor 4=selalu, 3=sering, 2=kadang-kadang, seseorang bertambah usianya akan
1=tidak pernah. Selanjutnya untuk bertambah kedewasaannya dan semakin
menentukan tingkat kepatuhan digunakan banyak menyerap informasi yang akan
lembar observasi yang dibuat sendiri mempengaruhi perilakunya.
berdasarkan standar prosedur operasional Menurut Evaldiana (2013) umur dapat
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. menjadi penentu terhadap kepatuhan
Prinsip-prinsip dalam etika penelitian penggunaan APD, semakin tinggi umur
ini, yaitu Informed Consent (Lembar perawat maka akan lebih mengikuti
Persetujuan), Anonymity (Tanpa Nama), kepatuhan penggunaan APD. Peneliti
Confidentiality (Kerahasiaan). Data yang berpendapat bahwa faktor umur menjadi
telah dikumpulkan selanjutnya dilakukan salah satu faktor penentu kepatuhan dalam
pengolahan melalui tahap: Editting, Coding, hal ini patuh melakukan tindakan
Entry Data, Cleaning. Analisa data dalam pencegahan seperti halnya penggunaan
penelitian ini dilakukan melalui dua tahap, APD.
yaitu analisis univariat dan analisis bivariat.
Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan
HASIL dan PEMBAHASAN Jenis Kelamin
Hasil Analisis Univariat Jenis n %
Kelamin
Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Laki-Laki 14 33,3
Umur Perempuan 28 66,7
Umur n %
Total 42 100
≤25 Tahun 7 16,7 Sumber : Data Primer, 2017
>25 Tahun 35 83,3 Dalam penelitian ini diperoleh bahwa
Total 42 100 sebagian besar responden berjenis kelamin
Sumber : Data Primer, 2017 perempuan dengan 28 responden (66,7%)
Hasi penelitian menunjukan bahwa dari dan sisanya berjenis kelamin laki-laki
42 responden diperoleh informasi tentang sebanyak 14 responden (33,3%).
karakteristik umur perawat menunjukkan Bady, Kusnanto, & Handono (2007)
bahwa sebagian besar memiliki umur >25 dalam penelitiannya menyatakan responden
tahun sebanyak 35 responden (83,3%) dan yang tersebar di ruang rawat inap
sisanya 7 responden (16,7%) berumur ≤25 menunjukkan bahwa SDM perawat
tahun. didominasi oleh jenis kelamin perempuan
Pada beberapa responden yang berusia 67%. Hal ini terjadi karena lazimnya
<25 tahun bisa saja berpengaruh pada profesi keperawatan lebih banyak diminati
tingkat kepatuhan. Hal ini sesuai teori kaum perempuan, mengingat profesi
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

keperawatan lebih dekat dengan masalah- Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan


