Perkembangan Dan Dampak Financial Keuangan Syariah Di Jawa Tengah Miswan Ansori

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by ZENODO

PERKEMBANGAN DAN DAMPAK FINANCIAL


TECHNOLOGY (FINTECH) TERHADAP INDUSTRI
KEUANGAN SYARIAH DI JAWA TENGAH

Miswan Ansori
Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara
Email: miswan@unisnu.ac.id

Abstract: Along with the development of the financial industry


technology is also growing with the emergence of Fintech (financial
technology). Fintech is one of the innovations in the financial field
that refers to modern technology. The growing existence of Fintech so
that emerging Sharia-based Fintech and facilitating customers will
certainly influence the formal Islamic finance industry such as Sharia
Banks, Sharia BPRS, BMT and other formal Islamic finance
industries where transactions in the formal sharia financial industry
still use physical transactions in the transaction and have not made
much use of the increasingly evolving technological advancements.
This will make the formal financial industry less effective because
more costs and time spent. If the Islamic finance industry is unable to
innovate and utilize technology, it will be far behind by the Fintech-
based financial industry whose development is very fast. This study
was conducted to examine how the development and impact of Fintech
on the Islamic finance industry in Central Java. The research method
used is descriptive qualitative method and combines two types of
research, namely field research and library research. Field research by
collecting information from the Central Java Financial Services
Authority (OJK), and from the Islamic Finance industry, namely
BPRS Saka Dana Mulia Kudus.
Keywords: Fintech, Islamic Financial Institutions,
Islamic Banks

PENDAHULUAN
Pada era modern saat ini, penggunaan teknologi
berkembang dengan pesat dalam memenuhi kebutuhan manusia
Ansori

untuk mendapatkan informasi dan berbagai layanan elektronik


lainnya. Hal ini dikarenakan dengan menggunakan teknologi
segala hal dirasa lebih efektif dan efisien dalam penggunaannya.
Dengan pemanfaatan teknologi, masyarakat sangat terbantu
untuk mendapatkan sebuah layanan. Sama halnya di bidang
keuangan atau financial juga mengalami perkembangan yang
cukup signifikan. Teknologi dan financial memiliki keterkaitan
satu sama lain.
Salah satu perkembangan teknologi di bidang keuangan
adalah Fintech (Financial Technology). Fintech merupakan salah
satu inovasi di bidang financial yang mengacu pada teknologi
modern (Chrismastianto, 2017). Menurut Clayton, Inovasi
tersebut bertujuan untuk memperkenalkan kepraktisan,
kemudahan akses, kenyamanan dan biaya yang ekonomis
(Hadad, 2017). Latar belakang munculnya Fintech adalah ketika
terjadi suatu masalah dalam masyarakat yang tidak dapat
dilayani oleh industri keuangan dengan berbagai kendala.
Diantaranya adalah peraturan yang terlalu ketat seperti halnya
di bank serta keterbatasan industri perbankan dalam melayani
masyarakat di daerah tertentu. Jadi masyarakat yang jaraknya
jauh dari akses perbankan cenderung belum bisa terlayani oleh
perbankan. Hal ini mengakibatkan perkembangan ekonomi
yang tidak merata.
Dengan adanya Fintech, masyarakat terpencil pun bisa
menggunakan layanan keuangan yang berbasis teknologi, tanpa
harus menempuh jarak yang jauh untuk mendapatkan layanan
keuangan.Menurut data dari Findek Bank Dunia 2014, bahwa
jumlah penduduk Indonesia yang telah memiliki rekening di
lembaga keuangan formal hanya sekitar 36%, sisanya yaitu 64%
penduduk Indonesia tidak punya rekening dan akses terhadap

