UT

Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 346

dB School of NDT

ULTRASONIC METHOD

NDT Training Program

American
Society for

Nondestructive
Testing
.

Ruko Permata Niaga Blok C No. 12A & 12B, Sukajadi, Batam 29432 – Indonesia Tlp. +62-778 427 858, +62-812 77505081
Website : www.dbsndt.com Email : sugengpramono@dbsndt.com
CONTENTS
page

CHAPTER ONE 4

Basic Applications of Ultrasonic 4

Training and Cerification 4

Chapter One Review 7

CHAPTER TWO 8

Ultrasonic Principles 8

Summary 17

Chapter Two Worksheet 18

Chapter Two Review 19

CHAPTER THREE 20

Ultrasonic Equipment 20

Distance Amplitude Correction 38

Scanning Method 40

Chapter Three Worksheet #1 41

Chapter Three Worksheet #2 42

Chapter Three Worksheet #3 43

Chapter Three Review 44

CHAPTER FOUR 45

Modes of Ultrasonic Wave Travel 45

Chapter Four Worksheet 56

Chapter Four Review 57

CHAPTER FIVE 58

Couplants and Ultrasonic Sound 58

Page 1
Chapter Five Worksheet 73

Chapter Five Review 74

CHAPTER SIX 75

Attenuation, Accoustic Impedance, and Resonance 75

Chapter Six Worksheet 82

Chapter Six Review 84

CHAPTER SEVEN 85

Displaying Ultrasonic Indications 85

Chapter Seven Worksheet 95

Chapter Seven Review 96

CHAPTER EIGHT 97

Ultrasonic Transducers and Standard Reference Blocks 97

Standard Reference Blocks 110

Special Standard Calibration Blocks 113

Chapter Eight Review 118

CHAPTER NINE 119

Immersion Inspection 119

Chapter Nine Worksheet 129

Chapter Nine Review 130

CHAPTER TEN 131

Ultrasonic Contact Testing 131

Chapter Ten Worksheet #1 139

Chapter Ten Worksheet #2 140

Chapter Ten Review 141

142

Page 2
CHAPTER ELEVEN

Applications of Contact Testing 142

Chapter Eleven Worksheet 153

Chapter Eleven Review 154

CHAPTER TWELVE 155

Nonrelevant Ultrasonic Indications 155

Surface Interference 156

Chapter Twelve Worksheet 162

Chapter Twelve Review 163

CHAPTER THIRTEEN 165

Introduction 165

Categories of Discontinuities 165

Classification of Discontinuities by Origin 166

Casting Discontinuities 167

Processing Discontinuities 169

Typical Weld Discontinuities 176

Service Discontinuities 180

Chapter Thirteen Review 181

CHAPTER FOURTEEN 182

Identification and Comparison of Discontinuities 182

Chapter Fourteen Review 183

REFERENCES 184

Page 3
Chapter-1

CHAPTER ONE

Page 4
Chapter-1

BASIC AP material yang


It is important that the
APPLICATIONS LIK diterima dan
technician and super-
OF AS I ditolak dengan
ULTRASONICS visor be qualified in DA mengacu pada
the ultrasonic SA
Ultrasonics is a standard yang
method before the R
versatile inspection telah ditetapkan.
technique is used and UL
technique, it is used test results evaluated. TR PEL
to test variety of AS
The American ATI
both metallic and ON
Society for HAN
nonmetallic products
such as welds, Nondestructive Testing IK DAN
recommends the use Ultrasonik adalah SE R
forgings, castings, TIFI
sheet, tubing, plastics of its document teknik pemeriksaan
Recommended KAS
and ceramics. yang serba- guna,
Practice No. SNT-TC- dipakai untuk menguji I
1A. bermacam-macam Merupakan hal yang
Ultrasonics has an penting bahwa teknisi
advantage of This document produk logam dan
provides the nonlogam seperti dan pengawas
detecting subsurface dikualifikasi untuk
discontinuities with employer with sambungan las,
necessary guidelines benda tempa, benda metoda ultrasonik
access to only one sebelum menggunakan
side of the specimen. to properly qualify cor, lembaran tipis,
and certify the NDT tabung, plastik, dan teknik ini dan menge-
The objective of technician in all keramik. valuasi hasil uji.
ultrasonic testing is methods. Ultrasonik memiliki ASNT
to ensure product keunggulan dapat merekomendasikan
reliability by means To comply with this
mendeteksi penggunaan dokumen
of: document, the
diskontinuitas bawah Recommende
employer must
1. Obtaining permukaan dengan d Practice No.
establish a
information akses hanya dari satu SNT-TC-1A.
WRITTEN
related to sisi spesimen.
PRACTICE which
discon-
describes in detail Tujuan pengujian Dokumen tersebut
tinuities.
how the technician ultrasonik adalah memberikan
2. Disclosing the will be trained, untuk memas- tikan pedoman bagi
nature of the examined, and keandalan produk perusahaan dalam
discontinuity certified. dengan cara: mengkualifikasi dan
without menser- tifikasi teknisi
The student is 1. Memperoleh
impairing the NDT untuk semua
advised to study informasi yang
usefulness of metoda.
the part. the 2006 berhubungan
Edition of SNT-TC- dengan Dalam rangka
3. Separating diskontinuitas.
1A to determine the mengikuti dokumen
acceptable and
recommended 2. Mengungkap tersebut, perusahaan
unacceptable
number of hours harus menyusun
materials in
of class- room sifat sebuah WRITTEN
accordance
instruction and PRACTICE yang
with predeter-
months of diskontinuitas menjelaskan secara
mined
experience detil, cara melatih,
standards.
necessary to be tanpa menguji dan
certified as a mengganggu mensertifiksi teknisi
TRAIN
ultrasonic testing kegunaan NDT.
ING
technician. benda.
AND Peserta disarankan
CERTI untuk mempelajari
FICAT 3. Memisahkan dokumen SNT-TC-1A
Page 5
ION
Chapter-1

Edisi 2006 untuk


mengetahui
jumlah jam pela-
jaran yang
direkomendasika
n dan
pengalaman
(dalam bulan)
yang diperlukan
dalam proses
sertifikasi
sebagai
teknisi
pengujian
ultrasonik.

Page 6
Chapter-1

Page 7
Chapter-1

Certification of NDT evaluate specificatio capable of


personnel is the ns, and training and
responsi- bility of the results proce- dures; examining
employer and is with and NDT Level
usually at THREE designating I
levels. respect the and II
Level I – is qualified to particular personnel for
to properly applicable NDT certification in
perform codes, methods, those
spe- cific standards, techniques, methods.
calibrations and and
, specific specification procedures
NDT, and s. Should be to be used.
specific thoroughly Should be
evaluation familiar with capable of
s for the scope interpreting
acceptanc and limi- and eva-
e or tations of the luating
rejection methods for results in
determinat which terms of
ions qualified. existing
accor- Should codes,
ding to exercise standards,
written assigned and
instructions responsibility specifica-
and to for on-the- tions. Should
record job training have
results. and sufficient
Should guidance of practical
receive the trainees and background
necessary NDT Level I in applicable
instruction personnel. materials,
and Should be fabrication,
supervi- able to and product
sion from organize technology
a certified and report to establish
NDT Level the results techniques
II or III of NDT tests. and to assist
individual. Level III – Should be in
capable of establishing
Level II – is
developing, acceptance
qualified
qualifying, criteria when
to set up
and none are
and
otherwise
calibrate
approving available.
equipment
Should have
general
and proce- dures,
familiarity
establishing
with other
to and
approving
techniques, appropriate
interpret NDT
interpreting
codes, stan- methods.
and Should be Page 8
dards,
Chapter-1

Sertifikasi personil Mampu praktis yang


Level II – memiliki mengorganis mencukupi
NDT kualifikasi ir dan dalam aplikasi
untuk membuat material,
merupakan mengatur laporan hasil
dan pengujian fabrikasi,
tanggung jawab mengkalibra NDT. dan
perusahaan dan si peralatan
biasanya dibagi dan Level III – mampu teknologi
menjadi TIGA level. menginter- mengemban produksi yang
Level I – memiliki pretasi serta gkan, berlaku untuk
kualifikasi mengevalua mengkualifi- menyusun
si hasil kasi, dan teknik dan
untuk dengan menyetujui untuk
mengacu prosedur,
melakukan pada code, menyu- sun membantu
kalibrasi, standard, dan dalam
NDT, dan dan menyetujui menetapkan
evaluasi spesifikasi teknik, kriteria
tertentu menginter- penerimaan
untuk yang pretasi dimana tidak
code, tercakup
menentuk berlaku. standard, dalam code,
an dan standard, atau
Mengenal prosedur;
penerimaa dengan dan spesifikasi
n menunjuk yang
baik metoda ada.
atau NDT Memiliki
penolaka lingkup tertentu, pengetahuan
n teknik, dan tentang semua
dan prosedur metoda NDT.
dengan yang akan Mampu
batasan diguna- kan. mengadakan
mengacu metoda pelatihan dan
Mampu pengujian
pada dimana menginterpr terhadap
pedoman ia etasi personil NDT
tertulis, dan Level I dan II
dan untuk mengevalua untuk
merekam terkualifikasi si disertifikasi
hasil. . Melakukan hasil pada metode
sesuai NDT tertentu.
Menerima tanggung code,
jawab standard,
perintah dan
yang spesifikasi
dan dibebankan yang ada.
pengawas untuk Memiliki
an memberikan latar
seperluny petunjuk
a dari NDT kepada belakang
level II atau siswa dan
kemampuan Page 9
III. NDT Level I.
Chapter-1

Page 10
Chapter-1

The SNT-TC-1A m Dokumen No. SNT- C


document in TC-1A .
recommends that
at
the level I and II NDT merekomendasikan
technician be io bahwa teknisi NDT U
examined in the n. Level I dan II diuji j
following areas: C. dalam tiga bidang i
A berikut:
a
. Pr A
n
ac .
G ti P
e ca U
r
n l j
a
e e i
c
r x a
t
a a n
i
l m c
in G a
e at e l
x io n .
a n. e
ASNT menyediakan
m ASNT provides a r layanan
i service to the a kepada
n industry by providing l industri dengan
a Level III examination in . mengadakan ujian Level
the basic and method III dalam bidang basic
t
areas. Because dan method. Mengingat
i of the B banyaknya persya- ratan
o individual requirements . industri pengguna NDT
n of the many industries yang berbeda-beda,
using NDT, the specific ujian specific masih
. U
examination is still the merupakan tanggung
responsibility of the j jawab perusahaan.
B employer. i
. a
n
S
p
S
e
p
c
e
i
c
f
i
i
f
c
i
c
e .
x
Page 11
a
Chapter-1

CHAPTER ONE
REVIEW
1. The selection of one test method over another is usually the decision of the Level I
technician performing the test.

2. ASNT provides a service for examining Level I, II and III personnel in the General
and Specific areas.

3. The responsibility of issuing a certificate to the NDT technician is always retained


by the employer in compliance with the SNT-TC-1A document.

4. If the SNT-TC-1A document is to be used as a recommended guideline, the


“Written Practice” must be submitted to ASNT for approval.

5. If the SNT-TC-1A guidelines are followed, the Level III technician should have a
knowledge of other commonly used methods of NDT even though certification
is needed only in the ultrasonic area.

6. A Level I technician performing an ultrasonic test is permitted to accept or


reject the part provided that written instructions or procedures are given to him
by a Level II or Level III (in accordance with SNT-TC- 1A).

7. To comply with the guidelines of SNT-TC 1A, all three levels of technicians must
take a “General”, “Practical” and “Specific” test if examinations are used to
determine certification.

8. It is essential that every employer that uses the SNT-TC-1A document establish a
“Written Practice”.'

9. If an employer does not have a Level III in his company, the services of an outside
agency may be retained to perform these function.

10. An advantage of ultrasonics is that it reveals internal discontinuities with access to


only one side of the part being inspected.

11. Ultrasonic inspection techniques can be used without impairing the future
usefulness of the material.

Page 12
Chapter-2

CHAPTER TWO

Page 13
Chapter-2

ULTRASONIC PRINCIPLES PRINSIP-PRINSIP ULTRASONIK


Our study of ultrasonic testing begins with Pelajaran kita mengenai ultrasonik dimulai dengan
basic ultrasonic concepts. Let’s start by konsep dasar ultrasonik. Pengujian ultrasonik
realizing that ultrasonic testing is another form adalah bentuk lain dari pengujian tanpa merusak.
of nondestructive testing. This means that we Ini berarti bahwa kita memiliki sistem pengujian
have a typical nondestructive testing system. tanpa merusak yang khusus.

Basically in ultrasonic testing we inject Pada dasarnya dalam pengujian ultrasonik kita
ultrasonic vibrations into a specimen. The memasukkan getaran ultrasonik ke dalam spe-
specimen then modifies or changes these simen. Spesimen kemudian mengubah getaran
vibrations in some manner. The resultant tersebut dengan beberapa cara. Hasil perubahan-
change is detected by the testing system and, nya dideteksi oleh sistem pengujian, dan melalui
through an indication, we learn something sebuah indikasi, kita memperoleh informasi
about the specimen. As inspectors, our job is mengenai spesimen. Sebagai inspektor, pekerjaan
to apply the system to the specimen and kita adalah mengaplikasikan sistem ke dalam
interpret the results through the indications spesimen dan menginterpretasi hasilnya melalui
obtained. indikasi yang kita peroleh.
In ultrasonic testing we use something called Dalam pengujian ultrasonik, kita menggunakan
“Ultrasonic Vibration”. We must know two facts sesuatu yang dinamakan “Getaran Ultrasonik”. Kita
about vibration: harus mengetahui dua fakta mengenai getaran:
1. A vibration is a back and forth movement. 1. Getaran adalah gerakan maju-mundur.
2. A vibration is energy in motion. 2. Getaran adalah energi yang bergerak.
A depression of a surface from its normal Penekanan pada sebuah permukaan dari posisi
position is called a displacement. normalnya dinamakan perpindahan.

Page 14
Vibration pass through a solid material as a Getaran merambat di dalam benda padat sebagai
succession of particle displacement. This can sebuah perpindahan partikel yang saling beruru-
be visualized as shown below: tan. Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut:

If we displace particle 1 to the left and then Jika kita memindahkan partikel 1 ke kiri dan
release it, the energy we give particle 1 is melepaskannya, energi yang kita berikan kepada
transmitted through the series of particles 2 partikel 1 akan dirambatkan melalui partikel 2
through 4 and finally affects particle 5. Particle hingga 4 dan akhirnya mempengaruhi partikel 5.
5 will then reverse the action and transmit the Partikel 5 selanjutnya akan membalik gerakannya
energy through the row of particles back to dan meneruskan energinya melalui barisan partikel
particle 1 kembali kepada partikel 1.
The structure of a material is actually many Struktur sebuah material sebenarnya terdiri dari
small particles or groups of atoms. banyak partikel kecil atau sekelompok atom.
These particles have normal or rest positions Partikel-partikel tersebut memiliki posisi normal
and can be displaced from these positions by atau istirahat dan dapat berpindah dari posisi ini
some forces. When the force is removed, the akibat suatu gaya. Apabila gaya tersebut dihilang-
particles will tend to return to their original kan, partikel akan cenderung kembali ke posisi
positions. awalnya.
Energy is transmitted through a solid material Energi dirambatkan di dalam benda padat melalui
by a series of small particle displacements serangkaian perpindahan partikel di dalam
within the material. material.
The transmission of ultrasonic vibrations Perambatan getaran ultrasonik di dalam sebuah
through a material is related to the elastic material berhubungan dengan sifat elastis dari
properties of the material. material tersebut.
In ultrasonic testing, it is important to realize Pada pengujian ultrasonik, perlu disadari bahwa
that the concept of displacement also applied konsep perpindahan juga berlaku pada benda
to solid materials. padat.
If you tap a metal surface, the surface moves Jika anda mengetuk-ketuk permukaan sebuah
inward, causing a displacement. logam, permukaan akan bergerak ke dalam,
mengakibatkan terjadinya perpindahan.
Since the metal is elastic, the surface will tend Karena logam bersifat elastis, permukaan akan
to move back to its original (rest) position. The cenderung bergerak kembali ke posisi semula.
surface will also move through the original Permukaan juga akan bergerak melalui posisi asal
position and move to a maximum distance in hingga mencapai jarak terbesar dalam arah yang
the opposite direction. berlawanan.
This complete sequence of movement is Serangkaian pergerakan secara lengkap ini
defined as a CYCLE. didefinisikan sebagai sebuah SIKLUS.

The time required for something to move Waktu yang diperlukan oleh sebuah gerakan untuk
through one complete cycle is called the menghasilkan satu siklus lengkap dinamakan
PERIOD. PERIODA.
Example: if the swinging ball above moves Contoh: jika bola yang mengayun di atas
over path ABCDE in one bergerak sepanjang lintasan ABCDE
second, then the period of the dalam satu detik, maka perioda untuk
cycle is one second. terjadinya satu siklus adalah satu detik.
The number of cycles in a given period of time Jumlah siklus dalam satu perioda waktu tertentu
is called the FREQUENCY. dinamakan FREKUENSI.
Example: if the ball swings through three Contoh: jika bola yang mengayun tersebut
complete cycles in one second, membentuk tiga siklus lengkap dalam
then the frequency is 3 cps waktu satu detik, maka frekuensinya
(cycles per second). adalah 3 siklus per detik.

One complete back-and-forth movement is a Satu gerakan lengkap maju-mundur adalah


cycle. Such a movement can be generated in a sebuah siklus. Gerakan seperti itu dapat dihasilkan
number of ways. melalui sejumlah cara.
If you strike a drum, it has a frequency that is Jika anda memukul sebuah drum, maka akan
low, approximately 50 cps. dihasilkan frekuensi rendah, yaitu sekitar 50 cps.
The top note on the piano has a higher Nada atas dari sebuah piano memiliki frekuensi
frequency, approximately 4100 cps. yang lebih tinggi, sekitar 4100 cps.
The unit of frequency used to denote one cycle Satuan frekuensi yang dipakai untuk menyatakan
per second is HERTZ (abbreviated Hz). One satu siklus per detik adalah HERTZ (disingkat Hz).
Cycle Per Second (cps) is equal to one Hertz Satu Siklus Per Detik (cps) sama dengan satu
(Hz); 2 cps = 2 Hz, etc. Hertz (Hz), 2 cps = 2 Hz, dll.
Sound travels in metal as well as in air. Sound Suara merambat di dalam logam sebagaimana
is a vibration and has a range of frequencies. halnya di udara. Suara adalah sebuah getaran dan
memiliki rentang frekuensi tertentu.
Man can only hear vibrations (sound) up to Manusia hanya dapat mendengar getaran (suara)
about 20,000 Hz. hingga sekitar 20,000 Hz.
However, sound from an ultrasonic testing unit Namun demikian, getaran suara yang berasal dari
is about 5,000,000 Hz (5 megahertz). sebuah peralatan pengujian ultrasonik berkisar
antara 5,000,000 Hz (5 megahertz).
Vibrations ABOVE the human hearing range are Getaran DI ATAS rentang pendengaran manusia
called ULTRASONIC VIBRATIONS. dinamakan GETARAN ULTRASONIK.
The two terms, sound and vibrations, as we will Dua istilah, suara dan getaran, sebagaimana yang
use them will mean the same thing. akan kita pakai, memiliki pengertian yang sama.
The best way to define sound is to say that it is Definisi suara adalah getaran yang merambatkan
a vibration that transmits energy by a series of energi melalui serangkaian pergerakan-pergerakan
small material displacements. material kecil.

Ultrasonic testing is the process of applying Pengujian ultrasonik adalah proses pengaplikasian
ultrasonic sound to a specimen and gelombang ultrasonik pada sebuah spesimen
determining its soundness, thickness, or some untuk menentukan kemulusan, ketebalan, atau
physical properties. beberapa sifat fisik lainnya.
The energy is originated in something called a “TRANSDUCER” menghasilkan energi suara yang
“TRANSDUCER” which causes particle menyebabkan perpindahan partikel di dalam
displacement within the specimen. spesimen.
Transducer is a device that converts energy Transducer adalah sebuah perangkat yang
from one form to another. mengubah energi dari satu bentuk ke bentuk lain.
Example: electrical energy to mechanical, Contoh: energi listrik ke mekanis atau mekanis
or mechanical to electrical. ke listrik.
a speaker in a radio converts sebuah speaker di dalam radio
electrical energy to a back and mengubah energi listrik menjadi
forth mechanical movement. gerakan mekanis maju-mundur.
View “A” below illustrates the “PIEZOELECTRIC Gambar A di bawah menunjukkan “EFEK
EFFECT”. Electrical energy is applied through PIEZOELECTRIC”. Energi listrik diaplikasikan
two wires connected to a crystal, causing the melalui dua kabel yang dihubungkan ke sebuah
crystal to expand and contract, forming kristal, mengakibatkan kristal mengembang dan
mechanical vibrations. mengerut, membentuk getaran mekanis.
The terms crystal and transducer are used Penggunaan istilah kristal dan transducer dapat
interchangeably in this chapter. saling menggantikan dalam bab ini.

A piezoelectric transducer can also convert Sebuah transducer piezoelectric juga dapat
mechanical energy to electrical energy. mengubah energi mekanis menjadi energi listrik.
Therefore, a transducer can both send and Oleh karena itu, sebuah transducer dapat
receive energy. mengirim dan menerima energi.
For example, if we locate transducers at Contohnya jika kita menempatkan transducer pada
opposite ends of a specimen as shown in view ujung-ujung spesimen seperti dalam gambar A di
A below, we can use one transducer to send bawah, kita dapat memakai salah satu transducer
energy (sound) into the specimen and then use untuk memancarkan energi (suara) ke dalam
the other transducer to receive the sound. spesimen dan memakai transducer lainnya untuk
menerima energi suara tersebut.

View B illustrates the use of only one Gambar B memperlihatkan penggunaan satu
transducer on a test specimen. transducer sebagai pemancar dan penerima.
Energy transmitted by a transducer can be Energi yang dipancarkan oleh sebuah transducer
either pulsed or continuous. dapat berupa energi putus-putus atau menerus.
Pulsed ultrasound is defined as short groups of Energi suara putus-putus didefinisikan sebagai
transmitted vibration before and after which the kelompok getaran pendek yang dipancarkan
transducer can act as a receiver. sebelum dan setelah transducer dapat bertindak
sebagai penerima.
Steel, water, and oil will transmit ultrasound Baja, air, dan minyak akan merambatkan gelom-
very well, but air presents a problem. bang suara dengan sangat baik, namun tidak
demikian halnya dengan udara.

Air is a poor transmitter of ultrasound because Udara adalah penghantar suara yang buruk karena
the particle density is so low that it is difficult to kerapatan partikelnya rendah sehingga energi
transmit sound energy from particle to particle. suara sulit merambat dari partikel ke partikel. Itulah
That is why we put oil or grease between the mengapa kita menambahkan minyak atau gemuk
transducer and the specimen. di antara transducer dan spesimen.
The particle density of a material helps to Kerapatan partikel suatu material menentukan
determine the velocity of sound. The velocity of cepat rambat suara. Cepat rambat suara akan
sound will change as it moves from one berubah saat ia merambat dari satu media ke
medium to another as shown below. media lain seperti gambar berikut.

Visualize that the balls shown above represent Bola-bola di atas menggambarkan stuktur internal
the internal structure of air, water and steel. dari udara, air dan baja.
The impulse moving through the row of balls Gerakan barisan bola-bola dapat diperbandingkan
can be compared to a pulse of ultrasonic sebagai pulsa gelombang ultrasonik.
sound.
A practical example of the velocity of sound in Contoh praktis dari cepat rambat suara di dalam
different materials is shown below. material yang berbeda diperlihatkan di bawah.

Visualize that the transducer acts like a piston Pada gambar di atas, transducer bertindak seperti
that moves back and forth at a specific piston yang bergerak maju-mundur pada frekuensi
frequency (f). (f) tertentu.
As the transducer vibrates, energy is injected Saat transducer bergetar, energi diinjeksikan ke
into the water and this energy moves through dalam air dan energi ini merambat melalui air
the water as ultrasonic vibrations. The velocity sebagai getaran ultrasonik. Cepat rambat (V)
(V) of the ultrasound is determined by the gelombang ultrasonik ditentukan oleh kerapatan
density and elasticity of the water. Recall that dan elastisitas air. Ingat bahwa kecepatan suara di
the velocity is constant for a given medium. dalam suatu media adalah konstan
It will take longer for the sound to the travel Perlu waktu yang lebih lama bagi gelombang suara
through the water than through the steel. The untuk merambat di air ketimbang di dalam baja.
sound velocity in steel is approximately four Cepat rambat suara di dalam baja kurang lebih
times greater than in water. empat kali lebih besar ketimbang di dalam air.
A WAVELENGTH is considered to be the PANJANG GELOMBANG adalah jarak antara dua
distance between two identical points on titik yang sama pada dua gelombang yang
succeeding waves. berurutan.
View A below illustrates three identical displa- Gambar A di bawah memperlihatkan tiga perpin-
cements in a solid material. The distance dahan yang sama dalam sebuah benda padat.
between two adjacent identical displacements Jarak antara dua perpindahan yang sama pada
is a wavelength. gelombang yang berdekatan disebut panjang
gelombang.

View B illustrates the same thing happening in Gambar B memperlihatkan hal yang sama terjadi
water. Again, the distance between adjacent di air. Sekali lagi, jarak antara titik yang sama pada
identical points on the wave is a wavelength. gelombang yang berdekatan adalah panjang
gelombang.

The wavelength can also be defined as the Panjang gelombang juga dapat didefinisikan
distance a wave travels during one complete sebagai jarak yang ditempuh sebuah gelombang
cycle. dalam satu siklus.

The symbol l is used to represent a Simbol l digunakan untuk menunjukkan panjang


wavelength and is called “LAMBDA”. gelombang dan disebut sebagai “LAMBDA”.
The illustration below shows a transducer Gambar di bawah ini memperlihatkan sebuah
vibrating at a fixed frequency (f) and transducer yang bergetar pada frekuensi tetap (f)
transmitting sound waves into the specimen. dan memancarkan gelombang suara ke dalam
spesimen.

These sound waves move at a fixed velocity (V) Gelombang suara tersebut merambat dengan
through the specimen. kecepatan tetap (V) di dalam spesimen.
The wavelength can be changed if the Panjang gelombang dapat berubah jika frekuensi
frequency of the transducer vibration changes. getaran transducer diubah.

Example: you can shorten the wavelength Contoh: anda dapat memendekkan panjang
by increasing the frequency. gelombang dengan cara menambah
frekuensinya.
WAVELENGTH is a ratio of a fixed value PANJANG GELOMBANG adalah perbandingan
(velocity) divided by a variable (frequency). dari harga tetap (kecepatan) dibagi dengan
variabel (frekuensi).
In practical situations, the smallest discontinuity Dalam prakteknya, ukuran diskontinuitas terkecil
you can find with ultrasonic testing is about ½ yang dapat ditemukan dengan pengujian
lambda (wavelength). ultrasonik adalah ½ l (panjang gelombang).
Therefore, to detect smaller defects, you will Oleh karena itu, untuk mendeteksi cacat yang
need transducers that produce higher berukuran kecil, diperlukan transducer yang
frequencies. menghasilkan frekuensi lebih besar.
Example: what would be the smallest Contoh: berapakah ukuran diskontinuitas
discontinuity that you could find terkecil yang dapat ditemukan dalam
in a steel specimen with a sebuah spesimen baja dengan
velocity of 6 km/sec using a kecepatan 6 km/det menggunakan
transducer with a frequency of 3 sebuah transducer dengan frekuensi 3
Megahertz (MHz)? MHz?

5
l = 6 x 10 cm/sec = 2 mm
3 MHz

If the smallest defect detectable is ½ lambda, Jika ukuran cacat terkecil yang terdeteksi adalah ½
then the answer is 1 millimeter or 0.04 inches. l, maka jawabannya adalah sebesar 1 milimeter
atau 0.04 inchi.
SUMMARY RINGKASAN
So far you have learned the following: Hingga saat ini, anda telah mempelajari bahwa:
 A vibration is energy moving back and forth.  Getaran adalah energi yang bergerak maju-
mundur.
 The distance something moves from a  Jarak pergeseran dari posisi awal dinamakan
center position is called a displacement. displasemen.
 Energy is transmitted through a solid  Energi merambat di dalam benda padat melalui
material by a series of small particle serangkaian pergerakan partikel kecil di dalam
displacements within the material. benda tersebut.
 The transmission of ultrasonic vibrations  Perambatan getaran ultrasonik di dalam benda
through a material is related to the density berhubungan dengan kerapatan dan sifat
and elastic property of the material. elastisitas benda tersebut.
 A vibration has three properties: period,  Sebuah getaran memiliki tiga sifat: perioda,
cycle, and frequency. siklus, dan frekuensi.
 One complete back-and-forth movement is  Satu siklus adalah satu pergerakan penuh
a cycle. maju-mundur.
 A cycle has two displacements, one in each  Satu siklus memiliki dua perpindahan pada tiap
direction from the center (or “rest”) position. arah dari posisi pusat (atau posisi istirahat).
 The number of cycles something passes  Jumlah siklus yang terjadi dalam tiap detik
through in one second is called the dinamakan frekuensi.
frequency.
 The time required to pass through one  Waktu yang diperlukan untuk terjadinya satu
complete cycle is called the period. siklus penuh dinamakan perioda.
 
Chapter-2

CHAPTER TWO
WORKSHEET
A. The distance between two displacements is called the WAVELENGTH. This is the distance a
wave advances while a particle makes one complete cycle.
B. The symbol used to represent a wavelength ”l” is called LAMBDA.
C. The wavelength is a ratio of a fixed value (VELOCITY) divided by a variable (FREQUENCY).

D. For the purpose of this exercise, consider that the smallest discontinuity detectable using
pulse echo testing is one half lambda.

1. What is the smallest defect you can detect with a 2 MHz probe inspecting a steel
specimen with a velocity of 6.0 x 105 cm/sec? (answer in inches)
(1 mm equals 0.04 inches)

2. What is the smallest defect you could detect if you increased the probe frequency to 5
MHz? (answer in inches)

3. What probe below would detect the smallest defect if you were inspecting a steel
specimen with a velocity of 5.9 x 105 cm/sec?
What is the smallest each of the bellow would detect? (answer in inches)
2.5 MHz
5.0 MHz
10.0 MHz

4. With everything else equal, would a wavelength be longer in water or in steel?


Chapter-2

CHAPTER TWO
REVIEW
1. Relative to ultrasonic testing, air is considered a good conductor and for this
reason ultrasound will carry long distances in air.

2. Particle density of a material has a direct relationship to the velocity of sound


in that material.

3. The symbol used to represent a wavelength is called “Shepda”

4. With everything else equal, the wavelength in water would be shorter than a
wavelength in steel.

5. To understand our definition of ultrasonics, a steel ball is considered to be more


elastic than a lead ball.

6. Man can hear sounds up to approximately 5,000,000 Hz.

7. Vibrations pass through a solid material as a series of particle displacements.

8. The velocity of sound is slower in steel than in water.

9. The number of cycles in a given period of time is called the frequency.

10. For the purposes of this lesson, 1/2 the wavelength is considered to be the
smallest discontinuity that can be detected with ultrasonics.

11. If the longitudinal velocity in aluminum is 6.5 x 105 cm/sec and you are using a 2.5
MHz probe, what is the smallest discontinuity you can detect? (3 pts)

12. The ability of a transducer to convert mechanical energy to electrical and electrical
energy to mechanical is due to the effect.

13. The distance that an ultrasonic pulse travels while a particle makes one complete
cycle is called .
Chapter-3

CHAPTER THREE

ULTRASONIC EQUIPMENT PERALATAN ULTRASONIK


Chapter-3

The ultrasonic Peralatan ultrasonik


PULSE ECHO PULSE ECHO
instrument generates membangkitkan pulsa
high voltage listrik tegangan
electrical pulses of tinggi berdurasi
short duration. These singkat. Pulsa ini
pulses are applied to diaplikasikan pada
the transducer transducer yang
which mengubahnya menjadi
converts getaran mekanis yang
them into dirambatkan ke dalam
mechanical material yang
vibrations that are diperiksa.
applied to the
material being
Persentase terbesar
inspected.
gelombang suara
A large dipantul- kan
percentage of the kembali dari
sound is reflected permukaan bagian
from the front depan benda uji
surface of the test ke transducer.
part back to the Sisanya
transducer. The dipantulkan oleh
remainder is permukaan bagian
reflected by the belakang benda
back or uji atau
discontinuities. diskontinuitas.
Gelombang suara
The sound yang diterima
reflected back to kembali oleh
the transducer is transducer akan
converted back diubah menjadi
to the electrical pulsa-pulsa listrik
pulses which are yang diperkuat dan
amplified and ditampilkan pada
displayed on the layar tabung sinar
cathode ray katoda (CRT)
tube (CRT) as sebagai pulsa-
the vertical pulsa vertikal.
pulses.
Tampilan scan-A
The A-scan menunjukkan
display indicates kedalaman dan
the depth and the amplitudo
amplitude of the gelombang suara
sound reflections yang dipantulkan
from a dari sebuah
discontinuity. diskontinuitas.
The amplitude is Amplitudo adalah
a relative ukuran relatip dari
measure of the banyaknya energi
amount of suara yang
reflected energy. dipantulkan.
Chapter-3
Chapter-3

Figure below shows typical CRT screen used in Gambar di bawah memperlihatkan jenis layar CRT
ultrasonic equipment. Modern UT flaw yang dipakai pada peralatan ultrasonik. UT flaw
detectors utilise liquid crystal display (LCD) or detector moderen menggunakan kristal cair (LCD)
thin-film transistor (TFT) as their screens. atau lapisan transistor (TFT) sebagai layarnya.

