Variasi Sifat Makroskopis Dan Mikroskopi D13da176

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

Jurnal Daun, Vol. 3 No.

1, Desember 2016 : 63-71

VARIASI SIFAT MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS PELEPAH KELAPA SAWIT

(Macroscopic Nature of Variation and Microscopic Midrib Palm)

Kamaliah

Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Palangkaraya


Jl. RTA Milono Km.1,5 Palangka Raya – Kalimantan Tengah 73111

e-mail : Mila_kumai@yahoo.com

Abstract

Research conducted at the Laboratory of Forest Products Technology Department of Forestry


Faculty of Agriculture, University of Palangka Raya, from October to January. Methods using two
factorial completely randomized design (CRD) with combination treatment was repeated 3 times.
Dimensional measurements of fiber in each sample refers to a method IAWA (1989).
Macroscopic characteristics of palm oil, the colors green and yellow midrib, including coarse
texture, have the impression conjecture include rough, fibrous fiber direction straight, belongs to a class
of light wood. Frond palm oil when used as a raw material for making paper will produce paper with
tensile strength, the strength of folding and bursting strength which is quite high when seen from the
results of standardized physical properties of pulp, because it includes quality class II, and the results of
variance treatment fronds of palm aged < 5 years and palm fronds aged > 5 years very significant effect
on fiber length, fiber diameter, fiber lumen diameter and fiber wall thickness.
The average value dimension palm frond fibers to the fiber length is included in the classification
of "Long" (2489.357 m), the diameter of the fiber included in the classification of "Great" (39.827 m),
lumen diameter fibers included in the classification of "very large" (25.610 μm), and a wall thickness of
fibers included in the classification of "medium" (7,069μm). Values derived fiber dimensions palm fronds
are Runkel Ration included in quality classes IV, Weaving Southwestern included in quality class I,
Muhlsteph Ration included in quality classes IV, Stiffness coefficient included in quality classes IV and
Flexibility Ration included in quality class I. Based the total value of the derivative dimension palm frond
fibers which included 375 in class II.

Keywords : macroscopic,microscopic, and value derived fiber dimensions

Abstrak

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Hutan Jurusan Kehutanan Fakultas


Pertanian Universitas Palangka Raya selama 3 (tiga) bulan. Metode Penelitian menggunakan Rancangan
Acak Lengkap Dua Faktorial dengan kombinasi perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Pengukuran dimensi
serat pada setiap contoh uji mengacu pada metode IAWA (1989).
Ciri makroskopis kelapa sawit, warna pelepah hijau dan kuning muda, tekstur termasuk kasar,
memiliki kesan raba termasuk kasar, arah serat berserat lurus, termasuk dalam kelas kayu ringan. Pelepah
kelapa sawit bila dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan kertas akan menghasilkan kertas dengan
kekuatan tarik, kekuatan lipat dan kekuatan retak yang cukup tinggi jika dilihat dari hasil standarisasi sifat
fisika pulpnya, karena termasuk kelas kualitas II, dan hasil sidik ragam perlakuan pelepah kelapa sawit
berumur < 5 tahun berpengaruh sangat nyata terhadap panjang serat, diameter serat, diameter lumen serat
maupun tebal dinding serat.
Nilai rataan dimensi serat pelepah kelapa sawit berumur < 5 tahun yaitu untuk panjang serat
termasuk dalam klasifikasi “panjang” (2.577,22 µm), diameter serat termasuk dalam klasifikasi “besar”
(36,896 µm), diameter lumen serat termasuk dalam klasifikasi “sangat besar” (22,671 µm), dan tebal
dinding serat termasuk dalam klasifikasi “sedang” (7,168 µm). Nilai turunan dimensi serat pelepah kelapa
sawit adalah Runkel Ration termasuk dalam kelas kualitas IV, Daya Tenun termasuk dalam kelas kualitas
I, Muhlsteph Ration termasuk dalam kelas kualitas IV, Koefisien Kekakuan termasuk dalam kelas kualitas
IV, dan Flexibility Ration termasuk dalam kelas kualitas I. Berdasarkan jumlah nilai turunan dimensi serat
pelepah kelapa sawit yaitu 375 termasuk dalam kelas II.

