Sebuah Jurnal

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

PEWUJUDAN TAPIS DIGITAL FIR PEMILIH FREKUENSI

MENGGUNAKAN DSK TMS320C6713

Gidion Erwin
Achmad Hidayatno
Darjat

ABSTRACT
Digital frequency selector filter is the simplest application of digital signal processing, in which process only
passing signal with specific desired frequency or band frequency. Digital frequency selector filter can be implemented
as software or hardware. In this final project, frequency selector filter is implemented as hardware using DSK (Digital
Signal Processor Starter Kit) TMS320C6713.
In this final project, designed three type of frequency selector filter : Low Pass Filter (LPF), High Pass Filter
(HPF), and Band Pass Filter (BPF) with filter length (N) and cut-off frequency (Fc) variation. Filter coefficient is the
final product of design stage. FDATool Matlab is used to help filter design and filter coefficient calculation. Then, this
filter coefficient is implemented as digital filter in DSK TMS320C6713 using CCS (Code Composer Studio) v.3.1. In
CCS, it is also arranged some source code to initialize internal peripheral device on DSK TMS320C6713 (Codec,
McBSP, etc), initialize interrupt mode, and initialize memory mapping.
Based on experiment’s result, it’s known that the implemented’s magnitude response approriate with FDATool’s
magnitude response (frequency selector filter algorithm was successfully implemented in DSK TMS320C6713).
However, gain’s value at pass band region is not exactly 0 dB because resistance losses from cables and the low
precision of measurement device. Based on experiment’s result, it’s also known that filter with higher filter length
produces better magnitude response characteristics, especially narrower transition width characteristic.

Keywords : digital signal processing, digital filter, frequency selector filter, DSK TMS320C6713.

I. PENDAHULUAN ada empat jenis tapis pemilih frekuensi, yaitu LPF


1.1 Latar Belakang (Low Pass Filter), HPF (High Pass Filter), BPF
Dewasa ini, hampir semua bidang kehidupan (Band Pass Filter), dan BSF (Band Stop Filter).
manusia dipengaruhi oleh teknologi elektronika Tapis digital dapat diwujudkan dalam bentuk
digital. Dari bidang kesehatan, hiburan, keamanan, perangkat lunak maupun perangkat keras.
bahkan pertanian dipengaruhi oleh teknologi ini. Pewujudan tapis digital dalam perangkat keras
Perkembangan teknologi elektronika digital dapat dilakukan menggunakan DSK (Digital Signal
semakin pesat seiring dengan perkembangan Processor Starter Kit) TMS320C6713. Modul
teknologi mikroprosesor dengan komponen terpadu pengolah sinyal digital buatan Texas Instruments ini
atau IC sebagai komponen penyusunnya. banyak digunakan untuk kepentingan penelitian dan
Tapis digital merupakan salah satu bagian pembelajaran. Dengan kemampuan proses yang
dalam teknologi elektronika digital yang mencapai 2400 MIPS (Mega Instructions per
perkembangannya terbilang cukup pesat. Teknologi Second), berbagai terapan waktu nyata dapat
ini banyak dijumpai tertanam pada telepon selular, diwujudkan menggunakan DSK TMS320C6713.
kamera digital, sampai pada alat pemutar audio
video digital. Tapis digital sebenarnya dikhususkan 1.2 Tujuan
untuk terapan bidang pengolahan sinyal suara dan Tujuan dari Tugas Akhir ini adalah
telekomunikasi, tetapi juga tidak menutup mewujudkan tapis digital FIR pemilih frekuensi
kemungkinan untuk dikembangkan di bidang menggunakan DSK (Digital Signal Processor
lainnya. Starter Kit) TMS320C6713.
Tapis pemilih frekuensi merupakan terapan
paling dasar dari teknologi pengolahan sinyal, yang 1.3 Batasan Masalah
dalam prosesnya hanya meloloskan sinyal dengan Pembatasan masalah pada penulisan tugas
frekuensi atau bidang frekuensi tertentu yang akhir ini sebagai berikut :
diinginkan. Tapis digital pemilih frekuensi adalah 1. Jenis tapis pemilih frekuensi yang dirancang
adaptasi dari tapis pemilih frekuensi analog. adalah LPF (Low Pass Filter), HPF (High Pass
Berdasarkan frekuensi sinyal yang diloloskannya, Filter), dan BPF (Band Pass Filter).

Achmad Hidayatno, Darjat adalah dosen Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro (Undip)
Semarang Jl. Prof. Soedarto, S.H. Tembalang Semarang 50275.
Gidion Erwin adalah mahasiswa di Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro (Undip) Semarang
Jl. Prof. Soedarto, S.H. Tembalang Semarang 50275.
