"Beut Ba'Da Magrib" Suatu Pembiasaan Bagi Anak-Anak Belajar Al-Qur'An
"Beut Ba'Da Magrib" Suatu Pembiasaan Bagi Anak-Anak Belajar Al-Qur'An
"Beut Ba'Da Magrib" Suatu Pembiasaan Bagi Anak-Anak Belajar Al-Qur'An
Abstract
Teaching the Qur'an for early childhood is a shared responsibility between
family, school and society. Because with the Teaching of the Qur'an, a person
will have knowledge of an insight into the Qur'an. And the beginning of the
teaching starts from early childhood or from birth because early childhood
education is basically centered on the needs of children, namely education
based on interests, needs, and abilities of the child. Therefore, the role of
educators is very important, and educators must be able to facilitate children's
activities with diverse materials. It has become a tradition from generation to
generation in the village of Diwai Makam Gampong Lambaroskep, Subdistrict
of Kuta Alam, Banda Aceh, carrying out Beut al-Qur'an Ba’da Magrib and
ending when the Isha prayer in congregation. The implementation is centered
on a tengku house (teacher of the Koran). The participants are children of
primary school age or children aged 5 to 12 years. In its development the
habituation of the obligatory Beut al-Qur'an ba’da Maghrib is influenced by
several elements, including the interests of children, encouragement and
supervision of parents, peer influence, and also the social environment around.
Keyword: beut ba'da maghrib; pembiasaan; anak; al-Qur'an
Pendahuluan
Bagi Masyarakat Dusun Diwai Makam Gampong Lambaroskep Kecamatan
Kuta Alam Kota Banda Aceh Beut al-Qur‟an Ba‟da Magrib sudah menjadi tradisi
dari generasi ke generasi dan dilaksanakan setiap selesai shalat Magrib
berjamaah dan berakhir saat shalat isya berjamaah. Pelaksanaannya dipusatkan
di rumah tengku (guru ngaji). Pesertanya adalah anak usia sekolah dasar atau
anak usia 5 hingga 12 tahun. Beut al-Qur‟an Ba‟da Magrib bertujuan untuk
menunaikan perintah Allah tentang Iqra‟ dalam surat al-„alaq 1-5. Selain belajar
membaca al-Qur‟an, Beut al-Qur‟an Ba‟da Magrib di Dusun Diwai Makam juga
95
TAKAMMUL: Jurnal Studi Gender dan Islam serta Perlindungan Anak
Volume 6 Nomor 1 Januari-Juni 2017
96
TAKAMMUL: Jurnal Studi Gender dan Islam serta Perlindungan Anak
Volume 6 Nomor 1 Januari-Juni 2017
Pembahasan
1. Landasan Belajar Al-Qur‟an pada Anak Usia Dini
Pengajaran Al-Qur‟an bagi anak usia dini merupakan tanggung jawab
bersama antar keluarga, sekolah, dan masyarakat. Karena dengan adanya
Pengajaran Al-Qur‟an maka seseorang itu akan mempunyai pengetahuan tentang
suatu wawasan Al-Qur‟an. Dan awal pengajaran itu di mulai sejak anak usia dini
atau sejak lahir karena pendidikan usia dini pada dasarnya berpusat pada
_____________
2
Ahmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan ,(yogyakarta :Aditiya Media ,1992)
hal 22
97
TAKAMMUL: Jurnal Studi Gender dan Islam serta Perlindungan Anak
Volume 6 Nomor 1 Januari-Juni 2017
_____________
3
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, h. 4 .
4
Al-A'zami, M.M., (2005), Sejarah Teks Al-Qur'an dari Wahyu sampai Kompilasi, (terj.),
(Jakarta: Gema Insani Press), h. 13
98
TAKAMMUL: Jurnal Studi Gender dan Islam serta Perlindungan Anak
Volume 6 Nomor 1 Januari-Juni 2017
Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan
berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatNya dan supaya mendapat
pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran. (Shaad: 29)
Kemudian pada ayat lain Allah juga berfirman:
_____________
5
Abû Bakar Muhammad bin Abdullâh (Ibn al-`Arabî), Tafsîr Ahkâm al-Qur’ân, Bairut:
Dâr al-Jail, tt.