Kata kunci : makroskopis, mikroskopis, dan nilai turunan dimensi serat

63
Kamaliah, Variasi Sifat Makroskopis dan Mikroskopis Pelepah Kelapa Sawit

PENDAHULUAN penelitian tentang struktur anatomi yang dapat


Indonesia mempunyai kawasan hutan memberikan solusi, sehingga memungkinkan
yang sangat besar di seluruh kawasan Asia ditindaklanjuti serta diterapkan guna
Tenggara. Indonesia juga terkenal dengan menanggulangi masalah kekurangan pasokan
kekayaan hutannya berupa kayu maupun non bahan baku pulp dan kertas yang terjadi
kayu. Seiring dengan kemajuan teknologi dan selama ini.
lajunya pertumbuhan penduduk maka
kebutuhan kayu sebagai bahan baku untuk METODOLOGI
kebutuhan rumah tangga berupa kertas semakin Penelitian ini dilaksanakan di
meningkat. Hal ini mengakibatkan pemanfaatan Laboratorium Teknologi Hasil Hutan Jurusan
penggunaan bahan baku berupa non kayu Teknologi Hasil Hutan Fakultas Pertanian
semakin meningkat, salah satunya adalah bahan Uiversitas Palangka Raya. Waktu pelaksanaan
baku dari kelapa sawit. penelitian ini adalah selama 3 bulan dengan
Kelapa sawit kiranya dapat memberikan alokasi waktu mulai dari persiapan bahan,
alternatif bahan baku yang dapat menggantikan pengerjaan penelitian dan pengolahan data.
atau paling tidak dapat menjadi bahan baku Bahan yang digunakan dalam penelitian
penunjang produksi pulp dan kertas, yang dapat anatomi adalah pelepah kelapa sawit yang
diperoleh dalam waktu yang lebih singkat dan diambil dari PT. Bumi Langgeng Perdanatrada
lebih mudah didapat dalam skala yang besar. Sungai Bedaun Kecamatan Kumai Kabupaten
Kelapa sawit termasuk tumbuhan pohon Kotawaringin Barat, asam nitrat (HNO3) 65%,
yang memiliki tinggi pohonnya dapat mencapai aquades, alkohol 70%, safranin, kertas lakmus,
24 m. Bunga dan buahnya berupa tandan, serta film photo merk Fuji MA 200, label, air biasa
bercabang banyak. Buahnya kecil dan apabila dan air suling, serta kertas saring. Alat yang
masak, berwarna merah kehitaman. Daging digunakan untuk penelitian ini adalah tabung
buahnya padat (Wikipedia, 2008). reaksi, kompor gas, corong kaca, mikroskop
Perkembangan potensi kelapa sawit di Olympus CH 20, lensa okuler pembesaran 10x
Indonesia semakin meningkat termasuk di dan lensa okuler 40x, tabung klise photo, cover
wilayah Kalimantan Tengah. Pemanfaatan glass dan object glass, pengaduk kaca, kamera,
kelapa sawit dapat dilakukan secara maksimal pisau potong/gergaji, pita ukur/meteran, tabel
antara lain untuk minyak sawit mentah (CPO), rekapitulasi data, alat tulis menulis, dan pipet
biomassa, dan bahan makanan. tetes.
Menanggapi permasalahan pemanfaatan Tumbuhan kelapa sawit yang dipilih
kelapa sawit, maka peneliti tertarik untuk dalam bentuk lurus, tidak bengkok, dan tidak
mengembangkan pemanfaatan pelepah kelapa cacat atau dalam keadaan sehat dan pelepah
sawit kedepannya sehingga diperlukan kelapa sawit yang diambil berumur < 5 tahun.

