157 578 3 PB
157 578 3 PB
157 578 3 PB
ABSTRACT
ABSTRAK
Penerapan teknologi dibidang pertanian khususnya dalam usahatani mangga gedong gincu
adalah GAP (Good Agricultural Practices) dengan SOP (Standar Operasional Prosedur).GAP
adalah pedoman umum dalam melaksanakan budidaya yang benar untuk menjamin kualitas
produk dan keamanan petani maupun konsumen serta ramah lingkungan. Masalah pokok yang
https://doi.org/10.21776/ub.jepa.2019.003.01.15
Yayat Rahmat Hidayat – Kajian Penerapan Teknologi Terhadap Pendapatan ................................. 153
diteliti adalah sampai sejauh mana petani mangga gedong gincu menerapkan teknologi,
sehingga meningkatkan pendapatan melalui hasil produksi yang dicapai. Tujuan penelitian ini
adalah mengkaji tingkat penerapan teknologi GAP yang dilakukan petani mangga gedong
gincuserta menganalisis pengaruh penerapan teknologi ini terhadap peningkatan pendapatan
usahatani mangga gedong gincu. Penelitian dilakukan di dua sentra produksi mangga yaitu di
Kecamatan Panyingkiran Kabupaten Majalengka dan Kecamatan Sedong Kabupaten Cirebon
dengan jumlah sampel 60 responden. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara
mendalam dan pengisian kuesioner. Metode analisis data menggunakan analisis deskriptif
kuantitatif dan analisis regresi berganda. Hasil penelitian membuktikan bahwa rata-rata petani
mangga gedong gincu di Kecamatan Panyingkiran Kabupaten Majalengka dan Kecamatan
Sedong Kabupaten Cirebon telah menerapkan teknologi GAP sesuai SOP. Penerapan teknologi
GAP berdampak positif pada meningkatkan pendapatan usahatani mangga gedong gincu.
Pendapatan Usahatani Mangga gedong gincu sebesar Rp 59,359,022. Selain itu penerapan
teknologi GAP juga dapat meningkatkan tingkat kelayakan usahatani atau R/C Rasio. R/C Ratio
yang didapat adalah 2,05 artinya setiap Rp. 1 yang digunakan akan memberikan keuntungan
sebanyak Rp. 2,05. Usahatani mangga gedong gincu layak dilakukan karena R/C rasio > 1. Pada
analisis B/C Rasio dapat dilihat hasilnya adalah 1,05, artinya dari Rp 1 biaya petani mempunyai
untung sebanyak Rp. 1,05. Penggunaan teknologi GAP berpengaruh secara simultan dan
signifikan terhadap pendapatan dengan nilai konstanta sebesar -1,342 menyatakan bahwa jika
tidak ada kenaikan nilai dari variabel penggunaan teknologi GAP (X1), maka nilai pendapatan
(Y) adalah -1,342. Koefisien regresi sebesar 0,934 menyatakan bahwa setiap penambahan satu
skor atau nilai penggunaan teknologi GAP akan memberikan kenaikan skor sebesar 0,93.
Kata Kunci : Teknologi GAP, Mangga Gedong Gincu, Pendapatan Usahatani
PENDAHULUAN
Mangga Gedong Gincu merupakan salah satu varietas mangga yang sudah sangat
dikenal baik oleh pasar dalam negeri maupun pasar ekspor karena memiliki nilai ekonomis yang
sangat tinggi, sehingga sangat diandalkan sebagai sumber pendapatan masyarakat. Selain itu,
mangga gedong gincu mempunyai ukuran, bentuk, warna, rasa dan bau yang spesifik (khas) dan
sangat menarik. Beberapa sentra produksi mangga sudah menghasilkan mangga yang yang
dapat menembus pemasaran internasional. Meskipun komoditas tersebut sudah mampu
menembus pasar internasional, tetapi kita belum dapat menghasilkan buah bermutu dalam
keadaan cukup sesuai keinginan konsumen. Salah satu penyebabnya adalah petani belum
melakukan pengelolaan kebunnya secara baik. Dalam melaksanakan usahatani mangga,
sebagian besar hasil produk masih bersumber dari kebun produksi tradisional yang belum
mengacu pada teknologi budidaya yang baik dan benar. Oleh karena itu, perlu ada
pengembangan kearah yang lebih baik yaitu dengan cara adanya penerapan teknologi budidaya
yang baik dan benar secara tepat dengan tujuan agar memperoleh hasil yang lebih baik dan juga
dapat meningkatkan pendapatan petani.