Focus and astigmatism controls adjust the Fokus dan astigmatisma mengatur ketajaman
sharpness of the displayed signals. Excessive signal yang ditampilkan. Layar yang terlalu terang
brightness will damage the screen after a akan lebih cepat rusak.
period of time.
There are two basic Ultrasonic Test Systems: Ada dua sistem dasar pengujian ultrasonik:
PULSE ECHO is PULSE ECHO adalah
the sistem ultrasonik yang
most paling banyak
widely digunakan.
used Pulsa-pulsa
ultrasonic system. gelombang
Short evenly ultrasonik putus-
timed pulses of putus berdurasi
ultrasonic waves singkat secara
are transmitted teratur dirambatkan
into the material ke dalam material
being tested. yang diuji.
These pulses Pulsa-pulsa ini
are
reflected dipantulkan
back
from kembali oleh
discontinuities in diskontinuitas
their path, or from sepanjang
any boundary that lintasannya, atau
they strike. oleh perbatasan
The received yang mereka temui.
reflections are Pantulan yang
then displayed on diterima kemudian
a cathode ray ditampilkan pada
tube(CRT). layar CRT.
Same transducer Transducer yang
can be used to sama dapat dipakai
transmit and untuk memancarkan
receive. dan menerima
This technique gelombang.
reveals Teknik ini
discontinuities in menyatakan
a material by diskontinuitas yang
indicating the ada di dalam
variations in material dengan
received energy menunjukkan
amplitudes. variasi amplitudo
energi yang
diterima.
THROUGH TRANSMISSION, a less frequently THROUGH TRANSMISSION, merupakan teknik
used technique, requires the use of two yang jarang dipakai, memerlukan dua buah
transducers, one for sending and the other fortransducer, satu untuk mengirim dan yang lain
receiving. untuk menerima.
A direct indication of a discontinuity is not Indikasi langsung dari adanya diskontinuitas
received. tidak akan diperlihatkan.
Either short pulses or continuous waves are Gelombang suara, baik berupa pulsa-pulsa
transmitted into the material. singkat putus-putus atau menerus dirambatkan
ke dalam material.
The quality of the material being tested is Kualitas material yang diuji diukur berdasarkan
measured in terms of energy lost by a sound hilangnya energi gelombang suara selama
beam as it travels through the material. perambatannya di dalam material.
This technique reveals discontinuities in a Teknik ini menyatakan diskontinuitas yang ada
material by indicating the difference di dalam material dengan menunjukkan
between the transmitted and received perbedaan antara energi yang dipancarkan dan
energy. yang diterima.

There are two test methods normally used in Ada dua metoda yang umumnya digunakan dalam
Ultrasonic Testing pengujian ultrasonik.
“CONTACT TESTING” – where the transducer “PENGUJIAN KONTAK” – dimana transducer
is coupled to the material through a thin layer of dihubungkan dengan material melalui lapisan tipis
couplant, usually a liquid, semi-liquid, or paste. kuplan, biasanya berupa cairan, semi cairan, atau
pasta.
Contact testing is most frequently used in Metoda pengujian kontak paling banyak
the field and in shop locations. digunakan di lapangan dan di pabrik-pabrik.
The equipment is usually portable and can Peralatan biasanya portabel dan dapat dibawa-
be brought to the job. bawa ke lokasi pekerjaan.
“IMMERSING TESTING” – Both the material “PENGUJIAN IMMERSION” – pada metoda ini,
(test specimen) and the transducer are benda uji dan transducer dicelupkan ke dalam
immersed in liquid couplant, and ultrasonic cairan kuplan, dan getaran ultrasonik diaplikasikan
vibrations are applied to the specimen through ke dalam spesimen melalui cairan tersebut.
the liquid. The transducer does not touch the Transducer tidak menyentuh material yang sedang
material being tested. diuji.
The couplant is usually water with a wetting Kuplan biasanya memakai air yang ditambahi
agent added. (A wetting agent is a zat pembasah. (zat pembasah adalah zat kimia
substance that reduces the surface tension yang mengurangi tegangan permukaan cairan,
of the liquid, thus allowing it to cover the sehingga akan mudah membasahi spesimen.)
specimen.)
Special supports are required for the Penyangga khusus diperlukan untuk menopang
specimen, and manipulators are used to spesimen, dan manipulator digunakan untuk
position the fixture or device holding aligning menggerakkan perangkat pemegang dan
the transducer. pengatur sudut transducer.
Between the two Views of the CRT below, Di antara kedua gambar layar CRT berikut, mana
which one is correct? yang benar?

The electrical pulse from the PULSER is sent Pulsa listrik yang berasal dari PULSER dikirimkan
simultaneously to the transducer and to the secara serentak ke transducer dan ke amplifier
receiver amplifier. penerima.
There will be an initial pulse indication on the Akan terjadi indikasi pulsa awal pada layar
screen even if the transducer is NOT touching meskipun transducer TIDAK menyentuh apapun
anything because the pulse is sent directly to karena pulsa dikirim secara langsung oleh pulser
the receiver amplifier as well as to the ke amplifier penerima seperti halnya ke transducer.
transducer.
When the transducer is IN CONTACT with the Saat transducer MENYENTUH benda uji (pengujian
test part (contact testing), the INITIAL PULSE kontak), PULSA AWAL dan PANTULAN PERTAMA
and the FIRST REFLECTION occur at the same terjadi dalam waktu yang bersamaan.
time.
In immersion testing, the first CRT indication Pada pengujian immersion, indikasi CRT pertama
(the initial pulse) is immediate, yet the front (pulsa awal) mendahului indikasi permukaan
surface indication is DELAYED IN TIME due to depan benda akibat KETERLAMBATAN WAKTU
the water path to it. perambatan gelombang suara di dalam air.
To determine the location of discontinuities Untuk menentukan lokasi diskontinuitas di dalam
within a test part, most A-scan display is benda uji, layar horizontal scan-A dibagi menjadi
usually in the form of horizontal screen divisi-divisi yang letaknya di bawah garis
divisions located below the horizontal sweep. horizontal.
There are normally 10 major divisions and Umumnya terdapat 10 divisi utama dan masing-
each is broken down into 5 minor divisions. masing dibagi lagi menjadi 5 divisi kecil.

In the figure below, notice the position of the Pada gambar di bawah, perhatikan posisi indikasi
displayed indications on the screen in relation yang tampak di layar dalam hubungannya dengan
to the actual positions of the test piece front posisi sebenarnya dari permukaan depan test
surface, discontinuity, and back surface. piece, diskontinuitas, dan permukaan belakang.

The indication positions on the screen were Posisi-posisi indikasi pada layar diatur dengan
accomplished by varying two controls on the memvariasikan dua pengaturan pada peralatan;
instrument; the SWEEP DELAY and the SWEEP yaitu SWEEP DELAY dan SWEEP LENGTH
LENGTH (MATERIAL CALIBRATION, or (KALIBRASI MATERIAL atau RANGE).
RANGE) controls.
In the test situation illustrated below, the CRT is Pada situasi pengujian seperti yang digambarkan
calibrated to display 8 inches full screen width di bawah ini, layar CRT dikalibrasi untuk menam-
(FSW). The test object is 6 inches thick. pilkan satu layar penuh (FSW) selebar 8 inchi.
Tebal benda uji adalah 6 inchi.
How far is the discontinuity from the sound Seberapa jauh letak diskontinuitas dari permukaan
entry surface? bagian atas benda?
a. 3.5 inches a. 3.5 inchi
b. 4.4 inches b. 4.4 inchi

Notice that on the CRT, 4.4 is the location of Perhatikan bahwa pada layar CRT, 4.4 adalah
the leading edge of the signal. Recalling that lokasi kaki depan indikasi. Ingat bahwa panjang
the sound-path distance can be determined by lintasan suara dapat ditentukan dengan
multiplying the FSW (8 inches) by the screen mengalikan FSW (8 inchi) dengan divisi pada layar
divisions expressed as a percentage (4.4 or yang dinyatakan sebagai persentase (4.4 atau
44%) to obtain the sound-path distance to the 44%) untuk memperoleh jarak lintasan suara ke
discontinuity. diskontinuitas.

8 inches x 44% = 3.5 inches

Equation below may be used to calculate the Persamaan di bawah ini dapat digunakan untuk
above problem: menghitung permasalahan di atas.

INCREMENT RANGE
=
DIVISION 10
Page 28
At a given sensitivity (gain) setting, the Untuk pengaturan sensitivitas (gain) tertentu,
amplitude of the PIP is determined by the amplitudo dari PIP ditentukan oleh kekuatan sinyal
strength of the signal generates by the yang dihasilkan oleh gelombang suara pantul.
reflected sound wave. Generally, the larger the Umumnya, makin besar ukuran diskontinuitas,
discontinuity, the more sound reflected. makin banyak gelombang suara yang dipantulkan.
Thus, the CRT displays two types of Oleh karena itu, layar CRT menampilkan dua
information: macam informasi:
1. Distance (time) of the discontinuity from 1. Jarak (waktu) antara diskontinuitas dengan
the transducer. transducer.
2. Relative magnitude of the reflected 2. Besaran/ukuran relatip dari energi yang
energy. dipantulkan.
Graphically expressed: Secara grafis digambarkan sebagai:

Sensitivity or gain controls determine the Pengaturan sensitivitas atau gain menentukan
amount of amplification the signals from the besarnya penguatan sinyal yang diterima dari
discontinuity received. diskontinuitas.
Increasing the sensitivity (gain) increases Menambah sensitivitas (gain) akan menaikkan
the amplitude of the PIP on the CRT screen. ketinggian amplitudo PIP pada layar CRT.
Using the A-scan display, the height or Dengan menggunakan tampilan scan-A, keting-
amplitude of an indication determines the gian atau amplitudo dari sebuah indikasi
intensity of the reflected wave. menentukan intensitas gelombang pantul.
In Views A and B below, indication B represents Dalam gambar A dan B di bawah ini, indikasi B
two discontinuities in a test piece. In which view pada gambar mana yang menunjukkan
does indication B represent the larger diskontinuitas dengan ukuran lebih besar?
discontinuity?

Page 29
Initial pulse may partially block or obscure Pulsa awal bisa menutupi gelombang pantul dari
discontinuity reflections from discontinuities sebuah diskontinuitas yang letaknya di dekat
near the examination surface directly under the permukaan uji tepat di bawah transducer.
transducer.
When the transducer is transmitting a pulse, Pada saat transducer memancarkan pulsa,
it is transmitting for a finite length of time kristal piezoelectric-nya bergetar dalam jangka
and cannot receive reflections until its waktu tertentu dan tidak dapat menerima
function as a transmitter is completed. pantulan hingga kristal tersebut berhenti ber-
getar (fungsinya sebagai pemancar terpenuhi).
This test system recovery time gives rise to Jangka waktu dimana kristal masih bergetar
an appreciable “DEAD ZONE” at the menimbulkan “DEAD ZONE” pada permukaan
material’s front surface where discontinuities depan material dimana diskontinuitas tidak akan
cannot be detected. terdeteksi.
The dead zone is equal in time to the width Besar dead zone setara dengan waktu getarnya
of the pulse and is represented on the dan ditunjukkan pada layar melalui lebar bagian
display by the width at the bottom of the dasar dari indikasi pulsa awal.
initial pulse indication.
Two controls, the “SWEEP LENGTH” and Dua pengaturan, “SWEEP LENGTH” dan “SWEEP
“SWEEP DELAY” regulate how much of the test DELAY” mengatur seberapa panjang atau bagian
part is displayed at one time on the CRT, and mana dari benda uji yang akan ditampilkan pada
what portion of the part is displayed. layar CRT dalam waktu yang bersamaan.
The SWEEP LENGTH control is also called Pengaturan SWEEP LENGTH disebut juga
MATERIAL CALIBRATION, RANGE CONTROL, KALIBRASI MATERIAL, PENGATURAN RANGE,
or RANGE. atau RANGE saja.
The SWEEP LENGTH expands or compresses SWEEP LENGTH memanjangkan atau memen-
the display on the CRT as shown below: dekkan tampilan pada CRT seperti berikut:

In View A above, the CRT is expanded so that Pada Gambar A di atas, layar CRT dipanjangkan
only indications from the first inch of the part sehingga hanya indikasi pada rentang kedalaman
are displayed. 1 inchi dari permukaan benda yang ditampilkan.
This permits a more careful analysis of Hal ini memungkinkan analisis yang lebih teliti
indications that are close together. dari indikasi-indikasi yang letaknya berdekatan.
In effect, it magnifies that portion of the test Akibatnya, hanya sebagian dari benda uji
part. tersebut yang dibesarkan.
View B shows the CRT compressed so that Gambar B memperlihatkan CRT yang dipendekkan
indications from the entire depth of the part will sehingga indikasi-indikasi di seluruh kedalaman
be visible on the screen at the same time. benda akan tampak pada layar dalam waktu yang
bersamaan.
DECREASING the RANGE control setting MENGURANGI RANGE akan MELEBARKAN skala
EXPANDS the sweep (screen). layar.

Sweep length Pengaturan


adjustment. sweep length.
The SWEEP DELAY is also known as DELAY SWEEP DELAY dinamakan juga sebagai
CONTROL or DELAY. PENGATURAN DELAY atau DELAY saja.
The SWEEP DELAY control allows one to move Pengaturan SWEEP DELAY memungkinkan kita
the viewing screen along the depth of the test untuk menggeser-geser tampilan indikasi sepan-
part. jang kedalaman benda uji.
In immersion testing, the sweep delay can be Pada pengujian immersion, sweep delay dapat
used to remove the initial pulse from the CRT. digunakan untuk menghilangkan pulsa awal dari
layar CRT.

In View A above, the initial pulse and the water Pada Gambar A di atas, pulsa awal dan jarak
travel distance, in which we have no interest, lintasan di air, yang bukan menjadi perhatian kita,
takes up about half the screen. memakan setengah lebar layar.
In View B, the delay control has been used to Pada gambar B, pengaturan delay telah digunakan
move the initial pulse (A) off to the left of the untuk menggeser pulsa awal (A) jauh keluar di
screen so that the front surface (B) bagian kiri layar sehingga permukaan depan (B)
corresponds to screen position 0.5. berhubungan dengan posisi 0.5 di layar.

Sweep delay Pengaturan


adjustment. sweep delay.
Chapter-3
Chapter-3

Now look at the illustration below. Sekarang mari lihat gambar di bawah.
If the delay is set so that the start of the display Jika delay diatur sehingga tampilan dimulai di B
is at B and the range is set to display only dan range diatur hanya untuk menampilkan bagian
section B to C on the screen as shown in CRT antara B dan C saja di layar CRT seperti dalam
View A, then when the range is compressed Gambar A, selanjutnya apabila range ditambah
(increased) it will include the area from B to D (skala layar dipendekkan) bagian dari B hingga D
but not the area from A to B as shown in CRT akan masuk, namun bagian dari A ke B akan
View B. keluar dari skala layar seperti dalam gambar B.

Now look at View B above. Which control would Sekarang lihat gambar B di atas. Pengaturan apa
you use to get the front surface indication (A) yang anda gunakan untuk memperoleh tampilan
on the screen? indikasi permukaan depan (A) pada layar?
a. Delay control. a. Pengaturan delay.
b. Range control. b. Pengaturan range.

When the delay control is rotated to return to Apabila tombol pengaturan delay diputar-putar
the front surface indication to the screen, the untuk mengembalikan indikasi permukaan depan
back surface indication (D) may be lost from ke dalam layar, indikasi permukaan belakang (D)
the screen as shown in View A below. bisa keluar dari layar seperti pada gambar A.

Would you increase or decrease the range Akankah anda menambah atau mengurangi range
control setting to bring the back surface untuk mengembalikan indikasi permukaan
indication (D) onto the screen as shown in View belakang (D) ke dalam layar seperti diperlihatkan
B above? dalam gambar B di atas?
To bring the back surface indication (D) into Untuk membawa indikasi permukaan belakang
the picture, the range must be increased. (D) ke dalam layar, range harus ditambah.
To compress the sweep, the range control Untuk memendekkan skala layar, range harus
must be increased. ditambah.

Page 32
Page 33
“PULSE testing THIN material. Pengaturan “PULSE pulsa harus RENDAH
REPETITION RATE” agar cukup waktu bagi
In THIN material, the
control regulates REPETITION RATE seluruh pantulan untuk
range is SHORT so
how often the pulse (laju ditampilkan
the time required
is applied. Pulse rates pengulangan pulsa)” sebelum pulsa
between pulses is
vary from 50 to 2000 mengatur seberapa berikutnya dipancarkan.
short, so that more
pulses per second or sering pulsa
pulses per second can Laju pengulangan pulsa
more. dipancarkan. Laju
be transmitted. yang TINGGI
pulsa bervariasi dari
merupakan pilihan
50 hingga 2000
High pulse rates aid terbaik saat menguji
A HIGH PULSE pancaran pulsa per
in keeping the material TIPIS.
REPETITION RATE is detik atau lebih.
baseline bright.
especially desirable in Pada material yang
When a part is Laju pemancaran pulsa
AUTOMATIC TIPIS, range
under test, we are SCANNING because yang tinggi membantu pengujiannya PENDEK
interested only in tampilan baseline
the limit of the sehingga waktu yang
the area of the menjadi terang.
scanning rate is diperlukan antar pulsa
sweep that highly dependent upon Apabila kita menguji juga pendek, sehingga
includes the front the pulse repetition sebuah benda, kita lebih banyak pulsa
surface reflection rate. hanya tertarik pada dapat dipancarkan tiap
and the back daerah di layar detiknya.
surface reflection. In some instruments antara pantulan
the pulse rate is permukaan depan LAJU PENGULANGAN
Since it takes a
adjusted automatically. dan belakang saja. PULSAYANG
certain period of
TINGGI terutama
time for the sound
diperlukan
to travel through Karena perambatan
di dalam
the part and suara dan
SCANNING
return, we don’t kembalinya pantulan
OTOMATIS karena
want another di dalam benda
pembatasan laju
pulse to be memerlukan waktu
scanning sangat
initiated before we tertentu, kita
tergantung pada laju
get the back tidak
pengulangan pulsa.
surface reflection. ingin
pulsa Pada beberapa
So, the pulse rate lainnya peralatan, laju pulsa
is determined by dipancarkan diatur secara otomatis.
the thickness of sebelum
the article under pantulan
test or actually the
round trip time of permukaan
the sound beam. belakang diterima
oleh kristal
When the range is piezoelectric.
LONG, the pulse
rate must be Oleh karena itu, laju
SMALLER to allow pancaran pulsa
ditentukan oleh
enough time for
ketebalan benda
the entire sweep to
yang diuji atau
be displayed before
oleh jangka waktu
another pulse is
pergi-pulang dari
transmitted.
berkas suara.
A HIGH pulse
Jika benda yang diuji
repetition rate is the
TEBAL, laju pancaran Page 34
better choice when
Page 35
“PULSE LENGTH” control regulates the length Pengaturan “PANJANG PULSA” mengatur panjang
of the pulse applied. pulsa yang dipancarkan.
Increasing the pulse length (or “pulse width”) Menambah panjang pulsa (atau “lebar pulsa”)
INCREASES the amount of SOUND ENERGY MEMPERBESAR jumlah ENERGI SUARA (kekuatan
(strength of the sound) applied to the test part suara) yang dirambatkan dalam benda uji, namun
but DECREASES the RESOLVING POWER of akan MENGURANGI DAYA RESOLUSI (ketelitian)
the equipment. dari peralatan.
Best resolution is obtained with the shortest Resolusi terbaik diperoleh dengan pulsa
possible pulse. sependek mungkin.
However, pulse energy must be increased Namun demikian, energi pulsa harus ditingkat-
to obtain deeper penetration or to penetrate kan untuk memperoleh penetrasi yang lebih
coarse-grained materials. dalam, atau untuk menembus material dengan
butiran kasar.

In theillustration above, a front surface Pada gambar di atas, indikasi permukaan depan
indication and indications from holes drilled in dan indikasi-indikasi dari lubang yang dibor di tiap
each side of the test part are received on the sisi benda uji tampak pada layar CRT, namun
CRT, but no back surface indication is indikasi dari permukaan bagian belakang tidak
received. nampak.
It is possible that the sound wave is not strong Penyebabnya adalah gelombang suara tidak
enough to reach the back surface of the part cukup kuat untuk mencapai permukaan belakang
before it is attenuated. benda sebelum terjadi atenuasi/pelemahan.
In an effort to remedy this condition, would you Untuk menanggulangi kondisi ini, apakah anda
increase or decrease the pulse length? akan menambah atau mengurangi panjang pulsa?
Increasing the pulse length increases the Menambah panjang pulsa akan meningkatkan
amount of sound energy applied to the test besarnya energi suara yang diaplikasikan pada
part. benda uji.
The stronger the sound wave, the deeper it Semakin kuat energi suara, makin besar
will penetrate the part. penetrasinya ke dalam benda.

Page 36
The illustration Gambar di bawah ini
below shows how memperlihatkan
the pulse length bagaimana panjang
will affect pulsa akan
the ability mempengaruhi
of the kemampuan peralatan
test uji untuk
instrument to locate menemukan
discontinuities near diskontinuitas dekat
the surface. permukaan.
A long pulse blocks Pulsa yang panjang
the receiver during akan menghalangi
the period of penerima selama
transmission of perioda pemancaran
sound and covers suara, dan menutupi
up reflections from gelombang pantul dari
the discontinuity. diskontinuitas. Apabila
When the pulse panjang pulsa
length is shortened, dipendekkan,
the receiver is not penerima tidak akan
blocked when the terhalang saat
reflection returns, kembalinya
but less energy is gelombang pantulan,
transmitted into the namun lebih sedikit
test specimen. energi yang
dipancarkan ke dalam
benda uji.
A “REJECT CONTROL” (also called “suppres- “REJECT CONTROL” (juga disebut sebagai “sup-
sion”) eliminates or reduce noise (grass) or pression”) menghilangkan atau mengurangi noise
very low amplitude indications along the (“rumput”) atau indikasi dengan amplitudo sangat
baseline such as those caused by surface rendah sepanjang baseline seperti akibat keka-
conditions or large grain structure. saran permukaan atau struktur butiran kasar.
While minimizing the unwanted low amplitude Saat meminimumkan indikasi beramplitudo rendah
indications, the reject control often reduces the yang tidak diinginkan, reject control seringkali
size of all the indications on the screen. mengurangi ukuran dari semua indikasi pada layar.
This results in a cleaner baseline. Hasilnya, baseline akan lebih bersih.
However, the reject control distorts the linearity Namun demikian, reject control mengubah
of the instrument and even small indications linieritas peralatan dan bahkan indikasi-indikasi
can be important when interpreting the CRT kecilpun dapat menjadi penting saat menginter-
display. pretasi tampilan layar CRT.
In fact, some codes and standards require Beberapa code dan standard TIDAK MENGIJIN-
that the reject NOT be used. KAN pemakaian reject control.
The views below illustrate the CRT before and Gambar di bawah memperlihatkan layar CRT
after use of the reject control. Note that the sebelum dan sesudah penggunaan reject control.
amplitude of the indications that remain has Perhatikan bahwa amplitudo indikasi yang ada
been reduced by the same amount as the telah berkurang sebesar pengurangan amplitudo
noise. noise.

If you wished to compare the discontinuity Jika ingin membandingkan indikasi diskontinuitas
indication in View B to a standard reference pada gambar B dengan sebuah diskontinuitas
block discontinuity, would you when pada blok referensi standard, apakah anda
checking the reference block? saat memeriksa blok referensi?
a. use the same reject control setting a. memakai setting reject control yang sama
b. turn the reject control off b. mematikan fungsi reject control
The reject control clips part of the true Reject control memangkas sebagian dari
discontinuity indication off so its amplitude indikasi diskontinuitas asli sehingga amplitu-
(height) is not a true representation of the donya tidak mewakili ukuran diskontinuitas yang
discontinuity size, so, to get a valid sebenarnya, sehingga untuk
comparison, same reject control setting memperoleh perbandingan yang valid,
from the artificial discontinuity indication harus digunakan setting reject control yang
must be used. sama dari indikasi diskontinuitas buatan.
It would be all right to compare the true and Dibenarkan juga untuk membandingkan ampli-
artificial discontinuity indication amplitudes tudo indikasi diskontinuitas asli dan buatan
with the reject control turned off for both. dengan reject control dalam kondisi mati.
“FLAW-ALARM/GATING” circuits are used to Sirkuit “ALARM CACAT/GATING” digunakan untuk
establish zones along the sweep line within menentukan daerah sepanjang skala layar dimana
which indications over or under a indikasi yang tingginya melebihi atau di bawah
predetermined amplitude will activate either an amplitudo yang ditentukan akan mengaktipkan
alarm or a recording system. alarm atau sistem perekaman.
REMEMBER that the sweep between the INGAT bahwa skala antara indikasi permukaan
front and back surface indications depan dan belakang mewakili KEDALAMAN
represents the DEPTH (SOUND PATH) of (LINTASAN SUARA) dari benda yang diuji,
the part being tested, so dividing the sweep sehingga membagi skala menjadi daerah-
into zones is the same as dividing the depth daerah sama halnya dengan membagi
(sound path) of the part into zones. kedalaman (lintasan suara) benda menjadi
daerah-daerah.
Gating circuit have three basic controls: Sirkuit gating memiliki tiga pengaturan dasar:
a. Start a. Mulai
b. Width b. Lebar
c. Height (indication amplitude) c. Ketinggian

Between Views A and B above, which gate will Antara gambar A dan B di atas, gate mana yang
set off the alarm caused by indication B? akan menyalakan alarm akibat indikasi B?
Indication B in View A is within the corridor Indikasi B pada gambar A berada dalam batas
and its amplitude exceeds the alarm gate dan amplitudonya melebihi amplitudo
amplitude, so it will set off the alarm. gate, sehingga akan menyalakan alarm.
DISTANCE AMPLITUDE CORRECTION KOREKSI AMPLITUDO-JARAK
Because of attenuation, the amplitude of the Akibat pelemahan, amplitudo indikasi dari sebuah
indication from a discontinuity of a given size diskontinuitas berukuran tertentu akan berkurang
decreases as the depth of the discontinuity dengan penambahan jarak/kedalaman diskonti-
increases. nuitas.
To compensate for this attenuation an Untuk mengimbangi pelemahan ini, suatu
electronic control has been added to many pengatur elektronis ditambahkan ke dalam unit
ultrasonic units. ultrasonik.
Some of the common names for this control Beberapa nama yang umum untuk pengaturan ini
are: antara lain:
 DAC – Distance Amplitude Correction  DAC – Distance Amplitude Correction
 TCG – Time Corrected Gain  TCG – Time Corrected Gain
 TVG – Time Varied Gain  TVG – Time Varied Gain
 STC – Sensitivity Time Control.  STC – Sensitivity Time Control.
The DAC control electronically compensates for DAC mengimbangi secara elektronis atas
the attenuation of sound as it penetrates terjadinya pelemahan suara selama menembus
deeper into the test part. lebih dalam ke benda uji.
DAC amplifies the signals from the DAC memperkuat sinyal dari diskontinuitas yang
discontinuities deep in the part more than those letaknya dalam melebihi sinyal dari diskontinuitas
from discontinuities closer to the surface. yang letaknya dekat permukaan.
For example, an indication from a 2.0 mm Sebagai contoh, sebuah indikasi dari diskonti-
discontinuity, 25 mm below the surface will nuitas berukuran 2 mm yang terletak 25 mm di
be the same amplitude as the same bawah permukaan akan sama tinggi amplitudo-
discontinuity located 75 mm below the nya dengan diskontinuitas yang ukurannya
surface. sama namun terletak 75 mm dari permukaan.

In the above illustration, several 2 mm Pada gambar di atas terdapat banyak diskonti-
discontinuities are scattered throughout the nuitas sebesar 2 mm yang tersebar merata
part. All are flat and parallel to the top surface. sepanjang kedalaman benda. Semuanya berben-
tuk rata dan sejajar dengan permukaan atas.
With the DAC control in operation, would the Dengan pengaturan DAC, akankah amplitudo dari
amplitude of the indications from these indikasi-indikasi diskontinuitas menjadi sama atau
discontinuities be the same or different? berbeda?
a. The same. a. Sama.
b. Different. b. Berbeda.
The AMPLITUDE of the indications from all the AMPLITUDO indikasi yang berasal dari diskonti-
discontinuities WILL BE THE SAME because nuitas tersebut AKAN SAMA TINGGINYA karena
the discontinuities are all the same size and the ukuran diskontinuitasnya sama dan pengaturan
DAC (Distance Amplitude Correction) control DAC akan mengimbangi secara elektronis atas
compensates electronically for the difference in perbedaan jarak lintasan suara atau kedalaman.
sound-path distance or depth.

DAC is most useful when used in conjunction DAC sangat banyak membantu saat digunakan
with the flaw alarm and with recording systems. bersamaan dengan alarm cacat dan dengan
sistem perekaman.
After the DAC is made, the alarm sensitivity can Setelah DAC dibuat, sensitivitas alarm dapat diatur
then be set at an indication amplitude that pada amplitudo indikasi yang mewakili diskon-
represents a discontinuity of a given size at any tinuitas berukuran tertentu pada sembarang jarak
sound-path distance in the part. lintasan suara dalam benda.
Without DAC, the indication amplitude Tanpa DAC, pengaturan amplitudo indikasi
setting required to trigger the alarm for a 5 yang diperlukan untuk menyalakan alarm bagi
mm discontinuity located 60 mm below the diskontinuitas berukuran 5 mm yang terletak 60
surface would trigger the alarm for a far mm di bawah permukaan akan menyalakan
smaller discontinuity located 10 mm below alarm untuk diskontinuitas yang berukuran jauh
the surface. lebih kecil yang letaknya 10 mm dari
permukaan.
Page 40
SCANNING METHOD METODA SCANNING
In ultrasonic testing it is frequently able to come Dalam pengujian ultrasonik, seringkali dimungkin-
near to the true reflector size as long as the kan untuk mendekati ukuran diskontinuitas yang
discontinuity is large compared to the diameter sebenarnya selama ukurannya lebih besar dari
of the sound beam. diameter berkas suara.
The discontinuity then reflects the complete Diskontinuitas akan memantulkan kembali seluruh
sound energy back as seen in figure below – energi suara seperti dalam gambar di bawah ini –
left. sebelah kiri.

By scanning the boundaries of the Dengan men-scan batas-batas diskontinuitas,


discontinuity, reliable information can be dapat diperoleh informasi mengenai bentuk dan
obtained about its extension. The ultrasonic ukurannya. Operator ultrasonik biasanya
operator normally observes the height of the mengamati ketinggian pulsa pantulan dari
discontinuity echo. The probe position on the diskontinuitas. Posisi probe pada benda uji dimana
test object at which the echo drops by exactly tinggi pantulan turun setengahnya menunjukkan
half indicates that the discontinuity is only being bahwa separo berkas suara mengenai
hit by half the sound beam, figure above – diskontinuitas, seperti terlihat dalam gambar di
right. atas sebelah kanan.
This means that the acoustic axis is exactly on Ini berarti bahwa sumbu akustik berada tepat pada
the boundary of the discontinuity. The probe perbatasan diskontinuitas. Posisi probe ditandai
position is marked and the operator determines dan operator menentukan titik-titik batas berikutnya
further boundry points until a contour of the hingga terbentuk kontur diskontinuitas dengan
discontinuity is formed by joining the marked menyambungkan titik-titik tersebut, lihat gambar di
points together, figure below. bawah.
Location of the reflector boundry becomes Lokasi batas reflektor akan menjadi lebih pasti jika
more exact the smaller the diameter of the diameter berkas suara yang mengenai reflektor
sound beam is at the reflector position. lebih kecil.