64
Jurnal Daun, Vol. 3 No. 1, Desember 2016 : 63-71

Penelitian ini dilakukan dengan 6. Kekerasan pelepah kelapa sawit termasuk


menggunakan Rancangan Acak Lengkap. kategori tidak keras, karena pada saat
Pengambilan sampel dilakukan pada bagian ditekan menggunakan kuku meninggalkan
pelepah muda, pelepah sedang dan pelepah tua. bekas dan arah serat pelepah kelapa sawit
Ulangan dilakukan sebanyak 3 kali, sehingga termasuk berserat lurus.
seluruh sampel yang digunakan adalah 3x3x3 =
27 buah sampel dengan diambil setiap ulangan Ciri Mikroskopis Pelepah Kelapa Sawit
Berumur < 5 Tahun
sebanyak 25 serat sesuai dengan metode yang
dipakai IAWA (1989), sehingga jumlah serat Panjang Serat
yang diperlukan berjumlah 27x25 = 675 serat. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan
Analisis data dilakukan dengan bahwa pelepah kelapa sawit berumur < 5 tahun
menggunakan uji F. Sebelum dilakukan uji F, terhadap panjang serat nampaknya tidak
data diuji kehomogenannya untuk mendapatkan berpengaruh nyata.
keseragaman menggunakan uji Barlett dengan Menurut klasifikasi Wagnefuehr (1984)
tabel Analisis Sidik Varian. mengatakan bahwa panjang serat berumur < 5
tahun pelepah kelapa sawit termasuk dalam
HASIL DAN PEMBAHASAN klasifikasi ”panjang” sebesar (2.577,22 µm)
dengan kisaran 2.000-2.500 µm, maka
Ciri Makroskopis Pelepah Kelapa Sawit klasifikasi panjang seratnya termasuk dalam
Hasil penelitian ciri-ciri makroskopis kelas Kualitas I.
Pelepah Kelapa Sawit adalah sebagai berikut : Menurut Mattjik dan Made (2002)
1. Hasil pengamatan pada pelepah kulit bagian mengemukakan bahwa hasil uji koefisien
luar berwarna hijau sedangkan bagian keragaman (KK) nilai yang diperoleh dari
dalamnya berwarna kuning muda. penelitian yang berumur < 5 tahun lebih kecil
2. Tekstur pelepah kelapa sawit termasuk (2,638%) dibandingkan dengan nilai Koefisien
kasar, karena elemen-elemennya berukuran keragaman (KK) (20-25%) maka untuk uji
relatif besar. kehomogenan pada pengamatan ini dikatakan
3. Pelepah kelapa sawit tidak mengkilap karena homogen.
pada saat dikenakan cahaya sinar matahari Hasil analisis ragam menunjukan Fhitung
tidak memantulkan cahaya. lebih kecil dari Ftabel sehingga perlakuan tidak
4. Kesan raba pada pelepah kelapa sawit berpengaruh terhadap panjang serat, artinya
termasuk kasar. panjang serat pelepah kelapa sawit seragam
5. Bau pelepah kelapa sawit tidak menyolok, sehingga tidak perlu dilakukan dengan uji beda
karena disebabkan tidak adanya bau yang rata-rata.
khas.

65
Kamaliah, Variasi Sifat Makroskopis dan Mikroskopis Pelepah Kelapa Sawit

Berdasarkan nilai rata-rata tertinggi diameter serat pelepah kelapa sawit seragam
panjang serat pelepah kelapa sawit berumur sehingga tidak perlu dilakukan dengan uji beda
< 5 tahun terhadap pada bagian muda (a3) rata-rata.
(2.603,120 µm), sedangkan pada bagian tua Berdasarkan nilai rata-rata tertinggi
(a1) mengalami peningkatan sebesar diameter serat pada pelepah kelapa sawit
(2.570,489 µm) kemudian pada bagian sedang berumur < 5 tahun terdapat pada bagian tua (a1)
menurun sebesar (2.558,051 µm). Hal ini sebesar (38,016 µm). variasi diameter serat
karena adanya perbedaan pada saat cenderung menurut pada bagian sedang (a2)
pertumbuhan pada bagian pohon (Panshin dan sebesar (35,840 µm), kemudian mengalami
De Zeeuw, 1980). Kemudian menurut Sarayar peningkatan pada bagian muda (a3) sebesar
(1974), menyatakan bahwa serat yang (36,832 µm). Menurut Casey (1960) dalam
bertambah besar dan bertambah panjang sejalan Herianto (2007), mengatakan bahwa diameter
fase pertumbuhan sari sel induk menjadi sel serat dipengaruhi oleh jumlah karbondioksida
yang lebih dewasa. yang berproduksi dan disimpan, tingkat
Diameter Serat metabolisme dan kecepatan sel dari kambium
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan yang masih aktif, lama serta kecepatan
bahwa pelepah kelapa sawit berumur < 5 transpirasi air.
terhadap diameter serat nampaknya juga tidak Diameter Lumen Serat
berpengaruh nyata. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan
Menurut klasifikasi Wagnefuehr (1984) bahwa pelepah kelapa sawit berumur < 5 tahun
mengatakan bahwa diameter serat berumur < 5 terhadap diameter lumen serat nampaknya tidak
tahun pelepah kelapa sawit termasuk dalam berpengaruh nyata.
klasifikasi ”besar” sebesar (36,896 µm) dengan Menurut klasifikasi Wagnefuehr (1984)
kisaran 25-40 µm. mengatakan bahwa diameter lumen serat
Menurut Mattjik dan Made (2002) berumur < 5 tahun pelepah kelapa sawit
mengemukakan bahwa hasil uji koefisien termasuk dalam klasifikasi ”sangat besar”
keragaman (KK) nilai yang diperoleh dari sebesar (22,671 µm) dengan kisaran >20 µm.
penelitian yang berumur < 5 tahun lebih kecil Menurut Mattjik dan Made (2002)
(2,421%) dibandingkan dengan nilai Koefisien mengemukakan bahwa hasil uji koefisien
keragaman (KK) (20-25%) maka untuk uji keragaman (KK) nilai yang diperoleh dari
kehomogenan pada pengamatan ini dikatakan penelitian yang berumur < 5 tahun lebih kecil
homogen. (4,028%) dibandingkan dengan nilai Koefisien
Hasil analisis ragam menunjukan Fhitung keragaman (KK) (20-25%) maka untuk uji
lebih kecil dari Ftabel sehingga perlakuan tidak kehomogenan pada pengamatan ini dikatakan
berpengaruh terhadap diameter serat, artinya homogen.

