Implementasi Program Sekolah Ramah Anak Dalam Penanggulangan Kekerasan Pada Anak (Studi Pada SD N 3 Panggungrejo Kabupaten Pringsewu)
Implementasi Program Sekolah Ramah Anak Dalam Penanggulangan Kekerasan Pada Anak (Studi Pada SD N 3 Panggungrejo Kabupaten Pringsewu)
Implementasi Program Sekolah Ramah Anak Dalam Penanggulangan Kekerasan Pada Anak (Studi Pada SD N 3 Panggungrejo Kabupaten Pringsewu)
(Skripsi)
Oleh
By
Every child needs to get a chance to grow and develop optimally, both physical,
mental and social. State Minister for Women Empowerment and Child Friendly
Issued Ministerial Regulation No. 8 2014 About Child Friendly School Policy,
namely a school able to ensure and fulfill the rights of the child to provide
protection of children from violence in education environments. This research
aims to find out how is the Child Friendly Schools programme implementation in
Pringsewu Regency SDN Panggungrejo 3 and the factors that affect the program.
Institutions that become Child Friendly Schools programme implementor is a
local NGO called Children and the Community Observer Agency (L-PAMAS).
This research uses descriptive research methods with qualitative approachas well
as using the implementation model with a bottom up approach advanced by
Richard Elmore. Based on the research that has been done, the implementation of
child friendly school programme at SDN Panggungrejo 3 has done good enough.
In the implementation of this programme, the main actors involved, among others,
L-PAMAS, SDN Panggungrejo 3, Department of education and culture of the
Pringsewu, the village government and Panggungrejo village community. The
process of implementation and activities on child friendly school programme was
in line with the policy objectives as well as reference and are based on the
regulations of the Minister for women’s empowerment and child protection No. 8
2014 About child friendly school policy.
Oleh
Setiap anak perlu mendapatkan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang secara
optimal, baik fisik, mental maupun sosial. Menteri Negara Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak mengeluarkan Peraturan Menteri No 8 Tahun
2014 Tentang Kebijakan Sekolah Ramah Anak, yaitu sekolah yang mampu
menjamin dan memenuhi hak-hak anak untuk memberikan perlindungan terhadap
anak dari tindak kekerasan di lingkungan pendidikan. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui bagaimanakah implementasi program Sekolah Ramah Anak di
SDN 3 Panggungrejo Kabupaten Pringsewu dan faktor-faktor yang
mempengaruhi program.Lembaga yang menjadi implementor program Sekolah
Ramah Anak merupakan LSM lokal bernama Lembaga Pemerhati Anak dan
Masyarakat (L-PAMAS).
Oleh
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
SARJANA ADMINISTRASI NEGARA
Pada
Jurusan Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
bersaudara.
dan lulus pada tahun 2010. Setelah itu, penulis melanjutkan jenjang pendidikan di
Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Pesisir Tengah serta lulus pada tahun 2013.
Pada tahun 2013, penulis diterima sebagai mahasiswi jurusan Ilmu Administrasi
Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung melalui jalur
SNMPTN.
Bidang Seni (UKMBS) Universitas Lampung dan sempat menjabat sebagai Staff
Inventaris periode tahun 2014-2015. Selain itu, pada periode tahun 2016, penulis
dipercaya menjabat sebagai Ketua Umum Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni
kewajiban studi, pada Januari sampai Maret 2016, penulis mengikuti Kuliah Kerja
( Muhammad Ali)
(Susi Pudjiastuti)
PERSEMBAHAN
Universitas Lampung
SANWACANA
Bismillaahirrahmaannirahiim
Kabupaten Pringsewu)”. Skripsi ini ditulis, sebagai salah satu syarat untuk
Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
Penulis dengan segala kerendahan hati, sangat menyadari bahwasanya skripsi ini
masih jauh dari kesempurnaan, hal ini disebabkan oleh terbatasnya kemampuan
berbagai pihak, yang baik secara moril maupun materiil telah membantu. Oleh
Kepada:
siang dan malam yang selalu mengiringi hidup penulis, dan Nabi
Muhammad SAW yang selalu menjadi suri tauladan dan inspirasi dalam
kehidupan penulis.
2. Mama tercinta, terimaksih telah menjadi sosok perempuan yang luar biasa.
3. Bapak Drs. Syarief Makhya, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
4. Bapak Dr. Dedy Hermawan, S.Sos., M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu
5. Ibu Rahayu Sulistiowati, S.Sos., M.Si dan Ibu Selvi Diana Meilinda,
penulis, serta seluruh dosen dan staf Jurusan Ilmu Administrasi Negara
FISIP Unila, terimakasih telah memberikan ilmu selama ini, semoga akan
skripsi ini.
9. Terimakasih untuk semua yang saya rasa kita punya kedekatan tersendiri,
mba Nice Radianse, mba Qorri Hidayati, bang Rio Wirawan, Beni
Chandra Aria, Rhirik, Warih, Sejuk Prianto, Edo Pratama, bang Daniel,
Dewi O, alin, iyar, vivi dan lainnya yang tidak bisa disebutkan satu
persatu, terimakasih untuk canda, tawa, air mata kerja keras dan
10. Keluarga KKN Desa Tebakak, Monica, Viola, Ijal, Amel, Anas, dan
11. Terimakasih untuk setiap cinta yang datang dan pergi, dan yang sampai
Akhir kata, penulis sangat menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari
bagi diri penulis secara pribadi maupun mereka yang telah menyediakan waktu
membacanya.
