902 2006 4 PB

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

Jurnal PENA Vol.33 No.

2 Edisi September 2019

PENGARUH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA ANAK


KONDISI AUTISME DENGAN MODALITAS PLAY EXERCISE
(PERCEPTUAL MOTOR PROGRAM) DAN HIDROTERAPI
(BALANCE AND COORDINATION)
DI YPAC SURAKARTA

Tiara Arifadhi1 dan Nur Susanti2


Program Studi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pekalongan;
Fisioterapi YPAC Surakarta
Email: tiaraarifadhi11@gmail.com; susantiimoto@yahoo.co.id;

ABSTRACT

Autism is a condition of clear abnormalities and developmental disorders in social


interactions, communication, and obvious limitations in activity and interest. Autism
physiotherapy itself is a disorder of attention or behavior, sensory disorders, primitive reflex
disorders, muscle strength disorders and functional activity disorders standing and walking. In this
case, the intervention technology chosen to overcome the above problems using Play Exercise
(Perceptual motor program) and Hydrotherapy (Balance and Coordination). This research was
conducted at YPAC Surakarta with descriptive analytic research design. The subjects of this study
were patients with autism condition will be given physiotherapy intervention by Play Exercise
method (Perceptual motor program) and Hydrotherapy (Balance and Coordination). Data
collection method of data analysis using heteroanamnesis interview method The research
instrument consists of DSM-IV examination, primitive reflex examination, muscle strength
examination and functional activity examination The research design used was case study design.
Based on the therapy that has been done, the following results were obtained: Decrease of
attention / behavioral disorder in the field of social interaction, T4 = 3 symptoms; sensory increase
in auditory, propioseptive, and vestibular T4 = 3, 2, 2; decreased primitive reflexes of supine,
prone and sitting equlibrium reaction; increased muscle strength of lower limbs and trunk;
Increased functional activity is up and running.

Keywords: Autism, Play Exercise, Hydrotherapy

PENDAHULUAN
Proses tumbuh kembang keterampilan dalam struktur fungsi
dialami seorang anak dimulai dari tubuh yang lebih kompleks dalam
masa kehamilan sang ibu, masa pola yang teratur dan dapat
kelahiran, masa bayi dan masa balita. diramalkan, sebagai hasil proses
Tumbuh kembang merupakan pematangan (Moonik dkk, 2015).
gabungan dua kata yang mencakup Anak merupakan sebuah
peristiwa dengan sifat yang berbeda anugrah yang besar bagi orang
namun saling berkaitan dan sukar tuanya. Keberadaannya sangat
untuk dipisahkan yaitu pertumbuhan diharapkan dan ditunggu serta
dan perkembangan (Shodiq, 2015). disambut dengan bahagia. Semua
Perkembangan adalah orang tua mengharapkan memiliki
bertambahnya kemampuan dan anak yang sehat, membanggakan dan

