Hubungan Antara Self Esteem Dengan Social Anxiety Pada Remaja Berstatus Sosial Ekonomi Rendah

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 11

Psyche 165 Journal

https://jpsy165.org/oj s
2022 Vol. 15 No. 2 Hal: 68-73 p-ISSN: 2088-5326, e-ISSN: 2502-8766

Hubungan antara Self Esteem dengan Social Anxiety pada Remaja


Berstatus Sosial Ekonomi Rendah
Dwike Nur Kholiza1, Herio Rizki Dewinda2, Andhika Anggawira3
1,2,3
Universitas Putra Indonesia YPTK Padang anggawira4ever@yahoo.co.uk
Abstract
Adolescence is an important period, because times and music-creations need to be adapted to many
things. A teenager is expected to have good self-esteem, and it becomes important to help overcome
social anxiety. This study aims to determine the relationship between Self Esteem and Social Anxiety
in Adolescents with Low Socio-Economic Status at SMA N 1 Talamau. The independent variable in
this study is Self Esteem and the determined variable is Social Anxiety. The measuring instrument
used in this study is the Self Esteem and Social Anxiety scale. The sampling technique in this study
used a purposive sampling technique. The sample in this study found 53 students of SMA N 1
Talamau. Test the validity and reliability in this study using the Alpha Cronbach technique. The item
discriminatory index on the Self Esteem scale moves from rix= 0.376 to rix= 0.734 with a reliability
coefficient of = 0.937 while the Social Anxiety scale moves from rix= 0.396 to rix= 0.798 with a
reliability coefficient of = 0.945. Based on data analysis, it can be concluded that there is a significant
relationship between Self Esteem and Social Anxiety, with a correlation (r) -0.718 with a significant
level of 0.000 which means the hypothesis is accepted. This shows that there is a significant negative
relationship between Self Esteem and Social Anxiety in adolescents with low socioeconomic status at
SMA N 1 Talamau.
Keywords: Self Esteem, Social Anxiety, Youth, Social, Economics.
Abstrak
Masa remaja merupakan masa yang penting, karena merupakan masa peralihan dan memerlukan
penyesuaian dalam banyak hal. Seorang remaja diharapkan mempunyai self esteem yang baik, dan
hal itu menjadi penting untuk membantu mengasi sosial anxiety. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara Self Esteem dengan Social Anxiety Pada Remaja Berstatus Sosial
Ekonomi Rendah di SMA N 1 Talamau. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Self Esteem dan
variable terikat adalah Social Anxiety. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Self
Esteem dan Social Anxiety. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 53 orang Siswa SMA N 1 Talamau. Uji
validitas dan reliabilitas pada penelitian ini menggunakan teknik Alpha Cronbach. Indeks daya beda
aitem pada skala Self Esteem bergerak dari rix= 0,376 sampai dengan rix= 0,734 dengan koefisien
reliabilitas sebesar α= 0,937 sedangkan pada skala Social Anxiety bergerak dari rix= 0,396 sampai
dengan rix= 0,798 dengan koefisien reliabilitas sebesar α= 0,945. Berdasarkan analisis data, dapat di
simpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara Self Esteem dengan Social Anxiety, dengan
nilai korelasi (r) -0.718 dengan taraf signifikan 0,000 yang berarti hipotesis diterima. Hal ini
menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara Self Esteem dengan Social Anxiety
pada remaja berstatus sosial ekonomi rendah di SMA N 1 Talamau.Kata kunci: Kata kunci dituliskan
dalam 5 kata yang merupakan subset dari judul makalah, ditulis dengan menggunakan huruf kecil
kecuali untuk singkatan, dan dipisahkan dengan tanda baca koma untuk antar kata.
Kata kunci: Self Esteem, Social Anxiety, Remaja, Sosial, Ekonomi.

Psyche 165 Journal is licensed under a Creative Commons 4.0 International License.
1. Pendahuluan
Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang
menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari
Sekolah
Menengah Pertama (SMP), Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat. Peserta
didik SMA adalah mereka yang berusia antara 16 sampai 18 tahun dimana pada usia ini sedang

Psyche 165 Journal − Vol. 15, No. 2 (2022) 68-73


1
berada pada fase remaja [1]. Masa SMA bisa dikatakan merupakan masa peralihan seseorang dari
masa kanak-kanak menuju masa dewasa.

siswa SMA jika ditinjau dari segi perkembangan merupakan masa transisi anak-anak menuju masa
dewasa dimana terjadi perubahan-perubahan yang signifikan baik perubahan pada tubuh, psikologis
dan kognitif [2]. Istilah remaja dikenal dengan
“adolescence” yang berasal dari kata latin “adolescere” yang memiliki arti tumbuh atau tumbuh
untuk mencapai kematangan. Masa remaja sering dikenal masa mencari jati diri, dan disebut dengan
identitas ego (ego identity) [3].