Penulis,
Halaman
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Daftar Informan ................................................................................... 33
2. Daftar Data Sekunder ........................................................................... 35
3. Luas Daerah, Jumlah Kecamatan, Desa dan Penduduk Menurut
Kecamatan ............................................................................................ 52
4. Kondisi Proses dan Pelaksanaan Pembelajaran ................................... 68
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Faktor Yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan Menurut
Van Meter dan Van Horn ..................................................................... 16
2. Faktor Yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan Menurut
Edward III ............................................................................................ 18
3. Kerangka Pikir ..................................................................................... 29
4. Kegiatan Workshop Manajemen SDM Berbasis Kinerja ..................... 63
5. Kegiatan Workshop Peningkatan Kompetensi Kepribadian dan
Sosial Guru ........................................................................................... 65
6. Kegiatan Workshop Penyusunan dan Pengembangan Kurikulum ....... 66
7. Kegiatan Workshop PAIKEM Terintegrasi Dengan Lingkungan
Hidup .................................................................................................... 68
8. Kegiatan Gotong Royong Hasil Nyata Dari Kegiatan Workshop
Pemberdayaan Komite Sekolah dan Masyarakat ................................. 69
9. Kegiatan Workshop Penyusunan Profil Sekolah .................................. 71
10. Plang Visi dan Misi Sekolah ................................................................ 72
11. Kondisi Gedung Sekolah Sebelum dan Sesudah Direhabilitasi ........... 75
12. Pekarangan Sekolah ............................................................................. 76
13. Kebun dan Hasil Perkebunan Siswa .................................................... 77
14. Kolam Ikan Nila dan Lele .................................................................... 78
15. Tempat Pembuangan Sampah Organik dan Non Organik ................... 80
16. Lahan Sekolah Hasil Sumbangan Masyarakat ..................................... 81
17. Kondisi dan Lokasi Kantin Sekolah..................................................... 82
18. Kondisi Toilet Sekolah......................................................................... 84
19. Sumur Bor dan Pompa Air ................................................................... 85
20. Keran Wudhu dan Keran Cuci Tangan ................................................ 86
21. Ruang UKS .......................................................................................... 87
22. Dokter Kecil DN 3 Panggungrejo ........................................................ 88
23. Kondisi Lingkungan Pembelajaran dan Perilaku Warga Sekolah ....... 90
24. Kelompok Aflatoun dan Lifeskill serta Modul Penunjang ................... 91
25. Bimbel Ca-Tung Salah Satu Kegiatan Di Luar Sekolah ...................... 92
26. Ketua OSIS dan Struktur Kepengurusan OSIS .................................... 92
27. Kegiatan Mapping Isu Kekerasan Terhadap Anak .............................. 96
28. Kunjungan Tim Monitoring dan Evaluasi International Organization
Of Childfund ......................................................................................... 100
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap anak perlu mendapatkan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang secara
optimal, baik fisik, mental maupun sosial karena anak merupakan generasi
penerus bangsa yang memiliki hak dan kewajiban ikut serta membangun negara.
Anak merupakan subjek dan objek pembangunan nasional Indonesia dalam usaha
mencapai aspirasi Bangsa Indonesia, masyarakat yang adil dan makmur baik
berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.
Baik anak dan orang dewasa dapat tumbuh dan mengembangkan potensi dirinya
secara optimal jauh dari ketakutan akan kekerasan. Maka penting dan perlu
adanya pemberdayaan terhadap anak, dengan tujuan agar tiap individu anak dapat
Mengingat anak merupakan generasi penerus bangsa di masa yang akan datang,
maka sudah selayaknya negara melindungi dan menjaga generasi mudanya dari
hak setiap anak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang, berpartisipasi
terpenuhinya hak anak akan menurunkan kualitas hidup anak dan pada akhirnya
orangtua.
Jika kita menelaah persoalan yang terjadi di lingkungan sosial anak, maka akan
menanggung resiko akibat kelalaian maupun ketidak mampuan orang dewasa dan
orang tua khususnya dalam melindungi anak. Hak-hak mendasar anak seringkali
dalam kurun waktu 2011 hingga 2016 di Indonesia. Untuk itu, anak memerlukan
tindakan sebagai jalan keluar pada kasus kekerasan terhadap anak yang semakin
bahwa, tindakan yang paling tepat yang harus diambil oleh pemerintah dalam
kebijakan apa yang harus dikerjakan, mengapa kebijakan itu harus dilakukan dan
Hal mendasar yang telah dilakukan pemerintah dalam rangka perlindungan anak
Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak, Intruksi Presiden No. 5 Tahun 2014
tentang Gerakan Nasional Anti kejahatan Seksual Terhadap Anak, dan Undang-
Undang No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, sangat
pada fase sekolah. Bukan hanya kekerasan fisik yang sering terjadi dilingkungan
Bentuk kekerasan fisik yang sering terjadi di lingkungan sekolah yaitu antara lain
benda, menghukum hingga jatuh sakit seperti pingsan, melukai dengan benda
saudara atau anak lain, membentak dengan suara keras dan kasar, menghina
dihadapan teman atau orang lain, menyebut “bodoh, pemelas, nakal” dan
sebagainya, mencap dengan sebutan jelek atau jahat, pembullyan, serta kekerasan
dalam bentuk psikis lainnya yang tidak kasat mata. Kemudian kekerasan seksual
seperti dicium, diraba, dipeluk, diintip ketika berada di toilet, diperlihatkan foto
dan video berbau porno, atau bahkan sampai kekerasan seksual pada tingkatan
4
seperti guru, teman sekolah, atau perangkat lain yang berada di lingkungan
Kebijakan Sekolah Ramah Anak. Kebijakan ini dikeluarkan agar anak merasa
aman dan terlindungi dari kekerasan dalam dunia pendidikan. Di dalam Permen
PPPA pasal 1 dijelaskan bahwa, Sekolah Ramah Anak yang selanjutnya disingkat
SRA adalah satuan pendidikan formal, nonformal, dan informal yang aman,
bersih dan sehat, peduli dan berbudaya lingkungan hidup, mampu menjamin,
pendidikan.