2. Bangun tapis digital FIR yang digunakan prosesnya hanya meloloskan sinyal dengan
adalah bentuk langsung (direct form). frekuensi atau pita frekuensi tertentu yang
3. Metode perhitungan koefisien tapis yang diinginkan. Berdasarkan frekuensi sinyal yang
digunakan adalah metode penjendelaan dengan diloloskannya, ada empat jenis tapis pemilih
tipe jendela Hamming. frekuensi, yaitu tapis lolos rendah (LPF), tapis lolos
4. Perhitungan koefisien tapis dilakukan dengan tinggi (HPF), tapis lolos pita (BPF), dan tapis henti
bantuan FDATool Matlab. pita (BSF).
5. Pewujudan tapis pemilih frekuensi pada DSK Pada awalnya tapis pemilih frekuensi
TMS320C6713, melalui program CCS v.3.1, diwujudkan sebagai tapis analog dengan komponen-
menggunakan bahasa pemrograman C. komponen menggumpal (lumped) seperti resistor,
6. Algoritma inisialisasi perangkat DSK kapasitor, dan penguat operasional. Akan tetapi,
TMS320C6713, inisialisasi vektor interupsi, dengan perkembangan teknologi elektronika digital,
dan inisialisasi peta memori pada CCS tapis pemilih frekuensi dapat diwujudkan sebagai
menggunakan file pendukung dari buku tapis digital dengan program ataupun dalam chip
“Digital Signal Processing and Applications pengolah sinyal digital.
with The TMS320C6713 and TMS3220C67416
DSK Second Edition” Rulph Chassaing [2]. 2.4 Perancangan Tapis Digital FIR
7. Tapis dirancang dengan masukan dan keluaran Secara umum, berikut adalah tahapan
kanal tunggal (kanal kiri). perancangan tapis digital FIR :
8. Frekuensi cuplik ditetapkan 8 kHz, 16 kHz, 1. Penentuan Spesifikasi Tapis
dan 44,1 kHz. Karakteristik tapis digital sering dicirikan oleh
9. Pengujian dilakukan hanya untuk mendapatkan fungsi alihnya (H(ejw)). Berdasarkan fungsi alih
tanggapan magnitude terhadap frekuensi. ini, tanggapan magnitude dan tanggapan fasa
tapis dapat diperoleh.
II. LANDASAN TEORI 2. Perhitungan Koefisien Tapis
2.1 Pengolahan Sinyal Digital Ada beberapa metode perhitungan tapis FIR
Pengolahan Sinyal Digital (PSD) adalah yang sering digunakan, diantaranya metode
metode yang mengolah sinyal analog menggunakan penjendelaan (Windowing), metode Frequency
teknik matematis untuk melakukan alihragam atau Sampling, dan metode Optimal (Algoritma
mengambil informasi yang dilakukan pada kawasan Parks-McClellan).
digital. 3. Pemilihan Bangun Tapis
Terdapat berbagai macam bangun tapis FIR
2.2 Tapis Digital yang dapat digunakan, diantaranya bentuk
Tapis digital adalah algoritma matematika langsung, bentuk pencuplikan frekuensi, dan
yang mengubah runtun masukan menjadi runtun bentuk kovolusi cepat.
keluaran yang memiliki sifat-sifat yang diinginkan 4. Analisis Dampak Jumlah Bit Terbatas
Proses yang dikerjakan oleh tapis digital adalah Dampak penggunaan jumlah bit terbatas (pada
proses konvolusi. Dalam lingkup sistem linier saat pewujudan) adalah penurunan kinerja
takubah waktu (Linear Time Invariant System), tapis. Jumlah bit yang sesuai untuk koefisien
proses konvolusi dituliskan dalam persamaan 1. tapis, variabel tapis (masukan dan keluaran
( ) = ( ) ∗ ℎ( ) = ∑ ℎ( ). ( − )............(1) tapis), dan operasi aritmatik dalam tapis harus
dengan: dipilih untuk mengatasi dampak ini.
y(n) : runtun keluaran 5. Pewujudan Tapis
x(n) : runtun masukan Setelah koefisien tapis diperoleh, algoritma
h(n) : runtun tanggapan impuls persamaan selisih tapis dapat diwujudkan
Pada intinya, h(n) inilah yang merupakan tapis sebagai perangkat lunak maupun perangkat
digital, yang mana memetakan runtun masukan x(n) keras. Persamaan selisih tapis diperlukan untuk
menjadi runtun keluaran y(n). menghitung keluaran tapis y(n).