al-Ihkâm,

32 Wahana Islamika: Jurnal Studi Keislaman V o l . 5 N o . 1 A p r i l 2 0 1 9


Perkembangan dan Dampak Financial Technology…

lembaga keuangan formal atau sering disebut dengan istilah


unbanked. Artinya lebih dari setengah masyarakat Indonesia
belum terlayani oleh layanan keuangan seperti bank. Hal ini
menjadi peluang bagi usaha yang bergerak di bidang keuangan
untuk memanfaatkan teknologi. Misalnya seperti Investree yang
merupakan perusahaan rintisan (startup) Fintech yang bergerak
di bidang peer-to-peeer lending yang mempertemukan orang
dengan kebutuhan pendanaan (borrower) dan orang yang
bersedia meminjamkan dananya (lender). Hal ini tentu saja
memudahkan masyarakat untuk melakukan investasi ataupun
mendapatkan pendanaan untuk usaha dengan lebih mudah
tanpa harus bertemu langsung dengan menempuh jarak yang
jauh. Manfaat lain yang didapatkan oleh lender adalah langsung
mendapatkan bagi hasil yang dibayarkan oleh borrower tanpa
beban biaya apapun.
Bukan hanya di bidang pendanaan dan peminjaman,
usaha lain yang bergerak di bidang Fintech adalah pada layanan
transportasi seperti Gojek yang telah mengeluarkan GoPay,
Uber dan Grab yang mengeluarkan produk dompet Grab. Saat
ini pelaku Fintech di Indonesia masih dominan berbisnis
payment (43%), pinjaman (17%) dan sisanya berbentuk
aggregator, crowdfunding, dan lain-lain (Hadad, 2017). Fintech
berpotensi untuk menguntungkan berbagai pihak, mulai dari
pelaku bisnis sampai dengan masyarakat yang menggunakan
layanan Fintech serta pertumbuhan ekonomi. Fintech juga
berperan dalam mempercepat perluasan jangkauan layanan
keuangan. Peran tersebut hampir sama dengan yang dilakukan
oleh industri keuangan syariah, namun bedanya adalah Fintech
lebih memaksimalkan penggunaan teknologi dalam
transaksinya, dan mengurangi bukti fisik. Proses tersebut

al-Ihkâm,

Wahana Islamika: Jurnal Studi Keislaman Vol.5 No.1 April 2019 33


Ansori

menjadikan transaksi keuangan yang lebih praktis, aman dan


modern (Mawarni, 2017).
Di Indonesia sudah banyak perusahaan startup yang
menggunakan jasa Fintech dan dikenal lebih baik jika
dibandingkan industri keuangan lainnya yang memiliki aturan
yang terlalu kaku dan ketat. Sementara itu Fintech menggunakan
teknologi, software dan data yang tentunya lebih efektif dan
efisien.
Keberadaan Fintech yang semakin berkembang sehingga
muncul Fintech yang berasaskan Syariah serta memudahkan
nasabah tentu saja akan berpengaruh terhadap industri
keuangan syariah formal seperti Bank Syariah,BPR Syariah, BMT
dan industri keuangan syariah formal lainnya dimana transaksi
pada industri keuangan syariah formal masih banyak
menggunakan bukti fisik dalam transaksinya dan belum banyak
menggunakan kemajuan teknologi yang semakin berkembang.
Hal ini akan menjadikan industri keuangan formal menjadi
kurang efektif karena biaya dan waktu yang dihabiskan akan
lebih banyak. Jika industri keuangan syariah tidak mampu
berinovasi dan memanfaatkan teknologi, maka akan tertinggal
jauh oleh industri keuangan yang telah mengeluarkan Fintech
yang perkembangannya sangat cepat. Dalam hal ini terdapat
dampak Fintech terhadap industri keuangan syariah. Maka dari
itu, dalam penelitian ini akan dibahas mengenai apakah ada
dampak Fintech terhadap Industri Keuangan Syariah.

