Pengaruh Strategi Pembelajaran Dan Motivasi Belaja

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

J u r n a l ANSIRU PAI V o l. 2 N o. 2.

Juli – Desember 2 0 1 8 74

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN DAN MOTIVASI BELAJAR


TERHADAP HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA
SEKOLAH DASAR NEGERI 1 BIREM KABUPATEN ACEH TIMUR

Husniah
Penulis adalah Guru Sekolah Dasar Negeri 1 Birem Kabupaten Aceh Timur

Abstract
The objectives of this research were to find out: (1) the different effect between
inductive and deductive instructional strategy toward Islamic Education achievement,
(2) the difference of the Islamic Education achievement between student with high
learning motivation and low learning motivation, and (3) the interaction between
instructional strategy and learning motivation toward Islamic Education achievement.
The population of this research was all students of Grade V V SDN 1 Birem consisting
of two classes. The sampling technique applied was cluster random sampling taught
with inductive instructional strategy and the students taught with deductive
instructional strategy. The instrument used to measure the Islamic Education
achievement was a multiple choice test. The instrument used to measure the students’
learning motivation was questionnaire. The normality test used Liliefors and the
homogeneity test was Fisher test and Bartlett test. The data analysis technique was
Analysis of Variance with two-way at the level of significance  = 0,05 followed by
Scheffe test. The research findings were: (1) on average the students’ Islamic
Education achievement taught with inductive instructional strategy was X = 28.14
which was higher than the average the students’ Islamic Education achievement
taught with deductive instructional strategy, which was X = 27.07 with F count = 35.08
> Ftable = 3.96, (2) on average the student’ Islamic Education achievement with high
learning motivatione was X = 29.91, which was higher than the student’ Islamic
Education achievement with low learning motivation was X = 26.05 with F count = 4.28
> F table = 3.96, and (3) there was an interaction between instructional strategy and
learning motivation toward Islamic Education achievement with F count = 9,94 > F
table= 3.96.

Kata kunci: Stategi Belajar, Motivasi Belajar, Hasil Belajar PAI

PENDAHULUAN
Guru sebagai seorang desainer dalam pembelajaran berperan dalam
menentukan berhasil tidaknya pencapaian tujuan pembelajaran. Agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai guru dituntut untuk memiliki keterampilan dan dapat
mengorganisasikan bahan sedemikian rupa sehingga bahan pelajaran menjadi menarik.
Namun saat ini terdapat kecenderungan bahwa guru sering menggunakan strategi
pembelajaran monoton yang kurang interaktif serta tidak bervariasi, hingga
J u r n a l ANSIRU PAI V o l. 2 N o. 2. Juli – Desember 2 0 1 8 75

mengakibatkan kebosanan siswa dan mengurangi minat siswa dalam mempelajari PAI,
hal ini berdampak pada perolehan nilai siswa yang belum maksimal.
Data awal yang berhasil diperoleh melalui wawancara awal terhadap guru
pengampu matapelajaran Pendidikan Agama Islam SDN 1 Birem Aceh Timur pada
tanggal 11 November 2017 dapat disimpulkan bahwa sebagian besar guru berkesulitan
dalam menemukan cara untuk mengubah asumsi sebagian besar siswa yang
beranggapan bahwa mata pelajaran Pendidikan Agama Islam merupakan mata
pelajaran yang menekankan kepada pembentukan pengetahuan, sikap dan keterampilan
terutama dalam menjalani kehidupan beragama kesehariannya. Hal ini lebih dirasakan
oleh siswa yang kurang memiliki kemampuan awal dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam serta kurang tinggi motivasi belajarnya.
Kemampuan awal dan motivasi belajar siswa yang berbeda tentulah
memerlukan perlakuan yang berbeda dalam proses pembelajarannya. Penggunaan
strategi pembelajaran yang monoton tanpa inovasi serta kurang bervariasi yang
diterapkan guru tidaklah mampu memberikan hasil yang signifikan dalam pencapaian
kompetensi siswa.
Ketidaktepatan dalam penggunaan metode atau strategi pembelajaran akan
menimbulkan kejenuhan bagi siswa dalam menerima materi yang disampaikan
sehingga materi kurang dapat dipahami yang akan mengakibatkan siswa menjadi
apatis. Oleh karena itu guru tidak hanya dituntut memiliki pengetahuan dan
kemampuan mengajar, tetapi juga mewujudkan kompleksitas peran sesuai dengan
tugas dan fungsi yang diembannya secara kreatif (Agung, 2010:23).
Untuk itu peranan guru sebagai desainer pembelajaran tidak dapat diabaikan
baik dalam hal memilih strategi maupun media pembelajaran yang sesuai untuk para
siswanya. Hal ini diungkapkan mengingat pentingnya peranan guru dalam menentukan
pencapaian tujuan pembelajaran yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar
Pendidikan Agama Islam siswa SDN 1 Birem.