Secara umum, tapis digital dibagi ke dalam dua
jenis, yaitu IIR (Infinite Impulse Response) dan FIR 2.5 Metode Penjendelaan (Windowing)
(Finite Impulse Response). Penggolongan ini Proses penjendelaan secara sederhana adalah
berdasarkan pada jumlah tanggapan impuls yang mengalikan tanggapan impuls yang diharapkan
dimiliki tapis digital (hingga atau takhingga). hD(n) (jumlah takhingga) dengan fungsi jendela
w(n) untuk memperoleh tanggapan impuls sistem
2.3 Tapis Digital Pemilih Frekuensi h(n) (jumlah berhingga), seperti ditunjukkan pada
Tapis pemilih frekuensi merupakan terapan persamaan 2.
pengolahan sinyal paling dasar, yang dalam ℎ( ) = ℎ ( ). ( ) ....................................................(2)
Dalam penerapannya, ada beberapa macam 2.7.1 DSP TMS320C6713
fungsi jendela yang dapat digunakan, diantaranya Digital Signal Processor(DSP) TMS320C6713
jendela Rectangular, Hamming, Blackman, Kaiser, merupakan pengolah sinyal digital buatan Texas
dan lain-lain. Setiap jendela memiliki kelebihan dan Instruments yang masuk dalam keluarga
kekurangan masing-masing. TMS320C6000 dan berjenis floating point. DSP
TMS320C6713 bekerja berdasarkan arsitektur
2.6 Matlab (Matrix Laboratory) VelociTI VLIW (Very Long Instrustion Word).
Matlab merupakan bahasa pemrograman Diagram blok fungsional DSP TMS320C6713
berbasis sistem matriks yang banyak digunakan ditunjukkan pada Gambar 3.
untuk perhitungan numerik keteknikan.
Dalam perancangan tapis digital menggunakan
Matlab terdapat fitur FDATool (Filter Design and
Analysis Tool) yang dapat digunakan untuk
merancang dan menganalisis tapis digital dari awal
sampai akhir dengan antar muka grafis yang baik.

2.7 DSK TMS320C6713


Digital Signal Processor Starter Kit (DSK)
TMS320C6713 adalah salah satu modul dasar untuk
pengembangan dan evaluasi aplikasi pengolahan
sinyal digital waktu nyata buatan Texas
Instruments. Secara umum, fitur-fitur utama DSK
TMS320C6713 meliputi :
a. DSP TMS320C6713 berkecepatan 225 Mhz. Gambar 3. Diagram blok fungsional DSP TMS320C6713
b. AIC23 Stereo Codec.
c. 16 Mbytes SDRAM. Bagian inti DSP (CPU) TMS320C6713
d. 512 kbytes non-volatile Flash memori. tersusun atas dua bagian, yaitu bagian A dan B.
e. 4 LED dan 4 DIP Switches. Masing-masing bagian tersusun atas empat unit
Bentuk fisik nyata dari DSK TMS320C6713 fungsional (.L untuk operasi logika, .S untuk
ditunjukkan pada Gambar 1. operasi pencabangan dan manipulasi bit, .M untuk
operasi perkalian, dan .D untuk operasi menyimpan
dan membaca) dan sebuah file register (16 register
serba guna yang masing-masing berukuran 32 bit).
DSP TMS320C6713 memiliki memori internal
dengan arsitektur cache dua tingkat yang meliputi
4kB L1P (Level 1 Program Cache), 4 kB L1D
(Level 1 Data Cache), dan 256 kB L2 Cache yang
dibagi untuk program dan data.
2.7.2 TLV AIC23 Stereo Codec
Antarmuka DSP dengan sinyal audio analog
melalui AIC23 Codec on-board dengan 4 audio
jack ukuran 3,5 mm (masukan mikropon, masukan
Gambar 1. Modul DSK TMS320C6713
line in, keluaran line out, keluaran headphone).
Diagram blok modul DSK TMS320C6713 AIC23 berhubungan dengan DSP TMS320C6713
ditunjukkan pada Gambar 2, berikut. menggunakan dua McBSP (Multi Channel Buffered
Serial Ports), yang pertama untuk memprogram
pengaturan codec (McBSP0) dan yang lain untuk
menerima dan mengirim data (McBSP1).
2.7.3 CCS v.3.1
Code Composer Studio (CCS) versi 3.1
menyediakan lingkungan pengembangan terpadu
(Integrated Development Environment) untuk
mempermudah pengembangan terapan pada DSK
TMS320C6713. Di dalamnya terdapat Compiler C,
Assembler, dan Linker. Ketiga bagian ini saling
bekerja sama untuk menghasilkan sandi keluaran
Gambar 2. Diagram Blok Modul DSK TMS320C6713 (file keluaran) yang dapat diproses oleh DSP.
III. PERANCANGAN DAN PEWUJUDAN diwujudkan dalam bentuk senarai program/file
TAPIS PEMILIH FREKUENSI sumber pada CCS. Secara keseluruhan, algoritma
3.1 Perancangan Tapis program tapis FIR beserta file senarai program dan
Tujuan akhir dari tahap perancangan adalah fungsi - fungsi yang bersangkutan ditunjukkan pada
untuk memperoleh koefisien tapis h(n) yang sesuai Gambar 5.
spesifikasi. Diagram alir tahap perancangan tapis
ditunjukkan pada Gambar 4.