masalah mother instink, meskipun di era Motivasi
globalisasi atau alasan lain misalnya
ketersediaan gender atau juga karena faktor Motivasi n %
kebutuhan di ruang UGD, OK, dan lain-lain Baik 35 83,3
atau juga karena perkembangan ilmu Kurang 7 16,7
pengetahuan dan teknologi maka jumlah Total 42 100
perawat laki-laki juga mulai
dipertimbangkan dan diperhitungkan. Sumber : Data Primer, 2017
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan sebagian besar responden memiliki
Lama Kerja motivasi baik sebanyak 35 perawat (83,3%)
Lama Kerja n % dan 7 responden (16,7%) memiliki motivasi
≤5 tahun 15 35,7 kurang.
>5 tahun 27 64,3 Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukakan Chrysmadani (2011) yang
Total 42 100
menyatakan bahwa sebagian besar
Sumber : Data Primer, 2017 responden adalah bermotivasi baik, yaitu
Dalam penelitian ini diperoleh bahwa sebanyak 14 perawat yang patuh dalam
sebagian besar responden mempunyai lama penggunaan alat pelindung diri dasar
kerja >5 tahun dengan jumlah responden 27 (sarung tangan dan masker) di Rumah Sakit
responden (64,3%) dan sisanya 15 Graha Husada Gresik.
responden (35,7%) yang telah bekerja ≤5 Menurut Wijayanto (2015) bahwa
tahun. faktor lingkungan cukup kuat berperan
Penelitian ini diperkuat penelitian mempengaruhi perilaku patuh individu
sebelumnya oleh Ramdayana (2009) termasuk sikap, perilaku dan motivasi
tentang faktor-faktor yang berhubungan seseorang. Motivasi adalah perubahan
dengan tingkat kepatuhan perawat dalam energi dalam diri seseorang yang ditandai
menggunakan APD, menunjukkan hasil dengan munculnya feeling dan didahului
bahwa terdapat hubungan yang bermakna dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.
antara lama kerja dengan tingkat kepatuhan Menurut peneliti, tingginya motivasi
perawat dalam menggunakan APD. perawat dalam penggunaan APD dalam
Hal ini juga didukung teori dalam penelitian ini dikarenakan responden
Evaldiana (2013), seorang yang mengetahui tentang dampak dari tidak
pengalaman kerjanya sudah lama, akan memakai APD yaitu bisa terjadinya infeksi
memiliki ketelatenan/keterampilan lebih atau terjadinya penularan penyakit yang
luas karena sudah banyak menangani berasal dari pasien, selain itu tingginya
berbagai macam kasus serta sudah dapat tuntutan rumah sakit terhadap responden
menyesuaikan diri dengan pekerjaannya juga mempengaruhi motivasi responden
dan lingkungan pekerjaannya. Sehingga dalam memakai APD.
perawat berpengalaman dengan status masa
kerja lebih lama akan lebih patuh dan akan
melaksanakan tugasnya dengan baik.
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

Tabel 5 Distribusi Responden Berdasarkan Hasil penelitian menunjukkan bahwa


Supervisi/Pengawasan sebagian besar perawat yang patuh
Supervisi/ menggunakan APD yaitu sebesar 38
Pengawasan n % responden (90,5%) dan 4 responden (9,5%)
Baik 37 88,1 yang kurang patuh dalam penggunaan APD.
Kurang 5 11,9 Responden dikategorikan patuh
Total 42 100 karena, selama peneliti melakukan
observasi langsung pada setiap responden,
Sumber : Data Primer, 2017
peneliti melihat bahwa sebagian besar
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
perawat patuh menggunakan APD dalam
sebagian besar perawat mendapatkan
menangani pasien dengan gangguan
supervise/pengawasan dari atasan yaitu
muskuloskeletal dan diantaranya ada
sebesar 37 responden (88,1%).dan sisanya 5
beberapa responden kategori kurang patuh
responden (11,9%) mendapat pengawasan
dalam penggunaan APD, menurut hasil
kurang dari atasan.
observasi peneliti hal ini disebabkan karena
Penelitian diperkuat oleh penelitian
kondisi IGD saat itu dengan pasien yang
yang dilakukan oleh Purwanto (2009)
masuk terlalu banyak, membuat beberapa
bahwa pengawasan atau supervisi
responden lupa menggunakan APD baik
merupakan salah satu faktor yang
sarung tangan atau masker.
mempengaruhi kepatuhan individu dalam
Pada dasarnya penggunaan APD ini
penggunaan alat pelindung diri.
merupakan teknik pencegahan penularan
Hal ini didukung oleh teori dalam
penyakit lewat percikan darah/cairan tubuh
Hanifa (2015), pengawasan yang diberikan
atupun droplet yang dapat mengenai tubuh
secara optimal akan memberikan dampak
perawat sehingga mewaspadai penularan
yang optimal seperti peningkatan efektivitas
dengan menggunakan APD (sarung tangan
dan efisiensi kerja pada tindakan perawat
dan masker). Kepatuhan perawat dalam
pada penggunaan APD.
penggunaan APD sangat berpengaruh pada
Menurut peneliti bahwa
penularan penyakit. Jika saja kepatuhan
supervisi/pengawasan yang ada di RSUP
penggunaan APD diabaikan, maka tentunya
Prof. Kandou sudah baik, hal ini dibuktikan
akan semakin bertambah resiko tertular
dengan selalu dilakukan kegiatan
penyakit (Chrysmadani, 2011).
kunjungan yang rutin mulai dari kepala
ruangan, kapala bagian keperawatan, IPCN
Hasil Analisis Bivariat
(Infection Preventif and Cntrol Nurse), dan
Tabel 7 Hubungan Motivasi dengan
PPNI Manado (Persatuan Perawat Nasional
Kepatuhan Penggunaan APD
Indonesia) untuk mengecek seluruh
Kepatuhan
kegiatan yang ada di ruangan termasuk
Total Ρv
penggunaan APD.
Motivasi Kurang
Patuh
patuh