Diterima: 23-02-2022 | Revisi: 13-04-2022 | Diterbitkan: 30-06-2022 | doi:


10.35134/jpsy165.v15i2.152
Ciri khas yang menonjol pada remaja adalah masalah sehingga mereka terikat dengan adanya
penerimaan lingkungan. Jika seseorang memiliki sesuatu yang dihargai atau dibanggakan dalam
jumlah yang lebih daripada yang lainnya maka ia akan dianggap memiliki status yang lebih tinggi
dalam masyarakat. Sebaliknya apabila seseorang memiliki kuantitas sesuatu yang dibanggakan lebih
sedikit, maka ia akan dianggap mempunyai status dalam masyarakat yang lebih rendah. Individu
dengan status sosial ekonomi yang tergolong mampu, dia akan dapat berinteraksi sosial dengan baik
[4]. Hal tersebut mengindikasikan remaja dengan status sosial ekonomi baik akan lebih mudah dalam
berinteraksi dan bersosialisasi dengan lingkungannya begitu juga sebaliknya dengan remaja yang
berstatus sosial ekonomi rendah. Seseorang dengan status ekonomi rendah cenderung lebih tegang
dan seseorang dengan status ekonomi tinggi cenderung lebih santai [5].
Remaja yang merasa mengalami penolakan dari lingkungannya, minder dan rendah diri akan memicu
timbulnya kecemasan sosial (social anxiety). Social anxiety seringkali dirasakan oleh remaja karena
remaja masih mempersepsikan orang lain seolah-olah memperhatikan terhadap dirinya. Social
anxiety adalah perasaan tidak nyaman dengan kehadiran orang lain, yang selalu disertai oleh
perasaan malu yang ditandai dengan kejanggalan dan ketakutan, hambatan dan kecenderungan
untuk menghindari interaksi sosial [6]. Pendapat tersebut merujuk kecemasan sosial pada faktor
internal individu tentang bagaimana cara pandang (perspektif) terhadap lingkungan sosial [7].

Social anxiety hadir karena ada kekhawatiran memperoleh evaluasi negatif dari orang lain saat
individu terlibat dalam aktivitas atau situasi sosial tertentu. Dalam bahasa yang sederhana, Social
anxiety adalah perasaan malu dinilai atau diperhatikan oleh orang lain karena adanya prasangka
bahwa orang lain menilai negatif terhadap dirinya [8].

Status ekonomi yang mapan akan mempengaruhi semakin tingginya self esteem, dan status sosial
ekonomi yang rendah akan memicu rendahnya self esteem [5]. Orang yang memiliki self esteem
tinggi merasa percaya diri dan sebagai akibatnya mereka dapat secara efekif menangani semua jenis
situasi, yang pada akhirnya mengurangi kemungkinan social anxiety. Self esteem bekerja sebagai
sosiometri yang memberi seseorang perasaan dicintai dan dihargai oleh orang-orang [9].

Berdasarkan hasil wawancara dengan 6 (enam) orang siswa SMA N 1 Talamau yang berstatus sosial
ekonomi rendah pada tanggal 18 Maret 2021, mengatakan bahwa mereka merasakan perasaan yang
cemas, tidak nyaman dan tertekan saat berhadapan dengan orang baru ataupun berada di
keramaian, hal tersebut menjadikan dirinya lebih penyendiri dan terkadang menghindari teman-
temannya. Dapat disimpulkan dari hasil wawancara tersebut bahwa memang ada social anxiety yang
mereka alami. Saat berada dikeramaian mereka merasa orang-orang melihat dengan sinis, berpikir
hal buruk tentang dirinya, begitu juga ketika akan tampil di depan kelas ataupun didepan banyak
orang, hal tersebut tidak hanya berdampak pada psikologis tapi juga berdampak pada perubahan
kondisi fisiknya seperti tangan menjadi dingin, berkeringat, sakit perut, suara mengecil dan gemetar.

