Jurnal Pembelajaran Modul 2 Rah Jun

Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 7

JURNAL PEMBELAJARANKU

(PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL)

Oleh :
I Gusti Ngurah Gede Juniartha, S.Sn
Mahasiswa Universitas Pendidikan Ganesha
PPG Dalam Jabatan Tahun 2024
Pembelajaran Sosial Emosional ( PSE )
MENGAPA PSE ITU PENTING ?
Pembelajaran Sosial Emosional ( PSE ) sangat penting karena membantu peserta didik
dan guru dapat mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan untuk
mengelola emosi, membangun hubungan yang harmonis dan sehat, serta dapat mengambil
keputusan yang bertanggung jawab. PSE juga dapat meningkatkan rasa empati, komunikasi,
dan kemampuan untuk berkolaborasi dalam berbagai situasi atau berinteraksi sosial. Selain
itu, PSE juga berdampak pada kesehatan mental yang lebih baik yang berpengaruh pada
peningkatan prestasi akademik maupun non akademik peserta didik dengan terciptanya
lingkungan belajar kondusif dan inklusif. Secara umum PSE mempersiapakan individu
(peserta didik) untuk menghadapi perubahan dan tantangan hidup yang lebih baik dan mampu
berkontribusi secara positif dalam kehidupan bermasyarakat. Pembelajaran sosial emosional
merupakan bagian dari upaya untuk menjadikan peserta didik yang tidak hanya cerdas secara
akademis, melainkan juga memiliki ketrampilan sosial dan emosional yang baik.

PENGERTIAN PSE
Zins dkk (2001) :
Pembelajaran sosial emosional adalah proses dimana anak-anak dan orang dewasa
mengembangkan ketrampilan penting untuk ;
 Memahami, mengelola, dan mengeekspresikan emosi dengan cara yang sehat
 Membangun hubungan positif.
 Mengambil keputusan yang bertanggung jawab.
 Mencapai tujuan pribadi dan akademis.
CASEL (Collaborative for Academic Social and Emotional Learning).
CASEL mendefinisikan SEL sebagai proses pembelajaran yang berfokus pada lima
kompetensi inti yaitu :
1. Kesadaran diri (Self-awareness) yaitu memahami emosi, nilai, dan tujuan pribadi
2. Manajemen diri (Self-management) yaitu mengelola emosi, stress, dan motivasi diri.
3. Kesadaran sosial (Social-awareness) yaitu memahami perspektif orang lain,
menunjukan empati, dan menghargai perbedaan.
4. Ketrampilan berhubungan (Relationship skills) yaitu membangun dan memelihara
hubungan yang sehat, bekerja sama, dan menyelesaikan konflik secara konstruktif.
5. Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab (Responsible dicision making) yaitu
membuat pilihan yang etis dan konstruktif, mempertimbangkan konsekuensi, dan
berkontribusi pada kesejahteraan komunitas.

Durlak dkk (2011) :


Durlak dkk menyimpulkan dari penelitian bahwa SEL efektif dalam meningkatkan emosional
adalah melalui pendekatan pembelajaran yang holistic dan berfokus pada pengembangan
ketrampilan sosial, emosional, dan akademis peserta didik. SEL bertujuan untuk
mempersiapkan peserta didik agar menjadi individu yang sukses, Bahagia, dan berkontribusi
positif pada Masyarakat.
Elias dkk (1997) :
Elias menekankan bahwa SEL adalah pendekatan pembelajaran yang terintegrasi dengan
kurikulum akademik dan berfokus pada pengembangan ketrampilan sosila emosional melalui
;
 Pembelajaran eksplisit tentang emosi dan hubungan sosial.
 Pemodelan dan praktik ketrampilan sosial emosional.
 Penciptaan pada iklim sekolah yang positif dan mendukung.

KOMPETENSI DALAM PSE


Kerangka CASEL 5 :

CASEL

Kesadaran Manajemen Kesadaran Ketrampilan Pengambilan


diri sosial berhubunga keputusan yang
diri
n bertanggung
(Self (Self- (Social
(Relationship jawab
awereness) management) awereness)
skills) (Responsible
decision
making)

 Kesadaran Diri (Self-Awereness)


1. Mengenali dan memahami emosi diri sendiri, baik yang positif maupun negatif.
2. Menyadari kekuatan, kelemahan, nilai-nilai, dan keyakinan pribadi.
3. Mengendalikan dan memahami bagaimana emosi serta pikiran mempengaruhi prilaku.

