672 2550 2 PB

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

Jurnal SMaRT Studi Masyarakat, Religi dan Tradisi Volume 04 No.

02 Desember 2018
Website Journal: http://blasemarang.kemenag.go.id/journal/index.php/smart
DOI: https://doi.org/10.18784/smart.v4i2.672

PERFORMANSI UJUB: DOA DAN KOMUNIKASI TIGA


ALAM DALAM TRADISI BERSIH DESA KRISIK DI BLITAR
PROVINSI JAWA TIMUR
Ujub Performance: Prayer and Communication of Three Worlds in the
Tradition of Bersih Desa in Krisik Village East Java Province

Fitrahayunitisna

Universitas Brawijaya Abstract


Gedung Rektorat Lantai 3, Ruang
PMPK/MKU Slametan Bersih Desa is a Javanese folklore in Krisik village. Ujub as oral literature is the
Jl. Veteran, Malang-Jawa Timur richness of Indonesian culture. In facing challenges of the modern era, speakers of ujub are
Email: fitra_3006@ub.ac.id less from the young generation. Most of them are from the old generation. This research
is qualitative research with structural and ethnographic approaches. The focuses of the
Artikel diterima : 31 Agustus 2018
problem are (1) the performance of orality ujub in the tradition of Bersih Desa, (2) the object
Artikel direvisi : 12 - 18 Oktober 2018
Artikel disetujui : 23 November 2018 and the theme of prayer in ujub Bersih desa, and (3) the communication of the three worlds in
ujub Bersih desa. This research aims to describe the performance of ujub orality, objects, and
themes of prayer, and communication of the three worlds which become the function of ujub
orality in order to increase documentation and interpretation of the richness of oral literature
as Indonesian folklore. By knowing the performance and the formulas of the ujub orality,
it is easier for the younger generation of speakers to formulate the memory of ujub orality.
The research shows that performance of ujub presented at the main ritual of slametan has
a pattern of matra free text, has a rhyme of asonasi, desonasi, and alliteration, the rhythm
of efony, and contains the formulaic pattern and formulaic expressions. The content of the
prayer in ujub got influences from Islam and it has syncretism between the religion of Islam
and the traditions of Java. The text of ujub has a function to communicate the three worlds
which are between the humans’ world, the spirits world, and the God world.
Keywords: ujub performance; bersih desa; oral literature; prayer; tradition

Abstrak
Slametan bersih desa sebagai folklor Jawa merupakan tradisi yang dilakukan secara turun-
temurun oleh masyarakat Desa Krisik. Ujub adalah ikrar kajat atau doa berbahasa Jawa
yang dipresentasikan dalam slametan bersih desa. Ujub merupakan kekayaan budaya
Indonesiaberupa sastra lisan. Di era modern ini, penutur ujub semakin sedikit dan hanya
berasal dari generasi tua. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif menggunakan
pendekatan struktural dan etnografis. Penelitian berfokus pada masalah (1) performansi
kelisanan ujub dalam tradisi bersih desa, (2) objek dan tema doa dalam ujub bersih desa, dan
(3) komunikasi tiga alam dalam ujub bersih desa. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan
performansi kelisanan ujub, objek dan tema doa, serta komunikasi tiga alam yang menjadi
fungsi kelisanan ujub supaya menambah dokumentasi dan interpretasi terhadap kekayaan
sastra lisan sebagai folklor Indonesia. Dengan mengetahui performansi dan pola formula
kelisanan ujub, maka mempermudah generasi muda penutur dalam merumuskan memori
kelisanan ujubsebagai upaya pelestarian tradisi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
performansi kelisanan ujub dipresentasikan pada ritual inti yakni slametan, memiliki pola
matra free text, memiliki rima asonasi, desonasi, dan aliterasi, ritme bunyi efoni, serta
mengandung pola formula dan ekspresi formulaik. Isi doa ujub mendapat pengaruh dari
ajaran Islam dan mengandung sinkretisme antara ajaran Islam dan tradisi Jawa. Teks
ujub memiliki fungsi komunikasi tiga alam yakni alam manusia, alam arwah, dan alam
ketuhanan.
Kata Kunci: Performansi Ujub; Bersih Desa; Sastra Lisan; Doa; Tradisi

137
Jurnal SMaRT Volume 04 Nomor 02 Desember 2018

Pendahuluan Keharmonisan masyarakat Desa Krisik


sebagai masyarakat multikultural salah satunya
Masyarakat Desa Krisik merupakan
dapat dilihat dari kegiatan bersih desa. Bersih
masyarakat multikultural. Masyarakat
desa merupakan kegiatan yang dilakukan setiap
multikultural adalah masyarakat yang hidup
tahun dengan tujuan untuk membersihkaan
berdampingan dalam suatu sistem meskipun
desa—baik secara psikologis dan spiritual
memiliki unsur budaya, agama, ras dan etnik, dan
masyarakat—dari hal-hal yang dianggap buruk
nilai yang berbeda. Masyarakat ini menjunjung
dan akan mendatangkan ketidakseimbangan.
toleransi dan mampu menjaga keharmonisan
Bersih desa merupakan hajatan bersama dan
dalam perbedaan. Menurut Hastuti (2017)
salah satu bentuk dari slametan desa. Masyarakat
multikulturalisme merupakan sebuah konsep
desa Krisik merupakan masyarakat Jawa yang
akhir untuk membangun kekuatan sebuah
masih mempertahankan tradisi slametan
bangsa yang terdiri dari berbagai latar belakang
sebagai sebuah ritual sakral untuk menjaga dan
etnik, agama, ras, budaya dan bahasa dengan
mempertahankan keadaan slamet atau selamat.
menghargai dan menghormati hak-hak sipil
dari masing-masing individu, termasuk hak-hak Slametan bersih desa sebagai folklor Jawa
kelompok minoritas dalam suatu negara. merupakan tradisi yang dilakukan secara turun-
temurun oleh masyarakat Desa Krisik. Folklor
Desa Krisik berada di Kecamatan Gandusari,
merupakan tradisi rakyat baik secara lisan
Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur.
maupun nonlisan. Untuk itu, folklor memiliki
Sebagaimana Indonesia yang merupakan bangsa
cakupan yang lebih luas dari kelisanan, namun
yang multikultural, masyarakat Desa Krisik juga
seringkali tradisi yang diturunkan secara lisan
memiliki keberagaman adat dan kebiasaan,
ini dijadikan pijakan dalam folklor (Endraswara,
agama, dan sistem budaya. Keberagaman
2005: 10-11).
budaya di Desa Krisik dapat dilihat dari unsur
dan sistem budaya yang berragam, yakni Sebagai upaya menjaga keadaan tetap slamet,
unsur dan sistem budaya yang bersumber dari ada tiga macam ritual doa yang dilakukan dalam
budaya Jawa, agama Islam, dan agama Hindu. bersih desa. Doa itu dilakukan dengan cara tradisi
Masyarakat Krisik adalah masyarakat suku Jawa Jawa, Islam, dan Hindu. Doa dalam tradisi Jawa
dengan mayoritas terbanyak pemeluk agama yang menggunakan bahasa Jawa disebut sebagai
Islam, lalu pemeluk agama Hindu, dan sisanya ujub. Dalam kajian folklor, ujub merupakan salah
adalah pemeluk agama lain. Agama dan budaya satu bentuk dari tradisi lisan dan sastra lisan.
adalah dua hal yang tak dapat dipisahkan Akan tetapi, ujub sebagai sastra lisan sedang
(Lutan, 2001: 68) dalam kajian tertentu, menghadapi tantangan di era modern. Generasi
misalnya Lembaga Ketahanan Nasional, tidak penutur ujub semakin jarang. Sebagaimana yang
memasukkan agama sebagai gatra tersendiri, disampaikan oleh tetua pembaca ujub bahwa
namun menjadi bagian dari sosial dan budaya. masyarakat di Desa Krisik yang bisa melisankan
Lutan (2001: 69) menambahkan bahwa agama ujub semakin sedikit dan hanya berasal dari
merupakan sumber kehidupan, tuntunan bagi generasi tua yang usianya rata-rata lebih dari
kebudayaan. Selain itu, Suasta (2001: 24) juga lima puluh tahun. Hal ini sangat disayangkan,
berpandangan bahwa agama jelas membawa mengingat performansi ujub di Desa Krisik kini
perubahan sosial karena agama bukan hanya telah mengalami komodifikasi sebagai aset wisata.
merupakan milik pribadi yang menonjolkan Performansi ujub merupakan sebuah kekayaan
pribadi ke alam fana yang ideal, namun juga sastra lisan yang dimanfaatkan oleh pemerintah
berakibat pada stratifikasi sosial, perubahan Desa Krisik sebagai salah satu pertunjukan
perilaku, dan dinamika etika kehidupan suatu yang dapat menarik perhatian wisatawan untuk
masyarakat dalam wujud yang riil. datang ke wisata Telaga Rambut Monte. Kepala