Page 40
CHAPTER THREE

Formulas used to find the value of each division on the screen below are:

Page 41
INCREMENT RANGE
=
DIVISION 10

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

INCREMENT RANGE x 2
=
DIVISION 10

0 1 2 3 4 5

INCREMENT RANGE
=
DIVISION 100

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

INCREMENT RANGE x 2
=
DIVISION 100

0 10 20 30 40 50

Page 42
Chapter-3

CHAPTER THREE
WORKSHEET #1
On the CRT screens below, draw in the left edge of the first back reflection and at least one multiple
of the back echo as if would appear using normal beam transducer on a properly calibrated unit.
Chapter-3

0 1 2 3 CHAPTER
4 5 THREE
0 1 2 3 4 5

WORKSHEET #1

A B

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
SCREEN RANGE = 1 inch SCREEN RANGE = 25 inch
PART THICKNESS = 0.49 inch PART THICKNESS = 4 3/16 inch
0 1 2 3 4 5 0 1 2 3 4 5

C D

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
SCREEN RANGE = 20 inch SCREEN RANGE = 1 inch
PART THICKNESS = 6 7/8 inch PART THICKNESS = 3/16 inch
0 1 2 3 4 5 0 1 2 3 4 5

E F

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
SCREEN RANGE = 2.5 inch SCREEN RANGE = 50 inch
PART THICKNESS = 0.68 inch PART THICKNESS = 10 3/8 inch
Chapter-3

CHAPTER THREE
WORKSHEET #2
Calculate the depth to each pulse on the CRT screens below. Consider that a normal beam
transducer was used on a properly calibrated unit.
Chapter-3

0 1 2 3 CHAPTER
4 5 THREE
0 1 2 3 4 5

WORKSHEET #2

A B

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
If the above CRT is calibrated to a 5” range, If the above CRT is calibrated to a 25” range,
what is the distance to the pulse? what is the distance to the pulse?

0 1 2 3 4 5 0 1 2 3 4 5

C D

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
If the above CRT is calibrated to a 7” range, If the above CRT is calibrated to a 2.5” range,
what is the distance to the pulse? what is the distance to the pulse?

0 1 2 3 4 5

E A

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
If the above CRT is calibrated to a 2.5” range, Each square represents ¼“.
where would the pips for the two discontinuities Fig. 1
and back echoes appear as shown in Fig. 1?
Chapter-3

CHAPTER THREE
REVIEW
1. With “Through Transmission”, an increase in amplitude indicates the presence of
a possible discontinuity.

2. The “Pulse Echo” system uses a continuous wave and a separate transducer
to receive the echo.

3. Both contact testing and immersion testing require the use of a coupling medium.

4. Typically, the “gain” control will determine the amount of amplification for a
suspected discontinuity indication.

5. Sweep length and sweep delay are two names for the same control.

6. The sweep length control is often used to sweep the initial pulse of the CRT in
immersion testing.

7. In the A-scan presentation used in contact testing, the height of the vertical
deflection (pip) on the CRT represents:
A. Velocity
B. Elapsed time
C. Distance
D. Signal amplitude

8. The “distance amplitude correction” control has the ability to automatically


increase the screen range when a thicker part is Inspected.

9. On the CRT “A” below, draw in the pulse if a normal beam transducer were used
to show a 9” discontinuity using a 15” screen range. How many divisions from
the left? (3 pts)

10. On the CRT “B” below, what is the distance to the pulse if a 2.5” screen range
were being used for the inspection? (3 pts)
Chapter-3

0 1 2 3 CHAPTER
4 5 THREE
0 1 2 3 4 5

A B

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Chapter-4

CHAPTER FOUR
Chapter-4

MODES OF ULTRASONIC WAVE TRAVEL MODE PERAMBATAN


GELOMBANG ULTRASONIK
Velocity can be defined as the distance a wave Cepat rambat didefinisikan sebagai jarak peram-
will propagate through a medium in a given unit batan gelombang di dalam sebuah media dalam
of time, usually a second. satu satuan waktu, biasanya detik.
The wave speed remains constant through a Kecepatan gelombang akan konstan di dalam
given medium. sebuah media.

The above illustrations show the mechanical Gambar di atas memperlihatkan getaran mekanis
vibrations of the transducer being transmitted yang sedang dipancarkan dari sebuah transducer
through a solid medium. melalui sebuah media padat.
When the piezoelectric crystal moves Pada saat kristal piezoelectric bergerak ke
forward (towards the material), the material depan (ke arah material), material akan
is compressed. termampatkan.
This compression moves through the Pemampatan ini merambat di dalam material.
material.
The crystal immediately relaxes and the Kristal kemudian mengendur dan terbentuk
RAREFACTION follows the compression RAREFACTION yang mengikuti pemampatan di
through the material. Thus, one wave is dalam material. Lalu terbentuklah satu
formed. gelombang.
The particle motion in the medium is back Arah gerakan partikel di dalam media adalah
and forth and parallel to the direction of the maju-mundur dan sejajar dengan arah
wave. perambatan gelombang.
Listed below is a table of impedance, velocity Tabel di bawah ini memperlihatkan harga-harga
and density values. This information will be impedansi, kecepatan, dan kerapatan. Informasi-
useful later in this chapter for performing basic informasi tersebut akan digunakan dalam bab ini
ultrasonic calculations. untuk melakukan perhitungan dasar ultrasonik.

Ultrasonic waves are reflected when they Gelombang ultrasonik akan dipantulkan apabila
encounter a medium of DIFFERENT mereka menemui sebuah media dengan
ACOUSTICAL IMPEDANCE. The “SURFACE” at IMPEDANSI AKUSTIK YANG
which this reflection occurs is called an BERBEDA. “PERMUKAAN“ dimana pemantulan
“INTERFACE”. terjadi disebut “INTERFACE”.
An interface is the common boundary Sebuah interface adalah perbatasan antara dua
between two materials or phases, such as material atau fase, seperti aluminium dengan
aluminum-to-steel or water-to-steel. baja, atau air dengan baja.
A beam of energy approaching an interface is Berkas energi yang mendekati sebuah interface
referred to as an “INCIDENT WAVE”. disebut sebagai “GELOMBANG DATANG”.
The angle at which the wave strikes the Sudut dimana gelombang mengenai interface
interface is known as the “ANGLE OF dinamakan “SUDUT DATANG”, seperti
INCIDENCE” as shown below: diperlihatkan di bawah ini:

The incident wave is said to have normal Gelombang datang dikatakan memiliki sudut
incidence when its direction of propagation is normal apabila arah perambatannya tegak lurus
perpendicular to an interface. terhadap interface.
As shown below the angle of incidence is Seperti diperlihatkan di bawah, sudut datang
zero. besarnya nol.

Some of the wave energy striking an interface Sebagian energi gelombang yang mengenai
will be transmitted through the interface and interface akan diteruskan melalui interface, dan
some will be reflected at the angle of incidence. sebagian akan dipantulkan sebesar sudut datang.
The amount of reflection depends on the Jumlah pemantulan tergantung pada perban-
acoustic impedance ratio between the two dingan impedansi akustik antara kedua media
media involved. This reflectance factor will yang terlibat. Faktor pemantulan gelombang
be discussed in detail in the next chapter. akan didiskusikan lebih detil pada bab
berikutnya.
The ANGLE OF REFLECTION at an interface or SUDUT PANTUL pada sebuah interface atau
boundary ALWAYS EQUALS the ANGLE OF perbatasan SELALU SAMA DENGAN SUDUT
INCIDENCE. Angle “A”= angle “B”. DATANGNYA. Sudut “A” = sudut “B”.

Ultrasonic vibrations travel in many modes, and Getaran ultrasonik merambat dalam beberapa
the most common are: mode, dan yang paling umum adalah:
1. Longitudinal (compression). 1. Longitudinal (kompresi)
2. Transverse (shear) 2. Transversal (geser)
3. Surface (Rayleigh) 3. Permukaan (Rayleigh)
4. Plate (Lamb) 4. Pelat (Lamb)
Each wave mode has a specific function in Tiap mode gelombang memiliki fungsi khusus
ultrasonic inspection and it is important that dalam pemeriksaan ultrasonik dan sangatlah
each be understood completely. penting untuk dimengerti secara menyeluruh.
The velocity at which waves travel is Cepat rambat gelombang ditentukan oleh modulus
determined by the material’s elastic moduli and elastisitas material dan kerapatannya. Persamaan
density. The expressions for longitudinal and untuk gelombang longitudinal dan transversal
transverse waves are given in equations below: diberikan di bawah ini:

Where:
LONGITUDINAL (COMPRESSION) WAVES GELOMBANG LONGITUDINAL (KOMPRESI)
have particle vibrations in a BACK AND FORTH memiliki getaran partikel MAJU-MUNDUR yang
motion in the direction of the wave propagation. SEARAH dengan perambatannya.
Consider that all materials are made up of Ingat bahwa material terbuat dari atom-atom
atoms lined up in straight lines to form a yang tersusun dalam garis lurus yang memben-
lattice structure. When striking the side of tuk struktur kisi ruang. Pada saat mengenai sisi
lattice, a chain reaction of particle kisi ruang, terjadilah pergerakan partikel secara
movement is started causing the berantai yang mengakibatkan terbentuknya
longitudinal wave. gelombang longitudinal.

SHEAR (TRANSVERSE) WAVES have particle GELOMBANG GESER (TRANSVERSAL) memiliki


vibrations PERPENDICULAR to the direction of getaran partikel yang TEGAK LURUS terhadap
wave motion. arah perambatan gelombang.
Shear waves WILL NOT TRAVEL through Gelombang transversal TIDAK DAPAT
LIQUIDS or GASSES. MERAMBAT melalui ZAT CAIR atau GAS.
In some materials, the velocity of a shear Pada beberapa material, cepat rambat gelom-
wave is about ½ that of longitudinal waves. bang transversal besarnya ½ gelombang longi-
Therefore, the wavelength is shorter (about tudinal. Oleh karena itu, panjang gelombangnya
½), permitting smaller discontinuities to be lebih pendek (½-nya), memungkinkan deteksi
located. diskontinuitas yang berukuran lebih kecil.
MODE CONVERSION takes place when a PERUBAHAN MODE berlangsung saat berkas
sound beam hits an interface between two suara mengenai interface antara dua media yang
different media at an angle other than 90 berbeda pada sudut selain 90 derajat.
degrees.
Mode conversion in the case presented Perubahan mode pada kasus di bawah ini
below produces TWO reflected beams: menghasilkan DUA berkas gelombang pantul.
One beam consists of longitudinal Berkas pertama adalah gelombang
waves. longitudinal.
The other beam consists of shear waves. Berkas yang lain adalah transversal.

The ultrasonic angle beam transducer uses the Probe sudut yang dipakai pada pengujian
following example. The “REFRACTED” shear ultrasonik menggunakan contoh sebagai berikut.
waves are useful in many inspection Gelombang “BIAS” transversal bermanfaat dalam
techniques. banyak teknik pemeriksaan.
The “ANGLE REFRACTION” is the angle “SUDUT BIAS” adalah sudut yang terbentuk
formed between a refracted beam as it antara berkas yang dibiaskan saat memasuki
enters the second medium and a line drawn media kedua dan garis yang tegak lurus
perpendicular to the interface. terhadap interface.
SNELL’S LAW can be used to determine HUKUM SNELL dapat dipakai untuk menentukan
angular relationships between media for both hubungan sudut antar dua media untuk
longitudinal and shear waves. gelombang longitudinal dan transversal.

The following example calculates the angle of Contoh berikut adalah untuk menghitung sudut
refraction F2, for a longitudinal wave passing bias F2, untuk gelombang longitudinal yang
through a water-to-steel interface. merambat di dalam interface air-baja.
Page 53
As the angle of incidence increases, the angle Saat sudut datang diperbesar, sudut bias besarnya
of refraction increases. juga bertambah.
When the refraction angle of a longitudinal Pada saat sudut biasnya mencapai 90 derajat,
wave reaches 90 degrees, the wave gelombang longitudinal akan keluar dari media
emerges from the second medium and kedua dan merambat sejajar di permukaan
travels parallel to the interface or surface. interface.
This is called its FIRST or LOWER Peristiwa ini disebut “SUDUT KRITIS” PERTAMA
“CRITICAL ANGLE” above approximately 28 atau BAWAH yang besanya kurang lebih 28
degrees with A PLASTIC-TO-STEEL derajat pada INTERFACE antara PLASTIK dan
INTERFACE. Only shear waves are BAJA. Hanya gelombang transversal yang ada
generated in the part. di dalam benda.

If the angle of incidence is increased past the Jika sudut datang diperbesar melampaui sudut
first critical angle, only a shear wave is kritis pertama, hanya gelombang transversal yang
generated in the part. When the angle of merambat di dalam benda. Apabila sudut bias
refraction for the shear wave is 90 degrees, untuk gelombang transversal sebesar 90 derajat,
then we have reached UPPER or SECOND kita akan memiliki SUDUT KRITIS KEDUA atau
CRITICAL ANGLE which produces SURFACE ATAS yang menghasilkan GELOMBANG
WAVES. PERMUKAAN.
With A PLASTIC-TO-STEEL INTERFACE, this Dengan INTERFACE PLASTIK dan BAJA, hal
happens at approximately 58 degrees. tersebut terjadi pada sudut datang 58 derajat.
As shown below, there is then total reflection Seperti diperlihatkan di bawah, selanjutnya akan
for both longitudinal and shear waves. terjadi pantulan total untuk gelombang
longitudinal dan transversal.

Page 54
When the incident beam is at its second critical Pada saat gelombang datang berada pada sudut
angle, A THIRD TYPE of wave is developed, kritis keduanya, terjadi gelombang JENIS KETIGA
called a RAYLEIGH or SURFACE WAVE. yang dinamakan GELOMBANG PERMUKAAN atau
RAYLEIGH.
As shown below, the wave travels with an Seperti gambar di bawah, gelombang permu-
elliptical particle motion. kaan merambat dengan gerakan partikel
berbentuk elips.
Surface waves are useful in detecting Gelombang permukaan bermanfaat untuk
surface cracks, but ONLY PENETRATE mendeteksi retak permukaan, namun HANYA
about ONE WAVELENGTH. MENEMBUS sedalam SATU PANJANG
GELOMBANG

As shown below, surface waves have the ability Seperti diperlihatkan di bawah, gelombang permu-
to follow the surface contour as long as the kaan memiliki kemampuan mengikuti kontur
contour does not sharply change. permukaan selama tidak terjadi perubahan drastis.
However, the surface wave can be almost Namun demikian, gelombang permukaan hampir
completely absorbed by excess couplant or by dapat diserap semuanya oleh kuplan yang
touching your finger to the surface of the part berlebihan atau dengan sentuhan jari pada
ahead of the transducer. permukaan benda di depan transducer.
Page 55
PLATE WAVES or LAMBS WAVES have the GELOMBANG PELAT atau GELOMBANG LAMBS
ability to propagate through THIN PLATES in a memiliki kemampuan merambat di dalam PELAT
variety of wave modes depending on plate TIPIS dalam berbagai mode, tergantung pada
thickness, transducer frequency and incident tebal pelat, frekuensi probe, dan sudut masuknya.
angle.
Plate waves are generated by using Gelombang pelat yang dihasilkan oleh GELOM-
LONGITUDINAL WAVES which develop BANG LONGITUDINAL dapat berbentuk
either SYMMETRICAL or ASYMMETRICAL GELOMBANG SIMETRIS maupun ASIMETRIS
WAVES as shown below. seperti gambar di bawah ini.
Plate wave occupy THE ENTIRE Gelombang pelat memenuhi SELURUH
THICKNESS of the part. KETEBALAN benda yang diperiksa.
Without “SATURATING” the part, the wave Tanpa “MEMENUHI” benda, gelombang
cannot exist. tersebut tidak akan terbentuk.

To generate plate waves, you adjust the Untuk menghasilkan gelombang pelat, sudut
incident angle to the point that maximum masuk harus diatur sedemikian rupa sehingga
reflections are observed on the CRT screen layar CRT memperlihatkan pantulan maksimum
from a known reflector. dari sebuah reflektor yang diketahui.
It is NOT possible to generate shear or surface Adalah TIDAK mungkin untuk menghasilkan
waves on materials THINNER THAN ONE- gelombang transversal atau gelombang permuka-
HALF WAVELENGTH. Therefore, plate waves an pada material yang LEBIH TIPIS dari ½
are useful as shown below: PANJANG GELOMBANG. Oleh karenanya,
gelombang pelat memiliki manfaat seperti berikut:

Page 56
Chapter-4

CHAPTER
FOUR
WORKSHEET
A. Using Snell’s law, calculate the following refraction problems, using the information in the sketch
below.

1. Find the refracted longitudinal wave angle if the incident angle F1 is 25 degrees.
(SHOW WORK) (2 pts)

2. Find the refracted shear wave angle if the incident angle is 45 degrees.
(SHOW WORK) (2 pts)

3. If you wanted a shear wave to travel into the steel at 70 degrees, what would the
incident angle through the lucite be?
(SHOW WORK) (2 pts)

4. If F1 = 18o, is it possible to have a refracted longitudinal wave?


If yes, what is it? (SHOW WORK) (2 pts)
If no, why not?

5. If F1 =36o, is it possible to have a refracted longitudinal wave?


If yes, what is it? (SHOW WORK) (2 pts)
If no, why not?
Chapter-4

CHAPTER
FOUR
REVIEW
1. An “ultrasonic beam” travels through a medium as waves of sound energy.

2. Normal incidence is when the incident beam is parallel to the interface.

3. The refraction of an incident beam at an interface is equal to its angle of reflection.

4. Particle vibration in a longitudinal wave is in the direction of wave propagation.

5. Shear wave velocity is approximately twice the velocity of longitudinal waves.

6. Mode conversion occurs when a sound beam strikes an interface between


two media of different velocities at an angle other than 90o.

7. The bending of an incident beam as it passes though an interface is called


refraction.

8. Longitudinal waves will propagate through both solids and liquids.

9. Both plate waves and surface waves can follow the part contour.

Shear velocity in steel = 3.23 x 105 cm/sec


Long. velocity in steel = 5.85 x 105 cm/sec
Long. velocity in water = 1.49 x 105
cm/sec Long. velocity in lucite = 2.73 x 105
cm/sec

USING THE ABOVE INFORMATION, SOLVE THE FOLLOWING PROBLEMS.


INDICATE THE APPROXIMATE ANGLES ON THE SKETCH AND LABEL EACH.

10. If you wanted a shear wave to travel into steel at 60 degrees, what would be the
incident angle on the Lucite wedge? (SHOW WORK) (3 pts)

11. What would be the refracted longitudinal wave if the angle of incidence through a
water to steel interface is 12 degrees? (SHOW WORK) (3 pts)
Chapter-4

CHAPTER
FOUR
Chapter-5

CHAPTER FIVE
Chapter-5

COUPLANTS AND ULTRASONIC SOUND KUPLAN DAN ENERGI SUARA ULTRASONIK


ENERGY
The primary purpose of a couplant is to provide Tujuan utama pemakaian kuplan adalah untuk
a suitable sound path between the tranducer menyediakan lintasan suara yang memadai antara
and the test surface. transducer dan permukaan benda uji.
A couplant must effectively wet or totally Suatu kuplan harus secara efektip membasahi
contact both surfaces of the transducer and atau secara sempurna menghubungkan
the test part. permukaan transducer dan benda uji.
1. The couplant must exclude all air from 1. Kuplan harus menghilangkan semua uda-
between the surfaces as air is a very ra dari kedua permukaan mengingat uda-
poor conductor of sound. ra adalah penghantar suara yang buruk.
2. The couplant fills in and smooths out 2. Kuplan mengisi dan menghaluskan
irregularities on the surface of the test ketidakteraturan permukaan pada benda
part. uji.
3. The couplant aids in the movement of 3. Kuplan membantu pergerakan transducer
the transducer over the surface in sepanjang permukaan pada teknik
contact testing. contact testing.
4. A practical couplant must be easy to 4. Kuplan harus mudah diaplikasikan dan
apply and easy to remove. It must also dibersihkan. Kuplan juga harus tidak
be harmless to the part surface. merusak permukaan benda uji.

COUPLANT

Oil or water mixed with glycerine (2 parts water Oli atau air dicampur gliserin (2 bagian air dan 1
a 1 part glycerine) are commonly used bagian gliserin) umum dipakai sebagai kuplan.
couplants. Even wallpaper paste has Bahkan pasta kertas dinding juga dapat dipakai
advantages as a couplant. sebagai kuplan.
Heavier couplants, such as grease or heavy Kuplan-kuplan yang lebih kental seperti gemuk
oil can be used on rough or vertical atau oli kental dapat dipakai pada permukaan
surfaces. kasar atau vertikal.
Specially formulated liquid and paste Kuplan cair dan pasta yang diformulasikan
couplants are also available from ultrasonic secara khusus juga dapat dibeli dari pabrik
equipment manufacturers. pembuat perangkat ultrasonik.
In circumstances where the use of liquids or Pada kondisi dimana penggunaan cairan atau
paste is undesirable, thin rubber or rubber like pasta tidak memungkinkan, dapat digunakan
materials may be used. material karet tipis sebagai kuplan.
In all cases the couplant should be as thin Aplikasi kuplan harus setipis mungkin. Jika
as possible. If the couplant is excessive, it ketebalan kuplan berlebihan, dapat terjadi
may act as a wedge and alter the direction penyimpangan arah berkas gelombang suara.
of the sound beam.

Page 58
Page 59
The surface of a test specimen can greatly Permukaan spesimen uji bisa sangat mempe-
affect ultrasonic wave propagation. ngaruhi perambatan gelombang ultrasonik.
Rough surfaces can cause several undesirable Permukaan yang kasar dapat menyebabkan
effects due to distortion of wave directivity pengaruh-pengaruh yang tak diinginkan akibat
including: penyimpangan arah gelombang seperti:
1. Loss of discontinuity and back surface 1. Hilangnya indikasi-indikasi diskontinuitas dan
indications permukaan belakang.
2. Increased width of the front surface 2. Penambahan lebar indikasi permukaan
indication and consequent loss of depan dan sebagai akibatnya kemampuan
resolving power deteksi (resolving power) akan hilang.
3. Divergence of the sound beam 3. Penyebaran berkas suara.
4. Spurious generation of surface waves. 4. Timbulnya gelombang permukaan palsu.

Page 60
A good back surface reflection indicates a Pantulan permukaan belakang yang jelas
good response from the material being tested. menunjukkan respons yang baik dari material yang
It is reflected back to its source similar to light diuji. Gelombang suara dipantulkan kembali ke
striking a mirror. sumbernya seperti cahaya mengenai cermin.
If the surfaces are not parallel, the reflected Jika permukaan tidak sejajar, energi yang
energy will be directed away from the dipantulkan akan diarahkan menjauh dari
transducer similar to light falling on a mirror transducer seperti halnya cahaya mengenai
at an angle, thereby reducing the received permukaan cermin yang miring, sehingga
response. mengurangi respons yang diterima.
In some cases, a complete loss of the back Pada beberapa kasus, bisa saja pantulan per-
surface reflection is possible, depending on mukaan belakang akan hilang seluruhnya, di-
the angle of incidence on the back surface. mana tergantung pada besarnya sudut datang
gelombang pada permukaan belakang.

Which transducer position shown below will Posisi transducer mana pada gambar di bawah ini
provide the best back surface indication on a yang menghasilkan indikasi permukaan belakang
CRT? paling baik pada layar CRT?

The transducer shown at position B will provide Transducer pada posisi B akan menghasilkan
the best back surface indication. indikasi permukaan belakang paling baik.
The physical shape or contour of a part must Bentuk fisik atau kontur sebuah benda harus
be considered when attempting to discern dipertimbangkan saat mencoba melihat apakah
wether a discontinuity indication is real or false. sebuah indikasi diskontinuitas itu nyata atau palsu.
Angular or contoured surfaces may create CRT Permukaan yang berkontur atau membentuk sudut
indications which may be confused as dapat menimbulkan indikasi CRT yang disalah-
indications from discontinuities. artikan sebagai indikasi diskontinuitas.
These spurious (or nonrelevant) indications Indikasi-indikasi palsu (atau nonrelevant) diha-
result from sound being reflected from a silkan dari gelombang suara yang dipantulkan
specimen’s boundaries and back to the oleh bidang batas spesimen dan diterima
transducer at a time equivalent to the length kembali oleh transducer dalam jangka waktu
of time necessary for the sound to travel yang sama dengan waktu yang diperlukan bagi
from a discontinuity to the transducer. pantulan suara dari diskontinuitas kembali ke
transducer.

In testing long specimens, reflection of a Saat menguji spesimen yang panjang, pantulan
spreading beam can produce false indications dari berkas yang menyebar dapat menghasilkan
on the CRT as shown below. indikasi palsu pada layar CRT seperti di bawah.
A shear wave may be generated which is Gelombang tranversal dapat dihasilkan akibat
reflected at a steep angle to the opposite pantulan pada sudut yang tajam ke sisi yang
side, where mode conversion takes place. berlawanan, dimana terjadi perubahan mode.
This action continues until the energy is Kejadian ini berlanjut hingga seluruh energi
either absorbed by the specimen or suara diserap oleh spesimen atau dipantulkan
reflected back to the transducer. kembali ke transducer.
Mode conversion will be discussed in a later Perubahan mode akan didiskusikan pada bab
chapter. However this type of false signal selanjutnya. Sinyal palsu jenis ini akan muncul
will appear on the right side of the first back pada sebelah kanan indikasi pantulan
echo. permukaan belakang yang pertama.
Page 62
Grain structure has a great influence on the Struktur butiran memiliki pengaruh besar pada sifat
acoustical properties of material. akustik material.
A steel forging generally has a fine grain Baja tempa umumnya memiliki struktur butiran
structure and has a low damping effect on halus dan efek peredaman yang rendah
the sound beam . terhadap gelombang suara yang melaluinya.
However, a casting generally has a coarse Sebaliknya, benda cor umumnya memiliki struk-
grain structure which is more difficult to get tur butiran yang lebih sulit dilalui gelombang
sound through. suara.

Note that the coarse grain structure appears as Perhatikan bahwa struktur butiran kasar muncul
multiple iregular indications sometimes called sebagai indikasi berulang tak beraturan yang
“GRASS”, “HASH”, or “NOISE”. kadang kala disebut “grass”, “hash”, atau “noise”.
The fine grain structure has a relatively clean Struktur butiran halus memiliki pola yang relatip
pattern with sharp front and back surface bersih dengan indikasi-indikasi permukaan depan
indications. dan belakang yang tajam.

Page 63
Material having excessive fine porosity also Material yang memiliki porositas halus yang
present CRT patterns similar to that of coarse berlebihan juga memperlihatkan pola CRT mirip
grain structure. dengan pola struktur butiran kasar.

A reduction or loss of the back surface Terjadi pengurangan atau hilangnya indikasi per-
indication occurs and many discontinuity mukaan belakang dan banyak indikasi diskonti-
indications of varying amplitudes appears as nuitas yang amplitudonya bervariasi muncul
noise on the CRT. sebagai gangguan pada layar CRT.
When a discontinuity is not normal (at 90 Jika posisi diskontinuitas tidak tegak lurus (90
degrees) to the incident wave, the reflected derajat) terhadap gelombang datang, gelombang
wave will be at an angle. pantul juga akan membentuk sudut.
As shown below, the result is a reduction in Seperti terlihat di bawah, hasilnya berupa
the amplitude of the discontinuity indication pengurangan amplitudo indikasi diskontinuitas
displayed on the CRT. yang dimunculkan pada layar CRT.

At position “A”, there is a maximum-amplitude Pada posisi “A”, terjadi amplitudo maksimum dan
and sharp discontinuity indication and a fairly indikasi diskontinuitas yang tajam dan indikasi
low amplitude back surface indication. permukaan belakang dengan amplitudo agak
rendah.
As the transducer is moved toward position Saat transducer digerakkan pada posisi “B”,
“B”, the amplitude of the discontinuity amplitudo indikasi diskontinuitas akan turun dan
indication will decrease and the amplitude of amplitudo indikasi permukaan belakang cende-
the back surface indication may tend to rung naik sedikit karena bagian gelombang datang
increase slightly as a larger part of the incident yang melewati diskontinuitas lebih besar.
waves get past the discontinuity.
Note that at position B, the discontinuity Perhatikan bahwa pada posisi B, indikasi
indication not only decreases in amplitude diskontinuitas yang muncul pada layar CRT
on the CRT but tends to spread out or tidak hanya turun amplitudonya, namun juga
broaden over a longer time period. cenderung melebar dalam jangka waktu yang
lebih lama.
At position “C”, the discontinuity indication is at Pada posisi “C”, indikasi diskontinuitas berada
its minimum, or may not be seen at all and the pada posisi terendah, atau bahkan tak terlihat
back surface indication may have an amplitude sama sekali dan indikasi permukaan belakang
like that from a “clean” specimen. memiliki amplitudo seperti halnya pada spesimen
yang tidak ada diskontinuitasnya.
Two basic techniques are used in locating and Dua teknik dasar yang digunakan untuk menen-
evaluating angular flaws: tukan dan mengevaluasi diskontinuitas sudut:
1. CONTACT TESTING – utilizes an ANGLE 1. PENGUJIAN KONTAK – menggunakan
BEAM transducer with a plastic wedge to PROBE SUDUT dengan baji plastik untuk
change the direction of wave propa- mengubah arah perambatan gelombang.
gation.
2. IMMERSION TESTING – uses water as a 2. PENGUJIAN IMMERSION– menggunakan air
couplant, tilting the transducer to achieve sebagai kuplan, dan dengan memiringkan
the necessary directionality. transducer untuk memperoleh arah yang
diinginkan.

The shape or surface condition of a discon- Bentuk atau kondisi permukaan sebuah diskon-
tinuity influences the indication on the CRT. tinuitas mempengaruhi indikasi pada layar CRT.
A discontinuity having a rough surface will Sebuah diskontinuitas yang memiliki permukaan
tend to scatter the reflection as compared to kasar akan cenderung menyebarkan gelom-
a smooth flaw. bang pantul jika dibandingkan dengan diskonti-
nuitas dengan permukaan halus.
Nonmetallic inclusions are typically rough Inklusi nonlogam biasanya kasar dan akan
and would scatter the sound more than a menyebarkan suara melebihi diskontinuitas
crack-like discontinuity. yang berbentuk retakan.
AIR is a POOR medium for transferring UDARA adalah media perambatan getaran
ultrasonic vibrations into liquids or solids. ultrasonik yang BURUK. Oleh karenanya, harus
Therefore, a couplant must be used to transfer digunakan kuplan untuk meneruskan energi dari
energy from the transducer to the test material. transducer ke benda uji.
Water is a commonly used couplant as Air adalah kuplan yang umum dipakai seperti
shown below: ditunjukkan dalam gambar di bawah:

Most of the ultrasonic energy is concentrated Bagian terbesar dari energi ultrasonik terkonsen-
along the centre line of the beam. trasi sepanjang garis pusat berkas suara.
The secondary or side lobes form at the Cuping sekunder atau sisi terbentuk pada
transducer face and radiate away from permukaan transducer dan memancar dari arah
principle direction of sound travel. perambatan gelombang suara utama.
These secondary lobes represent areas of Cuping-cuping sekunder menunjukkan daerah-
high and low intensities at the edge of the daerah dengan intensitas tinggi dan rendah
beam and close to the transducer. pada tepi-tepi berkas suara dan dekat dengan
transducer.
Because of the secondary lobes, the useful Akibat cuping sekunder, lebar efektip dari
width of a transducer beam is less than the berkas transducer menjadi lebih kecil daripada
transducer’s physical width. lebar fisik/aktual dari transducer tersebut.
Transducer diameter has a definite influence on Diameter transducer memiliki pengaruh yang besar
the sound beam transmitted through a pada berkas suara yang dipancarkan ke dalam
medium. sebuah media.
For a given frequency, a smaller transducer has Untuk frekuensi tertentu, transducer berdiameter
a greater beam spread angle than a larger lebih kecil memiliki sudut penyebaran gelombang
diameter transducer as shown below: lebih besar dibandingkan dengan transducer
berdiameter lebih besar seperti dalam gambar:
Page 67
Changing the transducer’s vibrating frequency Mengubah frekuensi getaran transducer juga akan
will also change the beam spread. mengubah penyebaran gelombang.
Divergence is inversely proportional to Besarnya penyebaran berbanding terbalik
frequency. dengan frekuensi.
Therefore, a high frequency transducer has Oleh karenanya, transducer berfrekuensi tinggi
a more constant diameter sound beam than memiliki diameter berkas suara yang lebih kons-
a low frequency transducer. tan dibanding transducer berfrekuensi rendah.
Beam divergence can be reduced by Penyebaran gelombang dapat dikurangi
increasing the transducer frequency or by dengan memperbesar frekuensi transducer atau
using a larger diameter transducer. memakai transducer berdiameter lebih besar.