KAJIAN TEORI
Winkel (2009:59) menyebutkan bahwa belajar adalah suatu aktivitas
mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang
menghasilkan sejumlah perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,
keterampilan, nilai, serta sikap. Sedangkan Slameto (2003:2) berpendapat belajar ialah
J u r n a l ANSIRU PAI V o l. 2 N o. 2. Juli – Desember 2 0 1 8 76

proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya.
Syah (2010:88) mengutip Caplin menjelaskan definisi belajar yakni: (1) belajar
adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan
dan pengalaman, dan (2) belajar adalah proses memperoleh respon-respon sebagai
akibat adanya latihan khusus. Selanjutnya Hamalik (2004:27) menyebutkan bahwa
belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman.
Sudjana (2005:22) menjelaskan hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki
siswa setelah ia menerima pelajaran. Hal senada dijelaskan Nurmawati (2016:53)
bahwa hasil belajar merupaka segala prilaku yang dimiliki peserta didik sebagai akibat
dari proses belajar yang ditempuhnya.
Dimyati dan Mudjiono (2006:10) menjelaskan bahwa belajar merupakan
kegiatan yang kompleks, dengan hasil belajarnya berupa kapabilitas. Setelah belajar
seseorang akan memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai sebagai akibat
dari pengalaman. Hal ini mengandung makna bahwa belajar menyangkut perubahan
dalam perilaku dan keterampilan manusia yang dapat dipakai.
Definisi belajar merujuk kepada paparan di atas maka dapatlah disimpulkan
bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang bersifat permanen
sebagai akibat latihan dan pengalaman, berupa aktivitas mental yang berlangsung
secara bertahap dan terarah dalam interaksi aktif dengan lingkungan.
Hasil belajar menurut Romiszowski (1981:242) adalah perolehan hasil dalam
bentuk pengetahuan dan keterampilan. Hasil belajar yang didefinisikan tersebut berupa
keluaran (output) dari suatu sistem pemerosesan masukan (input) di mana masukan
dari sistem tersebut berupa bermacam-macam informasi sedangkan keluarannya adalah
perbuatan atau kinerja (performance).
Bloom dalam Sudijono (2008:49) menyatakan bahwa hasil belajar dapat
dikatagorikan dalam tiga ranah, yakni:
a. Ranah kognitif meliputi tujuan pendidikan yang berkenaan dengan ingatan atau
pengenalan terhadap pengetahuan dan pengembangan kemampuan intelektual
dan keterampilan berpikir yang terbagi menjadi enam jenjang, yaitu: (1)
pengetahuan (knowledge), (2) pemahaman (comprehension), (3) penerapan
J u r n a l ANSIRU PAI V o l. 2 N o. 2. Juli – Desember 2 0 1 8 77

(application), (4) analisis (analysis), (5) sistesis (synthesis), dan (6 ) penilaian