Hal tersebut didukung oleh wawancara yang telah dilakukan dengan 4 (empat) wali kelas dan 2 (dua)
guru bimbingan konseling di SMA N 1 Talamau pada tanggal 20 Maret 2021, dapat diperoleh
informasi dan kesimpulan bahwa memang ada beberapa kasus pada siswa tersebut yang

Psyche 165 Journal − Vol. 15, No. 2 (2022) 68-73


2
berhubungan dengan kecemasan sosial dengan latar belakang sosial ekonomi rendah, beberapa
contoh kasusnya siswa sampai berhenti sekolah, tidak masuk kelas, bolos, tidak ikut dalam diskusi
kelas, menurunnya nilai dan minat belajar siswa, menyendiri, dan jarang bersosialisasi ataupun
berinteraksi dengan teman-temannya.

Seperti MK (16) memilih berhenti sekolah karena merasa minder dan terkucilkan dari teman-
temannya, awalnya MK sering tidak mengikuti sekolah daring dan tidak masuk saat pembelajaran
sekolah offline karena masalah tidak memiliki smartphone, pembayaran uang sekolah dan buku,
meskipun sudah diajak berdiskusi orang tua dengan wali kelas dan dibantu oleh pihak sekolah, MK
tetap memilih untuk berhenti sekolah. MK mengatakan bahwa kendalanya selama ini adalah
munculnya perasaan minder ketika bertemu dengan banyak orang, ia tidak memiliki teman dekat di
sekolah dan jarang berinteraksi dengan temantemannya. Munculnya perasaan malu untuk berteman
karena ia berpikir apapun yang dikatakan atau dilakukannya akan salah, diejek dan dipermalukan
oleh teman-temannya. Merasa bukan anak gaul dan berasal dari keluarga yang kurang mampu
menjadikan MK berpikiran negatif tentang dirinya, sehingga lebih memilih untuk menyendiri karena
cemas saat harus berinteraksi dan bersosialiasi dengan teman-temannya. 1.1. Social Anxiety

Social anxiety adalah ketakutan yang menetap terhadap situasi sosial yang berhubungan dengan
performa diri dan menghadapi evaluasi dari orang lain, diamati, takut dipermalukan, dan dihina [10].
Social anxiety sebagai proses yang ditandai dengan ketakutan dan lebih berhati-hati dengan orang
yang disekitarnya [11].

Ketakutan akan evaluasi negatif, diekspos, dan menghindar dari lingkungan sosial (menyendiri)
merupakan ciri khas dari social anxiety [12]. Social anxiety merupakan ketakutan menetap dan tidak
rasional yang umumnya berkaitan dengan keberadaan orang lain. Salah satu faktor yang
mempengaruhi social anxiety adalah self esteem [4].

Beberapa karakteristik dari social anxiety yaitu memiliki reaksi negatif terhadap situasi sosial yang
memungkinkan terjadinya evaluasi negatif, kurangnya percaya diri untuk dapat berinteraksi dengan
orang lain, tingkah laku menghindar, dan meningkatnya respon fisiologis [12].

Social anxiety adalah perasaan tidak nyaman dalam kehadiran orang lain yang selalu disertai oleh
perasaan malu yang ditandai dengan kejanggalan atau kekakuan, hambatan dan kecenderungan
untuk menghindari interaksi sosial. Kecemasan sendiri merupakan suatu respon yang beragam
terhadap situasi-situasi yang mengancam dan suatu pengalaman subjektif dari ketegangan atau
kegugupan (nervousness) [13].

Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan social anxiety adalah kondisi dimana seseorang merasa tidak nyaman saat berada dalam
situasi dan interaksi sosial dengan orang lain karena cemas dengan penilaian negatif dari orang lain.
1.2. Aspek-Aspek Social Anxiety

Tiga aspek social anxiety, yaitu : a) Ketakutan akan evaluasi negatif. b) Penghindaran sosial dan rasa
tertekan dalam situasi yang baru atau berhubungan dengan orang asing atau baru. c) Penghindaran
sosial dan rasa tertekan yang dialami secara umum atau dengan orang yang dikenal [11]. Aspek
social anxiety yaitu: penghindaran pada situasi-situasi sosial, kecemasan bahwa akan dikritik oleh
orang lain, perasaan diri bahwa tidak berharga yang dimiliki [14].

1.3. Self Esteem

Self esteem (harga diri) adalah perasaan kebernilaian diri kita, suatu penilaian yang kita buat tentang
seberapa hebat diri kita [4]. Self esteem merujuk pada sikap seseorang terhadap dirinya sendiri mulai
dari sangat negatif sampai sangat positif [15]. Self esteem sebagai sesuatu yang merupakan
kebutuhan setiap orang dan terasa mulai dari tingkat yang rendah hingga tinggi. Kebutuhan untuk
dihargai ini dalam kehidupan bermasyarakat mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap
perilaku seseorang [16]. Self esteem merupakan hasil evaluasi tentang diri kita sendiri, artinya bukan

Psyche 165 Journal − Vol. 15, No. 2 (2022) 68-73


3
hanya menilai seperti apa diri kita sendiri, namun juga menilai kualitas-kualitas yang adapada diri
sendiri [14].