oleh adanya keprihatinan terhadap situasi dan kondisi masyarakat yang mayoritas
terhadap hak-hak anak. Selain dari pada itu juga semakin menurunnya tingkat
warga masyarakat.
dan 1 kasus pembulian, pada tahun 2015 terdapat 8 kasus kekerasan dan pada
tahun 2016 terdapat 4 kasus kekerasan yang didampingi oleh LPA. Sedangkan
terhadap anak pada tahun 2015, 1 kasus penganiayaan dan 1 kasus kekerasan
seksual pada tahun 2016, dan 1 kasus kekerasan seksual pada tahun 2017.
beberapa Sekolah Dasar yang berada di enam desa binaan L-PAMAS. Desa
binaan L-PAMAS merupakan desa yang perduli dan berkomitmen untuk turut
6
PAMAS. Enam desa binaan L-PAMAS antara lain yaitu Desa Mataram, Desa
Kediri, Desa Karangsari, Desa Way Ngison, Desa Panggungrejo, dan Desa
Tanjung anom. Setiap sekolah dasar di enam desa binaan ini menjadi perioritas
untuk diterapkan program SRA, akan tetapi hanya ada dua sekolah yang mampu
Pada penelitian ini, penulis lebih tertarik memilih lokasi penelitian di SDN 3
sudah berjalan sejak September 2013. Hal-hal yang menjadi pertimbangan penulis
memilih SDN 3 Panggungrejo yaitu lokasi sekolah yang lebih jauh, akses jalan
yang rusak dan terpencil dibandingkan dengan SDN 2 Karangsari yang lebih
dekat dengan pusat kabupaten kota. Tentunya penulis sadar bahwa dalam
yang sempit dan dikelilingi pemukiman penduduk tidak mampu meluaskan area
Lingkungan sekolah dan area sekolah juga yang menjadi daya tarik penulis untuk
ialah “Menuju Sekolah Ramah Anak Berbasis Lingkungan dan Budaya”. Visi dari
memiliki 3 misi utama antara lain yang pertama yaitu memberikan hak-hak dan
terhadap anak, serta memberikan rasa aman dan nyaman. Kedua, melaksanakan
sarana dan prasarana pengembangan bakat serta menggali sumber daya peserta
didik.
lingkungan yang aman dan nyaman bagi peserta didik, pemanfaatan lingkungan
sekolah sebagai sarana pembelajaran bagi peserta didik, dan meningkatnya mutu
sekolah dan kinerja guru sebagai teladan bagi peserta didik secara berkelanjutan.
Serta target atau tujuan jangka pendek dari sekolah ini ialah menjadi sekolah
percontohan di tingkat regional pada tahun 2017, menjadi sekolah ramah anak
logika berfikir dari ‘bawah ke atas’, dengan aktor utamanya ialah street level
Beberapa hal yang dapat dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana
partisipasi pihak yang terlibat, serta sejauh apa program ini telah berjalan selama
penelitian ini belum pernah dilakukan oleh para peneliti dahulu, sehingga penulis
Kabupaten Pringsewu).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
Pringsewu?
Kabupaten Pringsewu?
9
C. Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dilakukan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Pringsewu.
D. Manfaat penelitian
1. Secara teoritis, penelitian ini dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
sebagai bahan referensi bagi peneliti dan pihak lain yang tertarik dengan
penelitian ini.
2. Secara praktis, penelitian ini dapat menjadi bahan masukan atau referensi bagi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ditetapkan oleh badan-badan dan aparat pemerintah. Hal ini diperkuat oleh
kebijakan publik adalah apapun pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak
tersebut dibuat oleh badan pemerintah, bukan organisasi swasta; (2) kebijakan
publik menyangkut pilihan yang harus dilakukan atau tidak dilakukan oleh
pemerintah.
