A1d113015 Artikel

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 18

ARTIKEL ILMIAH

PENGARUH STRATEGI ELABORASI PEMBELAJARAN


TERHADAP KEMAMPUAN BELAJAR MANDIRI
SISWA KELAS V SDN 111/1 MUARA BULIAN

SKRIPSI

Oleh
IKE RESTI MONALISA
NIM A1D113015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2017

1
2

PENGARUH STRATEGI ELABORASI PEMBELAJARAN


TERHADAP KEMAMPUAN BELAJAR MANDIRI
SISWA KELAS V SDN 111/1 MUARA BULIAN
Diajukan Oleh:
IKE RESTI MONALISA
NIM A1D113015

PGSD FKIP UNIVERSITAS JAMBI

ABSTRACT

Monalisa, R. I. 2017. The Influence of Learning Elaboration Strategy to Self-Study


Ability of Grade V Students of SDN 111/1 Muara Bulian. Counselor I. Drs.
Nelyahardi Gutji, M.Pd; Supervisor II Muhamad Sofwan, S.Pd, M.Pd;

Keywords: Elaboration Strategy, Self-Study, Natural Science

Based on the purpose of national education, in addition to the intellectual life


of the nation and develop the Indonesian people as a whole also creates a solid and
independent personality. As well as in this independent school of attitudes must also
be owned by each learner who can be demonstrated by the ability of students to learn
independently. Through interviews with the guardian class V SDN 111/1 to get the
problems that exist in the class of students who have not been able to learn
independently. If this continues to be sustainable it may result in the students' self-
learning ability not developing, so the students are based on learning only from the
teachers given because they are not accustomed to finding concepts from their own
learning, and have no chance to develop their own thinkers. Learning elaboration
strategy is expected to give positive influence to students' self-study ability.
This study aims to see the effect of learning with elaboration strategy on
students' self-learning ability. The results of the study are expected to be useful for
similar problems namely the lack of self-learning ability of students.
This research is a Pre-Experiment research with One-Group Pretest-Posttest
research design. The data was collected by questionnaire and test instrument with the
result of percentage analysis which showed improvement before and after treatment.
The conclusion that can be drawn from the result of this research is that there
is a significant influence of the application of self-learning to the independent
learning ability of the class V students shown by the result of hypothesis test. Based
on hypothesis test result, it is known "there is significant influence of learning
elaboration strategy toward self-learning ability of grade V SD Land of 111/1 estuary
of 30,23. Implementation of learning elaboration strategy can improve students' self-
3

learning ability in science learning (Natural Science), it can be described with


student enthusiasm during pebelajaran, students become more active in working
either in groups or individually.
4

I. PENDAHULUAN
Pendidikan adalah suatu proses orang untuk memperoleh berbagai kecakapan,
sikap, dan keterampilan yang berguna dalam kehidupannya. Menurut Depdikbud
(2003), “Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang berbudi pekerti
luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan”.
Berdasarkan tujuan pendidikan nasional di atas, selain mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, juga
menciptakan kepribadian yang mantap dan mandiri. Mandiri adalah sikap untuk tidak
menggantungkan keputusan kepada orang lain, dalam hal apapun orang harus
memiliki sikap mandiri, begitu pula di sekolah sikap mandiri ini juga harus dimiliki
setiap peserta didik yang dapat ditunjukkan dengan kemampuan siswa untuk belajar
secara mandiri.
Pengertian belajar mandiri menurut Mudjiman (2009:20), adalah ” kegiatan
belajar mandiri diawali dengan kesadaran adanya masalah, disusul dengan timbulnya
niat melakukan kegiatan belajar secara sengaja untuk menguasai suatu kompetensi
yang diperlukan guna mengatasi masalah”.
Menurut sardiman dalam Achmad (2008:45), menyebutkan bahwa ciri–ciri
belajar mandiri yaitu meliputi: 1) Adanya kecenderungan untuk berpendapat,
berperilaku dan bertindak atas kehendaknya sendiri; 2) Memiliki keinginan yang kuat
untuk mencapai tujuan; 3) Membuat perencanaan dan berusaha dengan ulet dan tekun
untuk mewujudkan harapan;4) Mampu untuk berfikir dan bertindak secara kreatif,
penuh inisiatif, dan tidak sekedar meniru;5) Memiliki kecenderungan untuk mencapai
kemajuan, yaitu untuk meningkatkan prestasi belajar;6) Mampu menemukan sendiri
tentang sesuatu yang harus dilakukan.
Berdasarkan observasi yang dilakukan di kelas V saat pembelajaran IPA pada
bab Penyesuaian mahluk hidup dengan lingkungannya. dari jumlah total siswa 36
yang terdiri dari 20 perempuan dan 16 laki–laki. Ditemukan beberapa masalah yang
menunjukkan kurangnya kemampuan belajar mandiri siswa, pernyataan tersebut
peneliti simpulkan setelah melakukan beberapa kali observasi, observasi pertama
dilakukan untuk mencari masalah darurat yang ada di kelas V, pada observasi awal
ini peneliti menemukan masalah namun masih samar–samar, sehingga peneliti
melakukan wawancara dengan guru kelas untuk lebih meyakinkan dalam menetapkan
permasalahan yang ada di kelas, selanjutnya pada observasi kedua peneliti
memfokuskan perhatian pada permasalahan yang telah disebutkan guru kelas,
dan menemukan permasalahan yang sama dengan yang dikatakan wali kelas yakni
permasalahan kemampuan belajar mandiri yang kurang seperti siswa mencontek hasil
pekerjaan temannya dan tidak ada siswa yang megemukakan pendapatnya saat
diminta oleh guru, untuk selanjutnya peneliti melakukan observasi ketiga dengan
terlebih dahulu menyiapkan lembar observasi awal yang diambil dari teori sardiman
dalam Achmad (2008:45), dan hasilnya kemampuan belajar mandiri siswa dibawah
standar atau bisa dikatakan kurang dengan persentase 21,36%.
Melihat hasil dari observasi awal tersebut, peneliti tertarik untuk mendalami
penilitian mengenai kemampuan belajar mandiri siswa, berdasarkan hasil wawancara
dengan guru kelas penyebab kurangnya kemampuan belajar mandiri siswa
dikarenakan beberapa faktor, salah satunya kurang kesempatan bagi siswa untuk
melakukan kegiatan secara mandiri.
Jika hal ini dibiarkan terus berkelanjutan maka dapat mengakibatkan
kemampuan belajar mandiri siswa tidak berkembang, sehingga siswa berpatokan
bahwa belajar hanya dari yang diberikan guru saja karena tidak dibiasakan
menemukan konsep dari pembelajaran sendiri, dan tidak mempunyai kesempatan
mengembangkan pemikiran.
Melalui wawancara dengan wali kelas selain mendapatkan permasalahan
yang ada di kelas juga mengetahui solusi dari permasalahan itu sendiri yakni dapat
diselesaikan dengan memaksimalkan tahap elaborasi yang memungkinkan siswa
untuk belajar secara mandiri. Karena dengan memaksimalkan pelaksanaan tahap
elaborasi ini kemampuan belajar mandiri siswa akan timbul.
Strategi elaborasi pembelajaran menurut KBBI (2008:387), “adalah
penggarapan secara tekun dan cermat, elaborasi adalah kegiatan dimana siswa
mengerjakan tes secara cermat atau siswa menyimpulkan suatu konsep ilmu (hasil
eksplorasi) secara cermat”.
Dengan diberikan perlakuan berupa strategi elaborasi pembelajaran akan
mendorong siswa untuk memiliki kemampuan belajar mandiri, Maka dalam Skripsi
ini peneliti melakukan penelitian kuantitatif dengan judul “Pengaruh Strategi
Elaborasi Pembelajaran Terhadap Kemampuan Belajar Mandiri Siswa Kelas V di SD
Negeri 111/1 Muara Bulian”