(evaluation).
b. Ranah afektif berkenaan dengan minat, sikap dan nilai serta pengembangan
penghargaan dan penyesuaian diri yang terbagi lima jenjang, yakni: (1)
penerimaan (receiving), (2) menanggapi (responding), (3) menilai (valuing),
(4) mengorganisasikan (organization), dan (5) karakterisasi (characterization).
c. Ranah psikomotorik yaitu: (1) persepsi, (2) kesiapan, (3) gerakan terbimbing,
(4) gerakan terbiasa, (5) gerakan kompleks, (6) penyesuaian pola gerakan, dan
(7) kreativitas.
Hasil belajar Pendidikan Agama Islam di sekolah umum dijelaskan bahwa
Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam
menyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran dan atau latihan dengan memperlihatkan tuntunan untuk
menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam
masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional. (Muhaimin, 2001:75).
Strategi pembelajaran induktif berpedoman pada urutan kegiatan yang
bergerak dari hal yang bersifat khusus kepada yang umum. Menurut Suparman
(2012:261) strategi pembelajaran induktif dimulai dengan pemberian berbagai kasus,
fakta, contoh, atau sebab yang mencerminkan suatu konsep atau prinsip, kemudian
peserta didik dibimbing untuk berusaha keras mensistensi, menemukan, atau
menyimpulkan prinsip dasar dari pelajaran tersebut.
Suparman (2012:261) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran induktif tepat
digunakan dalam kegiatan pembelajaran apabila: (1) peserta didik telah mengenal atau
telah mempunyai pengalaman yang berhubungan dengan mata pelajaran tersebut, (2)
materi yang akan diajarkan berupa keterampilan komunikasi antara pribadi, sikap,
pemecahan masalah dan pengambilan keputusan, (3) tenaga pengajar mempunyai
keterampilan mendengarkan yang baik, fleksibel, terampil mengajukan pertanyaan,
terampil mengulang pernyataan dan sabar, dan (4) waktu yang tersedia cukup panjang.
Joyce, Weil dan Calhoun (2009:115) menjelaskan pembelajaran induktif
dirancang untuk melatih siswa membuat konsep dan sekaligus untuk mengajarkan
konsep-konsep dan cara penerapannya pada siswa. Strategi pembelajaran ini juga
mengajar minat siswa pada logika, minat pada bahasa dan arti kata-kata dan minat
pada sifat pengetahuan.
J u r n a l ANSIRU PAI V o l. 2 N o. 2. Juli – Desember 2 0 1 8 78

Strategi pembelajaran deduktif berpedoman pada urutan kegiatan yang


bergerak dari hal yang bersifat umum kepada yang khusus. Suparman (2012:260)
menyatakan strategi pembelajaran deduktif mulai dengan pemberian penjelasan
tentang prinsip-prinsip isi pelajaran, kemudian disusul dengan penerapan atau contoh-
contohnya pada situasi tertentu. Dengan kata lain strategi pembelajaran deduktif
membelajarkan siswa secara langsung melalui strategi yang berangkat dari hal-hal
umum menuju sesuatu yang khusus.
Suparman (2012:260) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran deduktif tepat
digunakan dalam kegiatan pembelajaran apabila: (1) peserta didik belum mengenal
pengetahuan yang sedang dipelajari, (2) isi pelajaran meliputi terminologi, teknis dan
bidang yang kurang membutuhkan proses berpikir kritis, (3) pengajar mempunyai
persiapan yang baik dan pembicara yang baik, dan (4) waktu yang tersedia singkat.
Sudjana dan Suwariyah (1991:82) menyatakan bahwa strategi pembelajaran
deduktif adalah pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan cara berpikir menarik
kesimpulan dari pernyataan umum menjadi pernyataan khusus, artinya dari konsep
teori menuju fakta. Pada pelaksanaannya dimulai dari pengenalan teori, konsep, atau
prinsip yang terdapat dalam bidang studi kemudian dilanjutkan dengan pengujian,
pembuktian atau penggunaan melalui kegiatan di dalam atau di luar kelas.
Sardiman (2010:38) menyatakan motivasi belajar merupakan faktor psikis
yang bersifat non intelektual. Maksudnya bahwa motivasi belajar memiliki peranan
yang khas dalam menumbuhkan semangat untuk belajar dimana siswa yang memiliki
motivasi yang kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar.
Motivasi juga berarti daya penggerak di dalam diri orang yang melakukan aktivitas-
aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan tertentu (Winkel, 2009:173).