99
TAKAMMUL: Jurnal Studi Gender dan Islam serta Perlindungan Anak
Volume 6 Nomor 1 Januari-Juni 2017
dalam shalat. Hadist ini dikeluarkan oleh Ibnu Jarîr, Ibnu Abî Hâtim, al-Baihaqî,
dan Ibnu `Asâkir.6
Mukmin dan mukminah memiliki perhatian terhadap memperbagus
suara, sama saja apakah dia mengetahui tajwid atau tidak. Jika dia mengetahui
hukum tajwid maka hendaknya membaca dengan tajwid. Dan hendaklah
berusaha membaca Al Qur‟an dengan bacaan yang jelas, bacaan yang bagus
dengan membaguskan suaranya, tartil, tidak tergesa-gesa, mengeluarkan huruf
dari tempat keluarnya (makhraj) hingga bacaanya menjadi jelas dan bermanfaat
bagi orang yang mendengarkannya, serta membaca dengan khusyu‟. Karena hal
ini lebih bermanfaat bagi dirinya dan orang yang mendengarkannya.
Dengan demikian membaca Al-Qur‟an merupakan kebutuhan primer
batin kita sebagai umat Islam7 dalam upaya mewujudkan manusia yang beradap
dengan Al-Qur‟an dan berbudaya islami.
2. Hikmah Belajar Al-Qur‟an
Membaca merupakan suatu kegiatan rutin yang telah dilakukan sejak
kanak-kanak. Membaca merupakan perintah Allah swt. Kepada umat manusia
yang tercantum dalam Al-Qur‟an surat Al-„Alaq 1-5:
“Bacalah atas nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah yang paling Pemurah.
Yang mengajar manusia dengan Qalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa
yang tidak diketahuinya.” (Al Alaq: 1-5).”
_____________
6
Abû Laits Nashr bin Muhammad bin Ahmad bin Ibrâhîm as-Samarqandî (w. 375 H),
Tafsîr as-Samarqandî al-Musammâ bi Bahr al-`Ulûm, Bairut: Dâr al-Kutub al-`Ilmiyah, 1993, h.
54
Safriadi, S., Darimi, I., & Siswanto, I. (2015). Strategi Pembinaan Religiusitas Anak
7
100
TAKAMMUL: Jurnal Studi Gender dan Islam serta Perlindungan Anak
Volume 6 Nomor 1 Januari-Juni 2017
_____________
8
Muhammad Quraish Shihab,Tafsîr al-Mishbâh, (Jakarta:Lentera Hati, 2006) tt
101
TAKAMMUL: Jurnal Studi Gender dan Islam serta Perlindungan Anak
Volume 6 Nomor 1 Januari-Juni 2017
_____________
9
Imam Muhammad B. 'Ali asy-Syaukani, Fathul Qadir (Fathul Qadir: Al-Jaami‟ Baina
Fanni ar-Riwaayah wa ad-Diraayah min „Ilm at-Tafsiir ), Pustaka Azzam, tt.
Achmad Sunarto dkk. Tarjamah Shahih Bukhari, Jilid I. Asy Syifa`, Semarang. Cetakan
10
102
TAKAMMUL: Jurnal Studi Gender dan Islam serta Perlindungan Anak
Volume 6 Nomor 1 Januari-Juni 2017
103
TAKAMMUL: Jurnal Studi Gender dan Islam serta Perlindungan Anak
Volume 6 Nomor 1 Januari-Juni 2017
dan keadaan. Dengan demikian, dukungan mental dan spritual anak harus
diperhatikan sejak kecil.
Secara sederhana minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan
yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Dorongan yang timbul
dari kesadaran diri akan mudah untuk memperoleh kebutuhan dirinya terhadap
sesuatu. Minat seperti yang dipahami dan dipakai oleh orang selama ini dapat
mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar anak dalam bidang-bidang studi
tertentu. Umpamanya seorang anak yang menaruh minat besar terhadap
matematika akan memusatkan perhatiannya lebih banyak dari pada anak
lainnya. Demikian pada minat anak terhadap membaca Al-Qur‟an. Jika pada
dirinya tertanam keinginan untuk bisa membaca Al-Qur‟an, maka sejak kecil
akan lebih fokus untuk menekuni membaca Al-Qur‟an sampai benar-benar bisa.
Bahkan faktor minat ini akan mempengaruhi terhadap faktor-faktor lainnya.12
b. Dorongan Orang Tua
Faktor lain yang dapat mempengaruhi dalam membaca Al-Qur‟an adalah
orang tua. Keinginan untuk belajar dapat timbul karena ada dorongan orang
lain. Dorongan itu membawa pengaruh positif terhadap anak pada tahap belajar.
Anak belajar memerlukan sentuhan orang tua dengan jalan membimbingnya,
bahkan dapat menghindarkan anak dari perbuatan yang kurang baik.