138
Performansi Ujub: Doa dan Komunikasi Tiga Alam dalam Tradisi Bersih Desa Krisik di Blitar Provinsi Jawa Timur
Fitrahayunitisna, halaman 137-148

Desa Krisik, Hari Budi Setiyawan, menuturkan Penelitian lain yang juga menyinggung tentang
bahwa ritual besih desa sengaja dimeriahkan tradisi bersih desa dilakukan oleh Mulyana (2006)
dengan berbagai pertunjukan seni dan parade dengan judul Spiritualisme Jawa: Meraba
budaya dengan tujuan untuk menjaga kerukunan Dimensi dan Pergulatan Religiusitas Orang
dan toleransi atas keberagaman warga dan dapat Jawa. Dalam penelitian itu menyebutkan bahwa
menarik wisatan lokal maupun asing. bersih desa merupakan tradisi yang memuat
Di sisi lain, ujub sebagai sastra lisan memiliki seni spiritual. Di setiap daerah memiliki cara
banyak fungsi dalam masyarakat yakni sebagai yang berbeda dalam tradisi bersih desa, ada yang
proyeksi keinginan, doa dan pengharapan, serta menyebutnya sedekah desa, rosulan, memetri
alat untuk menyampaikan pesan dan nilai pada desa, dan sebagainya. Akan tetapi, kesemuanya
masyarakat. Hal ini pernah disampaikan oleh memiliki tujuan yang sama sebagai bentuk ritual
Dananjaya (2002: 4) bahwa folklor memiliki yang bersifat sakral dan spiritual demi menjaga
fungsi sebagai alat pendidik, pelipur lara, protes keselamatan. Penelitan terbaru dilakukan oleh
sosial dan proyeksi keinginan terpendam. Wahyudi, T.T., Maryaeni, Fandi R, dan Ahmad
J (2017) dengan judul Narration of Ikrar Kajat
Sementara itu, Amir (2013: 21) menyampaikan
in Gondowangi Village: Documentation of
bahwa sastra lisan menyimpan kearifan lokal
Formula Oral Literature of Kawi Montain. Hasil
(local wisdom), kecendekiaan tradisional,
penelitan menyebutkan bahwa ikrar kajat (ujub)
pesan-pesan moral, dan nilai sosial dan budaya.
di Desa Gondowangi memiliki formula salam dan
Untuk itu, sangat disayangkan apabila ujub yang
permintaan.
memiliki pesan kearifan lokal tidak diminati oleh
generasi penerus karena kurangya pemahaman Fokus masalah yang akan dibahas dalam
dan interpretasi terhadap makna ujub. Demikian penelitian ini adalah tentang Ujub. Ujub sebagai
juga dengan pemerintah Kabupaten Blitar sastra lisan memiliki nilai estetika sebagaimana
sangat mendukung adanya kegiatan bersih desa nilai sastra. Seperti yang disampaikan oleh
yang dirayakan dengan parade budaya maupun Ong (2013: 19) bahwa budaya lisan telah
menghasilkan performa verbal yang kuat dan
pertunjukan kesenian.
indah, serta bernilai artistik, dan kemanusiaan
Ujub sebagai sastra lisan lebih dekat dengan
tinggi. Penelitian ini juga difokuskan pada isi,
genre puisi rakyat yang berbentuk mantra.
selain pada estetika performa semata. Fokus
Keduanya sama-sama dianggap sakral. Sebagai
masalah dalam penelitian ini antara lain adalah
sastra lisan, ujub hanya diturunkan secara lisan (1) performansi kelisanan ujub dalam tradisi
secara turun-temurun oleh tetua atau yang bersih desa, (2) objek dan tema doa dalam ujub
dianggap tahu kepada generasi penerusnya. bersih desa, dan (3) komunikasi tiga alam dalam
Mantra dianggap memiliki kekuatan gaib dan ujub bersih desa.
bersifat mistis, sedangkan ujub tidak demikian.
Penelitian ini bertujuan untuk
Ujub merupakan ikrar yang berisi doa dan
mendeskripsikan performansi kelisanan ujub,
pengharap yang diucapkan dalam ritual slameten,
objek dan tema doa, serta komunikasi tiga alam
dalam hal ini adalah ritual slametan bersih desa.
yang menjadi fungsi kelisanan ujub bersih desa
Penelitian terdahulu pernah dilakukan oleh di Desa Krisik. Adapun tujuan tersebut dicapai
Anang Santoso (2000) dengan judul Pengantar supaya menambah pendokumentasian kekayaan
Doa Kenduri (Ujub) dan Aspek Kesastraan sastra lisan sebagai folklor Indonesia. Dengan
yang Terkandung di dalamnya. Hasil penelitian mengetahui performansi dan pola formula
menunjukkan bahwa teks ujub mengandung aspek kelisanan ujub, maka mempermudah generasi
sastra; aspek hubungan manusia dengan Tuhan, muda penutur dalam merumuskan memori
sesama, semesta yang tak tampak dan tampak; kelisanan ujub. Untuk itu, penelitian ini dapat
dan aspek tema yang berisi permintaan doa. memberi kontribusi pada upaya pelestarian