II. KAJIAN PUSTAKA


2.1 Strategi Elaborasi Pembelajaran
2.1.1 Pengertian strategi elaborasi pembelajaran
Strategi elaborasi pembelajaran adalah strategi belajar yang menambahkan ide
tambahan berdasarkan apa yang seseorang sudah ketahui sebelumnya (Ormrod,
2006).Strategi elaborasi pembelajaran menurut KBBI (2008:387), “adalah
penggarapan secara tekun dan cermat, elaborasi adalah kegiatan dimana siswa
mengerjakan tes secara cermat atau siswa menyimpulkan suatu konsep ilmu (hasil
eksplorasi) secara cermat”.
Strategi elaborasi pembelajaran menurut Trianto (2011:93), “adalah proses
penambahan rincian sehingga informasi baru akan menjadi lebih bermakna, oleh
karena itu membuat pengkodean lebih mudah dan lebih memberikan kepastian.
elaborasi membantu pemindahan informasi dari jarak memori jangka pendek ke

20
21

memori jangka panjang dengan menciptakan gabungan dan hubungan antara


informasi baru dengan apa yang telah diketahui”.
Berdasarkan beberapa teori di atas dapat disimpulkan strategi elaborasi
pembelajaran adalah sebuah kegiatan guru mendorong siswa membaca dan
menuliskan hasil eksplorasi, mendiskusikan, mendengar pendapat, untuk lebih
mendalami sesuatu, menganalisis kekuatan atau kelemahan argumen, mendalami
pengetahuan tentang sesuatu, membangun kesepakatan melalui kegiatan kooperatif
dan kolaborasi, membiasakan prediksi atau hipotesis, menyimpulkan bersama, dan
menyusun laporan atau tulisan.
2.1.2 Langkah–langkah strategi elaborasi pembelajaran
Langkah–langkah strategi elaborasi pembelajaran Menurut Rusman
(2014:11), dalam kegiatan strategi elaborasi pembelajaran, guru :
1) Membiasakan siswa membaca dan menulis yang beragam melalui tugas–tugas
tertentu yang bermakna;
2) Memfasilitasi siswa melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain–lain untuk
memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
3) Memberi kesempatan untuk berfikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan
bertindak tanpa rasa takut;
4) Memfasilitasi siswa dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif;
5) Memfasilitasi berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar;
6) Memfasilitasi siswa membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik secara lisan
maupun tertulis, secara indiviual maupun kelompok;
7) Memfasilitasi siswa melakukan pameran, turnamen, festival , serta produk yang
dihasilkan;
8) Memfasilitasi siswa melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa
percaya diri siswa.