“publik dan problem-problemnya” atau “bagaimana, mengapa, dan apa efek dari
dari pada sebagai prilaku atau tindakan yang serba acak dan kebetulan.
b. Kebijakan pada hakikatnya terdiri atas tindakan yang saling berkait dan berpola
Tahap-tahap kebijakan publik menurut Dunn dalam Nugroho (2014: 269) adalah
sebagai berikut:
Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda publik.
ke dalam agenda kebijakan. Setelah itu Pada akhirnya beberapa masalah masuk ke
agenda kebijakan para perumus kebijakan. Pada tahap ini suatu masalah mungkin
12
tidak disentuh sama sekali, sementara masalah yang lain ditetapkan menjadi fokus
pembahasan, atau ada pula masalah karena alasan-alasan tertentu ditunda untuk
b. Tahap formulasi
Masalah yang telah masuk ke agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para
alternatif atau pilihan kebijakan yang ada. Sama halnya dengan perjuangan suatu
Alternatif kebijakan yang banyak ditawarkan oleh para perumus kebijakan tadi,
Akhirnya dari sekian banyaknya salah satu dari alternatif kebijakan tersebut
Suatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan-catatan elit, jika program
finansial dan manusia. Pada tahap implementasi ini berbagai kepentingan akan
pelaksana, namun beberapa yang lain mungkin akan ditentang oleh para
pelaksana.
dijalankan akan dinilai atau dievaluasi, untuk melihat sejauh mana kebijakan yang
ukuran atau kriteria-kriteria yang menjadi dasar untuk menilai apakah kebijakan
instruksi politik dan saling berhubungan dengan para pelaku. Sedangkan menurut
Agar dapat menilai apakah suatu kebijakan dapat dikatakan berhasil atau gagal,
dilakukan berbagai upaya untuk mempelajari sebab dan akibat keberhasilan atau
memengaruhi apa yang oleh Lipsky sebut sebagai “Street Level Bureaucrats”
aspek utama dalam proses kebijakan publik dan memiliki peran yang penting
yang menentukan dalam proses kebijakan, karena tanpa implementasi yang efektif
yang menggunakan logika berfikir dari ‘atas’ kemudian melakukan pemetaan ‘ke
yang dikerjakan oleh pemerintah untuk rakyat, dimana partisipasi lebih berbentuk
dalam implementasi suatu kebijakan, yaitu birokrat pada level bawah (street level
Menurut Van Meter dan Van Horn dalam Subarsono (2013:99), terdapat 5
Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur sehingga dapat
direalisasikan. Apabila standar dan sasaran kebijakan kabur, maka akan terjadi
implementasi.
b. Sumber daya
resources).
lain. Untuk itu, diperlukan koordinasi dan kerjasama antar instansi bagi
suatu program.
16
Variabel ini mencakup sumber daya ekonomi lingkungan yang dapat mendukung
publik yang ada di lingkungan dan apakah elit politik mendukung implementasi
kebijakan.
f. Disposisi implementor.
Disposisi implementor ini mencakup tiga hal yang penting yaitu, (1) respon
(3) intensitas disposisi implementator, yaitu preferensi nilai yang dimiliki oleh
implementator.
Komunikasi antar
organisasi dan
agen pelaksana
Ukuran
Kinerja
dan tujuan
implementasi
kebijakan
Karakteristik
Disposisi
agen
pelaksana
pelaksana
Sumber daya
Lingkungan
sosial, ekonomi
dan poltik
Gambar 1. Faktor Yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan Menurut Van Meter Dan
Van Horn.
Sumber: Van Meter Van Horn dalam Subarsono (2013:100)
17
a. Komunikasi
mengenai apa yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan. Hal ini penting untuk
Tanpa sumber daya yang memadai, tentunya implementasi kebijakan tidak akan
berjalan secara optimal. Sumber daya dapat berupa sumberdaya manusia, yaitu
c. Faktor disposisi
Disposisi yang dimaksud adalah watak dan karakter yang dimiliki implementator,
yang baik, maka akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik, sebagaimana
d. Struktur birokrasi
implementator kebijakan.
Comumunication
Resources
Implementation
Dispotion
Bureaucratic structure
oleh Subarsono (2013:95) : (1) Tingkat kesulitan teknis dari maslah yang
sasaran terhadap total populasi (4) Cakupan perubahan prilaku yang diharapkan.
19
besar adanya keterpautan dan dukungan antar instansi pelaksana (5) kejelasan dan
konsistensi aturan yang ada pada badan pelaksana (6) Tingkat komitmen aparat
terhadap tujuan kebijakan (7) seberapa luas akses kelompok-kelompok luar untuk
terdiri dari : (1) kondisi sosial masyarakat dan tingkat kemajuan ekonomi (2)
Dukungan publik terhadap kebijkan (3) sikap dari kelompok pemilih (4) Tingkat
kelompok sasaran termuat dalam isi kebijakan (2) jenis manfaat yang diterima
oleh kelompok sasaran (3) sejauh mana perubahan yang diinginkan dari sebuah
kebijakan (4) apakah letak sebuah program sudah tepat (5) apakah sebuah
kebijakan menyebut implementator dengan rinci dan (6) apakah sebuah program
yang dimiliki oleh para aktor yang terlibat dalam implementasi kebijakan (2)
karakteristik institusi dan rezim yang sedang berkuasa (3) tingkat kepatuhan dan
berkenaan dengan jaminan bahwa kondisi eksternal yang dihadapi oleh lembaga
atau badan pelaksana tidak akan menimbulkan masalah yang besar. Sayarat yang
yang diperlukan benar-benar ada. Syarat keempat yaitu apakah kebijakan yang
tugas-tugas telah dirinci dan ditempatkan dalam urutan yang benar. Model ini
Model ini dikembangkan oleh Malcolm Goggin, Ann Bowman, dan james Lester.