Di Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Cirebon, buah mangga termasuk salah satu
komoditas unggulan. Mangga merupakan salah satu komoditas yang memberikan pendapatan
daerah terbesar bagi kedua Kabupaten tersebut karena mempunyai potensi yang cukup besar,
baik sumberdaya alam, sumberdaya manusia, maupun sumberdaya buatan. Permintaan
komoditas mangga baik dalam negeri maupun luar negeri terus meningkat sesuai dengan
peningkatan pengetahuan, pendidikan, dan pendapatan serta pengaruh globalisasi.
Petani dalam melaksanakan usahataninya (dalam hal ini mangga gedong gincu) selalu
berusaha menjaga kualitas dan kuantitas hasil produksinya. Dalam kegiatan usahatani mangga
gedong gincu penerapan teknologi pada saat ini sangat berpengaruh terhadap hasil produksi.
Teknologi merupakan perkembangan suatu media/alat yang dapat digunakan dengan lebih
efisien guna memproses serta mengendalikan suatu masalah. Dengan diterapkannya suatu
teknologi dalam kegiatan usahatani khususnya mangga gedong gincu, petani selain dapat
meningkatkan hasil produksi juga dapat meningkatkan pendapatan. Untuk memperoleh hasil
usahatani yang memuaskan diperlukan kemampuan fisik dan keterampilan petani dalam
menerapkan teknologi usahatani yang dianjurkan.
Teknologi yang dianjurkan dalam usahatani mangga gedong gincu adalah teknologi
Good Agricultural Practices (GAP) yaitu suatu prosedur teknologi budidaya mangga yang baik
dan benar, dengan Standar Operational Prosedur (SOP). Dengan diterapkan teknologi GAP dan
SOP kualitas hasil produksi akan lebih baik sehingga berpengaruh terhadap pendapatan petani.
Nilai untuk produksi mangga yang menerapkan teknologi akan lebih tinggi dibandingkan
dengan hasil produksi yang tanpa adanya teknologi. Tetapi tidak semua petani dalam
menjalankan usahatani mangga gedong gincu dapat menerapkan teknologi, selain biaya yang
harus dikeluarkan besar, juga para petani malas dalam menjalankan prosedur pedoman
penerapan teknologi.
Oleh karena itu, kembali lagi kepada diri petani masing-masing untuk memilih dan
mengambil keputusan dalam menjalankan usahatani mangga gedong gincu apakah mereka akan
menerapkan teknologi atau tetap menjalankan usahatani secara tradisional. Karena dalam
melaksanakan usahataninya, petani disamping bertindak sebagai pelaksana juga sebagai
manajer yang memerlukan keterampilan tertentu, termasuk tentang pengambilan keputusan dan
penerapan pilihan dari berbagai alternatif yang ada (Soeharjo A dan Dahlan Patong, 1993).
Dalam kegiatan usahatani mangga gedong gincu penerapan teknologi pada saat ini
sangat berpengaruh terhadap hasil produksi. Teknologi yang diterapkan dalam usahatani
mangga gedong gincu adalah GAP (Good Agricultural Practices) dengan SOP (Standar
Operating Procedure), dengan adanya teknologi GAP dan SOP, petani selain dapat
meningkatkan hasil produksi juga dapat meningkatkan pendapatan.
GAP adalah pedoman umum dalam melaksanakan budidaya yang benar untuk
menjamin kualitas produk dan keamanan petani maupun konsumen serta ramah lingkungan.
Tujuan diterapkannya GAP adalah untuk meningkatkan daya saing produk mangga Indonesia
di pasar domestik dan Internasional yang ditunjukkan oleh peningkatan pangsa ekspor dan
kebutuhan pasar nasional, tentunya dengan meningkatkan mutu produk mangga kita. Mutu
adalah karakteristik produk yang sesuai dengan harapan konsumen. Komponen mutu terdiri atas
sifat yang kasat mata seperti warna, bentuk ukuran dan kebersihan, maupun yang tidak kasat
mata seperti tekstur, rasa, aroma maupun nilai gizi dari produk mangga.