Empat tipe pengertian self esteem. Pertama, self esteem dipandang sebagai sikap, eperti sikap-sikap
lainnya, self esteem menunjuk pada suatu objek tertentu yang melibatkan reaksi kognitif, emosi, dan
perilaku, baik positif maupun negatif. Kedua, self esteem dipandang sebagai perbandingan mendekati
ideal self dan begitu sebaliknya. Ketiga, self esteem dianggap sebagai respons psikologis seseorang
terhadap dirinya sendiri, lebih dari sekedar sikap. Keempat, self esteem dipahami sebagai komponen
dari kepribadian atau self system seseorang.

1.4. Aspek-Aspek Self Esteem

Empat aspek self esteem yaitu: a) Kekuasaan (power), yaitu kemampuan untuk dapat mengatur dan
mengendalikan tingkah laku diri sendiri dan orang lain.
b) Keberartian (significance), yaitu kepedulian, perhatian dan afeksi yang diterima individu dari orang
lain. Hal tersebut merupakan penghargaan dan ekspresi minat orang lain terhadap individu serta
merupakan tanda penerimaan dan popularitas individu. c) Kebajikan (virtue), yaitu ketaatan
mengikuti kode moral, etika dan prinsip-prinsip keagamaan yang ditandai oleh ketaatan untuk
menjauhi tingah laku yang dilarang dan melakukan tingkah laku yang diperbolehkan oleh moral, etika
dan agama. d) Kemampuan (competence), sukses memenuhi tuntutan prestasi yang ditandai oleh
keberhasilan individu dalam mengarjakan berbagai tugas atau pekerjaan dengan baik [18].

Ada tiga aspek self esteem yaitu: a) Perasaan diterima (feeling of belonging) Perasaan individu
bahwa dirinya merupakan bagian dari suatu kelompok dan dirinya diterima seperti dihargai anggota
kelompoknya. Kelompok tersebut bisa keluarga, teman sebaya atau kelompok lainnya. b) Perasaan
mampu (feeling of competence) Perasaan dan keyakinan individu akan kemampuannya yang ada
pada dirinya sendiri dalam mencapai suatu hasil yang diharapkan misalnya perasaan seseorang saat
mengalami keberhasilan atau kegagalan. c) Perasaan berharga (feeling of worth) Perasaan di mana
individu merasa dirinya berharga atau tidak, di mana perasaan ini banyak dipengaruhi pengalaman
masa lalu [19].

1. Metodologi Penelitian
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif korelasional dengan variabel penelitian dependennya adalah
social anxiety (Y) dan variabel independent nya adalah self esteem (X). Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas XI dan XII yang berstatus sosial ekonomi rendah di SMA N 1 Talamau, yang
berjumlah 53 orang. Adapun teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah teknik purposive
sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu [20].
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala. Model Skala yang
digunakan social anxiety dan self esteem adalah model skala likert. Skala Likert digunakan untuk
mengatur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial
[20].

Format respon jawaban skala social anxiety dan skala self esteem berdasarkan empat pilihan
jawaban, yaitu SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai), TS (Tidak Sesuai), dan STS (Sangat Tidak Sesuai). Peneliti
tidak menggunakan pilihan jawaban tengah “N” (Netral). Apabila pilihan jawaban tengah disediakan,
maka subjek akan cenderung memilih jawaban tengah, sehingga data mengenai perbedaan diantara
subjek menjadi kurang informatif dan sikap subjek yang sebenarnya tidak dapat diketahui secara
jelas.

Suatu item dapat dianggap memiliki daya diskriminasi yang memuaskan jika berkorelasi signifikan
terhadap skor total atau jika melakukan penilaian langsung terhadap koefisien korelasi bisa
digunakan batas nilai berkriteria rxy> 0,3. Dan sebaliknya item skala dikatakan gugur jika koefisien

Psyche 165 Journal − Vol. 15, No. 2 (2022) 68-73


4
korelasi lebih kecil dari 0,3 (rxy< 0,3). Juga dilakukan uji normalitas menggunakan uji Kolmogrov-
Smirnov. Uji Liniearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai hubungan
yang linear atau tidak. Dua variabel dikatakan mempunyai hubungan yang linear bila signifikansi
(liniearity) kurang dari 0,05 [21].

