0% found this document useful (0 votes)
12 views10 pages

Membangun Kesadaran Bela Negara Masyarakat Pedesaa

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1/ 10

Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni ISSN 2579-6348 (Versi Cetak)

Vol. 5, No. 2, Oktober 2021: hlm 529-538 ISSN-L 2579-6356 (Versi Elektronik)

MEMBANGUN KESADARAN BELA NEGARA MASYARAKAT


PEDESAAN BERBASIS NILAI KEARIFAN LOKAL

Usman Alhudawi1, Ernawati Simatupang2, Fazli Rachman3


1
Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung
Email: usmanalhudawi@upi.edu
2 Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung

Email: ernasimatupang@upi.edu
3
Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan, Universitas Negeri Medan

Masuk : 05-01-2021, revisi: 15-09-2021, diterima untuk diterbitkan : 10-10-2021

ABSTRACT
Participating in State Defense is one of the important mandates contained in the 1945 Constitution of the Republic of
Indonesia. State Defense needs to be done by all responsible holders in creating Indonesia as a smart and prosperous
nation. State Defense becomes important because national defense and security activities are not only left entirely to
TNI and POLRI institutions.Therefore, various efforts are needed to reach all elements of Indonesian citizens who
are dynamic and varied in their knowledge. The village community as a distinctive entity for Indonesian citizenship
has not been properly touched with regard to efforts to instill awareness of defending the country. This article will
discuss in detail the potential for the involvement of local wisdom values in the development of awareness of state
defense in rural communities. Local wisdom is part of the strategy of a particular community group in order to achieve
their needs. The research method used is qualitative. This research was conducted by studying literature with
qualitative data collection techniques in the form of a literature study (literature). Meanwhile, the data analysis
process used is data reduction, data display, verification, and conclusion. The results show that the approach to the
value of local wisdom has an influence on the awakening of awareness of state defense in rural communities. The
nature of the approach based on the values of local wisdom which is closely related to the habits of community life
has implications for the awakening of awareness of state defense in such levels of society.

Keywords: Education, state defense, local wisdom

ABSTRAK
Ikut serta dalam Bela Negara merupakan salah satu amanat penting yang termuat dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Bela Negara perlu dilakukan oleh seluruh pemegang tanggung jawab dalam
menciptakan Indonesia sebagai bangsa yang cerdas dan sejahtera. Bela Negara menjadi penting karena aktivitas
pertahanan dan keamanan nasional tidak hanya diserahkan sepenuhnya kepada institusi TNI dan POLRI. Oleh sebab
itu, diperlukan berbagai upaya dalam dalam menjangkau seluruh elemen warga negara Indonesia yang dinamis dan
variatif dalam pengetahuannya. Masyarakat desa sebagai suatu entitas khas kewarganegaraan Indonesia belum
tersentuh dengan baik terkait upaya-upaya menanamkan kesadaran bela negara. Artikel ini akan mengulas dengan
rinci potensi pelibatan nilai kearifan lokal dalam pembangunan kesadaran bela negara di tatanan masyarakat pedesaan.
Kearifan lokal merupakan bagian dari strategi suatu kelompok masyarakat tertentu dalam rangka mencapai kebutuhan
hidupnya. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Penelitian ini dilakukan dengan studi literatur dengan
teknik pengumpulan data kualitatif berupa studi pustaka (literatur). Sementara itu, proses analisis data yang digunakan
adalah reduksi data, display data, verifikasi dan penarikan kesimpulan. Hasil menunjukan bahwa pendekatan nilai
kearifan lokal memberikan pengaruh atas terbangunnya kesadaran bela negara masyarakat pedesaan. Sifat pendekatan
berbasis nilai kearifan lokal yang lekat dengan kebiasaan kehidupan masyarakat, berimplikasi pada terbangunnya
kesadaran bela negara pada lapisan masyarakat demikian.

Kata Kunci: Edukasi, bela negara, kearifan lokal

1. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kewajiban atas mengikutsertakan diri ke dalam misi bela negara adalah kesadaran penting bagi
setiap warga negara dalam kontribusi kepada negara. Hal ini menjadi penting karena aktivitas
pertahanan dan keamanan nasional tidak hanya diserahkan sepenuhnya kepada institusi TNI dan
POLRI. Namun peran serta warga melalui bela negara juga dibutuhkan dalam berbagai dimensi

https://doi.org/10.24912/jmishumsen.v5i2.10156 529
Membangun Kesadaran Bela Negara Masyarakat Pedesaan Alhudawi & Simatupang
Berbasis Nilai Kearifan Lokal

penyelenggaraan pertahanan dan keamanan negara. Dengan peran dan posisi penting keterlibatan
setiap warga negara dalam mencapai misi menjaga pertahanan dan keamanan maka sosialisasi dan
penanaman kesadaran bela negara dibutuhkan. Hal ini sesuai Sesuai dengan yang dijelaskan dalam
pasal 27 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 “Bahwa setiap warga negara berhak dan wajib ikut
serta dalam upaya bela negara”. Maksud dari bela negara dijelaskan dalam pasal 9 ayat (1) huruf
a Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara yaitu “Upaya bela negara
merupakan sikap serta perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya terhadap Negara dan
Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dalam menjalin kelangsungan hidup bangsa dan negara”.
Sikap bela negara merupakan kewajiban seorang warga negara serta merupakan wujud
kehormatan warga negara yang dilaksanakan dengan rasa tanggungjawab, penuh kesadaran, serta
rela berkorban dalam pengabdian kepada Bangsa dan Negara.