Tabel 6 Distribusi Responden Berdasarkan


n % n % n %

Kepatuhan Menggunakan APD. Baik 34 81,0 1 2,4 35 83,3

Kepatuhan n % Kurang 4 9,5 3 7,1 7 16,7 0,011


Total 38 90,5 4 9,5 42 100
Baik 38 90,5
Kurang 4 9,5 Sumber : Data Primer, 2017
Hasil analisis menunjukan responden
Total 42 100
yang memiliki motivasi baik dengan tingkat
Sumber : Data Primer, 2017 kepatuhan penggunaan APD yang baik
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

yaitu sebanyak 34 responden (81,0%), terjadinya infeksi atau terjadinya penularan


responden yang bermotivasi baik dengan penyakit yang berasal dari pasien, selain itu
tingkat kepatuhan rendah yaitu 1 responden tingginya tuntutan rumah sakit terhadap
(2,4%), dan reponden yang bermotivasi responden juga mempengaruhi motivasi
kurang dan tidak patuh menggunakan APD responden dalam memakai APD.
yaitu 3 responden (7,1%), selain itu peneliti
juga menemukan responden yang patuh Tabel 8 Hubungan Supervisi dengan
dalam penggunaan APD namun memiliki Kepatuhan Penggunaan APD
motivasi kurang yaitu sebanyak 4 Kepatuhan
responden (9,5%). Berdasarkan hasil uji Kurang Total Ρv
statistik menggunakan chi-square diperoleh Supervisi Patuh
patuh
P-Value 0,011 < 0,05. Maka dengan %
demikian dapat dikatakan bahwa Ho ditolak
n % n % n

atau dapat disimpulkan adanya hubungan Baik


3
85,7 1 2,4 37
88,1

yang signifikan antara motivasi dengan 6 0,003

kepatuhan perawat dalam penggunaan Kurang 2 4,8 3 7,1 5 11,9

APD. Total
3
90,5 4 9,5 42
100

Hal ini juga diperkuat dengan 8

penelitian yang dilakukan oleh Hayulita Sumber : Data Primer, 2017


(2014) dengan judul hubungan motivasi Analisa hubungan supervisi dengan
dengan penggunaan Alat Pelindung Diri kepatuhan perawat dalam penggunaan APD
oleh Perawat Pelaksana di Ruang Rawat diperoleh hasil bahwa sebanyak 36
Inap RSI Ibnu Sina Bukit Tinggi responden (85,7%) dengan pengawasan
menyatakan ada hubungan bermakna antara yang baik cenderung patuh dalam
motivasi perawat dengan penggunaan APD penggunaan APD, pengawasan baik dengan
di ruangan rawat inap RSI Ibnu Sina tingkat kepatuhan kurang sebanyak 1
Bukittinggi. responden (2,4%), pengawasan kurang
Penelitian ini didukung teori dalam dengan tingkat kepatuhan kurang sebanyak
Dewantara (2016) bahwa motivasi dan 3 responden (7,1%), sedangkan pengawasan
kepatuhan merupakan hal yang berbanding yang kurang tetapi patuh dalam penggunaan
lurus dalam arti semakin tinggi motivasi APD sebanyak 2 responden (4,8%).
yang ada didalam diri perawat maka akan Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan
semakin tinggi pula tingkat kepatuhannya. chi-square diperoleh P-Value 0,003 < 0,05.
Afriyani (2012), terbentuknya motivasi Maka dengan demikian dapat dikatakan
bersal dari dua jenis, yaitu dari diri sendiri bahwa Ho ditolak atau dapat disimpulkan
(internal) dan juga berasal dari lingkungan. adanya hubungan yang signifikan antara
Motivasi internal adalah motivasi yang supervisi dengan kepatuhan perawat dalam
muncul dari dalam diri sendiri tanpa ada penggunaan APD di RSUP Prof. Dr.R.D.
faktor luar yang mempengaruhi. Sedangkan Kandou Manado.
motivasi eksternal merupakan motivasi Hasil penelitian ini didukung oleh
yang muncul karena dorongan dari luar. peneliti sebelumnya oleh Hanifah (2015)
Peneliti berpendapat tingginya motivasi yang menyatakan bahwa terdapat hubungan
perawat dalam penggunaan APD dalam signifikan antara pengawasan kepala
penelitian ini dikarenakan pada umumnya ruangan dengan tingkat kepatuhan perawat
responden mengetahui tentang dampak dari dalam penggunaan glove pada tindakan
tidak memakai alat pelindung diri yaitu bisa injeksi di RSUD Wonosari.
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