53
Jurnal PENA Vol.33 No.2 Edisi September 2019

sempurna, akan tetapi terkadang Modalitas fisioterapi yang


kenyataan yang tidak terjadi tidak digunakan pada kasus autisme adalah
sesuai dengan keinginan. Sebagian Play exercise atau terapi bermain,
orang mendapatkan anak yang hidroterapi atau terapi aquatic, terapi
diinginkannya dan sebagian lagi menari, terapi rekreasi dan
tidak. Beberapa diantaranya hippotherapy (terapi menunggang
memiliki anak dengan kebutuhan – kuda) merupakan beberapa modalitas
kebutuhan khusus, seperti autisme. yang digunakan fisioterapi untuk
Gangguan Autisme atau Autism pengembang fisik dan keterlibatan
Spectrum Disorder (ASD) sosial (Rachel, 2014). Dalam kondisi
merupakan kecacatan perkembangan Autisme ini menggunakan modalitas
yang mengakibatkan tantangan Play Exercise (Perceptual motor
sosial, komunukasi dan perilaku. program) dan Hidroterapi (Balance
Gejala akan terjadi pada anak usia And Coordination).
dini dan akan berlanjut sepanjang Terapi bermain ini merupakan
usia (AFTA, 2015). pemanfaatan pola permainan sebagai
Menurut Handojo (2008:12) media yang efektif melalui
(dalam Bektiningsih 2009) autis kebebasan eksplorasi dan ekspresi
berasal dari bahasa Yunani yaitu diri. Bermain merupakan bagian
“auto” yang artinya sendiri. masa kanak-kanak yang merupakan
Penyandang autisme seakan-akan media untuk memfasilitasi ekspresi
hidup di dunianya sendiri. Autis bahasa, ketrampilan komunikasi,
diartikan sebagai keadaan yang perkembangan emosi, keterampilan
dikuasai oleh kecenderungan pikiran sosial, keterampilan pengambilan
atau perilaku yang berpusat pada diri keputusan dan perkembangan
sendiri. Sedangkan Early infantile kognitif pada anak-anak
diartikan sebagai berat dalam (Puspaningrum, 2010).
komunikasi dan tingkah laku dan Perceptual motor program
biasanya dimulai sejak lahir, khas merupakan proses pencapaian
dengan keasyikan pada diri sendiri, ketrampilan dan kemampuan
penolakan berat dari diri hubungan fungsional menggunakan input
dengan orang lain, termasuk tokoh sensori, integrasi sensori, interpretasi
ibu. Keinginan untuk hal – hal yang motorik, aktivitas gerak dan umpan
sama preokupasi dengan obyek – balik
obyek yang tidak bersenyawa dan (Gallahue 2002 dalam Maryatun,
gangguan perkembangan bahasa. 2012).
Problematika yang ditemui Hidroterapi adalah latihan yang
pada kondisi autisme adalah adanya terbaik untuk pasien autisme dan
gangguan atensi pada visual dalam disfungsi integrasi sensori. Anak-
bidang interaksi sosial, komunikasi anak pada umumnya menyukai
sosial dan imaginasi berfikir aktivitas yang dilakukan di dalam air
fleksibel dan bermain imaginative, dan dapat meningkatkan hubungan
gangguan sensoris, gangguan reflek, sosial yang normal. Integrasi sensori
gangguan penurunan kekuatan otot, membuat penderita merasa tertantang
dan gangguan aktivitas fungsional untuk mempelajari aktivitas yang
berdiri dan berjalan. pada mulanya di luar kemampuan

54
Jurnal PENA Vol.33 No.2 Edisi September 2019

mereka. Seorang guru harus turun


tangan dan terlibat secara agresif
dalam mengontrol situasi yang ada.
Jika penderita autisme sudah
menunjukkan kemampuan yang baik
dalam menggerakkan badan di air
atau sudah mempercayakan dirinya
kepada pelampung maka jumlah
pelampung secara bertahap akan
dikurangi (Puspaningrum, 2010).
Hidroterapi dengan metode Gambar 1. Play Exercise
Balance and Coordination dapat (Perceptual motor program)
meningkatkan keseimbangan, Menggunakan Bola
menambah lingkup gerak, (Dokumentasi, Pribadi)
meningkatkan kekuatan otot pada Jenis latihan atau teknik dari
anggota gerak atas dan bawah, Hidroterapi (Balance And
memperbaiki postur tubuh dan Coordination) non locomotor dan
memperbaiki control dari pernapasan locomotor. Non Locomotor pada
(Margaret, 1998). jenis ini pasien dilatih untuk berdiri
Pada kondisi Autisme ini di air dengan tubuh di sandarkan
Terapi bermain bertujuan agar anak - pada dinding pinggir kolam dengan
anak autisme selalu memiliki sikap tetap menjaga keseimbangannya.
yang riang dan gembira terutama Fungsi dari metode ini adalah untuk
dalam kebersamannya dengan teman meningkatkan keseimbangan pasien
– teman sebayanya. Hal ini sangat dan meningkatkan aktivitas
berguna untuk membantu anak fungsional berdiri pasien (Margaret,
autisme dapat bersosialisasi dengan 1998).
anak-anak yang lainnya (Suteja, Locomotor Pada jenis ini
2014). pasien dilatih untuk berjalan di
Jenis latihan atau teknik dari dalam kolam dengan tetap menjaga
Play Exercise (Perceptual motor keseimbangannya. Fungsi dari
program) menggunakan media bola. metode ini adalah untuk
Pada jenis latihan ini menggunakan meningkatkan keseimbangan pasien,
media bola untuk meningkatkan meningkatkan aktivitas fungsional
Atensi atau kontak mata, motorik berjalan pasien.
halus dan motorik kasar dan
komunikasi anak autisme, dengan
anak diminta untuk memegang dan
melempar bola yang berada di
depannya.