Jika dilihat dari tinjauan sejarah, bangsa Indonesia memiliki sejarah yang panjang serta banyak
pengorbanan para pejuang dalam mendapatkan kemerdekaan Indonesia. Hal tersebut dilakukan
secara sukarela maupun suatu ikatan tugas dalam organisasi-organisasi perjuangan kemerdekaan.
Dalam masa penjajahan yang mendera wilayah-wilayah nusantara kurang lebih tiga setengah abad,
masyarakat indonesia dengan kesadaran penuh mengikut serta dirinya dalam memperjuang
kemerdekaan bangsa. Selain dengan alasan kejenuhan akan penindasan yang dilakukan pihak
penjajah, faktor nilai-nilai dan ajaran lokal untuk membela nama baik wilayahnya merupakan
salah satu aspek yang mendorong misi perjuangan dan semangat membela tanah air.

Dengan riwayat demikian sehingga kini kita akhirnya merasakan kemerdekaan bangsa Indonesia
yang dimulai sejak 17 Agustus 1945. Semangat perjuangan dan membela tanah air yang diperoleh
para pejuang kemerdekaan dari nilai dan ajaran lokal tersebut sangat belum tergali dan teroptimal.
Pengembangan kesadaran bela negara dewasa kini lebih menyisir pada area-area pendidikan
formal. Walaupun hal demikian dibutuhkan namun, banyak area dalam masyarakat yang lebih luas
tidak tersentuh pada upaya penanaman kesadaran bela negara seperti yang diharapkan. Atas dasar
ini terjadi kesenjangan atas pengetahuan dan semangat bela negara dikalangan masyarakat,
dikarenakan sebahagian besar masih belum tersentuh upaya pengembangan kesadaran bela negara.

Semangat pengorbanan dan membela bangsa Indonesia para pejuang kemerdekaan dari nilai dan
ajaran lokalnya dimasa kini harus dikelola dalam menumbuhkan kesadaran bela negara Indonesia
dengan latar kondisi sosial budaya masyarakat yang sebahagian besar hidup di lingkungan
pedesaan. Hal tersebut penting dalam rangka menyentuh sendi kehidupan masyarakat desa yang
masih erat dalam memegang nilai dan ajaran luhurnya. Tentunya cara ini diharapkan dapat
mengakomodir misi penguatan kesadaran bela negara yang menyentuh seluruh lapisan warga
negara. Dalam artikel ini peneliti akan membahas dan mendiskusikan dimensi potensi
pembangunan kesadaran bela negara masyarakat pedesaan berbasis nilai kearifan lokal. Pada sudut
ini peneliti mencoba menganalisa ruang dan potensi yang dapat dijadikan alternatif oleh lembaga
terkait dalam rangka suksesi pengembangan kesadaran bela negara.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah “bagaimana
keterkaitan tata nilai kearifan masyarakat dalam memperkuat kesadaran bela negara?”

2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah metode penelitian
yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah (Sugiyono, 2018). Pendekatan
penelitian ini adalah kualitatif dengan sumber pertama, sumber bahan cetak kepustakaan, meliputi

530 https://doi.org/10.24912/jmishumsen.v5i2.10156
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni ISSN 2579-6348 (Versi Cetak)
Vol. 5, No. 2, Oktober 2021: hlm 529-538 ISSN-L 2579-6356 (Versi Elektronik)

buku, jurnal, makalah dan literatur lain yang relevan dengan kajian artikel ini. Menurut Sugiyono
(2018), studi pustaka berkaitan dengan kajian teoritis dan referensi lain yang berkaitan dengan
nilai, budaya dan norma yang berkembang pada situasi sosial yang diteliti, selain itu studi pustaka
sangat penting dalam melakukan penelitian, hal ini dikenakan penelitian tidak akan lepas dari
literatur-literatur ilmiah.

Studi pustaka merupakan sebuah langkah yang penting di mana setelah seorang peneliti
menetapkan topik penelitian, langkah selanjutnya adalah melakukan kajian yang berkaitan dengan
teori, penelitian akan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari pustaka yang
berhubungan (Nazir, 1988). Sumber-sumber pustaka dapat diperoleh dari buku, jurnal, majalah,
hasil-hasil penelitian (tesis dan disertasi), dan sumber-sumber lainnya yang relevan. Maka segera
untuk disusun secara teratur untuk dipergunakan dalam penelitian. Teknik pengumpulan data dan
informasi yang digunakan adalah teknik pengumpulan data kualitatif yang meliputi studi pustaka.
Sementara itu proses analisis data yang digunakan dalam reduksi data, display data, verifikasi dan
penarikan kesimpulan (Ali, 2014).