KAJIAN LITERATUR
Financial Technology (Fintech) memiliki arti dan
pengertian yang luas. Sebuah lembaga riset NDRC (The
National Digital Research Centre) menyebutkan bahwa Fintech
al-Ihkâm,

34 Wahana Islamika: Jurnal Studi Keislaman V o l . 5 N o . 1 A p r i l 2 0 1 9


Perkembangan dan Dampak Financial Technology…

adalah sebuah istilah untuk inovasi dalam jasa finansial, dimana


teknologi adalah kuncinya. Sementara menurut mantan
Gubernur Bank Indonesia, Agus DW Martowardojo dalam
sambutan kuncinya (keynote speech) di acara Indonesia Fintech
Festival and Conference 2016, di Jakarta mengatakan bahwa
Fintech merupakan layanan keuangan yang berbasis teknologi
informasi seperti big data, cloud computing, dan distributed ledger
system.
Sementara Fintech Weekly menyebutkan dalam
websitenya bahwa Fintech describes a business that aims at
providing financial services by making use of software and modern
technology. Fintech merupakan sebuah bisnis yang bertujuan
menyediakan layanan keuangan dengan memanfaatkan
perangkat lunak dan teknologi modern. Sedangkan Douglas W
Arner,2015 menyebutkan “Financial technology” or “Fintech” refers
to technology enabled financial solutions. Fintech mengacu pada
sebuah teknologi yang memberikan suatu solusi tentang
keuangan. Pribadiono, Hukum, Esa, & Barat (2016), mengatakan
bahwa Financial Technology (Fintech) merupakan perpaduan
antara teknologi dan fitur keuangan atau dapat juga diartikan
inovasi pada sektor finansial dengan sentuhan teknologi
modern.
Berdasarkan Dorfleitner, Hornuf, Schmitt, & Weber
(2017), Fintech merupakan industri yang bergerak dengan sangat
cepat dan dinamis dimana terdapat banyak model bisnis yang
berbeda. Sedangkan menurut Hsueh (2017), Teknologi
Keuangan juga disebut sebagai Fintech,merupakan model
layanan keuangan baru yang dikembangkan melalui inovasi
teknologi informasi.

al-Ihkâm,

Wahana Islamika: Jurnal Studi Keislaman Vol.5 No.1 April 2019 35


Ansori

Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik sebuah


kesimpulan bahwa Fintech adalah sebuah layanan yang
menyediakan produk produk keuangan ddengan menggunakan
dan memanfaatkan teknologi informasi yang sedang
berkembang.
Jenis Layanan Financial Technology (Fintech)
Menurut Hsueh (2017), Terdapat tiga tipe financial
technology adalah sebagai berikut:
1. Sistem pembayaran melalui pihak ketiga (Third-party payment
systems) , Contoh - contoh sistem pembayaran melalui pihak
ketiga yaitu crossborderEC, online-to-offline (O2O), sistem
pembayaran mobile, dan platform pembayaran yang
menyediakan jasa seperti pembayaran bank dan transfer.
2. Peer-to-Peer (P2P) Lending.Peer-to-Peer Lending merupakan
platform yang mempertemukan pemberi pinjaman dan
peminjam melalui internet. Peer-to-Peer Lending menyediakan
mekanisme kredit dan manajemen risiko. Platform ini
membantu pemberi pinjaman dan peminjam memenuhi
kebutuhan masing-masing dan menghasilkan penggunaan
uang secara efisien. Menurut Ge, Feng, Gu, & Zhang, (2017),
Peer-to-Peer Lending merupakan sebuah proses menjalankan
peminjaman uang antara dua individual yang tidak
bersangkutan secara langsung melalui platform online, tanpa
campur tangan dari para perantara keuangan yang tradisional
seperti bank.Menurut Dorfleitner et al., (2016), Peer-to-Peer
Lending merupakan sebuah inovasi utama yang berhubungan
dengan bidang perbankan. Dalam beberapa tahun terakhir,
jumlah platform yang menawarkan layanan tersebut dan
jumlah transaksi terus meningkat. Menurut Hsueh, (2017),
Peer-to-Peer Lending merupakan model bisnis berbasis Internet