Model ini dikembangkan oleh Richard Elmore (1979), Michael Lipsky (1971),
serta Benny Hjern dan David O’Porter (1981). Menurut Elmore dkk dalam
Nugroho (2014;672), model ini dimulai dari mengidentifikasi jaringan aktor yang
strategi, aktivitas, dan kontak-kontak yang mereka miliki. Model implementasi ini
pemerintah, namun hanya di tataran rendah. Karena itu, kebijakan yang dibuat
harus sesuai dengan harapan, keinginan, publik yaang menjadi target atau
kliennya dan sesuai pula dengan pejabat eselon rendah yang menjadi
1. Clearly specified tasks and objectives that accurately reflect the intent of policy
(tugas dan tujuan yang jelas yang secara akurat merefleksikan maksud dari
suatu kebijakan)
22
Implementasi kebijakan yang dalam hal ini terdiri dari satu set rincian dari
kepada unit yang dapat melaksanakannya secara konsisten dengan tujuan dari
unit yang beroperasi dalam pelaksanaan kebijakan sebagai unit yang memiliki
tugas dan tujuan yang jelas yang digunakan untuk mengatur semua tugas dan
tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepada seseorang terhadap hasil
yang ingin dicapai dalam suatu kebijakan tersebut. Serta adanya orang-orang
yang tidak bertanggung jawab atas kinerja yang mereka lakukan. Manajemen
yang baik tentu saja adalah kebalikan dari semua hal di atas. Manajemen ini
dimulai dari asumsi normatif bahwa manajemen yang efektif adalah yang
organisasi pelaksana)
untuk memastikan bahwa sumber daya yang diperoleh, tugas, standar kinerja
dapat digunakan dan berjalan secara efektif dan efisien dalam melaksanaan
tentang transisi dari kebijakan untuk operasi. Perencanaan strategis ini adalah
sebagai proses untuk menentukan tujuan, sumber daya yang digunakan dalam
didistribusikan dalam urutan dari yang tertinggi sampai tingkat terendah dalam
keputusan untuk alokasi sumber daya yang optimal, tugas, dan standar kinerja
organisasi pelaksana.
proses ini dapat bersifat dinamis, tidak statis, lingkungan terus memaksakan
fokus pada kejelasan, presisi, kelengkapan dan kewajaran antara isi deklarasi
yang biasanya selalu disertai bias kepentingan, ideologi, dan kerangka acuan.
dilengkapi dengan arahan dan aturan yang jelas untuk mencegah terjadinya
berbagai penyimpangan.
nilai ideal dalam artian dapat memaksimalkan kinerja dari unit organisasi.
Kinerja yang demikian dinilai dalam hal pencapaian, yakni adanya kesesuaian
hasil target dengan standar kebijakan. Dalam prakteknya, biasa disebut sebagai
kriteria kinerja yang cenderung untuk melihat lebih sebagai kesesuaian dengan
standar kebijakan yang pada akhirnya dapat mencapai hasil yang memuaskan.
25
bahwa terdapat dua model pendekatan yaitu model top down dan model bottom
up. Menurut Erwan (2015:37) Pendekatan yang bersifat top-down dipakai untuk
birokrat pada level bawah (street level bureaucrat), dan kelompok sasaran
kebijakan.
Model yang dikemukakan oleh Elmore, dkk. merupakan model yang digunakan
menjadi alat analisis dalam penelitian ini yaitu tentang implementasi program
Sekolah Ramah Anak. Peneliti memilih model ini, karena adanya kesesuaian
Menurut Lembaga Pemerhati Anak dan Masyarakat (L-PAMAS), ada dua tipe
kekerasan terhadap anak yang terjadi di lingkungan sekolah, antara lain yaitu:
1. Kekerasan fisik
Tipe kekerasan ini meliputi kekerasan yang dapat terlihat kasat mata. Kekerasan
intimidasi, cedera, atau penderitaan fisik lain atau kerusakan tubuh. Kekerasan ini
Tipe kekerasan non fisik merupakan tipe kekerasan yang bersifat psikis dan sering
tidak kasat mata serta sulit untuk ditelusuri. Tipe kekerasan ini biasanya dalam
27
bentuk perkataan ataupun melalui pernyataan yang sering tidak disadari banyak
orang telah melukai pikiran maupun hati anak-anak. Kekerasan tipe ini antara lain
seperti:
c. Korban pergaulan bebas, intimidasi anak oleh teman sebaya, dan intimidasi
banyak faktor. Fenomena ini akan berdampak nyata pada tiap individu anak yang
menumbuhkan kepercayaan diri yang baik tanpa perlu merasa takut dan cemas
akan diskriminasi dan tindak kekerasan. Untuk ikut andil dalam perlindungan
lingkungan sekolah.
undang tentang perlindungan anak nampaknya tidak akan berhasil tanpa adanya
Masyarakat (LSM) yang berfokus di bidang pemerhati anak mencoba untuk ikut
berupaya menciptakan lingkungan non kekerasan yang nyaman bagi anak di ranah
Model implementasi
Masalah kekerasan Elmore dkk dalam
terhadap anak Golembiewski (1997;776)
yaitu:
BAB III
METODE PENELITIAN
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya,
perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dll secara holistik, dan dengan cara
deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang
alamiah, yaitu antara individu dengan latar atau fokus penelitiannya tidak diisolasi
kedalam bentuk variabel atau hipotesis, karena antara peneliti dengan tempat sia
melakukan penelitiannya merupakan satu kesatuan yang utuh. Selain itu, peneliti
sendiri menjadi instrumen kunci dalam penelitiannya, karena penelitian itu sendiri
peristilahannya.