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Kearifan lokal memberikan pengaruh atas terbangunnya kesadaran bela negara masyarakat
pedesaan. Sifat pendekatan berbasis nilai kearifan lokal yang lekat dengan kebiasaan kehidupan
masyarakat, berimplikasi pada terbangunnya kesadaran bela negara pada lapisan masyarakat
Indonesia.

Kearifan Lokal
Kearifan lokal merupakan bagian dari strategi suatu kelompok masyarakat tertentu dalam rangka
mencapai kebutuhan hidupnya, masyarakat desa merupakan bagian dari kelompok masyarakat
yang terdiri dari etnis dan keberagaman yang berbeda yang tidak dapat dipisahkan hakikatnya dari
tradisi dan interaksi nilai lokal suatu masyarakat. Oleh karena itu, membahas tentang kearifan lokal
tidak akan terlepas dari rantai hubungannya dengan masyarakat pedesaan.

Berdasarkan studi literatur yang dilakukan oleh peneliti bahwa masyarakat merupakan pelaku
utama dalam proses penerapan nilai-nilai kearifan lokal, di mana masyarakat akan membentuk
pola perilaku dan interaksi satu sama lain, perilaku tersebut biasanya berhubungan langsung
dengan fenomena yang terjadi dalam lingkungan masyarakat pedesaan, maka secara naluri dan
nilai yang sudah tertanam dalam masyarakat pedesaan biasanya mereka akan membentuk
kelompok tertentu untuk memecahkan masalah dan mencari solusinya.

Dalam tulisan Manggabarani (2017) tentang “Sinergitas Bela Negara Dan Kearifan Lokal Siri”,
mengatakan bahwa Kearifan lokal tercipta sebagai the guardian of values yang tugasnya sebagai
pertahanan untuk mempertahankan kemurnian nilai-nilai kearifan lokal yang kemudian
diintegrasikan menjadi sebuah komponen sebagai alat untuk melestarikan keaslian etnisitas
kelompok masyarakat tertentu. Kearifan lokal berdasarkan hasil penelitian peneliti merupakan
bagian dari nilai-nilai sosial dan budaya yang hidup dan berkembang dalam kehidupan
masyarakat, yang unsur utamanya terdiri dari nilai-nilai kebajikan yang dijadikan pedoman
perilaku dalam kehidupan masyarakat. Pedesaan merupakan jenis lingkungan kelompok
masyarakat yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai budaya dan tradisi nenek moyangnya yang
dijadikan sebagai pola pengembangan sikap dan perilaku masyarakat setempat. Oleh karena itu,
biasanya masyarakat pedesaan mengenal dan mempertahankan budaya setempat dengan cara
menerapkan tradisi-tradisi tersebut kedalam bentuk kelompok kecil, misalnya melalui keluarga.
Pengembangan sikap dan perilaku masyarakat pedesaan akan berhubungan langsung dengan

https://doi.org/10.24912/jmishumsen.v5i2.10156 531
Membangun Kesadaran Bela Negara Masyarakat Pedesaan Alhudawi & Simatupang
Berbasis Nilai Kearifan Lokal

sistem perkembangan suatu kelompok masyarakat dalam mempertahankan budayanya. Pendapat


Atmodjo (1986) menyatakan kearifan lokal dapat diartikan local development, yaitu
perkembangan setempat (local) yang arahnya menuju ke arah perubahan.

Selanjutnya, menurut analisis peneliti bahwa kearifan lokal merupakan usaha dan proses yang
dilakukan oleh masyarakat tertentu dalam menyesuaikan dirinya dengan perkembangan budaya
tertentu, ia mampu membentengi dirinya dengan pengaruh budaya asing. maka dalam hal ini
senada dengan pendapat “kearifan lokal merupakan kemampuan seseorang dalam meningkatkan
dirinya untuk memahami, bersikap, dan memperkenalkan ide, konsep dan lain sebagainya sebagai
bentuk dari nilai dan norma yang memiliki makna bagi keberlangsungan hidup kelompok
masyarakat tertentu” (Mutakin & Pasya, 2006).