Which transducers below will have the least Transducer mana di bawah ini yang memiliki
beam spread? penyebaran gelombang paling kecil?

Transducer “B” has the largest diameter and Transducer “B” memiliki diameter terbesar dan
the highest frequency so it has the least beam frekuensi tertinggi sehingga memiliki penyebaran
spread. gelombang terkecil.

The amount of beam spread is determined by Besarnya penyebaran berkas suara ditentukan
the following equation: oleh persamaan berikut:

The strongest intensity of the sound beam is Intensitas berkas suara terbesar berada sepanjang
along its central axis with a gradual reduction in sumbu pusatnya dan secara berangsur-angsur
amplitude away from the axis. berkurang amplitudonya saat menjauh dari sumbu.
The multiplier of 1.22 in the equation above is Faktor pengali 1.22 pada persamaan di atas
for theoretical null (amplitude = 0). 1.08 is used adalah untuk amplitudo = 0. Faktor 1.08 diguna-
for 20 dB down point (10% of peak), 0.88 is kan untuk penurunan 20 dB (10% dari puncak),
used for 10 dB down point (32% of peak), and 0.88 untuk penurunan 10 dB (32% dari puncak),
0.7 for 6 dB down point (50% of peak). dan 0.7 untuk penurunan 6 dB (50% dari puncak).

Page 68
The beam spread of a ½ inch diameter, 1 MHz Penyebaran berkas untuk transducer dengan
transducer is shown to be 34 degrees. diameter ½ inchi, 1 MHz sebesar 34 derajat.
Remember that wavelength (l) is determined Ingat bahwa panjang gelombang (l) ditentukan
by dividing the velocity by the frequency. dengan membagi kecepatan dengan frekuensi.
To change inches to centimeters, multiply by Untuk mengubah satuan inchi menjadi centimeter,
2.54. kalikan dengan 2.54.

Figure above shows the reduction in beam Gambar di atas memperlihatkan pengurangan
spread in steel for a ½-inch-diameter (12.7 penyebaran berkas dalam baja untuk transducer
mm) transducer when the frequency is raised berdiameter ½-inchi (12.7 mm) jika frekuensinya
from 1.0 MHz to 2.25 MHz. dinaikkan dari 1.0 MHz menjadi 2.25 MHz.
The secondary or side lobes shown in the Cuping sekunder atau sisi yang terlihat dalam
figure are edge effects caused by the gambar merupakan efek tepi yang diakibatkan
manner of crystal mounting. cara pemasangan kristal.
In practical work, the primary beam is the Pada prakteknya, hanya berkas utama yang
only one of consequence. menjadi perhatian kita.
Secondary beams are considered when the Berkas sekunder baru diperhitungkan apabila
geometry of the test specimen is such that bentuk benda uji sedemikian rupa sehingga
the secondary beams are reflected back to berkas sekunder tersebut dipantulkan kembali
the transducer, creating spurious effects. ke tranducer, menghasilkan efek-efek palsu.
When the beam spead is small, the intensity Jika penyebaran gelombangnya kecil, perbedaan
differences across the beam are very sligh, intensitas di antara berkas sangat kecil sehingga
slight enough to be ignored. bisa diabaikan.
By using the proper size transducer and the Dengan memakai transducer dengan ukuran dan
proper frequency, this beam spreading can be frekuensi yang sesuai, penyebaran berkas dapat
minimized. This means we can think of the diminimumkan. Ini berarti kita dapat menganggap
beam as a narrow, straight beam. bahwa berkas suaranya lurus dan ramping.
The graph below illustrate a typical Gambar di bawah memperlihatkan hubungan
transducer’s relationship between it’s central antara amplitudo frekuensi tengah dan
frequency amplitude and BANDWIDTH. BANDWIDTH dari sebuah transducer.
In this case, the transducer central Pada kasus ini, frekuensi tengah transducer
frequency is 5.0 MHz. sebesar 5.0 MHz.
Amplitude is expressed in percentage of the Besarnya amplitudo dinyatakan sebagai
central frequency’s amplitude. persentase dari amplitudo frekuensi tengah.

All frequencies having an amplitude within 70% Semua frekuensi yang memiliki amplitudo sebesar
of the central frequency’s amplitude are within 70% dari amplitudo frekuensi tengah berada dalam
the band. Therefore, in the figure above, the satu rentang kelompok. Oleh karenanya, dalam
bandwidth includes: gambar di atas, yang termasuk dalam bandwidth:
a. Frequencies between 3.0 and 5.0 MHz. a. Frekuensi antara 3.0 dan 5.0 MHz.
b. Frequencies between 5.0 and 7.0 MHz. b. Frekuensi antara 5.0 dan 7.0 MHz.
c. Frequencies between 3.0 and 7.0 MHz. c. Frekuensi antara 3.0 dan 7.0 MHz.
Page 70
Quality factor, or Faktor kualitas, atau
“Q”, of individual “Q”, dari masing-
transducer elements masing elemen
is a performance transducer adalah
measure of their ukuran unjuk kerja dari
frequency selectivity. pemilihan
It is the ratio of the frekuensinya.
transducer’s Merupakan
central frequency
(fo) to its perbandingan
bandwidth (f2 –f1) frekuensi
at the 3 dB down
point tengah transducer
(fo) terhadap
bandwidth-nya (f2 –
f1) pada penurunan
sebesar 3 dB.

Page 71
Page 72
In ultrasonic testing, the sound beam is Dalam pengujian ultrasonik, berkas suara secara
generally considered to be a straight-sided teoritis dianggap sebagai bidang lurus yang dipro-
projected of the face of the transducer. In yeksikan dari permukaan transducer. Kenyataan-
reality, the beam is not all that consistent. nya, berkas suara bentuknya tidak konsisten.
If the beam intensity is measured at various Jika intensitas berkas diukur pada berbagai jarak
distance from the transducer, TWO DISTINC dari transducer, terdapat DUA ZONA YANG
ZONES are found as shown below: BERBEDA seperti dalam gambar di bawah:

These zones are known as the NEAR ZONE (or Zona-zona tersebut dikenal sebagai ZONA DEKAT
FRESNEL ZONE) and the FAR ZONE (or (atau ZONA FRESNEL) dan ZONA JAUH (atau
FRAUNHOFER ZONE). ZONA FRAUNHOFER).
In the near zone, sound intensity (energy) Pada zona dekat, intensitas energi suara
varies irregularly. Localized areas of low and bervariasi secara tak beraturan. Dalam zona ini
high intensity exist within this area. This terdapat daerah-daerah lokal dengan intensitas
irregular pattern results from the interference rendah dan tinggi. Pola tak beraturan dihasilkan
between sound waves that are emitted from akibat interferensi antar gelombang suara yang
the face of the transducer. dipancarkan oleh permukaan transducer.
In the far zone, the sound intensity would Dalam zona jauh, intensitas suara akan
steadily decrease as the distance from the berkurang secara teratur dengan bertam-
transducer increases. This is caused by the bahnya jarak dari transducer. Hal ini disebabkan
fact that the material absorbs and scatters karena material menyerap dan menghamburkan
some of the energy. sebagian energi suara.

Page 73
The length of the near zone is dependent on Panjang/kedalaman zona dekat bergantung pada
the DIAMETER OF THE TRANSDUCER and the DIAMETER TRANSDUCER dan PANJANG
WAVELENGTH of the ultrasonic beam, and GELOMBANG berkas ultrasonik, dan
may be expressed as: dapat dinyatakan sebagai:

Remember that the near zone is DIFFERENT Ingat bahwa zona dekat BERBEDA dengan zona
FROM the dead zone. mati (dead zone).

Near Zone
Chapter-5

CHAPTER FIVE
WORKSHEET
A. Understanding “Beam Spread” will help point out the importance of selecting the proper
frequency and size transducer. The length of the ultrasonic wave and the diameter of the
transducer are often critical in the determination of flaw size and location.

B. Using the information given below, determine the “Beam Spread” and “Near Zone” for the
conditions listed.
(a) Velocity in steel = 0.585 x 106 cm/sec
(b) Velocity in aluminum = 0.625 x 106 cm/sec
(c) One inch = 2.54 centimeters.

(d)

(e)

(f)

1. What would be the beam spread and near zone using a 1” diameter, 2.25
MHz transducer on an aluminum test part? (SHOW WORK) (3 pts)

2. What would be the beam spread and near zone using a 1” diameter, one
MHz transducer on an aluminum test part? (SHOW WORK) (3 pts)

3. What would be the beam spread and near zone using a one half inch diameter,
2.25 MHz transducer on a steel test part? (SHOW WORK) (3 pts).
Chapter-5

CHAPTER FIVE
REVIEW
1. Higher frequency transducers have less beam spread than low frequency
transducers.

2. Lower frequency transducers are usually used to find the smaller defects.

3. The longer the wavelength (l) the greater the beam spread and better ability to
locate small discontinuities.

4. When comparing two transducers of the same frequency, the larger transducer
will have the greatest beam spread.

5. A rough surface on the test specimen may cause a loss in amplitude on the CRT
screen.

6. If the front and back surfaces of a test part are not parallel, there will be a
greatly reduced signal amplitude from any discontinuity in the part.

7. Long or thin specimens may cause false indications due to mode conversion of
the longitudinal beam.

8. A smooth discontinuity (crack) will reflect more energy than a discontinuity with a
rough surface (inclusion).

9. Both contact and immersion testing techniques can be used for performing an
“angle beam” examination of a part.

10. The couplant used in ultrasonic inspection should be as thick as possible to


properly direct the sound beam.

11. Where a liquid or paste couplant cannot be used, a rubber sheet may sometimes
be used by placing it between the transducer and test part.

12. What would be the “Beam Spread” if the following conditions existed?
A. 1” diameter, 5 MHz transducer.
B. Velocity in steel = 0.585 x 106 cm/sec.

C.

D.

E. One inch = 2.54 centimeters.


F. (3 pts – SHOW WORKS)
Chapter-6

CHAPTER SIX
Chapter-6

ATTENUATION, ACOUSTIC IMPEDANCE, AND PELEMAHAN, IMPEDANSI AKUSTIK, DAN


RESONANCE RESONANSI
As shown below, a beam of sound energy will Seperti diperlihatkan di bawah, berkas energi suara
spread out (diverge) as it moves through the akan menyebar selama perambatannya di dalam
specimen, and the intensity (energy) decreases spesimen, dan intensitas energinya berkurang saat
with distance away from the transducer and menjauh dari transducer dan dari pusat berkas
away from the center of the beam. suara.

For a given size transducer: Untuk ukuran transducer tertentu:


HIGH FREQUENCY transducers produce Transducer dengan FREKUENSI TINGGI meng-
NARROWER SOUND BEAMS than low hasilkan berkas suara yang LEBIH SEMPIT di-
frequency transducers. bandingkan transducer dengan frekuensi
rendah.
For the purpose of illustration, ultrasonic sound Untuk tujuan ilustrasi, gelombang suara ultrasonik
can be viewed as a narrow cone-shaped beam dapat digambarkan sebagai berkas berbentuk
which is divided into two zones. kerucut yang dibagi menjadi dua zona.
The intensity in the NEAR ZONE varies Intensitas energi suara pada ZONA DEKAT
irregularly due to sound interaction close to the bervariasi secara tak teratur akibat interaksi
transducer. This prevents reliable detection of gelombang suara dekat transducer. Hal tersebut
discontinuities close to the surface. menghalangi keandalan deteksi diskontinuitas
yang letaknya dekat permukaan.
In the FAR ZONE, the intensity (energy) Pada ZONA JAUH, intensitas energi suara
decreases steadily due to both attenuation and berkurang secara teratur akibat pelemahan dan
beam spread. penyebaran gelombang.

The intensity at point “Y” above is less than at Intensitas energi suara pada titik “Y” di atas lebih
point “X”. rendah dari intensitas pada titik “X”.

The intensity at point “Y” above is less than at Intensitas energi suara pada titik “Y” di atas lebih
point “X” since the intensity (energy) in the rendah dari intensitas pada titik “X” karena
beam decreases as the distance from the intensitas energi berkas suara berkurang dengan
center of the beam increases. penambahan jarak dari pusat berkas suara.
This also means that we can locate the Hal ini berarti bahwa kita dapat menentukan
center of the beam by locating the point lokasi pusat berkas suara dengan melihat
where the intensity is highest. tempat dimana terjadi intensitas suara tertinggi.
ATTENUATION is the term used to describe PELEMAHAN adalah istilah yang digunakan untuk
this condition of ENERGY LOSS. Attenuation menggambarkan kondisi HILANGNYA ENERGI.
means the process of LESSENING THE Pelemahan berarti proses PENGURANGAN
AMOUNT. JUMLAH.
Primary reasons for attenuation are: Alasan utama terjadinya pelemahan adalah:
1. Absorption. 1. Penyerapan.
2. Scattering. 2. Penghamburan.
3. Geometrical spreading. 3. Penyebaran geometris.

Attenuation is different in different materials, Pada material yang berbeda, besarnya pelemahan
depending on the absorption and scattering of yang terjadi juga berbeda-beda, tergantung pada
the sound energy. penyerapan dan penghamburan energi suara.
Another phenomenon which pertains to the Fenomena lain yang berhubungan dengan suara
interrelationship of the sound and material dan sifat material adalah “IMPEDANSI AKUSTIK”.
properties is “ACOUSTIC IMPEDANCE”.
This term should not be confused with Istilah ini jangan disalahartikan dengan
“ATTENUATION”. “PELEMAHAN”.

“ACCOUSTICAL IMPEDANCE” (Z) is defined as ‘IMPEDANSI AKUSTIK” (Z) didefinisikan sebagai


the product of the density (r) and sound hasil kali antara kerapatan (r) dan cepat rambat
velocity (V) within a given material. suara (V) di dalam suatu material.

Impedance = density x velocity, or Z = r V

Impedance values for typical materials are Besarnya harga impedansi untuk material-material
shown below: tertentu diperlihatkan di bawah ini:
Figure below shows the transfer of sound from Gambar di bawah memperlihatkan perambatan
one medium to another (from medium 1 to suara dari satu media ke media lain (dari media 1
medium 2) and the reflection of the sound at ke media 2) dan pemantulan suara pada interface
the interface between two medium. antara kedua media tersebut.

The impedance ratio is defined as the Rasio impedansi didefinisikan sebagai hasil bagi
impedance of medium 2 divided by the antara impedansi dari media 2 dengan impedansi
impedance of medium 1, that is: media 1, yaitu:

or

If acoustic energy is transmitted into two pieces Jika energi suara dirambatkan ke dalam dua
of perfectly bonded identical steel, we find the potong baja yang jenisnya sama dan direkatkan
sound has the same velocity through both, with dengan sempurna, kita dapatkan bahwa suara
an impedance ratio of 1 to 1. memiliki cepat rambat yang sama melalui
keduanya, dengan rasio impedansi 1:1.

An impedance ratio of anything less or greater Rasio impedansi yang besarnya kurang atau lebih
than 1 to 1 is less than ideal. dari 1:1 dikatakan tidak ideal.
As shown below a large portion of the sound Seperti diperlihatkan di bawah ini, bagian terbesar
beam from a water to steel interface will be berkas suara dari air menuju baja akan dipantulkan
reflected back towards the transducer and kembali ke arah transducer oleh interface dan tidak
never enter the part. pernah memasuki baja.

To determine how much of the energy is Untuk menentukan seberapa banyak energi suara
reflected, you can use the following formula to yang dipantulkan, anda dapat menggunakan ru-
calculate the reflection factor (R): mus berikut untuk menghitung faktor pantulan (R):

X 100% Z = acoustical impedance

In the illustration above, how much of the sound Pada gambar di atas, berapa banyak energi suara
energy is reflected from the water to steel yang dipantulkan kembali ke air oleh interface baja?
interface?

88 % reflected
RESONANCE can be defined as the RESONANSI dapat didefinisikan sebagai terjadinya
characteristic of a vibrating body to resonate or getaran pada suatu benda akibat getaran benda
vibrate in sympathy with a vibration source. lain dalam fase yang sama.
When STANDING (as opposed to travelling) Apabila terjadi GELOMBANG DIAM dalam
waves occurs, the item is said to be in sebuah benda, maka benda tersebut dikatakan
resonance. mengalami resonansi.
As shown below, a resonant condition will exist Seperti ditunjukkan di bawah ini, kondisi resonansi
any time a continuous longitudinal wave is akan terjadi jika gelombang longitudinal menerus
introduced into a specimen and reflected “in dirambatkan di dalam spesimen dan dipantulkan
phase” with the incoming wave. “dalam fase yang sama” dengan gelombang
datang.

Resonance will occur only when the thickness Resonansi hanya akan terjadi jika ketebalan
of a specimen is equal to A HALF-wavelength spesimen SETENGAH DARI panjang gelombang
or an exact multiple of a half-wave length. atau kelipatan bulatnya.
Shown below is a “FUNDAMENTAL Diperlihatkan di bawah ini adalah “FREKUENSI
FREQUENCY” and multiples called DASAR” dan kelipatannya yang dinamakan
“HARMONICS”. “GETARAN HARMONIS”.
Ultrasonic units using the principle of Perangkat ultrasonik yang menggunakan prinsip
resonance were commonly used for resonansi umumnya digunakan untuk PENGU-
THICKNESS MEASUREMENT and bond or KURAN KETEBALAN dan pemeriksaan laminasi
lamination inspection. atau rekatan.
However, pulse echo units have been Saat ini, unit pulse echo telah banyak disem-
refined to perform most of these function purnakan untuk melakukan fungsi-fungsi
and resonant instruments are rarely used. tersebut dan perangkat resonansi mulai jarang
dipakai.
RESONANCE occurs when the material RESONANSI terjadi apabila ketebalan material
thickness is equal to a half wavelength or exact besarnya setengah panjang gelombang atau
multiples. kelipatan bulatnya.
The wavelength can be changed by varying the Panjang gelombang dapat diubah-ubah dengan
frequency. memvariasikan frekuensi.
The FUNDAMENTAL RESONANT FREQUENCY FREKUENSI RESONANSI DASAR adalah frekuensi
is the lowest frequency at which specimen will terendah dimana spesimen akan mengalami
resonate. resonansi.
HARMONICS are exact multiples of the FREKUENSI HARMONIS adalah kelipatan bulat
fundamental (minimum) resonance frequency. dari frekuensi resonansi dasar (minimum).
The fundamental resonant frequency can be Frekuensi resonansi dasar dapat ditentukan
found by: dengan rumus:

F = Fundamental resonant frequency


V = Velocity of longitudinal wave
T = Thickness of material

As shown above in “A”, the frequency has been Seperti diperlihatkan di atas, pada posisi “A”,
adjusted until a standing wave “resonance” has frekuensi telah diatur hingga terjadi gelombang
been established. berdiri “resonansi”.
If the transducer is moved to position '”B”, the Jika transducer digerakkan ke posisi “B”, material
material will stop resonating until the frequency akan berhenti beresonansi hingga frekuensi
(wavelength) is adjusted to again establish (panjang gelombang) diatur hingga menghasilkan
resonance as shown. gelombang berdiri resonansi lagi.
CHAPTER SIX
WORKSHEET
A. Using the information given below, solve the problems relating to “reflection factors”.
B. The chart below lists the common impedance values.

IMPEDANCE = VELOCITY x DENSITY

C.
X 100% Z = acoustical impedance

1. What percentage of the original sound energy will be reflected back to the probe
at the water to aluminum Interface? (SHOW WORK) (3 pts)

2. What percentage of the original sound energy will finally enter the water on Its way
back to the transducer from the back surface of the aluminum part? (SHOW
WORK) (3 pts)
Only consider the reflection factors, do not consider the normal attenuation that
would occur in the material itself.
3. A clad material is to be tested for bond defects. One material has a thickness of
0.3 inches and an acoustic impedance of 5.0 x 106 gram/cm2 - second and the
other material is 4.0 inches thick and has an acoustic impedance of 4.5 x 106
gram/cm2 - second.
If the bond is perfect and acceptable, what percentage of sound would
you expect to be reflected from the interface? (SHOW WORK) (3 pts)

4. Would you inspect the bonded material through the thick side or through the thin
side? Why? (2 pts)

5. On the CRT screen below, using a 5 inch screen range, sketch the approximate
location and amplitude of the pips from an acceptable bond condition. (2 pts)

0 1 2 3 4 5

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

As a general rule, “R” should be less than 20% for adequate bond inspection.
CHAPTER SIX
REVIEW
1. The gradual loss of energy as a sound beam travels through a material is
called attenuation.

2. Wherever possible, the UT inspection should be done in the “near zone” before
the sound can spread out and attenuate.

3. “Acoustic Impedance” refers to resistance of sound propagation through a part.

4. Compared to steel, air has a very high acoustic impedance value.

5. The original ultrasonic velocity remains the same regardless of the media it is
passing through.

6. A sound beam with a given energy will travel farther in aluminum than in steel
before it is attenuated by the same amount.

7. A fine grained material will usually cause less attenuation than a coarse grained
material.

8. The terms “intensity” and “impedance” mean the same thing.

9. In immersion testing, it is typical that less than 1% of the original sound energy is
returned to the transducer.

10. Using the information given below, what would be the Reflection Factor at the
interface shown between the water (Z1) and steel (Z2)? (SHOW WORK) (3 pts)

X 100% Z = acoustical impedance


Chapter-7

CHAPTER SEVEN
Chapter-7

DISPLAYING ULTRASONIC INDICATIONS MENAMPILKAN INDIKASI ULTRASONIK


There are three basic types of visual displays Ada tiga jenis dasar tampilan visual yang umum
which are commonly used to evaluate the digunakan untuk mengevaluasi kemulusan atau
soundness or quality of a material being tested: kualitas sebuah material yang diuji: scan-A, scan-
A-scan, B-scan, and C-scan. B, dan scan-C.
A-SCAN is a “TIME VERSUS AMPLITUDE” SCAN-A adalah tampilan “WAKTU VERSUS
display which reveals a discontinuity using a AMPLITUDO” yang menyatakan sebuah diskonti-
“PIP” on a cathode-ray tube (CRT). nuitas menggunakan “PIP” pada layar CRT.

The A-scan presentation, as has been Tampilan scan-A, dibaca dari kiri ke kanan.
discussed, is read from left to right. The height Ketinggian puncak dari sebuah diskontinuitas
of a pip can be compared to the height of a pip dapat dibandingkan dengan ketinggian puncak
from a known reference reflector to give an dari pemantul referensi yang ukurannya diketahui
indication of relative discontinuity size. untuk memberikan gambaran seberapa besar
ukuran relatip diskontinuitas tersebut.
B-SCAN presentation, as shown below, Tampilan SCAN-B, seperti ditunjukkan di bawah
typically uses an oscilloscope screen to display ini, menggunakan sebuah layar oscilloscope untuk
A CROSS-SECTIONAL VIEW of the material menampilkan PANDANGAN PENAMPANG
being tested. MELINTANG dari material yang diuji.
The image is retained on the CRT long Citra material diperlihatkan cukup lama pada
enough to evaluate the sample and to layar CRT untuk dievaluasi dan difoto agar
photograph the screen for a permanent menghasilkan rekaman permanen.
record.

Cross-sectional view of B-scan from TOFD.

C-SCAN is a “PLAN VIEW” presentation similar SCAN-C adalah tampilan PANDANGAN ATAS yang
to an X-ray picture. serupa dengan gambar sinar-X.
As shown below, the C-scan shows the Seperti diperlihatkan di bawah, scan-C
shape and location of the discontinuity, but memperlihatkan bentuk dan letak diskontinuitas,
does not show the depth. namun tidak menunjukkan kedalaman.
D-SCAN is modification of the C-scan, where SCAN-D merupakan modifikasi dari scan C,
the depth of discontinuities from the surface is dimana kedalaman diskontinuitas dari permukaan
directly known. dapat langsung diketahui.

A‐scan

S‐scan

C‐scan

S-SCAN is SECTORAL SCAN, which is SCAN-S adalah SCAN BIDANG, yang diperoleh
obtained from phased array transducer. S-scan dari transducer phased array. Scan-S men-scan
sweeps through a range of angles using the material dalam suatu rentang sudut menggunakan
same focal distance and elements. jarak fokus dan elemen-elemen yang sama.
Using a small angle step value, the sectorial Dengan menggunakan harga peningkatan
scan resolution is very precise. sudut yang kecil, resolusi dari scan-S menjadi
sangat akurat.
High speed ultrasonic scanning generally Scanning ultrasonik kecepatan tinggi umumnya
utilizes the C-scan presentation. menggunakan tampilan scan-C.
As shown below, some recorders use a Seperti diperlihatkan di bawah ini, beberapa
chemically treated paper. The paper perekam menggunakan kertas khusus.
movement is synchronized with the Pergerakan kertas perekam dibuat serempak
movement of the transducer across the test dengan pergerakan transducer sepanjang
surface. permukaan benda uji.

The advantage of the C-Scan is its speed and Keuntungan dari scan-C adalah kecepatannya
ability to produce a permanent record. yang tinggi dan kemampuan untuk menghasilkan
However, the scan shows only length and width rekaman permanen. Namun demikian, scan-C
but not depth. hanya memperlihatkan panjang dan lebar
discontinuitas saja, tanpa kedalaman.
Typical BRIDGE/MANIPULATOR for a basic BRIDGE/MANIPULATOR khusus yang dipakai
ultrasonic immersion test is shown below. untuk pengujian ultrasonik immersion ditunjukkan
di bawah ini.
When a C-scan is to be made, electric Pada saat dilakukan scan-C, motor listrik
motors are utilized to activate the traveling digunakan untuk mengaktipkan mekanisme
mechanisms and the up and down scanning dan pergerakan ke atas-bawah dari
movement of the search tube. tabung pencari.

A typical A-scan presentation is shown below Tampilan A-scan yang diperlihatkan di bawah ini
using contact testing with an angle beam diperoleh dari pengujian kontak memakai probe
transducer. sudut.
The procedure used to calibrate the UT unit Prosedur yang dipakai untuk mengkalibrasi
is similar to normal beam testing and perangkat UT serupa dengan yang dipakai
requires a calibration block with a known pada probe normal dan mensyaratkan
size reflection surface at a known metal penggunaan blok kalibrasi dengan pemantul
travel. yang ukurannya diketahui dan pada jarak dari
permukaan yang diketahui.
Page 91
A calibration block (IIW test block further Sebuah blok kalibrasi (blok uji IIW yang akan
discussed in Chapter 8) is shown below with a didiskusikan pada Bab 8) diperlihatkan di bawah
known distance of 4 inches to the curved sur- ini dengan jarak sebesar 4” ke permukaan
face. lengkungnya.
Using the sweep and delay controls, the Dengan menggunakan kontrol sweep dan
pips are adjusted to show multiples of 4 delay, puncak-puncak diatur pada posisi
inches on the CRT. kelipatan 4” di layar CRT.

0 1 2 3 4 5

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

If the miniature angle beam calibration block Jika blok kalibrasi probe sudut miniatur yang
shown below were used to calibrate the above ditunjukkan di bawah ini dipakai untuk mengka-
CRT screen, where would the pips appear? librasi layar CRT di atas, di manakah puncak-
puncak muncul di layar CRT?

Depending on the direction of the angle beam Tergantung pada arah probe sudutnya, puncak-
probe, the pips would either appear at one, puncak akan muncul di satu, empat, dan tujuh
four, and seven inches or two, five, and eight inchi, atau dua, lima, dan delapan inchi.
inches.

SP1 = 1” SP1 = 2”
SP2 = 4” SP2 = 5”
SP3 = 7” SP3 = 8”

Page 91
Page 92
Welds may be ultrasonically tested by either Sambungan las dapat diuji ultrasonik menggu-
STRAIGHT BEAM or ANGLE BEAM techniques. nakan teknik PROBE NORMAL maupun SUDUT.
Straight beam testing of welds is more readily Pengujian sambungan las memakai probe normal
accomplished if the surface of the weld is dapat dilakukan jika kampuh las digerinda rata
ground flush (View A), while if the weld bead (Gambar A), sementara jika kampuh las tidak
extends above the surface, angle beam digerinda, digunakan teknik probe sudut (Gambar
techniques are used (View B). B).

The angle beam technique is often used for Teknik probe sudut seringkali digunakan untuk
weld inspection as shown below. pemeriksaan sambungan las di bawah ini.

Typically, the weld should be inspected in the Biasanya sambungan las diperiksa pada kaki ke-1
1st or 2nd leg whenever possible as shown dan ke-2 apabila memungkinkan seperti ditunjuk-
below. kan di bawah ini.

Page 93
To assist in evaluating the results of angle Untuk membantu mengevaluasi hasil pemeriksaan
beam inspection, a direct reading ULTRA- dengan probe sudut, digunakan pembacaan
SONIC CALCULATOR is commonly used. langsung dengan ULTRASONIK KALKULATOR.

The HORIZONTAL SCALE across the top of SKALA HORIZONTAL pada bagian atas kalkulator
card represents the number of inches between menunjukkan jarak antara exit point pada
the transducer and the center of the weld. transducer dengan sumbu las.
The VERTICAL SCALE represents specimen SKALA VERTIKAL menunjukkan ketebalan
thickness, and the ARC shows the angle of the spesimen, dan BUSUR LENGKUNG menunjukkan
sound beam. sudut probe.
The following is an example of a typical angle Berikut ini adalah contoh pemakaian ultrasonik
beam inspection using the ultrasonic kalkulator untuk pemeriksaan sambungan las
calculator. dengan probe sudut.
A double vee weld with an opening of 60 Sambungan X dengan sudut alur 60o pada pelat
degrees in a 40 mm steel plate using a 60 yang tebalnya 40 mm diperiksa memakai probe
degree shear wave in the specimen. sudut 60o.

The following PROCEDURE should be used in PROSEDUR berikut ini harus diikuti dalam meng-
setting up the calculator: gunakan ultrasonik kalkulator:
1. Draw a line representing the sound path 1. Gambar garis yang mewakili lintasan suara
from the upper left corner through the 60 dari sudut kiri atas memotong tanda 60o
degree mark on the arc, extending to the pada busur, panjangkan hingga ketebalan
40 mm point representing the plate 40 mm yang mewakili tebal pelat. Catat jarak
thickness. Calibrate the horizontal sweep horizontal pada layar CRT yang mewakili
of the CRT to represent beam travel jarak perambatan gelombang di dalam
distance in the material being tested. material yang diuji.
2. To show the full skip distance of the 2. Untuk memperlihatkan jarak full skip dari
sound beam, you then double the 81 mm gelombang suara, gandakan jarak 81 mm
and mark that point at approximately 162 dan tandai titik tersebut pada kurang lebih
mm (point “B” above). 162 mm (titik “B” di atas).
3. Next, draw the 60 degree X weld on THE 3. Selanjutnya, gambar alur las X bersudut 60o
PLASTIC SLIDE or transparent paper that pada PLASTIK TRANSPARAN yang dapat
slides back and forth over the calculator. digeser ke depan dan belakang pada
kalkulator.
4. As shown above, a discontinuity is 4. Seperti ditunjukkan di atas, sebuah
displayed on the CRT screen at 101 mm. diskontinuitasterlihat pada layar CRT
The operator then measures the distance dengan jarak 101 mm. Operator selanjutnya
between the center of the transducer (exit mengukur jarak antara exit point pada
point) and the center of the weldment (94 transducer dan sumbu las (94 mm) dan
mm) and slides the transparent paper to menggeser plastik transparan ke jarak
the same distance. tersebut.
5. The position of the discontinuity is 5. Posisi diskontinuitas akan terlihat dan dapat
indicated and can be evaluated. dievaluasi.
Chapter-7

CHAPTER SEVEN
WORKSHEET
A. Angle beam inspection requires that the operator understand how the sound beam is reflected
within the specimen. On the CRT screen provided, indicate the location of each pip based on the
sound path distances shown. (3 pts each)

0 1 2 3 4 5

15 INCH SCREEN RANGE

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

0 1 2 3 4 5

20 INCH SCREEN RANGE

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

0 1 2 3 4 5

12 INCH SCREEN RANGE

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Chapter-7

CHAPTER SEVEN
REVIEW
1. On a typical B-Scan, the horizontal sweep represents time and the
vertical deflection represents amplitude.

2. The B-Scan can display how deep the discontinuity is below the surface of
the specimen.

3. The typical A-Scan is the display commonly used for recording a


permanent record with the immersion inspection technique.

