1 PB
1 PB
1 PB
141
142 | Muhammad Rizqi Wicaksono, et al.
1. Pendahuluan
PT Kideco Jaya Agung merupakan perusahaan yang memiliki produksi batubara pada tahun
2019 sebesar 34 juta ton. Untuk memenuhi produksi ini dibutuhkan efisiensi kerja yang tinggi
agar target produksi dapat tercapai. Secara aktual di lapangan produksi harian belum tercapai.
Jalan tambang merupakan salah satu sarana yang harus diperhatikan, karena akan
sangat mempengaruhi produksi dan dapat mempengaruhi biaya penambangan. Pembuatan
jalan tambang harus dilaksanakan sesuai kriteria yang telah ditentukan agar dapat memenuhi
kriteria teknik dan keselamatan kerja. Konstruksi jalan tambang secara umum sama dengan
jalan darat pada umumnya yang harus dilengkapi oleh rambu jalan dan juga lampu jalan. Akan
tetapi perbedaannya permukaan jalan tambang hanya diperkeras dan dilakukan perawatan
dengan baik agar tidak bergelombang ataupun berlubang. Kondisi jalan yang tidak sesuai
standar sebagai salah satu faktor penghambat tidak tercapainya produksi overburden.
Kondisi geometri jalan tambang serta perbaikan waktu edar pada alat angkut akan
berpengaruh pada pencapaian target produksi, sehingga perlu dilakukan kajian mengenai
produksi pengupasan dan pengangkutan overburden sehingga target produksi dapat dicapai.
Evaluasi beracuan pada teori AASHTO (American Association of State Highway and
Transportation Officials) mengenai standar jalan transportasi yang diterapkan pada jalan
tambang.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka perumusan masalah penelitian
ini adalah: “Bagaimana kondisi geometri jalan tambang dan apakah kondisi geometri jalan
yang ada sesuai dengan teori AASHTO ?”. Selanjutnya, tujuan penelitian ini dibagi menjadi.
1. Mengetahui geometri jalan tambang dan kesesuaian dengan teori AASHTO.
2. Mengetahui produksi pengupasan dan pengangkutan overburden secara
aktual.
3. Mengetahui upaya perbaikan yang dilakukan agar produksi pengupasan dan
pengangkutan overburden tercapai.
2. Landasan Teori
Pemindahan tanah mekanis merupakan proses penggalian serta pemindahan material dengan
menggunakan alat mekanis dari front kerja menuju disposal area. Untuk melakukan
pemindahan material, kondisi jalan perlu diperhatikan sebagai akses jalan utama sehingga
dapat mencapai target produksi yang ditetapkan oleh perusahaan.
Geometri jalan tambang berbeda dengan geometri jalan pada umumnya, karena ukuran
alat angkut yang digunakan memiliki dimensi lebih besar, sehingga alat angkut dapat bergerak
dengan kecepatan normal dan aman. dalam penentuan geometri jalan terdapat beberapa aspek
yang perlu diperhitungkan, diantaranya :
1. Lebar Jalan.
Lebar jalan alat angkut pada umumnya dibuat menjadi jalur ganda dengan
lalu lintas dua arah, kondisi lebar jalan ini dibagi menjadi dua yaitu pada
kondisi jalan lurus dan jalan tikungan.
2. Jari-jari Tikungan.
Penentuan jari-jari tikungan menyesuaikan dengan truck atau alat yang
digunakan pada tambang tersebut, karena spesifikasi setiap alat angkut
berbeda untuk kemampuan mengatasi tikungan.
3. Nilai Superelevasi.
Nilai ini merupakan nilai yang ditentukan berdasarkan kecepatan maksimal
pada tikungan, sehingga alat dapat melalui tikungan dengan kecepatan yang
ditentukan dan aman untuk dilalui.
4. Kemiringan Jalan (Grade).
Kemiringan jalan maksimal yang ditentukan oleh SOP perusahaan dan
KEPMEN 1827 yang menentukan nilai maksimal dari kemiringan jalan
143
144 | Muhammad Rizqi Wicaksono, et al.
ialah 12 %.
5. Kemiringan Melintang (Cross Slope).
Cross Slope dibuat untuk mencegah tergenangnya air di permukaan jalan
yang dapat menghambat lalu lintas alat angkut.