Masyarakat Sosial Budaya


Pembahasan tentang masyarakat sosial budaya, peneliti mencoba menselaraskannya dengan
pendapat Kistanto (2018) dalam berinteraksi tersebut manusia dan masyarakat menciptakan,
menyelenggarakan dan mengembangkan kebudayaan dalam suatu sistem budaya. Hubungan
timbal-balik antara masyarakat dan kebudayaan inilah yang membentuk sistem sosial dan sistem
budaya. Bahwa secara kodratnya manusia tidak dapat dipisahkan dari kodratnya sebagai makhluk
sosial yang hidup dan berinteraksi dengan yang lainnya dalam suatu lingkungan tertentu, interaksi
masyarakat ini biasanya akan melahirkan ide, gagasan, dan penemuan-penemuan baru yang
kemudian akan dilakukan secara terus menerus, bahkan tidak jarang akan diturunkan kepada
generasi selanjutnya. Masyarakat pedesaan sebagai masyarakat yang melekat kodrat sosial dan
budayanya tidak akan pernah terlepas dari lingkaran interaksi ini.
Selanjutnya, menurut peneliti bahwa setiap kelompok masyarakat tertentu memiliki warisan
budaya masing-masing yang disesuaikan dengan bagaimana daerah, kebiasaan, dan kepercayaan
yang dianut oleh suatu kelompok masyarakat tertentu yang kemudian tumbuh dan berkembang
bahkan diwariskan ke generasi berikutnya, oleh karena itu melalui pelestarian budaya oleh
masyarakat akan memberikan kesempatan kepada generasinya untuk mengembangkan budayanya
tanpa menghilangkan keaslian dari budayanya tersebut.

Masyarakat Pedesaan
Sehubungan dengan pembahasan tentang masyarakat pedesaan, terlebih dahulu peneliti mencoba
mendeskripsikan pengertian desa menurut Kamus Poerwadarminta tentang “masyarakat
pedesaan” mengatakan bahwa: desa merupakan suatu kelompok rumah tertentu yang hidup dalam
satu kesatuan atau kelompok tertentu yang disebut dusun. Maka, jika dikaitkan dengan pendapat
diatas, bahwa masyarakat pedesaan merupakan suatu kelompok kecil masyarakat tertentu yang
tinggal didaerah masyarakat pedesaan. Dan masyarakat kecil tersebut juga dapat disebut sebagai
rural community yaitu masyarakat yang hidup bersama di lokasi tertentu, serta memiliki tujuan
yang sama. Serta tanggung jawab yang sama berdasarkan nilai dan moral yang berlaku dalam
lingkungan masyarakat tertentu.

Menurut analisis peneliti bahwa karakteristik umum masyarakat desa biasanya dapat dilihat dari
cara berpakaian yang sederhana, cara berpikir yang mudah curiga, menjunjung tinggi nilai dan
norma kedaerahan, serta susah menerima adanya perubahan. Serta masalah masyarakat pedesaan
biasanya dihadapi dengan masalah mata pencaharian yang bersifat statis, misalnya mereka akan
selalu bergantung pada hasil pertanian yang setiap tahunnya tingkat keberhasilannya naik turun.
Serta masalah sumber daya manusia yang tidak dapat dihindari keterbatasan sarana dan prasarana
pendidikannya. Oleh karena itu, hal-hal yang disebutkan diatas akan mempengaruhi pola pikir,
perilaku dan adat istiadat masyarakat pedesaan dalam berinteraksi di lingkungan hidupnya, yang

532 https://doi.org/10.24912/jmishumsen.v5i2.10156
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni ISSN 2579-6348 (Versi Cetak)
Vol. 5, No. 2, Oktober 2021: hlm 529-538 ISSN-L 2579-6356 (Versi Elektronik)

biasanya akan memberikan pengaruh kepada bagaimana budaya setempat masyarakat tersebut
dapat terciptakan.

Kesadaran Bela negara


Sehubungan dengan pembahasan tentang bela negara dalam jurnal Manggabarani (2017) yang
mengatakan “Indikator kesadaran bela negara dapat diukur dari lima sikap dasar dalam bela
negara, yaitu cinta tanah air untuk mempertahankan NKRI; kesadaran berbangsa dan bernegara
dalam kebhinekaan; yakin pada Pancasila sebagai landasan idiil dan UUD 1945 sebagai landasan
konstitusional; rela berkorban untuk nusa dan bangsa; serta memiliki kemampuan awal bela negara
yang mencakup kemampuan psikis dan fisik”.

Bela negara adalah suatu pemikiran, perilaku dan tindakan yang dilakukan oleh setiap warga
negara untuk membela bangsa dan negaranya (Subagyo, 2015). Selanjutnya dijelaskan juga bahwa
“bela negara adalah sikap warga negara yang berupaya mempertahankan negara ketika
menghadapi berbagai ancaman yang mengganggu kepentingan negaranya” (Subagyo, 2015). Bela
negara merupakan suatu cara yang ditempuh oleh warga negaranya dalam mempertahankan
keaslian dan keutuhan jati diri bangsanya. Kaitannya dengan kearifan lokal ialah masyarakat
pedesaan mempertahankan sumber daya dan kekayaan budayanya dengan tetap melestarikan,
mempertahankan keasliannya dalam proses interaksi masyarakat disekitarnya.

Pengenalan nilai-nilai kebangsaan yang dilakukan oleh masyarakat pedesaan ialah melalui
pendidikan pertama yang dilakukan melalui keluarga, masyarakat pedesaan percaya bahwa dengan
mempertahankan tradisi dan budaya yang dimilikinya merupakan bagian yang ditempuh oleh
warga negara untuk melindungi negaranya dari pengaruh buruk yang berdampak pada kepunahan
nilai budayanya. Perlunya pendidikan bela negara tinggi dalam masyarakat pedesaan akan
memberikan nilai positif kepada masyarakat agar dapat diaplikasikan dalam kehidupannya sehari-
hari, dan dapat mencegah segala kemungkinan yang dapat terjadi yang memiliki potensi untuk
memecah belah keutuhan negara ini. Ancaman dalam suatu negara tidak hanya bersifat militer
tetapi juga dapat bersifat non militer.