66
Jurnal Daun, Vol. 3 No. 1, Desember 2016 : 63-71

Hasil analisis ragam menunjukan Fhitung dari penelitian yang berumur < 5 tahun lebih
lebih kecil dari Ftabel sehingga perlakuan tidak kecil (0,465%) dibandingkan dengan nilai
berpengaruh terhadap diameter lumen serat, Koefisien keragaman (KK) (20-25%) maka
artinya diameter lumen serat pelepah kelapa untuk uji kehomogenan pada pengamatan ini
sawit seragam sehingga tidak perlu dilakukan dikatakan homogen.
dengan uji beda rata-rata. Hasil analisis ragam menunjukan Fhitung
Berdasarkan nilai rata-rata tertinggi lebih kecil dari Ftabel sehingga perlakuan tidak
diameter lumen serat pada pelepah kelapa sawit berpengaruh terhadap tebal dinding serat,
berumur < 5 tahun terdapat pada bagian tua (a1) artinya tebal dinding serat pelepah kelapa sawit
sebesar (23,808 µm), sedangkan pada bagian seragam sehingga tidak perlu dilakukan dengan
sedang (a2) cenderung menurun sebesar uji beda rata-rata.
(21,376 µm), dan pada bagian muda (a3) Berdasarkan nilai rata-rata tertinggi tebal
mengalami peningkatan sebesar (22,829 µm). dinding serat pada pelepah kelapa sawit
Menurut Haygren dan Bowyer (1989), berumur < 5 tahun terdapat pada bagian sedang
mengatakan bahwa diameter lumen serat (a2) sebesar (7,232 µm). Pola variasi tebal
didalam pohon diduga oleh pertumbuhan serat dinding serat cenderung menurun pada bagian
pada bagian pelepah yang tidak seragam muda (a3) sebesar (7,168 µm), dan pada bagian
sehingga mengalami perbedaan yang sangat tua (a1) sebesar (7,104 µm). Hal ini menurut
nyata, dan adanya perbedaan jumlah sel serabut Haygren dan Bowyer (1989), menyatakan
pada bagian pangkal sehingga persentase bahwa perbedaan antar tipe sel baik dalam
dewasa lebih banyak dibandingkan pada bagian dimensi maupun jumlah dalam pohon baik
ujung pohon. bagian pangkal, tengah, dan ujung mempunyai
Tebal Dinding Serat proporsi sel dewasa yang beda sehingga hal ini
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan sejalan dengan pertumbuhan pohon. Variasi
bahwa pelepah kelapa sawit berumur < 5 tahun pola penyebaran tebal dinding serat diduga
terhadap tebal dinding serat nampaknya tidak berhubungan erat dengan sifat genetis kayu
berpengaruh nyata. yang mana masing-masing jenis kayu mendapat
Menurut klasifikasi Wagnefuehr (1984) variasi pertumbuhan perkembangan sel dan
mengatakan bahwa tebal dinding serat berumur mempunyai diameter lumen yang lebih sempit
< 5 tahun pelepah kelapa sawit termasuk dalam dan mengandung lignin yang lebih tinggi.
klasifikasi ”sedang” sebesar (7,168 µm) dengan Klasifikasi Dimensi Serat dan Nilai Turunan
kisaran 6-8 µm. Hasil perhitungan rataan dimensi serat
Menurut Mattjik dan Made (2002) pada pelepah kelapa sawit berumur < 5 tahun
mengemukakan bahwa hasil uji koefisien disajikan pada Tabel 1. Berdasarkan Tabel 1
keragaman (KK) nilai yang diperoleh tersebut, terlihat nilai rata-rata serat pelepah

