Skripsi Tanpa Pembahasan - Yovan El Zikrian
Skripsi Tanpa Pembahasan - Yovan El Zikrian
Skripsi Tanpa Pembahasan - Yovan El Zikrian
(Skripsi)
Oleh
Yovan Elzikrian
1615051006
By
Yovan Elzikrian
The Sipoholon geothermal area is one of the potential geothermal areas located in
North Tapanuli Regency, North Sumatra Province, and is in the Sumatran fault zone
with surface manifestations in the form of hot springs, gas bubbles and solfatar.
This study aims to identify the fault structure and determine the geothermal prospect
zone in the study area based on SVD analysis and modeling. Based on the
processing carried out, the Bouguer anomaly in the study area is -105 mGal to -35
mGal. Furthermore, to get the window width that will be used on the moving
average filter, a spectrum analysis is carried out in order to obtain a residual
anomaly depth of 744 m and a regional anomaly depth of 6963 m. To be able to
identify the fault structure, an SVD analysis was carried out where the faults
identified were dominant with a northwest-southeast trend in the middle of the
study area, there was also a north-south trending fault in the south of the study area,
a northeast-southwest trending fault in the north of the study area, and west-east
trending fault in the west of the study area. The 3D model was obtained with the
distribution of subsurface density values ranging from 2.00 – 3.00 gr/cm3. Based
on the results of modeling and analysis of gravity data, there are three prospect
zones that are suspected to be geothermal reservoirs located in the northwest,
southwest, and southeast. Geothermal manifestations are found in the northwest,
southwest, central, and southeast of the study area which relatively follow the fault
and there are intrusive igneous rocks which are estimated to be a heat source which
has a density value between 2.80 - 3.00 gr/cm3 located at south and east with a depth
of > 1.5 km.
Keywords :Gravity, Geothermal, Second Vertical Derivative, Moving Average
i
ABSTRAK
Oleh
Yovan Elzikrian
Daerah panas bumi Sipoholon merupakan salah satu daerah berpotensi panas bumi
yang terletak di Kabupaten Tapanuli Utara, Propinsi Sumatera Utara, dan berada
pada zona patahan Sumatera dengan manifestasi permukaan berupa mata air panas,
bualan gas dan solfatar. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi struktur
patahan serta mengetahui zona prospek panasbumi di daerah penelitian berdasarkan
analisis SVD dan pemodelan. Berdasarkan pengolahan yang dilakukan didapatkan
anomali Bouguer daerah penelitian sebesar -105 mGal sampai -35 mGal.
Selanjutnya untuk mendapatkan lebar jendela yang akan digunakan pada filter
moving average dilakukan analisis spektrum agar mendapatkan kedalaman anomali
residual 744 m dan kedalaman anomali regional 6963 m. Untuk dapat
mengidentifikasi struktur patahan dilakukan analisis SVD dimana patahan yang
teridentifikasi dominan berarah barat laut – tenggara yang berada di tengah daerah
penelitian, ada juga sesar berarah utara – selatan di selatan daerah penelitian, sesar
berarah timur laut – barat daya di utara daerah penelitian, dan sesar berarah barat –
timur di barat daerah penelitian. Model 3D didapatkan dengan persebaran nilai
densitas bawah permukaan berkisar antara 2,00 – 3,00 gr/cm3. Berdasarkan hasil
pemodelan dan analisis data gayaberat terdapat tiga zona prospek yang diduga
sebagai reservoar panasbumi yang berada di barat laut, barat daya, dan tenggara.
Manifestasi panasbumi terdapat di barat laut, barat daya, tengah, serta sebelah
tenggara daerah penelitian yang relatif mengikuti sesar dan terdapat batuan beku
intrusif yang diperkirakan menjadi sumber panas yang memiliki memiliki nilai
densitas antara 2,80 – 3,00 gr/cm3 yang berada di bagian selatan dan timur dengan
kedalaman > 1,5 km.
Kata kunci :Gayaberat, Panasbumi, Second Vertical Derivative, Moving Average
ii
IDENTIFIKASI STRUKTUR GEOLOGI BAWAH
PERMUKAAN DAERAH PANASBUMI SIPOHOLON
BERDASARKAN ANALISIS SVD DAN PEMODELAN
ANOMALI GAYABERAT
Oleh
YOVAN ELZIKRIAN
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA TEKNIK
Pada
Jurusan Teknik Geofisika
Fakultas Teknik Universitas Lampung
iii
RIWAYAT HIDUP
Pada tahun 2016 penulis melanjutkan studi di perguruan tinggi dan terdaftar sebagai
melalui jalur SNMPTN. Pada tahun 2017 hingga 2018 penulis menjadi anggota
Bidang Kajian dan Dakwah di Organisasi Islam Fakultas Teknik Fossi FT. Pada
tahun 2018 penulis juga aktif sebagai Anggota UKM Futsal Universitas Lampung
Pada tahun 2019 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Tanjung
Praktik (KP) pada bulan Juli 2019 di Pusat Survei Geologi Bandung dengan topik
Kemudian, pada bulan Desember 2020 hingga Mei 2021, Penulis melakukan
vii
hingga akhirnya penulis berhasil menyelesaikan pendidikan sarjana pada 6 Agustus
viii
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbil ‘alamin
Atas ridho-Nya, dengan penuh rasa syukur, ku persembahkan skripsi ini kepada:
Syamsuardi
Fatwi Elma
Luluk Tantri Elvandari
Terima kasih untuk setiap pengorbanan, kesabaran, kasih sayang, serta doa yang
tiada henti.