Bela negara akan sangat berhubungan dengan sistem pertahanan. Di dalam konstitusi disebutkan
secara letterlecth mengenai hak dan kewajiban warga negara untuk bela negara dalam Pasal 27
ayat (3). Serta Indonesia sebagai negara hukum menganut konsep bela negara yang sistem
pertahanannya terdiri dari Pertahanan Militer yang memposisikan TNI sebagai kekuatan utama
tetapi juga melibatkan rakyat dan wilayah Indonesia sebagai kekuatan pendukung. Maka dalam
hal ini rakyat sebagai kekuatan pendukung turut berpartisipasi langsung dalam sistem pertahanan
yang sesuai dengan konsep bela negara.
Tujuan Bela Negara
Alasan dibentuknya program bela negara ini tentunya didasarkan pada tujuan-tujuan tertentu yang
hendak dicapai. Sebagaimana ditegaskan dalam UU Nomor 3 Tahun 2002 Pasal 4 tentang
Pertahanan Negara yang berbunyi: “Pertahanan negara bertujuan untuk menjaga dan melindungi
kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan keselamatan
segenap bangsa dari segala bentuk ancaman”. Bela negara perlu dilakukan oleh seluruh pemegang
tanggung jawab dalam menciptakan Indonesia sebagai bangsa yang cerdas dan sejahtera.
Pemegang tanggung jawab disini memiliki peran, yaitu peran guru, peran tokoh masyarakat, peran
TNI sebagai garda depan.

https://doi.org/10.24912/jmishumsen.v5i2.10156 533
Membangun Kesadaran Bela Negara Masyarakat Pedesaan Alhudawi & Simatupang
Berbasis Nilai Kearifan Lokal

Oleh karena itu, sehubungan dengan pembahasan bela negara pada masyarakat pedesaan melalui
penanaman nilai kearifan lokal. Maka, tujuannya dalam penelitian ini adalah bahwa bela negara
pada masyarakat pedesaan perlu dilakukan dengan membangun kesadaran masyarakat pedesaan
melalui pendidikan non formal yang dapat dilakukan oleh kelompok masyarakat tertentu dengan
tujuan melindungi dan menjaga kedaulatan daerah setempat dengan mempertahankan sistem
kebudayaan yang bernilai moral, bersinergi religius, bernyawa gotong royong sesuai dengan
kaidah-kaidah yang berlaku pada masyarakat pedesaan tertentu.

Memberikan pendidikan bela negara kepada masyarakat pedesaan melalui pendidikan non formal
dan pengaruh adat istiadat suatu daerah, dapat memberikan nilai positif dan edukasi kepada
anggota masyarakat untuk tetap menjaga kelestarian budaya mereka, memberikan rasa cinta tanah
budaya mereka, serta menjadikan mereka sebagai masyarakat yang mandiri, dan berjiwa budaya
yang kokoh tidak mudah terpengaruh oleh budaya dan kebiasaan lain yang dapat menghilangkan
keaslian budaya daerah setempat. Selain itu, tujuan bela negara pada masyarakat pedesaan ialah
membentuk kader bela negara daerah setempat, serta mampu mengaktualisasikan nilai-nilai bela
negara sebagai wujud dari kesadaran bela negara pada masyarakat pedesaan.

Bela Negara Masyarakat Pedesaan Melalui Nilai Kearifan Lokal


Berdasarkan rumusan-rumusan oleh peneliti di atas, maka dapat dilihat bahwa dalam hal ini
peneliti mencoba mensinergikan hubungan bela negara masyarakat pedesaan melalui nilai kearifan
lokal, sesuai dengan pengantar hasil pembahasan oleh peneliti di atas serta melalui kajian literatur
oleh peneliti bahwa masyarakat pedesaan sebagai masyarakat yang memegang teguh prinsip dan
nilai budaya menganggap bahwa interaksi masyarakat pedesaan yang dengan setia
mempertahankan adat istiadatnya merupakan bagian dari bela negara masyarakat pedesaan,
membangun kesadaran tersebut dapat mereka lakukan dengan memberikan nilai pendidikan
budaya daerah kepada anggota keluarga masyarakat.

Menurut masyarakat pedesaan bahwa bela negara yang mereka lakukan tidak hanya dapat
ditempuh melalui peperangan secara langsung, tetapi juga ikut dalam mempertahankan budaya
dan keaslian budaya setempat juga merupakan bagian dari bela negara. Bela budaya merupakan
bagian dari bela negara. Oleh karena itu, cara lain yang dapat ditempuh oleh masyarakat pedesaan
selain melalui pendidikan keluarga, mereka dengan mengembangkan peran kelompok masyarakat
atau tokoh masyarakat tertentu sebagai tetua adat dan pedoman mereka dalam menerapkan sikap
bela negara.