Gambar 4. Diagram Alir Perancangan Tapis FIR


Gambar 5. Diagram Alir Algoritma Pewujudan Tapis FIR
3.1.1 Penentuan Spesifikasi Tapis
Dalam tugas akhir ini dirancang tapis FIR 3.2.1 Inisialisasi Koefisien Tapis
pemilih frekuensi jenis LPF, HPF, dan BPF dengan Koefisien tapis hasil perhitungan FDATool
variasi parameter frekuensi sumbat (1 kHz, 4 kHz, harus disusun ke dalam bentuk yang sesuai dengan
dan 18 kHz, serta lebar pita sebesar 1 kHz untuk senarai program yang dirancang pada CCS. Dalam
BPF) dan panjang tapis (20, 40, dan 80). Frekuensi tugas akhir ini, koefisien tapis dinyatakan dalam
cuplik yang digunakan bervariasi sesuai dengan bilangan ambang (floating) 32 bit dan disusun
frekuensi sumbat tapis (8kHz untuk Fc = 1kHz, 16 sebagai file header (berekstensi .h) yang nantinya
kHz untuk Fc = 4 kHz, dan 44,1 kHz untuk Fc = 18 akan dimasukkan/disertakan ke dalam senarai
kHz) untuk memenuhi Hukum Nyquist (Fs ≥ program utama (fir.c).
2Fmax). Metode perhitungan koefisien tapis yang 3.2.2 Inisialisasi Codec AIC23
digunakan adalah metode penjendelaan tipe jendela Dalam tugas akhir ini digunakan senarai
Hamming. Bangun tapis yang digunakan adalah program pendukung c6713sdkinit.c dan
bentuk langsung (Direct Form). c6713sdkinit.h untuk menginisialisasi AIC23.
3.1.2 Perhitungan Koefisien Tapis Sebagian besar parameter pengaturan AIC23 dalam
Perhitungan koefisien tapis dilakukan dengan tugas akhir ini merupakan parameter pengaturan
bantuan FDATool. Semua spesifikasi tapis yang default. Akan tetapi, terdapat sedikit perubahan,
telah ditentukan (frekuensi sumbat, frekuensi yaitu pada pengaturan volume masukan line in
cuplik, panjang tapis, metode perhitungan koefisien kanal kiri (register 0) sebesar +6 dB. Perolehan
tapis, jenis tapis) dimasukkan ke dalam FDATool. masukan line in kanal kiri dinaikkan sebesar +6 dB
(2 kali) supaya sinyal masukan tidak mengalami
3.2 Pewujudan Tapis pelemahan akibat adanya rangkaian pembagi
Pewujudan tapis dalam tugas akhir ini tegangan (dengan perolehan sebesar 0,5) antara
menggunakan perangkat keras DSK TMS320C6713 soket line in dan codec.
dengan bantuan program CCS v.3.1 (Code Khusus untuk pengaturan laju/frekuensi
Composer Studio v3.1). CCS membantu proses pencuplikan, karena sering dilakukan pergantian,
penyusunan dan pengunduhan algoritma konvolusi untuk mempermudah penggantian digunakan
dan koefisien tapis (hasil perhitungan FDATool) metode pengaturan laju pencuplikan secara
serta algoritma pengaturan perangkat-perangkat langsung (tanpa harus mengubah nilai parameter
DSK TMS320C6713 (Codec, Memori, Serial Port, pada c6713dskinit.h).
dll.) ke DSK TMS320C6713. Algoritma tapis FIR
(konvolusi linier ranah waktu) dan algoritma 3.2.3 Inisialisasi Perangkat DSK TMS320C6713
pengaturan perangkat DSK TMS320C6713 Selain chip DSP TMS320C6713, di dalam
DSK TMS320C6713 juga terdapat berbagai macam IV. PENGUJIAN DAN ANALISIS
perangkat periperal pendukung. Perangkat ini dapat Skema pengujian tapis, dalam tugas akhir ini
diatur dengan pemrograman lewat CCS. Dalam ditunjukkan pada Gambar 6. Hasil akhir yang
tugas akhir ini digunakan senarai program hendak diperoleh pada tahap pengujian adalah
pendukung c6713dskinit.c dengan file header tanggapan magnitude tapis.
c6713dskinit.h untuk mengatur AIC23 dan
perangkat-perangkat DSK TMS320C6713. Di
dalam c6713dskinit.c berisi berbagai macam
fungsi untuk menginisialisasi DSK dan sistem kerja
interupsi, serta fungsi untuk masukan dan keluaran.
Fungsi-fungsi ini dibentuk dengan memanggil
fungsi-fungsi pada tingkat yang lebih rendah yang
disediakan oleh CCS dalam BSL (Board Support
Gambar 6. Blok Skema Pengujian Tapis Digital Hasil
Library) dan CSL (Chip Support Library). Pewujudan
3.2.4 Inisialisasi Vektor Interupsi
Dalam tugas akhir ini digunakan file Sinyal masukan yang diujikan dalam tugas
vectors_intr.asm untuk membangun tabel akhir ini berupa sinyal sinusoidal dengan amplitudo
layanan interupsi (Interrupt Service Table), yang sebesar 2,3 Vpp (813 mVrms). Setelah sinyal
mana menggunakan interupsi INT11 sebagai ISR keluaran diperoleh, perolehan tapis (A) dapat
(Interrupt Service Routine). Untuk dapat dihitung dengan menggunakan rumus pada
menggunakan interupsi CPU INT11, perintah persamaan 3. Perhitungan ini dilakukan untuk tiap
lompat (jump) ke rutin layanan interupsi frekuensi yang diujikan.
c_int11()harus diletakkan pada titik yang sesuai ( ) = 20 ............................................(3)
dalam tabel layanan interupsi.