Menurut Taniredja, Faridli, dan Harmianto (2012 : 58), langkah–langkah strategi


elaborasi pembelajaran adalah sebagai berikut :
a. Penyajian kerangka isi. Pembelajaran dimulai dengan menyajikan kerangka isi,
struktur yang memuat bagian-bagian yang paling penting dari bidang studi.
b. Elaborasi tahap pertama. Elaborasi tahap pertama adalah mengelaborasi tiap-tiap
bagian yang ada dalam kerangka isi, mulai dari bagian yang terpenting. Elaborasi tiap-
tiap bagian diakhiri dengan rangkuman dan pensintesis yang hanya mencakup
konstruk-konstruk yang baru saja diajarkan (pensintesis internal).
c. Pemberian rangkuman dan sintesis eksternal. Pada akhir elaborasi tahap pertama,
diberikan rangkuman dan diikuti dengan pensintesis eksternal. Rangkuman berisi
pengertian-pengertian singkat mengenai konstruk-konstruk yang diajarkan dalam
elaborasi, dan pensintesis eksternal menunjukkan (a) hubungan penting yang ada antar
bagian yang telah dielaborasi, dan (b) hubungan antara bagian-bagian yang telah
dielaborasi dengan kerangka isi.
d. Elaborasi tahap kedua. Setelah elaborasi tahap pertama berakhir dan diintegrasikan
dengan kerangka isi, pembelajaran diteruskan ke elaborasi dengan maksud membawa
siswa pada tingkat kedalaman sebagaimana ditetapkan dalam tujuan pembelajaran.
e. Pemberian rangkuman. Pada akhir elaborasi tahap kedua, diberikan rangkuman seperti
pada elaborasi tahap pertama.

Berdasarkan beberapa teori di atas dapat disimpulkan bahwa langkah–langkah


strategi pembelajaran elaborasi adalah sebagai berikut:
22

1. Membiasakan siswa membaca dan menulis yang beragam melalui tugas–tugas


tertentu yang bermakna;
2. Memfasilitasi siswa melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain–lain untuk
memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
3. Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah,
dan bertindak tanpa rasa takut;
4. Memfasilitasi siswa dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif;
5. Memfasilitasi berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar;
6. Memfasilitasi siswa membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik secara
lisan maupun tertulis, secara indiviual maupun kelompok;
7. Memfasilitasi siswa melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan
rasa percaya diri siswa.
2.1.3 Kelebihan dan kelemahan strategi elaborasi pembelajaran
a. Kelebihan strategi elaborasi pembelajaran
Kelebihan adanya elaborasi dalam pelaksanaan pembelajaran menurut
1. Strategi elaborasi menempatkan siswa sebagai subyek belajar, artinya siswa
berperan aktif dalam setiap proses pembelajaran dengan cara menggali
pengalamannya sendiri;
2. Strategi ini menggali kemampuan mengingat, berpikir dan pengalaman setiap
siswa;
3. Pengetahuan yang dimiliki setiap individu selalu berkembang sesuai dengan
pengalaman yang dialaminya, oleh sebab itu setiap siswa bisa terjadi
perbedaan dalam memaknai hakikat pengetahuan yang dimilikinya. Perbedaan
ini bersifat positif untuk bertukar pendapat;
4. Merubah pengetahuan yang bersifat audio menjadi visual. Hal ini bertujuan
untuk merubah memori jangka pendek menjadi memori jangka panjang.

b. Kelemahan strategi elaborasi pembelajaran


1. Tidak semua siswa bisa menerima strategi ini dengan baik dan tepat, karena
gaya belajar setiap siswa berbeda-beda.
2. Dalam mengimplementasikan strategi ini memerlukan banyak waktu untuk
menggali, menghubungkan, menganalisis, mengembangkan pengetahuan dan
memerlukan berpikir kreatif untuk menemukan sesuatu yang inovatif dengan
menggabungkan, mengkonstruksi, mengumpulkan catatan yang baik dan
benar.

2.2 Belajar Mandiri


2.2.1 Pengertian belajar mandiri
Menurut Brookfield (1984) dalam Yamin (2012:139), mendefinisikan “
Belajar mandiri adalah upaya individu secara otonomi untuk mencapai kemampuan
akademis”. Sedangkan menurut Fadlillah dan Khorida (2013:119), “Belajar mandiri
memandang siswa sebagai para manajer dan pemilik tanggung jawab dari proses
pembelajaran mereka sendiri”
23

Pengertian belajar mandiri menurut Mudjiman (2009:20), adalah ” kegiatan


belajar mandiri diawali dengan kesadaran adanya masalah, disusul dengan timbulnya
niat melakukan kegiatan belajar secara sengaja untuk menguasai suatu kompetensi
yang diperlukan guna mengatasi masalah”.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar
mandiri adalah kegiatan belajar siswa yang dilakukan secara aktif yang dilakukan
bertujuan untuk mencapai suatu kompetensi dengan adanya tanggung jawab dalam
melakukan tindakan.