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimental semu (quasi
eksperimental research). Hal ini dikarenakan subjek penelitian tidak dapat
dikendalikan secara penuh, seperti penelitian yang dilakukan di dalam kelas.
Rancangan penelitian menggunakan desain faktorial 2 x 2. Populasi dalam penelitian
adalah seluruh siswa kelas V (lima) SDN 1 Birem tahun pelajaran 2017/2018 yang
terdiri dari 2 (dua) kelas dengan sebaran jumlah siswa 40 orang per kelas. Dari ketiga
kelompok kelas yang menjadi populasi, diambil secara acak melalui undian, dua
J u r n a l ANSIRU PAI V o l. 2 N o. 2. Juli – Desember 2 0 1 8 79

kelompok kelas sebagai sampel penelitian. terpilih kelas V-2, untuk kertas yang tidak
di cabut maka ditetapkan sebagai kelas dengan strategi pembelajaran deduktif, dalam
hal ini terpilih kelas V-1.

TEMUAN DAN PEMBAHASAN PENELITIAN


Hipotesis pertama yang menyatakan hasil belajar Pendidikan Agama Islam
siswa SDN 1 Birem Kabupaten Aceh Timur yang dibelajarkan dengan strategi
pembelajaran induktif lebih tinggi dibandingkan dengan siswa SDN 1 Birem
Kabupaten Aceh Timur yang dibelajarkan dengan strategi pembelajaran deduktif.
Hal ini terlihat dari rata-rata hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa SDN
1 Birem Kabupaten Aceh Timur yang dibelajarkan dengan strategi pembelajaran
induktif ( X = 28,14) lebih tinggi daripada rata-rata hasil belajar Pendidikan Agama
Islam siswa SDN 1 Birem Kabupaten Aceh Timur yang dibelajarkan dengan strategi
pembelajaran deduktif ( X = 27,07).
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa strategi pembelajaran induktif
terbukti efektif untuk meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa SDN
1 Birem Kabupaten Aceh Timur, baik untuk kelompok siswa dengan motivasi belajar
tinggi maupun siswa dengan motivasi belajar rendah. Dengan kata lain temuan ini
menunjukkan bahwa untuk mengajarkan materi Pendidikan Agama Islam lebih baik
menggunakan strategi pembelajaran induktif daripada dengan strategi pembelajaran
deduktif.
Pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa siswa SDN 1 Birem Kabupaten
Aceh Timur yang memiliki motivasi belajar tinggi memperoleh hasil belajar
Pendidikan Agama Islam lebih tinggi dari pada siswa yang memiliki motivasi belajar
rendah. Hal ini membuktikan bahwa motivasi belajar signifikan untuk membedakan
hasil belajar Pendidikan Agama Islam. Motivasi belajar dalam penelitian ini
dikategorikan atas dua kategori yaitu tinggi dan rendah.
Hasil analisis data secara keseluruhan diperoleh rata-rata hasil belajar
Pendidikan Agama Islam siswa SDN 1 Birem Kabupaten Aceh Timur dengan motivasi
belajar tinggi lebih tinggi daripada hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa dengan
motivasi belajar rendah. Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang memiliki motivasi
belajar tinggi secara rata-rata mempunyai hasil belajar Pendidikan Agama Islam lebih
tinggi dibandingkan dengan siswa dengan motivasi belajar rendah. Dengan demikian
J u r n a l ANSIRU PAI V o l. 2 N o. 2. Juli – Desember 2 0 1 8 80