Gambar 2. Hidroterapi

55
Jurnal PENA Vol.33 No.2 Edisi September 2019

Menggunakan grup otot ekstensor pada trunk pada


Metode Balance and Coordination anak dengan kondisi autisme; (5)
(Non Locomotor) Mengetahui Hidroterapi (Balance
(Dokumentasi, Pribadi) and Coordination) dapat
meningkatkan aktifitas fungsional
berdiri dan berjalan pada anak
dengan kondisi autisme

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan
metode deskriptif analitik yang
bertujuan untuk mengetahui
assessment dan perubahan yang
dapat diketahui dalam penelitian
Gambar 3. Hidroterapi tersebut. Rancangan penelitian yang
Menggunakan digunakan adalah rancangan studi
Metode Balance and Coordination kasus (Moleong, 2010).
(Locomotor) Kasus penelitian ini di
(Dokumentasi Pribadi) dilakukan di YPAC Surakarta.
Tujuan umum dalam penelitian Subjek penelitian sebagai informan
ini adalah Mengetahui manfaat yang artinya orang pada latar
Penatalaksanaan Fisioterapi Pada penelitian yang dimanfaatkan untuk
Anak Kondisi Autisme Dengan memberikan informasi tentang
Modalitas Play Exercize (Perceptual situasi dan kondisi latar penelitian
motor program) Dan Hidroterapi (Moleong, 2010). Subjek penelitian
(Balance and Coordination). ini adalah anak dengan kondisi
Tujuan khusus dalam Autisme yang akan diberikan
penelitian ini adalah untuk : (1) intervensi fisioterapi dengan
Mengetahui pemberian Play Exercise menggunakan modalitas Play
(Perceptual motor program) Dan Exercize (Perceptual motor
Hidroterapi (Balance and program) dan Hidroterapi (Balance
Coordination) dapat mengurangi and Coordination).
gangguan Atensi / perilaku Pada Rancangan dalam penelitian ini
Anak Dengan Kondisi Autisme; (2) adalah rancangan studi kasus.
Mengetahui pemberian Play Exercise Variabel diartikan sebagai konsep
(Perceptual motor program) dapat yang mempengaruhi variabilitas.
mengurangi gangguan sensoris pada Sedangkan konsep sendiri secara
anak dengan kondisi autisme; (3) sederhana dapat diberikan pengertian
Mengetahui pemberian Play exercise sebagai gambaran dari suatu
(Perceptual motor program) dapat fenomena tertentu. Ada dua macam
mengurangi gangguan reflek pada variabel yaitu : Variabel dependen
anak dengan kondisi autisme; (4) (yang dipengaruhi) dalam penelitian
Mengetahui pemberian Hidroterapi ini adalah anak kondisi Autisme
(Balance and Coordination) dapat dengan gangguan berupa gangguan
meningkatkan kekuatan otot pada Atensi, Sensoris, reflek, penurunan
grup otot fleksor anggota gerak dan kekuatan otot dan gangguan aktifitas