6. Fasilitas Pendukung dan Keselamatan Kerja.
Fasilitas pendukung yang dimaksud ialah seperti rambu jalan, tanggul
pengaman, parit dan drainase jalan angkut.
Kondisi dan geometri jalan yang sudah ditentukan, akan berpengaruh
terhadap produktivitas alat, terutama untuk alat angkut, dalam penentuan
produksi alat angkut, ada beberapa aspek yang harus diperhitungkan seperti
waktu edar alat, faktor pengisian, faktor pengembangan volume, efisiensi
kerja alat, produktivitas alat dan faktor keserasian alat.
3. Hasil Penelitian dan Pembahasan
3.1 Geometri Jalan
Berikut merupakan hasil penelitian yang dilakukan untuk mengetahui keadaan geometri jalan
secara aktual dan dibandingkan dengan teori AASHTO untuk mengevaluasi apakah keadaan
geometri jalan sudah sesuai dengan teori AASHTO. Sketsa pembagian segmen jalan dapat
dilihat pada gambar 1.
Setelah menentukan sketsa jalan angkut yang akan dihitung geometri nya, maka dapat
diketahui nilai lebar jalan angkut secara teoritis, penentuan lebar jalan dibagi menjadi dua
bagian yaitu kondisi jalan lurus (Tabel 1.) dan kondisi jalan belokan (Tabel 2.). dari
perhitungan yang telah dilakukan diketahui bahwa lebar jalan pada segmen C ialah sebesar
Lebar Jalan Alat Angkut dalam keadaan Lurus
Lebar
Rencara Berdasarkan Penambahan Lebar
Segmen Jalan
Perhitungan (m) Jalan (m)
Aktual (m)
A 28,88 -
C 23,81 0,28
E 27,60 -
F 29,00 -
H 25,25 -
I 25,56 -
J 27,43 -
K 24,09 27,30 -
L 32,18 -
M 26,80 -
Volume 6, No. 1, Tahun 2020O 24,38 -
P 35,17 -
Q 30,47 -
S 36,12 -
U 43,82 -
Evaluasi Jalan Tambang Berdasarkan Teori AASHTO untuk Meningkatkan Produksi...| 145
23,81 meter, sedangkan lebar jalan minimal menurut teori AASHTO untuk alat angkut
Komatsu HD-785-7 ialah selebar 24,09 meter, sehingga diperlukan penambahan lebar jalan
sebesar 0,28 meter untuk jalan lurus.
Tabel 1. Lebar Jalan Angkut Kondisi Lurus
3.3 Superelevasi
Nilai superelevasi memiliki tujuan untuk memaksimalkan kecepatan sesuai batas kecepatan
pada tikungan yang ditetapkan perusahaan, dari data pengukuran dan perhitungan secara teori
nilai angka superelevasi masih dibawah ketentuan nilai maksimal.
Teknik Pertambangan
146 | Muhammad Rizqi Wicaksono, et al.
Perbaikan segmen jalan dan juga optimalisasi rimpull dilakukan untuk meningkatkan produksi
sehingga target produksi bisa tercapai, berikut merupakan hasil produksi sebelum dan sesudah
perbaikan dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 4. Waktu edar alat angkut keadaan kosong
4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat ditarik beberapa kesimpulan, diantaranya sebagai berikut:
1. Geometri jalan aktual pada area Roto South pit G dengan lokasi dumping di
area disposal 3F, memiliki jarak 5,83 km dengan lebar jalan lurus 23,81 –
43,82 m. Sedangkan menurut teori AASHTO lebar jalan lurus minimal 24,09 m
sehingga perlu adanya penambahan lebar jalan pada segmen C sebesar 0,28 m.
Lebar jalan aktual pada tikungan adalah 31,42 – 41,51 m, sedangkan secara
teoritis lebar jalan pada tikungan minimal 27,39 meter. Sehingga lebar pada
jalan tikungan sudah sesuai dengan teori AASHTO. Grade jalan aktual pada PT
Kideco Jaya Agung dari front menuju disposal 3F memiliki nilai 0,17 - 8,13%.