Dengan adanya pedoman dan penerapan GAP ini perlu diikuti dengan registrasi lahan
usaha untuk tanaman hortikultura. Bagi kebun dan lahan usaha yang telah menerapkan GAP
akan dilakukan observasi dan penilaian oleh Dinas Pertanian Provinsi yang menangani
pengembangan komoditas hortikultura. Observasi dan penilaian terutama ditekankan pada titik-
titik kendaliyang telah ditetapkan dalam pedoman GAP, bagi yang telah memenuhi syarat dan
memenuhi ketentuan di titik-titik kendali GAP, akan diterbitkan dan diberikan nomor registrasi
GAP. Dalam menerapkan GAP tentu diperlukan SOP mangga gedong gincu secara khusus,
sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan produksi mangga. Target yang ingin dicapai dengan
penerapan SOP mangga gedong gincu ini adalah tercapainya produksi bermutu dengan sertifikat
Prima 1, 2, atau 3. Untuk target produksi yang akan dicapai untuk mangga gedong gincu adalah
>250 kg/pohon (tanaman berumur 20 tahun), sedangkan untuk mutu buah target yang akan
dicapai dengan penerapan SOP ini yaitu warna kulit gincu cerah, ukuran dan tingkat kematang
buah seragam, bentuk bulat oval, kulit buah halus berlapis lilin, aroma harum menyengat, buah
bebas dari bercak atau bekas hitam pada permukaan kulit, bebas dari getah, tanda memar,
kerusakan yang disebabkan haa dan penyakit tidak ada, rasa buah manis dan segar dan tampilan
buah secara keseluruhan baik dan menarik. Penerapan GAP yang sesuai dengan SOP meliputi
persiapan lahan, persiapan benih, penanaman, pemangkasan, pemupukan, penyiangan,
pengairan, penjarangan buah, pembungkusan buah, pengendalian OPT, panen, pasca panen dan
pengepakan.
METODE PENELITAN
Objek dalam penelitian ini adalah para petani mangga. Penelitian ini dilaksanakan di
dua sentra produksi mangga gedong gincu yaitu di Kecamatan Panyingkiran Kabupaten
Majalengka dan Kecamatan Sedong Kabupaten Cirebon. Sebagai dasar pengambilan sampel ini
adalah karena daerah tersebut merupakan sentra produksi mangga gedong gincu. Penelitian ini
adalah penelitian survei dengan pendekatan deskriptif kuantitatif, yaitu menguji peubah serta
menganalisis hubungan antar peubah. Namun walaupun demikian untuk memperkaya data dan
lebih memahami fenomena sosial yang diteliti dalam penelitian ini dilakukan upaya
menambahkan informasi kualitatif pada data kuantitatif. Pengambilan sampel petani dilakukan
dengan metode acak yang mewakili populasi. Jumlah responden untuk masing-masing lokasi
penelitian sebanyak 30 responden yang berada di Kecamatan Panyingkiran Kabupaten
Majalengka dan Kecamatan sedong Kabupaten Cirebon.
Analisis data yang digunakan yaitu analisis usahatani dan analisis regresi berganda.
Analisis usahatani untuk mendeskripsikan tingkat kelayakan dan keuntungan yang didapatkan
pada usahatani mangga gedong gincu dengan penggunaan teknologi GAP sesuai SOP.