Koefisien validitas skala self esteem memiliki nilai correted item-total correlation berkisar antara
0,376 sampai dengan 0,734. Dengan koefisien reliabilitasnya sebesar 0,937. Koefisien validitas skala
self esteem memiliki nilai correted item-total correlation berkisar antara 0,396 sampai dengan 0,798..
Dengan koefisien reliabilitasnya sebesar 0,945. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji
analisis One Sample Kolmogorov-Smirnov yang dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansi (p)
lebih besar dari 0,05, menyatakan bahwa data dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansi lebih
besar dari 5% atau 0,05 [22].

2. Hasil dan Pembahasan


3.1 Hasil

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Uji
normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji analisis One Sample Kolmogorov-Smirnov yang
dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansi (p) lebih besar dari 0,05. Data dinyatakan
berdistribusi normal jika signifikansi lebih besar dari 5% atau 0,05.
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan program SPSS versi 21.0 [22]. Hasil
pengolahan data dengan menggunakan program IBM SPSS versi 21.0 terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Uji Normalitas Self Esteem dengan Social Anxiety
Variabel N KSZ P Sebaran
Self Esteem 53 0.744 0.638 Normal
Social Anxiety 53 0.583 0.886 Normal
Berdasarkan tabel 1 di atas, maka diperoleh nilai signifikansi pada skala self esteem sebesar p = 0,638
dengan KSZ = 0,744 hasil tersebut menunjukan bahwa nilai p > 0,05, artinya sebaran skala self esteem
terdistribusi secara normal, sedangkan untuk social anxiety diperoleh nilai signifikansi sebesar p =
0,886 dengan KSZ = 0,583, hasil tersebut menunjukan bahwa nilai p > 0,05, artinya sebaran
terdistribusi secara normal. Hasil uji linieritas self esteem dengan social anxiety terlihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Uji Linieritas Self Esteem dengan Social Anxiety


N Df Mean F Sig
Square
53 1 756.172 55.373 0.000

Berdasarkan tabel 2 di atas, di peroleh nilai F = 55.373 dengan signifikan sebesar p = 0,000 (p < 0,05),
artinya varians pada skala self esteem dengan social anxiety tergolong linear. Hasil uji korelasi antara
self esteem dengan social anxiety dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Uji Korelasi Antara Self Esteem dengan Social
Anxiety
P (α) Nilai R Kesimpulan
Korelasi square
(r) d
Sig (2-tailed)
0 .000 < 0,01
level of
0.516
0,000 0,01 -0.718 significant (α),
berarti

hipotesis

Psyche 165 Journal − Vol. 15, No. 2 (2022) 68-73


5
diterima
Berdasarkan tabel 3 di atas, maka diperoleh koefisien korelasi antara self esteem dengan social
anxiety, yaitu sebesar r = -0,718 dengan taraf signifikansi p = 0.000. Hal ini menunjukkan adanya
korelasi yang tinggi dengan arah negatif antara kedua variabel, yang artinya jika self esteem tinggi
maka social anxiety rendah, sebaliknya jika self esteem rendah maka social anxiety tinggi. Hasil uji
self esteem dengan social anxiety dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Descriptive Statistic Skala Self Esteem dengan Social
Anxiety
N Std. Minimu
Variable Maximum
Mean Deviation m
Self 53 6.738 56 83
Esteem 66.70
Social 53 5.309 63 85
Anxiety 74.92
Berdasarkan nilai mean empirik, maka dapat dilakukan pengelompokkan yang mengacu pada kriteria
pengkategorisasian dengan tujuan menempatkan individu kedalam kelompok-kelompok yang
terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur [21]. Kategori
self esteem dan social anxiety dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Kategori Self Esteem dengan Social Anxiety
Variabel Skor Jumlah Presentase Kategori
(%)
56- 9 17% Rendah
59 34 64% Sedang
Self 60-
esteem 72
73- 10 19% Tinggi
83
63- 6 11% Rendah
69 35 66% Sedang
Social 70-
anxiety 79
80- 12 23% Tinggi
85
Berdasarkan Tabel 5 dapat dijelaskan bahwa 9 orang (17%) siswa yang memiliki Self Esteem yang
rendah, 34 orang (64%) siswa yang memiliki Self Esteem yang sedang dan 10 orang (19%) siswa yang
memiliki Self Esteem yang tinggi. Sementara itu, ada 6 orang (11%) siswa yang memiliki social
anxiety yang rendah, 35 orang (66%) siswa yang memiliki social anxiety yang sedang dan 12 orang
(23%) siswa yang memiliki social anxiety yang tinggi.