139
Jurnal SMaRT Volume 04 Nomor 02 Desember 2018

budaya dengan cara mendokumentasikan mengkaji unsur ujub seperti analisis strukur fisik
dan memublikasikan hasil penelitian. Maka, versifikasi dan analisis formula. Analisis wacana
penelitian ini diharapkan dapat memberikan dilakukan untuk mengkaji isi ujub dalam konteks
sumbangsih yang tidak hanya pada bidang sosiokultural kelompok masyarakat suku Jawa di
keilmuan, tetapi juga pada masyarakat luas. Desa Krisik.
Adapun manfaat penelitian ini bagi
masyarakat Blitar adalah (1) sebagai alat untuk
Hasil dan Pembahasan
mendeskripsikan dan menyampaikan pesan Performansi Kelisanan Ujub dalam
kearifan lokal yang terkandung dalam ujub, (2) Tradisi Bersih Desa
memberi interpretasi akan komunikasi yang Sub bab ini menjelaskan performansi
berusaha dijalin dalam ujub sehingga generasi ujub bersih desa dalam analisis kontekstual,dan
masyarakat Blitar yang tidak terkoneksi dengan analisis struktural. Berdasarkan data hasil
budaya ujub dapat memahami maknanya, dan penelitian secara kontekstual, performansi ujub
(3) menjadi salah satu bentuk pendokumentasian bersih desa di Desa Krisik dilakukan setiap tahun
teks ujub dalam ritual bersih desa yang semakin sekali di hari Jumat Legi, bulan Selo berdasarkan
sedikit penuturnya. kalender Jawa. Berdasarkan penuturan Ibu
Karti sebagai juru kunci Telaga Rambut Monte,
Metode hari itu adalah hari yang sakral yang ditetapkan
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif sebagai hari bersih desa semenjak ibunya yang
yang menggunakan pendekatan struktural masih menjadi juru kunci. Biasanya bersih
dan etnografis. Penelitian ini bertujuan untuk desa di setiap wilayah akan menentukan hari
menjelaskan struktur ujub dan fenomena yang
masing-masing yang tidak selalu sama. Beberapa
ada dalam masyarakat, yakni tradisi bersih desa
desa memilih hari bersih desa pada bulan Suro
sebagai laku spiritual masyarakat Jawa dalam
sehingga kegiatan bersih desa kadang-kadang
ritual slametan. Pendekatan strukturalisme
disebut dengan suroan.
digunakan untuk menjelaskan struktur kelisanan
Kegiatan bersih desa dibagi menjadi tiga
teks ujub, sedangkan pendekatan etnografis
digunakan untuk menjelaskan fenomena bagian, yakni pesta rakyat, ritual slametan, dan
pembacaan ujub dalam ritual slametan bersih arak-arakan sedekah bumi serta seni budaya
desa dan performansinya dalam masyarakat. (parade budaya). Pesta rakyat digelar selama
Data penelitan ini adalah data verbal. Teknik tiga hari berturut-turut, dimulai pada hari Kamis
penjaringan data dilakukan dengan pengamatan malam dengan pertunjukan kesenian tayub.
terlibat (observasi), perekaman (dokumentasi), Pesta rakyat selanjutnya dilakukan pada hari
dan wawancara. Obeservasi dilakukan dengan Jumat malam dengan pertunjukan wayang kulit.
datang mengikuti prosesi acara bersih desa dari Kegiatan terakhir adalah pengajian akbar.
awal sampai akhir. Perekaman dilakukan untuk Arak-arakan sedekah bumi dan seni
mendapatkan teks ujub yang dibacakan oleh tetua. budaya dilakukan hari Jumat pagi setelah
Wawancara dilakukan pada tetua pembaca doa ritual slametan. Arak-arakan tersebut dimulai
untuk klarifikasi pembacaan ujub dan informasi dari teras Candi Rambut Monte menuju Watu
lain terkait dengan bersih desa, dan wawancara Dakon yang berjarak sekitar dua kilometer.
masyarakat yang mengikuti prosesi acara untuk Arak-arakan atau parade budaya tersebut
data pendukung mengenai ujub dan bersih desa. menampilkan keragaman kesenian daerah
Pengolahan data dilakukan dengan transkrip seperti tari dan pakaian adat sesuai dengan
dan penerjemahan. Analisis data dilakukan tradisi masing-masing. Beberapa kesenian
secara tekstual (struktural) dan kontekstual yang berbeda diantaranya adalah kesenian
(etnografis). Analisis struktural dilakukan untuk dari tradisi Jawa, tradisi Hindu, dan Islam.

140
Performansi Ujub: Doa dan Komunikasi Tiga Alam dalam Tradisi Bersih Desa Krisik di Blitar Provinsi Jawa Timur
Fitrahayunitisna, halaman 137-148