4. The vertical pip on an A-Scan can be used to compare the relative size of a
discontinuity.

5. The C-Scan display will indicate length and width of a discontinuity, but it cannot
show depth.

6. To obtain an A-Scan display with ultrasonic immersion testing, it is necessary to


automate the bridge/manipulator with electric motors.

7. The “Ultrasonic Calculator” can be used in weld inspection to indicate the location
of a discontinuity in the weldment.

8. Whenever possible, the weld should be inspected in the “2nd Skip Distance”.

9. The calibration of a UT instrument for sound path distance can be performed


using the curved surface of the “IIW Block”.

10. To accurately utilize the “Ultrasonic Calculator” it is necessary to accurately


measure the distance from center line of the weld to the exit point of the
transducer.

11. Using an 8” screen range on the CRT below, indicate where the “pips” should
appear if the instrument is to be properly calibrated for sound path distance in the
block shown. (SHOW WORK) (3 pts)

0 1 2 3 4 5

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Chapter-8

CHAPTER EIGHT
Chapter-8

ULTRASONIC TRANSDUCERS AND TRANSDUCER ULTRASONIK DAN BLOK


STANDARD REFERENCE BLOCKS REFERENSI STANDARD
The ultrasonic transducer is the heart of the UT Transducer ultrasonik adalah jantung dari sistem
test system. perangkat pengujian UT.

The crystal material in an ultrasonic transducer Material kristal di dalam transducer ultrasonik
is made of piezoelectric materials such as dibuat dari material-material piezoelectric seperti
quartz, lithium sulfate and polarized ceramics. quartz, lithium sulfate, dan polarized ceramics.
1. QUARTZ was the first material used. It 1. QUARTZ adalah material yang pertama kali
has very stable frequency characteristics. digunakan. Meskipun memiliki karakteristik
However, quartz is a poor generator of frekuensi yang sangat stabil, quartz adalah
acoustic energy and has generally been penghasil energi suara yang buruk dan
replaced by more efficient materials. umumnya telah digantikan dengan material
yang lebih efisien.
2. LITHIUM SULFATE is a very efficient 2. LITHIUM SULFATE adalah penerima energi
receiver of acoustic energy, but is suara yang sangat efisien, namun bersifat
fragile, soluble in water, and limited to getas, larut dalam air, dan penggunaannya
use at temperatures below 74°C. terbatas pada suhu di bawah 74oC.
3. POLARIZED CERAMICS produce the 3. POLARIZED CERAMICS merupakan
most efficient generators of acoustic penghasil energi suara yang paling efisien
energy but they do have a tendency to namun cenderung mengalami
wear. Common polarized ceramics keausan. Polarized ceramics yang
include barium titanate, lead metanio- umum dipakai adalah barium
bate, and lead zirconate/titanate. titanate, lead metaniobate, dan lead
zirconate/titanate.
The capability of a transducer is described by Kemampuan sebuah transducer dinilai dari tiga
three terms: hal:
1. SENSITIVITY – the ability to detect small 1. SENSITIVITAS – kemampuan untuk mende-
discontinuities. teksi diskontinuitas berukuran kecil.
2. RESOLUTION – the ability to separate the 2. RESOLUSI – kemampuan memisahkan pan-
sound reflections from two discontinuities tulan suara dari dua buah diskontinuitas
close together in depth or time. yang jaraknya berdekatan.
3. EFFICIENCY – energy conversion effecti- 3. EFISIENSI – efektivitas untuk mengubah
veness. energi.
SENSITIVITY of a transducer is rated by its SENSITIVITAS sebuah transducer diukur dari
ABILITY TO DETECT A CERTAIN SIZE flat- KEMAMPUANNYA UNTUK MENDETEKSI sebuah
bottom hole, at a specified depth, in a standard lubang berdasar rata dengan ukuran dan jarak
reference block. tertentu, dalam sebuah blok referensi standard.
THE SMALLER the detectable hole, THE MAKIN KECIL ukuran lubang yang terdeteksi,
GREATER the sensitivity. MAKIN BESAR sensitivitasnya.
Transducer sensitivity is measured by THE Sensitivitas transducer diukur dari KETINGGIAN
AMPLITUDE OF ITS RESPONSE from an AMPLITUDO RESPONS dari sebuah diskontinuitas
artificial discontinuity in a standard reference buatan dalam sebuah blok referensi standard.
block.
The reference block is necessary, because Blok referensi perlu digunakan, karena meskipun
even transducers of the same size, frequency ukuran, frekuensi, dan material transducer sama,
and material do not always produce the same namun amplitudo sinyal yang diperoleh dari
amplitude signal from a given reflector. sebuah pemantul tidak selalu sama besarnya.
When the amplitude of an indication from a Apabila amplitudo indikasi yang berasal dari sebuah
discontinuity in a test specimen is the same as diskontinuitas di dalam benda uji sama tingginya
that from an artificial discontinuity in a reference dengan amplitudo dari sebuah diskontinuitas
block and both are the same depth below the buatan dalam sebuah blok referensi, dan keduanya
surface, the discontinuity is: berada pada kedalaman yang sama dari permu-
kaan, maka diskontinuitas tersebut:
A. Larger than the artificial discontinuity. A. Lebih besar daripada diskontinuitas buatan.
B. Smaller than the artificial discontinuity. B. Lebih kecil daripada diskontinuitas buatan.

As shown in View A, the sound beam strikes Seperti diperlihatkan pada Gambar A, berkas suara
the discontinuity in the test specimen. It is mengenai diskontinuitas dalam benda uji.
unlikely that this surface will be perfectly flat Permukaan diskontinuitas tidak mungkin benar-
and parallel to the test surface, so the benar rata dan sejajar dengan permukaan benda,
discontinuity will reflect something less than the sehingga energi suara yang dipantulkannya akan
maximum amount of sound energy that a kurang dari yang seharusnya dapat dipantulkan
discontinuity of this size could reflect. oleh diskontinuitas dengan ukuran tersebut.
Therefore, if the true discontinuity and the Oleh karena itu, jika diskontinuitas asli dan diskon-
artificial discontinuity are the same size, the tinuitas buatan memiliki ukuran yang sama, keting-
indication from the true discontinuity will always gian indikasi dari diskontinuitas asli akan selalu
be smaller. It follows that if the indications were lebih kecil. Jadi jika ketinggian dari kedua indikasi
the same size, the true discontinuity would be tersebut sama, maka ukuran diskontinuitas asli
larger than the artificial discontinuity. akan lebih besar daripada diskontinuitas buatan.
RESOLUTION is THE ABILITY TO SEPARATE RESOLUSI adalah KEMAMPUAN UNTUK
(distinguish between) the sound reflections MEMISAHKAN (membedakan antara) pantulan
from a discontinuity close to a boundary or two suara dari sebuah diskontinuitas yang dekat
discontinuities close together in depth or time. dengan pemukaan atau dua buah diskontinuitas
yang jaraknya saling berdekatan.

For example, in the illustration above, Sebagai contoh, dalam gambar di atas, transducer
transducer A would need greater resolving A akan memerlukan daya resolusi yang lebih besar
power than transducer B to detect and dibandingkan transducer B untuk mendeteksi dan
effectively separate indications from each memisahkan indikasi-indikasi dari tiap-tiap
discontinuity. diskontinuitas secara efektip.

In the illustration above, which transducer will Dalam gambar di atas, tranducer manakah yang
require the greater resolving power to effectively memerlukan daya resolusi lebih besar untuk
display the ultrasonic indications from the menampilkan indikasi ultrasonik dari diskontinuitas
discontinuity? secara efektip?
Answer: Transducer B Jawab: Transducer B

Which of the following statements describes the Pernyataan manakah berikut ini yang menggambar-
resolution of a transducer? Assume the article kan resolusi dari sebuah transducer? Asumsikan
under test is 254 mm in thickness. ketebalan benda yang diuji adalah 254 mm.
a. A transducer capable of detecting 1.2 a. Sebuah transducer yang mampu mendeteksi
mm, flat-bottomed hole 102 mm below lubang berdasar rata berdiameter 1.2 mm,
the sound entry surface. terletak 102 mm di bawah permukaan.
b. A transducer capable of detecting 2 mm, b. Sebuah transducer yang mampu mendeteksi
flat-bottomed hole 3.2 mm below the lubang berdasar rata berdiameter 2 mm,
sound entry surface. terletak 3.2 mm di bawah permukaan.
Transducer materials are usually cut in two Material transducer biasanya dipotong dalam dua
ways: arah:
1. Crystals cut perpendicular to the X-AXIS 1. Kristal yang dipotong tegak lurus SUMBU X
produce longitudinal waves. menghasilkan gelombang longitudinal.
2. Crystals cut perpendicular to the Y-AXIS 2. Kristal yang dipotong tegak lurus SUMBU Y
produce shear waves. menghasilkan gelombang transversal.
As shown below, most crystals used for UT are Seperti diperlihatkan di bawah ini, sebagian besar
cut perpendicular to the X-axis. kristal yang dipakai untuk UT dipotong tegak lurus
terhadap sumbu X.

X‐AXIS

Y‐AXIS

Z‐AXIS

SIZE is a contributing factor in performance of UKURAN merupakan faktor yang mempengaruhi


a transducer. unjuk kerja sebuah transducer.
1. The LARGER diameter the transducer, 1. Makin besar diameter transducer, makin
the LESS the sound beam will spread for kecil penyebaran berkas suaranya untuk
a given frequency. frekuensi yang sama.
2. However, the SMALL, HIGH 2. Transducer dengan DIAMETER KECIL dan
FREQUENCY transducers are better to FREKUENSI TINGGI paling cocok untuk
detect VERY SMALL DISCONTINUITIES. mendeteksi DISKONTINUITAS BERUKURAN
SANGAT KECIL.
3. The LARGER the transducer, the MORE 3. MAKIN BESAR ukuran transducer, MAKIN
SOUND ENERGY it transmits into the test BESAR ENERGI SUARA yang dipancar-
part. LARGE LOW FREQUENCY transdu- kannya ke dalam benda uji. TRANSDUCER
cers are often used to get MORE DENGAN DIAMETER BESAR DAN FRE-
PENETRATION. KUENSI RENDAH seringkali dipakai untuk
memperoleh PENETRASI YANG DALAM.
4. LARGE single crystal transducers are 4. Transducer dengan kristal tunggal
generally limited to the LOWER BERUKURAN BESAR umumnya dibatasi
FREQUENCIES. High frequency crystals untuk pemakaian FREKUENSI RENDAH.
are susceptible to damage because they Kristal-kristal berfrekuensi tinggi rentan
are very thin. terhadap kerusakan karena ukurannya
sangat tipis.
The FREQUENCY of a transducer is an FREKUENSI transducer adalah faktor penting
important factor in its application. dalam pemakaiannya.
1. The HIGHER THE FREQUENCY of a 1. Makin TINGGI FREKUENSI transducer,
transducer, the LESS the sound beam MAKIN KECIL PENYEBARAN berkas
will SPREAD and the GREATER the suaranya, dan MAKIN BESAR SENSITIVITAS
SENSITIVITY AND RESOLUTION. dan RESOLUSINYA.
When the SOUND BEAM IS SPREAD as Apabila GELOMBANG SUARA MENYEBAR
shown below, LESS SOUND is likely to seperti gambar di bawah ini, hanya SEDIKIT
be REFLECTED from a small ENERGI SUARA yang dipantulkan dari
discontinuity. sebuah diskontinuitas berukuran kecil.

2. The LOWER THE FREQUENCY, the 2. MAKIN RENDAH FREKUENSI, makin DALAM
DEEPER the SOUND PENETRATION and PENETRASI ENERGI SUARA karena MAKIN
the LESS SCATTER. The greater beam SEDIKIT HAMBURANNYA. Penyebaran
spread aids in detecting reflectors which berkas suara yang lebar membantu men-
are not perpendicular to the axis of the deteksi pemantul yang tidak tegak lurus
sound beam. terhadap sumbu berkas suara.
3. CRYSTAL THICKNESS is also related to 3. KETEBALAN KRISTAL juga mempengaruhi
transducer FREQUENCY. The HIGHER frekuensi transducer. MAKIN TINGGI
the frequency of the transducer, the frekuensi transducer, makin TIPIS kristalnya.
THINNER the crystal will be.
Most ultrasonic testing is done between Kebanyakan pengujian ultrasonik memakai
0.2 MHz and 25 MHz; however, crystals frekuensi 0.2 MHz sampai 25 MHz, namun
cut for use above 10 MHz are too thin kristal untuk pemakaian di atas 10 MHz ter-
and fragile for contact testing. lalu tipis dan getas untuk pengujian kontak.
Therefore, transducers with operating Oleh karena itu, transducer dengan frekuensi
frequencies above 10 MHz are used pengoperasian di atas 10 MHz utamanya
primarily for immersion testing. dipakai untuk pengujian immersion.
Transducers for contact testing and immersion Transducer/probe untuk pengujian kontak dan
testing are essentially the same but usually are immersion pada dasarnya sama namun biasanya
not interchangeable. tak dapat ditukar pemakaiannya.
Most contact testing transducers have wear Sebagian besar probe untuk pengujian kontak
plates in front of the piezoelectric element to memiliki lapisan penahan aus di depan elemen
protect it. The exception to this is a quartz piezoelectric-nya, kecuali probe dengan elemen
transducer. quartz.
As shown below, contact transducers can be Seperti diperlihatkan di bawah ini, probe kontak
either “STRAIGHT BEAM” or “ANGLE BEAM”. dapat menghasilkan berkas “NORMAL” maupun
berkas “SUDUT”.

Straight beam transducers usually have a Probe normal biasanya memiliki lapisan lucite,
lucite, ceramic, or quartz wear plate in front of keramik, atau quartz sebagai pelindung keausan di
the crystal. depan kristalnya.
Angle beam transducers have the wear plate Probe sudut memiliki lapisan pelindung berbentuk
wedge-shaped to produce the desired baji untuk menghasilkan sudut bias yang
refracted angle. diinginkan.
As shown above, the lucite wedge protects the Seperti diperlihatkan di atas, baji lucite melindungi
face of the crystal and determines the angle of permukaan kristal dan menentukan besar sudut
incidence of the sound beam on the test part. masuknya berkas suara ke dalam benda uji.
As has been discussed, when sound waves are Seperti yang telah didiskusikan, ketika gelombang
directed into the test part at an angle, they are suara memasuki benda uji dengan membentuk
divided into longitudinal and shear waves by sudut, akan terjadi gelombang longitudinal dan
refraction. transversal melalui proses pembiasan.
Most angle beam testing is done with shear Kebanyakan pengujian sudut dilakukan dengan
waves. gelombang transversal.
The ANGLE BEAM PROBE can also be used to PROBE SUDUT dapat juga dipakai untuk
generate SURFACE WAVES. menghasilkan GELOMBANG PERMUKAAN.
As we have discussed, surface waves are Seperti yang telah didiskusikan, gelombang per-
generated when the incident angle of the mukaan dihasilkan saat sudut datang gelombang
sound beam reaches the SECOND OR UPPER suara mencapai SUDUT KRITIS KEDUA.
CRITICAL ANGLE.
Most angle beam contact transducers are Probe sudut diidentifikasi berdasarkan GELOM-
identified by the REFRACTED SHEAR WAVE BANG BIAS TRANSVERSAL (70o, 60o, dll), di dalam
produced (70o, 60o, etc.), in a specific material, material tertentu, biasanya baja atau aluminium.
usually steel and aluminum.
SPHERICALLY ground and CYLINDRICALLY Lensa-lensa akustik yang berbentuk BOLA atau
ground acoustical lenses are commonly added SILINDER umumnya ditambahkan pada probe
to IMMERSION type transducers. They are untuk pengujian IMMERSION. Lensa-lensa
used to: tersebut digunakan untuk:
1. Improve sensitivity and resolution. 1. Meningkatkan sensitivitas dan resolusi.
2. Compensate for test part contours. 2. Mengkompensasi kontur permukaan benda.
3. Examine a given depth of the test part 3. Menambah ketelitian pada pengujian di
more carefully. kedalaman tertentu.
As shown below, cylindrically ground lenses Seperti diperlihatkan di bawah ini, lensa berbentuk
focus the sound energy to a LINE. Spherically silinder memfokuskan energi suara ke dalam
ground lenses focus the sound energy to a sebuah GARIS. Lensa berbentuk bola memfo-
POINT. kuskan energi suara ke dalam sebuah TITIK.
Lenses may be formed from epoxy or other Lensa-lensa tersebut dapat dibuat dari epoksi atau
plastic materials such as polystyrene. material plastik lainnya seperti polystyrene.
CYLINDRICAL LENSES are used in two ways: LENSA-LENSA SILINDER digunakan untuk:
1. To increase the sensitivity and resolution 1. Meningkatkan sensitivitas dan resolusi
of equipment. peralatan.
2. For contour correction as shown below. 2. Untuk mengoreksi kontur permukaan seperti
The lens can be ground specially to ditunjukkan di bawah ini. Lensa dapat
direct the sound energy normal (perpen- dibentuk khusus untuk mengarahkan energi
dicular) to a curved surface at all points. suara agar tegak lurus pada permukaan
lengkung di semua titik.

SPHERICAL LENSES concentrate the sound LENSA-LENSA BOLA memusatkan energi suara
energy into a cone shaped beam. menjadi berkas berbentuk kerucut.
1. The focusing increases its intensity, but 1. Pemusatan meningkatkan intensitas, namun
shortens its useful range. memperpendek rentang penggunaannya.
2. While the cylindrical lens above has a 2. Sementara lensa silinder memiliki lebar yang
greater width, the spherical lens has the lebih besar, lensa bola memiliki sensitivitas
greatest sensitivity. terbesar.
3. The spherical lens is often used when 3. Lensa bola seringkali dipakai saat menguji
immersion testing parts having a rough immersion pada benda yang permukaannya
surface. kasar.
As mentioned before, in IMMERSION TESTING, Seperti disebutkan sebelumnya, dalam PENGU-
the sound beam can be focused using PLANO- JIAN IMMERSION, berkas suara dapat difokuskan
CONCAVE LENSES, producing a higher, more dengan memakai LENSA CEKUNG, menghasilkan
concentrate beam that results in better lateral berkas yang lebih terkonsentrasi sehingga resolusi
(spatial) resolution in the vicinity of the focal lateral di dekat daerah fokus menjadi lebih baik.
zone.
FOCUSED TRANSDUCERS are described by TRANSDUCER TERFOKUS dijelaskan dengan
their FOCAL LENGTH. JARAK FOKUSNYA.
The short focal lengths are for examining areas Jarak fokus yang pendek dipakai untuk memeriksa
of the specimen close to the surface. Longer daerah pada spesimen yang dekat dengan
focal lengths are for increasingly deeper areas. permukaan. Jarak fokus yang panjang untuk
daerah yang lebih dalam.

The focal length is determined by equation: Jarak fokus ditentukan dengan persamaan:
Focusing is useful in applications such as the Pemfokusan berguna untuk aplikasi seperti
examination of a bondline between two pengujian sambungan antara dua material, seperti
materials, e.g., a composite material bonded to material komposit yang disambung dengan rangka
an aluminum frame. aluminium.
When examined from the composite side, Saat menguji dari sisi komposit, akan terjadi
there are many echoes from within the banyak pantulan dari dalam material yang
composite which interfere with the desired mengganggu sinyal dari interface yang
interface signals. diharapkan.
However, focusing at the bondline reduces Dengan demikian, pemfokusan pada perbata-
the interference and increases system san akan mengurangi gangguan dan mening-
sensitivity and resolution at the bond line katkan sensitivitas dan resolusi sistem pada
depth. kedalaman tersebut.
Results are printed out in B-scan, C-scan, or D- Hasil pengujian dicetak melalui scan-B, scan-C,
scan on a multicolored printer or plotter. atau scan-D memakai printer warna atau plotter.

Special transducer, known as “LINEAR Transducer khusus, dikenal dengan “LINEAR


ARRAYS”, can be focused using electronic ARRAYS” dapat difokuskan memakai pengontrolan
phase control. fase elektronik.
The linear array is a collection of very small Linear array adalah sekumpulan transducer
tranducers with each transducer able to act berukuran sangat kecil yang masing-masing
as a transmitter or receiver. dapat bekerja sebagai pemancar atau
penerima.
By selectively pulsing each transducer in a Dengan memberikan pulsa dalam urutan terten-
given order, the ultrasonic beam may be tu, berkas ultrasonik dapat difokuskan, dibelok-
focused, steered, or both in sound path. kan, atau keduanya sepanjang lintasannya.
TRANSDUCERS come in many shapes, sizes TRANSDUCER terdapat dalam berbagai bentuk,
and physical characteristics. ukuran, dan sifat-sifat fisik.
Some common types include paint-brush, dual Beberapa yang umum antara lain jenis paint brush,
element, single element, angle beam, focused, elemen ganda, elemen tunggal, sudut, terfokus,
mosaic, contact, and immersion. mosaic, kontak, dan immersion.
SINGLE ELEMENT transducers may be Transducer ELEMEN TUNGGAL dapat berupa
transmitters only, receivers only, or both pemancar saja, penerima saja, atau pemancar dan
transmitter and receiver. penerima.
DOUBLE ELEMENT transducers (as shown Transducer ELEMEN GANDA (seperti di bawah ini)
below) may be either single transducers dapat berupa transducer tunggal yang disusun
mounted side by side or stacked. bersebelahan atau bertingkat.
In a double element transducer, one is a Pada transducer elemen ganda, satu kristal
transmitter and the other a receiver. adalah pemancar dan lainnya penerima.

Double element transducers have better near Transducer elemen ganda memiliki resolusi permu-
surface resolution because the receiver can kaan yang lebih baik karena kristal penerimanya
receive discontinuity signals before the dapat menerima sinyal diskontinuitas sebelum kris-
transmitter completes its transmission. tal pemancar selesai memancarkan gelombang.
STANDARD REFERENCE BLOCKS BLOK-BLOK REFERENSI STANDARD
In ultrasonic testing, discontinuities are usually Dalam pengujian ultrasonik, diskontinuitas biasa-
compared to a REFERENCE STANDARD. nya dibandingkan dengan sebuah STANDARD
REFERENSI.
The standard may be one of many reference Standard tersebut dapat berupa sebuah blok
blocks or sets of blocks specified for a given referensi atau sekumpulan blok-blok yang
test. diperlukan untuk pengujian tertentu.
Reference blocks come in many different Blok referensi terdapat dalam bentuk dan ukuran
shapes and sizes and this chapter will discuss yang berbeda, dan bab ini hanya akan mendis-
only a few of those commonly used. A typical kusikan beberapa yang umum dipakai. Salah satu
block is shown below. bentuk blok adalah seperti di bawah ini.

A = diameter of FBH
B = metal distance from test surface
to FBH
C = metal distance from test surface
to bottom of block
Most reference blocks have the following in Kebanyakan blok-blok referensi memiliki sifat-sifat
common: umum berikut ini:
1. They are made from carefully selected 1. Mereka dibuat dari material yang dipilih
material. dengan teliti.
2. The material must have the proper 2. Materialnya harus memiliki pelemahan yang
attenuation, grain size, heat treatment tepat, ukuran butir, perlakuan panas, dan
and be free of discontinuities. bebas dari diskontinuitas.
3. All dimensions must be precisely 3. Semua dimensi harus dibuat dengan
machined. seksama.
4. All holes must be flat-bottomed and have 4. Semua lubang harus dibuat rata dan memiliki
a specific diameter to be an ideal diameter tertentu untuk dijadikan sebagai
reflector. pemantul yang ideal.
5. Side drilled hole diameter must be 5. Diameter lubang yang dibor menyamping
carefully controlled. harus dikontrol secara teliti.
Three commonly used sets of standard Sekumpulan blok-blok referensi standard yang
reference blocks are: umum dipakai yaitu:
1. AREA AMPLITUDE blocks 1. Blok-blok AMPLITUDO-LUASAN
2. DISTANCE AMPLITUDE blocks 2. Blok-blok AMPLITUDO-JARAK
3. ASTM basic set of AREA and DISTANCE 3. Kumpulan blok dasar ASTM yang terdiri dari
AMPLITUDE blocks. blok-blok AMPLITUDO-LUASAN dan
AMPLITUDO-JARAK.

AREA AMPLITUDE BLOCKS provide standards BLOK-BLOK AMPITUDO-LUASAN dipakai sebagai


for discontinuities of different sizes, at the same standard untuk diskontinuitas dengan ukuran yang
depth. berbeda pada kedalaman yang sama.
Area amplitude blocks provide a means of Blok-blok amplitudo-luasan dipakai untuk
checking the proportional response of the memeriksa respons yang sebanding dari sistem
test system; that is, the amplitude (height) of pengujian; yaitu ketinggian amplitudo indikasi
the indication on the screen increases in pada layar akan bertambah sebanding dengan
proportion to the increase in size of the penambahan ukuran diskontinuitas.
discontinuity.
Figure below shows the Alcoa Series A set that Gambar di bawah ini memperlihatkan blok kalibrasi
consists of eight area amplitude blocks. Alcoa Seri A yang terdiri dari delapan blok
amplitudo-luasan.
DISTANCE AMPLITUDE BLOCKS provide BLOK-BLOK AMPLITUDO-JARAK dipakai sebagai
standards for discontinuities of the same size standard untuk diskontinuitas dengan ukuran yang
at different depths. sama pada kedalaman berbeda.
Distance amplitude blocks serve as a Blok-blok amplitudo-jarak digunakan sebagai
reference by which the size of discontinuities referensi untuk mengevaluasi diskontinuitas
at varying depths within the test material berukuran sama pada kedalaman yang berva-
may be evaluated. riasi di dalam material uji.
They also serve as a reference for setting or Mereka juga dipakai sebagai referensi untuk
standardizing the sensitivity or gain of the menetapkan standardisasi sensitivitas atau gain
test system. dari sistem uji.
Distance amplitude blocks are used to set Blok-blok amplitudo-jarak digunakan untuk me-
the sensitivity time control or distance netapkan kontrol waktu-sensitivitas atau koreksi
amplitude correction so that a discontinuity jarak-amplitudo sehingga sebuah diskontinuitas
of a given size will produce an indication of dengan ukuran tertentu akan menghasilkan
the same amplitude on the screen, indikasi dengan amplitudo yang sama pada
regardless of its distance from the surface. layar, tanpa melihat jaraknya dari permukaan.
It is important that the test block material be the Adalah penting bahwa blok uji dibuat dari material
same or similar to that of the test object. Alloy yang sama dengan benda yang diuji. Kandungan
content, heat treatment, degree of hot or cold paduan, perlakuan panas, tingkat pengerjaan
working from forging, rolling, etc. all affect the panas dan dingin, pengerolan, dll, semuanya
acoustical properties of the material. mempengaruhi sifat akustik material.
If test blocks of identical material are not Jika blok uji dari material yang sama tidak tersedia,
available, they must be similar in sound mereka harus serupa dalam hal pelemahan suara,
attenuation, velocity, and impedance. kecepatan, dan impedansi.
Figure below shows example the Alcoa Series Gambar di bawah ini memperlihatkan contoh blok
B set that consists of 19 distance amplitude Alcoa Seri B yang terdiri dari 19 blok-blok
blocks. amplitudo-jarak.
The ASTM basic set of area/distance amplitude Kumpulan blok dasar ASTM untuk amplitudo-
blocks consists of ten, two inch diameter luasan/jarak terdiri dari sepuluh buah dengan
blocks as shown below: diameter dua inchi seperti di bawah ini:

The dimension of all ASTM blocks are given in Ukuran dari semua blok-blok ASTM dapat dilihat
ASTM Standard E-127. The recommended pada ASTM Standard E-127. Langkah-langkah
steps for fabricating and control of steel pembuatan dan pengontrolan blok referensi baja
standard reference blocks are found in ASTM standard tercantum dalam ASTM Standard E-428.
Standard E-428.

SPECIAL STANDARD CALIBRATION BLOCKS BLOK-BLOK KALIBRASI STANDARD KHUSUS


Special standard blocks are often used for Blok-blok standard khusus seringkali digunakan
items such as weldments, castings, and piping. untuk komponen seperti sambungan las, cor-
The standard blocks are normally of the same coran, dan perpipaan. Blok-blok standard biasanya
material and product form to be tested. dibuat dari material dan bentuk produk yang sama
Reference reflectors such as notches or holes dengan material yang diuji. Pemantul referensi
are artificially added to the standard. seperti takik atau lubang buatan ditambahkan
pada blok standard tersebut.
Another type of Blok kalibrasi
calibration block is lainnya
the IIW BLOCK adalah
(International BLOK IIW
Institute of Welding). (International Institute
It provides the of Welding) V1. Blok
following: tersebut berfungsi
Verification of untuk:
known distances Memverifikasi
& angular besarnya jarak,
relationships, sudut probe dan
verifies transducer lokasi exit point,
angle and beam dan
exit point and memeriksa
checks resolusi
transducer transducer.
resolution.
Page 115
IN CONTACT ANGLE BEAM TESTING, the DALAM PENGUJIAN KONTAK DENGAN PROBE
beam EXIT POINT of the transducer must be SUDUT, LETAK EXIT POINT dari probe harus
known to accurately determine the location of diketahui untuk menentukan lokasi diskontinuitas
the discontinuity. secara akurat.
As shown below, the transducer is moved back Seperti ditunjukkan di bawah ini, probe digerakkan
and forth until the pip on the CRT reaches maju-mundur hingga pip pada layar CRT
MAXIMUM AMPLITUDE. mencapai AMPLITUDO MAKSIMUM.
The FOCAL POINT on the IIW block then TITIK FOKUS pada blok IIW selanjutnya
corresponds with the BEAM EXIT POINT of the berhubungan dengan EXIT POINT BERKAS
transducer. SUARA dari dalam probe.

The PLASTIC WEDGE of the angle beam BAJI PLASTIK pada probe sudut akan mengalami
transducer is subject to wear in normal use. keausan dalam penggunaannya. Keausan ini
This wear can change the beam exit point and dapat mengubah letak exit point dan sudut berkas
the angle of the sound beam. suara.
Verification of the TRANSDUCER ANGLE is Verifikasi besarnya SUDUT PROBE dilakukan
accomplished as shown below: dengan cara seperti berikut:

Page 116
From the position shown above, the transducer Pada posisi di atas, probe digerakkan maju-
is moved back and forth until the reflection from mundur hingga pantulan dari lubang berdiameter 2
the 2 inch hole shows MAXIMUM AMPLITUDE inchi menghasilkan AMPLITUDO MAKSIMUM pada
on the CRT. layar CRT.
The ANGLE OF SOUND BEAM can then be SUDUT BERKAS SUARA dapat dibaca pada lokasi
read from where the EXIT POINT on the dimana EXIT POINT pada transducer bersesuaian
transducer matches the degrees stamped on dengan besarnya derajat yang tertera pada sisi-sisi
the side of the block. blok.
The transducer sound beam exit point should Letak exit point pada probe sebaiknya diperiksa
always be checked first. If the exit point terlebih dahulu. Jika tanda lokasi exit point letaknya
marking is not correct, then the angle check will tidak tepat, besarnya sudut yang diperiksa pun
not be accurate. tidak akan akurat.

The far field RESOLVING POWER of the test DAYA RESOLUSI jarak jauh dari sebuah perangkat
equipment can be estimated by placing a uji dapat dilihat dengan menempatkan sebuah
normal beam transducer on the IIW block as probe normal di atas blok IIW seperti di bawah ini:
shown:
RESOLUSI dikatakan BAIK apabila peralatan dapat
GOOD RESOLUTION will be indicated if the MEMISAHKAN pip dari ketiga pemantul.
instrument can SATISFACTORILY SEPARATE
the pips from all three reflectors.
Page 117
The MINIATURE ANGLE BEAM BLOCK can BLOK SUDUT MINIATUR V2 juga dapat dipakai
also be used to calibrate the instrument for untuk mengkalibrasi perangkat saat pemeriksaan
ANGLE BEAM INSPECTION. menggunakan PROBE SUDUT.
The MINIATURE BLOCK is intended for FIELD BLOK MINIATUR V2 dimaksudkan untuk pema-
WORK and is not as comprehensive as the kaian saat PEKERJAAN DI LAPANGAN dan tidak
larger IIW block. selengkap blok IIW V1 yang lebih besar.

Page 118
CHAPTER EIGHT
REVIEW
1. The term “resolution” refers to the ability of a transducer to detect a very
small discontinuity.

2. Quartz is the only transducer material commonly used that is not a


piezoelectric material.

3. If the frequency of a transducer is raised, then the beam spread is reduced.

4. The polarized ceramic transducer is considered to be a very good generator


of ultrasonic energy.

5. Quartz is a type of polarized ceramic transducer material.

6. Transducer that can detect a discontinuity close to the surface is said to have a
good resolving power.

7. Larger transducers usually have a higher frequency because they are


more fragile.