Untuk memperkuat pendapat diatas, maka peneliti mencoba menghubungkan pandangan yang
mengatakan bahwa” kearifan lokal suatu masyarakat merupakan bagian yang hidup dan
berkembang dalam jiwa-jiwa Pancasila, nilai kearifan lokal yang juga merupakan nilai Pancasila
hidup dan berkembang dalam kehidupan masyarakat, lalu mereka (nilai Pancasila dan kearifan
lokal) sama sama menjadi mekar dengan daun rimbunnya bahkan menghasilkan buah (Rudiyanto,
2015), maksud dari pandangan tersebut bahwa kearifan lokal juga merupakan satu kesatuan
nilainya dengan Pancasila yang hidup dan berkembang sebagai pedoman dalam kehidupan
masyarakat serta memberikan nilai-nilai kemanusian dan melahirkan pemikiran-pemikiran tentang
kebaikan.

Implementasi bela negara pada umumnya tidak hanya dilakukan dengan mempersenjatai seluruh
rakyat secara fisik untuk mengadakan perlawanan fisik melainkan merupakan keikutsertaan warga
negara melalui bidang profesinya masing-masing. Dengan kata lain bahwa implementasi bela
negara pada masyarakat pedesaan dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari melalui bidang

534 https://doi.org/10.24912/jmishumsen.v5i2.10156
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni ISSN 2579-6348 (Versi Cetak)
Vol. 5, No. 2, Oktober 2021: hlm 529-538 ISSN-L 2579-6356 (Versi Elektronik)

profesi atau pekerjaan masing-masing, serta menjunjung tinggi nilai kearifan lokal dalam
mempertahankan budaya masing-masing masyarakat setempat, hal ini sesuai dengan pendapatnya
(Anggraeni et al., 2019) bahwa dalam upaya bela negara harus dilakukan dalam rangka
menumbuhkan kesadaran bela negara warga negara sebagai upaya mewujudkan warga negara
Indonesia yang memahami dan menjunjung tinggi makna kemerdekaan.

Sehingga proses implementasi bela negara tidak hanya menjadi peran lembaga pendidikan formal,
tetapi juga melibatkan dukungan dari masyarakat setempat, lingkungan sekitar, dan juga
pemerintahan. Oleh karena itu, Tindakan seseorang dalam hal ini sikap dan tindakan mau bela
negara, itu dibentuk atas tiga komponen utama yang dikemukakan oleh Fishbein dan Ajzen,
menurut Teori Planned Behaviour (1975) (dalam Gredinand, 2017) yaitu behavioral beliefs,
normative beliefs dan control beliefs yang mengatakan bahwa sikap bela negara seseorang akan
sangat bergantung pada evaluasi perilaku masyarakat tertentu, kepercayaan serta norma dan aturan
yang berlaku sebagai pedoman seseorang dalam berperilaku. Sehingga dalam hal ini unsur-unsur
tersebut akan mempengaruhi sikap bela negara masyarakat tertentu.

Berdasarkan teori tersebut maka intensi seseorang untuk memiliki sikap bela negara sejatinya
sangat dipengaruhi oleh faktor dari dalam dan dari luar dirinya. Faktor dalam adalah potensi
pengetahuan yang didapatnya melalui lembaga pendidikan formal, sebagai contoh sementara
diluar dirinya adalah masyarakat, lingkungan dan pemerintah. Sehingga faktor-faktor kuat yang
biasanya terdapat dalam masyarakat pedesaan sesuai dengan kriteria diatas, biasanya akan selalu
melekat pada dirinya. Pendidikan non formal yang dilakukan oleh kelompok masyarakat pedesaan
akan membentuk pola sikap yang mempengaruhi sikap masyarakat akan membantu tercapainya
tujuan bela negara.

Selanjutnya, menurut analisis peneliti bahwa membangun kesadaran bela negara masyarakat
pedesaan melalui nilai kearifan lokal memberikan kesempatan secara langsung kepada masyarakat
untuk ikut terlibat dalam proses sosial, proses publik bahkan proses politik yang terjadi di
lingkungan masyarakatnya, seperti yang kita ketahui bahwa bela negara memerlukan keterlibatan
warga negaranya secara langsung dalam mempertahankan keadaan yang meliputi militer maupun
non militer. Mengingat bahwa setiap warga negara termasuk masyarakat pedesaan memiliki Hak
untuk memiliki pengetahuan tentang hak dan kewajibannya sebagai warga negara, serta memiliki
kewajiban ikut serta dalam mempertahankan kestabilan daerah setempatnya.

Masyarakat desa merupakan unit kecil dalam suatu organisasi negara yang juga merupakan bagian
dari keutuhan negara ini. Oleh karena itu, proses pelestarian budaya yang dilakukan oleh
masyarakat desa melalui nilai-nilai kearifan lokal merupakan upaya masyarakat desa dalam
mempertahankan negara Indonesia dari pengaruh-pengaruh negatif yang dapat mengubah atau
menghilangkan unsur budaya pada masyarakat desa.