Berdasarkan hasil uji korelasi Product Moment (Pearson) yang dilakukan dengan bantuan IBM SPSS
versi 24.0, dimana level of significant (α) 0,01 dan diperoleh nilai koefisien korelasi (rxy) -0,718
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara self esteem dengan social anxiety pada siswa kelas XI
dan XII di SMA N 1 Talamau dengan arah negatif, artinya jika self esteem siswa kelas XI dan XII di SMA
N 1 Talamau tinggi maka social anxiety siswa rendah, sebaliknya jika self esteem siswa XI dan XII di
SMA N 1 Talamau rendah maka social anxiety siswa tinggi. Hal ini diperkuat dengan hasil uji
signifikansi dengan bantuan IBM SPSS versi 21.0, didapatkan p = 0,000 < 0,01 level of significant (α),
sesuai dengan pernyataan diatas maka hipotesis diterima.

Seseorang dengan self esteem yang tinggi menunjang untuk memiliki social anxiety yang rendah. Self
esteem memberikan pengaruh negatif dan signifikan terhadap social anxiety [22]. Terdapat

hubungan negatif yang signifikan antara self esteem dengan social anxiety, artinya semakin tinggi self
esteem maka semakin rendah social anxiety, sebaliknya semakin rendah self esteem maka semakin
tinggi social anxiety [23].

Psyche 165 Journal − Vol. 15, No. 2 (2022) 68-73


6
Berdasarkan analisis di atas terhadap 53 orang sampel pada siswa kelas XI dan XII di SMA N 1
Talamau didapatkan 9 orang (17%) siswa yang memiliki self esteem yang rendah, 34 orang (64%)
siswa yang memiliki self esteem yang sedang dan 10 orang (19%) siswa yang memiliki self esteem yang
tinggi. Sementara itu, ada 6 orang (11%) siswa yang memiliki Social Anxiety yang rendah, 35 orang
(66%) siswa yang memiliki social anxiety yang sedang dan 12 orang (23%) siswa yang memiliki social
anxiety yang tinggi. Berdasarkan hal tersebut disimpulkan bahwa self esteem dengan social anxiety
pada siswa kelas XI dan XII SMA N 1 Talamau mayoritas berada pada kategori sedang. Self esteem
merupakan salah satu faktor internal yang merupakan kunci terpenting dalam pembentukan perilaku
seseorang. Self esteem dapat berpengaruh pada proses berpikir, keputusankeputusan yang diambil,
dan nilai-nilai tujuan individu [24]. Seseorang yang memiliki self esteem rendah akan memiliki
perasaan takut gagal ketika terlibat dalam hubungan sosial, dan hal tersebut merupakan karakteristik
timbulnya social anxiety [13].

Adapun sumbangan efektif dari variable self esteem terhadap social anxiety adalah sebesar 52% dan
48% lagi dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi social anxiety yaitu,
Subtle kinds of avoidance (menghindari situasi yang menyulitkan), Safety behaviors (perilaku aman),
Dwelling on the problem (menjauhi masalah), Demoralization and depression; frustration and
resentment (hilang semangat dan depresi; frustasi dan kebencian/ rasa marah), dan Effect on
performance (efek pada kinerja).

3. Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji korelasi antara variabel self esteem dan social anxiety didapatkan hasil bahwa
terdapat hubungan signifikan antara self esteem dengan social anxiety pada siswa kelas XI dan XII di
SMA N 1 Talamau dengan arah negatif, yang berarti jika self esteem siswa kelas XI dan XII di SMA N 1
Talamau tinggi maka social anxiety siswa rendah, sebaliknya jika self esteem siswa XI dan XII di SMA N
1 Talamau rendah maka social anxiety siswa tinggi. Adapun sumbangan efektif dari variable self
esteem terhadap social anxiety adalah sebesar 52%.