 Manajemen Diri (Self-Management)


1. Pengelolaan emosi secara efektif, termasuk mengatasi tekanan atau stress, kemarahan, atau
frustasi.
2. Menetapkan atau mencapai tujuan pribadi dan akademis
3. Mengembangkan rasa percaya diri dan motivasi diri.
4. Mempraktikan manajemen waktu dan organisasi yang baik.
5. Mampu mengorganisir dan menggunakan ketrampilan dalam berbagai situasi kehidupan
6. Mendemontrasikan kendali diri dan dalam kelompok

 Kesadaran Sosial (Social Awereness)


1. Memahami dan menghargai perspektif orang lain.
2. Menunjukan empati terhadap perasaan dan pengalaman orang lain.
3. Menghargai keberagaman dan inklusivitas.
4. Memahami norma-norma sosial dan etika.
5. Memahami dan mengekspresikan rasa syukur kepada Tuhan.

 Keterampilan Berhubungan (Relationship Skills).


1. Membangun dan memelihara hubungan yang sehat dan positif dengan orang lain.
2. Membangun komunikasi secara efektif, baik secara verbal maupun non verbal.
3. Mampu bekerja sama dalam tim atau kelompok.
4. Menyelesaikan konflik secara konstruktif.
5. Memperlihatkan kompetensi terhadap nilai-nilai budaya sendiri dan juga budaya orang
lain.
6. Mempraktikan kerjasama tim secara kolaboratif dalam memecahkan masalah.
7. Mampu melawan dan menghindar dari tekanan sosial yang negatif.
8. Mampu menunjukan sikap kepemimpinan dalam kelompok.
9. Mampu membela hak-hak orang lain di jalan yang benar.

 Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab.


1. Mengidentifikasi masalah dan mengevaluasi terhadap solusi yang relevan.
2. Mempertimbangkan konsekuensi dari tindakan dan keputusan.
3. Membuat pilihan etis dan bertanggung jawab
4. Berkontribusi terhadap kesejahteraan komunitas dan masyarakat.
5. Mampu menempatkan perbedaan antara kepentingan pribadi dengan kepentingan bersama.
6. Belajar mengambil keputusan yang beralaskan logis setelah menganalisis informasi, data,
dan fakta.
7. Mampu bernalar kritis dalam berpikir yang berguna baik di lingkungan sekolah maupun di
luar sekolah.
8. Dapat memfilterisasi dampak pengaruh dari seseorang dalam hubungan interpersonal,
komunitas, dan kelembagaan.
9. Mampu merefleksikan peran orang lain dalam memperkenalkan kesejahteraan psikologis
diri sendiri, keluarga, maupun komunitas.

REFLEKSI PEMAHAMAN BERMAKNA


Saya berkomitmen untuk terus belajar dan mengembangkan kompetensi SEL saya
dengan melatih kesadaran diri, mengelola emosi dengan sehat, menunjukan empati kepada
orang lain, membangun hubungan positif, dan membuat Keputusan yang bertanggung
jawab. Saya yakin bahwa dengan terus mengembangkan diri saya dapat menjadi individu
yang lebih baik, dapat berkontribusi pada masyarakat, dan mnciptakan kehidupan yang
lebih bermakna. Setelah mempelajari materi tentang pembelajaran sosial emosional,
ternyata tidaklah mudah untuk mengajak peserta didik agar bisa dengan cepat memahami
dirinya sendiri. Hal ini merupakan tantangan yang memerlukan usaha secara terus menerus
di tengah keberagaman karakteristik peserta didik yaitu bukan hanya membuat peserta didik
menjadi cerdas secara akademis, tetapi lebih dari itu saya sebagai pendidik juga harus
menguasai kemampuan sosial emosional baik untuk diri sendiri maupun untuk peserta
didik, rekan sejawat, dan warga sekolah agar proses pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Kompetensi sosial emosional ini dapat diterapkan melalui kegiatan rutin dikehidupan nyata
sehari-hari yang terintegritas dalam pembelajaran, budaya, serta tata tertib sekolah. Prilaku
atau praktik baik yang saya implementasikan untuk meningkatkan ketrampilan sosial
emosional peserta didik dimulai dengan kesadaran diri sampai pengambilan keputusan yang
baik. Selain dengan peserta didik saya juga mengajak rekan kerja dan orang tua/wali peserta
didik untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendukung pengembangan ketrampilan
sosial emosional melalui berbagi praktik baik dengan rekan sejawat.
Disamping itu saya akan berusaha bersama kepala sekolah mengajak guru-guru untuk
saling berkolaborasi dalam menyelesaikan permasalahan baik yang terjadi pada peserta
didik, permasalahan di kelas, maupun permasalahan sekolah secara umum. Mendampingi
peserta didik secara menyeluruh saat proses pembelajaran di kelas terutama kepada murid
yang mengalami kesulitan belajar dengan membagikan praktik-praktik baik pentingnya
pembelajaran sosial emosional secara personal maupun secara kolektif. Melakukan
pendekatan atau home visit ke orang tua peserta didik untuk bersama-sama mendampingi
peserta didik yang mengalami permasalahan baik secara mental maupun psikis akibat
gangguan eksternal maupun internal.
Pengalaman ini telah mengajarkan saya banyak hal penting yang dapat
diimplementasikan dalam kehidupan dari pembelajaran sosial emosional, terutama dalam
lingkungan sekolah. Melalui kerjasama dan komunikasi yang aktif dan efektif diharapkan
dapat memperkuat ikatan-ikatan antar sesama peserta didik. Saya juga berharap dapat
mengimplementasikan pembelajaran ini kedalam projek-projek masa depan dalam
kehidupan saya sebagai pribadi maupun kehidupan sosial.