al-Ihkâm,

36 Wahana Islamika: Jurnal Studi Keislaman V o l . 5 N o . 1 A p r i l 2 0 1 9


Perkembangan dan Dampak Financial Technology…

yang memenuhi kebutuhan pinjaman antar perantara


keuangan. Platform ini ditujukan untuk perusahaan
menengah dan kecil dimana menurut mereka persyaratan
pinjaman bank mungkin terlalu tinggi. Peer-to-Peer Lending
memiliki biaya lebih rendah dan efisiensi yang lebih tinggi
daripada pinjaman berbasis bank tradisional. Dari beberapa
pengertian tentang Peer-to-Peer Lending maka dapat diambil
kesimpulan bahwa Peer-to-Peer Lending merupakan model
bisnis keuangan yang mempertemukan antara pemberi
pinjaman dan peminjam melalui sebuah platform dimana
model ini lebih menguntungkan dibanding platform
keuangan tradisional.
3. Crowdfunding, Crowdfunding merupakan tipe Fintech di mana
sebuah konsep atau produk seperti desain, program, konten,
dan karya kreatif dipublikasikan secara umum dan bagi
masyarakat yang tertarik dan ingin mendukung konsep atau
produk tersebut dapat memberikan dukungan secara
finansial.Crowdfunding dapat digunakan untuk mengurangi
kebutuhan finansial kewirausahaan, dan memprediksi
permintaan pasar.

Keunggulan dan Kelemahan Fintech


Menurut Otoritas Jasa Keuangan (2016), kelebihan dari
Fintech adalah:
1. Melayani masyarakat Indonesia yang belum dapat dilayani
oleh industri keuangan tradisional dikarenakan ketatnya
peraturan perbankan dan adanya keterbatasan industri
perbankan tradisional dalam melayani masyarakat di daerah
tertentu.

al-Ihkâm,

Wahana Islamika: Jurnal Studi Keislaman Vol.5 No.1 April 2019 37


Ansori

2. Menjadi alternatif pendanaan selain jasa industri keuangan


tradisional dimana masyarakat memerlukan alternatif
pembiayaan yang lebih demokratis dan transparan.
Sedangkan kekurangan dari Fintech adalah diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Fintech merupakan pihak yang tidak memiliki lisensi untuk
memindahkan dana dan kurang mapan dalam menjalankan
usahanya dengan modal yang besar, jika dibandingkan
dengan bank.
2. Ada sebagaian perusahaan Fintech belum memiliki kantor
fisik, dan kurangnya pengalaman dalam menjalankan
prosedur terkait sistemkeamanan dan itegritas produknya.
Tantangan Financial Technology (Fintech)
Menurut Otoritas Jasa Keuangan (2016) , tantangan yang
dihadapi industri Fintech adalah sebagai berikut :
1. Peraturan dalam Mendukung Pengembangan Fintech. Hal ini
terkait dengan bagaimana mengadopsi peraturan terkait
tanda tangan (digital signature) dan penggunaan dokumen
secara digital sehingga dapat mengoptimalkan potensi yang
dimiliki oleh industri Fintech.
2. Koordinasi antar Lembaga dan Kementerian Terkait untuk
mengoptimalkan potensi Fintech dengan lingkungan bisnis
(business environment) yang kompleks, maka perlu juga
dukungan dari berbagai kementerian dan lembaga terkait.

Resiko Financial Technology (Fintech)


Menurut Otoritas Jasa Keuangan (2016), Resiko yang
dialami oleh pengguna Fintech. Strategi untuk melindungi
konsumen adalah sebagai berikut :

al-Ihkâm,

38 Wahana Islamika: Jurnal Studi Keislaman V o l . 5 N o . 1 A p r i l 2 0 1 9


Perkembangan dan Dampak Financial Technology…

1. Perlindungan dana pengguna. Potensi kehilangan maupun


penurunan kemampuan finansial, baik yang diakibatkan oleh
penyalahgunaan, penipuan, maupun force majeur dari
kegiatan Fintech
2. Pelindungan data pengguna. Isu privasi pengguna Fintech
yang rawan terhadap penyalahgunaan data baik yang
disengaja maupun tidak sengaja (serangan hacker atau
malware).
Strategi untuk melindungi kepentingan nasional adalah
sebagai berikut :
1. Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme
(APU-PPT). Kemudahan dan kecepatan yang ditawarkan oleh
Fintech menimbulkan potensi penyalahgunaan untuk kegiatan
pencucian uang maupun pendanaan terorisme.
2. Stabilitas Sistem Keuangan. Perlu manajemen risiko yang
memadai agar tidak berdampak negatif terhadap stabilitas
sistem keuangan.