2.2.2 Ciri–ciri belajar mandiri


Menurut Mudjiman (2009: 22), belajar mandiri memiliki ciri-ciri atau
karakteristik, yaitu sebagai berikut : a) Bertanggung jawab dalam bersikap; b) Berbuat
aktif dan kreatif dalam belajar; c) Mampu memecahkan masalah belajar; d) Orisinilitas,
artinya siswa berusaha melakukan pekerjaan dengan hasil yang murni dibuat oleh
dirinya sendiri; dan e) Kontinu dalam belajar.
Selanjutnya menurut sardiman dalam Achmad (2008:45), menyebutkan bahwa
ciri–ciri belajar mandiri yaitu meliputi:
a. Adanya kecenderungan untuk berpendapat, berperilaku dan bertindak atas
kehendaknya sendiri;
b. Memiliki keinginan yang kuat untuk mencapai tujuan;
c. Membuat perencanaan dan berusaha dengan ulet dan tekun untuk mewujudkan
harapan;
d. Mampu untuk berfikir dan bertindak secara kreatif, penuh inisiatif, dan tidak
sekedar meniru;
e. Memiliki kecenderungan untuk mencapai kemajuan, yaitu untuk meningkatkan
prestasi belajar;
f. Mampu menemukan sendiri tentang sesuatu yang harus dilakukan.

Sedangkan menurut Kusyono (2011: 27) ciri-ciri kemandirian belajar pada setiap
siswa akan nampak jika siswa telah menunjukkan perubahan dalam belajar. Siswa belajar
untuk bertanggung jawab terhadap tugas yang dibebankan padanya secara mandiri dan tidak
bergantung pada orang lain dengan berpikir kritis, kreatif dan inovatif, dalam memecahkan
masalah yang dihadapi dengan percaya diri, tekun dan disiplin, serta berani mengambil
keputusan.

Berdasarkan beberapa teori diatas, ciri–ciri belajar mandiri yang disebutkan


oleh sardiman dalam Achmad merupakan yang paling sesuai untuk menunjukkan
kemampuan anak belajar secara mandiri, jadi belajar mandiri adalah 1) Adanya
kecenderungan untuk berpendapat, berperilaku dan bertindak atas kehendaknya
sendiri; 2) Memiliki keinginan yang kuat untuk mencapai tujuan; 3) Membuat
perencanaan dan berusaha dengan ulet dan tekun untuk mewujudkan harapan;4)
Mampu untuk berfikir dan bertindak secara kreatif, penuh inisiatif, dan tidak sekedar
meniru;5) Memiliki kecenderungan untuk mencapai kemajuan, yaitu untuk
meningkatkan prestasi belajar;6) Mampu menemukan sendiri tentang sesuatu yang
harus dilakukan.
2.2.3 Manfaat belajar mandiri
24

Manfaat belajar mandiri menurut Yamin (2012:143) memiliki manfaat yang


banyak terhadap kemampuan kognisi, afeksi, dan psikomotorik siswa, manfaat
tersebut seperti di bawah ini :
a. Mengasah multiple intelligences.
b. Mempertajam analisis
c. Memupuk tanggung jawab
d. Mengembangkan daya tahan mental
e. Meningkatkan ketrampilan
f. Memecahkan masalah
g. Mengambil keputusan
h. Berpikir kreatif
i. Berpikir kritis
j. Percaya diri yang kuat
k. Menjadi pembelajar bagi dirinya sendiri.
Belajar mandiri dapat memberikan manfaat terhadap kemampuan kognitif,
afektif dan psikomotor siswa, manfaat tersebut diantaranya :
a. Mampu memupuk tanggung jawab;
b. Meningkatkan keterampilan;
c. Memecahkan masalah;
d. Mengambil keputusan;
e. Berfikir kreatif;
f. Berfikir kritis;
g. Menumbuhkan percaya diri yang kuat dan mampu menjadi guru bagi
dirinya sendiri.

Dari manfaat tersebut, dapat dikatakan bahwa belajar mandiri sebenarnya


memiliki nilai tambahan dibandingkan dengan kegiatan belajar di sekolah, namun hal
ini bukan berarti belajar mandiri dapat berdiri sendiri. Belajar mandiri dapat menjadi
alternatif atau cara tambahan untuk menunjang pembelajaran di sekolah.
Belajar mandiri melatih siswa untuk tidak terlalu mengandalkan penjelasan
guru di sekolah. Belajar mandiri dapat melepaskan diri siswa dari belenggu
keterikatan dengan orang lain, pendapat orang lain, paksaan, keinginan, dan harapan
orang lain, akan tetapi menjadi dirinya sendiri.

2.3 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)


2.3.1 Definisi IPA
Menurut Daryanto (2014:160), “ditinjau dari fisiknya IPA adalah ilmu
pengetahuan yang objek telaahnya adalah alam dengan segala isinya yaitu manusia,
hewan dan tumbuhan termasuk bumi”. Menurut Winatpura dalam Daryanto
(2014:160), “Jika dilihat dari namanya, IPA diartikan sebagai ilmu yang mempelajari
sebab akibat dari kejadian-kejadian di alam ini”.
Menurut Carin dalam Daryanto (2014:160), “menyatakan IPA adalah suatu
kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematik yang didalam penggunaanya
secara umum terbatas pada gejala-gejala alam”.
Menurut Darmojo, dalam samatowa (2006:2) “Pengetahuan alam sudah jelas
artinya pengetahuan tentang alam semesta dengan segala isinya. Adapun pengetahuan
itu sendiri artinya segala sesuatu yang diketahui oleh manusia. Jadi secara singkat
25

