Hubungan Antara Self Esteem Dengan Social Anxiety Pada Remaja Berstatus Sosial Ekonomi Rendah
Hubungan Antara Self Esteem Dengan Social Anxiety Pada Remaja Berstatus Sosial Ekonomi Rendah
Hubungan Antara Self Esteem Dengan Social Anxiety Pada Remaja Berstatus Sosial Ekonomi Rendah
https://jpsy165.org/oj s
2022 Vol. 15 No. 2 Hal: 68-73 p-ISSN: 2088-5326, e-ISSN: 2502-8766
Psyche 165 Journal is licensed under a Creative Commons 4.0 International License.
1. Pendahuluan
Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang
menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari
Sekolah
Menengah Pertama (SMP), Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat. Peserta
didik SMA adalah mereka yang berusia antara 16 sampai 18 tahun dimana pada usia ini sedang
siswa SMA jika ditinjau dari segi perkembangan merupakan masa transisi anak-anak menuju masa
dewasa dimana terjadi perubahan-perubahan yang signifikan baik perubahan pada tubuh, psikologis
dan kognitif [2]. Istilah remaja dikenal dengan
“adolescence” yang berasal dari kata latin “adolescere” yang memiliki arti tumbuh atau tumbuh
untuk mencapai kematangan. Masa remaja sering dikenal masa mencari jati diri, dan disebut dengan
identitas ego (ego identity) [3].
Social anxiety hadir karena ada kekhawatiran memperoleh evaluasi negatif dari orang lain saat
individu terlibat dalam aktivitas atau situasi sosial tertentu. Dalam bahasa yang sederhana, Social
anxiety adalah perasaan malu dinilai atau diperhatikan oleh orang lain karena adanya prasangka
bahwa orang lain menilai negatif terhadap dirinya [8].
Status ekonomi yang mapan akan mempengaruhi semakin tingginya self esteem, dan status sosial
ekonomi yang rendah akan memicu rendahnya self esteem [5]. Orang yang memiliki self esteem
tinggi merasa percaya diri dan sebagai akibatnya mereka dapat secara efekif menangani semua jenis
situasi, yang pada akhirnya mengurangi kemungkinan social anxiety. Self esteem bekerja sebagai
sosiometri yang memberi seseorang perasaan dicintai dan dihargai oleh orang-orang [9].
Berdasarkan hasil wawancara dengan 6 (enam) orang siswa SMA N 1 Talamau yang berstatus sosial
ekonomi rendah pada tanggal 18 Maret 2021, mengatakan bahwa mereka merasakan perasaan yang
cemas, tidak nyaman dan tertekan saat berhadapan dengan orang baru ataupun berada di
keramaian, hal tersebut menjadikan dirinya lebih penyendiri dan terkadang menghindari teman-
temannya. Dapat disimpulkan dari hasil wawancara tersebut bahwa memang ada social anxiety yang
mereka alami. Saat berada dikeramaian mereka merasa orang-orang melihat dengan sinis, berpikir
hal buruk tentang dirinya, begitu juga ketika akan tampil di depan kelas ataupun didepan banyak
orang, hal tersebut tidak hanya berdampak pada psikologis tapi juga berdampak pada perubahan
kondisi fisiknya seperti tangan menjadi dingin, berkeringat, sakit perut, suara mengecil dan gemetar.
Hal tersebut didukung oleh wawancara yang telah dilakukan dengan 4 (empat) wali kelas dan 2 (dua)
guru bimbingan konseling di SMA N 1 Talamau pada tanggal 20 Maret 2021, dapat diperoleh
informasi dan kesimpulan bahwa memang ada beberapa kasus pada siswa tersebut yang
Seperti MK (16) memilih berhenti sekolah karena merasa minder dan terkucilkan dari teman-
temannya, awalnya MK sering tidak mengikuti sekolah daring dan tidak masuk saat pembelajaran
sekolah offline karena masalah tidak memiliki smartphone, pembayaran uang sekolah dan buku,
meskipun sudah diajak berdiskusi orang tua dengan wali kelas dan dibantu oleh pihak sekolah, MK
tetap memilih untuk berhenti sekolah. MK mengatakan bahwa kendalanya selama ini adalah
munculnya perasaan minder ketika bertemu dengan banyak orang, ia tidak memiliki teman dekat di
sekolah dan jarang berinteraksi dengan temantemannya. Munculnya perasaan malu untuk berteman
karena ia berpikir apapun yang dikatakan atau dilakukannya akan salah, diejek dan dipermalukan
oleh teman-temannya. Merasa bukan anak gaul dan berasal dari keluarga yang kurang mampu
menjadikan MK berpikiran negatif tentang dirinya, sehingga lebih memilih untuk menyendiri karena
cemas saat harus berinteraksi dan bersosialiasi dengan teman-temannya. 1.1. Social Anxiety
Social anxiety adalah ketakutan yang menetap terhadap situasi sosial yang berhubungan dengan
performa diri dan menghadapi evaluasi dari orang lain, diamati, takut dipermalukan, dan dihina [10].