Kakakku
Novelia Prima
Adik-adikku
ix
MOTTO
“Jika kamu tidak tahan terhadap penatnya belajar, maka kamu akan
(Imam Syafii)
(Penulis)
x
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat,
hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan
judul “Identifikasi Struktur Geologi Bawah Permukaan Daerah Panasbumi
Sipoholon Berdasarkan Analisis SVD dan Pemodelan Anomali Gayaberat”.
Skripsi ini merupakan syarat untuk menyelesaikan studi Strata-1 Teknik Geofisika,
Fakultas Teknik, Universitas Lampung. Penulis mengucapkan terima kasih kepada
pihak yang telah membantu dalam melakukan pembuatan skripsi ini.
Penulis sangat menyadari dalam penulisan skripsi ini, jauh dari sempurna serta
banyak kekurangan baik dalam penulisan maupun pembahasan materi. Penulis
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar dapat menjadi
pedoman baik bagi pembaca lain. Serta penulis berharap agar kiranya skripsi ini
dapat bermanfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang
geofisika.
Penulis
Yovan Elzikrian
xi
SANWACANA
Puji syukur kepada Allah SWT atas ridho-Nya sehingga penulis dapat
kontribusi ilmiah, spiritual dan informasi baik secara langsung maupun tidak
langsung. Pada kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa dan Rasullullah Muhammad SAW atas
2. Ayahku tercinta Syamsuardi dan Ibuku tercinta Fatwi Elma yang selalu
mendukung penulis baik secara moril maupun materiel serta yang selalu
ini. Terimakasih banyak atas semua motivasi, dukungan dan doa dari Ayah
dan Ibu.
3. Luluk Tantri Elvandari Ibu Angkat tersayang yang telah banyak membantu
moril dan materiel serta memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis
skripsi ini. Semoga semua kebaikan ibu selama ini di balas oleh Allah Swt.
xii
4. Kepada Novi kakakku dan kepada adik-adikku tersayang Agung, Caca, dan
5. Bapak Dr. Ir. Muh. Sarkowi, S.Si., M.Si. dan Bapak Ir. Syamsurijal
Rasimeng, S.Si., M.Si.. selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir penulis yang
telah memberikan arahan, masukan, ilmu yang bermanfaat serta motivasi bagi
penulis.
6. Bapak Prof. Drs. Ir. Suharno, M.Sc., Ph.D, IPU., ASEAN Eng. selaku Dosen
Penguji Tugas Akhir penulis yang telah memberikan masukan dan saran bagi
penulis.
kepada penulis.
Adli, Alvin, Bani, David, Eko, Fikri, Gege, Haqqie, Igo, Ikhsan, Jaka,
Lintang, Mirza, Mufido, Pupu, Ramos, Ripang, Tri, Umam, Wahyu, Fachrul,
Yuzir. “Cewe Tg Au” :Arel, Alia, Detri, Desima, Ditha, Echa, ,Engla, Etri,
Fidel, Fitria, Fristi, Iis, Kintani, Kristin, Machrani, Nadya, Puja, Puteri,
Ribka, Sarah, Suci Kurniati, Suci Ariska, Tara, Yola, Zahra, yang telah
memberikan motivasi dan membantu dalam penyusunan skripsi ini, dan juga
terima kasih atas tawa canda duka yang sudah kalian berikan selama kurang
xiii
10. Team gravity Tri, Yuzir, Mirza, Desima, Fachrul, Arya, Machrani, Fitria, dan
11. Kepada teman-teman kontrakan RBP Ripang, Umam, Tri, Mirza, Adli, Mbah,
Fikri, Igo, Pupu, dan Yuzir terimakasih sudah mendukung dan banyak
12. Teman-teman rusunawa Ipul, David, Intan, Marsya, Vera, Fadila, Bang Oji
Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Adapun kritik dan saran
sangat diharapkan agar menjadi kebaikan penulis untuk menjadi lebih baik.