31
itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang
memo, dan dokumen resmi lainnya. Maka dapat disimpulkan bahwa penelitian
dan bukan angka-angka yang didapat dari fenomena lapangan yang bersifat
dengan apa yang terjadi dilapangan. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan
B. Fokus penelitian
Richard Elmore dkk, alasan peneliti menggunakan model ini ialah karena program
SRA merupakan program yang dilaksankan LSM lokal yang merupakan bagian
dari street level bureaucrat sesuai dengan model implementasi dengan pendekatan
1. Clearly specified tasks and objectives that accurately reflect the intent of
policy yakni, tugas dan tujuan yang jelas yang secara akurat merefleksikan
kontrol pada program yang dilakukan langsung oleh L-PAMAS setiap akhir
C. Lokasi Penelitian
program SRA. Selain itu, penelitian juga akan dilakukan di L-PAMAS sebagai
D. Informan Penelitian
program SRA sehingga mereka akan memberikan informasi secara tepat sesuai
dengan yang dibutuhkan oleh peneliti. Dengan penjelasan tersebut, maka pihak-
pihak yang dijadikan informan oleh peneliti diantaranya yaitu dijelaskan dalam
E. Sumber Data
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen, dan lain-lain. Sumber data
yang dikumpulkan melalui penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
1. Data Primer
peneliti sendiri selama berada di lokasi penelitian. Data primer merupakan data
mendalam kepada informan yang telah ditetapkan yang ditulis atau direkam,
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber-sumber yang ada. Data
sekunder ini digunakan sebagai pendukung guna mencari fakta yang sebenarnya.
mencocokkan data yang diperoleh. Sumber data sekunder yang digunakan antara
lain berupa berita surat kabar, website, artikel, dan referensi-referensi yang
Pengumpulan data adalah satu pekerjaan dan sangat menentukan dalam suatu
penelitian. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Wawancara
Metode wawancara yang digunakan pada penelitian ini ialah dengan cara
melakukan sesi tanya jawab dengan tatap muka kepada informan yang telah
ditetapkan. Untuk melakukan sesi wawancara, peneliti langsung datang dan tatap
muka dengan informan yang telah terpilih dan dirasa mampu memberikan
2. Observasi
terhadap suatu objek, dalam hal ini peneliti menggunakan observasi atau
36
3. Dokumentasi
bentuk surat, foto, maupun berkas lainnya mengenai implementasi SRA yang
yang berkaitan dengan program SRA yaitu L-PAMAS dan SDN 3 Panggungrejo
serta dari beberapa sumber informan lainnya. Selain itu, beberapa dokumentasi
lapangan dan berlangsung terus sampai penulisan penelitian. Menurut Miles dan
penting, mencari tema atau pola dari lapangan. Dengan demikian data yang
2. Display data atau penyajian data, menyajikan berbagai informasi dari data yang
dimaksudkan untuk mencari makna dan membuat kesimpulan dari data yang
yang sering timbul dan hipotesis kerja. Pada mulanya kesimpulan tersebut
tersebut tentunya masih sangat tentatif, kabur dan diragukan, akan tetapi
akurat.
Menurut Moleong (2011: 324) ada beberapa kriteria yang digunakan untuk
dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti.
a. Triangulasi
dengan data yang diperoleh dengan sumber lain melalui berbagai fase penelitian
lapangan, pada waktu yang berlainan dan dengan metode yang berlainan. Adapun
memanfaatkan penggunaan sumber data, metode, dan teori. Untuk itu maka
Penelitian ini melakukan pengecekan data melalui beberapa sumber lain dengan
b. Kecukupan referensial
2. Keteralihan (Transferability)
berlaku atau diterapkan pada semua konteks dalam populasi yang sama atas dasar
populasi.
3. Ketergatungan (Dependability)
lapangan, tetapi bisa memberikan data. Peneliti seperti ini perlu diuji
4. Kepastian (confirmability)
Penelitian kualitatif ini, uji kepastian mirip dengan uji kebergantungan, sehingga
dilakukan dalam penelitian, jangan sampai proses tidak ada tetapi hasilnya ada.
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Anak No 8 Tahun 2014 pasal 1 dijelaskan bahwa, Sekolah Ramah Anak yang
informal yang aman, bersih dan sehat, peduli dan berbudaya lingkungan hidup,
anak di pendidikan.
Maksud dari Kebijakan Sekolah Ramah Anak ialah menjadi acuan bagi
Layak Anak. Sadangkan tujuannya yaitu meliputi dua poin, yang pertama
memenuhi, menjamin, dan melindungi hak anak melalui Sekolah Ramah Anak.