Orang tua harus mampu mengatakan kepada anak bahwa membaca Al-
Qur‟an adalah kewajiban seorang muslim, karena Al-Qur‟an sebagai kitab
sucinya. Pada kenyataannya anak ada yang mau mengikuti perintah orang tua
dan ada yang tidak. Bahkan mereka seringnya membantah sehingga membaca
Al-Qur‟an mereka kurang baik. Anak yang sering membantah orang tua untuk
membaca Al-Qur‟an, kebanyakan kurang pandai, sedangkan anak yang sering
menuruti perintah orang tua untuk membaca Al-Qur‟an secara terus menerus
13
sangat pandai dalam membaca Al-Qur‟an.
_____________
12
Abdurrahman, Mulyono,Pendidikan Bagi ....., h. 56
13
Abdurrahman, Mulyono,Pendidikan Bagi ....., h. 56
104
TAKAMMUL: Jurnal Studi Gender dan Islam serta Perlindungan Anak
Volume 6 Nomor 1 Januari-Juni 2017
Contoh dan suri tauladan pertama bagi anak adalah orang tua, disini
orang tua menjadi sosok guru dimata anaknya. Orang tua harus memanfaatkan
kesempatan tersebut untuk memberikan contoh dan pelajaran yang baik dan
yang mendukung untuk masa depannya. Lingkungan pertama si anak ini
senantiasa di usahakan kondusif agar hasil dari pengalaman si anak dalam
lingkungan ini akan baik. Berikan pengetahuan Al-Qur‟an bagi anak walaupun
mereka belum mengenal Al-Qur‟an karena tindak lanjut yang kita berikan di
lingkungan anak selanjutnya akan lebih mudah dan terarah.
c. Pengaruh Teman Sebaya
Keberadaan orang lain yang sebaya akan membawa pengaruh terhadap
dirinya. Bisa saja pengaruh itu bersifat positif atau negatif. Bagaimana anak
bermain dan bergaul dengan teman yang setingkat atau sebaya. Kalau teman
sebayanya selalu mengajak kepada hal yang positif biasanya anak yang diajak
akan mengikutinya pada hal yang positif pula. Akan tetapi jika teman sebaya itu
mengajak kepada yang negatif, maka jiwa anak yang diajak akan lebih respek
terhadap hal yang negatif.
Anak yang tidak pandai membaca Al-Qur‟an dan lepas dari pengawasan
orang tua, mereka makan sering nongkrong dan main tidak karuan meskipun
dirumahnya dekat mesjid. Hal itu mereka alami sejak di bangku Sekolah Dasar
sampai setingkat sekolah lanjutan (SMP dan SMA).
Anak yang pandai membaca Al-Qur‟an banyak terdorong oleh teman-
temannya yang sebaya. Pada saat mereka pergi ke tempat pengajian maka
mereka sering pergi bersama-sama. Bahkan orang tua sering mengontrolnya ke
tempat pengajian. 14
Tidak bisa kita pungkiri bahwasanya lingkungan luar si anak
mempengaruhi hampir setengah dari perkembangan anak, teman berpengaruh
besar dalam memotivasinya untuk belajar membaca Al-Qur‟an, dengan demikian
teman yang dipilih juga harus memberikan efek positif bagi anak.
_____________
14
Abdurrahman, Mulyono,Pendidikan Bagi ....., h. 56
105
TAKAMMUL: Jurnal Studi Gender dan Islam serta Perlindungan Anak
Volume 6 Nomor 1 Januari-Juni 2017
Penutup
Membaca al-Qur‟an adalah wajib bagi anak usia dini. Untuk itu
diperlukan kepada pengawasan atau kontrol dari keluarga sekolah dan
masyarakat. Hanya saja pembiasaan dalam membaca al-Qur‟an yang dibiasakan
pada anak usia dini adalah tanggung jawab orang tua dirumah pada fase awal
dan dapat diteruskan pengawasan atau kontrol oleh guru disekolah maupun
masyarakat disekitarnya.
Rujuk pada UUSPN (Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional) bahwa
anak-anak harus dibekali pendidikan sejak dini melalui pembinaan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Dalam perkembangannya pembiasaan terhadap wajib Beut al-Qur‟an
ba‟da Maghrib dipengaruhi oleh beberapa unsur, diantaranya minat anak,
dorongan dan pengawasan orang tua, pengaruh teman sebaya, dan juga
lingkungan sosial yang ada sekitar.
106
TAKAMMUL: Jurnal Studi Gender dan Islam serta Perlindungan Anak
Volume 6 Nomor 1 Januari-Juni 2017
Referensi
107