Supervisi adalah bagian dan proses Bady A.M., Kusnanto H., & Handono D.
pengendalian, yang merupakan tindak (2007). Analisis Kinerja Perawat
lanjut follow-up implementasi kegiatan dalam Pengendalian Infeksi
untuk memastikan agar pelaksanaan tugas Nosokomial di IRNA I RSUP Dr.
sesuai dengan rencana (patuh atau tidak Sardjito. Diakses tanggal 11
terhadap standar) (Afriyani, 2012). Januari 2016.
Kepatuhan adalah suatu perilaku manusia
yang taat terhadap aturan, perintah, Centers for Desease Control and
prosedur, dan disiplin. Prevention. (2016). Healthcare-
Menurut peneliti, yang menjadi Associated Infection (HAIs).
peyebab sebagian besar perawat telah patuh https://www.cdc.gov/hai/surveilla
menggunakan APD yaitu karena adanya nce/ Diakses tanggal 22
pengawasan dari kepala ruangan, kepala September 2016.
bagian keperawatan, dan dari pihak
Chrymadani, E. P. (2011). Analisis Faktor
Infection Prevention and Control Nurse
yang Berhubungan dengan
(IPCN), yang rutin melakukan kunjungan
Kepatuhan Perawat dalam
ke Intalasi Gawat Darurat untuk melakukan
Penggunaan Alat Pelindung Diri
pengontrolan terhadap petugas kesehatan
Dasar (Handscoon dan Masker)
dalam hal ini penggunaan APD.
di RS Graha Husada Gresik.
https://lppmunigresblog.files.wor
SIMPULAN dpress.com/2013/06/jurnal-putri.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
pdf. Diakses tanggal 7 September
peneliti di IGD RSUP Prof Dr. R.D.
2016.
Kandou Manado, sebagian besar responden
memiliki motivasi yang baik, Dewantara S. B. 2016. Hubungan Motivasi
pengawasan/supervisi yang baik, dan Kerja Dengan Kepatuhan
tingkat kepatuhan yang baik. Terdapat Penggunaan Alat Pelindung Diri
hubungan yang bermakna antara motivasi Pada Perawat Di Ruang Rawat
& supervisi dengan kepatuhan perawat Inap Rumah Sakit Paru Jember.
dalam penggunaan APD pada penanganan http://repository.unej.ac.id/bitstre
pasien gangguna muskuloskeletal di IGD am/handle/123456789/76414/Bi
RSUP Prof Dr. R. D. Kandou Manado. ma%20Satriya%20Dewantara%2
0-1.pdf?sequence=1 Diakses 16
DAFTAR PUSTAKA Sepetember 2016.
Afriyani, E. (2012). Hubungan Motivasi,
Supervisi dan Faktor Lainnya Dewi A. & Ellafrina O. (2015). Evaluasi
dengan Kepatuhan Bidan Penggunaan Alat Pelindung Diri
Menerapkan Standar Pelayanan Pada Petugas di IGD RSM
Antenatal di Kota Padang Ahmad Dahlan Kediri.
Sidimpuan. http://lib.ui.ac.id http://thesis.umy.ac.id/datapublik
Diakses tanggal 9 Oktober 2016. /t52995.pdf Diakses tanggal 16
Oktober 2016.
Amiruddin, K. (2010). Penanganan Korban
Akibat Kecelakaan Lalu Lintas. Evaldiana. (2013). Kepatuhan Perawat
Diakses tanggal 13 Oktober 2016 Terhadap Penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD) dalam
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