IPA aalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dan segala
isinya.
Dari beberapa definisi di atas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa
pembelajaran IPA merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari semua isi di alam
dan jagat raya yang tersusun secara sistematik terbatas pada gejala-gejala alam.
2.3.2 Tujuan pembelajaran IPA
Tujuan pembelajaran IPA itu sendiri yaitu adalah sesuatu yang ingin dicapai
setelah proses belajar mengajar IPA berlangsung dengan baik untuk jangka penedek
maupun jangka panjang. Tujuan belajar IPA untuk jangka pendek yaitu dikuasainya
sejumlah materi yang telah dipelajarinya, sedangkan tujuan belajar IPA jangka
panjang adalah berkenaan dengan penggunaan ilmu IPA dalam kehidupan sehari-hari
dan penghargaan terhadap IPA itu sendiri sebagai ilmu struktur dan ilmu terapan.
Adapun fungsi mata pelajaran IPA menurut Depdiknas, (2006:2) antara lain:
a. Memberi bekal pengetahuan dasar, baik untuk dapat mlanjutkan kejenjang
pendidikan yang lebih tinggi maupun untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari;
b.Mengembangkan keterampilan-keterampilan dalam memperoleh, mengembangkan
dan menerapkan konsep-konsep IPA; c.Menanamkan sikap ilmiah dan melatih siswa
dalam menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya;
d. Menyadarkan siswa akan keteraturan alam dan segala keindahannya.
26

2.3.3 Unsur penting dalam pembelajaran IPA


Menurut Samatowa (2006:5) “Ada beberapa aspek penting yang dapat
diperhatikan guru dalam memberdayakan anak melalui pembelajaran IPA yaitu:
1. Pentingnya memahami bahwa pada saat memulai kegiatan pembelajarannya, anak
telah memiliki berbagai konsepsi, pengetahuan yang relevan dengan apa yang
mereka pelajari.
2. Aktivitas anak melalui berbagai kegiatan nyata dengan alam menjadi hal utama
dalam pembelajaran IPA. Aktivitas ini dapat dilakukan di laboratorium, di kelas
dengan berbagai alat bantuan belajar, atau bahkan di lingkungan sekolah.
3. Dalam setiap pembelajaran IPA kegiatan bertanyalah yang menjadi bagian yang
penting, bahkan menjadi bagian yang paling utama dalam pembelajaran. Melalui
kegiatan bertanya, anak akan berlatihnmenyampaikan gagasan dan memberikan
respons yang relevan yang relevan terhadap suatu masalah yang dimunculkan.
4. Dalam pembelajaran IPA memberikan kesempatan kepada anak untuk
mengembangkan kemampuan berpikirnya dalam menjelaskan suatu daerah.

2.3.4 Kemampuan belajar mandiri dalam pembelajaran IPA


Pembelajaran IPA adalah pembelajaran yang membahas tentang alam
semesta dan seluruh isinya. Menurut Daryanto (2014:160), “ditinjau dari fisiknya
IPA adalah ilmu pengetahuan yang objek telaahnya adalah alam dengan segala isinya
yaitu manusia, hewan dan tumbuhan termasuk bumi”.
Akbar dan Sriwiyana (dalam Fatmasari, 2014:11) menjelaskan bahwa, “Aktif berarti
siswa ikut dilibatkan dalam sebuah pembelajaran aktif merupakan pembelajaran yang
terpusat pada siswa. Siswa dilibatkan dalam proses pembelajaran dengan tujuan
untuk mengembangkan berbagai potensi pada diri siswa. Kemampuan belajar
mandiri siswa dalam proses pembelajaran bukan berarti menjadikan pasifnya guru,
namun keduanya aktif dan menciptakan suatu interaksi belajar mengajar”
Kemampuan belajar mandiri siswa dalam pembelajaran IPA adalah
keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran dengan tujuan untuk mengembangkan
berbagai potensi pada diri siswa yang mampu menemukan sendiri konsep dari materi
yang dipelajari dengan bimbingan guru sebagai fasilitator.
2.4 Kerangka Berpikir
3 2.1 Bagan Kerangka Berpikir

PEMBELAJARAN IPA

STRATEGI ELABORASI
PEMBELAJARAN

KEMAMPUAN BELAJAR
MANDIRI
27

Berdasarkan kerangka berpikir diatas dapat diketahui bahwa dalam penelitian


ini, peneliti akan melakukan pada mata pelajaran IPA di kelas V semester 2 pada
materi cahaya dan sifat - sifatnya pada SK 6 Menerapkan sifat- sifat cahaya melalui
kegiatan membuat suatu karya/model, dan KD 6.1. mendeskripsikan sifat – sifat
cahaya, untuk melihat kemampuan belajar mandiri siswa sebelum dan setelah di
lakukan perlakuan.
2.5 Hipotesis Penelitian
Hipotesis menurut Riduwan (2014:163), “adalah jawaban atau dugaan
sementara yang harus diuji lagi kebenarannya”.
Hipotesis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
H1 :Terdapat pengaruh signifikan penggunaan strategi elaborasi
pembelajaran terhadap kemampuan belajar mandiri siswa.
H0 :Tidak terdapat pengaruh signifikan penggunaan strategi elaborasi
pembelajaran terhadap kemampuan belajar mandiri siswa.