xiv
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................1
xv
8. Satuan Endapan Alluvial (Qal) ..................................................................9
3. Potensial Gravitasi...................................................................................18
2. Koreksi Apungan.....................................................................................20
F. SVD ...............................................................................................................29
xvi
IV. METODOLOGI PENELITIAN
D. Jadwal Penelitian...........................................................................................42
F. Slicing 3D ......................................................................................................63
A. Kesimpulan ...................................................................................................86
B. Saran ..............................................................................................................87
DAFTAR PUSTAKA
xvii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 12. Kurva respon anomali SVD pada struktur geologi ........................31
Gambar 13. Skema hubungan antarmuka transisi densitas dan profil SVD ......33
xviii
Gambar 14. Efek Benda Bentuk Poligon Anomali Gravitasi ............................34
Gambar 27. Peta Anomali SVD dan Interpretasi Sesar yang Dianalisa dari
xix
Gambar 32. Overlay Xsection koordinat Y 220,29 km .....................................71
Gambar 39. Peta distribusi model density pada kedalaman 2000 m yang
xx
2
DAFTAR TABEL
Halaman
xxi
xxii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
potensi panasbumi daerah ini dapat dikembangkan menjadi salah satu solusi
Namun, salah satu faktor yang menjadi kendala pengembangannya saat ini
lapangan panasbumi, salah satunya dalam memilih lokasi dan target dari
sumur yang akan dibor (Mortensen dan Axelsson, 2013). Dalam hal ini,
permukaan di daerah ini tersebar di 18 titik mata air panas dan 5 titik endapan
(Niasari, 2015).
Area panasbumi Sipoholon ini berada diantara beberapa gunung api non-aktif
sumber panas daerah panasbumi Sipoholon ini (Hasan dkk., 2005). Namun,
sumber panas dibawah gunung non-aktif Martimbang (Niasari, 2015). Hal ini
menyebabkan cara kerja dan sumber panas dari sistem panasbumi ini masih
dalam perdebatan sampai sekarang. Oleh karena itu, perlu adanya studi.
yaitu metode gaya berat. Metode ini mampu memberikan gambaran bawah
zona patahan yang ditandai dengan kontras densitas rendah dengan batuan
sumber panas (Sugianto, 2015), yang ditandai dengan kontras densitas tinggi.
Variasi persebaran densitas dan anomali ini didapatkan dari hasil pemodelan
B. Tujuan Penelitian
C. Batasan Masalah
1. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa anomali Bouguer yang
A. Lokasi Penelitian
Lokasi daerah penelitian berada pada daerah panas bumi Sipoholon yang
B. Geologi Regional
batuan mulai dari batuan sedimen, beku, metasedimen hingga malihan yang
berumur Karbon hingga umur Pleistosen. Batuan intrusif tua yang berumur
Kapur hingga Tersier, baik jenis granodiorit maupun granit porfir yang
Barat dan juga di bagian timur hingga barat daerah Sibolga. Batuan intrusif
vulkanik aktif sejak oligosen atas hingga resen yang dicirikan oleh banyaknya
produk yang paling besar volume dan luas areal penyebarannya dari sekian
banyak produk vulkanik di daerah Sumatera Utara. Satuan batuan yang terdiri
dari tufa dan ignimbrit yang berkomposisi dasitik hingga riolitik ini diduga
merupakan hasil dari mekanisme letusan gunung api tua Toba. Gunung api ini
bersifat sangat explosif yang terjadi pada kala pleistosen awal, akibat letusan
penelitian dapat dibagi menjadi 8 (delapan) satuan batuan yang terdiri dari 6
(enam) satuan batuan vulkanik, 1 (satu) satuan batuan sedimen, dan 1 (satu)
satuan batuan endapan permukaan (lihat Gambar 3). Menurut Hasan, dkk
(2005), urutan genesa batuan tersebut dari tua ke muda adalah sebagai
berikut.
Tersier (Miosen) dan berasal dari erupsi Gunung Jorbing. Batuan ini kontak
Dari hasil analisis sayatan tipis, satuan ini didominasi oleh batuan beku
andesit piroksen yang diperkirakan berumur Miosen dan berasal dari erupsi
8
hidrotermal berupa endapan oksida besi. Dari hasil pengamatan sayatan tipis,
satuan ini termasuk dalam tufa gelas yang diperkirakan berumur Kuarter dan
Satuan ini menyebar hampir di semua bagian daerah penelitian dengan ciri-
satuan ini berumur Kuarter dan merupakan aliran piroklastik hasil aktivitas
Satuan ini menyebar di bagian barat daerah penelitian yang terdiri dari batuan
pengamatan sayatan tipis, satuan ini tersusun oleh batuan Andesit Piroksen,
Gading.
Satuan ini tersebar di daerah selatan daerah penelitian yaitu di sekitar lereng
lava Gunung Martimbang. Dari hasil sayatan tipis, satuan ini termasuk dalam
Satuan yang terdapat di sekitar manifestasi panas bumi ini merupakan hasil
tempat terdapat struktur perlapisan dan gua (caving) dengan stalaktit dan
satuan ini terdiri dari kristal kalsit hasil rekristalisasi fluida berkomposisi
graben Tarutung yaitu di sepanjang lereng Sungai Sigaeon. Satuan ini terdiri
dari pasir, tuf, dan batuan beku andesit, yang memiliki fragmen dengan
padu.