Pendapatan usahatani menjadi ukuran yang digunakan untuk melihat penggunaan faktor-faktor
produksi,pengelolaan, dan penggunaan modal petani. Penerimaan merupakan hasil kalijumlah
fisik output dengan harga yang diterima oleh petani. Sedangkanpengeluaran adalah pengeluaran
usahatani untuk benih/ bibit, tenaga kerja, pupuk,obat-obatan, penyusutan alat, serta sewa lahan
dengan persamaam sebagai berikut:
Pd = TR – TC
Dimana:
- Pd = Pendapatan usahatani
- TR = Total penerimaan
- TC = Total biaya
Metode perhitungan pendapatan usahatani yang digunakan dalam penelitian ini dapat
dilihat pada uraian berikut ini. Pendapatan usahatani diperoleh dengan menghitung selisih total
penerimaan dengan total biaya pada setiap musim tanam.Selain analisis pendapatan, analisis
efisiensi pendapatan juga dilakukan, yaitu analisis rasio penerimaan dan biaya total (R/C Ratio
atas total biaya). Rasio penerimaan dan biaya merupakan perbandingan antara penerimaan kotor
yang diterima petani dari setiap rupiah yang dikeluarkan dalam proses produksi. Suatu usahatani
dapat dikatakan efisien jika R/C > 1. Semakin besar nilai R/C, maka usahatani tersebut semakin
efisien. R/C ratio atas total biaya dirumuskan sebagai berikut:
Dimana:
- TR : Total penerimaan, merupakan hasil kali jumlah produk dengan harga
- TC : Total biaya, merupakan penjumlahan total biaya variabel dengan total biaya
- P : Harga produk
- Q : Total produksi
- TVC : Total biaya variabel
- TFC : Total biaya tetap
Berdasarkan data di atas, petani yang menerapkan GAP sesuai SOP terbesar pada
kegiatan penyiangan yaitu sebesar 46,67 dan yang terkecil pada kegiatan penyulaman bibit yaitu
sebesar 6,67%. Sedangkan petani menerapkan GAP tetapi belum sesuai SAP kegiatan terbesar
pada penjarangan buah yaitu 73,33% dan terkecil pada kegiatan penanaman bibit. Adapun petani
yang sama sekali tidak menerapkan GAP hanya melakukan kegiatan persiapan lahan,
penyulaman dan penanaman selebihnya kegiatan pengairan, penjarangan buah dan pasca panen.
Ada kegiatan penting yang ditingggalkan petani yaitu pemangkasan ranting, pemupukan,
penyiangan, pengendalian OPT, panen dan pengepakan. Padahal keenam kegiatan ini sangat
mempengaruhi pertumbuhan dan kualitas buah mangga yang dihasilkan.
Berdasarkan hasil analisis pendapatan usahatani di atas dilihat bahwa R/C Rasio yang
didapat adalah 2,05 artinya setiap Rp. 1 yang digunakan akan memberikan keuntungan sebanyak
Rp. 2,05. Usahatani mangga gedong gincu layak dilakukan karena R/C rasio > 1. Untuk analisis
B/C Rasio dapat dilihat hasilnya adalah 1,05, artinya dari Rp 1 biaya petani mempunyai untung
sebanyak Rp. 1,05.
Konstanta sebesar -1,342 menyatakan bahwa jika tidak ada kenaikan nilai dari variabel
penggunaan teknologi GAP (X1) maka nilai pendapatan (Y) adalah -1,342. Koefisien regresi
sebesar 0,934 menyatakan bahwa setiap penambahan satu skor atau nilai penggunaan teknologi
GAP akan memberikan kenaikan skor sebesar 0,93. Berdasarkan hasil penelitian secara nyata
penerapan teknologi GAP berdasarkan SOP memberi pengaruh terhadap peningkatan
pendapatan usahatani mangga gedong gincu. Penerapan teknologi yang dilakukan oleh petani
di Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Cirebon menyangkut; Persiapan Lahan, Penyulaman
Bibit, Penanaman, Pemangkasan, Pemupukan, Penyiangan, Pengairan, Penjarangan Buah,
Pembungkusan Buah, Pengendalian OPT, Panen, dan Pascapanen. Semakin banyak variabel
GAP yang digunakan, maka semakin peningkatkan produksi yang berbanding lurus dengan
pendapatan usahatani mangga gedong gincu.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan di atas, maka pada
penelitian ini disimpulkan sebagai berikut:
1) Rata-rata petani mangga gedong gincu di Kecamatan Panyingkiran Kabupaten Majalengka
dan Kecamatan Sedong Kabupaten Cirebon telah menerapkan teknologi GAP sesuai SOP.
2) Penerapan teknologi GAP berdampak positif pada meningkatkan pendapatan usahatani
mangga gedong gincu. Pendapatan Usahatani Mangga gedong gincu sebesar Rp
59,359,022. Selain itu penerapan teknologi GAP juga dapat meningkatkan tingkat
kelayakan usahatani atau R/C Rasio. R/C Ratio yang didapat adalah 2,05 artinya setiap Rp.