Sementara itu, parade sedekah bumi yang Ujub bersih desa dipresentasikan dalam
diikuti oleh setiap RT menampilkan kreasi ritual slametan. Ritual slametan adalah sebuah
tumpeng sebagai masakan tradisional dan ritus dan upacara inti bagi masyarakat Jawa yang
gunungan hasil pertanian masyarakat desa. Pak sebagai upaya untuk mendapatkan keselamatan
Harmanto selaku panitia dan sekaligus penjaga dalam hidup serta menjaga keseimbangan agar
Rambut Monte menuturkan bahwa dalam tiga tetap selamat (Geertz, 2014: 7). Ritual slametan
tahun ini masyarakat sangat antusias mengikuti bersih desa yang dilakukan di teras Candi
parade dan rangkaian acara bersih desa. Selain Rambut Monte dimulai dengan meletakkan
menjaga kerukunan antar umat, menurutnya segala perlengkapan sesaji seperti cok bakal,
acara tersebut merupakan salah satu modal tumpeng, dan kepala kambing kendit—kambing
untuk medatangkan wisatawan ke Desa Krisik. yang memiliki garis melingkar putih diperutnya.
Pak Harmanto juga menuturkan bahwa dia Ritual sakral dimulai dengan pembakaran
dengan para pemuda karang taruna sedang giat kemenyan dan membaca mantra sebagai ritual
mengembangkan wisata alam di sekitar Rambut Jawa oleh dukun atau tetua, sedangkan ritual doa
yang dilakukan oleh umat Hindu juga dimulai
Monte guna memajukan ekonomi masyarakat.
hampir bersamaan dengan membakar dupa dan
Sementara itu, ritual slametan dilakukan
meletakkan sesaji. Setelah itu, tetua, kepala desa
di dua tempat pada hari Jumat pagi, yakni di
dan kepala kecamatan, kepala dusun, serta seluruh
teras Candi Rambut Monte disertai larung sesaji perangkat desa dan panitia berjalan beriringan
di telaga dan slametan di Watu Dakon. Ritual membawa sesaji untuk dilarung di tengah Telaga
slametan dilakukan di kedua tempat tersebut Rambut Monte. Satu persatu, kepala kambing,
karena keduanya dianggap sebagai tempat yang kulit, dan kakinya dilarungkan ke telaga. Setelah
sakral bagi warga masyarakat Desa Krisik. Tetua selesai pelarungan sesaji, mereka kembali ke
pembaca mantra dan doa ujub—dalam hal ini teras candi untuk melakukan kenduri. Kenduri
tidak bersedia dicantumkan namanya untuk dibuka dengan pembacaan ujub oleh tetua dan
kepentingan apapun karena merupakan bagian dilanjutkan doa dengan bahasa Arab oleh tokoh
dari laku spiritual yang dijalani—menuturkan masyarakat. Setelah selesai pembacaan ujub dan
bahwa Telaga Rambut Monte dan Watu Dakon doa, acara dilanjutkan dengan makan tumpeng
merupakan tempat sakral yang dihuni danyang bersama oleh seluruh warga yang hadir.
penjaga desa. Menurut penuturannya danyang Ikrar ujub dilakukan dengan
penjaga Rambut Monte adalah Rojo Bakah, keras menggunakan pengeras suara. Ujub
sedangkan danyang penghuni Watu Dakon dipresentasikan dalam bahasa Jawa. Semua
adalah Klumpuk dan Gadung Melati. Tradisi yang hadir dengan seksama mendengarkan dan
slametan tersebut merupakan sebuah ruwatan sesekali menyahut dengan kata “nggih” yang
sebagai upaya menjalin hubungan baik dengan berarti “iya” sebagai tanda menyetujui dan
danyang yang menjaga atau mbaureksa desa mengamini doa yang diucapkan.
supaya mereka tidak marah, mengganggu, dan Setelah ikrar ujub selesai, masyarakat
mendatangkan musibah. yang mengikuti kenduri makan bersama dan
Upaya tersebut merupakan suatu bentuk berbagi hidangan yang disediakan dalam ritual
kesadaran bahwa segala sesuatu yang terjadi pada slametan. Tidak hanya itu, masyarakat juga
alam di desa berkaitan erat dengan alam meta berebut mengambil berbagai macam sesaji
empiris yang tidak tampak. Untuk itu, slametan untuk mendapatkan berkah. Siti Nurvianti
bersih desa merupakan ritual yang dilakukan yang merupakan masyarakat asli Desa Krisik
guna menjaga keseimbangan dan keharmonisan menjelaskan bahwa masyarakat percaya bahwa
koordinasi antara alam yang tidak tampak dan makanan ataupun sesaji yang telah didoakan
tampak. dalam acara slametan bersih desa tersebut dapat

141
Jurnal SMaRT Volume 04 Nomor 02 Desember 2018

membawa berkah bagi kehidupan. Selain itu, Berdasarkan analisis struktur fisik ujub memiliki
menurutnya perebutan makanan juga semata- rima asonasi (rima dengan pengulangan bunyi
mata supaya tidak ada makanan yang tersisa dan vokal), desonasi (rima dengan pengulangan
terbuang sia-sia. bunyi konsonan), dan aliterasi (rima dengan
Ritual slametan di teras Candi Rambut pengulangan bunyi awal di baris yang sama
Monte telah selesai dilakukan, kemudian ditutup atau berlainan). Salah satu contohnya ada pada
dengan pertunjukan tayub. Perangkat desa, kutipan data berikut.
panitia dan beberapa warga menari bersama. Tabel 1. Contoh Keteraturan rima dan ritme ujub
Setelah itu, kegiatan dilanjutkan dengan parade Seg-
Teks ujub Arti
men
budaya. Masyarakat yang menjadi peserta parade
berjalan dan sebagian berkendara dengan kereta Tansah katuran Dusun Krisik Yang disebut Dusun Krisik
Wonorejo dan Wonorejo, supaya
hias menuju Watu Dakon untuk melakukan ritual bisa berlimpah, tertara,
sageto gemah ripah toto titi
slametan yang serupa. Ritual slametan di Watu tentrem kerto tur raharjo
tentram, dan sejahtera
Mulai hari Jumat legi
Dakon dilakukan serupa di teras Candi Rambut 12
wedal dinten jemuah legi me- sekarang ini sampai sela-
niko selamine manya
Monte tanpa ada prosesi larung sesaji kepala Tidak ada suatu halangan
sampun wonten alangan tung-
kambing. gal menopo
apapun
Semoga para tetua men-
mugi kaseksenan sederek
Hasil penelitan berdasarkan analisis jadi saksi dan merestui
moro sepuh katuran sedoyo semuanya
struktural menunjukkan bahwa ujub sebagai
sastra lisan memiliki struktur fisik dengan pola Tansah katuran wilujenge
matra yang memiliki kedekatan dengan puisi poro petani, poro pedagang, Yang disebut kesela-
poro buruh, matan para petani, para
rakyat. Menurut Dananjaya (2002: 46), genre poro nayogo amengku projo pedagang, para buruh,
folklor sajak dan puisi rakyat memiliki bentuk poro petani sageto katah pan- para pegawai pemangku
enanipun kebijakan
yang terikat dan kalimat-kalimatnya tidak bebas poro pedagang sageto katah Para petani supaya banyak
bathinipun hasil panennya
yang terdiri dari beberapa deret kalimat dan Para pedagang supaya
poro buruh sageto gangsar
biasanya ada yang berdasarkan matra, ada yang gampil anggenipun pados
banyak keuntungannya
13 Para pegawai pemangku
berdasarkan panjang pendek suku kata, lemah pendamelan kebijakan supaya segera
poro nayogo amengku projo naik pangkat
tekan suara, atau hanya berdasarkan irama. Dari sageto inggal minggah pang- Mulai hari Jumat legi sek-
katipun arang sampai selamanya
segi versifikasi yang menyangkut rima, ritme
wedal dinten jemuah legi me- Tidak ada halangan suatu
dan pola matra, ujub dipresentasikan dengan niko sak selamine apapun
sampun wonten alangan tung- Semoga para tetua men-
karakter struktur fisik berbeda dari kebanyakan gal nopo jadi saksi dan merestui
puisi rakyat. Apabila mantra, kakawin, atau semuanya
mugi kaseksenan poro sepuh
katuran sedoyo
kidung memiliki pola matra yang pakem dan
tidak dapat diubah—biasanya disebut metrum, Tansah katuran wilujenge Yang disebut keselamatan
para kesenian tua-muda,
ujub dipresentasikan dengan pola matra lebih poro kesenian sepuh-anem,
laki-laki-perempuan,
jaler-setri, ageng-alit, ingkang
longgar. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh nderekaken wilujangan dusun,
besar-kecil, yang ikut se-
lamatan desa atau bersih
Saputra (2007: 226) bahwa mantra merupakan bersih dusun desa
wedal dinten meniko sageto Mulai hari ini supaya
fixed-text yakni memiliki teks yang pasti dan beku guyup, rukun, ayem, tentrem, guyup, rukun, damai, ten-
14
sehingga metrum tidak dapat diubah. Sementara permanem tram, sejahtera
wiwit dinten meniko inggo Mulai hari ini sampai se-
itu, ujub memiliki pola matra yang free-text, yakni sakcekapipun lamanya
sampun wonten alang tunggal Tidak ada halangan suatu
teks ujub memiliki kemungkinan untuk berubah apapun
menopo
dalam performansinya sesuai dengan perubahan Semoga para tetua men-
mugi kaseksenan moro pa- jadi saksi dan merestui
yang dilakukan oleh pembaca ujub dalam kajat tring sepuh katuran sedoyo semuanya