41
Jalan;
42
f. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan Mutu dan Gizi
Pangan;
Penyelenggaraan Pendidikan;
Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan Memiliki
Layak Anak;
Layak Anak;
utama dalam semua keputusan dan tindakan yang diambil oleh pengelola dan
pendidikan.
44
a. Persiapan
anak.
untuk membentuk Tim Pelaksana SRA (bagi satuan pendidikan yang telah
memiliki Tim antara lain Tim Pelaksana UKS dan/atau Adiwiyata untuk
evaluasi SRA.
b. Perencanaan
sudah ada, seperti Usaha Kesehatan Sekolah, Pangan Jajanan Anak Sekolah,
c. Pelaksanaan
sekolah yang menerapkan program SRA dan merupakan sekolah yang peneliti
pilih untuk menjadi lokasi penelitian. SDN 3 Panggungrejo berada di jalan CPM
Sekolah ini resmi berdiri pada tahun 1984 dengan akreditasi C dan saat ini
April 2017 tercatat 180 siswa yang terbagi atas 96 siswa laki-laki dan 84 siswa
46
meliputi 4 orang guru laki-laki dan 2 orang guru perempuan. Selain tenaga
pengajar yang telah berstatus PNS, terdapat juga tenaga pengajar non PNS atau
honorer yaitu 2 orang guru laki-laki dan 1 orang guru perempuan. Kemudian di
Lampung Mengajar sebanyak 2 orang guru perempuan dan 1 orang guru laki-
Fasilitas gedung yang dimiliki oleh SDN 3 Panggungrejo meliputi, 1 unit kantor
guru, 6 unit ruang kelas, 1 unit gedung perpustakaan, 1 unit ruang UKS, 1 unit
ruang mushola, 1 unitgudang, dan 9 unit toilet. Luas lahan yang dimiliki sekolah
yaitu 4.700 meter persegi yang digunakan sebagai lahan gedung dan lahan
pertanian sebagai media belajar siswa. Sarana dan prasarana pendukung lainnya
yang dimiliki sekolah yaitu keran cuci tangan, sumur bor, kantin, dan tempat
pembuangan sampah.
Visi dari SDN 3 Panggungrejo yaitu menuju sekolah adiwiyata dan ramah anak
berbasis agrowisata. Visi tersebut tentunya harus didukung dengan misi yang
baik, dalam mewujudkan visi, SDN 3 Panggungrejo memiliki 7 misi utama yaitu
yang pertama membiasakan warga sekolah agar disiplin, sopan, santun, ramah
dalam bersikap dan berperilaku. Kedua, membiasakan warga sekolah untuk hidup
sehat dengan membangun lingkungan yang bersih, indah, rapi, rindang, agamis,
aman dan nyaman. Ketiga, menyediakan air bersih yang cukup. Keempat,
bermakna dan bermutu bagi siswa. Keenam, meningkatkan prestasi akademik dan
non akademik peserta didik. Ketujuh, berupaya mewejudkan sekolah yang peduli
bertanggungjawab.
aman dan nyaman bagi peserta didik, pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai
sarana pembelajaran bagi peserta didik dan meningkatnya mutu sekolah dan
kinerja guru sebagai teladan bagi peserta didik secara berkelanjutan. Dengan
target sekolah yaitu menjadi sekolah percontohan di tingkat regional pada tahun
kurikulum KTSP 2006 dan metode Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif,
dilakukan mulai pukul 07:30 WIB sampai dengan pukul 12:00 WIB. Kegiatan
Pengelolaan pada aspek sikap bagi warga sekolah dituangkan dalam suatu aturan
atau tatatertib yang dibuat dan disepakati bersama. Tatatertib ini dirancang khusus
tanpa memuat satupun kata “dilarang”. Hal ini berdasarkan pemikiran bahwa
mendidik anak tidak harus dilakukan dengan cara “melarang” mereka berbuat
48
salah. Prinsipnya: Anak boleh saja melakukan kesalahan, tetapi yang paling
penting adalah mereka sudah berusaha untuk tidak berbuat salah, dan itu harus
dihargai. Inilah pembelajaran yang akan diperoleh melalui penerapan tatatertib ini.
Pringsewu Lampung. NGO ini resmi berdiri pada tanggal 18 Juni 2007, secara
kehidupan anak dan masyarakat yang saling menghormati, mencintai serta penuh
penghormatan terhadap hak-hak anak. Selain dari pada itu juga semakin
mandiri berbasis pada nilai-nilai kehidupan yang luhur. Kemudian misinya yaitu
Berawi SH. Nomor 24 tanggal 18 Juni 2007, Akte Perubahan Anggaran Dasar
Notaris: M. Reza Berawi SH. Nomor 03 tanggal 04 Januari 2008, Akte Perubahan
49
Anggaran Dasar Notaris: M. Reza Berawi SH. Nomor 197 tanggal 17 Juni 2013,
Surat Tanda Pendaftaran pada Kantor Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan
pada Direktorat Jenderal Pajak Kantor Pelayanan Pajak Bandar Lampung dengan
Surat Tanda Pendaftaran Yayasan/ Badan Sosial pada Kantor Dinas Kesejahteraan
037/REK-LKSA/LKKS/V/2013.