Kemampuan masyarakat desa membangun kesadaran bela negara selalu berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari, keterampilan tersebut dapat juga dikatakan sebagai bagian dari civic skills
yang dimiliki oleh masyarakat desa, seperti yang kita ketahui bahwa civic skill merupakan
keterampilan warga negara dalam menerapkan pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari
sehingga melatih warga negara tersebut menjadi warga negara yang kritis dan mandiri. Oleh
karena itu, proses-proses yang ditempuh oleh masyarakat pedesaan dalam membangun kesadaran
bela negara melalui proses-proses tradisional, seperti selalu berkaitan dengan unsur budaya dan
keyakinan. Contoh lain yang dapat diberikan oleh peneliti adalah dalam merayakan 17 Agustus,
masyarakat pedesaan biasanya merayakan dengan adat istiadat yang berlaku pada daerahnya

https://doi.org/10.24912/jmishumsen.v5i2.10156 535
Membangun Kesadaran Bela Negara Masyarakat Pedesaan Alhudawi & Simatupang
Berbasis Nilai Kearifan Lokal

masing-masing yang dapat menjadikan pelaksanaan perayaan tersebut menjadi kekhasan yang
dimiliki daerahnya.

Dalam pelaksanaan bela negara berbasis nilai kearifan lokal oleh masyarakat pedesaan biasanya
akan membentuk pola hubungan yang terbatas yang bergantung pada interaksi masyarakat dan
lingkungan setempatnya, maka disesuaikan juga dengan nilai dan norma yang berlaku pada
lingkungan masyarakat setempat. Pola hubungan interaksi masyarakat desa ini akan bersifat
permanen dan biasanya akan bergantung pada pedoman nilai budaya yang kemudian diturunkan
secara terus menerus kepada setiap generasinya.

Kearifan lokal terbentuk sebagai produk keunggulan dalam proses pelestarian budaya oleh
masyarakat setempat, walaupun bersifat terbatas tetapi mampu memberikan pengaruh kepatuhan
kepada masyarakat yang menjunjung tinggi kebudayaan, yang mampu memberikan nilai positif
memperkuat nilai sosial dalam lingkungan masyarakat. Hal ini sejalan dengan pendapat (Haba,
2007) menyatakan bahwa: kearifan lokal merupakan bagian dari kekayaan budaya yang tumbuh
dan berkembang dalam lingkungan masyarakat yang memiliki fungsi sebagai penguat hubungan
sosial diantara warga masyarakat.

Dengan memahami konsep budaya dan nilai kearifan lokal masyarakat pedesaan juga merupakan
bagian dari membangun kesadaran berbangsa dan bernegara, mengenal dan mencintai budaya dan
nilai kearifan lokal setempat diharapkan dapat melahirkan sikap bela negara yang menjunjung
tinggi nilai persatuan dan kesatuan yang berbasis pada nilai kearifan lokal. Dengan demikian, sikap
bela negara yang dimulai dari kelompok masyarakat kecil juga akan memberikan kekuatan
ketahanan pada negara, ketahanan nasional yang kuat dan kokoh yang dimulai dari kelompok kecil
masyarakat dapat membentuk satu kesatuan yang kuat dan besar.

Semangat untuk mewujudkan negara yang berdaulat adil dan makmur merupakan tekad persatuan
dan kesatuan yang dimiliki oleh setiap warga negara Indonesia. Oleh karena Indonesia sebagai
negara yang memiliki kekayaan budaya dan sumber daya alam yang sangat luas akan memberikan
energi potensial yang positif kepada masyarakat Indonesia untuk mempertahankan kekayaan
budaya dengan memegang teguh prinsip persatuan dan kesatuan tanpa membedakan etnik dan ras
tertentu. Strategi membangun kesadaran bela negara masyarakat pedesaan menurut peneliti dapat
juga dilakukan dengan menumbuhkan rasa cinta tanah air yang dilandaskan pada masyarakat
memiliki jejak historis dan perjuangan politik yang sama. Rasa cinta tanah air dapat juga
ditumbuhkan melalui perasaan senasib melalui histori budaya yang dimiliki oleh budaya setempat,
mencintai budaya daerahnya merupakan bagian dari bela negara yang berbasis nilai kearifan lokal.
Oleh karena itu, masyarakat desa dapat melanjutkan semangat perjuangan nenek moyangnya
dalam melestarikan budaya setempat yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan diturunkan
kepada generasi-generasi berikutnya.

Oleh karena itu, membangun kesadaran bela negara bukan hanya tugas TNI sebagai garda
terdepan, tetapi juga dibutuhkan peran dan program pemerintahan yang menembus kedalaman
masyarakat desa, sehingga terbentuknya karakter masyarakat yang memiliki mental sadar
berbangsa dan bernegara. Sehingga sejalan dengan pendapat (Sumantri, 2008) yang mengatakan
bahwa kesadaran bela negara tidak dapat dipisahkan dari peran pendidikan yang membantu
meningkatkan dan menghasilkan warga negara yang cerdas, cinta tanah air, yang dapat
memberikan pengaruh baik untuk ketahanan nasional, serta terbentuknya rasa persatuan dan
kesatuan bangsa.