67
Kamaliah, Variasi Sifat Makroskopis dan Mikroskopis Pelepah Kelapa Sawit

Tabel 1. Nilai rerata dimensi serat pelepah kelapa sawit berumur < 5 tahun

Pelepah Serat Umur < 5 Tahun


Parameter
Rata-rata Klasifikasi *)
Panjang Serat 2577,22 Sangat Panjang
Diameter Serat 36,896 Besar
Diameter Lumen Serat 22,671 Sangat Besar
Tebal Dinding Serat 7,168 Sedang
Sumber : *) Direktorat Jendral Kehutanan (1976) dan Hasil Penelitian 2008

Tabel 2. Nilai rataan turunan dimensi serat pelepah kelapa sawit berumur < 5 tahun

Pelepah Kelapa Sawit berumur < 5 tahun


Parameter Nilai/Kelas
Rata-rata Kelas Nilai
Runkel Ratio 2,610 IV 25
Daya Tenun 228,863 I 100
Muhlsteph Ratio 195,749 IV 25
Fleksibility Ratio 1,719 I 100
Kofesien Kekakuan 0,630 IV 25
Panjang Serat 2577,22 I 100
Jumlah Nilai 375 - 375
Sumber : *) Direktorat Jendral Kehutanan (1976) dan Hasil Penelitian (2008)

kelapa sawit berumur < 5 tahun mempunyai a. Bilangan Runkel (Runkel Ratio) pada
panjang serat (2577,22 µm), diameter serat pelepah kelapa sawit berumur < 5 tahun
besar (36,896 µm), dan diameter lumen sangat termasuk dalam kelas IV pada bagian muda,
besar (22,671 µm), serta tebal dinding serat sedang dan tua, sedangkan nilai rataan
sedang (7,168 µm), artinya serat akan mudah dimensi dan turunan terlihat bahwa nilai
memipih setelah digiling dan ikatan seratnya Runkel Ration pelepah kelapa sawit adalah
baik, serta menghasilkan lembaran dengan 2,610 berumur < 5 tahun termasuk dalam
kekuatan sobek, retak dan tarik yang cukup golongan IV dengan kisaran > 1,0. Hal ini
tinggi (Direktorat Jenderal Kehutanan, 1976). sesuai dengan standar nilai serat sebagai
Berdasarkan hasil perhitungan rataan baku pulp dan kertas menurut Direktorat
turunan serat pada pelepah kelapa sawit Jendral Kehutanan (1976), bahwa bilangan
berumur < 5 tahun disajikan pada Tabel 2. runkel pada pulp pelepah kelapa sawit
Kemungkinan penggunaan pelepah termasuk dalam kualitas IV yang artinya
kelapa sawit sebagai bahan baku pulp dan serat kayu pendek, dinding serat tebal
kertas dapat dilihat pada nilai turunan dimensi dan lumen serat sempit, serat akan
serat berdasarkan nilai persyaratan Direktorat sulit menggepeng waktu digiling. Jenis ini di
Jendral Kehutanan (1976). duga akan menghasilkan lembaran dengan