Psyche 165 Journal − Vol. 15, No. 2 (2022) 68-73


7
Daftar Rujukan

1.].Bistari, A. D. (2021). Metode Pembelajaran : Implementasi


Pembelajaran Daring pada Masa Pandemi di Dunia Pendidikan dari Tingkat Sekolah Dasar Hingga
Sekolah Menengah Atas. Https://doi.org:10.31219/osf.io/bp47w.
[2] Amali, B. A. (2020). Upaya Meminimalisasi Kecemasan Siswa Saat Berbicara di Depan Umum
dengan Metode Expressive Writing Therapy. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, 8(2), 109.
Https://doi.org:10.22219/jipt.v8i2.12306.
[3] Aprianti, M. (2019). Perbedaan Kompetensi Sosial pada Remaja Pria dan Remaja Wanita.
Biopsikososial: Jurnal
Ilmiah Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Mercubuana Jakarta, 3(2), 154.
Https://doi.org:10.22441/biopsikososial.v3i2.9803.
[4] Hidayat, P. (2020). Interaksi Sosial Online Dan Kecemasan
Sosial sebagai Prediktor Kecanduan Internet pada Remaja. Jurnal Ilmiah Psyche, 14(2), 83–92.
Https://doi.org:10.33557/jpsyche.v14i2.1159.
[5] Yenrizal, Y. (2017). Penyebaran Nilai-Nilai Lingkungan di Masyarakat Petani Pedesaan (Studi
Etnografi Komunikasi pada Masyarakat Desa Tenam Bungkuk, Semende Darat Kabupaten
Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan). Jurnal Studi Sosial dan Politik, 1(2),
179–193.
Https://doi.org:10.19109/jssp.v1i2.4042.
[6] Fahlevi, R. Y., Yusuf, A., & Krisnana, I. (2020). Hubungan
Cyberbullying dengan Kecemasan Sosial dan Penarikan Sosial pada Remaja. Fundamental and
Management Nursing Journal, 3(2), 38. Https://doi.org:10.20473/fmnj.v3i2.21720.
[7] Istiana, I. (2018). Perbedaan Harga Diri Remaja Ditinjau dari Status Keluarga pada Sma Al - Ulum
Medan. Psikologi
Konseling, 11(2).
Https://doi.org:10.24114/konseling.v10i1.9630.
[8] Lupitasari, L. (2021). Pengaruh Harga Diri terhadap Citra Tubuh pada Remaja Putri Kelas X SMA.
Acta Psychologia, 1(2), 162–167. Https://doi.org:10.21831/ap.v1i2.43148.
[9] Geletko, J. L. (n.d.). Relationship Between Self-Esteem and Academic Achievement Among College
Undergraduates.
Https://doi.org:10.33915/etd.2743.
[10]. Ariasti, D., & Ningsih, E. D. (2020). Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Lingkungan Sosial
dengan Perilaku Merokok. Kosala : Jurnal Ilmu Kesehatan, 8(1), 34.
Https://doi.org:10.37831/kjik.v8i1.186.
[11]. Halim, F. (2019). Pengaruh Dukungan Sosial Teman Sebaya dan Kepercayaan Diri terhadap
Kecemasan Belajar Mahasiswa Pendas di Pokjar Jeneponto dan Takalar Tahun 2018.
Pedagogik Journal of Islamic Elementary School, 2(2), 129–146.
Https://doi.org:10.24256/pijies.v2i2.917.
[12]. Masela, M. S. (2019). Hubungan Antara Gaya Hidup Dan
Konsep Diri dengan Interaksi Sosial pada Remaja.
Psikovidya, 23(1), 64–85.
Https://doi.org:10.37303/psikovidya.v23i1.128.
[13]. Madani, B. F., & Ambarini, T. K. (2021). Hubungan antara Perfeksionisme dengan
Kecenderungan Kecemasan Sosial pada Remaja Akhir Pengguna Instagram. Buletin Riset
Psikologi Dan Kesehatan Mental (BRPKM), 1(1), 242.
Https://doi:10.20473/brpkm.v1i1.24626.
[14]. Ekajaya, D. S., & Jufriadi. (2019). Hubungan antara Kepercayaan Diri Dengan Kecemasan Sosial
pada Narapidana Menjelang Bebas di Lembaga Pemayarakatan Klas IIA Muaro Padang.

Psyche 165 Journal, 93–102.

Https://doi.org:10.35134/jpsy165.v12i1.55.