8. The higher the frequency of a transducer, the smaller the sound cone (i.e. less
beam spread).

9. Immersion testing is always done with transducers that have a frequency between
2.5 and 5.0 MHz.

10. Angle beam testing is usually done with longitudinal waves.

11. Angle beam probes may be used to generate surface waves.

12. A spherical focusing lens will usually have the ability to provide better sensitivity as
compared to a cylindrical lens.

13. Focused transducers are often used for shear wave inspection of welded plate
due to the increased penetration.

14. A double or dual element transducer can only be used in the longitudinal wave
mode.

15. With a double element transducer, the sensitivity is increased because both
elements are receiving and sending sound energy.

16. Acoustical lenses increase transducer sensitivity and resolution, but decrease their
useful range.

17. A reference block should be made from the same basic material as the part
being tested.

18. Blocks which provide a size reference and are used to check the system’s
linearity are known as area amplitude blocks.

19. The exit point of an angle beam transducer should always be determined before
the angle of the transducer is checked.

20. Both the IIW block and miniature block will check the test system resolution.
Chapter-9

CHAPTER NINE

Page 119
Chapter-9

IMMERSION INSPECTION PEMERIKSAAN IMMERSION


A typical immersion testing installation usually Instalasi perangkat pengujian immersion biasanya
includes the items shown below. terdiri dari komponen-komponen di bawah ini:

In CONTACT TESTING, the angle imprinted on Pada PENGUJIAN KONTAK dengan probe sudut,
the lucite wedge used in angle beam testing besarnya sudut yang tertera pada baji lucite
often indicates the “ANGLE OF REFRACTION” menunjukkan “SUDUT BIAS“ dalam suatu material
in a given material. tertentu.
However, in IMMERSION TESTING, the angle Sebaliknya, dalam PENGUJIAN IMMERSION,
shown by the angle indicator on the sudut yang ditunjukkan oleh indikator pada
manipulator is the “ANGLE OF INCIDENCE”. manipulator adalah “SUDUT DATANG”.
If the angle indicator showed the angle of Karena jika indikator sudut menunjukkan sudut
refraction in the test specimen, it would be bias di dalam benda uji, maka perlu dilakukan
necessary to change the indicator each time perubahan pada indikator tersebut tiap kali
a different material was inspected. memeriksa material yang berbeda.

It is necessary to apply SNELL'S Oleh karenanya, adalah perlu untuk


LAW and calculate the angle of mengaplikasikan HUKUM SNELL dan
refraction in the test specimen. menghitung sudut bias di dalam benda
uji.

TEST FREQUENCIES – since the transducer FREKUENSI PENGUJIAN – mengingat pada


does not come into contact with the test pengujian immersion transducer tidak bersentuhan
specimen in immersion testing, it is possible to langsung dengan spesimen, maka dimungkinkan
use thinner crystals at higher ultrasonic untuk menggunakan kristal yang lebih tipis dengan
frequencies. frekuensi ultrasonik yang lebih tinggi.
It is possible to use frequencies as high as 25 Adalah dimungkinkan untuk menggunakan
MHz and the range is usually from 2.25 to 25 frekuensi setinggi 25 MHz dan rentang pengujian
MHz. biasanya berkisar antara 2.25 sampai 25 MHz.
The HIGHER FREQUENCIES give the BEST FREKUENSI YANG MAKIN TINGGI memberikan
RESOLUTION OF SMALL DISCONTINUITIES. RESOLUSI DISKONTINUITAS BERUKURAN KECIL
PALING BAIK.

Page 120
For an immersion testing application where a Untuk aplikasi pengujian immersion dimana
sharper than normal sound beam is required, a diperlukan berkas suara yang lebih tajam, maka
FOCUSED TRANSDUCER should be used. sebaiknya dipakai TRANSDUCER TERFOKUS.
The LENS focuses the sound energy into a LENSA memfokuskan energi suara ke dalam
small, well-defined pattern as shown below. suatu pola yang kecil tapi tajam seperti berikut.

The proper water path for a focused transducer Jarak lintasan air yang tepat untuk transducer
can be determined as follows: terfokus dapat ditentukan dalam contoh berikut:

Using a transducer with a focal length of 5 Memakai transducer dengan jarak fokus 5 inch di
inches in water to focus the beam to a point air untuk memfokuskan berkas suara pada suatu
0.25 inches below the surface of a steel part, titik dengan kedalaman 0.25 inch di bawah
one would determine the water path distance permukaan baja, kita dapat menentukan jarak
by: lintasan air dengan cara:
Page 121
1. Dividing the velocity of steel (Vst) by the 1. Membagi kecepatan suara di dalam baja (Vst)
velocity of the water (Vw). dengan kecepatan di dalam air (Vw).
6.0 x 105 cm/sec.
= 4
1.5 x 105 cm/sec.
2. Multiplying the desired focal depth (FPST) by 2. Mengalikan kedalaman fokus yang diinginkan
the answer. (FPST) dengan jawaban tersebut.
4 x 0.25” = 1” (FPW) 4 x 0.25” = 1” (FPW)
3. Subtracting answer from known focal length 3. Mengurangi jarak fokus di air yang diketahui
in water (FLW). (FLW) dengan jawaban no. 2.
5”- 1” = 4” 5” – 1” = 4”
4. Thus, the water path distance(WP) must be 4. Sehingga, jarak lintasan di air (WP) harus
4” to focus the beam at 0.25” below the sebesar 4” untuk memfokuskan berkas pada
surface. kedalaman 0.25” di bawah permukaan.

The above explanations can be simplified in Penjelasan di atas dapat disederhanakan menjadi
equations as shown below: persamaan-persamaan seperti di bawah ini:

Where:
VST = velocity in steel VW
= velocity in water FPST =
focal point in steel FPW =
focal point in water WP =
water path
FLW = focal length in water

Page 122
A special application of immersion testing is the Aplikasi khusus dari pengujian immersion adalah
“BUBBLER” or “SQUIRTER” as shown below. pemakaian “BUBBLER” atau “SQUIRTER”.

Both STRAIGHT (View A) and ANGLE Teknik probe NORMAL (Gambar A) dan probe
BEAM (View B) TECHNIQUES can be used SUDUT (Gambar B) dapat dipakai dengan proses
with this process depending on the bubbler ini tergantung pada disain bubbler.
design.

WHEEL TRANSDUCER

An advantage of the bubbler is that no Keuntungan dari penggunaan bubbler adalah tidak
immersion tank is required. diperlukannya tangki pencelupan.
A technique similar to the bubbler is used in Sebuah teknik yang serupa dengan bubbler digu-
contact testing and utilizes an “IRRIGATED nakan dalam pengujian kontak dan memanfaatkan
SEARCH UNIT”. “UNIT PENCARI YANG DIALIRI AIR”.
The couplant (water) can be fed to the test Kuplan (air) dialirkan ke permukaan benda uji
surface through a series of holes in a plastic melalui serangkaian lubang di dalam blok plastik.
block.
The following show a typical STRAIGHT BEAM Gambar berikut memperlihatkan pengoperasian
IMMERSION OPERATION with the CRT TEKNIK IMMERSION memakai PROBE NORMAL
indication that would be received. dan indikasi yang akan muncul pada layar CRT.

The WATER PATH DISTANCE from the JARAK LINTASAN DI AIR dari transducer ke
transducer to the front surface of the test part is permukaan depan benda uji biasanya DIATUR
generally SET TO BE LONGER IN TIME than LEBIH LAMA WAKTUNYA daripada waktu tempuh
the metal part time from the front to rear of the perambatan suara di dalam logam dari permukaan
test specimen. depan ke belakang.
If the transducer is too close to the front Jika jarak transducer terlalu dekat dengan
surface of the test part the second front permukaan depan benda uji, pantulan kedua
reflection will appear on the CRT between dari permukaan depan akan muncul pada CRT
the front and back surface reflections. This di antara pantulan permukaan depan dan
reflection may appear to be a discontinuity. belakang. Pantulan ini seolah-olah akan tampak
sebagai diskontinuitas.

Let’s consider only what happening between Mari kita lihat pada apa yang terjadi di antara
the transducer and the front surface of the test transducer dan permukaan bagian depan benda
specimen. uji saja.
The ultrasonic pulse is reflected back and Pulsa ultrasonik akan dipantulkan berulang kali
forth between the transducer and the front antara transducer dan permukaan depan
surface of the specimen until all the sound is spesimen hingga seluruh energi suara
attenuated. mengalami pelemahan.
Now let’s consider only what happening Mari kita lihat pada apa yang terjadi di antara
between the transducer and the back surface trasducer dan permukaan bagian belakang
of the specimen. spesimen saja.
The reflection from the back surface might Pantulan dari permukaan belakang menyebab-
cause an indication as shown here. kan muncul indikasi seperti di bawah ini.

Combination of both indications will result: Kombinasi keduanya akan menghasilkan:

Notice that the first multiple front surface Perhatikan bahwa kelipatan pertama pantulan
reflection is appearing AHEAD of the back permukaan depan muncul DI DEPAN pantulan
surface reflection. This is not desirable since permukaan belakang. Hal tersebut tidak diinginkan
the first multiple front surface reflection could karena kelipatan pertama pantulan permukaan
be mistaken for the reflection from a depan dapat disalahartikan sebagai pantulan dari
disconinuity. sebuah diskontinuitas.
To MOVE that first multiple FRONT SURFACE Untuk MENGGESER kelipatan pertama dari
REFLECTION so that it appears after the back PANTULAN PERMUKAAN DEPAN tersebut sehing-
surface reflection, the water distance has to be ga akan muncul setelah pantulan permukaan
increased. belakang, jarak lintasan gelombang suara di air
harus diperbesar.
We can increase the water distance by Kita dapat menambah jarak lintasan di air dengan
MOVING THE TRANSDUCER FURTHER AWAY cara MENJAUHKAN TRANSDUCER DARI
from the test specimen. SPESIMEN UJI.
THE VELOCITY OF SOUND IN WATER is about CEPAT RAMBAT SUARA DALAM AIR kurang lebih
¼ that of alumunium or steel. One inch of water ¼ kecepatannya dalam aluminium atau baja. Jarak
will appear on the CRT IN THE SAME TIME satu inchi di air akan muncul pada CRT dengan
SPAN on the sweep as 4 inches of steel. JANGKA WAKTU YANG SAMA dengan jarak 4
inchi dalam baja.
Therefore, a good rule to remember is that: the Oleh karena itu kaidah yang perlu diingat: jarak dari
distance from the transducer to the test transducer ke benda uji (panjang lintasan air) paling
specimen (water path) must be at least ¼ of the kecil harus ¼ tebal benda uji ditambah ¼ inchi,
thickness of the test specimen plus ¼ inch, as seperti dalam persamaan di bawah ini.
illustrated below.

WP = ¼ T + ¼” Where:
WP = water path in inches
T = specimen thickness in inches
Angle beam testing with immersion techniques Pengujian immersion dengan probe sudut dapat
is illustrated below: dilihat di bawah ini:

With ANGLE BEAM TESTING, only a small Dengan PROBE SUDUT, hanya terjadi pantulan
surface indication, if any, will result because permukaan depan yang kecil saja, karena seba-
most of the sound is REFLECTED from the part gian besar suara DIPANTULKAN oleh permukaan
surface AWAY from the transducer. benda MENJAUHI transducer.
Remember, that shear waves will not Ingat bahwa gelombang transversal tidak akan
propagate in water. merambat di dalam air.
With immersion testing a C-scan is commonly Pada pengujian immersion, scan-C umumnya
used to display the shape and relative size of a dipakai untuk menampilkan bentuk dan ukuran
discontinuity as shown below. relatip dari diskontinuitas seperti di bawah ini.
When a defect is found on the c-scan, it is Apabila dari scan-C ditemukan cacat, dimung-
possible to go back and manually determine kinkan untuk bergerak mundur dan menentukan
its depth below the surface. kedalamannya dari permukaan secara manual.
Page 127
Determining the position of a discontinuity in Penentuan posisi diskontinuitas di dalam spesimen
the specimen with immersion testing is shown dengan pengujian immersion diperlihatkan di
below. bawah ini.
If the sound beam is striking the surface at Jika berkas suara mengenai permukaan
an angle, REFRACTION of the sound has to dengan membentuk sudut, PEMBIASAN suara
be taken into consideration. yang terjadi harus diperhitungkan.

The point at which the sound beam strikes the Lokasi dimana berkas suara mengenai permukaan
surface can be determined by placing a dapat ditentukan dengan meletakkan sepotong
straight edged piece of metal “METAL SPOON” “SENDOK LOGAM” bersisi lurus di atas
on the surface (a 6” steel ruler can be used). permukaan (dapat juga dipakai penggaris baja).
As soon as the leading edge of the metal Begitu sisi depan sendok logam memasuki
spoon enters the sound beam an indication berkas suara, sebuah indikasi akan muncul
will appear on the CRT. pada CRT.
The same check is then performed from the Pemeriksaan yang serupa juga dilakukan pada
other three sides, and this LOCATES the ketiga sisi lainnya untuk MENENTUKAN daerah
area in which the sound enters the dimana gelombang suara memasuki spesimen.
specimen.
Conventional methods of identifying the Dapat pula digunakan metoda konvensional
location of the discontinuity can be used, untuk menentukan lokasi diskontinuitas seperti
such as utilizing the ultrasonic calculator or pemakaian kalkulator ultrasonik atau teknik-
similar techniques. teknik yang serupa.
Remember that PLATE WAVES can be Ingat bahwa gelombang PELAT dapat dihasilkan
produced in immersion testing but SHEAR dalam pengujian immersion, namun gelombang
WAVES WILL NOT PROPAGATE IN WATER. TRANSVERSAL tidak akan merambat dalam air.
Although shear waves and plate waves will not Meskipun gelombang transversal dan pelat tidak
propagate in liquids, both modes can be used akan merambat dalam zat cair, kedua mode
in immersion testing because the sonic energy tersebut dapat dipakai dalam pengujian immersion
is transmitted through the water as longitudinal karena energi suara akan dirambatkan melalui air
waves. sebagai gelombang longitudinal.
The longitudinal waves are mode converted to Gelombang longitudinal diubah menjadi
shear or plate waves upon entering the solid gelombang pelat atau transversal saat memasuki
part and then the reflected shear or plate benda padat dan kemudian gelombang pantul
waves is mode converted back to longitudinal transversal atau pelat diubah kembali menjadi
waves, which then propagate to the transducer gelombang longitudinal, yang kemudian merambat
through the liquid couplant. kembali ke transducer melalui air.

Page 128
IMMERSION TESTING TECHNIQUES are TEKNIK PENGUJIAN IMMERSION umumnya
commonly used for the inspection of thin and dipakai untuk pemeriksaan TABUNG berdinding
thick WALL TUBING and PIPE as shown below. tipis dan tebal dan PIPA seperti diperlihatkan di
bawah ini.

IMMERSION TECHNIQUES can also be used TEKNIK IMMERSION dapat juga dipakai untuk
to inspect BUTT WELDS as shown below. memeriksa SAMBUNGAN LAS TUMPUL seperti
ditunjukkan di bawah ini.
Chapter-9

CHAPTER NINE
WORKSHEET
1. What would be the correct water path distance to focus a transducer ½”
below the surface of the steel part? (SHOW WORK) (3 pts)
Given:
Focal length of transducer in water = 6 inches
Velocity of sound in water = 1.5 x 105 cm/sec
Velocity of sound in steel = 6.0 x 105 cm/sec

2. For aluminum and steel metals, the basic rule in determining the water path distance is
that it should be “equal to ¼ the part thickness plus 1/4 inch”.
With this rule in mind what water path distance would you select to inspect a part that is
6 inches thick?

3. Indicate by letter which pips on the CRT below would actually be seen with the
immersion test as shown. Do not consider amplitude.

Page 129
Chapter-9

Surface #1 CHAPTER NINE


10” screen range
Surface #2
Some of the pips shown, may not
Surface #3 be present.
Surface #4 Assume initial pulse is on screen.

0 1 2 3 4 5

A B C D E F G H

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

4. The water path distance is indicated between which two pips above? (2 pts)

Page 130
REVIEW
1. A focused transducer has better resolving power than a conventional transducer.

2. The front surface reflection may be used in immersion testing to determine if the
sound beam is perpendicular to the test part.

3. A “metal spoon” is used in immersion testing to determine the maximum initial


pulse amplitude.

4. Longitudinal waves can be used for immersion testing of cylindrically-shaped


specimens.

5. Shear waves can be used for immersion testing of cylindrically-shaped


specimens.

6. Immersion testing with shear waves produces a high amplitude front


surface reflection that must be swept off the CRT.

7. Immersion testing with surface waves is commonly used to detect surface cracks.

8. The angle of the manipulator on the immersion tank indicates the “angle of
incidence”.

9. The shorter the wavelength, the smaller the defect that can be found.

10. With immersion testing, mode conversion occurs when the sound leaves the
transducer and enters the water.

11. The basic rule in determining the water path distance when inspecting steel or
aluminum is that it should be equal to 4 times the part thickness plus ¼ inch.

12. Indicate by letter, which pip on the CRT would actually be seen with the
immersion test as shown below. Do not consider amplitude. (SHOW WORK) (4
pts)
Surface #1
Surface #2
10” screen range
Surface #3 Some of the pips shown, may not
Surface #4 be present.
Assume initial pulse is on screen.

0 1 2 3 4 5

A B C D E F G H

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Chapter-10

CHAPTER TEN
Chapter-10

ULTRASONIC CONTACT TESTING PENGUJIAN KONTAK ULTRASONIK


Through transmission testing usually uses the Pengujian through transmission biasanya memakai
pitch-catch technique as shown below: teknik pitch-catch seperti di bawah ini:

When using THROUGH TRANSMISSION, the Saat menggunakan THROUGH TRANSMISSION,


CRT indication DECREASES when more sound indikasi pada layar CRT akan turun apabila banyak
energy is intercepted by a discontinuity. energi suara yang ditangkap oleh diskontinuitas.
Total reflection of sound energy at an Pemantulan energi suara total oleh sebuah pe-
internal reflector will result in no energy mantul internal akan mengakibatkan hilangnya
being received by the receiving transducer. energi yang diterima oleh transducer penerima.
Through transmission has certain advantages: Through transmission memiliki keunggulan:
1. BETTER NEAR SURFACE DETECTION – 1. Deteksi dekat permukaan yang lebih baik –
defects that are only a few thousandths cacat yang letaknya sekian per seribu inchi
of an inch below the surface can be di bawah permukaan dapat dideteksi secara
detected effectively. efektip.
2. Capability of testing thicker test 2. Kemampuan untuk menguji spesimen yang
specimens (less attenuation). lebih tebal (lebih sedikit pelemahan).
However, a through transmission technique Namun demikian, teknik through transmission
CANNOT “SEE” the discontinuity. It only shows TIDAK MAMPU “MELIHAT” diskontinuitas. Teknik
a loss of sound energy. ini hanya menunjukkan hilangnya energi suara.
If the transmitted pulse and received pulse Jika pulsa yang dipancarkan dan yang diterima
are of the same relative height on the CRT, it ketinggiannya relatip sama pada layar CRT,
can be assumed the specimen is sound and dapat diasumsikan bahwa spesimen tersebut
there is no significant attenuation in the- mulus dan tidak terdapat pelemahan yang
material. berarti di dalam material.
In CONTACT TESTING, it is possible to use Di dalam pengujian kontak, dimungkinkan mema-
sound beams that: kai berkas suara yang:
1. Are PERPENDICULAR TO THE TEST 1. Tegak LURUS TERHADAP PERMUKAAN UJI.
SURFACE.
2. Propagate into the specimen AT AN 2. Merambat ke dalam spesimen dengan
ANGLE. MEMBENTUK SUDUT.
3. Propagate ALONG THE SURFACE of the 3. Merambat SEPANJANG PERMUKAAN
specimen. spesimen.
4. Propagate THROUGH THE MATERIAL 4. Merambat DI DALAM MATERIAL dari satu
from one side to the other sisi ke sisi lainnya.
The determination of the proper equipment to Penentuan penggunaan peralatan yang tepat
use depends on several factors including: tergantung pada beberapa faktor termasuk:
1. NATURE, SIZE and ORIENTATION of 1. SIFAT, UKURAN dan ORIENTASI diskonti-
discontinuities. nuitas.
2. SURFACE CONDITION and SHAPE of 2. KONDISI PERMUKAAN dan BENTUK
the test specimen. spesimen uji.
3. INTERNAL STRUCTURE (coarse grained 3. STRUKTUR BAGIAN DALAM (berbutir kasar
or fine grained). atau berbutir halus).
It is usually desirable to test at the lowest Seringkali disukai untuk menguji dengan frekuensi
frequency that will locate specified minimum- terendah yang akan menemukan diskontinuitas
size discontinuities. dengan ukuran minimum yang diminta.
Listed below are frequency ranges and test Daftar berikut adalah rentang frekuensi dan
applications that are commonly used. aplikasi pengujian yang umum digunakan.
Page 133
A LOW TEST FREQUENCY is required to test a PENGUJIAN DENGAN FREKUENSI RENDAH
specimen that has a COARSE GRAINED disyaratkan untuk menguji spesimen yang memiliki
INTERNAL STRUCTURE, such as a CASTING. struktur butiran KASAR, seperti BENDA COR.
A surface that is ROUGH or PITTED with Permukaan KASAR dan BERLUBANG-LUBANG
corrosion will also require LOW akibat korosi juga mensyaratkan penggunaan
FREQUENCIES to give proper sensitivity. FREKUENSI RENDAH agar sensitivitasnya baik.
Sometimes it is possible to SAND OR Kadang kala diperlukan pengampelasan atau
GRIND the surface of the specimen to penggerindaan permukaan spesimen untuk
obtain BETTER TRANSDUCER CONTACT. memperoleh kontak transducer yang lebih baik.
A HIGH TEST FREQUENCY is often used for PENGUJIAN DENGAN FREKUENSI TINGGI sering-
FINE GRAINED MATERIALS because the lower kali dipakai untuk material-material BERBUTIR
frequency WILL NOT detect the desired discon- HALUS, karena frekuensi rendah tidak mampu
tinuity. mendeteksi diskontinuitas yang diinginkan.
At higher frequencies, the wavelength is Dalam hubungannya dengan ukuran butir, pada
SHORT in relation to the grain size. FREKUENSI TINGGI, PANJANG GELOMBANG
akan PENDEK
CONSIDERATIONS: PERTIMBANGAN-PERTIMBANGAN:
1. A HIGHER FREQUENCY will provide the 1. FREKUENSI TINGGI akan menghasilkan
greatest sensitivity for detecting SMALL sensitivitas terbaik untuk mendeteksi cacat-
defects. cacat KECIL.
2. A LOWER FREQUENCY will give 2. FREKUENSI RENDAH akan memberikan
GREATER POWER to penetrate MORE DAYA PENEMBUSAN YANG LEBIH BESAR.
DEEPLY.
3. A LARGER DIAMETER transducer may 3. Transducer BERDIAMETER LEBIH BESAR
be required when testing THICKER diperlukan saat menguji material YANG
MATERIALS. LEBIH TEBAL.
4. At any frequency, THE LARGER THE 4. Pada sembarang frekuensi, MAKIN BESAR
CRYSTAL, THE STRAIGHTER the beam KRISTAL, MAKIN LURUS berkas suaranya
(LESS BEAM SPREAD). (penyebaran berkasnya makin kecil).
5. For a transducer of a given diameter, 5. Untuk transducer dengan diameter tertentu,
there is LESS BEAM SPREAD AT PENYEBARAN GELOMBANG akan lebih
HIGHER FREQUENCIES. KECIL jika FREKUENSINYA makin BESAR.
6. INCREASES IN FREQUENCY result in 6. PENAMBAHAN FREKUENSI mengakibatkan
INCREASED NEAR ZONE LENGTH. PENINGKATAN JARAK ZONA DEKAT.
7. The near zone increases substantially (AS 7. Zona dekat bertambah dengan cepat
A SQUARED FUNCTION) as the probe (SEBAGAI FUNGSI KUADRAT) jika diameter
diameter increases. probe ditambah.
If you were inspecting a long steel bar through Jika anda memeriksa batang baja sepanjang 8 ft
its length (8 ft), which of the following would you seperti dalam gambar di bawah, probe manakah
select? yang akan anda pilih?
½” – 5 MHz, or ½” – 2.25 MHz, or 1” – 2.25 ½” – 5 MHz, atau ½” – 2.25 MHz, atau 1” – 2.25
MHz, or 1” – 5 MHz. MHz, atau 1” – 5 MHz.

The 1” – 2.25 MHz would be the best choice. Probe 1” – 2.25 MHz merupakan pilihan terbaik.

Page 134
Before making an ultrasonic test, be sure the Sebelum melakukan pengujian ultrasonik, pastikan
instrument is operating properly, check the peralatan beroperasi dengan benar, periksa
instrument on a standard in accordance with peralatan sesuai standard mengacu pada manual
the operating manual. pengoperasiannya.
Before conducting a test, you should have a Sebelum melakukan pengujian, anda sebaiknya
clear idea of the KIND, ORIENTATION, and memiliki gambaran mengenai JENIS, ORIENTASI,
QUANTITY of discontinuities you are trying to dan JUMLAH diskontinuitas yang akan dideteksi.
detect.
If the rear surface of the specimen lies at an Jika permukaan belakang spesimen memben-
angle as shown below, what will be the tuk sudut seperti gambar di bawah, apa
effect on a normal A-Scan display? akibatnya pada tampilan scan-A?

Although a discontinuity may be detected, Meskipun diskontinuitas bisa terdeteksi, namun


there WILL NOT BE A BACK SURFACE PANTULAN PERMUKAAN BELAKANG TIDAK
REFLECTION in the situation above. AKAN TAMPAK pada kondisi di atas.

Selection of the proper transducer is very Pemilihan transducer yang tepat sangat penting
important in obtaining a good ultrasonic test. untuk memperoleh hasil pengujian yang akurat.
As shown below, a transducer with a plastic Seperti di bawah ini, sebuah transducer dengan
wedge may be necessary to look into a baji plastik diperlukan untuk memeriksa bagian
specimen at an angle. dalam spesimen pada sudut tertentu.
THE PULSE LENGTH used will affect the ability PANJANG PULSA yang digunakan akan mempe-
of the instrument to LOCATE DISCONTI- ngaruhi kemampuan perangkat dalam
NUITIES NEAR THE SURFACE as shown MENENTUKAN LOKASI DISKONTINUITAS DEKAT
below. PERMUKAAN seperti di bawah ini.
A LONGER PULSE may block the receiver PULSA PANJANG dapat menghalangi peneri-
during the period of transmission and maan sinyal selama masa pemancaran dan
obscure reflections from the discontinuity. mengganggu pantulan dari diskontinuitas.
The transducer may continue vibrating Transducer dapat terus bergetar saat
beyond the time the discontinuity energy is melakukan penerimaan energi suara yang
received. berasal dari diskontinutas.

IN ANGLE BEAM CONTACT TESTING, the PADA PENGUJIAN KONTAK DENGAN PROBE
transducer is placed behind a wedge, usually SUDUT, transducer diletakkan di belakang sebuah
lucite, so that the sound will be introduced into baji, biasanya dibuat dari lucite, sehingga suara
the part at an angle. akan masuk ke dalam benda membentuk sudut.
As shown below, THE ANGLE OF Seperti diperlihatkan di bawah, SUDUT
INCIDENCE of the sound beam at the DATANG berkas suara pada permukaan
surface is determined by the fixed angle of ditentukan oleh besarnya sudut baji.
the wedge.
Page 136
As discussed previously, the sound beam Seperti didiskusikan sebelumnya, sudut berkas
angle in a test part is determined by the suara di dalam benda ditentukan oleh hubungan
relationship of the velocity of sound in the test antara cepat rambat suara di dalam benda uji dan
specimen and the velocity of sound in the cepat rambat suara di dalam baji. Hubungan ini
wedge. This relationship is known as “SNELL’S dikenal sebagai “HUKUM SNELL”.
LAW”.
As shown below, when the angle of Seperti ditunjukkan di bawah, apabila besar
incidence increases, refraction of the sudut datang ditambah, sudut bias gelombang
longitudinal wave increases until there longitudinal juga bertambah, hingga mencapai
comes a point where total reflection of this besar sudut dimana terjadi pantulan menye-
wave occurs, and all that is left is a shear luruh dari gelombang ini, dan yang tertinggal di
wave. dalam benda hanya gelombang transversal.
This point is called the 1ST CRITICAL ANGLE Sudut tersebut dinamakan SUDUT KRITIS
of incidence. PERTAMA.

To produce a sound beam at a given angle, it Untuk menghasilkan berkas suara pada sudut
is necessary to know only the following THREE tertentu, ada TIGA FAKTOR yang perlu diketahui
FACTORS to determine the proper wedge untuk menentukan sudut baji yang tepat:
angle:
1. The angle desired in the test specimen. 1. Sudut di dalam benda uji yang diinginkan.
2. The longitudinal velocity in the wedge. 2. Cepat rambat gelombang longitudinal di
dalam baji.
3. The velocity in the test material (shear or 3. Cepat rambat gelombang di dalam benda uji
longitudinal, depending on the sound (transversal atau longitudinal, tergantung
beam desired). pada mode gelombang yang diinginkan).
In angle beam testing, the ANGLE OF Dalam pengujian probe sudut, SUDUT BIAS akan
REFRACTION becomes LESS as the velocities menjadi LEBIH KECIL jika cepat rambat suara di
of sound in the wedge and test specimen dalam baji dan di dalam benda uji HAMPIR SAMA.
become MORE NEARLY EQUAL.

Page 137
ONLY LONGITUDINAL WAVES will be HANYA GELOMBANG LONGITUDINAL yang
produced IN THE WEDGE, but it is possible to terjadi DI DALAM BAJI, namun dimungkinkan untuk
have either longitudinal or shear waves in the menghasilkan gelombang longitudinal atau
test part. transversal di dalam benda uji.
BOTH MODES MAY BE PRESENT at the KEDUA MODE GELOMBANG TERSEBUT
same time depending on the angle of the DAPAT TERJADI dalam waktu yang bersamaan
wedge. tergantung pada sudut baji.
The following charts show the relative angle Grafik berikut memperlihatkan sudut dan amplitudo
and amplitude for both longitudinal and shear relatip untuk gelombang longitudinal dan trans-
waves in steel for given wedge angles in lucite. versal dalam baja pada sudut baji lucite tertentu.
When choosing a wedge, it is desirable to Saat memilih sebuah baji, diinginkan untuk tidak
avoid angles that produce both longitudinal memilih sudut yang menghasilkan gelombang
and shear waves at the same time and at longitudinal dan transversal pada waktu yang
similar intensities. bersamaan dan pada intensitas yang sama.
The presence of BOTH WAVES makes it Adanya KEDUA GELOMBANG TERSEBUT secara
difficult to interpret the CRT screen which bersamaan akan menyulitkan interpretasi layar
displays both reflections. CRT yang menampilkan pantulan keduanya.

EXAMPLE: CONTOH:
1. Assume that you have a lucite wedge 1. Asumsikan bahwa anda memiliki baji lucite
with an angle of 50 degrees. Referring to dengan sudut 50o. Mengacu pada grafik di
the chart above, what angle shear waves atas, berapa sudut gelombang transversal
will be produced in the test specimen? yang akan dihasilkan di dalam benda uji?
2. What problem would be encountered 2. Masalah apa yang akan dijumpai saat
using a 50 degree longitudinal wave? memakai gelombang longitudinal dengan
sudut 50o?
(#1 = about 65 degrees) (#1 = sekitar 65o)
(#2 = shear wave also exists) (#2 = gelombang transversal juga terjadi)
In angle beam testing, when the wedge angle Dalam pengujian dengan probe sudut, apabila
is increased to the point that the SHEAR WAVE sudut baji diperbesar hingga SUDUT BIAS TRANS-
IS EQUAL TO 90 DEGREES, we have what is VERSALNYA sama dengan 90o, kita memiliki apa
known as the 2ND CRITICAL ANGLE. yang dinamakan sebagai SUDUT KRITIS KEDUA.
However, sound energy still exists parallel to Namun demikian, gelombang suara masih ada
the interface and is known as “SURFACE dan merambat di interface, dan dinamakan
WAVES” or “RAYLEIGH WAVES” as dis- GELOMBANG PERMUKAAN atau “GELOM-
cussed previously. BANG RAYLEIGH”.