Hal ini terlihat pada deretan gunung api berumur Paleogen sampai Resen
umumnya merupakan produk gunung api strato yang muncul di atas batuan
sedimen Tersier maupun Pratersier dan batuan malihan. Khusus untuk daerah
(SFS) ini berperan sebagai struktur utama dengan arah barat laut-tenggara
yang memiliki panjang sekitar 1650 km. Umur sesar ini berbeda-beda mulai
Sumatera mengikuti pola struktur utama ini. Sistem sesar ini tersusun oleh
paling tidak 18 segmen sesar dan masih aktif. Sebagai akibat pergerakan aktif
ini, di sepanjang jalur sesar ini terdapat banyak struktur depresi (graben)
gaya tarikan (extention) yang dikenal juga dengan istilah pull-apart basin.
selatan dan barat-timur. Semua sesar ini bertanggung jawab atas terbentuknya
1. Sesar Sipoholon
Sesar ini berarah barat laut – tenggara dengan indikasi permukaan yang
dicirikan oleh adanya kelurusan mata air panas (Sipoholon dan Hutabarat).
Selain itu, pada citra satelit terlihat juga adanya kelurusan lembah atau tekuk
12
lereng. Sesar ini berupa sesar normal dengan bidang naik (foot wall) berada di
sebelah timur laut dan bidang turun (hanging wall) di sebelah barat daya.
Sesar ini terjadi akibat adanya gaya tarikan (extension) yang berarah timur
2. Sesar Sibatu-batu
Sesar ini mempunyai arah barat laut - tenggara dan diperkirakan merupakan
Indikasi di permukaan adalah adanya mata air panas Sitompul. Selain itu
dari citra satelit menunjukan adanya kelurusan lembah. Sesar ini berupa sesar
normal dengan bidang naik di sebelah timur laut dan bidang turun di sebelah
barat daya.
3. Sesar Sigeaon
Sesar ini berarah barat laut – tenggara dengan indikasi di permukaan dicirikan
oleh adanya bualan gas H2S di daerah Pintubosi dan kelurusan lembah.
Sesar ini berjenis sesar normal dengan bidang naik di sebelah barat daya dan
4. Sesar Toru
Sesar ini berarah barat laut – tenggara. Pemunculannya dicirikan oleh adanya
mata air panas dan bualan gas CO2 (air soda), sedangkan dari kenampakan
citra satelit menunjukkan adanya kelurusan tekuk lereng. Sesar ini berjenis
sesar normal dengan bidang naik di sebelah timur laut dan bidang turun di
5. Sesar Pintubosi
13
Sesar ini berarah timur laut - barat daya dan terletak di sebelah utara daerah
penelitian. Indikasi di permukaan dicirikan oleh adanya mata air panas Tapian
Nauli dan bualan gas H2S di daerah Pintubosi serta adanya singkapan batuan
lembah sungai. Sesar ini berjenis sesar normal dengan bidang naik di sebelah
6. Sesar Tarutung
Sesar ini berarah relatif utara-selatan dan terletak di sebelah selatan daerah
Ugan, sedangkan dari kenampakan citra satelit sesar ini terlihat sebagai
kelurusan lembah. Sesar ini berjenis sesar normal dengan bidang naik di
7. Sesar Parbubu
Sesar ini berarah relatif barat - timur dan terletak di wilayah barat daerah
kelurusan lembah dan punggungan. Sesar ini berjenis sesar normal dengan
8. Sesar Siborboron
Sesar ini berarah barat laut - tenggara dan terletak di sebelah barat daerah
penelitian. Dari kenampakan citra satelit, indikasi sesar ini terlihat berupa
kelurusan punggungan. Sesar ini berjenis sesar normal dengan bidang naik di
9. Sesar Hutabarat
14
Sesar ini berarah timur laut - barat daya dengan indikasi permukaan yang
dicirikan oleh adanya mata air panas dan bualan gas H2S (Hutabarat),
sungai. Sesar ini berjenis sesar normal dengan bidang naik di sebelah barat
Sesar ini berarah relatif utara - selatan dan terletak di sebelah selatan daerah
Parbubu, sedangkan pada kenampakan citra satelit sesar ini terlihat sebagai
kelurusan lembah. Sesar ini berjenis sesar normal dengan bagian naik di
Sesar ini berarah relatif utara - selatan. Indikasi sesar ini hanya berupa
Sistem Sesar Sumatera (SFS). Sesar ini berjenis sesar normal dengan bidang
Sesar ini berarah barat laut - tenggara dan terletak di sebelah tenggara daerah
lereng. Sesar ini berjenis sesar normal dengan bidang naik di sebelah timur
bumi di daerah penelitian terdiri atas mata air panas, bualan gas, dan solfatar.
Beberapa manifestasi mata air panas yang terdapat pada daerah penelitian
yaitu mata air panas Sipoholon, Hutabarat, Sitompul, Tapian Nauli, Sipolhas,
(Hasan, 2005).