Social anxiety sebagai proses yang ditandai dengan ketakutan dan lebih berhati-hati dengan orang
yang disekitarnya [11].
Ketakutan akan evaluasi negatif, diekspos, dan menghindar dari lingkungan sosial (menyendiri)
merupakan ciri khas dari social anxiety [12]. Social anxiety merupakan ketakutan menetap dan tidak
rasional yang umumnya berkaitan dengan keberadaan orang lain. Salah satu faktor yang
mempengaruhi social anxiety adalah self esteem [4].
Beberapa karakteristik dari social anxiety yaitu memiliki reaksi negatif terhadap situasi sosial yang
memungkinkan terjadinya evaluasi negatif, kurangnya percaya diri untuk dapat berinteraksi dengan
orang lain, tingkah laku menghindar, dan meningkatnya respon fisiologis [12].
Social anxiety adalah perasaan tidak nyaman dalam kehadiran orang lain yang selalu disertai oleh
perasaan malu yang ditandai dengan kejanggalan atau kekakuan, hambatan dan kecenderungan
untuk menghindari interaksi sosial. Kecemasan sendiri merupakan suatu respon yang beragam
terhadap situasi-situasi yang mengancam dan suatu pengalaman subjektif dari ketegangan atau
kegugupan (nervousness) [13].
Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan social anxiety adalah kondisi dimana seseorang merasa tidak nyaman saat berada dalam
situasi dan interaksi sosial dengan orang lain karena cemas dengan penilaian negatif dari orang lain.
1.2. Aspek-Aspek Social Anxiety
Tiga aspek social anxiety, yaitu : a) Ketakutan akan evaluasi negatif. b) Penghindaran sosial dan rasa
tertekan dalam situasi yang baru atau berhubungan dengan orang asing atau baru. c) Penghindaran
sosial dan rasa tertekan yang dialami secara umum atau dengan orang yang dikenal [11]. Aspek
social anxiety yaitu: penghindaran pada situasi-situasi sosial, kecemasan bahwa akan dikritik oleh
orang lain, perasaan diri bahwa tidak berharga yang dimiliki [14].
Self esteem (harga diri) adalah perasaan kebernilaian diri kita, suatu penilaian yang kita buat tentang
seberapa hebat diri kita [4]. Self esteem merujuk pada sikap seseorang terhadap dirinya sendiri mulai
dari sangat negatif sampai sangat positif [15]. Self esteem sebagai sesuatu yang merupakan
kebutuhan setiap orang dan terasa mulai dari tingkat yang rendah hingga tinggi. Kebutuhan untuk
dihargai ini dalam kehidupan bermasyarakat mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap
perilaku seseorang [16]. Self esteem merupakan hasil evaluasi tentang diri kita sendiri, artinya bukan
Empat tipe pengertian self esteem. Pertama, self esteem dipandang sebagai sikap, eperti sikap-sikap
lainnya, self esteem menunjuk pada suatu objek tertentu yang melibatkan reaksi kognitif, emosi, dan
perilaku, baik positif maupun negatif. Kedua, self esteem dipandang sebagai perbandingan mendekati
ideal self dan begitu sebaliknya. Ketiga, self esteem dianggap sebagai respons psikologis seseorang
terhadap dirinya sendiri, lebih dari sekedar sikap. Keempat, self esteem dipahami sebagai komponen
dari kepribadian atau self system seseorang.