As shown on the chart on the previous page, a Seperti ditunjukkan oleh grafik pada halaman
wedge angle of 63 degrees will produce sebelumnya, sudut baji sebesar 63o akan mengha-
surface waves of the greatest amplitude in silkan gelombang permukaan pada baja dengan
steel. amplitudo tertinggi.
As shown below, the SURFACE WAVE Seperti ditunjukkan di bawah ini, GELOMBANG
penetrates only ONE WAVE LENGTH below the PERMUKAAN hanya masuk ke bawah permukaan
surface and has the ability to follow the part sebesar SATU PANJANG GELOMBANG dan
contour. Any SHARP ANGLE on the surface memiliki kemampuan untuk mengikuti kontur
will cause a REFLECTION. benda. SUDUT-SUDUT TAJAM pada permukaan
akan menyebabkan PANTULAN.
Chapter-10

CHAPTER TEN
WORKSHEET #1
A. Using the information given below, calculate the “Snell’s Law” problems for each of the following.

Snell’s law:

Long. velocity in steel = 5.85 x 105 cm/sec


Shear velocity in steel = 3.23 x 105 cm/sec
Long. velocity in lucite = 2.68 x 105 cm/sec
Shear velocity in lucite = 1.26 x 105 cm/sec

1. Find the refracted shear wave if the incident angle is 33 degrees.


(3 pts – SHOW WORK)

2. If you wanted to produce a shear wave in steel at 60 degrees, what would be the
incident angle in lucite? (3 pts – SHOW WORK)

3. Above the 2nd critical angle, shear waves become surface waves. Determine the
angle of incidence when this starts to happen with an interface of lucite to steel.
(3 pts – SHOW WORK)

4. Find the reflected longitudinal wave if the incident angle is 36 degrees.


(3 pts – SHOW WORK)
Chapter-10

CHAPTER TEN
WORKSHEET #2
A. Using Snell’s Law, develop a chart for ALUMINUM that is similar to the one below that was
designed for steel.

B. Superimpose the lines of the aluminum longitudinal and shear waves over the existing lines to
show a comparison.

Longitudinal velocity in aluminum = 6.35 x 105 cm/sec


Shear velocity in aluminum = 3.10 x 105 cm/sec
Longitudinal velocity in lucite = 2.68 x 105 cm/sec

C. From the newly formed lines on the graph, answer the following questions pertaining to the
sound in the aluminum. (2 pts each)

1. With a transducer angle of 15 degrees, what is the longitudinal sound path in


aluminum?

2. With a transducer wedge angle of 24 degrees, what is the longitudinal sound-


path in aluminum?

3. What transducer wedge angle would you use if you wanted a 30 degree
shear wave angle in aluminum?

4. What transducer wedge angle would you use if you wanted a 80 degree
shear wave angle in aluminum?

5. Would it be practical to use a wedge angle of 20 degrees to inspect aluminum?


Why or why not?

6. Would it be practical to use a wedge angle of 60 degrees to inspect alumunium?


Why or why not?
Chapter-10

CHAPTER TEN
REVIEW
1. Through transmission is often used because of its ability to indicate the depth of
the discontinuity below the surface.

2. Contact testing is often used in production line testing because it permits


easy automatic scanning and recording.

3. Contact testing can be used to generate both surface waves and


longitudinal waves.

4. At a point slightly above the second critical angle, a “Rayleigh” wave is produced.

5. A low frequency is typically used to inspect a part that has a coarse


grain structure.

6. The first critical angle occurs when the shear wave is refracted at an angle parallel
to the test part surface.

7. When doing a typical angle beam test (e.g. 70 degrees), both longitudinal and
shear waves exist in the part.

8. Pulse-echo and through transmission techniques can both use the same type
of transducer.

9. A 1 megahertz transducer would probably result in a greater attenuation loss


than a 5 megahertz transducer.

10. A major advantage of the through transmission technique is that no couplant is


required.

11. To find small discontinuities, it is usually advisable to use as high a frequency


transducer as possible.

12. A short pulse length will result in less penetrating power into the test part

13. The critical angle for longitudinal waves is the point at which:
a. The reflected angle is zero degrees.
b. The refracted angle of the longitudinal wave mode is parallel to the surface.
c. The longitudinal wave mode is totally reflected.
d. Both longitudinal and shear waves are transmitted into the specimen.

14. A large discontinuity found with the through transmission technique will cause the
CRT display to:
a. Increase in amplitude at a point equal to the depth of the defect.
b. Show a pip equal to the relative size of the discontinuity.
c. Show a decrease in reflected energy from the back surface of the
part. d. Show a decrease in energy at the receiving transducer.
Chapter-11

CHAPTER ELEVEN
Chapter-11

APPLICATIONS OF CONTACT TESTING APLIKASI PENGUJIAN KONTAK


The lower range of frequencies are generally Frekuensi-frekuensi rendah umumnya dipakai
used to test CASTINGS since castings usually untuk menguji BENDA COR karena benda cor
have a rather COARSE grain structure. biasanya memiliki struktur butiran yang agak kasar.
Many of the very coarse grained castings Banyak benda cor yang butirannya sangat kasar
cannot be tested with ultrasonics. tidak dapat diuji memakai metoda ultrasonik.
MOST FORGINGS are good objects for Sebagian besar BENDA TEMPA merupakan obyek
ultrasonic testing. Common discontinuities yang bagus untuk pengujian ultrasonik. Diskonti-
found in forgings are shown below. nuitas yang biasa ditemukan dalam benda tempa
adalah seperti di bawah ini.

Discontinuities in a FORGING are most likely to Diskontinuitas di dalam BENDA TEMPA kemung-
be detected if the inspection is made AT RIGHT kinan besar akan terdeteksi jika pemeriksaan
ANGLES to the direction that the material was dilakukan tegak lurus terhadap arah penempaan.
worked. Working will orient discontinuities in the Penempaan membuat arah diskontinuitas sama
same direction as the grain of the metal is dengan arah orientasi butiran logam.
oriented.
ROLLED SHEET and PLATE MATERIALS may LEMBARAN YANG DIROL dan PELAT dapat diuji
be tested with either a straight beam or angle dengan probe normal atau probe sudut,
beam, depending on the specification re- tergantung pada persyaratan yang diminta.
quirements.
STRAIGHT BEAM testing has the advantage Pengujian memakai PROBE NORMAL memiliki
of being able to easily locate laminations. keuntungan yaitu mampu menemukan laminasi
dengan mudah.
However, straight beam testing is time Namun demikian, pengujian memakai probe
consuming and may not “see” disconti- normal memboroskan waktu dan diskontinuitas
nuities close to the surface, unless special dekat permukaan mungkin tak terdeteksi,
techniques are used. kecuali apabila dipakai teknik khusus.
The ADVANTAGE of ANGLE BEAM testing is KEUNGGULAN pengujian memakai PROBE
that it is a very fast method of inspecting plate SUDUT adalah kecepatannya yang tinggi untuk
materials. memeriksa material-material pelat.
Most types of discontinuities found in plate Sebagian besar jenis diskontinuitas di dalam
that are PERPENDICULAR to the scan pelat yang arahnya TEGAK LURUS permukaan
surface will be found with angle beam scan akan ditemukan dengan pengujian probe
testing. sudut.
However, SMOOTH LAMINATIONS parallel Namun demikian, LAMINASI HALUS yang
to the surface will probably not be detected sejajar pemukaan mungkin saja tidak akan
by angle beam testing. terdeteksi oleh probe sudut.

BEFORE performing an ANGLE BEAM TEST, SEBELUM melakukan pengujian dengan PROBE
the plate should be scanned with a straight SUDUT, pelat harus di-scan dengan probe normal
beam transducer to find any gross defects or dulu untuk menemukan cacat-cacat besar atau
laminations. laminasi.
When an angle test is performed on plate, it Jika melakukan pengujian pada pelat dengan
is common to establish a “REFERENCE” so probe sudut, perlu dibuat sebuah “REFERENSI”
that the AMPLITUDE of a discontinuity can sehingga amplitudo dari sebuah diskontinuitas
be compared to A KNOWN SIZE dapat dibandingkan dengan sebuah pemantul
REFLECTOR. yang UKURANNYA DIKETAHUI.
The following procedure explains one way Prosedur berikut ini menjelaskan salah satu
this can be done: cara dimana hal tersebut dapat dilakukan:
1. Set up a “reference notch” which is either 1. Buat sebuah takik referensi yang dalamnya
3% of the part thickness or 0.005” deep. sebesar 3% tebal benda atau 0.005 inchi.
2. Place the transducer so that a signal from 2. Letakkan probe sehingga sinyal dari takik
the notch is obtained on the first leg and tersebut didapat pada kaki pertama dan atur
adjust gain so that the signal is 100% gain sehingga tinggi sinyal sebesar 100%
screen height. tinggi layar.
3. Move the transducer back so that a 3. Gerakkan probe ke belakang hingga sinyal
signal from the notch is obtained on the dari takik didapat pada kaki kedua dan
second leg and mark the signal height on tandai ketinggian sinyal pada layar CRT
the CRT with a grease pencil. Repeat this dengan marker. Ulangi langkah ini dengan
step at longer specific distances. jarak yang lebih besar.
4. When a discontinuity is found, move the 4. Apabila ditemukan diskontinuitas, gerakkan
transducer to one of the known distances probe ke salah satu jarak yang diketahui dan
and compare amplitude of discontinuity bandingkan amplitudo diskontinuitas dengan
with notch. amplitudo takik.
5. The plate should then be scanned along 5. Lalu scan pelat tersebut dari tiap-tiap sisinya.
each of the plates four edges. Diskontinuitas yang lolos dari satu arah akan
Discontinuities missed in one scan, ditemukan oleh scan dari arah yang lain.
should be picked up in another direction.
CONTACT TESTING OF WELDMENTS can be PENGUJIAN KONTAK SAMBUNGAN LAS dapat
accomplished by either STRAIGHT BEAM or dilakukan memakai teknik PROBE NORMAL atau
ANGLE BEAM techniques, based on the type PROBE SUDUT, tergantung pada jenis cacat yang
of defect to be detected. akan dideteksi.
STRAIGHT BEAM testing requires that the PENGUJIAN PROBE NORMAL mensyaratkan agar
surface of the weld be GROUND SMOOTH as permukaan las DIGERINDA RATA seperti terlihat di
shown below. However, lack of fusion, cracks, bawah ini. Namun demikian kurang fusi, retak,
insufficient penetration are NOT EASILY kurang tembusan TIDAK MUDAH TERDETEKSI
DETECTED with straight beam techniques. dengan teknik probe normal.

ANGLE BEAM TESTING OF WELDMENTS is PENGUJIAN SAMBUNGAN LAS MEMAKAI PROBE


done as shown in View B above. SUDUT dilakukan seperti gambar B di atas.
To scan the welded seam, it is necessary to Untuk men-scan sambungan las, transducer
move the transducer forward and backward digerak-gerakkan ke depan dan belakang
as shown below. seperti di bawah ini.
At ½ SKIP DISTANCE, the beam strikes the Pada ½ JARAK SKIP, berkas suara mengenai
BOTTOM of the plate and at 1 SKIP DASAR PELAT dan pada 1 JARAK SKIP, berkas
DISTANCE, the beam will strike the TOP of akan mengenai ATAS PELAT seperti dalam
the plate as shown below. gambar di bawah ini.
Page 145
SKIP DISTANCE is determined by the ANGLE JARAK SKIP ditentukan oleh SUDUT gelombang
of the sound entering the weldment, which is suara yang memasuki las, yang ditentukan oleh
determined by the LUCITE WEDGE ANGLE. SUDUT BAJI LUCITE.
Once the skip distance is known, A CHALK Setelah jarak skip diketahui, permukaan benda
MARK can be made on the part to show where DITANDAI DENGAN KAPUR untuk menunjukkan
the transducer must be moved for complete kemana probe harus digerakkan agar diperoleh
coverage of the weld zone. cakupan menyeluruh pada daerah las.
Skip distance will also increase as the Jarak skip juga akan bertambah jika ketebalan
thickness of the test specimen is increased as benda uji bertambah besar seperti dalam gambar
shown below. di bawah.

BEAM ANGLE SELECTION is determined by: PEMILIHAN SUDUT PROBE ditentukan oleh:
1. Code or procedure requirements 1. Persyaratan dari prosedur atau code.
2. Weld joint design 2. Disain sambungan las.
3. Specimen configuration 3. Konfigurasi spesimen.
The following table shows examples of Tabel berikut memperlihatkan BESARNYA SUDUT
FAVORABLE BEAM ANGLES for testing welds PROBE yang sesuai untuk pengujian las pada
in materials of varying thickness. material dengan ketebalan bervariasi.
As sheet thickness increases, beam angle Jika tebal benda bertambah besar, sebaiknya
should be decreased. dipakai probe dengan sudut yang lebih kecil.

Page 146
EXAMPLE: CONTOH:
The surface distance (SD) to a point directly Jarak permukaan (SD) ke suatu titik yang letaknya
above the discontinuity can be calculated di atas diskontinuitas dapat dihitung berdasarkan
according to the formula: rumus:

SD = SP X sin Ø SD = surface distance


SP = sound path distance
Ø = refracted sound beam angle

SD

EXAMPLE: CONTOH:
With a properly calibrated 70 degree probe, Dengan memakai probe sudut 70o yang sudah
what is the distance “SD” from the exit point of dikalibrasi, berapakah jarak “SD” dari exit point
the probe to the discontinuity? Distance “SP” probe ke diskontinuitas? Jarak “SP” pada CRT
shows on the CRT at 117 mm (do not consider adalah 117 mm (tidak usah mempertimbangkan
the sound travel in the lucite wedge). perambatan suara di dalam baji lucite).
SP x sin Ø = 0.939 multiplyed by sound SP x sin Ø = 0.939 dikalikan dengan lintasan
path of 117 mm equals a surface distance suara 117 mm sama dengan jarak permukaan
“SD” of 110 mm. “SD” yaitu 110 mm.
Page 147
It is usually necessary to know the “SKIP Biasanya perlu untuk mengetahui “JARAK SKIP”
DISTANCE” of the sound beam in a part with dari gelombang suara di dalam benda untuk probe
any given angle transducer. sudut yang dipakai.
Skip distance can be found by using the Jarak skip dapat dihitung dengan mengguna-
following formula: kan rumus berikut:

P = 2 x T x tan Ø P = skip distance


T = plate thickness
Ø = refracted sound beam angle

EXAMPLE: CONTOH:
What is the skip distance on a 10 mm thick Berapakah jarak skip pada pelat yang tebalnya 10
plate with a 70 degree transducer? mm dengan memakai probe sudut 70o?

P = 2 x T x tan Ø
= 2 x 10 mm x 2.75
= 20 x 2.75
= 55 mm

Page 148
Figure below shows typical angle beam Gambar di bawah ini memperlihatkan pemeriksaan
inspection on weld joint. sambungan las menggunakan probe sudut.
During scanning Selama scanning
using menggunakan teknik
contact pengujian kontak,
testing sebuah diskontinuitas
technique, a yang mengakibatkan
discontinuity that munculnya indikasi
causes an indication mudah dicari letaknya
to appear is easy di dalam pelat dengan
to locate in the plate memakai divisi pada
by either using the layar untuk mengukur
divisions in the jarak, atau jari-
display to measure jari
the distance or the operator
operator’s fingers can dapat digerak-
be moved along the gerakkan sepanjang
plate in front of the pelat di
transducer toward the depan
discontinuity. transducer ke arah
Movement of the diskontinuitas.
fingers along the Pergerakan jari-
plate may cause a jari
small signal on
the CRT that will sepanjang pelat
move in the dapat
direction of the menyebabkan
discontinuity. munculnya sinyal
When the fingers kecil pada CRT
are directly over yang akan bergerak
the discontinuity, ke arah
the signal will be diskontinuitas.
damped. Apabila jari-jari
Illustration below tersebut tepat
shows the finger berada di atas
damping concept. diskontinuitas,
sinyal akan
teredam.
Gambar di bawah
memperlihatkan
konsep peredaman
dengan jari.
Chapter-11
Chapter-11

Calibration procedure for the IIW block using Prosedur kalibrasi untuk blok IIW dengan memakai
angle beam transducers: probe sudut yaitu:
1. A 5 MHz STRAIGHT BEAM transducer 1. Sebuah PROBE NORMAL berfrekuensi 5
can be used to calibrate the instrument MHz dapat dipakai mengkalibrasi peralatan
FOR ANGLE BEAM INSPECTION as untuk PEMERIKSAAN PROBE SUDUT seperti
shown below in View A. diperlihatkan di Gambar A di bawah.
2. Change to the proper angle beam 2. Ubah ke probe sudut seperti dalam Gambar
transducer as shown in View B below and B di bawah dan atur sweep delay ke divisi 4
adjust only sweep delay to the 4” mark. inchi.
This procedure eliminates errors in calculations Prosedur ini menghilangkan kesalahan perhitu-
due to sound travel in the angle beam wedge ngan akibat perambatan suara di dalam baji probe
because the travel time in the wedge is delayed sudut karena jangka waktu perambatan di dalam
off the CRT. baji melambatkan tampilan pada CRT.

VIEW A VIEW B

0.06-inch (1.5 mm) hole

0 1 2 3 4 5 0 1 2 3 4 5

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Another method of calibrating the UT Metoda kalibrasi perangkat UT lainnya untuk


instrument for angle beam inspection involves pemeriksaan dengan probe sudut adalah
using multiple echoes from the curved surface menggunakan pantulan berulang dari permukaan
of the IIW block. lengkung blok IIW.
1. As shown in View B above, place the 1. Seperti dalam Gambar B di atas, letakkan
transducer on the block and adjust the probe di atas blok dan atur peralatan untuk
instrument to get a pip on the CRT at menampilkan pip pada CRT tepat di divisi 4
exactly 4 and 8 inches. dan 8 inchi.
2. Many IIW blocks have a notch that will 2. Banyak blok IIW memiliki takik yang akan
reflect the sound in multiples of 4 inches. memantulkan suara dalam kelipatan 4 inchi.
3. The instrument is then adjusted to such a 3. Kemudian atur sensitivitas/gain peralatan
sensitivity level that reflections from the sehingga pantulan dari lubang 0.06 inchi
0.06 inch hole can be recognized on the dapat dimunculkan pada layar CRT.
CRT.

Page 150
Page 151
The illustration below indicates what will Gambar di bawah ini memperlihatkan apa yang
happen to a sound beam that strikes the terjadi pada berkas suara jika mengenai permu-
surface at an angle other than perpendicular. kaan dengan membentuk sudut yang tidak tegak
lurus.

SOUND PROPAGATES around the wall in Gelombang suara longitudinal atau transversal
ZIGZAG pattern as either longitudinal or shear MERAMBAT mengelilingi dinding dengan pola
waves. ZIGZAG.
Because of the interference by shear waves Karena adanya gangguan dari gelombang
when longitudinal waves are used, most transversal saat penggunaan gelombang longi-
testing of tubular shapes is done with shear tudinal, pengujian tabung dan pipa kebanyakan
waves. dilakukan dengan gelombang transversal.

When using SHEAR WAVES, if the ratio of Apabila memakai GELOMBANG TRANSVERSAL,
thickness (t) to diameter (D) is over 0.2 or 20%, jika perbandingan antara ketebalan (t) terhadap
you cannot test for inside diameter defects with diameter (D) lebih dari 0.2 atau 20%, anda tidak
a normal 45°, 60°, or 70o shear wave because dapat menemukan cacat pada diameter dalam
the sound will not touch the inner wall, as dengan probe sudut 45o, 60o, atau 70o karena
shown below: suara tidak akan menyentuh dinding dalam.

1.5”
0.75”

6” Diameter
Ratio t/D = 0.125 Ratio t/D = 0.25

Page 152
As shown below, shear waves bounce off the Seperti terlihat di bawah, gelombang transversal
outer and inner surfaces of the pipe wall as akan mengenai permukaan dalam dan luar dinding
they travel around the circumference. pipa saat merambat mengelilingi pipa.
The sound waves will travel around the pipe Gelombang suara akan merambat mengelilingi
until completely attenuated. pipa hingga dilemahkan seluruhnya.

0 1 2 3 4 5

NOTCH
B
A

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
o o
0 180 360o

The PIP on the CRT screen above represents PIP takik pada layar CRT di atas mewakili
360 DEGREES of sound travel and is often perambatan suara sebesar 360o dan seringkali
called the REVOLUTION INDICATION. dinamakan INDIKASI SATU PUTARAN.
However, FOR MEASUREMENT PURPOSES Namun demikian, UNTUK TUJUAN PENGUKU-
this pip is referred to as being 180 RAN, pip ini dianggap mewakili sudut 180o
DEGREES even though the distance meskipun jarak ke takik yang ditempuhnya
covered to the notch and back represents mewakili satu putaran penuh.
one complete revolution.
Assume that a practical situation exists and that Asumsikan bahwa pada kondisi sebenarnya
a shear wave is being transmitted into a pipe in gelombang transversal dirambatkan di dalam pipa
a clockwise direction as shown above. searah jarum jam seperti gambar di atas.
If discontinuities exist at points “A” and “B”, Jika ada diskontinuitas pada titik “A” dan “B”,
SIGNALS caused by this should appear SINYAL-SINYAL yang diakibatkannya seharus-
on the CRT screen at points 6.2 and 7.5. nya muncul di layar CRT pada titik 6.2 dan 7.5.
Special transducers have been developed with Telah dikembangkan probe khusus dengan lapisan
curved wear plates designed for specific pelindung berbentuk lengkung yang dirancang
diameter pipes. Some of these probes are untuk diameter tertentu. Beberapa dari probe ini
designed with two transducers in one case, dirancang dengan dua transducer dimana yang
one scanning clockwise and the other satu men-scan searah jarum jam, yang lainnya
counterclockwise. men-scan berlawanan jarum jam.
Chapter-11

CHAPTER ELEVEN
WORKSHEET
A. Solve the following “SKIP DISTANCE” and “SURFACE DISTANCE” problems based on the
information given in this lesson.

1. What is the surface distance from the exit point of a 60o transducer to the point
directly above the discontinuity if the sound path on the CRT screen shows 4-1/2
inches? (3 pts)
MAKE A SKETCH AND SHOW WORK

2. What is the “P” skip distance using a 60o transducer on 1-1/2 inch thick material?
(3 pts).
MAKE A SKETCH AND SHOW WORK.

3. On the CRT screen below, indicate where discontinuities A, B and C would


appear on a properly calibrate equipment with a full screen range of 360o. (3 pts)

0 1 2 3 4 5

NOTCH
B
A

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
o o
0 180 360o
Chapter-11

CHAPTER ELEVEN
REVIEW
1. Most forgings cannot be ultrasonically inspected because of their large grain
structure.

2. Before performing an angle beam test on plate materials, it is advisable to first


inspect the plate with straight beam transducers.

3. By scanning only from the four edges, a plate can be inspected 100% utilizing an
angle beam transducer.

4. “Skip distance” is the distance at an angle from the top of the plate to the bottom.

5. Contact testing a weldment with a straight beam transducer usually requires


that the weld surface be smooth.

6. As a general rule, as the thickness of a plate gets thicker, it is best to use a


larger angle transducer.

7. When scanning a weldment with an angle beam technique, the transducer must
be moved back at least 2 skip distances for complete coverage of the weld zone.

8. As a general rule, if the pipe thickness to diameter ratio exceed 20%, an accurate
test cannot be performed as the sound will not travel to the inner wall.

9. When using shear waves to inspect pipe, a notch at 180o in a sample pipe can
be used for instrument calibration.

10. Calibration of a UT instrument with an angle beam transducer requires at least


two reflections from the curved surface of the IIW block.

11. On the CRT screen below, indicate where the pips would appear if the instrument
were calibrated to a full screen range of 10 inches.
The notch cut into the IIW block shown is curved and is 1 inch from the exit point
of the transducer. (3 pts).
0 1 2 3 4 5

1”
4”
NOTCH
Curved Notch
B
A

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Chapter-12

CHAPTER TWELVE
Chapter-12

NONRELEVANT ULTRASONIC INDICATIONS INDIKASI ULTRASONIK NONRELEVAN


NONRELEVANT INDICATIONS can usually be INDIKASI NONRELEVAN biasanya dapat diidenti-
identified as one of the following: fikasi sebagai akibat dari:
1. Electrical interference 1. Gangguan listrik
2. Interference from the transducer (search 2. Gangguan dari transducer (unit pencari).
unit)
3. Interference from the surface of the 3. Gangguan dari permukaan spesimen.
specimen
4. Interference caused by mode conversion 4. Gangguan akibat perubahan mode peram-
of the sound beam batan suara.
5. Interference caused by the shape of the 5. Gangguan akibat bentuk spesimen
specimen
6. Interference caused by material structure 6. Gangguan akibat struktur material
The first two classes are caused by Dua bagian pertama di atas diakibatkan ketidak-
malfunctions in the test system – the remainder beresan sistem uji – sisanya adalah gangguan
are inherent in the ultrasonic testing method. bawaan pada metoda pengujian ultrasonik.
ELECTRICAL INTERFERENCE can be caused GANGGUAN LISTRIK dapat diakibatkan oleh
by improper electrical connections, electrical hubungan listrik yang tidak benar, noise, atau
noise or faulty equipment. kesalahan peralatan.
SEARCH UNIT INTERFERENCE is common GANGGUAN DARI UNIT PENCARI umum terjadi
and is often caused by the reflection of sound dan seringkali diakibatkan oleh pantulan suara dari
energy from the interface between the wedge interface antara baji dan permukaan spesimen.
and test specimen surface.

In IMMERSION TESTING, air bubbles either on Dalam PENGUJIAN IMMERSION, gelembung-


the transducer or specimen can cause reduced gelembung udara pada permukaan transducer
signal amplitude from the back surface and at atau spesimen dapat mengurangi amplitudo sinyal
times also from the front surface. dari permukaan belakang dan kadang-kadang
juga dari permukaan depan.
SURFACE INTERFERENCE GANGGUAN AKIBAT PERMUKAAN
A SMALL AMOUNT of SURFACE WAVE SEJUMLAH KECIL ENERGI GELOMBANG
ENERGY is usually transmitted in all directions PERMUKAAN biasanya dipancarkan ke semua
around a transducer as shown below. arah di sekitar transducer seperti terlihat di bawah.
If the transducer is near the edge of a plate, Jika posisi transducer berdekatan dengan sisi
a signal may appear on the CRT. pelat, pada layar CRT akan tampak sinyalnya.

When inspecting with shear waves, it is Saat memeriksa dengan gelombang transversal,
possible to detect a surface discontinuity with dimungkinkan untuk mendeteksi diskontinuitas
the small amount of surface waves generated. permukaan memakai sejumlah kecil gelombang
(see below). permukaan yang juga dihasilkan (gambar bawah).

We can determine if the reflection is from a Kita dapat menentukan apakah sebuah pantulan
surface wave by running our finger along the berasal dari gelombang permukaan dengan cara
surface in front of the transducer. menggosok-gosokkan jari kita sepanjang permu-
kaan di depan transducer.
If the reflection is due to surface waves, the Jika pantulan diakibatkan oleh gelombang
amplitude of the pip will drop on the CRT permukaan, amplitudo pip pada CRT akan turun
when our finger is between the transducer apabila jari kita berada antara transducer dan
and the interface producing the signal. interface yang menyebabkan sinyal tersebut.
Surface wave indications may not be cause Indikasi gelombang permukaan belum tentu
for rejection, but they should be evaluated. mengakibatkan penolakan, namun harus
dievaluasi.
A NONRELEVANT INDICATION may occur INDIKASI NONLEREVAN dapat terjadi pada
when using a transducer with a large beam penggunaan transducer dengan penyebaran
spread as shown below. berkas yang besar seperti di bawah ini.
This indication is easily identified as it is Indikasi ini mudah diidentifikasi karena selalu
always behind the first back reflection of the berada setelah pantulan pertama permukaan
part and would probably be continuous belakang benda dan kemungkinan akan
along the surface of the part. berkelanjutan sepanjang permukaan benda.

In the situation above, A PLASTIC SHOE Pada situasi di atas, sepatu plastik yang diben-
machined to the diameter of the part usually tuk sesuai diameter benda biasanya mengura-
reduces the excessive beam spread. ngi penyebaran berkas yang berlebihan.
A LARGE GRAIN SIZE may also cause “NOISE” UKURAN BUTIR YANG BESAR juga dapat
or “HASH” on the CRT screen. menyebabkan “noise” atau “hash” pada layar CRT.
Abnormally large grains may result in total Butiran yang ukurannya sangat besar dapat
loss of back reflection. A lower examination mengakibatkan hilangnya pantulan belakang.
frequency may help alleviate this problem. Frekuensi pengujian yang lebih rendah dapat
membantu mengurangi masalah tersebut.
INTERFERENCE can be caused as a result of INTERFERENSI dapat diakibatkan oleh PERUBA-
MODE CONVERSION in the test specimen as HAN MODE dalam spesimen uji seperti diperli-
shown below. hatkan berikut ini.
However, all of these reflections CAN BE Namun demikian, semua pantulan ini DAPAT
IGNORED as they will appear on the CRT DIABAIKAN karena mereka muncul pada layar
after the first back reflection. CRT setelah pantulan pertama permukaan
belakang.

THE SHAPE OF THE SPECIMEN can cause BENTUK SPESIMEN dapat mengakibatkan
FALSE INDICATIONS as shown below. INDIKASI PALSU seperti di bawah ini.
The ultrasonic operator should always know Operator ultrasonik sebaiknya mengetahui
THE CONFIGURATION OF THE PART so KONFIGURASI BENDA UJI sehingga indikasi
that these false indications can be identified. palsu tersebut dapat diidentifikasi.

To verify a possible false indication, the Untuk memverifikasi indikasi palsu yang
operator should try to LOCATE the mungkin timbul, operator sebaiknya mencoba
discontinuity FROM DIFFERENT LOCATION menentukan LETAK diskontinuitas dari LOKASI
on the specimen. YANG BERBEDA PADA SPESIMEN.
DURING WELD INSPECTION, non relevant SELAMA PEMERIKSAAN LAS, indikasi nonrelevan
indications may result from reflections from the dapat diakibatkan oleh pantulan dari mahkota dan
crown and root of the weld and possibly from akar las, dan mungkin dari HAZ.
the heat affected zone.

ANY INDICATION on the CRT screen that is SEMBARANG INDIKASI pada layar CRT yang tidak
UNUSUALLY CONSISTENT can be suspected biasanya muncul terus dapat dicurigai sebagai
as being NONRELEVANT. NONRELEVAN.
As is shown above, the reflection from the Seperti ditunjukkan di atas, pantulan dari akar
root and crown of the weld may appear for dan mahkota las dapat muncul SEPANJANG
THE ENTIRE LENGTH OF THE WELD. SAMBUNGAN LAS.
If the non relevant signal is coming from the Jika sinyal nonrelevan berasal dari mahkota las,
crown of the weld, it can often be identified identifikasi dapat dilakukan dengan MELETAK-
by PLACING OUR FINGER wet with KAN JARI TANGAN KITA yang dibasahi dengan
couplant over the suspected area. kuplan di sepanjang daerah yang dicurigai.
If the sound beam is striking the crown, IT Jika berkas suara mengenai mahkota las,
WILL BE DAMPENED BY OUR FINGER. sinyalnya AKAN DIREDAM OLEH JARI KITA.
A surface examination, PT or MT, can be Pemeriksaan permukaan memakai PT atau
used to reduce the possibility of a MT dapat digunakan untuk mengurangi
surface crack causing the reflection. kemungkinan adanya retak permukaan yang
mengakibatkan pantulan.
BACKING BARS are commonly uses in butt PELAT PENAHAN umumnya dipakai pada
welds on structural steel. The purpose of the sambungan las tumpul struktur baja. Tujuan
bar is to provide a surface under the weld pemakaian pelat tersebut adalah untuk menahan
groove for the welder to lay the first bead of the lapisan pengelasan pertama.
weld.
A properly welded backed butt joint will result in Sambungan tumpul yang diberi penahan dan dilas
full penetration between the sidewall of the dengan benar menghasilkan penetrasi sempurna
weld and the backing bar. As a result, sound antara dinding samping alur las dan pelat
will enter the backing bar through this weld penahan. Akibatnya, berkas suara akan memasuki
junction and may be reflected back from the pelat penahan melalui sambungan las tersebut
corner of the backing plate. dan dapat dipantulkan kembali dari sudut pelat.
Figure below show this joint configuration and Gambar di bawah memperlihatkan konfigurasi
how the sound beam may reflect back from the sambungan dan bagaimana berkas suara
corner. dipantulkan kembali dari sudut pelat.
Nonrelevant indications can often be identified Indikasi nonrelevan seringkali dapat diidentifikasi
by PLOTTING THE DISCONTINUITY on a dengan MENGEPLOT LOKASI DISKONTINUITAS
ultrasonic calculator similar to the one shown pada kalkulator ultrasonik seperti gambar di bawah
below. ini.