68
Jurnal Daun, Vol. 3 No. 1, Desember 2016 : 63-71

kekuatan sobek, retak dan tarik yang sobek, retak dan tarik yang rendah
rendah Direktorat Jendral Kehutanan (1976). (Direktorat Jendral Kehutanan, 1976).
Hal ini sesuai dengan (Ayub, 2003), dimana d. Koefisien Kekakuan (Coefficient of Rigidity)
peningkatan nilai Runkel Ratio ini pada pelepah kelapa sawit adalah 0,630
disebabkan karena terjadinya peningkatan untuk berumur < 5 tahun termasuk dalam
tebal dinding serat dan menyempitnya kelas IV dengan kisaran > 0,20 yang artinya
diameter lumen sehingga dapat kualitas kertas yang dihasilkan mempunyai
mengkibatkan penurunan kekuatan tarik kekuatan sobek, retak, lipat, dan tarik yang
kertas sebagai akibat kenaikan konsentrasi rendah (Direktorat Jendral Kehutanan,
pemasakan. Semakin tinggi nilai 1976). Untuk nilai koefisien kekakuan
Runkel ratio semakin tidak baik sehingga sangat dipengaruhi oleh nilai tebal dinding
kualitas pulpnya kurang baik karena serat dan diameter serat. Nilai koefisien
menghasilkan lembaran pulp yang kekakuan berbanding terbalik dengan nilai
berkekuatan rendah, tebal permukaan daya tenun dan nilai fleksibilitas, karena
lembaran tidak rata dan warnanya tidak apabila nilai koefisien kekakuan makin
cerah (Supriyati, 2002). rendah maka makin baik nilai kekakuan
b. Daya Tenun Serat (Felting Power) pada tersebut, nilai kekakuan yang menurun
pelepah kelapa sawit berumur < 5 tahun memberikan dampak yang baik terhadap
termasuk dalam kelas I pada bagian muda, kertas yang akan dibentuk terutama
sedang dan tua, sedangkan nilai rataan meningkatkan kekuatan tarik karena kertas
dimensi dan turunan terlihat bahwa nilai menjadi tidak kaku terhadap adanya tarikan
Daya Tenun Serat pelepah kelapa sawit yang dan lipatan (Kasmudjo, 1998; Soenardi,
berumur < 5 tahun adalah 228,863 termasuk 1976 dalam Herianto, 2005). Menurut
dalam kisaran > 90. Hal ini berarti pelepah Kasmudjo (1983), nilai koefisien kekakuan
kelapa sawit menghasilkan lembaran dengan > 0,2 akan menyebabkan kekuatan
permukaan yang licin apabila digunakan kertas/serat menurun sehingga dapat
sebagai bahan baku pulp dan kertas dikatakan bahwa akibat proses pemasakan
(Direktorat Jendral Kehutanan, 1976). telah menyebabkan kekuatan kertas
c. Bilangan Muhlsteph (Muhlsteph Ratio) pada menurun.
pelepah kelapa sawit adalah 195,749 untuk e. Rasio Fleksibilitas (Flexibility Ratio) nilai
berumur < 5 tahun termasuk dalam kelas IV rata-rata pada pelepah kelapa sawit adalah
dengan kisaran > 80% yang disusun atas 1,719 untuk berumur < 5 tahun termasuk
serat kayu pendek, tebal dinding serat tebal dalam kelas I dengan kisaran > 0,80 berarti
dan lumen serat sempit sehingga serat pulp ini jika dibuat menjadi lembaran
menghasilkan lembaran dengan kekuatan kertas akan memiliki kekuatan tarik, lipat