atau tujuan tertentu. Sumber: Data peneliti


Namun begitu, ujub tetap dipresentasikan Penjedaan di atas tidak didasarkan pada
dengan keteraturan dalam rima dan ritmenya. penjedaan performansi lisan, namun berdasarkan

142
Performansi Ujub: Doa dan Komunikasi Tiga Alam dalam Tradisi Bersih Desa Krisik di Blitar Provinsi Jawa Timur
Fitrahayunitisna, halaman 137-148

frasa dalam transkrip teks ujub. Contoh rima ekspresi formulaik dalam teori formula yang
asonasi pada data di atas dipresentasikan pada dipopulerkan oleh Lord dan Parry; dengan
pengulangan bunyi vokal “o”, misalnya pada penjelasan bahwa formula adalah kelompok kata
kata “wonorejo”, “sageto”, “toto”, “meniko”, yang secara teratur dimanfaatkan dalam kondisi
“kerto”,“raharjo”, “menopo”, dan“sedoyo”. matra yang sama untuk mengungkapkan satu ide
Sementara itu, rima desonasi contohnya pada pokok, sedangakan ekspresi formulaik adalah
pengulangan konsonan “n”, misalnya pada kata larik atau separuh larik yang disusun atas dasar
“anggenipun”, “bathinipun”, “panenanipun”, pola formula (Teeuw, 1994).
“pangkatipun”, dan “sakcekapipun”. Rima Formula yang ditemukan dalam ujub
aliterasi contohnya terlihat pada kata “tansah”, adalah formula sintaksis, repetisi variasi,
wedal”, “poro”, “sampun”, dan “mugi”. dan repetisi bineritas. Setiap segmen dalam
Ritme ujub yang dipresentasikan adalah ujub merupakan ekspresi formulaik karena
bunyi efoni dengan tempo yang cepat, namun merujuk pada pola formula. Formula
tempo melambat pada akhir segmen. Bunyi sintaksis merupakan formula pengulangan
efoni digunakan untuk memberi efek suasana frasa, misalnya seperti tiap akhir segmen
keriangan, semangat, gerak dan vitalitas hidup. pada data di atas yakni “wiwit dinten meniko
Sementara itu, tempo yang melambat di akhir selamine, sampun wonten alangan tunggal
segmen memberikan kesempatan pagi pengikut nopo, mugi kaseksenan poro sepuh katuran
kenduri untuk mengamini dengan kata “nggih” sedoyo”. Adapun perubahan dari “wiwit
yang berarti “iya” dinten meniko selamine” menjadi “wiwit
dinten meniko inggo sakcekapipun” hanyalah
Struktur fisik dari segi versifikasi merupakan
ekspresi formulaik. Contoh lain adalah
aspek yang penting dalam estetika kelisanan atau
pada frasa pada setiap awal segmen“tansah
performa verbal yang mampu menumbuhkan nilai
katuran wilujenge”. Pola formula sintaksis
artistik. Menurut Nurgiantoro (2017: 149) aspek
tiap segmen tersebut terdiri pola urutan
bunyi dalam komponen stile puisi amat penting
objek yang didoakan, harapan, dan ikrar doa.
perannya dalam mencapai efek keindahan,
misalnya dalam pendayaan persajakan. Hal Tabel 2. Contoh pola formula sintaksis
serupa juga pernah ditegaskan oleh Wellek dan Objek yang
Harapan Ikrar doa
Werren (2016: 178) bahwa dalam banyak karya didoakan
sastra, stratum bunyi menarik perhatian dan
wiwit dinten
merupakan bagian integral untuk menghasilkan Tansah katuran wilu- meniko inggo
wedal dinten
jenge poro kesenian sakcekapipun
efek estetis, terutama pada prosa yang berbunga- meniko sageto
sepuh-anem, jaler-setri, sampun wonten al-
guyup, rukun,
bunga dan puisi. ageng-alit, ingkang nder- ang tunggal meno-
ayem, tentrem,
ekaken wilujangan dusun po mugi kaseksenan
Hasil pengkajian struktur formula bersih dusun
permanem
moro sepuh paring
menunjukkan bahwa ujub sebagai sastra lisan katuran sedoyo

memiliki pola formula dan ekspresi formulaik.


sak wilujengo
Saputra (2007: 27) dan Lord (dalam Saputra, sak lebete nggri-
wiwit dinten me-
niko selamine sam-
2007: 27) pernah menyampaikan bahwa ciri Tansah katuran marih
yo sak njawine
pun wonten alang
ngriyo wilujen-
utama puisi lisan adalah adanya formula dan wilujangan anggenipun
go, sak rojo aji-
tunggal menopo
prenoto mugi kaseksenan
ekspresi formulaik. Mereka menyebutkan bahwa nipun wilujengo,
sederek poro sepuh
sak rojo kayane
tidak ada puisi lisan yang tidak formulaik. wilujengo
katuran sedoyo
Sementara itu, Ong (2013: 218-219) berpendapat
bahwa ekspresi formulaik dapat membantu Sumber: Data peneliti
terbentuknya wacana ritmis yang dapat membantu Pola formula repetisi variasi adalah pola
kelisanan dengan cepat dan tepat. Formula dan pengulangan frasa dengan variasi tertentu seperti