Menangani Pasien TB Paru di RS Pelindung Diri pada Mahasiswa


Paru dr. Ario Wirawan Salatiga. Profesi Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas
Hanifah H. (2015). Hubungan Pengawasan Indonesia. http://lib.ui.ac.id
Kepala Ruangan dengan Tingkat Diakses tanggal 5 Oktober 2016.
Kepatuhan Perawat
Menggunakan Glove pada Purwanto, B. Y. (2009). Analisis Faktor-
Tindaka Injeksi di RSU faktor yang Mempengaruhi
Wonosari. Diakses tanggal 11 Perilaku Penggunaan APD Pada
Januari 2017. Pekerja Las di Jalan Raya
Kelapa Dua Tanggerang. FKM-
Hayulita S., Frenky P,. (2014). Hubungan UI. Depok.
Motivasi dengan Penggunaan
Alat Pelindung Diri oleh Perawat Ramdayana. (2009) Faktor-faktor yang
Pelaksana di Ruang Rawat Inap Berhubungan dengan Tingkat
RSI Ibnu Sina Bukittinggi. Kepatuhan Perawat Terhadap
Diakses tanggal 11 Januari 2017. Penggunaan APD di Ruang
Rawat Inap RS Marinir Cilandak
Junaidi I. (2011). Pedoman Pertolongan Jakarta Selatan. Diakses tanggal
Pertama Yang Harus Dilakukan 13 Oktober 2016.
Saat Gawat Dan Darurat Medis.
Yogyakarta: ANDI.. Setiadi. (2013). Konsep dan Praktik
Penulisan Riset Keperawatan
Mawu D. P., Bidjuni H. & Hamel R. Edisi 2. Yogyakarta: Graha Ilmu.
(2016). Hubungan Karakteristik
Perawat dengan Penanganan Utami, D. K. (2014). Pengaruh Ankle
Pertama pada Pasien Kegawatan Pumping Evercise Terhadap
Muskuloskeletal di RSUP Prof. Penurunan Disuse Atrofi Otot
Dr. R. D. Kandou Manado. Plantar Flexor Pada Pasien
http://ejournal.unsrat.ac.id/index. Fraktur Femur. Diakses tanggal
php/jkp/article/viewFile/12917/1 31 Oktober 2016.
2504 Diakses tanggal 13 Oktober
2016 Wibowo A.S. (2013). Hubungan
Karakteristik Perawat dengan
Oman K. S., Jane K. M. & Scheetz L. J. Penggunaan Sarung Tangan
(2008). Panduan Belajar pada Tindakan Invasif di Ruang
Keperawatan Emergensi. Jakarta Rawat Inap RSUD Dr. H.
: EGC. Soewondo Kendal. Diakses
tanggal 11 Januari 2017.
Parahita, P. S., Kurniyanta, P. (2012).
Penataksanaan Wijayanto (2015). Hubungan Motivasi
Kegawatdaruratan pada Cedera Perawat Dengan Perilaku
Fraktur Ekstremitas. Diakses Pemakaian Alat Pelindung Diri
tanggal 30 Oktober 2016. Saat Melakuakan Kemoterapi di
Ruang Rawat Inap RSUP DR.
Putra M. K. P. (2012). Hubungan Tingkat Moewardi. Diaksest tanggal 1
Pengetahuan dan Sikap dengan September 2016.
Perilaku Penggunaan Alat
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

Yayasan Spriritian. (2014). Profilaksis


Pascapajanan.
http://spiritia.or.id/li/bacali.php?li
no=156 Diakses tanggal 8
Oktober 2016.

You might also like