56
Jurnal PENA Vol.33 No.2 Edisi September 2019

fungsional berdiri dan berjalan; anak untuk menanggapi atau


Variabel independen (variabel yang merespon stimulus yang diberikan
mempengaruhi ) dalam penelitian ini orang lain. Anak dengan gangguan
adalah Play Exercise (Perceptual atensi juga enggan untuk berinteraksi
motor program) dan Hidroterapi dengan anak - anak sebayanya
(Balance and Coordination). bahkan seringkali merasa terganggu
dengan kehadiran orang lain
Desain penelitian digambarkan disekitarnya, tidak dapat bermain
sebagai berikut. bersama anak lainnya dan lebih
senang hidup menyendiri (Suteja,
X Y 2014).
Pemeriksaan atensi
menggunakan blangko DSM-IV
(Diagnostic and Statistical Manual
Z of Mental Disorders IV) yang terdiri
dari pemeriksaan perilaku, interaksi
Keterangan : sosial, komunikasi dan Imaginasi
berfikir fleksibel dan bermain
X : Keadaan pasien sebelum
imaginative yang masing – masing
diberikan program fisioterapi
pemeriksaan memiliki sub bab gejala
Y : Keadaan pasien setelah – gejala. Keterangan dari blangko
diberikan program fisioterapi DSM – IV yaitu :
V = ada gejala
Z : Program fisioterapi X = tidak ada gejala
Permasalahan yang timbul Sensoris
sebelum menjalani program terapi Sensoris berperan penting
adalah gangguan atensi pada visual dalam menghantarkan informasi ke
dalam bidang interaksi sosial, sistem saraf pusat mengenai
komunikasi sosial dan imaginasi lingkungan sekitarnya. Sensoris
berfikir fleksibel dan bermain merupakan kemampuan untuk
imaginative, gangguan sensoris, menerima suatu rangsangan yang
gangguan reflek, gangguan terdiri dari : Visual atau penglihatan,
penurunan kekuatan otot, dan Auditori atau pendengaran, Taste
gangguan aktivitas fungsional berdiri atau kesadaran, Touch atau
dan berjalan. Orang tua pasien sentuhan, Taktile atau respon
membawa pasien ke YPAC tekanan, Smell atau kemampuan
Surakarta untuk menjalani terapi. mencium, Proprioceptive atau
Instrumen penelitian dalam pengenalan sendi, Vestibular atau
penelitian ini sebagai berikut : keseimbangan (Suteja, 1996). Alat
Atensi ukurnya menggunakan blangko
Atensi yaitu kemampuan pemeriksaan sensoris.
seorang anak untuk menanggapi atau Pemeriksaan sensoris
merespon stimulus yang diberikan dilakukan menggunakan blangko
orang lain (Suteja, 2014). Gangguan sensoris dengan keterangan nilai :
Atensi yaitu keengganan seorang

57
Jurnal PENA Vol.33 No.2 Edisi September 2019

1 = mengenal kontraksi. T adalah terdapat


2 = membedakan kontraksi otot tapi setengah melawan
3 = mengasosiasi gravitasi R adalah terdapat reflek

Reflek Aktivitas Fungsional


Pada masa bayi terlihat Pemeriksaan aktivitas
gerakan-gerakan spontan yang fungsional dilakukan dengan
disebut reflek. Reflek adalah menyesuaikan kemampuan pasien.
gerakan-gerakan bayi yang bersifat Pemeriksaan ini dilakukan untuk
otomatis dan tidak terkoordinir mengetahui seberapa besar tingkat
sebagai reaksi terhadap rangsangan kemandirian pasien, apakah pasien
tertentu serta member bayi respon dapat melakukan aktivitas sehari-
penyesuaian diri terhadap harinya secara mandiri, dibantu
lingkungannya. sebagian atau sepenuhnya. Untuk
Reflek terbagi menjadi dua melakukan pemeriksaan ini dapat
jenis yaitu reflek survival dan reflek digunakan Gross Motor Function
primitive. Reflek survival adalah Measurement (GMFM) (Nugraheni,
reflek yang secara nyata berguna 2012).
untuk memenuhi kebutuhan fisik Gross Motor Function
bayi, terutama dalam menyesuaikan Measurement (GMFM) adalah
diri dengan lingkungan barunya. parameter yng sudah distandarisasi
Sedangkan Reflek primitif untuk melakukan pengamatan yang
merupakan gerakan reflek motorik didesain dan disahkan dalaam
yang bangkit secara fisiologik pada mengukur fungsi motorik pada anak.
bayi dan tidak dijumpai lagi pada Scoring key sebagai petunjuk umum
anak - anak yang sudah besar. dalam pengukuran tersebut. Tetapi,
Bilamana pada orang dewasa sebagian besar item mengandung
reflek terebut masih dapat gambar yang khusus ntuk setiap
ditimbulkan maka fenomena itu score. Petunjuk ini digunakan secara
menandakan kemunduran fungsi manual untuk menulai tiap item
susunan saraf pusat. Pemeriksaan (Nugraheni, 2012).
reflek menggunakan blanko reflek. Parameter pemeriksaan
Sepanjang bulan pertama kehidupan aktivitas fungsional pada kasus anak
bayi, kebanyakan reflek menghilang menggunakan GMFM dengan
atau menyatukan dengan gerakan kriteria penilaiannya scoring key
yang relatif disengaja atau penuh arti sebagai berikut :
(Desmita, 2005). 0 = tidak memiliki inisiatif
1 = inisiatif
Kekuatan Otot 2 = sebagian dilengkapi
Kekuatan otot adalah 3 = dilengkapi
Kemampuan otot menghasilkan
Teknik Pengumpulan Data
tegangan dan tenaga selama usaha
Pemeriksaan Fisik
maksimal baik secara dinamis
Pemeriksaan fisik bertujuan
maupun secaca statis. Kriteria
untuk mengetahui keadaan fisik
penilaianya yaitu X adalah kekuatan
pasien. Pemeriksaa ini terdiri atas
otot normal. O adalah tidak ada
pemeriksaan vital sign, inspeksi,