69
Kamaliah, Variasi Sifat Makroskopis dan Mikroskopis Pelepah Kelapa Sawit

dan retak yang sedang-tinggi, serat agak saat ditekan menggunakan kuku
memipih setelah digiling dan ikatannya meninggalkan bekas, arah serat berserat
masih baik. Nilai rasio fleksibilitas sangat lurus, dan termasuk ke dalam kelas ringan
dipengaruhi oleh nilai diameter lumen dan karena ¼ bagiannya terendam.
diameter serat, di mana semakin tinggi nilai 2. Nilai rataan dimensi serat pelepah kelapa
diameter lumen dan semakin rendah nilai sawit berumur < 5 tahun yaitu untuk panjang
diameter serat maka semakin tinggi nilai serat termasuk dalam klasifikasi “panjang”
rasio fleksibilitas yang dimiliki oleh serat (2577,22 µm), diameter serat termasuk
tersebut. Nilai fleksibilitas serat yang dalam klasifikasi “besar” (36,896 µm),
semakin tinggi umumnya makin baik, diameter lumen serat termasuk dalam
artinya serat dalam komposisi kertas lebih klasifikasi “sangat besar” (22,671 µm), dan
fleksibel terhadap adanya tarikan, sehingga tebal dinding serat termasuk dalam
apabila kertas dibentuk dari serat dengan klasifikasi “sedang” (7,168 µm).
nilai fleksibilitas yang tinggi tentunya akan 3. Nilai turunan dimensi serat pelepah kelapa
menghasilkan kertas dengan kualitas yang sawit adalah Runkel Ration termasuk dalam
sangat baik sebaliknya penurunan nilai kelas kualitas IV, Daya Tenun termasuk
fleksibilitas memberikan dampak yang tidak dalam kelas kualitas I, Muhlsteph Ration
baik untuk kertas karena dapat menurunkan termasuk dalam kelas kualitas IV, Koefisien
kekuatan kertas, terutama kekuatan jebol Kekakuan termasuk dalam kelas kualitas IV,
dan kekuatan tarik (Herianto, 2005). dan Flexibility Ration termasuk dalam kelas
kualitas I. Berdasarkan jumlah nilai turunan
SIMPULAN dimensi serat pelepah kelapa sawit yaitu 375
Berdasarkan hasil penelitian dimensi termasuk dalam kelas II.
serat dan perhitungan nilai turunan serat 4. Pelepah kelapa sawit bila dimanfaatkan
pelepah kelapa sawit dapat disimpulkan bahwa : sebagai bahan baku pembuatan kertas akan
1. Sifat makroskopis pelepah kelapa sawit menghasilkan kertas dengan kekuatan tarik,
mempunyai warna pelepah, untuk kulit kekuatan lipat dan kekuatan retak yang
bagian luar berwarna hijau sadangkan cukup tinggi jika dilihat dari hasil
bagian dalam berwarna kuning muda, standarisasi sifat fisika pulpnya, karena
tekstur pelepah kasar, kilap pelepah tidak termasuk kelas kualitas II, dan hasil sidik
mengkilap karena pada saat dikenakan ragam perlakuan pelepah kelapa sawit
cahaya tidak memantulkan cahaya, kesan berumur < 5 tahun berpengaruh sangat nyata
raba pada pelepah kelapa sawit adalah halus, terhadap panjang serat, diameter serat,
Bau tidak menyolok, kekerasan pelepah diameter lumen serat maupun tebal dinding
kelapa sawit adalah tidak keras, karena pada serat.

70
Jurnal Daun, Vol. 3 No. 1, Desember 2016 : 63-71

DAFTAR PUSTAKA

Budiarso, E., 1988. Pembuatan Preparat dan


Pengamatan Struktur Anatomi. Fakultas
Kehutanan Universitas Mulawarman.
Samarinda

Casey, J.P., 1960. Pulp and Paper Chemistry


and Chemestrycal Technology. Second
Edition. Revised and Enlarged, Volume
I. Pulping ang Bleaching. Interescience
Publisher London.

Departemen Kehutanan, 1999. Kelapa Sawit.


Penebar Swadaya. Jakarta.

Direktorat Jendral Kehutanan 1976.


Vedemecum Kehutanan Indonesia. Dirjen
Kehutanan Jakarta.

Dumanauw, J.F., 1994. Mengenal Kayu.


Penerbit Kanisius. Semarang.

Kasmudjo. 1998. Cara Penentuan Proporsi Tipe


Sel dan Dimensi Sel Kayu. Ilmu Kayu
dan Produk Hasil Hutan. Yayasan
Pembina Fakultas Kehutanan Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta.

Kirana S. C. 1976, Vadumecum Kehutanan


Indonesia. Deprtemen Pertanian Jendral
Kehutanan. Fakultas Kehutanan
UNLAM. Banjar Baru.

Martawijaya dkk. 1989. Atlas Kayu Indonesia.


Jilid II. Balai Penelitian dan Balai
Pengembangan Kehutanan. Bogor.

Mattjik, A. A., dan Made, S., 2002.


Perancangan Percobaan dengan Aplikasi
SAS dan Minitab. Bogor.

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia


(WALHI), 2008. Friends of the Earth
Indonesia Wikipedia (diakses tanggal
5 juni 2008).

71

You might also like