siswa dengan motivasi belajar tinggi lebih memahami dan menguasai materi ajar atau
keterampilan berbahasa yang dibelajarkan dibandingkan siswa yang memiliki motivasi
belajar rendah.
Temuan ini menunjukkan bahwa keberhasilan suatu pembelajaran ditentukan
oleh berbagai faktor, diantaranya adalah faktor yang berhubungan dengan siswa dan
dalam hal ini adalah motivasi belajar siswa. Motivasi belajar adalah salah satu faktor
yang berperan dalam mendorong siswa melakukan aktivitas belajar. Sebagai daya
penggerak dalam diri seseorang untuk memperoleh keberhasilan dalam proses
pembelajaran maka dapat dibedakan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah dan
motivasi belajar tinggi.
Siswa yang bermotivasi belajar tinggi pasti terlihat berbeda jika dibandingkan
dengan yang bermotivasi rendah. Demikian pula halnya dalam mengikuti
pembelajaran Pendidikan Agama Islam, siswa memiliki motivasi belajar yang
berbeda-beda antara siswa yang satu akan berbeda dengan siswa yang lain. Siswa yang
memiliki motivasi belajar yang tinggi akan lebih termotivasi untuk belajar, mengolah
informasi atau pengetahuan dan mengemukkaan ide dan pemikiran yang ada
dibenaknya bila dibandingkan dengan siswa yang memiliki motivasi rendah.
Siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi dapat belajar dengan penuh
perhatian dan berusaha memperoleh hasil belajar yang terbaik dan biasanya akan
mencapai hasil belajar sesuai kemampuannya. Mereka senantiasa memiliki semangat
belajar yang tinggi, dan cenderung ingin mencari pengetahuan baru. Mereka juga
cenderung lebih percaya diri dalam mengejar keberhasilan dalam belajar.
Siswa yang bermotivasi belajar tinggi selalu dapat menyelesaikan tugas yang
diberikan dengan mudah, dan jika mengalami kesulitan, mereka akan bertanya dan
optimis dapat menyelesaikan masalah dengan baik. Mereka biasanya memiliki pikiran
yang positif, kreatif, dan aktif dalam mencari pengetahuan yang diinginkannya. Oleh
sebab itu, mereka selalu puas dengan hasil yang dicapainya karena hasilnya senantiasa
sesuai dengan tujuan yang diharapkannya.
Sebaliknya, siswa yang memiliki motivasi belajar yang rendah tidak memberi
perhatian maksimal terhadap apa yang mereka pelajari. Mereka cenderung kurang
bersemangat mencari pengetahuan baru. Secara umum, mereka memiliki kepercayaan
diri yang rendah sebab mereka tidak pernah yakin pada kemampuannya. Siswa yang
bermotivasi belajar rendah cepat menyerah jika mengalami kesulitan dalam belajar,
J u r n a l ANSIRU PAI V o l. 2 N o. 2. Juli – Desember 2 0 1 8 81