Program SRA telah tertuang di profil L-PAMAS dan menjadi program jangka
ramah anak. Selain itu program SSRA ini juga didukung dengan program jangka
terhadap anak.
yang di canangkan oleh presiden RI pada tanggal 23 juli 1998, maka dibentuklah
50
lembaga perlindungan anak indonesia dengan SK MENSOS NO. 81/ HUK /1998
Fungsi LPA Pringsewu yaitu antara lain mempengaruhi pembuat keputusan dan
praktisi untuk mengambil tanggung jawab yang lebih besar terhadap hak-hak
meningkatkan kesadaran hak anak pada anak dan orang dewasa, mengupayakan
semaksimal mungkin agar anak mempunyai cara yang efektif untuk membela diri
ketika haknya dilanggar. LPA juga memiliki tugas tersendiri, tugas LPA yaitu
Visi LPA Kabupaten Pringsewu sebagai lembaga yang fokus dengan hak-hak
anak indonesia, terbangunya kesadaran bahwa demi anak selamatkan bangsa, dan
demi bangsa selamatkan NKRI. Kemudian misinya terdiri dari 3 poin yaitu
pada anak agar terpenuhi akan hak-haknya. Kedua, membangun jejaring gerakan
terhadap anak. Dan yang ketiga, membangun kesadaran bahwa demi anak
Landasan hukum LPA yaitu Konvensi PBB: Tentang Hak Anak / Konvensi Hak
diresmikan pada tanggal 3 April 2009 dengan luas wilayah 534,30 km² dan
terletak pada 1040 421 011 – 1050 81 011 Bujur Timur serta 5081011 - 6081011 Lintang
Selatan dengan batas sebelah Utara Kabupaten Lampung Tengah, sebelah Selatan
Luas wilayah Kabupaten Pringsewu terbagi dalam tiga kategori, yaitu dataran
Tabel 3. Luas Daerah, Jumlah Kecamatan, Desa dan Penduduk Menurut Kecamatan
No. Kecamatan Luas (km2) Jumlah Jumlah
Desa Penduduk
1. PRINGSEWU 44,34 13 72,661
2. GADINGREJO 52,17 23 70,486
3. PAGELARAN 105,30 22 42,238
4. SUKOHARJO 63,98 15 48,660
5. PARDASUKA 90,49 15 34,729
6. ADILUWIH 56,21 13 35,218
7. AMBARAWA 24,76 8 35,328
8. BANYUMAS 32,30 8 21,669
9. PAGELARAN UTARA 69,75 11 25,119
Kabupaten Pringsewu 539,30 128 386,108
Sumber : BPS Kabupaten Pringsewu, 2016
Desa Panggungrejo memiliki luas wilayah 338 Hektar dengan jumlah penduduk
2.050 jiwa, yang terdiri dari laki-laki berjumlah 1.031 jiwa, dan perempuan
Mataram, sebelah Timur berbatasan dengan Desa Roworejo, dan sebelah Barat
Jarak yang harus ditempuh dari pusat pemerintahan menuju desa Panggungrejo
kabupaten berjarak 5km, dan dari pusat pemerintahan provinsi berjarak 57km.
Mata pencaharian penduduk didominasi dengan petani dan buruh dengan jumlah
Sarana dan prasarana yang dimiliki desa Panggungrejo antara lain yaitu sarana
peribadatan dengan kuantitas tiga buah masjid, lima buah mushola, satu buah
gereja, dan satu buah pura. Sarana pendidikan yaitu dua buah TK, tiga buah SD,
dua buah TPA, satu buah pondok pesantren, dan satu buah SMP. Sedangkan
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
dapat diambil kesimpulan bahwa implementasi program program SRA ini telah
mengenai SRA kepada sekolah dan pemerintah desa sudah berjalan baik. Serta
Kabupaten Pringsewu, dan LPA. Jika dilihat dari tugas, dalam implementasi
program SRA tugas dari organisasi dan pihak yang terlibat sudah dijalankan
sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dan selaras dengan tujuan dari
program SRA yang tercantum dalam Permen PPPA No.8 Tahun 2014 Tentang
Kontroling yang dilakukan juga telah memenuhi standar yang tercantum pada
yang bersifat mengikat telah berjalan dengan baik. Kemudian, kontrol terhadap
masih tinggi, dan pihak L-PAMAS maupun pihak sekolah belum menemukan
metode dan solusi guna menurunkan tingkat kekerasan di SRA. Semua bentuk
faktor lainnya yaitu minimnya dana dalam pembangunan sarana dan prasarana
sekolah. Serta akses transportasi yang masih buruk untuk mencapai SDN 3
Panggungrejo.
B. Saran
usia anak kekerasan yang sering terjadi di sekolah dianggap wajar karena anak
masih dalam fase pertumbuhan dan kekerasan fisik juga dianggap sudah
Buku:
Syafiie, Inu K. 2006. Ilmu Administrasi Publik. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Sumberlainnya:
http://bankdata.kpai.go.id/tabulasi-data/data-kasus-per-tahun/data-kasus-
berdasarkan-klaster-perlindungan-anak-2011-2016 (diakses pada 6 Januari
2017 pukul 15:23).
Intruksi Presiden No. 5 Tahun 2014 tentang Gerakan Nasional Anti kejahatan
Seksual terhadap Anak.