III. METODE PENELITIAN


3.1 Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian
Pra-experimen dengan desain penelitian “One-Group Pretest-Posttest Desaign”.
Menurut Sugiyono (2015:110) desain penelitian One-Group Pretest-Posttest Desaign
adalah “terdapat suatu kelompok sebelum diberi treatment/perlakuan di tes terlebih
dahulu, dan selanjutnya setelah perlakuan dilakukan posttest dan kemudian
diobservasi hasilnya”.
O1 X O2

O1 = Nilai Pretest
X = Perlakuan (treatmen)
O2 = Nilai Postest
Dalam penelitian ini perlakuan yang dilakukan yaitu pembelajaran dengan
strategi elaborasi, dengan teknik pengambilan data yaitu angket dan tes untuk
mengukur data variabel X (strategi elaborasi) dan variabel O (kemampuan belajar
mandiri) yang kemudian akan diolah dengan instrumen penelitian.
28

3.2 Populasi dan Sampel


3.2.1 Populasi
Populasi menurut Riduwan (2017:07), adalah keseluruhan subjek penelitian.
Populasi dalam penelitian”. Populasi dalam penelitian ini adalah murid SDN 111/1
Muara bulian.
3.2.2 Sampel
Sample menurut Arikunto (2006:109) adalah “sebagian atau wakil dari populasi
yang dilalui memiliki sifat–sifat yang sama dari objek yang merupakan sumber data”.
Pengambilan Sampel penelitian ini dengan menggunakan Purposive Sampling.
Purposive Sampling menurut Riduwan (2014:20) yaitu “pemilihan sampel sesuai
dengan yang dikehendaki”. Pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini
berdasarkan atas adanya tujuan tertentu, sampel yang dikehendaki adalah siswa yang
memiliki usia diantara 11-12 tahun
Berdasarkan kriteria yang di kehendaki maka yang dipilih adalah siswa kelas V
karena rata-rata usia siswa kelas V antara 11-12, sampel penelitian ini dengan jumlah
siswa sebanyak 36 orang yang terdiri dari 16 orang laki-laki dan 20 orang perempuan.

3.3 Lokasi dan Waktu


3.3.1 Lokasi
Tempat penelitian yaitu di SD Negeri 111/1 Muara Bulian yang terletak
dikelurahan Komplek air panas, kecamatan muara bulian, kebupaten Batanghari. Alasan
peneliti memilih tempat penelitian di SD Negeri 111/1 Muara Bulian pada kelas V
karena peneliti juga melakukan praktek pengalaman lapangan di Sekolah Dasar tersebut
dan peneliti benar-benar menemukan masalah pada kelas tersebut.
3.3.2 Waktu
Waktu penelitian dalam penelitian ini, dilaksanakan pada semester genap tahun
ajaran 2016/2017.
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian menurut Arikunto (2006:160), adalah “alat atau fasilitas
yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan
hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih
mudah diolah, Variasi jenis penelitian ini adalah, pertanyaan objektif, ceklis (check-
list), atau daftar centang, pada jawaban yang benar pedoman wawancara, pedomanan
pengamatan”.
Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengumpulan data, maka harus ada
alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen
penelitian.Instrumen/alat yang digunakan dalam penelitian ini, untuk menentukan
kemampuan belajar mandiri siswa peneliti menggunakan instrumen berupa lembar
Angket dan tes.
3.4.1 Angket (Questionnaire)
Angket (Questionnaire) menurut Riduwan (2014:52), “adalah daftar pernyataan
yang diberikan kepada orang lain yang bersedia memberikan respons (responden) sesuai
dengan permintaan pengguna”.
Angket yang digunakan yaitu angket jenis tertutup (angket berstruktur) sehingga
responden memberikan respon dengan memberikan tanda silang(x) atau centang (v)
pada lembar angket. Kisi-kisi angket dibuat berdasarkan indikator kemampuan belajar
mandiri siswa.

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 28


29

Tabel 3.1 Kisi – kisi angket


No Aspek Indikator No. butir soal
1 Kemampuan Adanya kecenderungan untuk 1,2,3,4,5
Belajar berpendapat, berperilaku dan
Mandiri bertindak atas kehendaknya sendiri
2 Memiliki keinginan yang kuat 6,7,8,9,10
untuk mencapai tujuan
3 Membuat perencanaan dan 11,12,13,14,15
berusaha dengan ulet dan tekun
untuk mewujudkan harapan
4 Mampu untuk berfikir dan 16,17,18,19,20
bertindak secara kreatif, penuh
inisiatif, dan tidak sekedar meniru
5 Memiliki kecenderungan untuk 21,22,23,24,25
mencapai kemajuan, yaitu untuk
meningkatkan prestasi belajar
6 Mampu menemukan sendiri 26,27,28,29,30
tentang sesuatu yang harus
dilakukan
Jumlah 30

Indikator kemampuan belajar mandiri menurut Sardiman (2008:45)

3.4.2 Tes
Tes menurut Arikunto (2006:80) adalah “sebuah kegiatan yang dilakukan
diakhir pelaksanaan pelajaran atau yang disebut evaluasi hasil merupakan suatu
percobaan yang diadakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hasil-hasil pelajaran pada
seorang murid atau kelompok murid”. Dalam penelitian ini tes dilakukan untuk melihat
perkembangan nilai siswa sesuai dengan indikator kemampuan belajar mandiri pada
pembelajaran IPA.
Tes hasil belajar IPA diberikan di awal pembelajaran sebelum dilakukan
treatment/perlakuan dan akhir pembelajaran. Tes ini berupa soal esai dengan jumlah
butir soal sebanyak 5 soal. Adapun kisi-kisi instrumen tes yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2 Kisi-kisi intrumen tes
Kompetensi Dasar Indikator No.Soal
6.1 Mendeskripsikan sifat–sifat 1.Menyebutkan sifat-sifat 1,2,3,4,5
cahaya cahaya dalam kehidupan sehari-
hari.