tentang gaya tarik menarik antara dua massa m1 dan m2 yang terpisah
𝑚1 𝑚2
𝐹⃗ (𝑟) = −𝐺 (1)
𝑟2
Dimana :
Newton tentang gerak menyatakan gaya sebanding dengan perkalian massa benda
F=m.g (2)
Bila ditetapkan pada percepatan gaya tarik bumi persamaan di atas menjadi
𝐹 𝑀.𝑚 𝑀
𝑔 = 𝑚 = 𝐺 𝑚×𝑟 2 = 𝐺 𝑟 2 (4)
Dimana :
M : Massa bumi
m : Massa benda
F : Gayaberat
r : Jari-Jari bumi
Satuan anomali gaya berat dalam kegiatan eksplorasi diberikan dalam orde miligal
(mGall) :
Dalam satuan MKS, gravitasi diukur dalam gravity unit atau μm/s2
3. Potensial Gravitasi
Untuk memindahkan suatu massa dari suatu titik ke titik tertentu maka diperlukan
energi, dimana energi tersebut adalah potensial gayaberat. Suatu benda dengan
dilakukan dalam suatu medan gravitasi tidak tergantung pada lintasan yang
ditempuhnya tetapi hanya tergantung pada posisi awal dan akhir. Medan potensial
dapat dinyatakan sebagai gradien atau potensial scalar (Blakely, 1996), melalui
persamaan:
𝑔 = −∇𝑈(𝑟) (5)
𝐹(𝑟)
∇𝑈(𝑟) = − = −𝑔(𝑟) (6)
𝑚2
𝑟 𝑟
∇𝑈(𝑟) = ∫∞(∇𝑈). 𝑑𝑟 = ∫∞ 𝑔. 𝑑𝑟 (7)
𝑟 𝑑𝑟 𝑀
∇𝑈(𝑟) = −𝐺𝑚 ∫∞ 𝑟 2 = 𝐺 (8)
𝑟
19
𝑑𝑚 𝑑𝑥𝑑𝑦𝑑𝑧
d𝑈 = 𝐺 = 𝐺𝜌 (9)
𝑟 𝑟
𝜌
𝑈 = 𝐺 ∫𝑥 ∫𝑦 ∫𝑧 𝑑𝑥𝑑𝑦𝑑𝑧 (10)
𝑟
karena g adalah percepatan gravitasi pada sumbu z (arah vertikal) dan dengan
𝜕𝑈 𝑧
𝑔 = − ( 𝜕𝑧 ) = 𝐺𝜌 ∫𝑥 ∫𝑦 ∫𝑧 𝑑𝑥𝑑𝑦𝑑𝑧 (11)
𝑟3
Besar nilai gravitasi bergantung kepada lima faktor yaitu lintang, elevasi, topografi
daerah sekitar pengukuran, pasang surut bumi dan variasi densitas di bawah
perubahan besar nilai gravitasi oleh karena variasi densitas di bawah permukaan.
Sementara nilai gravitasi yang terukur pada alat gravimeter tidak hanya berasal
dari nilai gravitasi yang disebabkan oleh variasi densitas di bawah permukaan,
tetapi juga dari keempat faktor lainnya. Koreksi dalam metode gravitasi
nilai gravitasi sehingga didapatkan nilai gravitasi yang hanya disebabkan oleh
Koreksi ini dilakukan untuk menghilangkan efek benda-benda di luar bumi seperti
Untuk mendapatkan nilai pasang surut ini maka, dilihatlah perbedaan nilai
gravitasi stasiun dari waktu ke waktu terhadap base. Gravitasi terkoreksi tidal
𝑔𝑠𝑡 = 𝑔𝑠 + 𝑡 (12)
Dimana 𝑔𝑠𝑡 adalah nilai bacaan alat gravimeter terkoreksi Tidal (mGal), 𝑔𝑠 adalah
nilai pada bacaan pada alat gravimeter (mGal), dan t adalah nilai koreksi Tidal
(mGal)
2. Koreksi Apungan
Koreksi apungan merupakan koreksi pada data gravitasi, sebagai akibat perbedaan
pembacaan nilai gravitasi di stasiun yang sama pada waktu yang berbeda oleh alat
perubahan temperatur pada alat gravimeter selama proses perjalanan dari satu
Untuk menghilangkan efek ini, proses akusisi data atau pengukuran dirancang
𝑔𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 −𝑔𝑜
𝐷𝑛 = (𝑡𝑛 − 𝑡𝑜 ) (13)
𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 −𝑡𝑜
Dimana Dn adalah drift pada stasiun , gakhir dan go adalah pembacaan alat pada
akhir dan awal looping, takhir , to, tn adalah waktu pembacaan alat pada akhir,
3. Koreksi Lintang
Koreksi lintang pada data gravitasi diperlukan sebagai akibat dari rotasi bumi.
Hasil dari rotasi bumi tersebut akan menyebabkan perbedaan nilai percepatan
gravitasi di seluruh permukaan bumi, yaitu bervariasi dari ekuator ke kutub atau
Koreksi udara bebas merupakan koreksi yang disebabkan oleh karena pengaruh
variasi ketinggian terhadap medan gravitasi bumi. Koreksi ini dilakukan untuk
menarik bidang pengukuran (P) ke bidang datum yaitu bidang geoid (P0).
5. Koreksi Bouger
tarikan gravitasi yang disebabkan oleh batuan berupa slab dengan ketebalan H dan
densitas rata-rata ρ.
23
𝐵𝐶 = 0,04185ℎ𝜌 (16)
pengukuran terhadap mean sea level dan ρ adalah rapat massa batuan (gr/cc).