143
Jurnal SMaRT Volume 04 Nomor 02 Desember 2018

sinonim maupun hiponimi. Contoh pola repetisi Isi doa dalam ujub berdasarkan tema.
variasi ini pada frasa “guyup, rukun, ayem, 1. Doa tentang keselamatan
tentrem, permanem”. Sementara itu formula
2. Doa tentang keharmonisan dan keselarasan
repetisi bineritas merupakan pola pengulangan
semesta
dengan oposisi biner. Contoh pola repetisi
3. Doa tentang kerukunan
bineritas ada pada frasa “sepuh-anem, jaler-
setri, ageng-alit” 4. Doa tentang kesejahteraan, kemakmuran,
dan kesuburan
Objek dan Tema Doa dalam Ujub
5. Doa kelacaran segala urusan
Ujub sebagai sastra lisan merupakan sebuah
6. Doa tentang ketentraman batin
karya yang berupa urutan bunyi estetis yang
bermakna. Namun demikian, memaknai isi ujub 7. Doa dijauhkan dari mara bahaya
tidak sama dengan memaknai bunyi-bunyian 8. Doa supaya ritual berjalan lancar, sah, dan
estetis sebagaimana yang disampaikan oleh diterima Tuhan
Nurgiantoro (2007: 172) bahwa peran kata tidak Isi doa dalam ujub menunjukkan adanya
sekedar sebagai aspek bunyi tetapi berkaitan pengaruh besar agama Islam. Pengaruh ajaran
dengan aspek yang lebih tinggi yakni struktur Islam tercermin dalam aspek objek yang
sintaksis dan wacana. Untuk itu, diperlukan didoakan maupun aspek tema doa. Dari aspek
pendekatan yang berbeda menemukan objek objek yang didoakan tercermin dari penyebutan
dan tema doa dalam ujub. Pendekatan analisis nama-nama nabi dan tokoh dalam Islam seperti
wacana dalam ujub menemukan isi doa dalam Nabi Muhammad, Nabi Sulaiman, Nabi Ilyas,
ujub sebagai berikut. Nabi Khidir, Abu Bakar, dan Sayyidina Ali. Nabi
Isi doa dalam ujub berdasarkan objek yang Muhammad disebut sebagai rosul dan nabi
didoakan. utama dan disebut pertama kali sebelum nabi
1. Doa untuk Dusun Krisik, Dusun Wonorejo, dan tokoh yang lain. Dalam ujub disebutkan
Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar, “ingkang nganut agaminipun rosul utawi
Tanah Jawa kang mboten nganut agaminipun rosul sedoyo
dipun pulih lan dipun petri mangsulono rahayu
2. Doa untuk warga masyarakat Dusun Krisik,
wilujeng” sebagai penanda yang merujuk pada
Dusun Wonorejo, Desa Krisik Kecamatan
agama Islam. Rosul juga merujuk pada referen
Gandusari, Kabupaten Blitar, Pulau Jawa
Muhammad dan penganut agama rosul merujuk
3. Doa untuk Perangkat desa dan pelaksana
pada penganut agama Islam ketika objek yang
yakni lurah, carik, kasun, ketua RT, dan
didoakan adalah penganut agama rosul—yang
panitia bersih dusun
berarti agama Islam, dan bukan penganut agama
4. Doa untuk para petani, pedagang, buruh, rosul—yang berarti non-Islam. Selain itu dari
seniman dan pegawai aspek tema, isi doa dalam ujub juga merupakan
5. Doa untuk para arwah, roh-roh halus, dan tema doa yang sering disebutkan dalam zikir dan
danyang penjaga Rambut Monte dan Dusun salat.
Krisik danWonorejo Pengaruh ajaran Islam dalam tradisi bersih
6. Doa untuk Nabi Muhammad, Nabi Sulaiman, desa ini nampaknya diadaptasi hingga teks
Nabi Ilyas, Nabi Khidir, Abu Bakar, dan ujub bersifat sinkretis. Performansi dan teks
Sayyidina Ali. ujub menunjukkan adannya sinkretisme, yakni
7. Doa untuk masyarakat penganut agama adanya percampuran antara ajaran Islam dan
rosul, Nabi Muhammad (Islam) dan yang tradisi Jawa. Sinkretisme antara ajaran Islam
bukan penganut (non-Islam) dan tradisi lokal bukanlah hal yang baru. Adanya
8. Doa untuk para leluhur dan cucu-cucunya sinkretisme dalam kesusatraan di nusantara

144
Performansi Ujub: Doa dan Komunikasi Tiga Alam dalam Tradisi Bersih Desa Krisik di Blitar Provinsi Jawa Timur
Fitrahayunitisna, halaman 137-148