PENGALAMAN BERMAKNA
Beberapa pengalaman bermakna saya adalah ketika mendampingi peserta didik karena
terlibat dalam kasus bullying yaitu saling mengejek nama orang tua, kasus perkelahian
antar peserta didik, stress, dan ada juga kasus yang mengalami kesulitan belajar sehingga
jarang hadir ke sekolah dimana bahkan dalam kehadiran di kelas mereka hampir dalam
seminggu 2 sampai 3 kali tidak sekolah. Namun pengalaman yang paling bermakna bagi
saya adalah ketika ada dua orang peserta didik yang sering mengganggu teman sekelasnya.
Awalnya tidak berani menyampaikan kepada saya tentang perbuatan kedua temannya itu
yang sering membuli dirinya dengan mengejek pekerjaan orang tuanya. Suatu saat saya
memperhatikan siswa tersebut sering murung menyendiri dikala waktu istirahat seolah-olah
ia tidak mau membaur dengan teman-temannya yang lain. Saya coba mendekatinya dan
menanyakan, kenapa prilakunya seperti itu. Akhirnya mungkin karena sudah tidak tahan,
siswa tersebut pun mengungkapkan kejadian yang sering ia alami akibat perlakuan kedua
teman sekelasnya tersebut. Saya memutuskan untuk menerapkan pendekatan pembelajaran
sosial emosional yang berfokus pada pengembangan motivasi diri, tujuan hidup, dan masa
depan yang lebih baik. Saya berusaha membangun hubungan yang positif dengan siswa
tersebut, begitu juga dengan temannya yang membuli. Meluangkan waktu untuk berdiskusi
baik secara pribadi maupun bersama-sama untuk mendengarkan keluh kesahnya. Saya
berusaha menciptakan suasana yang aman dan nyaman kepada mereka untuk
mengekspresikan perasaannya. Selain itu saya juga berkomitmen untuk mengadakan
pendekatan dan kerja sama dengan orang tua mereka masing-masing, termasuk juga
melakukan home visit. Setelah melakukan pemanggilan dan diskusi dengan orang tua
mereka sepakat untuk berdamai, tidak mengulangi perbuatannya untuk saling ejek serta
berjanji untuk rajin bersekolah. Terhadap kasus-kasus yang lain juga saya lakukan dengan
pendekatan yang sama, dimana pendekatan sosial emosional saya terapkan walaupun
melalui proses-proses yang memerlukan usaha gigih dan waktu yang lebih ekstra, karena
tujuan saya adalah menjadikan sekolah yang damai, nyaman dengan suasana harmonis,
membangun peserta didik yang berorientasi pada kehidupan masa depan yang lebih
bermakna, baik bagi dirinya sendiri, keluarga, dan masyarakat.

Dokumentasi

Dokumentasi Mendampingi Peserta Didik Belajar di Kelas

Berdiskusi dengan guru mengenai permasalahan peserta didik

Malakukan home visit pada peserta didik yang mengalami permasalahan


Bediskusi dengan peserta didik yang mengalami permasalahan

Berdiskusi dengan orang tua terkait solusi menyelesaikan permasalahan yang di alami
peserta didik

Mensosialisasi pentingnya PSE kepada peserta didik baru tahun pelajaran 2024/2025

Umpan Balik Dari Rekan Sejawat (Guru)

Umpan Balik Dari Peserta didik

Terima Kasih

You might also like