3.2.5 Linker Command File Setelah semua perolehan tapis dihitung,
File perintah (command file) berfungsi untuk tanggapan magnitude tapis diperoleh dengan
mengatur pengalokasian blok-blok kode dan data ke memplot setiap nilai perolehan tapis berbanding
dalam media penyimpanan yang tersedia, yang dengan frekuensi masukannya.
selanjutnya dimasukkan ke dalam bagian-bagian Analisis kinerja tapis dilakukan dengan
tertentu. membandingkan hasil tanggapan magnitude tapis
Dalam tugas akhir ini digunakan pengujian dengan tanggapan magnitude hasil
perancangan FDATool.
c6713dsk.cmd sebagai linker command file. Di
dalamnya didefinisikan tiga sumber memori, yaitu :
4.1 Pengujian LPF
IVECS dan IRAM (memori internal), SDRAM
Pada Tabel 1 ditunjukkan rangkuman hasil
(memori eksternal), dan FLASH (memori flash).
pengujian LPF secara keseluruhan untuk nilai
Selanjutnya didefinisikan pemetaan blok-blok kode
perolehan terbesar, nilai perolehan terendah, dan
dan data ke dalam bagian-bagian dalam memori
nilai perolehan pada frekuensi sumbat.
tersebut, yaitu bagian .vectors (yang dihasilkan Tabel 1. Rangkuman Keseluruhan Hasil Pengujian LPF
oleh vectors_intr.asm) dipetakan ke IVECS, SPEC MAX MIN F = Fc
Fc N F A max F A min A
bagian .text, .bss, .cinit, .stack, .sysmem, (Hz) (Hz) (dB) (Hz) (dB) (db)
.const, .switch, .far, .cio, .csldata 20 100 -0,2273073 1580 -32,1812110 -6,2918865
1000 40 120 -0,3487902 1280 -31,7574250 -6,4700648
dipetakan ke IRAM, dan bagian .EXT_RAM untuk 80 140 -0,4045765 1140 -31,3533573 -6,2698690
akses ke memori eksternal dipetakan ke SDRAM 100
4000 20 140 -0,3376759 5040 -31,7574250 -6,2918865
(memori eksternal). 240
3.2.6 Program Utama Tapis FIR 40 120 -0,2933600 4540 -31,7574250 -6,2479072
80 120 -0,3376759 4280 -31,7574250 -6,2918865
Senarai program fir.c disusun sebagai 20 200 -0,3154897 20620 -32,1812110 -5,9886077
senarai program utama. Di dalamnya terdapat 18000 40 100 -0,4382210 19460 -32,1812110 -6,1172899
80 100 -0,4157769 18720 -31,7574250 -6,1606111
algoritma konvolusi ranah waktu (untuk
menghitung keluaran tapis FIR) dan akses Dari semua pengujian LPF yang dilakukan
pemasukan data codec yang disusun sebagai rutin (berdasarkan Tabel 1), nilai perolehan terbesar yang
layanan interupsi (Interrupt Service Routine). Di diperoleh sebesar -0,2273071 dB dan nilai
dalamnya juga disertakan (include) file header perolehan terkecil yang diperoleh sebesar
DSK6713_AIC23.h (sebagai file pendukung -32,1812110 dB (tercetak tebal).
untuk akses codec) dan file koefsien tapis yang
sudah disusun ke dalam format yang sesuai 4.2 Analisis LPF
(berekstensi .cof). Pada semua tahap pengujian LPF (untuk semua
frekuensi sumbat) ditunjukkan bahwa tapis dengan semakin sempit. Hal ini bersesuaian dengan teori
orde yang lebih besar akan memberikan yang ada dimana semakin besar orde tapis, lebar
karakteristik tanggapan magnitude yang lebih baik, pita transisi semakin sempit (persamaan 4).
terutama dalam hal lebar pita transisi (Δf) yang Secara keseluruhan semua tanggapan
semakin sempit. Hal ini bersesuaian dengan teori magnitude HPF hasil pengujian sudah sesuai
yang ada dimana semakin besar orde tapis, lebar dengan hasil perancangan FDATool. Namun, pada
pita transisi semakin sempit (persamaan 4). daerah pita lolos (pass band), nilai perolehannya
Hubungan antara lebar pita transisi (Δf) dan orde tidak tepat 0 dB. Hal ini disebabkan karena adanya
tapis (N) untuk tipe jendela Hamming ditunjukkan rugi-rugi hambatan yang berasal dari kabel yang
pada persamaan 4 berikut : digunakan dan tingkat ketelitian alat ukur yang
Δ =
,
...............................................................(4) masih kurang (terjadi osilasi pengukuran ± 10 mV).