58
Jurnal PENA Vol.33 No.2 Edisi September 2019

palpasi, auskultasi, pemeriksaan Sesuai dengan pernyataan


gerak dasar, pemeriksaan spesifik, Keparth (1967) bahwa metode
dan lingkungan aktivitas. Metode ini Perceptual motor program adalah
digunakan untuk pengumpulan data metode yang memilki tujuan untuk
dengan cara Tanya jawab antara meningkatkan ketrampilan motorik,
fisioterapis dengan orang tua pasien mengembangkan ketrampilan
(Heteroanamnesis). persepsi dalam bentuk dan
Metode interview yang meningkatkan keseimbangan sikap
digunakan pada penelitian ini, tubuh. Perceptual motor program
peneliti melakukan interview dengan yang memiliki tujuan untuk mampu
orang tua pasien (ibu) pasien. meningkatkan ketrampilan motorik
Observasi dilakukan untuk dan mengembangkan ketrampilan
mengetahui perkembangan pasien persepsi.
saat diterapi.
Grafik 2. Evaluasi Sensoris
HASIL DAN PEMBAHASAN
Grafik 1. Gangguan Atensi 4
3
2
4 1 T1
0 T4
2 T
1
0 T
BidangBidangBidang
1 2 3
2
Pemeriksaan sensoris terdiri
dari input dan output sense. Yang
terdiri dari input sense adalah visual,
Pada pemeriksaan gangguan
auditory, touch, smell dan taste.
atensi terdiri dari tiga bidang yaitu
Sedangkan out sense adalah. Taktile,
bidang interaksi sosial, komunikasi
propioseptive dan vestibular.
sosial dan imaginasi berfikir,
Dimisalkan nilai 3 adalah mampu
fleksibel dan bermain imaginatif.
mengasosiasi, nilai 2 adalah mampu
Pada grafik hasil evaluasi gangguan
membedakan dan nilai 1 mampu
atensi pada An. H dengan kondisi
mengenal.
autisme di YPAC Surakarta
didapatkan hasil bahwa pada T1 Pada hasil evaluasi sensoris
gangguan atensi yang terganggu pada An H dengan kondisi autisme
mencakup semua bidang namun, di YPAC Suarakarta didapatkan hasil
pada bidang interaksi sosial lebih bahwa pada T1 terdapat gangguan
dominan dari pada bidang antara lain pada visual, auditory,
komunikasi sosial dan imajinasi touch, smell, taktile, taste,
berfikir fleksibel dan bermain propioseptive dan vestibular.
imaginative. Sedangkan pada T4 Sedangkan pada T4 sensoris yang
terdapat penurunan sehingga ketiga terganggu adalah visual, touch,
bidang tersebut sama mengalami 3 smell, taktile, taste. Pada sensoris
gejala gangguan. auditory pasien mengalami
peningkatan yang sebelumnya hanya