3.4.3 Uji Kelayakan Instrumen


Sebelum instrumen penelitian digunakan, maka harus diuji kelayakannya
terlebih dahulu. Dengan tujuan apakah instrumen yang digunakan sudah layak atau
belum layak digunakan dalam sebuah penelitian.
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengukur apakah suatu instrumen
tes sudah memiliki kevalidan yang dapat digunakan untuk penelitian. Instrumen tes
yang digunakan dalam penelitian ini diukur kevalidannya langsung oleh Expert
Judgement (penelaah berkompeten), yaitu dengan meminta Judgement (penelaahan)
pada dosen atau orang yang dianggap ahli, selain dosen pembimbing. Dan diuji validitas
intrumen.

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 29


30

Uji validitas instrumen menurut Riduwan (2014:184) “menunjukkan bahwa


hasil dari suatu pengukuran menggambarkan segi atau aspek yang diukur. Uji validitas
instrumen dilakukan dengan validitas isi dan validitas kontruk, validitas dilakukan
untuk mengetahui derajat dimana sebuah instrumen mengukur cakupan substansi yang
ingin diukur”.
Validitas dalam penelitian ini ditilik dari segi isi instrumen sebagai alat
pengukur kemampuan belajar mandiri siswa, sebelum digunakan dalam penelitian,
instrumen yang telah disusun berdasarkan deskripsi teori dikonsultasikan pada ahli
(expert judgemen) untuk diperiksa dan dievaluasi. Ahli (expert judgement) dalam
penelitian ini yaitu Bapak Hendra Budiono,M.Pd dan uji validitas isi dilakukan dengan
bantuan program komputer Microsoft Office Excel 2010.
3.5 Teknik Pen
Pengumpulan data adalah langkah yang paling utama dalam penelitian, karena
tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Pada metode penelitian
kuantitatif ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan angket dan tes.
3.5.1 Angket (Questionnaire)
Angket digunakan peneliti sebagai salah satu teknik pengumpulan data untuk
mengumpulkan data kemampuan belajar mandiri siswa, dengan responden siswa kelas
V.Angket dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan
belajar mandiri siswa sebelum diberikan perlakuan dan setelah diberikan perlakuan.
Hasil angket dipakai sebagai data guna mengetahui perkembangan kemampuan belajar
mandiri siswa awal dan akhir pembelajaran IPA.
3.5.2 Tes
Tes dalam penelitian ini meliputi pretest dan posttest. Pretest ditujukan untuk
mengetahui kemampuan awal siswa terkait materi-materi yang diajarkan, sedangkan
posttest ditujukan untuk mengetahui perkembangan hasil belajar siswa pasca menjalani
proses pembelajaran menggunakan strategi elaborasi. Hasil tes ini dapat juga dijadikan
sebagai acuan bahwa dengan kemampuan belajar mandiri siswa akan berpengaruh
kepada hasil belajar siswa pada materi- materi terkait yang diajarkan.

3.6 Teknik Analisis Data


Dari data yang diperoleh dari penelitian ini dilanjutkan dengan menganalisis
data kemudian ditarik kesimpulan dengan menggunakan statistik parametetrik.
3.6.1 Analisis Data Tes dan Angket Siswa
Data hasil angket dan tes siswa dianalisis dengan deskriptif kuantitatif
persentase dengan cara membuat rekapitulasi jawaban siswa masing-masing aspek yang
diberikan, kemudian data tersebut diubah kedalam bentuk persentase
3.6.2 Analisis Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah terdapat pengaruh strategi elaborasi pembelajaran
terhadap kemampuan belajar mandiri siswa. Uji hipotesis dilakukan dengan bantuan
program komputer Microsoft Office Excel 2010.
Hipotesis statistiknya adalah:
H1 : 1 2
H0 : 1 2
Keterangan :
1 : Nilai rata-rata setelah perlakuan
2 : Nilai rata-rata sebelum perlakuan

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 30


31

Uji hipotesis ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar dan hasil
angket sebelum dan setelah diberikan perlakuan. Uji hipotesis manual menggunakan uji

perbedaan dua rata-rata dengan uji pihak kanan. Uji ini dipengaruhi oleh
kesamaan dua varians, rumus yang digunakan adalah

Keterangan:
: Nilai rata-rata hasil angket sebelum perlakuan
: Nilai rata-rata hasil angket setelah perlakuan
n1 : Nilai rata-rata hasil tes sebelum perlakuan
n2 : Nilai rata-rata hasil tes setelah perlakuan
2
S1 : Varians angket setelah perlakuan
S22 : Varians tes setelah perlakuan
S : simpangan baku
Kriteria H0 ditolak apabila t t(1-a)(n1+n2-2)