Berdasarkan keseluruhan tanggapan magnitude
(Δf dalam bentuk ternormalisasi)
hasil pengujian yang diperoleh diketahui bahwa
Secara keseluruhan semua tanggapan
pengamatan pada daerah pita lolos HPF dibatasi
magnitude LPF hasil pengujian sudah sesuai dengan
oleh frekuensi Nyquist (Fs/2), frekuensi terbesar
hasil perancangan FDATool. Namun, pada daerah
dari sinyal cuplik masukan yang mampu dicuplik
pita lolos (pass band), nilai perolehannya tidak tepat
dan direkonstruksi kembali dengan benar oleh ADC
0 dB. Hal ini disebabkan karena adanya rugi-rugi
(Analog to Digital Converter) dan DAC (Digital to
hambatan yang berasal dari kabel yang digunakan
Analog Converter). Selain itu, diketahui juga bahwa
dan tingkat ketelitian alat ukur yang masih kurang
pada saat frekuensi sinyal masukan mendekati
(terjadi osilasi pengukuran ± 10 mV).
frekuensi Nyquist, terjadi osilasi pada sinyal
Pengamatan sinyal keluaran tidak dapat
keluaran yang dihasilkan (osilasi bervariasi dari ±20
dilakukan sampai batas terendah pita henti (untuk
mV sampai ±100 mV) dan tepat pada saat frekuensi
jendela Hamming, A = -53 dB). Hal ini disebabkan
sinyal masukan sama dengan frekuensi Nyquist (Fin
karena keterbatasan alat ukur yang digunakan
= Fs/2), sinyal keluaran terus berosilasi dari nilai
(hanya mampu mengamati sinyal ≥ 20 mV). Sinyal
tertinggi sampai terendah. Hal ini terjadi karena
keluaran bernilai dibawah 20 mV yang teramati
adanya tapis anti aliasing pada saluran masukan
memiliki tingkat SNR (Signal to Noise Ratio) yang
DSK TMS320C6713 dengan frekuensi sumbat Fs/2
sangat rendah (bentuk sinyal buruk).
(Fc = Fs/2).
Pengamatan sinyal keluaran tidak dapat
4.3 Pengujian HPF
dilakukan sampai batas terendah pita henti (untuk
Pada Tabel 2 ditunjukkan rangkuman hasil
jendela Hamming, A = -53 dB). Hal ini disebabkan
pengujian HPF secara keseluruhan untuk nilai
karena keterbatasan alat ukur yang digunakan
perolehan terbesar, nilai perolehan terendah, dan
(hanya mampu mengamati sinyal ≥ 20 mV). Sinyal
nilai perolehan pada frekuensi sumbat.
Tabel 2. Rangkuman Keseluruhan Hasil Pengujian HPF
keluaran bernilai dibawah 20 mV yang teramati
SPEC MAX MIN F = Fc memiliki tingkat SNR (Signal to Noise Ratio) yang
Fc
(Hz)
N F
(Hz)
A max
(dB)
F
(Hz)
A min
(dB)
A
(db)
sangat rendah (bentuk sinyal buruk).
20 3140 -0,4719964 420 -32,1812110 -6,4251764
1000 40 1780
3300 -0,5285822 720 -31,7574250 -6,4700648
4.5 Pengujian BPF
80 3220 -0,5172355 860 -30,2430107 -6,4251764 Pada Tabel 3 ditunjukkan rangkuman hasil
4000
20
40
6560
5700
-0,5059036
-0,4832841
2960
3500
-31,3533573
-29,9023440
-6,6290267
-6,6519749
pengujian BPF secara keseluruhan untuk nilai
80 5460 -0,4945865 3740 -30,9672542 -6,3360896 perolehan terbesar, nilai perolehan terendah, dan
18000
20
40
20460
19720
-1,2750687
-0,5969754
15120
16580
-31,7574250
-31,3533573
-6,2918865
-6,3139599
nilai perolehan pada frekuensi sumbat.