Psyche 165 Journal − Vol. 15, No. 2 (2022) 68-73


8
[15]. Devi, Y. R., & Fourianalistyawati, E. (2018). HUBUNGAN ntara Self Esteem Dengan Penyesuaian
Diri sebagai Peran Ibu Rumah Tangga pada Ibu Berhenti Bekerja di Jakarta. Psibernetika,
11(1).
Https://doi.org:10.30813/psibernetika.v11i1.1154.
[16]. Maryam, E. W. (2018). Buku Ajar Psikologi Sosial Jilid I. Https://doi.org:10.21070/2018/978-602-
5914-29-4.
[17]. Abdussamad, Y. P. W., & Supradewi, R. (2020). Hubungan Antara Citra Tubuh Dan Harga Diri
pada Remaja Akhir Penyandang Cacat Tuna Daksa. Proyeksi, 13(1), 98.
Https://doi.org:10.30659/jp.13.1.98-108.
[18]. Takwin, B. (2021). Catatan Editor: Mengkaji Perubahan Sosial dalam Perspektif Psikologi Sosial.
Jurnal Psikologi Sosial, 19(3), 155–157. Https://doi.org:10.7454/jps.2021.18.
[19]. Sufi, M. A., Aspin, A., & Silondae, D. P. (2020). Hubungan Kepercayaan Diri dengan Penyesuaian
Sosial pada Remaja Panti Asuhan. Jurnal Sublimapsi, 1(3).
Https://doi.org:10.36709/sublimapsi.v1i3.14293.
[20]. Firman, F.-. (2018). Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Https://doi.org:10.31227/osf.io/4nq5e.
[21]. Abdussamad, Z. (2022). Buku Metode Penelitian Kualitatif.
Https://doi.org:10.31219/osf.io/juwxn.
[22]. Gio, P. U., & rosmaini, elly. (2018). Belajar Olah Data dengan Spss, Minitab, R, Microsoft Excel,
Eviews, Lisrel, Amos, Dan Smartpls. Https://doi.org:10.31227/osf.io/2z79c.
[23]. Rusman, A. A., & Nasution, F. (2020). Hubungan Antara Self Efficacy dan Iklim Kelas dengan Self
Regulated Learning Siswa SMK Negeri 2 Medan. AL-IRSYAD, 10(2).
Https://doi.org:10.30829/al-irsyad.v10i2.8937.

Psyche 165 Journal − Vol. 15, No. 2 (2022) 68-73


9
REVIEW JURNAL

Judul Artikel Hubungan antar Self Esteem dengan Social Anxiety pada
Remaja Berstatus Sosial Ekonomi Rendah
Penulis Devika Nur Kholiza, Herio Rizki Dewinda, Andhika
Anggawira
Nama Jurnal Psyche 165 Journal
Volume & Halaman Vol. 15, Hal. 68 - 73
Tahun 2022
Latar Belakang Remaja yang merasa mengalami penolakan dari
lingkungannya, minder dan rendah diri akan memicu
timbulnya kecemasan sosial (social anxiety). Social anxiety
seringkali dirasakan oleh remaja karena remaja masih
mempersepsikan orang lain seolah-olah memperhatikan
terhadap dirinya. Social anxiety adalah perasaan tidak nyaman
dengan kehadiran orang lain, yang selalu disertai oleh
perasaan malu yang ditandai dengan kejanggalan dan
ketakutan, hambatan dan kecenderungan untuk menghindari
interaksi sosial
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
Self Esteem dengan Social Anxiety pada remaja berstatus sosial
ekonomi rendah di SMA N 1 Talamau.

Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode


penelitian kuantitatif. Alat ukur yang digunakan dalam
penelitian ini adalah skala Self Esteem dan Social Anxiety.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan teknik purposive sampling.
Sampel Sampel dalam penelitian ini berjumlah 53 orang Siswa SMA
N 1 Talamau. Uji validitas dan reliabilitas pada penelitian ini
menggunakan teknik Alpha Cronbach.

Psyche 165 Journal − Vol. 15, No. 2 (2022) 68-73


10
Hasil Penelitian Terdapat hubungan signifikan antara self esteem dengan
social anxiety pada siswa kelas XI dan XII di SMA N 1
Talamau dengan arah negatif, yang berarti jika self esteem
siswa kelas XI dan XII di SMA N 1 Talamau tinggi maka
social anxiety siswa rendah, sebaliknya jika self esteem siswa
XI dan XII di SMA N 1 Talamau rendah maka social anxiety
siswa tinggi. Adapun sumbangan efektif dari variable self
esteem terhadap social anxiety adalah sebesar 52%.

Kelebihan  Menggunakan penelitian kuantitatif sehingga data lebih


akurat.
 Memiliki pembahasan yang rinci.
 Terdapat variable-variabel yang sangat relevan dengan
fenomena yang sedang terjadi.
Kekurangan  Bahasa yang termuat dalam jurnal ini kemungkinan sulit
dpahami oleh orang awam.

Psyche 165 Journal − Vol. 15, No. 2 (2022) 68-73


11

You might also like