536 https://doi.org/10.24912/jmishumsen.v5i2.10156
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni ISSN 2579-6348 (Versi Cetak)
Vol. 5, No. 2, Oktober 2021: hlm 529-538 ISSN-L 2579-6356 (Versi Elektronik)

4. KESIMPULAN DAN SARAN


Secara sederhana, konsep kecintaan masyarakat pada negara dapat dikelola menjadi dasar untuk
keikutsertaan warga negara kegiatan-kegiatan bela negara. Pada tatanan masyarakat desa yang
masih menjunjung dan mempertahankan tata nilai dan kearifan wilayahnya berpotensi untuk
dijadikan dasar dan cara baru penguatan kesadaran bela negara di lapisan masyarakat yang lebih
luas. Dengan demikian masyarakat konsep penguatan kesadaran bela negara memiliki berbagai
variasi dalam pelaksanaannya yang selama ini lebih menekankan pada cara-cara pelatihan formal
dan melalui jalur pendidikan.

Bela negara dalam kajian ini ialah mengajarkan kepada masyarakat betapa pentingnya
mempertahankan tradisi dan budaya yang dimiliki oleh masyarakat, bela negara menjadi bagian
dari kerangka kearifan lokal dalam mempertahankan fungsi dan keberadaan suatu tradisi atau
budaya setempat, oleh karena itu kesimpulan yang dapat terlihat dalam penelitian ini bahwa
dengan mempertahankan suatu kearifan lokal yang merupakan bagian dalam diri masyarakat
setempat.

Selain itu Membangun Kesadaran Bela Negara Masyarakat Pedesaan Berbasis Nilai Kearifan
Lokal merupakan kegiatan untuk mentransformasikan nilai kearifan lokal dalam upaya bela
negara, kemudian kesadaran bela negara juga dapat memberikan konstruksi nilai kearifan lokal
dalam mempertahankan upaya bela negara masyarakat, penelitian ini juga menyajikan konsep
kearifan lokal dalam pandangan bela negara sekaligus menjadi jembatan untuk memperluas dan
memperdalam nilai bela negara yang berbasis nilai kearifan lokal dalam rangka menjalankan visi
untuk memperkuat budaya kewarganegaraan masyarakat yang memiliki kekayaan nilai kearifan
lokal

Ucapan Terima Kasih (Acknowledgement)


Ucapkan terima kasih kami sampaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu pada penulisan
penelitian ini. Semoga hasil tulisan ini bisa dijadikan sumber rujukan dan memberikan sumbangsih
pada penguatan rasa nasionalisme yang menjangkau seluruh warga Negara.

REFERENSI
Ali, M. (2014). Memahami riset perilaku dan sosial. Bumi Aksara.
Anggraeni, L., Darmawan, C. & Tanshzil, S. W. (2019). Revitalisasi peran perguruan tinggi dalam
menangani gerak radikalisme dan fenomena melemahnya bela negara di kalangan
mahasiswa. Jurnal Citizenship, 2(1), 35–40.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.12928/citizenship.v2i1.15957
Atmodjo, M. M. S. K. (1986). Pengertian kearifan lokal dan relevansinya dalam modernisasi. In
Ayatrohaedi (Ed.), Kepribadian budaya bangsa (Local Genius). Dunia Pustaka Jaya
Haba, J. (2007). Revitalisasi kearifan lokal: Studi resolusi konflik di Kalimantan Barat, Maluku,
dan Poso. International Center for Islam and Pluralism: European Commission.
Kistanto, N. H. (2008). Sistem sosial budaya di Indonesia. Sabda: Jurnal Kajian Kebudayaan,
3(2).
Manggabarani, A. M. (2017). Sinergitas bela negara dan kearifan lokal siri. Jurnal Pertahanan
dan Bela Negara, 7(3), 6.
Mutakin, A., & Pasya, G. K. (2006). Geografi budaya. Buana Nusantara.
Nazir, M. (1988). Metode penelitian. Ghalia Indonesia.
Riyanto, A., Ohoitimuf, J., Mulyatno, C. B., & Madung, O. G. (Eds.). (2015). Kearifan lokal
pancasila butir-butir filsafat keindonesian. PT. Kanisius.
Subagyo, A. (2015). Bela negara peluang dan tantangan di era globalisasi. Graha Ilmu.

https://doi.org/10.24912/jmishumsen.v5i2.10156 537
Membangun Kesadaran Bela Negara Masyarakat Pedesaan Alhudawi & Simatupang
Berbasis Nilai Kearifan Lokal

Sugiyono. (2018). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Alfabeta.


Sumantri, E. (2008). Upaya membangkitkan nasionalisme melalui pendidikan. U. P. Indonesia.

538 https://doi.org/10.24912/jmishumsen.v5i2.10156

You might also like