80 19260 -0,4832841 17320 -31,7574250 -6,2698690 Tabel 3 Rangkuman Keseluruhan Hasil Pengujian BPF
SPEC MAX MIN F = Fc1 F = Fc2
Fc N F A max F A min A A
Dari semua pengujian HPF yang dilakukan (Hz) (Hz) (dB) (Hz) (dB) (db) (db)
1000 20 1520 -0,9951 2540 -30,9673 -6,2479 -6,0742
(berdasarkan Tabel 2), nilai perolehan terbesar yang 40 720
diperoleh sebesar -0,4719964 dB dan nilai 1520 -0,5970 2280 -32,1812 -6,3583 -6,3805
80 1440
perolehan terkecil yang diperoleh sebesar 1640
-32,1812110 dB (tercetak tebal). 1680
1840 -0,5741 2140 -32,1812 -6,4028 -6,3361
4000 20 4500 -4,6314 2940 -30,9673 -6,7212 -6,6520
4.4 Analisis HPF 40 4500 -1,0793 5520 -32,1812 -6,2479 -6,1389
80 4380 -0,5855 5260 -30,9673 -6,1389 -6,1389
Pada semua tahap pengujian HPF (untuk 18000 20 17680 -12,8116 20760 -32,1812 -13,3410 -13,3410
semua frekuensi sumbat) ditunjukkan bahwa tapis 40 15520
17420 -6,5152 19480 -32,1812 -7,6492 -7,6492
dengan orde yang lebih besar akan memberikan 80 17500 -2,3260 16280 -32,1812 -6,2479 -6,2479
karakteristik tanggapan magnitude yang lebih baik, *catatan : nilai perolehan dibulatkan empat angka di belakang koma
karena keterbatasan tempat penulisan.
terutama dalam hal lebar pita transisi (Δf) yang
Dari semua pengujian BPF yang dilakukan frekuensi Nyquist (Fs/2).
(berdasarkan Tabel 3), nilai perolehan terbesar yang 5. Pada pengujian HPF, saat diujikan sinyal
diperoleh sebesar -0,5741178 dB dan nilai masukan berfrekuensi mendekati frekuensi
perolehan terkecil yang diperoleh sebesar Nyquist, terjadi osilasi pada sinyal keluaran
-32,1812110 dB (tercetak tebal). yang dihasilkan (osilasi bervariasi dari ±20 mV
sampai ±100 mV) dan tepat pada saat frekuensi
4.6 Analisis BPF sinyal masukan sama dengan frekuensi Nyquist
Pada semua tahap pengujian BPF (untuk semua (Fin = Fs/2) sinyal keluaran terus berosilasi
frekuensi sumbat) ditunjukkan bahwa tapis dengan dari nilai tertinggi sampai terendah. Hal ini
orde yang lebih besar akan memberikan terjadi karena adanya tapis anti aliasing pada
karakteristik tanggapan magnitude yang lebih baik, saluran masukan DSK TMS320C6713 dengan
terutama dalam hal lebar pita transisi (Δf) yang frekuensi sumbat Fs/2 (Fc = Fs/2).
semakin sempit. Hal ini bersesuaian dengan teori 6. Pada pengujian tapis lolos pita (BPF), nilai
yang ada dimana semakin besar orde tapis, lebar perolehan terbesar yang diperoleh sebesar
pita transisi semakin sempit (persamaan 4). - 0,5741178 dB dan nilai perolehan terkecil
Secara keseluruhan semua tanggapan yang diperoleh sebesar - 32,1812110 dB.
magnitude BPF hasil pengujian sudah sesuai dengan 7. Pada pengujian tapis lolos pita (terutama untuk
hasil perancangan FDATool. Namun, pada daerah Fc = 4000 Hz dan Fc = 18000 Hz), nilai
pita lolos (pass band), nilai perolehannya tidak tepat perolehan pada daerah pita lolos tidak tepat 0
0 dB. Hal ini disebabkan karena adanya rugi-rugi dB karena sejak tahap perancangan tapis
hambatan yang berasal dari kabel yang digunakan dengan FDATool, nilainya sudah tidak 0 dB
dan tingkat ketelitian alat ukur yang masih kurang (karena panjang tapis N terlalu kecil).
(terjadi osilasi pengukuran ± 10 mV). Selain itu, 8. Pada semua pengujian jenis tapis (LPF, HPF,
nilai perolehan pada daerah pita lolos yang tidak dan BPF), nilai perolehan pada daerah pita
tepat 0 dB ini juga disebabkan karena sejak tahap lolos (pass band) tidak tepat 0 dB karena
awal perancangan tapis dengan FDATool, nilainya adanya rugi-rugi hambatan yang berasal dari
sudah tidak 0 dB (karena orde tapis N terlalu kecil). kabel yang digunakan dan tingkat ketelitian
Pengamatan sinyal keluaran tidak dapat alat ukur yang masih kurang (terjadi osilasi
dilakukan sampai batas terendah pita henti (untuk pengukuran ± 10 mV).
jendela Hamming, A = -53 dB). Hal ini disebabkan 9. Pada semua pengujian jenis tapis (LPF, HPF,
karena keterbatasan alat ukur yang digunakan dan BPF), tapis dengan orde tapis (N) yang
(hanya mampu mengamati sinyal ≥ 20 mV). Sinyal lebih besar memiliki karakteristik tanggapan
keluaran bernilai dibawah 20 mV yang teramati magnitude yang lebih baik, terutama dalam hal
memiliki tingkat SNR (Signal to Noise Ratio) yang lebar pita transisi (Δf) yang semakin sempit.
sangat rendah (bentuk sinyal buruk). 10. Pada semua pengujian jenis tapis (LPF, HPF,
dan BPF), pengamatan sinyal keluaran tidak
V. PENUTUP dapat dilakukan sampai batas terendah pita
5.1 Kesimpulan henti karena keterbatasan alat ukur yang
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil digunakan (hanya mampu mengamati sinyal ≥
pengujian dan pembahasan adalah sebagai berikut : 20 mV).