Kondisi tersebut masih berada di bawah SOP perusahaan sebesar 12%. Secara
umum nilai angka nilai superelevasi yang dianjurkan untuk mengatasi tikungan
dengan kecepatan maksimum 20 km/jam dengan lebar jalan minimum di
tikungan 27,39 meter adalah 0,04. Sehingga menghasilkan beda tinggi pada sisi
dalam dan luar tikungan harus dibuat sebesar 1,09 meter. Kondisi jalan yang
dimiliki perusahaan sudah sesuai dengan teori AASHTO (American Association
of State Highway Officials).
2. Produksi pengupasan dan pengangkutan overburden secara aktual untuk alat
muat 662,55 BCM/jam dan angkut sebesar 662,18 BCM/jam. Sehingga
5. Saran
Perawatan dan kontrol geometri jalan terutama terkait kondisi permukaan jalan pada
segmen jalan tertentu, sehingga dapat memaksimalkan kecepatan alat angkut.
4. Mengoptimalisasi kecepatan alat angkut pada jalan tambang, dengan
memperhatikan kecepatan maksimum sesuai standar operasional perusahaan
pada setiap segmen jalan.
5. Memperbaiki jarak dumping dan cycle time sehingga produksi pengupasan
dan pengangkutan overburden meningkat.
Daftar Pustaka
[1]Anonim, 1993, “AASHTO guide for Design of Pavement Structures”, America, American
Association of State Highway and Transportation Officials
[2]Anonim, 2017, “Handbook Komatsu PC2000-8 Hydraulic Excavator”, Japan.
[3]Anonim, 2017, “Handbook Komatsu HD-785-7 Off Highway Trucks”, Japan.
[4]Anonim, 2019, “Data Dept. Development Desain Pit Roto South PIT G, PT Kideco Jaya
Agung”, Batu Kajang, PT. Kideco Jaya Agung
[5]Anonim, 2018, “Data Pembangunan Kabupaten Paser”. Paser, Dinas Komunikasi,
Informatika, Statistik dan Pesandian Kabupaten Paser.
[6]A, Suwandhi, 2004, “Perencanaan Jalan Tambang”, Diklat Perencanaan Tambang
Terbuka, Bandung: Universitas Islam Bandung.
[7]Ady Winarko, dkk., 2015, “Evaluasi Teknis Geometri Jalan Angkut Overburden Untuk
Mencapai Target Produksi 240.000 BCM/bulan Di Site Project Mas Lahat PT Ulima
Nitra Sumatera Selatan”, Sumatera Selatan.Universitas Sriwijaya.
[8]Akhmad Rifandy, Hefni, 2016, “Kajian Teknis Geometri Jalan Hauling pada PT. Guruh
Putra Bersama site Desa Gunung Sari Kecamatan Tabang, Kabupaten Kutai
Kartanegara”, Kutai Kartanegara: Universitas Kutai Kartanegara
[9]Audia M, Mulya Gusman, Yoszi Mingsi A, 2017, “Evaluasi Geometri Jalan Tambang
Menggunakan Teori AASHTO untuk Peningkatan Produktivitas Alat Angkut dalam
Proses Pengupasan Overburden di PIT Timur PT. Artamulia Tatpratama Desa Tanjung
Belit, Kecamatan Jujuhan, Kabupaten Bungo Provinsi Jambi”, Padang. Universitas
Negeri Padang.
[10]Annisa N, 2019, “Perencanan Jalan Transportasi Batubara dari Stockpile Menuju
Dermaga oleh PT Atrya Swascipta Rekayasa di Kabupaten Tapin Provinsi Kalimantan
Selatan”, Bandung: Universitas Islam Bandung.
[11]Bruce R, Dwayne D, 2001, “Guidelines for Mine Haul Road Design”, Canada : University
of British Columbia.
[12]M. Tasrik H, 2016, “Evaluasi Geometri Jalan Angkut dari Lokasi Pengupasan Overburden
ke Disposal pada Sektor Penambangan bijih besi Blok 2D di PT. Adidaya Tangguh,
Desa Tolong, Kecamatan Lede, Kabupaten Taliabu, Maluku Utara”, Bandung :
Teknik Pertambangan
148 | Muhammad Rizqi Wicaksono, et al.