1 yang digunakan akan memberikan keuntungan sebanyak Rp. 2,05. Usahatani mangga
gedong gincu layak dilakukan karena R/C rasio > 1. Pada analisis B/C Rasio dapat dilihat
hasilnya adalah 1,05, artinya dari Rp 1 biaya petani mempunyai untung sebanyak Rp. 1,05.
3) Penggunaan teknologi GAP berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap
pendapatan dengan nilai konstanta sebesar -1,342 menyatakan bahwa jika tidak ada
kenaikan nilai dari variabel penggunaan teknologi GAP (X1), maka nilai pendapatan (Y)
adalah -1,342. Koefisien regresi sebesar 0,934 menyatakan bahwa setiap penambahan satu
skor atau nilai penggunaan teknologi GAP akan memberikan kenaikan skor sebesar 0,93.
Saran
Sebagai upaya untuk meningkatkan kemauan dan kemampuan petani didalam
menerapkan teknologi GAP sesuai SAP, maka dibutuhkan peran serta pemerintah dan semua
pihak didalam pemperkenalkan teknologi tersebut dan meningkatkan kemampuannya melalui
pelatihan dan penyuluhan serta kegiatan lainnya.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan
Pengembangan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi yang telah mendanai
penelitian ini sehingga penelitian dapat berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Akdon, 2010. Cara Menggunakan Dan Memakai Path Analysis. Alfabeta. Bandung
BPS Badan Pusat Statistik Jawa Barat 2013. Jawa Barta Dalam Angka. Badan Pusat Statistik
Bekspor di Bandung
Dea, 2013. Peningkatan Kualitas Mangga (on farm dan off farm) untuk memenuhi standar
Ekspor Di Kabupaten Majalengka. Jakarta. Unesco. Paris
Dwirayani, 2014. Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kemandirian Petani
Mangga Gedong Gincu (Manginfera Indica L) . Jurnal Agrivet Fakultas Pertanian
Universitas Majalengka. Vol 2 No 1.
Idani, 2012. Analisis Pendapatan Usahatani dan Optimalisasi Pola TanamSayuran Di
Kelompok Tani Pondok Menteng Desa Citapen, Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor,
Jawa Barat. Skripsi IPB.
Iwan, 2009. Mendudukan Komoditas Mangga Sebagai Unggulan Daerah Dalam Suatu
Kebijakan Agribisnis : Upaya Menyatukan Dukungan Kelembagaan Bagi Eksistensi
Petani. Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian Vol 7 No 2. Bogor
Ken Suratiyah. 2006. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.
Nadapdap, 2014. Kajian Adopsi Teknologi Produksi Komoditas Mangga (Suatu Kasus Petani
Mangga di Provinsi Jawa Barat). Thesis. Universitas Padjadjaran
Natawidjadja, et all. 2009. Mango Value Chain Key Informant Interview Synthesis Acces To
Modernizing Value Chains By Small Farmers In Indonesia, USAID AMA CRSP
Project.
Prasetyo, 2007. Pengaruh Teknologi Terhadap Produktivitas dan Pendapatan Peternak Sapi
Potong Di Desa Canden Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul. Seminar Nasional.
Universitas Diponegoro
Rahmat, 2016. Analisis Kegiatan Pemeliharaan Pada Tanaman Mangga Gedong Gincu
Berdasarkan SOP (Standar Operating Procedure). Skripsi. Universitas Majalengka
Soekartawi. 2007. Prinsip Dasar Manajemen Pemasaran Hasil-hasil Pertanian. Radjawali
Press. Jakarta
Soegiyono, 2013. Metode Penelitian Kombinasi. CV Alfabeta. Bandung
Suhaeni, 2014. Value Chain dan Efisiensi Pemasaran Agribsinis Mangga Gedong Gincu di
Kabupaten Majalengka. Program Master. Universitas Diponegoro
Supriatna, 2007. Kelayakan Usahatani dan Margin Tataniaga Mangga (Manginfera IndicaL)
Suatu Kasus di Kabupaten Maajalengka, Jawa Barat. Jurnal Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian 10 (2) : 166-178