METODOLOGI
Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif.
Analisis kualitatif menurut Moleong (2014) adalah prosedur
penelitian yang menghasilkan data berupa kata-kata baik secara
lisan ataupun tulisan. Adapun deskriptif menurut Notoatmodjo
(2002) adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan
tujuan utam untuk membantu peneliti untuk mendapatkan
gambaran mengenai suatu keadaan secara objektif. Data
penelitian diperoleh melalui data skunder, yaitu data-data yang
diperoleh tidak secara langsung oleh peneliti (Purwanto, 2018).
Adapun teknik analisis yang digunakan dalam studi ini

al-Ihkâm,

Wahana Islamika: Jurnal Studi Keislaman Vol.5 No.1 April 2019 39


Ansori

menggunakan analisis isi. Analisis isi adalah teknik analisis


yang dilakukan dengan menarik kesimpulan dengan
melakukan identifikasi karakteristik khusus atas suatu pesan
secara objektif dan sistematik (Holsti, 1969).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Dari data yang telah dipaparkan di atas, dalam waktu
tiga bulan terlihat kenaikan jumlah fintech yang sangat
signifikan. Hal ini bisa dilihat dari jumlah nasabah lender dan
nasabah borrower yang sama-sama mengalami kenaikan.
Nasabah ini didominasi di daerah pulau Jawa karena hampir
90% melakukan transaksi dari industri keuangan berbasis
teknologi (Fintech). Hal ini dikarenakan masyarakat lebih tertarik
pada layanan keuangan yang memiliki transparansi informasi
yang jelas, transaksi yang mudah serta transaksi yang bisa
dilakukan diberbagai channel. Dan manfaat tersebut hanya
didapat ketika masyarakat menggunakan layanan fintech
(financial technology).
Berbagai manfaat yang didapatkan dari fintech (financial
technology) seperti di atas, maka akan berpengaruh terhadap
minat masyarakat dalam menggunakan layanan keuangan
berbasis teknologi atau fintech. Dalam hal ini fintech bisa
menggantikan fungsi perbankan sebagai layanan keuangan
(penyedia dana atau pemberi modal) dengan syarat yang lebih
mudah dan efisien. Fungsi bank sebagai lembaga intermediasi
masih belum mampu menjangkau kebutuhan masyarakat yang
tinggal di daerah terpencil. Masyarakat tidak mau berbelit
dengan prosedur kekhawatiran atau tidak percaya diri ketika
hendak bertemu dengan orang bank. Atas dasar kondisi
masyarakat inilah mendorong adanya program baru yang