THE HORIZONTAL SCALE measures SKALA HORIZONTAL mengukur jarak exit point
distance from the exit point of the transducer dari transducer ke arah diskontinuitas.
to the discontinuity.
THE VERTICAL SCALE represents specimen SKALA VERTIKAL menunjukkan ketebalan
thickness, and THE ARC represents the spesimen, dan BUSUR LENGKUNG menunjuk-
refracted angle of the sound beam. kan besarnya sudut bias dari berkas suara.

EXAMPLE: CONTOH:
A single vee weld with an opening of 30 Sambungan las V tunggal pada baja setebal 20
degrees in a 20 mm steel plate using a 70 mm dengan sudut bevel 30o diuji memakai probe
degree transducer is shown below. 70o seperti di bawah ini.

1 5
2 4
3

DISCONTINUITY
A

1. Draw a line representing the sound path 1. Gambar sebuah garis yang mewakili lintasan
from the upper left corner to the 70 degree suara dari sudut kiri atas melalui tanda 70o pada
mark on the arc, extending to the 20 mm busur hingga ke ketebalan pelat 20 mm.
point representing plate thickness.
2. Make a full skip by doubling the 59 mm. 2. Buat satu skip distance dengan menggan-
(see point B). dakan 59 mm (lihat titik B).
3. Draw the 30 degree single vee weld on 3. Gambar alur las dengan sudut bevel 30o pada
plastic or transparent paper. plastik transparan.
4. If the sound path distance on the CRT 4. Jika jarak lintasan suara pada CRT
shows 59 mm, and the distance from the menunjukkan 59 mm, dan jarak dari exit point
exit point to the center of the weld is 56 mm, ke sumbu las adalah 56 mm, maka letak
then the discontinuity is as shown above. diskontinuitas seperti ditunjukkan dalam
gambar di atas.
Chapter-12

CHAPTER TWELVE
WORKSHEET
A. Using the ultrasonic calculator that has been reproduced below, answer the following questions.
The weld being inspected is 20 mm thick single vee groove (60o groove angle) weld using a 70
degree transducer. You will need a ruler.

1. What is the sound path to the discontinuity in the 20 mm weldment shown above?

2. Is the discontinuity in the 1st or 2nd leg?

3. What is the surface distance from the exit point of the transducer to the center of
the weld zone?

4. What is the distance from the centerline of the weldment (X-axis) to the
discontinuity? (indicate + or -)

5. What is the distance from the top surface of the weld to the discontinuity?

6. What is the degree of the sound path as shown on the above calculator?

7. Do discontinuities A and B represent the same defect? (yes or no)

8. On the 20 mm weldment above, if the sound path were 63 degrees, and the
sound path distance was 98 mm to the discontinuity, where would it appear in the
weld zone? DRAW IN SOUND PATH AND DEFECT ON CALCULATOR ABOVE.

9. What would be the distance from the X-axis for this second
discontinuity? (indicate + or -)

10. What is the distance from the second discontinuity to the surface of the weld?
Chapter-12

CHAPTER TWELVE
REVIEW
1. Accurate ultrasonic inspection cannot take place until all non relevant indications
are removed from the CRT screen.

2. Non relevant indications caused by mode conversion in a long narrow specimen


will usually occur between the initial pulse and the first back reflection of the parts
back surface.

3. Surface waves can be generated even in a 90 degree straight beam transducer.

4. Surface waves can often be identified by placing your finger on the surface of the
plate in front of the transducer.

5. The beam spread resulting in a cylindrical part can be minimized by using a


concave plastic shoe between the transducer and the part.

6. Large grain size in a specimen will cause “noise” or “hash” on the CRT, but the
reject control on the instrument will always remove this non relevant indication and
permit an effective test

7. The heat affected zone in a weldment may cause a nonrelevant indication of the
CRT screen.

8. A nonrelevant indication from the crown of a weld can often be identified


by placing your finger on the suspected area.

9. A properly used ultrasonic calculator will give you the discontinuity depth below
the surface, position in the weldment and exact size.

10. On the attached ultrasonic calculator, plot the location of the discontinuity
based on the following information. (2 pts for accurate drawing)
70 degree transducer
15 mm thick weldment
Discontinuity pip on CRT at 70 mm
Single Vee groove weld (60 degree)
Centerline of weld to transducer exit point is 70 mm

a. Is the discontinuity in the 1st or 2nd leg?

b. What is the distance from top surface of the weld to the discontinuity?

c. What is the distance from the center line of the weldment (X-axis) to
the discontinuity? (locate + or -)
Chapter-12

CHAPTER TWELVE
REVIEW
Chapter-13

CHAPTER THIRTEEN
Chapter-13

I to discontinuities S P
N found in the e E
T molten metal. r N
R v D
INHERENT
O i A
D c H
WROUGHT e
U U
C d L
discontinuities i
T U
I relate to the s A
O melting and c N
N solidification of o
the original ingot n Bab ini mendiskusikan
This chapter before it is ti jenis-jenis diskontinuitas
discusses types of formed into n yang dapat dievaluasi
discontinuities that slabs, blooms, u menggunakan metoda
can be evaluated and billets. it ultrasonik.
with the ultrasonic i
INHERENT KA
method. e
CAST TA
CATEGORIES OF discontinuities s GO
relate to the . RI
DISCONTINUITIES
melting, casting, They are related DIS
Discontinuities can and solidification to the various KO
of a cast article. service conditions NT I
be divided into NUI
Usually caused such as stress
THREE by inherent corrosion, TA
general categories: variables such as fatigue, and S
INHERENT, inadequate erosion. Diskontinuitas dapat
PROCESSING,
feeding, gating, dibagi menjadi TIGA
a During the
excessive katagori umum:
n
pouring BAWAAN, PROSES, dan
d manufacturing
temperature, and SERVIS.
entrapped process, many
S discontinuities that
gases. 1
E were subsurface will
R 2. .
be made open to
V Proc
the surface by
I essin B
g machining, grinding,
C a
disco and the like.
E w
. ntinu REMEMBER that a
ities. a
1
. They are usually discontinuities are n
related to the not .
I various necessarily defects. Biasanya
n manufacturing Any indication that
h processes such is found by the berhubungan
e as machi- ning, inspector is called dengan
r forming, a discontinuity
e extruding, until it can be diskonti- nuitas
n rolling, welding, identified and yang ditemukan
t heat treating, and evaluated as to the dalam logam cair.
. plating. effect it will have on Diskontinuitas
They are 3 the service of the
usually related . part. WROUGHT
Chapter-13

P kondisi
BAWAAN r pengoperasian
berhubungan o seperti
s
dengan e korosi
s
peleburan . tegangan,
Biasanya kelelahan, dan
dan erosi.
pembekuan berhubungan
ingot sebelum dengan Selama proses
dibentuk aneka manufaktur, banyak
menjadi slabs, proses diskontinuitas yang
bloom, dan tadinya berada di
billet. manufaktur bawah permukaan
seperti menjadi membuka ke
Diskontinuitas
permukaan karena
TUANGAN
permesinan, permesinan,
BAWAAN
pembentukan, penggerindaan, dan
berhubu- ngan
sejenisnya.
dengan
peleburan, extruding, INGAT selalu bahwa
pengecoran, pengerolan, diskontinuitas itu
dan pengelasan, laku belum tentu cacat.
pembekuan panas, dan
Sembarang
benda cor. pelapisan.
Biasanya 3 indikasi yang
disebab- kan .
karena variabel ditemukan oleh
bawaan D inspektor
seperti kurang i dinamakan sebagai
pengisian, s
diskontinuitas
gating, suhu k
hingga dikenali dan
tuang o
dievaluasi
berlebihan, dan n
pengaruhnya
gas yang t
i terhadap
terperangkap. pengoperasian
n
2 u komponen.
. i
t
D a
i s
s
k S
o e
n r
t v
i i
n s
u .
i
t Berhubungan
a
s dengan
aneka
Chapter-13
Chapter-13

CLASSIFICATION OF DISCONTINUITIES BY KLASIFIKASI DISKONTINUITAS MENURUT


ORIGIN ASALNYA
Inherent discontinuities related to the original Diskontinuitas bawaan berhubungan dengan
melting and solidification of the metal in ingot pencairan dan pembekuan logam di dalam ingot
or in casting. atau saat pengecoran.
Typical discontinuities found in the ingot are Jenis diskontinuitas yang terdapat dalam ingot
inclusions, blowholes, pipe, and segregations. adalah inklusi, lubang tiup, pipe, dan segregasi.
1. Blowholes and porosity – caused by 1. Lubang tiup dan porositas – disebabkan oleh
entrapped gas in the molten metal. gas yang terperangkap di dalam logam cair.
2. Nonmetallic inclusions – caused by 2. Inklusi nonlogam – disebabkan karena
impurities accidentally included in the ketidakmurnian yang tanpa sengaja terjadi
molten metal, such as slag, oxides, and dalam logam cair, seperti slag, oksida, dan
sulphides. sulfida.
3. Pipe – caused by internal shrinkage at 3. Pipa – disebabkan karena penyusutan dalam
the center of the ingot as the molten pada bagian tengah ingot selama
metal solidifies. pembekuan.
4. Segregations – occurs when the 4. Segregasi – terjadi karena ketidakseragaman
distribution of the various elements is not distribusi aneka elemen di dalam ingot.
uniform throughout the ingot. This Kondisi ini dimanakan “banding” dan
condition is called “banding” and is not dianggap tidak begitu berarti.
usually significant.

The “HOT TOP” is usually cropped off to Bagian “HOT TOP” biasanya dipotong untuk
remove most of the above discontinuities. menghilangkan sebagian besar diskontinuitas di
atas.
Page 167
CASTING DISCONTINUITIES DISKONTINUITAS TUANGAN
Typical inherent discontinuities found in cas- Jenis diskontinuitas bawaan yang terdapat dalam
tings are cold shuts, hot tears, shrinkage cavi- benda cor adalah cold shut, sobek panas, rongga
ties, microshrinkage, blowholes, and porosity. susut, susut mikro, lubang tiup, dan porositas.
A COLD SHUT is caused when molten metal is COLD SHUT terjadi jika ada logam cair
poured over solidified metal as shown below. menumpuki logam yang sudah membeku.

When the metal is poured, it hits the mold Saat logam cair dituangkan dan membentur
too hard and spatters small drops of metal. dinding cetakan terlalu keras akan terjadi
When these drops of metal hit higher up on percikan logam cair. Jika percikan ini mengenai
the mold, they stick and solidify. When the dinding cetakan, dia akan lengket dan
rising molten metal reaches and covers the membeku. Apabila logam cair menutupi
solidified drops of metal, a crack-like percikan beku tersebut, terbentuk diskontinuitas
discontinuity is formed. yang menyerupai retakan.
HOT TEARS (SHRINKAGE CRACKS) occurs SOBEK PANAS (RETAK SUSUT) terjadi apabila
when there is unequal shrinkage between light ada penyusutan yang tidak merata antara bagian
and heavy sections as shown below. ringan dan berat seperti dalam gambar.

In a casting having light and heavy sections, Pada benda cor, makin ringan suatu bagian
the light sections, being smaller, solidify maka makin cepat pembekuan dan penyusu-
faster; they shrink faster pulling the heavier tannya, yang akan menarik bagian berat yang
sections, which are hotter and not shrinking lebih panas dan lebih lambat penyusutannya
as fast, toward the light sections. dibandingkan bagian tipis.
Page 168
SHRINKAGE CAVITIES occur when there is RONGGA SUSUT terjadi jika volume logam cair
insufficient molten metal to fill the space tidak cukup mengisi rongga akibat penyusutan,
created by shrinkage, just as pipe is formed in sama seperti halnya pipe yang terbentuk di dalam
an ingot. ingot.
GATE (ENTRANCE
FOR MOLTEN
METAL)

Shrinkage cavities can be eliminated, or the Rongga susut dapat dicegah atau dikurangi
possibility of shrinkage cavities can be kemungkinan terjadinya dengan menambahkan
greatly reduced, by adding a feeder head or corong pengisian seperti dalam gambar kanan
reservoir as shown above on the right. atas.
MICROSHRINKAGE is usually many small SUSUT MIKRO biasanya berupa lubang-lubang
subsurface holes that appear at the gate of the kecil di bawah permukaan yang muncul pada gate
casting caused by premature blocking of the akibat penyumbatan gate sebelum pengisian
gate. selesai seluruhnya.
Microshrinkage can also occur when the Susut mikro dapat juga disebabkan ketika
molten metal must flow from a thin section logam cair harus mengalir dari bagian tipis ke
into a thicker section of a casting. bagian yang lebih tebal di dalam cetakan.
BLOW HOLES are small holes at the surface of LUBANG TIUP adalah lubang-lubang kecil pada
the casting caused by gas which comes from permukaan benda cor akibat gas-gas yang berasal
the mold itself. Many molds are made of sand, dari dinding cetakan. Banyak cetakan yang dibuat
and when molten metal comes into contact dari pasir, dan saat logam cair bersentuhan
with the mold, the water in the sand is released dengannya kelembaban yang terkandung dalam
as steam. pasir berubah menjadi uap air.
POROSITY is caused by entrapped gas. POROSITAS disebabkan karena gas-gas yang
Porosity is usually subsurface but can occur on terperangkap. Porositas biasanya di bawah
the surface depending on the design of the permukaan namun dapat pula terjadi di
mold. permukaan, tergantung pada disain cetakan.
PROCESSING DISCONTINUITIES DISKONTINUITAS PROSES
Processing discontinuities are those found or Diskontinuitas proses ditemukan atau dihasilkan
produced by forming or fabrication operations saat pembentukan atau operasi fabrikasi, termasuk
including rolling, forging, welding, machining, pengerolan, penempaan, pengelasan, permesinan,
grinding, and heat treating. penggerindaan, dan perlakuan panas.
When an ingot is further processed into slabs, Ketika ingot diproses lebih lanjut menjadi slabs,
blooms, and billets, it is possible for the blooms, dan billets, diskontinuitas bisa berubah
discontinuities to change size and shape. ukuran dan bentuk.
As a billet is flattened and spread out, Saat billet diratakan dan digepengkan, inklusi
nonmetallic inclusions may cause a lamination. nonlogam dapat menyebabkan laminasi. Pipa dan
Pipe, and porosity could also cause porositas juga dapat menyebabkan laminasi
laminations in the same manner as shown dengan cara yang sama seperti dalam gambar di
below. bawah ini.

As a billet is rolled into bar stock, nonmetallic Saat billet dirol menjadi batang tongkat, inklusi
inclusions are squeezed out into longer and nonlogam tertekan menjadi diskontinuitas yang
thinner discontinuities called stringers. panjang dan tipis dinamakan stringers.

A nonmetallic inclusion in bar stock extends in Inklusi nonlogam dalam batang tongkat menyebar
the direction of grain formation. As the billet is ke arah pembentukan butiran. Saat billet dirol
rolled smaller around and longer, the stringer semakin kecil dan panjang, stringer juga menjadi
also becomes smaller around and longer. lebih kecil dan panjang.
As a billet is rolled into round bar stock, surface Saat billet dirol menjadi batang tongkat, ketidak-
irregularities may cause SEAMS. Seams are teraturan permukaan bisa mengakibatkan SEAMS.
caused by folding of metal due to improper Seams terjadi akibat lipatan logam karena
rolling or by a crack in the billet as shown pengerolan yang salah atau karena retakan pada
below. billet seperti dalam gambar berikut.

A seam could also occur when the billet is Seam juga bisa terjadi saat billet dibentuk menjadi
formed into a rectangular bar as shown below. batang kotak seperti berikut.
Page 171
GRINDING CRACK are a processing-type RETAK GERINDA adalah diskontinuitas proses,
discontinuity caused by stresses which are built disebabkan karena tegangan yang terjadi akibat
up from excess heat created between grinding panas berlebih yang ditimbulkan antara mata
wheel and metal. gerinda dan logam.
Grinding cracks will usually occur at right angle Retak gerinda biasanya akan terjadi pada arah
to the rotation of the grinding wheel. tegak lurus terhadap arah putar mata gerinda.

HEAT TREAT CRACKS are often caused by the RETAK LAKU PANAS seringkali disebabkan tega-
stresses built up during heating and cooling. ngan yang terjadi selama pemanasan dan pendi-
Unequal cooling between light and heavy nginan. Laju pendinginan yang tidak sama antara
sections may cause heat treat cracks. bagian ringan dan berat bisa menyebabkan retak.
Heat treat cracks have no specific direction Retak laku panas tidak mempunyai arah
and usually start at sharp corners which act tertentu, dan biasanya bermula dari pojok-pojok
as stress concentration points. tajam yang bertindak sebagai titik konsentrasi
tegangan.
During inspection of heat treated parts, the first Selama pemeriksaan komponen yang dilaku
areas of concern will be: panas, daerah pertama yang menjadi perhatian:
 Any sharp area, such as corner, ridges,  Daerah tajam seperti pojok-pojok,
etc. permukaan kasar, takik, dll.
 Junction of light and heavy sections.  Pertemuan antara bagian ringan dan berat.
The photo below shows a part that has cracked Foto di bawah ini memperlihatkan komponen yang
from heat treatment. Notice that the crack cuts retak akibat perlakuan panas. Perhatikan bahwa
across the grain. Since heat treatment cracks retak tersebut melintang terhadap butiran logam.
have no specific direction, the crack might just Karena retak laku panas tidak memiliki arah ter-
as well have followed the grain. tentu, arahnya bisa juga mengikuti butiran logam.

Page 172
FORGING DISCONTINUITIES DISKONTINUITAS TEMPAAN
Forging discontinuities occur when metal is Diskontinuitas tempaan terjadi saat logam dipukul
hammered or pressed into shape, usually while atau ditekan menjadi bentuk tertentu, biasanya
the metal is very hot. ketika logam dalam kondisi sangat panas.
A forged part gains strength due to the grain Benda tempa memperoleh kekuatan akibat
flow taking the shape of the die, and the aliran butiran yang berlangsung ke semua arah
process is shown below. mengikuti bentuk cetakan seperti gambar.

A FORGING BURST is a rupture caused by PECAH TEMPA adalah kepecahan yang disebab-
forging at improper temperatures. Forging kan karena suhu penempaan yang salah. Penem-
metal at too low temperature may cause burst. paan logam pada suhu terlalu rendah mengaki-
Burst may be either internal or open to the batkan kepecahan. Pecah tempa bisa berada di
surface a shown below. dalam, maupun membuka ke permukaan.

Improper temperatures caused these parts Suhu yang terlalu rendah mengakibatkan
to break as the material was being shaped komponen tersebut pecah saat ditempa. Logam
by forging. The metal was not hot enough tidak cukup panas sehingga tidak terjadi aliran
and did not want to flow with the forging. saat ditempa. Saat ditekan pada waktu
When squeezed by the heavy forging press, penempaan, logam akan pecah di bagian
the metal in the center simply ruptured. tengahnya.
A FORGING LAP is caused by folding of metal LIPATAN TEMPA disebabkan lipatan logam pada
on the surface of the forging, usually when permukaan benda tempa, terjadi karena logam
some of the forging metal is squezeed out terjepit antara cetakan bagian atas dan bawah
between the two dies that do not match. yang tidak lurus.

Forging laps can also be caused by poor Lipatan tempa dapat juga disebabkan disain
die design. As the metal is pressed into the cetakan yang keliru. Saat logam ditekan di
cavity in this die, the metal is forced up at dalam rongga cetakan, logam dipaksa meme-
the bottom of the die and tends to fold over nuhi cetakan dan cenderung terlipat ke arahnya
on itself, forming the forging lap shown on sendiri membentuk lipatan tempa seperti dalam
the right. gambar kanan bawah.
WELDING DISCONTINUITIES below are types DISKONTINUITAS PENGELASAN dibawah ini
of processing discontinuities. termasuk ke dalam diskontinuitas proses.
Crater cracks Retak kawah

Stress cracks Retak tegang

Porosity Porositas

Slag Inclusion Inklusi Slag


Tungsten Inclusion Inklusi Tungsten

Lack of Penetration Kurang Penembusan

Lack of Fusion Kurang Peleburan

Undercut Undercut
TYPICAL WELD DISCONTINUITIES JENIS-JENIS DISKONTINUITAS PENGELASAN
Every discontinuity has its own individual Tiap-tiap diskontinuitas memiliki karakteristik
characteritics, but actual screen display will sendiri-sendiri, namun tampilannya pada layar
vary based on discontinuity size, orientation akan bervariasi tergantung pada ukuran, orientasi
and location, and techincians should dan lokasi diskontinuitas. Teknisi UT perlu
remember that the interpretation of the UT mengingat bahwa interpretasi tampilan sinyal UT
screen signals is a learned art, not a science. lebih kepada seni ketimbang ilmu murni.
In many cases there may be multiple Dalam banyak kasus, terdapat beberapa jenis
discontinuity type at the same locations, such diskontinuitas dalam satu lokasi, seperti, sebuah
as, a crack runing out a slag inclusion or slag retak yang keluar dari slag inclusion atau slag
mixed with porosity, so it is often impossible to bercampur dengan porositas, sehingga seringkali
state positively what discontinuity is actually tidak mungkin memastikan diskontinuitas apa yang
being seen, which is why the term interpretation sebenarnya tampak, di sinilah mengapa istilah
is used. interpretasi digunakan.
CRACKS – occur when stresses exceed the RETAK – terjadi apabila tegangan melebihi
strength of the material, resulting in a tear or kekuatan material, menghasilkan sobekan atau
rupture that are usually irregularly shapes with kepecahan yang bentuknya tak beraturan dengan
jagged edges that make good ultrasonic sisi-sisi bergerigi. Retak yang merupakan pemantul
reflector. ultrasonik yang baik.
Figure below shows an indication on a CRT Gambar di bawah memperlihatkan indikasi layar
screen from a crack CRT yang berasal dari sebuah retak.
POROSITY – occur when gas is trapped in the POROSITAS – terjadi apabila gas terperangkap di
weld before it can float to the surface. dalam logam las sebelum keluar ke permukaan.
Pores are generally rounded voids with a PORI KECIL biasanya berupa rongga bulat
smooth internal surface. Because of the dengan permukaan bagian dalam yang halus.
round, smooth shape, sound will generally Karena bentuknya bulat dan halus, gelombang
hit small pores as a single point contact as suara akan mengenai pori secara tunggal
shown in figure below. seperti dalam gambar di bawah ini.
The signal is usually a single, discrete Sinyal biasanya berupa garis vertikal tunggal
vertical line that pops up at one point on the yang muncul pada satu titik di layar dan
screen then drops off without moving langsung hilang tanpa bergerak-gerak ke
sideways. samping terlebih dulu.

LARGER GAS PORES will results in a slightly PORI BESAR akan menghasilkan tampilan pada
different screen display. layar yang agak berbeda.
If the pore is sufficiently large, the surface Jika ukuran pori cukup besar, permukaannya
curvature being flatter, will reflect more menjadi lebih rata dan akan memantulkan suara
sound. lebih banyak.
The signal will peak as with a small pore but Puncak sinyal menyerupai pori kecil namun bisa
may also move to the left slightly as the bergerak ke kiri sedikit saat berkas suara
sound beam passes over it. melaluinya.
When maximizing the signal, the single Saat memaksimumkan amplitudonya, sinyal
signal will walk back and forth with the tunggal akan bergerak ke depan-belakang
maximum amplitude being at the center of dengan amplitudo maksimum pada tengah-
that space. tengahnya.
CLUSTER POROSITY – a group or cluster of POROSITAS BERKELOMPOK – merupakan
pores near each other in the weld as illustrated sekelompok pori-pori yang letaknya berdekatan
below. satu sama lainnya di dalam logam las.
Each pore is a discrete round discontinuity Tiap pori adalah diskontinuitas bulat tersendiri
that reflects sound like a single pore. yang memantulkan suara seperti pori tunggal.
However, since there are multiple Namun karena diskontinuitasnya banyak, layar
discontinuities, the screen will show multiple akan menampilkan banyak pip tunggal saat
single pip as the beam passes over the berkas melaluinya.
cluster.
If the pore are small, each signal will pop up Jika ukuran pori kecil, tiap sinyal akan muncul
and disappear at the same point on the dan lenyap di titik yang sama pada layar.
screen.

LACK OF PENETRATION - occur when the KURANG PENEMBUSAN – terjadi apabila logam
weld metal does not fully penetrate the weld las tidak menembus daerah akar pada alur secara
groove root area as shown in illustration below. sempurna seperti dalam gambar di bawah.
Lack of fusion is caused by the original weld Kurang penembusan diakibatkan oleh alur las
groove not being fully melted, so that the yang tidak meleleh sempurna, sehingga permu-
reflecting surfaces of the discontinuity are kaan diskontinuitasnya lebih halus daripada
much smoother than those of a crack. permukaan retak.
Consequently, the left edge of the screen Akibatnya sisi kiri sinyal pada layar akan
signal will tend to be more vertical cenderung lebih vertikal dibandingkan pada
compared to crack. retak.
Page 179
SLAG INCLUSION – are in two forms: solid slag SLAG INCLUSION – terdapat dalam dua bentuk:
that is left from a previous weld pass; and slag padat yang tersisa dari pengelasan
molten slag that is trapped when the weld sebelumnya; dan slag cair yang terperangkap
metal solidifies before the slag can float to the ketika logam las membeku sebelum slag tersebut
surface of the weld. mengapung ke permukaan logam las.
The first form of slag (A) may have semi- Slag jenis pertama (A) memiliki bentuk sisi agak
sharp edges and may be in fairly long tajam dan panjang, sejajar dengan panjang las-
stringers parallel to the weld length. lasan.
Slag that is trapped in the cooling weld Slag yang terperangkap dalam logam las dingin
metal (B) tends to be more rounded and is (B) cenderung lebih bulat dan kadang-kadang
often oval in shape. bentuknya oval.
Slag signals on the screen often shows up as a Sinyal slag pada layar tampak sebagai kelompok
cluster of side-by-side signals with individual sinyal yang sebelah-menyebelah dengan
amplitudes that vary in height as the sound ketinggian amplitudo bervariasi saat berkas suara
beam passes over the slag. melewatinya.
The signals from the peanut-shaped piece Sinyal dari slag yang berbentuk seperti kacang
of slag is shown below: diperlihatkan di bawah ini:

LACK OF FUSION – is a discontinuity that KURANG FUSI – yaitu diskontinuitas yang terjadi
occurs when the molten weld metal does not apabila logam las cair tidak menyatu dengan
fuse in to the base metal or previous weld layer. logam induk atau lapisan las sebelumnya.
Sidewall lack of fusion occurs when the weld Kurang fusi pada dinding samping terjadi apabila
metal does not fuse in to the side of the weld logam las tidak menyatu dengan sisi alur las,
groove, leaving a smooth, planar discontinuity meninggalkan diskontinuitas planar yang halus
along the edge of the weld groove. sepanjang sisi alur las.
Sidewall lack of fusion is usually best seen Kurang fusi dinding samping biasanya paling
ultrasonically in the 2nd leg from the same baik dilihat dari kaki ke-2 dari sisi las yang sama
side of the weld (transducer position A1). (transducer pada posisi A1).

Page 180
SERVICE DISCONTINUITIES DISKONTINUITAS SERVIS
FATIGUE CRACKS are service-type disconti- RETAK FATIK merupakan diskontinuitas servis
nuities that are usually open to the surface yang biasanya membuka ke permukaan dimana
where they start from concentration points. mulainya dari titik-titik konsentrasi tegangan.
Fatigue cracks occur crosswise to the Arah perambatan retak fatik melintang terhadap
direction of strees movement. The stress on arah tegangan. Arah tegangan yang bekerja
the driven shaft below would have been pada poros penggerak di bawah ini searah
clockwise – the direction of its rotation. The jarum jam – yaitu arah putaran poros. Retak
fatigue crack occured across the direction of fatik yang timbul arahnya melintang terhadap
stress movement. arah tegangan.

Fatigue cracks are possible only after the Retak fatik hanya mungkin timbul setelah
part is placed into service, but may be the komponen menjalankan fungsinya, dan bisa
result of porosity, inclusions, or other disebabkan karena porositas, inklusi, atau
discontinuities in a highly stressed metal diskontinuitas lain pada bagian logam yang
part. konsentrasi tegangannya tinggi.
CHAPTER THIRTEEN
REVIEW
1. Inherent discontinuities are usually considered to be those formed when the
metal is in a molten condition.

2. Discontinuities involving fatigue are often considered critical and are referred to
as a processing type discontinuity.

3. Discontinuities and defects are terms that are considered to have the same
meaning in ultrasonic testing methods.

4. Knowing the history and intended use of a part is usually considered important
in selecting the test method and knowing the type of discontinuity to look for.

5. Ultrasonic testing would always be a good choice in choosing a NDT method to


locate microshrinkage in a casting.

6. Porosity in a billet could cause a lamination if the metal were formed into a
flat plate.

7. When a billet is rolled into bar stock, a nonmetallic inclusion could be formed
into a longer and thinner discontinuity called a stringer.

8. Stringers and laminations could be found in a finished product if non-


metallic inclusions were present in the original ingot.

9. Hot tears and shrinkage cracks are often the result of metal cooling too rapidly
in the ingot stage.

10. Porosity is caused by gas which is trapped in the molten metal as it solidifies.

11. Laps and bursts are examples of processing type discontinuities.

12. The ultrasonic testing method can be used for finding slag inclusions in
weldments.

13. Grinding cracks are often caused by the stresses created by the excessive
heating of the metal surface.

14. Because cold metal occupies more space than hot metal, there is the danger of
“hot tears” during the casting process.

15. Lack of penetration and lack of fusion both refer to the same type of welding
discontinuity.

16. Lack of fusion between passes in a weldment can be detected with the ultrasonic
testing method.

Page 181
Chapter-14

CHAPTER FOURTEEN

Page 182
Chapter-14

IDENTIFICATIO
N AND
l CHAPTER FOURTEEN
PENGENA
LAN DAN
k
a e
COMPARISON PEMBAND
OF k INGAN
DISCONTINUI e DISKONT
I
TIES INUITAS
n
Each of the specific Tiap jenis
discontinuities below I diskontinuitas di k
are divided into n bawah ini dibagi l
three general menjadi tiga katagori
categories: c umum: BAWAAN, u
INHERENT, l PROSES, dan SERVIS. s
PROCESSING, and
u Pecah i
SERVICE.
s Retak fillet Kurang penembusan
Burst
i Retak daerah Laminasi
Fillet crack
pengaruh panas
Heat-affected o Porositas gas
R
zone cracking n
e
T s
t
u Lack of penetration
a
b Lamination
k
i Gas porosity
n
t
g
a
b
c
u
r
n
a
g
c
k
H
y
H
d
y
r
d
o
r
g
o
e
g
n
e
n
f
l
f Page 183
a
Chapter-14

CHAPTER FOURTEEN
REVIEW
MATCHING – Match the categories of discontinuities with the types of discontinuities listed. It is
possible that a discontinuity can fall into more than one category; list all possibilities.

Page 184
Chapter-14

1. Laps.
CHAPTER FOURTEEN
a. Inherent – wrought
2. Grinding cracks. b. Inherent – cast
c. Processing – machining
3. Cold shut. d. Processing – welding
e. Service
4. Fatigue.

5. Porosity.

6. Lamination.

7. Shrinkage.

8. Undercut.

9. Hot tears.

10. Inclusions.

Page 185
REFERENCES
ASNT, NDT Training Program – Ultrasonic Method, Columbus, 1980.
Berke, Michael, Nondestructive Material Resting with Ultrasonic – Introduction to the Basic Principles,
Krautkramer, 1992.
Golis, Matthew J., ASNT Level III Study Guide – Ultrasonic Method, ASNT, Columbus, 1992.
Marks, Paul T., Ultrasonic Testing – Classroom Training Book, ASNT, Columbus, 2007.
Smilie, Robert W., Programmed Instruction Handbook, Nondestructive Testing – Introduction, PH
Diversified, Inc., South Harrisburg, 1995.
Smilie, Robert W., Programmed Instruction Handbook, Nondestructive Testing – Ultrasonic, Volume I –
Basic Principles, PH Diversified, Inc., South Harrisburg, 1995.
Smilie, Robert W., Programmed Instruction Handbook, Nondestructive Testing – Ultrasonic, Volume II –
Equipment, PH Diversified, Inc., South Harrisburg, 1995.
Smilie, Robert W., Programmed Instruction Handbook, Nondestructive Testing – Ultrasonic, Volume III
– Applications, PH Diversified, Inc., South Harrisburg, 1995.
Spaulding, William, and George C. Wheeler, ASNT Level II Study Guide – Ultrasonic Testing Method,
ASNT, Columbus, 2nd edition, 2002.

Page 184

You might also like