juga pernah dikaji oleh Hidayat (2018: 79-92). keyakinan deskriptif tentang realitas yang
Geertz (2012: 174) juga menyampaikan tentang merupakan kesatuan struktur bermakna
sinkretisme, bahwa tradisi bersih desa kerap dan dimaknai oleh manusia Jawa atas alam
menggunakan doa-doa berbahasa Arab; serta pengalamannya. Selanjutnya hubungan ketiga
aspek-aspek Islam dari sinkretisme agama Jawa alam tersebut oleh Suseno disebut sebagai
telah dihayati dengan serius sejak lama; disebut kesatuan nominus, yakni kesatuan antara
juga dengan sinkretisme Sunan Kalijaga— masyarakat, alam, dan alam adikodrati. Ujub
praktik asketik yang sesuai, yang dianggap paling dalam hal ini mengomunikasikan ketiga alam
berhasil memperkenalkan wayang kulit, gamelan, dalam ritus slametan untuk mencapai kestabilan
slametan, Alquran, serta rukun Islam. dan keharmonisan hingga tetap dalam keadaan
Selain itu, aspek-aspek kepercayaan Jawa slamet atau selamat.
terlihat dari penyebutan para arwah, roh halus, Apabila digambarkan sebagai lingkaran
atau danyang yang menjaga suatu benda, tempat, dengan titik koordinat di tengah, maka ketiga
atau wilayah. Akan tetapi, pada kepercayaan alam tersebut bisa digambarkan sebagai tiga
Jawa modern seperti saat ini telah bergeser, lingkaran yang saling terjalin satu sama lain.
dalam artian bahwa kepercayaan terhadap dewa- Ada bagian dari ketiganya yang saling bertemu.
dewa maupun roh halus tidak ditempatkan Untuk itu, perlu komunikasi untuk mencapai
sebagai Tuhan yang disembah namun sebagai keserasian dan keselarasan dalam hubungan
mahluk yang lain yang perlu dihormati. Hal antara tiga alam tersebut. Pandangan dunia Jawa
itu terlihat dari penyebutan “Tansah karutan melihat dimensi-dimensi alam sebagai sebuah
wilujenge kaki thowok nini thowok..” (para kesatuan yang tak terpecahan dalam struktur
arwah atau roh halus yang menjaga api, biasanya kerangka kosmos. Mulder (dalam Suseno, 1988:
di kandang atau di dapur), “Tansah katuran 86) menyebutkan kosmos, termasuk kehidupan,
ngrawui nini rekso kaki rekso ingkang mbau benda-benda termasuk peristiwa di dunia,
rekso jogan joganipun..”(para arwah atau roh merupakan kesatuan yang terkoordinasi dan
halus yang menjaga halaman rumah warga), teratur, suatu kesatuan eksistensi yang setiap
“Tansah katuran moro ngawisi danyang..”(para gejala, material dan spiritual, memiliki arti lebih
roh halus penjaga yang memulai wilayah), dan dari yang tampak. Manusia Jawa menghayati
“Tansah katuran ibu bumi bopo angkoso..(para
mikrokosmos (alam mikro yang ada pada tiap
dewi dan dewa yang menjadi roh dan menjaga
individu manusia) dan makrokosmos (alam
bumi dan langit)” dalam performansi ujub.
makro yang ada di luar manusia) sebagai sebuah
Komunikasi Tiga Alam dalam Ujub kesatuan.
Komunikasi tiga alam yang dimaksudkan Mengomunikasikan alam dunia manusia,
dalam fokus pembahasan ini merujuk pada dunia arwah, dan dunia ketuhanan dilakukan
fungsi performansi ujub bersih desa. Salah satu oleh orang Jawa dalam berbagai macam ritual
fungsi ujub sebagai sastra lisan adalah untuk slametan sebagai kepekaannya dengan dimensi
mengomunikasikan tiga alam dalam pandangan gaib. Doa dalam ujub selalu meyebutkan
dunia Jawa. Tiga alam yang dimaksudkan adalah keutamaan keselamatan alam manusia.
alam manusia, alam arwah, alam ketuhanan. Sebagaimana dipahami dalam pandangan
Ketiga alam tersebut dalam pandangan dunia dunia Jawa bahwa alam dunia yang disebut
Jawa memiliki titik koordinat yang berbeda oleh Suseno (1988:86) sebagai alam indrawi
namun terhubung dengan hubungan berjalin yang merupakan ungkapan alam gaib—misteri
kelindan. yang berkuasa dan saling mengelilinginya—
Suseno (1988: 82) mendeskripsikan dan dalam hal itu mereka bergantung serta
pandangan dunia Jawa sebagai keseluruhan memperoleh eksistensi.

145
Jurnal SMaRT Volume 04 Nomor 02 Desember 2018

Komunikasi tiga alam dalam doa ujub Teks ujub segmen 5 dan segmen 9 tersebut
terepresentasi ketika menyebutkan semua berupaya mengomunikasikan alam manusia
warga masyarakat seperti petani, seniman, dengan alam arwah dengan menyebut
pegawai, dan semua perangkat desa sebagai danyang yang lebih lama menghuni wilayah
penghuni alam manusia. Roh-roh halus yang desa serta ninirekso dan kakirekso (nenek dan
disebutkan seperti danyang, nini rekso dan kaki kakek sebagai roh yang menghuni halaman,
rekso, nini thowok dan kaki thowok, leluhur pekarangan, atau kebun di setiap rumah).
dan seterusnya sebagai penghuni alam arwah. Komunikasi itu bertujuan untuk menghormati
Dewa-dewi dan Tuhan disebutkan seperti ibu mahluk-mahluk gaib supaya tidak mendatangkan
bumi dan bopo angkoso (dewi-dewa penguasa musibah dengan menggangu, namun memberi
bumi dan langit), dan Gusti Allah (Tuhan yang berkah dengan ikut melindungi dan mengayomi
menguasai semesta) sebagai penguasa yang masyarakat. Masyarakat Jawa memahami bahwa
menempati alam ketuhanan—juga dipahami setiap alam empiris tidak terpisah dari alam
sebagai dunia kayangan. metaempiris, bahwa setiap benda, tempat, dan
wilayah dihuni sesuatu dengan gaib dan tak
Alam arwah dipahami sebagai alam gaib
tampak. Perlengkapan sesaji seperti cok bakal
yang misteri dan angker hingga harus dihormati
yang berisi bunga-bunga, dupa, dan kemenyan
keberadaannya. Keangkeran roh-roh halus itu
bukan dalam artian untuk menyembah, namun
tidak dapat diprediksi kehendaknya, seperti bisa menjadi media untuk berkomunikasi.
saja mendatangkan malapetaka atau menjadi
Penghormatan dan permintaan restu tidak
perantara berkah bagi alam manusia. Untuk
hanya ditunjukkan pada roh-roh halus semata.
itu, komunikasi dengan alam arwah dengan
Akan tetapi, penghormatan juga dilakukan untuk
menyebut nama-nama danyang dan roh halus
para nabi terdahulu yang mampu menguasai dan
sebagai pananda kehormatan, meminta ijin, dan
berkomunikasi dengan alam seperti air, tanah,
restu supaya tidak mengganggu, sebagaimana
tumbuhan, dan hewan. Penghormatan dan
contoh kutipan data berikut. permintaan restu tersebut ditujukan kepada Nabi
Tansah katuran moro ngawisi danyang, Khidir, Nabi Ilyas, dan Nabi Sulaiman.
kang cikal bakal, cakal bakal, tetuko mongso
dusun Krisik utawi Wonorejo, utawi danyang Tansah katuran wilujenge Nabi Sulaiman
kang maparyo teng banjar cakepawisipun ingkah gadah ingah-ingah dipun damel nyekapi
poro warga masyarakat Krisik Wonorejo anggenipun bersih dusun.. (Segmen18)
pun wilujengipun wilujeng sageto mayungi,
Yang disebut/terhormat atas berkah dan
nglindungi, ngrompohi.. (segmen 5)
keselamatan Nabi Sulaiman yang menguasai dan
mampu berkomunikasi dengan hewan-hewan
Yang disebut/ yang terhormat para danyang
ternak untuk mencukupi keperluan bersih desa..
yang mengawali ketika membuka wilayah
Dusun Krisik ataupun Wonorejo, atau danyang Ingkang tansah wilujenge bagindo Ilyas lan
yang menghuni wilayah sekitar Krisik dan bagindo Khidir, bagindo Ilyas kangso kajeng,
Wonorejo supaya selamat dan dapat memayungi, bagindo Ki dhir kangso toyo... (Segmen 22)
melindungi, memangku ...
Yang disebut/terhormat atas berkah dan
Tansah katuran ngrawui nini rekso kaki rekso keselamatan Baginda (raja) Ilyas dan Baginda
ingkang mbau rekso jogan joganipun para (raja) Khidir, Baginda Ilyas yang mampu
warga masyarakat krisik wonorejo sageto menguasai kayu, Baginda Khidir yang mampu
njangko rahayu wilujenganipun... (segmen 9) menguasai air..
Yang disebut/yang terhormat ninirekso dan Nabi Sulaiman, Nabi Ilyas, dan Khidir yang
kakirekso yang menghuni halaman pekarangan
rumah para warga masyarakat Krisik dan menempati alam ketuhanan dalam teks data
Wonorejo supaya dapat menjangkau atau 18 dan 22 diberi penghormatan dan dimintai
memberi keselamatan.. restu karena pemanfaatan air, tanah dan kayu,