al-Ihkâm,

40 Wahana Islamika: Jurnal Studi Keislaman V o l . 5 N o . 1 A p r i l 2 0 1 9


Perkembangan dan Dampak Financial Technology…

disebut dengan branchless banking atau disebut dengan layanan


perbankan tanpa cabang. Branchless banking sendiri merupakan
bagian dari financial technology.
Penyebab fintech semakin berkembang adalah
perubahan pola pikir konsumen, dimana generasi milenial
sekarang ini lebih menginginkan akses yang bersifat personal
dan memudahkan dalam pemenuhan kebutuhan financial.
Kemajuan dunia digital dan penggunaan smartphone juga
menjadi penyebab berkembangnya fintech karena sekarang ini
hampir setiap orang memiliki smartphone. Kemudian perubahan
tren yang sangat cepat dan penawaran produk fintech yang lebih
menguntungkan dan mudah diakses. Tidak perlu datang ke
kantor atau lembaga keuangan, pelaku fintech sudah bisa
melakukan transaksi keuangan. Jenis fintech yang banyak
diminati adalah Peer to Peer Lending (P2P). Dimana fintech jenis
ini nasabah bisa dengan mudah meminjam uang untuk
keperluan bisnis tanpa harus ke kantor bank. Cukup dengan
menggunakan teknologi seperti komputer atau smartphone
nasabah bisa mendapatakan dana yang dibutuhkan. Syarat yang
harus dilengkapi juga lebih mudah dibanding dengan syarat
yang harus diajukan ketika ingin meminjam dana ke bank.
Perusahaan fintech juga bisa menjadi ancaman bagi
industri keuangan syariah, karena kegiatan usaha fintech sangat
efisien, tidak memerlukan banyak karyawan, gedung yang
mewah, tapi cukup dengan kantor yang kecil saja, perusahaan
fintech sudah bisa berdiri dan menjalankan operasional
bisnisnya. Berbeda dengan usaha industri keuangan syariah
yang memiliki beban operasionalnya sangat tinggi karena harus
membayar gaji pada karyawan yang tidak sedikit jumlahnya,
serta harus menyewa atau bahkan membeli gedung yang

al-Ihkâm,

Wahana Islamika: Jurnal Studi Keislaman Vol.5 No.1 April 2019 41


Ansori

mewah untuk menjalankan bisnisnya. Karena dengan gedung


yang mewah bisa menarik nasabah.
Aturan mengenai fintech sudah diatur dalam OJK, yaitu
POJK No. 13/POJK.02/2018 tentang Inovasi Keuangan Digital
(IKD). Peraturan ini dikeluarkan agar perusahaan fintech
menghasilkan inovasi keuangan digital yang bertanggungjawab,
aman, mengedepankan perlindungan konsumen dan memiliki
risiko yang terkelola dengan baik. Dengan adanya peraturan
dari OJK ini, maka pengguna akan semakin percaya dan dalam
menggunakan layanan fintech, tanpa harus khawatir dengan
penipuan. Dalam aturan ini, terdapat 11 poin yang diatur,
diantaranya adalah mekanisme pencatatan dan pendaftaran
fintech, mekanisme pemantauan dan pengawasan fintech,
pembentukan ekosistem fintech, membangun budaya inovasi,
inklusi dan literasi, bisnis dan perlindungan data, manajemen
risiko yang efektif, kolaborasi, perlindungan konsumen,
transparansi, anti pencucian uang dan pendanaan terorisme.
Dari 11 poin aturan yang dibuat, terlihat bahwa aturan tersebut
berifat menyeluruh, mulai dari perusahaan yang menjalankan
layanan fintech hingga perlindungan konsumen juga diatur.
Untuk itu sebagai lembaga keuangan syariah harus
bisa mengikuti arus dari perkembangan layanan yang semakin
canggih, dalam hal ini harus mampu menyesuaikan atau
memenuhi kebutuhan masyarakatnya dalam hal penyedia
layanan dengan syarat yang mudah dan banyak manfaat yang
didapatkan (financial technology). Dengan demikian akan
berdampat positif terhadap pertumbuhan keuangan berbasis
syariah, karena mampu memberikan layanan yang seperti
diharapkan masyarakat dengan memberikan manfaat yang
banyak dan syarat yang mudah sehingga mampu untuk

al-Ihkâm,

42 Wahana Islamika: Jurnal Studi Keislaman V o l . 5 N o . 1 A p r i l 2 0 1 9


Perkembangan dan Dampak Financial Technology…

bersaing. Hal ini bisa dilakukan dengan cara menginovasi


produk dengan sistem teknologi agar bisa mengimbangi
perkembangan zaman dan bekerja sama dengan fintech lending.