59
Jurnal PENA Vol.33 No.2 Edisi September 2019

mampu membedakan sekarang sudah Midbrain terdiri dari Neck righting,


mampu mengasosiasi. Pada sensoris Body righting reaction on the head,
propioseptive dan vestibular juga labyrine righting reaction on the
mengalami peningkatan yang head, Optical righting reaction.
sebelumnya hanya mampu mengenal Pada level Cortical terdiri dari
sekarang sudah mampu Equilibrium reaction supine,
membedakan. Equilibrium reaction prone,
Sesuai dengan pernyataan Equilibrium reaction siting,
Piaget (1952) bahwa peningkatan Equilibrium reaction standing. Dan
sensoris berawal dari sebuah persepsi pada level reflek lain terdiri dari
yang ditimbulkan dari proses moro, Landau, Gallant, Sucking,
motorik, dan tertanam pada otak dan Rooting, dan graps hand.
dijadikan memory. Menurut Kephart Dimisalkan nilai 3 adalah
pula bahwa metode Perceptual reflek yang kadang muncul kadang
motor program memiliki tujuan tidak, nilai 2 adalah reflek yang
mengembangkan persepsi. Sehingga sudah muncul dan nilai 1 adalah
dari pengembangan persepsi akan reflek yang belum muncul.
menimbulkan proses motorik yang Pada hasil evaluasi reflek pada
menjadikan peningkatan sensoris. An. H dengan kondisi autisme di
YPAC Suarakarta didapatkan hasil
Grafik 3. Evaluasi Reflek bahwa pada T1 level reflek dari
pasien setara dengan level Midbrain.
Grapsing… Sedangkan pada T6 tetap setara
Gallant dengan level midbrain, namun ada
Equilibriu… perubahan dari reflek ATNR, STNR,
Equilibriu… T4 equilibrium supine, prone dan sitting
Body… menjadi ± atau dalam arti kadanag
T1 muncul kadang tidak.
Supportin…
ATNR Sesuai dengan pernyataan
Fleksor… Kephart (1967) bahwa metode
0 2 4 Perceptual motor program
merupakan metode yang memilki
Pemeriksaan reflek terbagi tujuan untuk meningkatkan
berdasarkan level spinal, brainstem, ketrampilan motorik, meminimalkan
midbrain cortical dan reflek lain. reflek primif yang timbul, dan
Masing – masing memiliki jenis meningkatkan kemampuan dari
reflek tersendiri. Pada level spinal pergerakan tubuh, atau body
terdiri dari reflek fleksor with mekanic.
drawel, ekstensor thrust, dan cross
ekstension. Pada level brainstem
terdiri dari reflek Asimetric Tonic
Neck Reflek (ATNR), Simetric
Tonic Neck Reflek (STNR), Tonic
labyrine reaction, Supporting
reaction positive, Supporting
reaction negative. Pada level