6. Koreksi Medan
memiliki bentuk permukaan yang tidak datar atau memiliki undulasi. Jika stasiun
pengukuran berada dekat dengan gunung, maka akan terdapat gaya ke atas yang
gravitasi.
Sementara jika stasiun pengukuran berada dekat dengan lembah, maka akan ada
gaya ke bawah yang hilang sehingga pegas pada gravimeter tertarik ke atas. Hal
Gambar 10. Stasiun yang berada dekat dengan lembah (Reynolds, 1997).
massa batuan (gr/cc), n adalah jumlah kompartemen dalam zona Hammer Chart,
r1 dan r2 masing-masing adalah jari-jari radius dalam dan luar pada Hammer
Chart (m), dan H beda ketinggian titik amat dan rata-rata sektor (m).
C. Anomali Bouger
Benda yang berada dekat dengan permukaan ataupun yang jauh dari permukaan
bouguer adalah selisih antara nilai gravitasi pengamatan atau gravitasi observasi
(𝒈𝒐𝒃𝒔) dengan nilai gravitasi teoritis atau gravitasi normal (𝒈𝒏). Anomali
Bouguer dapat diukur dengan beberapa cara tergantung pada apakah kepadatan
dan bentuk dataran antara titik pengukuran dan permukaan laut dihitung,
dimana ABL adalah anomali bouguer, Gobs adalah percepatan gayaberat teramati,
Gn adalah nilai percepatan gayaberat setelah koreksi lintang, KUB adalah koreksi
25
udara bebas, KB adalah koreksi bouguer dan KM adalah koreksi medan (Blakely,
1996).
D. Spektral Analisis
lintasan yang telah ditentukan pada peta kontur Anomali Bouguer. Suatu
1 1 𝑒 |𝑘|(𝑧0−𝑧1 )
𝐹(𝑈) = 𝛾 𝜇 𝐹 (𝑟 ) dan 𝐹 (𝑅) = 2𝜋 |𝐾|
(19)
𝑔 = 𝛻𝑈. (20)
Gerak vertikal gravitasi yang diisebabkan oleh suatu titik massa adalah turunan
𝜕 1
𝑔𝑧 = 𝐺𝑚 𝜕𝑧 𝑟 (21)
26
𝜕 1
𝐹(𝑔𝑧 ) = 𝐺𝑚𝐹 (𝜕𝑧 𝑟 ) (22)
1
𝐹(𝑔𝑧 ) = 𝐺𝑚 𝜕𝑧𝜕𝐹 (𝑟 ) (23)
Jika distribusi rapat massa bersifat random dan tidak ada korelasi antara masing-
masing nilai gayaberat, maka m=1 sehingga hasil transformasi Fourier anomali
gayaberat menjadi:
𝐴 = 𝐶 𝑒 |𝑘|(𝑧0 − 𝑧1 ) (25)
amplitude.
)
𝑙𝑛𝐴 = 𝑙𝑛2𝜋𝐺𝑚𝑒 |𝑘|(𝑧0 −𝑧1 (26)
𝑦 = 𝑚𝑥 + 𝑐 (28)
kedalaman bidang dalam dan dangkal. |𝑘| sebagai sumbu x didefinisikan sebagai
2𝜋
bilangan gelombang yang besarnya dan satuannya cycle/meter, dengan 𝜆
𝜆
2𝜋 2𝜋
𝑘= = (29)
𝜆 𝑘𝑐 ∆𝑥.
Nilai 𝜆 sama dengan ∆𝑥, ada faktor lain pada ∆𝑥 yang disebut konstanta pengali,
2𝜋
𝑁= (30)
𝑘𝑐 .∆𝑥
Dimana ∆𝑥 adalah domain spasi yang akan digunakan dalam Fast Fourier
Zona Regional
Ln A
Zona Residual
Zona Noise
Kc
Semakin besar nilai k maka nilai frekuensi akan tinggi. Hubungan bilangan
berasal dari sumber anomali regional dan frekuensi tinggi berasal dari sumber
anomali residual.
28
dengan Anomali Bouger. Namun data ini masih merupakan superposisi dari
dan bentuk struktur, mineral atau bijih yang dicirikan dengan anomali
gayaberat secara kualitatif. Pemiisahan anomali ini salah satunya dapat dilakukan
regional.