PENUTUP
Dalam tiga bulan terakhir perusahaan fintech
mengalami kenaikan yang cukup fantastis, akumulasi kenaikan
mencapai 100% yaitu pada Juni 2018 dengan nilai sebesar
Rp.7,635,474,172,634 naik menjadi Rp.13,834,316,215,007.
Kenaikan ini didominasi di daerah pulau Jawa yang rata-rata
masyarakatnya menggunakan fasilitas fintech. Akan tetapi
lembaga keuangan berbasis Syariah belum mampu masuk
dalam skala kecil/ lingkup masyarakat kecil, karenanya fasilitas
fintech yang digunakan oleh masyarakat yaitu fintech berbasis
konvensional. Sedangkan perusahaan fintech Syariah yang sesuai
dengan surat keputusan Menteri Hukum dan HAM Republik
Indonesia Nomor AHU-0001911.AH.01.07 Tahun 2018 tertanggal
14 Februari 2018 sudah banyak, hampir melebihi 30 fintech akan
tetapi masyarakat belum mengenalnya dan yang terdaftar di
OJK hanya sebagian.
Dalam hal ini bisa dilihat dari keseluruhan jumlah
fintech di Indonesia yang terdaftar di OJK hanya ada dua fintech
yang berbasis Syariah dari 88 perusahaan fintech. Maka dari itu
lembaga keuangan Syariah perlu adanya inovasi produk
dengan sistem teknologi agar bisa mengimbangi perkembangan
zaman dan bekerjasama dengan fintech lending, agar mampu
bersaing dengan fintech yang sudah ada lebih dahulu yang
berbasis konvensional.

al-Ihkâm,

Wahana Islamika: Jurnal Studi Keislaman Vol.5 No.1 April 2019 43


Ansori

DAFTAR PUSTAKA

Afrizal. MA. (2014). Metode penelitian kualitatif. Jakarta: Rajawali


Press

Ari Kunto, Suharsini. (2013). Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan


Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Azwar, Saifuddin. (2011). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar

Chrismastianto, Imanuel Adhitya Wulanata. (2017). “Analisis


SWOT Implementasi Teknologi Finansial Terhadap
Kualitas Layanan Perbankan Di Indonesia”. Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Vol 20 No.1 Hal 134-136

Douglas W. Arner. (2015). “The Evolution of FinTech: A New


Post-Crisis Paradigm?”. Journal The HKU Scholars Hub, The
University Of Hong Kong

Hadad, Muliaman D. (2017). Financial Technology (FinTech) di


Indonesia. Kuliah Umum FinTech, IBS, Jakarta

Holsti, O. R. (1969). Content analysis for the social sciences and


humanities. Reading, Mass., Addison-Wesley Pub

Mawarni, Iska Sri. (2017). Analisis Persepsi Masyarakat Pengguna


Layanan Transaksi Digital Pada Financial Technology.

Moleong, Lexy J. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:


PT Remaja Rosdakarya.

Nazir, Moh. (2014). Metode Penelitian. Bogor: Penerbit Ghalia


Indonesia.

al-Ihkâm,

44 Wahana Islamika: Jurnal Studi Keislaman V o l . 5 N o . 1 A p r i l 2 0 1 9


Perkembangan dan Dampak Financial Technology…

Nofie, Iman. (2016). Financial Technology dan Lembaga Keuangan,


Gathering Mitra Linkage Bank Syariah Mandiri
Yogyakarta

Notoatmodjo, Soekijo. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan.


Jakarta: Rineka Cipta.

Purwanto. (2018). Teknik Penyusunan Instrumen Uji Validitas dan


Reliabilitas Penelitian Ekonomi Syariah. Magelang:
StaiaPress.

Sarwono, Jonathan. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan


kualitatif Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu.

Sarosa, Samiaji. (2012). Penelitian Kualitatif Dasar-dasar. Jakarta:


PT Indeks.

Sugiyono. (2012). Metode penelitian Kombinasi. Bandung: Alfabeta

Umar, Husein. (2011). Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis


Bisnis. Jakarta: Rajawali Pers.

al-Ihkâm,

Wahana Islamika: Jurnal Studi Keislaman Vol.5 No.1 April 2019 45

You might also like