60
Jurnal PENA Vol.33 No.2 Edisi September 2019

Grafik 4. Evaluasi Kekuatan Otot Pada pemeriksaan aktivitas


fungsional menggunakan GMFM
Fleksor Trunk terdiri dari 5 dimensi. Dimensi A
(Berbaring dan berguling), Dimensi
Fleksor Ankle
B (Duduk), Dimensi C (Merangkak
Fleksor Knee
dan berlutut), Dimensi D (Berdiri)
Abd Hip dan Dimensi E (Berjalan, Berlari,
Fleksor Hip T4 Melompat).
Fleksor Wrist T1 Pada hasil evaluasi pada An. H
Fleksor Elbow dengan kondisi autisme di YPAC
Abd Shoulder Surakarta didapatkan hasil bahwa T1
Fleksor … dimensi A sebanyak 100%, dimensi
B sebanyak 100%, dimensi C
0 5 sebanyak 16,6 %, dimensi D
sebanyak 23,07% dan Dimensi E
Pada pemeriksaan kekuatan sebanyak 22,2 %. Sedangkan pada
otot dilakukan pada semua regio atau T4 dimensi A sebanyak 100%,
bagian dalam tubuh. Shoulder, Dimensi B 100%, Dimensi C 47,6%,
elbow, wrist, hip, knee, ankle dan Dimensi D 46,4%, dan Dimensi E
trunk. Pemeriksaan dilakukan pada 31,9%.
grup otot fleksor, ekstensor, abduktor
dan adduktor. Dimisalkan nilai 3 = SIMPULAN
X, nilai 2 = T, nilai 1 = R dan nilai 0
= O. Berdasarkan hasil penelitian
Pada hasil evaluasi pada An. H didapatkan simpulan :
dengan kondisi autisme di YPAC
surakarta di dapatkan hasil bahwa T1 1. Adanya penurunan gangguan
terdapat gangguan penurunan atensi / perilaku pada bidang
kekuatan otot pada grup otot Fleksor interaksi sosial, yang sebelumnya
shoulder, Elbow, Wrist, Hip, Knee, mengalami 4 gejala menjadi 3
Ankle dan grup otot ekstensor pada gejala
Trunk. Namun, pada T4 ada 2. Adanya peningkatan sensoris
peningkatan kekuatan otot pada grup pada Auditory, Propioseptive dan
otot anggota gerak bawah dan Vestibular.
Ekstensor trunk. 3. Terdapat penurunan gangguan
Grafik 5. Evaluasi Aktifitas reflek.
Fungsional 4. Terdapat peningkatan kekuatan
otot pada anggota gerak bawah
dan trunk
100%
5. Terdapat peningkatan aktivitas
80%
fungsional pada dimensi C,
60%
40%
dimensi D dan dimensi E.
20%
0% Dimensi Dimensi Dimensi Dimensi Dimensi Score
A B C D E

61
Jurnal PENA Vol.33 No.2 Edisi September 2019

DAFTAR PUSTAKA P.Moonik, H.Hesti Lestari, Wilar


American Physical Therapy Rocky, 2015;Faktor-Faktor
Asosiation; 2015, about Yang Mempengaruhi
Autism Spectrum Disorder- Keterlambatan Perkembangan
MoveForward. Diakses pada Anak Taman Kanak-Kanak;
tanggal 7 Desember 2017 Jurnal e-Clinic (eCl), Volume
didapat dari 3, Nomor 1, Januari-April
http://www.moveforwardpt.co 2015, Manado.
m/symptomsconditionsdetail.as Puspaningrum, Christine. 2010.
px?cid=a6482e7565c6-4c1f- Pusat terapi anak autis.
be36-5f4a847b2042 Yogyakarta
Desmita. 2015. Dalam: Ratnasari, M. Shodiq.Muh.2015;Penatalaksanaan
Delayed Development. 2015 Fisioterapi pada kondisi delay
[Diakses developmental di yayasan
tanggal 14 Desember 2017]. Di pembinaan anak cacat,
dapat dari : Surakarta;
https://makalahtentangduniakes
ehatan.files.wordpress.com/20 Suteja.Jaja.2014.Bentuk dan metode
15/06/makalah-dd.docx terapi terhadap anak autisme
akibat bentukan perilaku sosial.
Margaret, Reid Campion,1998. Cirebon:Jurnal edueksos Vol
Hydrotherapy Principles and III No 1
practice. Perth Western
Autralia : Butterworth Wiliam M. Kephart. 1967.
heinemann. Hal 121 – 127 Developmental perceptual
motor disorders. Autralia.
Mortimer.Rachel,Privopoulus.Melin Autralian Journal Of
da, Kumar.Saravana; 2014; Phyiotherapy avolume17 pages
The effectiveness of 85-95
hydrotherapy in the treatment
of social and behavioral
aspects of children with autism
spectrum disorders: a
systematic review; Journal of
Multidiciplinary Healthcare,
United States.
Moleong, L.J. 2010. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung:
Remaja Rosda Karya.
Notoatmojo S.. 2010. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta.
Rineka Cipta
Nugraheni S.A.2006. Gangguan
Perilaku anak Autis dan
penatalaksanaannya

62

You might also like