Empat aspek self esteem yaitu: a) Kekuasaan (power), yaitu kemampuan untuk dapat mengatur dan
mengendalikan tingkah laku diri sendiri dan orang lain.
b) Keberartian (significance), yaitu kepedulian, perhatian dan afeksi yang diterima individu dari orang
lain. Hal tersebut merupakan penghargaan dan ekspresi minat orang lain terhadap individu serta
merupakan tanda penerimaan dan popularitas individu. c) Kebajikan (virtue), yaitu ketaatan
mengikuti kode moral, etika dan prinsip-prinsip keagamaan yang ditandai oleh ketaatan untuk
menjauhi tingah laku yang dilarang dan melakukan tingkah laku yang diperbolehkan oleh moral, etika
dan agama. d) Kemampuan (competence), sukses memenuhi tuntutan prestasi yang ditandai oleh
keberhasilan individu dalam mengarjakan berbagai tugas atau pekerjaan dengan baik [18].
Ada tiga aspek self esteem yaitu: a) Perasaan diterima (feeling of belonging) Perasaan individu
bahwa dirinya merupakan bagian dari suatu kelompok dan dirinya diterima seperti dihargai anggota
kelompoknya. Kelompok tersebut bisa keluarga, teman sebaya atau kelompok lainnya. b) Perasaan
mampu (feeling of competence) Perasaan dan keyakinan individu akan kemampuannya yang ada
pada dirinya sendiri dalam mencapai suatu hasil yang diharapkan misalnya perasaan seseorang saat
mengalami keberhasilan atau kegagalan. c) Perasaan berharga (feeling of worth) Perasaan di mana
individu merasa dirinya berharga atau tidak, di mana perasaan ini banyak dipengaruhi pengalaman
masa lalu [19].
1. Metodologi Penelitian
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif korelasional dengan variabel penelitian dependennya adalah
social anxiety (Y) dan variabel independent nya adalah self esteem (X). Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas XI dan XII yang berstatus sosial ekonomi rendah di SMA N 1 Talamau, yang
berjumlah 53 orang. Adapun teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah teknik purposive
sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu [20].
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala. Model Skala yang
digunakan social anxiety dan self esteem adalah model skala likert. Skala Likert digunakan untuk
mengatur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial
[20].
Format respon jawaban skala social anxiety dan skala self esteem berdasarkan empat pilihan
jawaban, yaitu SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai), TS (Tidak Sesuai), dan STS (Sangat Tidak Sesuai). Peneliti
tidak menggunakan pilihan jawaban tengah “N” (Netral). Apabila pilihan jawaban tengah disediakan,
maka subjek akan cenderung memilih jawaban tengah, sehingga data mengenai perbedaan diantara
subjek menjadi kurang informatif dan sikap subjek yang sebenarnya tidak dapat diketahui secara
jelas.
Suatu item dapat dianggap memiliki daya diskriminasi yang memuaskan jika berkorelasi signifikan
terhadap skor total atau jika melakukan penilaian langsung terhadap koefisien korelasi bisa
digunakan batas nilai berkriteria rxy> 0,3. Dan sebaliknya item skala dikatakan gugur jika koefisien
Koefisien validitas skala self esteem memiliki nilai correted item-total correlation berkisar antara
0,376 sampai dengan 0,734. Dengan koefisien reliabilitasnya sebesar 0,937. Koefisien validitas skala
self esteem memiliki nilai correted item-total correlation berkisar antara 0,396 sampai dengan 0,798..
Dengan koefisien reliabilitasnya sebesar 0,945. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji
analisis One Sample Kolmogorov-Smirnov yang dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansi (p)
lebih besar dari 0,05, menyatakan bahwa data dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansi lebih
besar dari 5% atau 0,05 [22].
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Uji
normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji analisis One Sample Kolmogorov-Smirnov yang
dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansi (p) lebih besar dari 0,05. Data dinyatakan
berdistribusi normal jika signifikansi lebih besar dari 5% atau 0,05.
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan program SPSS versi 21.0 [22]. Hasil
pengolahan data dengan menggunakan program IBM SPSS versi 21.0 terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Uji Normalitas Self Esteem dengan Social Anxiety
Variabel N KSZ P Sebaran
Self Esteem 53 0.744 0.638 Normal
Social Anxiety 53 0.583 0.886 Normal
Berdasarkan tabel 1 di atas, maka diperoleh nilai signifikansi pada skala self esteem sebesar p = 0,638
dengan KSZ = 0,744 hasil tersebut menunjukan bahwa nilai p > 0,05, artinya sebaran skala self esteem
terdistribusi secara normal, sedangkan untuk social anxiety diperoleh nilai signifikansi sebesar p =
0,886 dengan KSZ = 0,583, hasil tersebut menunjukan bahwa nilai p > 0,05, artinya sebaran
terdistribusi secara normal. Hasil uji linieritas self esteem dengan social anxiety terlihat pada Tabel 2.