1. Pada semua pengujian jenis tapis (LPF, HPF,
dan BPF) untuk semua variasi frekuensi 5.2 Saran
sumbat (Fc) dan panjang tapis (N) diperoleh Adapun saran yang dapat diberikan
hasil pengujian (pewujudan dalam DSK) yang sehubungan dengan pelaksanaan penelitian ini
sesuai dengan hasil perancangan FDATool adalah :
(algoritma tapis pemilih frekuensi berhasil 1. Penyusunan terapan menggunakan bahasa
diwujudkan dalam DSK TMS320C6713). pemrograman assembly atau linier assembly
2. Pada pengujian tapis lolos rendah (LPF), nilai pada CCS untuk mempercepat operasi kerja
perolehan terbesar yang diperoleh sebesar tapis.
- 0,2273071 dB dan nilai perolehan terkecil 2. Pengembangan terapan menggunakan bahasa
yang diperoleh sebesar -32,1812110 dB. pemrograman Matlab lewat Simulink yang
3. Pada pengujian tapis lolos tinggi (HPF), nilai secara langsung terhubung pada CCS untuk
perolehan terbesar yang diperoleh sebesar kemudahan pengembangan terapan.
- 0,4719964 dB dan nilai perolehan terkecil 3. Penggunaan DSK TMS320C6713 untuk
yang diperoleh sebesar - 32,1812110 dB. terapan pengolahan sinyal digital lainnya.
4. Pada pengujian HPF, pengamatan sinyal
keluaran pada daerah pita lolos dibatasi oleh
DAFTAR PUSTAKA BIODATA PENULIS
[1] Brown, D. Richard, Digital Signal Processing Gidion Erwin, lahir di kota
and Applications with The Semarang pada tanggal 18 Maret
TMS320C6713 and TMS320C6416 1988. Menjalani pendidikan di SD
DSK,spinlab.wpi.edu/courses/dspwork Kristen II YSKI Semarang, SMP
shop/dspworkshop_part1_2006.pdf, Kristen YSKI Semarang, SMA
Juli 2010. Kolese Loyola Semarang dan saat
[2] Chassaing, Rulph and Donald Reay, Digital ini sedang menyelesaikan studi
Signal Processing and Applications strata 1 di Teknik Elektro
with The TMS320C6713 and Universitas Diponegoro mengambil Konsentrasi
TMS320C6416 DSK Second Edition, Elektronika dan Telekomunikasi.
John Wiley and Sons, New York,
2008.
[3] Dahnoun, Naim, DSP Implementation Using Menyetujui,
the TMS320C6000 DSP Platform , Dosen Pembimbing I,
Prentice Hall ,Upper Saddle River, NJ,
2000.
[4] Hariyono, Sri. 2005. Implementasi Algoritma
Tapis Digital FIR pada Digital Signal
Processor TMS320C542. Semarang : Achmad Hidayatno, S.T., M.T.
Universitas Diponegoro. NIP. 196912211995121001
[5] Ifeachor, E. C, and B. W. Jervis, Digital
Signal Processing: A Practical
Approach, Addison - Wesley, Reading, Dosen Pembimbing II,
MA , 1993.
[6] Kuc, Roman, Introduction to Digital Signal
Processing, Mc Graw-Hill, USA,
1988.
[7] ---, Code Composer Studio Getting Started Darjat, S.T, M.T.
Guide, SPRU509F, Dallas: Texas NIP. 197206061999031001
Instruments, Mei 2005.
[8] ---, Introduction to Hardware & Software
Tools of TMS320C6713 DSK,
users.ece.utexas.edu/~bevans/courses/r
ealtime/lectures/laboratory/c6713/lab1
/lab1slides.pdf, Juli 2010
[9] ---, TLV320AIC23B Stereo Audio Codec, 8 -
to 96 - kHz, with Integrated
Headphone Amplifier Data Manual,
SLWS106H, Dallas: Texas
Instruments, Februari 2004.
[10] ---, TMS320C6000 Assembly Language Tools
User’s Guide , SPRU186N, Dallas:
Texas Instruments, April 2004.
[11] ---, TMS320C6000 CPU and Instruction Set
Reference Guide , SPRU189F, Dallas:
Texas Instruments, Oktober 2000.
[12] ---, TMS320C6000 Programmer’s Guide,
SPRU198J, Dallas: Texas Instruments,
April 2010.
[13] ---, TMS320C6713 DSK Technical Reference,
Dallas: Texas Instruments, November
2003.
[14] ---, TMS320C6713 Floating-Point Digital
Signal Processor, SPRS186L, Dallas:
Texas Instruments, 2005.

You might also like