146
Performansi Ujub: Doa dan Komunikasi Tiga Alam dalam Tradisi Bersih Desa Krisik di Blitar Provinsi Jawa Timur
Fitrahayunitisna, halaman 137-148

dan hewan ternak untuk keperluan bersih desa. Isi doa ujub berkenaan dengan objek yang
Nabi Sulaiman dipercayai oleh masyarakat didoakan dan tema mendapat pengaruh besar
Jawa sebagai nabi yang menguasai dan dapat dari ajaran Islam. Untuk itu isi doa dalam ujub
berkomunikasi dengan binatang. Untuk itu, Nabi mengandung sinkretisme antara ajaran Islam
Sulaiman diberi penghormatan dan dimintai dan tradisi Jawa. Isi doa ujub juga mengandung
restu supaya hewan ternak yang dipergunakan komunikasi tiga alam. Komunikasi tiga alam yang
menjadi berkah dan bersih desa menjadi lancar. dimaksudkan adalah alam manusia, alam arwah,
Begitu juga, Nabi Ilyas dipercayai mampu alam ketuhanan. Komunikasi tiga alam dalam teks
menguasai tanah dan segala tumbuhan dan Nabi ujub dimaksudkan untuk mencapai kestabilan
Khidir yang mampu menguasai air. dan keharmonisan hubungan sehingga manusia
Segala doa dan pengharapan pada tetap dalam keadaan slamet atau selamat.
akhirnya dikomunikasikan kepada Tuhan di
alam ketuhanan yang disebut oleh manusia
Daftar Pustaka
Jawa sebagai Gusti Allah. Sebagaimana dalam Amir, Adriyetti. 2013. Sastra Lisan Indonesia.
penutupan ujub disebutkan “Menawi wonten Yogyakarta: Andi Offset.
kekirangane anggen kulo ngadongakaken Danandjaya, James. 2002. Folklor Indonesia:
mugi-mugi Gusti Allah kang ngijabahno Ilmu gosip, dongeng, dan lain-lain.
ingkang dados panyuwunipin poro Jakarta: Grafiti.
warga masyarakat krisik wonorejo sak Endraswara, Suwardi. 2005. Tradisi Lisan
sikebateipun sedoyo” yang artinya apabila Jawa: Warisan Abadi Budaya Leluhur.
ada kekurangan dalam saya berdoa, semoga Yogyakarta: Narasi.
Allah mengabulkan semua yang menjadi Hastuti, Ruri Puji. 2017. “Multikulturalisme
permintaan para warga masyarakat Krisik- Dalam Pluralisme Agama (Islam, Buddha,
Wonorejo dan di sekitarnya. Kristen) Untuk Menciptakan Integrasi
Sosial.” E-Societas. Vol. 6 No. 7.
Kesimpulan Hidayat, R.A. 2018. “Sinkretisme dalam Naskah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sastra Mistik.” Smart Jurnal. Vol. 4 No.
performansi ujub bersih desa di Desa Krisik 1, Hal: 79-92.
memiliki karakter yang berbeda dengan puisi rakyat Lutan, Rusli. 2001. Keniscayaan Pluralitas
pada umumnya. Ujub bersih desa dipresentasikan Budaya Daerah: Analisis Dampak
dalam ritual inti yakni ritual slametan. Sistem Nilai Budaya Terhadap Eksistensi
Bangsa. Bandung: Angkasa.
Performansi ujub memiliki pola matra yang free-
text,yakni teks ujub memiliki kemungkinan untuk Mulyana. 2006. “Spiritualisme Jawa: Meraba
berubah. Struktur fisik ujub memiliki rima asonasi Dimensi dan Pergulatan Religiusitas
Orang Jawa. Kejawen”. Jurnal
(rima dengan pengulangan bunyi vokal), desonasi
Kebudayaan Jawa. Vol 1, No 2 Hal: 1-13.
(rima dengan pengulangan bunyi konsonan), dan
aliterasi (rima dengan pengulangan bunyi awal Nurgiantoro, Burhan. 2017. Stilistika. Yogyakarta:
di baris yang sama atau berlainan). Ritme ujub Gajahmada University Press.
yang dipresentasikan adalah bunyi efoni dengan Santoso, Anang. 2000. “Pengantar Doa Kenduri
tempo yang cepat, namun tempo melambat pada (Ujub) dan Aspek Kesastraan yang
akhir segmen. Sementara itu, performansi ujub Terkandung Didalamnya.” Pendidikan
Nilai (berkala). Vol. 5 No.2.
memiliki pola formula dan ekspresi formulaik.
Formula teks ujub yang ditemukan adalah formula Suasta, Putu. 2001. Kembara Budaya. Denpasar:
sintaksis yang terdiri dari objek yang didoakan, Bali Mangsi Foundation.
harapan, dan ikrar doa; formula repetisi variasai; Geertz, Clifford. 2014. Agama Jawa: Abangan,
dan formula repetisi bineritas. Santri, Priyayi dalam Kebudayaan

147
Jurnal SMaRT Volume 04 Nomor 02 Desember 2018

Jawa.Terjemahan Aswab Hasain dan Bur Wahyudi, T.T, Maryaeni, Fandi R, dan Ahmad
Rasuanto. Depok: Komunitas Bambu. J. 2017. “Narration of Ikrar Kajat in
Gondowangi Village: Documentation
Ong, Walter J. 2013. Kelisanan dan Keaksaraan.
of Formula Oral Literature of Kawi
Tejemahan Rika Iffati. Yogyakarta:
Montain.” Isllac: Journal on intensive
Gading Publishing.
Studies on Language, Literature, Art,
Saputra, H.S.P. 2007. Memuja Mantra: Sabuk and Culture. Vol.1 No. 2, Hal: 24-30.
Mangir dan Jaran Goyang Masyarakat
Wellek, Rene & Austin Warren. 2016. Teori
Suku Using Banyuwangi. Yogyakarta:
Kesusastraan. Jakarta: Gramedia Pustaka
LKIS Yogyakarta.
Utama.
Suseno, Franz Magnis. 1988. Etika Jawa: Sebuah
Analisis Falsafah tentang Kebijaksanaan
Hidup Jawa. Jakarta: Gramedia.

148

You might also like