Berdasarkan tabel 2 di atas, di peroleh nilai F = 55.373 dengan signifikan sebesar p = 0,000 (p < 0,05),
artinya varians pada skala self esteem dengan social anxiety tergolong linear. Hasil uji korelasi antara
self esteem dengan social anxiety dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Uji Korelasi Antara Self Esteem dengan Social
Anxiety
P (α) Nilai R Kesimpulan
Korelasi square
(r) d
Sig (2-tailed)
0 .000 < 0,01
level of
0.516
0,000 0,01 -0.718 significant (α),
berarti
hipotesis
Berdasarkan hasil uji korelasi Product Moment (Pearson) yang dilakukan dengan bantuan IBM SPSS
versi 24.0, dimana level of significant (α) 0,01 dan diperoleh nilai koefisien korelasi (rxy) -0,718
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara self esteem dengan social anxiety pada siswa kelas XI
dan XII di SMA N 1 Talamau dengan arah negatif, artinya jika self esteem siswa kelas XI dan XII di SMA
N 1 Talamau tinggi maka social anxiety siswa rendah, sebaliknya jika self esteem siswa XI dan XII di
SMA N 1 Talamau rendah maka social anxiety siswa tinggi. Hal ini diperkuat dengan hasil uji
signifikansi dengan bantuan IBM SPSS versi 21.0, didapatkan p = 0,000 < 0,01 level of significant (α),
sesuai dengan pernyataan diatas maka hipotesis diterima.
Seseorang dengan self esteem yang tinggi menunjang untuk memiliki social anxiety yang rendah. Self
esteem memberikan pengaruh negatif dan signifikan terhadap social anxiety [22]. Terdapat
hubungan negatif yang signifikan antara self esteem dengan social anxiety, artinya semakin tinggi self
esteem maka semakin rendah social anxiety, sebaliknya semakin rendah self esteem maka semakin
tinggi social anxiety [23].
Adapun sumbangan efektif dari variable self esteem terhadap social anxiety adalah sebesar 52% dan
48% lagi dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi social anxiety yaitu,
Subtle kinds of avoidance (menghindari situasi yang menyulitkan), Safety behaviors (perilaku aman),
Dwelling on the problem (menjauhi masalah), Demoralization and depression; frustration and
resentment (hilang semangat dan depresi; frustasi dan kebencian/ rasa marah), dan Effect on
performance (efek pada kinerja).
3. Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji korelasi antara variabel self esteem dan social anxiety didapatkan hasil bahwa
terdapat hubungan signifikan antara self esteem dengan social anxiety pada siswa kelas XI dan XII di
SMA N 1 Talamau dengan arah negatif, yang berarti jika self esteem siswa kelas XI dan XII di SMA N 1
Talamau tinggi maka social anxiety siswa rendah, sebaliknya jika self esteem siswa XI dan XII di SMA N
1 Talamau rendah maka social anxiety siswa tinggi. Adapun sumbangan efektif dari variable self
esteem terhadap social anxiety adalah sebesar 52%.
Https://doi.org:10.35134/jpsy165.v12i1.55.
Judul Artikel Hubungan antar Self Esteem dengan Social Anxiety pada
Remaja Berstatus Sosial Ekonomi Rendah
Penulis Devika Nur Kholiza, Herio Rizki Dewinda, Andhika
Anggawira
Nama Jurnal Psyche 165 Journal
Volume & Halaman Vol. 15, Hal. 68 - 73
Tahun 2022
Latar Belakang Remaja yang merasa mengalami penolakan dari
lingkungannya, minder dan rendah diri akan memicu
timbulnya kecemasan sosial (social anxiety). Social anxiety
seringkali dirasakan oleh remaja karena remaja masih
mempersepsikan orang lain seolah-olah memperhatikan
terhadap dirinya. Social anxiety adalah perasaan tidak nyaman
dengan kehadiran orang lain, yang selalu disertai oleh
perasaan malu yang ditandai dengan kejanggalan dan
ketakutan, hambatan dan kecenderungan untuk menghindari
interaksi sosial
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
Self Esteem dengan Social Anxiety pada remaja berstatus sosial
ekonomi rendah di SMA N 1 Talamau.