∆𝑔(𝑖−𝑛)+⋯+∆𝑔(𝑖)+⋯+∆𝑔(𝑖+𝑛)
∆𝑔𝑟𝑒𝑔 (𝑖) = (31)
𝑁
Keterangan :
i = nomor stasiun
N = lebar jendela
29
Sedangkan penerapan moving average pada peta dua dimensi, harga pada suatu
titik dapat dihitung dengan merata-ratakan semua nilai di dalam sebuah kotak
persegi dengan titik pusat adalah titik yang kan dihitung harganya. Misalnya
∆𝑔𝑟𝑒𝑔= 1 ∑9 (32)
9 𝑁=1 ∆𝑔(𝑛)
F. SVD
orde dua yang bersifat sebagai high pass filter atau meninggikan anomali dengan
dengan struktur dangkal. SVD dapat digunakan untuk analisis model dengan cara
Secara teoritis, metode ini diturunkan dari fungsi harmonik Laplace, yaitu :
∇2 ∆𝑔 = 0 (34)
2
𝜕 2 (∆𝑔) 𝜕 2 (∆𝑔) 𝜕 2 (∆𝑔) (35)
∇ ∆𝑔 = + +
𝜕𝑥 2 𝜕𝑦 2 𝜕𝑧 2
Sehingga
Untuk data berupa lintasan penampang yang mempunyai nilai sumbu y tetap,
Bila dilihat dari persamaan diatas, dapat disimpulkan bahwa nilai dari turunan
kedua vertikal atau second vertical derivative merupakan nilai turunan horizontal
kedua atau second horizontal derivative yang di negatifkan dari suatu anomali
gayaberat. Berdasarkan persamaan diatas pula, dapat dikatakan bahwa pada data
nilai second horizontal derivative. Penentuan nilai SVD dapat dilakukan dengan
Penelitian ini menggunakan filter SVD hasil perhitungan Elkins (1951). Untuk
menentukan jenis patahan, apakah berupa patahan naik, patahan turun ataupun
patahan geser dapat ditentukan dengan menggunakan nilai SVD ini. Untuk
Gambar 12. Kurva respon anomali SVD pada struktur geologi (Reynolds, 1997)
Struktur patahan atau sesar naik maupun turun dapat ditentukan dari nilai anomali
2 g 2 g (40)
2 2
x mks x min
2. Untuk sesar naik :
2 g 2 g (41)
2 2
x maks x min
32
Untuk data anomali gayaberat dalam grid teratur, anomali second vertical
Dimana F adalah filter second vertical derivative sesuai persamaan diatas dan Δg
adalah anomali gayaberat sebagai data input. Berikut ini merupakan filter SVD
Gambar 13. Skema hubungan antara kemiringan antarmuka kontras densitas atau
Gambar 12. Untuk transisi densitas yang sama (misalnya dari rendah ke tinggi)
profil SVD dibalik secara horizontal ketika kemiringan antarmuka dibalik, seperti
dapat dilihat pada Gambar 12a dan 12b dan Gambar 12c dan 12d. Untuk
kemiringan antarmuka yang sama, profil SVD dibalik secara vertikal ketika
transisi kepadatan dipertukarkan (lihat Gambar 3a dan 3d dan Gambar 3b dan 3c).
horizontal nol SVD. Jenis transisi densitas dan orientasi kemiringannya tidak
dapat digunakan untuk menentukan jenis patahan. Oleh karena itu, perluasan
34
kriteria Bott untuk menentukan jenis patahan adalah salah karena definisi sesar
dalam geologi sangat tepat [misalnya 18] dan hanya dapat ditentukan dari
G. Forward Modelling
polygon.
𝑔𝑥 = 2 𝐺 𝜌 ф 𝑧 𝑑𝛳 (43)
Integral garis tersebut dapat pula dinyatakan sebagai jumlah garis tiap sisinya
𝑔𝑥 = 2 𝐺 𝜌 ∑𝑛𝑖=1 𝑔1 (44)
dengan sistem koordinat kartesian, untuk benda poligon sederhana seperti pada
Gambar 14. Efek Benda Bentuk Poligon Anomali Gravitasi (Talwani, dkk,
1969).
35
Sehingga diperoleh,
dimana,
𝑥 −𝑧
𝑎1 = 𝑥2 − 𝑧2 cot Ҩ1 = 𝑥2 − 𝑧2 ( 𝑧2−𝑧1) (47)
2 1
dengan,
𝑧
𝛳1 = tan−1 (𝑥1 ) (48)
1
𝑧 +𝑧
Ҩ1 = tan−1 (𝑥2 −𝑥1 ) (49)
2 1
𝑎 𝑐 1 𝑥 2 −𝑧 2
𝑍1 = 𝑐 21+1 {𝛳1 − 𝛳2 + 2 𝑐 (𝑥2 2 −𝑧2 2)} (50)
1 1
Forward modelling menyatakan proses perhitungan data yang secara teoritis akan
permukaan tertentu. Dalam pemodelan data geofisika, dicari suatu model yang
menghasilkan respons yang cocok atau fit dengan data pengamatan atau data
forward modeling digunakan untuk proses trial and error. Trial and error adalah
proses coba-coba atau tebakan untuk memperoleh kesesuaian antara data teoritis
36
dengan data lapangan. Diharapkan dari proses trial and error ini diperoleh model
H. Invers Modelling
tersebut. Pemodelan inversi adalah salah satu teknik pemodelan dimana parameter
langsung dari data merupakan salah satu tujuan dari pemodelan tipe ini. Pada
proses pemodelan inverse modelling ini dicari parameter model yang memiliki
pengamatan yang ada. Output dari pemodelan ini ialah menghasilkan model yang
optimal dan memiliki respon model yang mempunyai kecocokan terhadap data
atau hampir semua bidang geofisika karena kita dituntut untuk dapat
permukaan dalam bentuk persebaran nilai densitas dari data pengukuran metode
gaya berat.