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara variabel strategi
elaborasi pembelajaran terhadap kemampuan belajar mandiri siswa dan gambaran
masing-masing variabel pada siswa kelas V SD Negeri 111/1 muara bulian.
Berdasarkan hasil pengolahan data dan pengujian hipotesis yang telah diuraikan
sebelumnya, dhasilkan bahwa hipotesis kerja (Hi) diterima, hal ini berarti bahwa
“Penerapan strategi elaborasi pembelajaran memberikan pengaruh signifikan terhadap
kemampuan belajar mandiri siswa kelas V SD Negeri 111/1 muara bulian”.
Pembelajaran dengan menggunakan strategi elaborasi pembelajaran berpengaruh
terhadap kemampuan belajar mandiri siswa, hal ini diketahui dari selisih hasil tes
sebelum dan setelah diberikan perlakuan, dan juga hasil pretest dan posttest angket
respon siswa. Penerapan strategi elaborasi pembelajaran disesuaikan dengan
kemampuan siswa di kelas V.
Hasil analisis uji hipotesis dengan uji t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan antara tingkat kemampuan belajar mandiri siswa pra dan pasca
menerapkan strategi elaborasi pembelajaran. Rata-rata hasil angket kemampuan belajar
mandiri siswa pasca perlakuan lebih tinggi di bandingkan dengan rata-rata hasil angket
pra perlakuan.
Penerapan strategi elaborasi pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan
belajar mandiri siswa dalam pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam), hal ini bisa
digambarkan dengan antusias siswa selama pebelajaran, siswa menjadi lebih aktif dalam
bekerja baik secara berkelompok maupun secara individu.

V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Simpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini, yaitu terdapat pengaruh
signifikan penerapan pembelajaran mandiri terhadap kemampuan belajar mandiri siswa
kelas V yang ditunjukkan oleh hasil uji hipotesis.

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 31


32

Berdasarkan hasil uji hipotesis diketahui “terdapat pengaruh signifikan strategi


elaborasi pembelajaran terhadap kemampuan belajar mandiri siswa kelas V SD Negeri
111/1 muara bulian sebesar 30,23.
Penerapan strategi elaborasi pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan
belajar mandiri siswa dalam pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam), hal ini bisa
digambarkan dengan antusias siswa selama pebelajaran, siswa menjadi lebih aktif dalam
bekerja baik secara berkelompok maupun secara individu.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Guru
Guru disarankan menerapkan strategi elaborasi pembelajaran guna
meningkatkan kemampuan belajar mandiri siswa
5.2.2 Bagi siswa
Siswa disarankan untuk lebih mengembangkan kemampuan belajar mandiri
sehingga jika tidak selalu bergantung kepada guru sebagai sumber informasi, namun
dapat menemukan pengetahuan dari sumber – sumber lain yang ada di sekitar siswa.

5.2.3 Bagi peneliti lain


Penelitian ini masih terbatas hanya pada variabel strategi elaborasi pembelajaran
oleh karena itu disarankan bagi peneliti lain dapat meneliti faktor-faktor lain yang
mempengaruhi kemampuan belajar mandiri siswa baik dari faktor lain, seperti faktor
internal yaitu psikologi siswa, interaksi siswa maupun dari faktor eksternal siswa.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. 2006. Prosedur Penilaian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarata:Rineka Cipta

Basri, Hasan.1995. Keluarga Sakinah Tinjauan Psikologi Agama.Yogyakarta: Pustaka


Pelajar

Daryanto. 2014. Pendekatan Pembelajaran Saitifik Kurikulum 2013. Jakarta : Gaya


Media

Depdikbud. 2003. Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003Tentang


Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : PGSM

Depdiknas.2006 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006


.Tentang Standar Isi

Fadlillah, Muhammad dan Khorida, Maulifatu.2013. Pendidikan Karakter Anak


Usia Dini.Yogyakarta : Javakarsa Media

Hasan, Alwi. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : PT. Gramedia Kusyono.
(2011). Kemandirian Belajar Siswa Kelas X Prohram Keahlian Teknik
Ketenagalistrikan SMK Negeri Di Kota Yogyakarta. Yogyakarta:FT UNY.

Mudjiman, Haris. 2009. Manajemen Belajar Pelatihan Berbasis Belajar Mandiri.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 32


33

Munandar, Utami. 2009. Mengembangkan Bakat dan Kreatifitas Anak Sekolah.


Jakarta : PT. Gramedia

Prasetyo, Bambang. dan Jannah, Miftahul, Lina.2014.Metode Penelitian Kuantitatif.


Depok: PT. Rajagrafindo

Putra, Rizama.S. 2013. Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains.


Yogyakarta: DIVA Press

Riduwan.2014. Dasar–Dasar Statistika. Bandung : Alfabeta

Rusman . 2014. Model–Model Pembelajaran. Bandung : Rajawali Press

Samatowa, 2006. Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar. Direktor Jendral


Pendidikan Tinggi : Departemen Pendidikan Nasional.

Shoimin, 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.Yogyakarta :


AR -RUZZ MEDIA
Siburian & Asrial, 2010. Model Pembelajaran Sains. Jakarta : FKIP Universitas Jambi.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuatitatif Kualitataif dan R&D. Bandung:

Alfabeta
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan RnD.Bandung : Alfabeta

Suryabrata. 2008. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada


Taniredja, T. Faridli, M.E. dan Harmianto, S. 2012. Model Pembelajaran
Inovatif. Bandung :Alfabeta

Trianto.2011. Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik Bagi Anak Usia Dini dan
Anak Usia Kelas Awal. Jakarta : Kencana Press

Yamin, Marrinis.2012. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta :Gaung


Persada

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 33

You might also like