yang pada akhirnya mengakibatkan kurang baiknya hasil yang didapat dalam
pembelajaran. Mereka mudah putus asa dan bersikap pasif hingga mengakibatkan
prestasi belajarnya tertinggal dari siswa lainnya.
Pengujian hipotesis ketiga terdapat interaksi antara strategi pembelajaran dan
motivasi belajar terhadap hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa SDN 1 Birem
Kabupaten Aceh Timur. Apabila dilihat rata-rata hasil belajar Pendidikan Agama Islam
pada kelompok siswa dengan motivasi belajar tinggi yang dibelajarkan dengan strategi
pembelajaran induktif lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata hasil belajar
Pendidikan Agama Islam siswa yang dibelajarkan dengan strategi pembelajaran
deduktif.
Rata-rata hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa SDN 1 Birem Kabupaten
Aceh Timur dengan motivasi belajar rendah yang dibelajarkan dengan strategi
pembelajaran induktif lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata hasil belajar
Pendidikan Agama Islam siswa SDN 1 Birem Kabupaten Aceh Timur dengan motivasi
belajar rendah yang dibelajarkan dengan strategi pembelajaran deduktif. Hal ini
berarti bahwa bagi kelompok siswa dengan motivasi belajar rendah lebih baik
menggunakan strategi pembelajaran deduktif dibandingkan d`engan menggunakan
strategi pembelajaran induktif. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa
strategi pembelajaran dan motivasi belajar signifikan mempengaruhi hasil belajar
Pendidikan Agama Islam siswa SDN 1 Birem Kabupaten Aceh Timur.
Jika diperhatikan lebih lanjut bahwa dalam strategi pembelajaran induktif
rata-rata hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa SDN 1 Birem Kabupaten Aceh
Timur dengan motivasi belajar tinggi ( X = 32,36) lebih tinggi daripada hasil belajar
Pendidikan Agama Islam siswa dengan motivasi belajar rendah ( X = 25,68).
Pada strategi pembelajaran deduktif, rata-rata hasil belajar Pendidikan Agama
Islam siswa SDN 1 Birem Kabupaten Aceh Timur dengan motivasi belajar tinggi ( X =
28,20) lebih tinggi daripada hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa SDN 1 Birem
Kabupaten Aceh Timur dengan motivasi belajar rendah ( X = 26,24). Hal ini
menunjukkan bahwa strategi pembelajaran dan motivasi belajar signifikan untuk
membedakan hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa, di mana hasil belajar
Pendidikan Agama Islam siswa dengan motivasi belajar tinggi baik yang dibelajarkan
J u r n a l ANSIRU PAI V o l. 2 N o. 2. Juli – Desember 2 0 1 8 82

dengan strategi pembelajaran induktif, sedangkan bagi siswa dengan motivasi belajar
rendah lebih baik dibelajarkan dengan strategi pembelajaran deduktif.
Temuan penelitian ini menjelaskan bahwa strategi pembelajaran induktif
merupakan strategi pembelajaran yang berupaya membangkitkan rasa ingin tahu siswa
melalui mengamati media yang disajikan dan bacaan yang diberikan. Siswa yang
memiliki motivasi belajar tinggi lebih sesuai diberikan strategi pembelajaran induktif
ini karena perhatian dan semangat belajarnya yang tinggi memungkinkan mereka
untuk menggali sendiri pengetahuan baru yang terdapat pada materi dan mereka dapat
berkonsentrasi serta berperan aktif dalam kegiatan belajar. Dengan strategi
pembelajaran induktif, siswa yang bermotivasi tinggi akan merasa senang karena
mereka tertantang untuk mendapatkan pengetahuan baru dalam pembelajaran, dan ini
membuat mereka dapat meningkatkan hasil belajarnya.
Siswa yang memiliki motivasi belajar rendah kurang tepat dibelajarkan dengan
strategi pembelajaran induktif, karena mereka akan putus asa jika tidak mampu
menemukan pengetahuan baru. Siswa yang bermotivasi rendah tidak menginginkan
kegiatan yang menantang, mereka lebih tertarik mendapatkan pengetahuan baru dari
guru, bukan dengan menemukan sendiri. Peserta didik cenderung pasif dan tidak ingin
berprestasi sehingga membuat hasil belajar menjadi rendah.
Strategi pembelajaran deduktif adalah strategi penyampaian pembelajaran yang
diwali dengan kegiatan membaca materi dan mendengarkan uraian dari guru. Strategi
pembelajaran ini tidak menuntut keaktifan siswa, melainkan gurulah yang lebih
berperan. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan kurang antusias dengan
strategi pembelajaran deduktif ini karena kegiatannya yang tidak menantang serta
terkesan monoton sehingga akhirnya mereka menjadi tidak konsentrasi. Hal ini akan
membuat perolehan hasil belajarnya juga menjadi rendah.
Sebaliknya, siswa yang memiliki motivasi belajar rendah akan merasa tertarik
dengan strategi pembelajaran deduktif ini karena mereka tidak dituntut untuk
menemukan sendiri pengetahuan baru pada materi yang disampaikan. Mereka telah
diberikan bacaan dan uraian penjelasan oleh guru, sehingga mereka merasa tidak
kesulitan dalam mengkonstruksi pengetahuan baru. Hal ini mengakibatkan timbulnya
minat mereka dan pada akhirnya memberikan hasil belajar yang baik dalam
pembelajaran.
J u r n a l ANSIRU PAI V o l. 2 N o. 2. Juli – Desember 2 0 1 8 83