37
I. Densitas Batuan
Dalam metode gaya berat, distribusi parameter fisika yaitu densitas dari material
dalam bumi. Hal ini karena nilai percepatan gravitasi terukur di permukaan bumi
yang bervariasi dipengaruhi oleh distribusi densitas material (batuan) yang berada
di bawah permukaan bumi. Menurut Hinze (2013), nilai densitas setiap batuan
dapat dibedakan sesuai dengan jenisnya yang dapat dilihat pada Gambar 13.
(dalam penelitian ini anomali residual) dengan nilai densitas referensi (Gambar
Namun dari hasil pengolahan, data anomali Bouguer yang sama bisa
Gambar 14) yang disebut dengan ambiguitas (Hinze, 2013). Hal ini disebabkan
karena nilai densitas batuan memiliki nilai rentang yang saling tumpang-tindih
antara satu jenis dengan yang lainnya (lihat Gambar 13). Kondisi ini akan
mempengaruhi keakuratan interpretasi hasil yang akan dilakukan. Oleh karena itu
dengan informasi geologi yang ada untuk mendapatkan hasil intepretasi yang
lebih akurat.
38
(a) Akibat benda berbentuk bola (b) Akibat adanya batu gamping
Alat dan bahan yang digunakan dalam kerja praktek ini adalah:
6. Software Surfer 12
7. Software Grav3D
40
yang berguna untuk mengubah suatu fungsi dalam jarak atau waktu
Dalam penelitian kali ini data yang diambil sebanyak 5 lintasan untuk
mewakili daerah yang kita inginkan. Semua data yang didapat dari lintasan
kita cari.
daerah yang lebih dalam di bawah permukaan. Efek yang berasal dari
batuan pada daerah dangkal disebut anomali residual, sementara efek yang
berasal dari batuan pada daerah yang lebih dalam disebut anomali regional.
Oleh karena itu, perlu dilakukan pemisahan anomali regional dan anomali
spektrum.
3. Analisis Derivative
adanya batuan dengan kontras rapat massa batuan yang lebih rendah
dengan kontras rapat massa lebih tinggi, untuk lebih menguatkan kedua
penelitian ini adalah turunan kedua anomali Bouguer atau Second Vertical
Derivative (SVD).
Inverse modeling dilakukan dengan cara menginput data jarak dan data
pada suatu model yang dihasilkan langsung dari data. Pemodelan ini
D. Jadwal Penelitian
Adapun jadwal Penelitian pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
43
1 Studi
Literatur
2 Persiapan
Data
3 Penyusunan
Laporan Usul
4 Seminar Usul
5 Pengolahan
Data
6 Penyusunan
Laporan Hasil
7 Seminar Hasil
8 Penyelesaiaan
Skripsi
9 Seminar
Komprehensif
44
E. Diagram Alir
Adapun diagram alir dalam pengolahan data sebagai berikut :
Mulai
Analisis Spektrum
Moving Average
Informasi
Geologi SVD
Struktur Bawah ρ
Permukaan Grid
Depth
Tidak
Invers
Modellin
g
Ya
Model 3D
Selesai
A. Kesimpulan
Berdasarkan pengolahan data dan analisa yang telah dilakukan pada daerah
1. Anomali Bouguer daerah penelitian mempunyai nilai -105 sampai -35 mGal
dengan anomali tinggi berada di utara daerah penelitian dan anomali rendah
mGal dengan anomali rendah terletak timur dan tenggara dan anomali tinggi
yang berarah barat laut – tenggara, sesar berarah timur laut – barat daya di
utara daerah penelitian, dan sesar berarah utara – selatan di selatan daerah
penelitian.
barat laut, barat daya, dan tenggara daerah penelitian. Manifestasi berada di
barat laut, barat daya, tengah, dan sebelah tenggara daerah penelitian yang
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Davis, G. and Reynold, S.J. 1996. Structural Geology of Rocks and Regions.
NewYork. John Willey and Sons, Inc.
Hasan, R., Setiadarma., Risdianto, D., and Supardi, K. 2005. Geologi Daerah
Panasbumi Sipoholon, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara.
Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi. Bandung:
Pusat Sumber Daya Geologi Badan Geologi Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral Republik Indonesia.
Hinze, W.J. 2013. Gravity and Magnetic Exploration – Principles, Practices, and
Applications. Inggris: Cambridge University Press.
Serway, R. A. and Jawett, J. W. 2009. Fisika Untuk Sains dan Teknik Buku 1.
Jakarta: Salemba Empat.
Setiadi, I., Diyanti, A., and Ardi, N. D. 2014. Interpretasi Struktur Geologi Bawah
Permukaan Daerah Leuwidamar Berdasarkan Analisis Spektral Data Gaya
Berat. Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral, 205-214.
Setianingsih, Efendi, R., Kadir, W.G.A., Santoso, D., Abdullah, A.I., and
Alawiyah, S. 2013. Gravity Gradient Technique to Identify Fracture Zones
in Palu Koro Strike-Slip Fault. Procedia Environmental Sciences. Vol. 17
Hal: 248-255.