SIMPULAN DAN REKOMENDASI


Simpulan yang dapat ditarik dalam temuan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Rata-rata hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa SDN 1 Birem Kabupaten
Aceh Timur yang dibelajarkan dengan strategi pembelajaran induktif ( X =
28,14) lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata hasil belajar Pendidikan
Agama Islam siswa SDN 1 Birem Kabupaten Aceh Timur yang dibelajarkan
dengan strategi pembelajaran deduktif ( X =27,07). Hal ini juga dibuktikan
dengan harga Fhitung 35,08 > Ftabel 3,96.
2. Rata-rata hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa SDN 1 Birem Kabupaten
Aceh Timur dengan motivasi belajar tinggi ( X = 29,91) secara keseluruhan
baik yang dibelajarkan dengan strategi pembelajaran induktif maupun strategi
pembelajaran deduktif lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata hasil belajar
Pendidikan Agama Islam siswa SDN 1 Birem Kabupaten Aceh Timur dengan
motivasi belajar rendah ( X = 26,05). Hal ini juga dibuktikan dengan harga
Fhitung 4,28 > Ftabel 3,96.
3. Terdapat interaksi antara strategi pembelajaran dan motivasi belajar siswa yang
memberikan perbedaan pengaruh terhadap hasil belajar Pendidikan Agama
Islam siswa SDN 1 Birem Kabupaten Aceh Timur. Hal ini terbukti dengan
harga Fhitung 9,94 > Ftabel 3,96.
Berdasakan hasil temuan-temuan penelitian sebelumnya maka dapatlah
disampaikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Strategi pembelajaran induktif memberikan hasil belajar yang lebih tinggi
dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dibandingkan dengan strategi
pembelajaran deduktif. Oleh karena itu bagi guru disarankan dalam kegiatan
pembelajaran perlu menerapkan strategi pembelajaran induktif.
2. Bagi siswa dengan motivasi belajar tinggi disarankan untuk menggunakan
strategi pembelajaran induktif, sedangkan bagi siswa dengan motivasi belajar
rendah disarankan menggunakan strategi pembelajaran deduktif.
3. Karakteristik siswa yang diteliti dari penelitian ini hanya terbatas kepada
motivasi belajar. Untuk itu kepada peneliti lain disarankan untuk meneliti
karakteristik siswa yang lain misalnya retensi, gaya kognitif dan yang lainnya.
J u r n a l ANSIRU PAI V o l. 2 N o. 2. Juli – Desember 2 0 1 8 84

4. Strategi pembelajaran induktif dan deduktif ini hanya diterapkan pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam dalam ranah kognitif, disarankan untuk
peneliti lain dapat meneliti dalam ranah yang lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2006.
Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara, 2004
Joyce, B.,Weil, M. & Calhoun, E. Models of Teaching, Model-Model Pengajaran. Alih
Bahasa: Achmad Fawaid dan Ateila Mirza, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.
Sardiman. Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010.
Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka cipta,
2003.
Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2005.
Sudjana, Nana dan Suwariyah, Wari. Model-Model Mengajar CBSA. Bandung: Sinar
Baru Bandung, 1991
Suparman, M. Atwi. Desain Instruksional Modern. Panduan Para Penajar Dan
Inovator Pendidikan. Jakarta: Erlangga, 2012.
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2010.
Winkel, W.S. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi, 2009

You might also like