Anti Jamur Opy

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

NAMA : OPY SAFITRI

PRODI :D-4 KEBIDANAN TINGKAT II

TUGAS : FARMAKOLOGI

OBAT ANTIJAMUR

Obat anti jamur adalah senyawa yang digunakan untuk pengobatan penyakit yang disebabkan
oleh jamur. Jamur adalah organisme mikroskopis tanaman yang terdiri dari sel, seperti cendawan,
dan ragi. Beberapa jenis jamur dapat berkembang pada permukaan tubuh yang bisa
menyebabkan infeksi kulit, kuku, mulut atau vagina. Jamur yang paling umum menyebabkan
infeksi kulit adalah tinea. For example, tinea pedis ('athletes foot) . Infeksi umum yang ada pada
mulut dan vagina disebut seriawan. Hal ini disebabkan oleh Candida. Candida merupakan ragi
yang merupakan salah satu jenis jamur. Sejumlah Candida umumnya tinggal di kulit.

Obat antijamur terdiri dari beberapa kelompok yaitu : kelompok polyene (amfoterisin B, nistatin,
natamisin), kelompok azol (ketokonazol, ekonazol, klotrimazol, mikonazol, flukonazol,
itrakonazol), allilamin (terbinafin), griseofulvin, dan flusitosin.

Antijamur azol merupakan senyawa sintetik dengan aktivitas spektrum yang luas, yang
diklasifikasi sebagai imidazol (mikonazol dan ketokonazol) atau triazol (itrakonazol dan
flukonazol) bergantung kepada jumlah kandungan atom nitrogennya ada 2 atau 3. Struktur kimia
dan profil farmakologis ketokonazol dan itrakonazol sama, flukonazol unik karena ukuran
molekulnya yang kecil dan lipofilisitasnya yang lebih kecil. Pada jamur yang tumbuh aktif, azol
menghambat 14-- demetilase, enzim yang bertanggung jawab untuk sintesis ergosterol, yang
merupakan sterol utama membran sel jamur. Pada konsentrasi tinggi, azol menyebabkan K+ dan
komponen lain bocor keluar dari sel jamur.

Penggolongan Obat Jamur

Penggolongan obat jamur dapat dilakukan berdasarkan golongan obat tersebut dan mekanisme
kerja obat jamur itu sendiri.
Obat jamur golongan Polyene, obat jamur kelompok polyene bekerja dengan cara mengikat
sterol dalam membran sel jamur. contohnya adalah nistatin, candicin dan rimocidin.

Obat jamur golongan Azoles, Anti jamur kelompok azole merupakan obat jamur yang paling
banyak digunakan di indonesia, obat jamur golongan azoles bekerja dengan cara menghambat -
lanosterol 14 demethylase. contoh obat jamur golongan azoles adalah ketokonazole, mikonazole,
dan flukonazole.

obat jamur golongan Allylamines, bekerja dengan menghambat epoxidase squalene. contohnya
adalah terbinafine

Obat jamur golongan Echinocandins, bekerja dengan menghambat sistesa glukan dalam
dinding sel. contoh obat jamur golongan echinocandins adalah caspofugin.

selain kelompok diatas masih ada beberapa kelompok obat jamur minor lainnya seperti
griseofulvin, asam benzoat dan masih banyak lagi.

Dari segi terapeutik infeksi jamur pada manusia dapat dibedakan atas ingeksi sistemik,
dermatofit dan mukokutan. Infeksi sistemik dapat lagi dibagi atas :

1. Infeksi dalam (internal) seperti :


Aspergilosis,Blastomikosis,Koksidiodomikosis,Kriptokokosis,Histoplasmosis,
Mukormikosis,Parakoksidiodomikosis,Kandidiasis.
2. Infeksi subkutan, misalnya : Kromomikosis,Misetoma,Sporotrikosis

Infeksi dermatofit disebabkan oleh tricophyton, epidermophyton dan microsporum yang


menyerang kulit, rambut dan kuku.

Infeksi mukokutan disebabkan oleh kandida, menyerang mukosa dan daerah lipatan kulit yang
lembab. Kandidiasis mukokutan dalam keadaan kronis umumnya mengenai mukosa kulit dan
kuku. Dasar farmakologis dari pengobatan infeksi jamur belum sepenuhnya dimengerti. Secara
umum infeksi jamur dibedakan atas infeksi jamur sistemik dan infeksi jamur topikal
(dermatofit dan mukokutan). Dalam pengobatan beberapa anti jamur (imidazol, triazol dan
antibiotik polien) dapat digunakan untuk kedua bentuk infeksi tersebut.
Ada beberapa jenis obat-obatan antijamur :

a. Antijamur cream
Digunakan untuk mengobati infeksi jamur pada kulit dan vagina. Antara lain :
ketoconazole, fenticonazole, miconazole, sulconazole, dan tioconazole.
b. Antijamur peroral
Amphotericin dan nystatin dalam bentuk cairan dan lozenges. Obat-obatan ini tidak
terserap melalui usus ke dalam tubuh. Obat tersebut digunakan untuk mengobati infeksi
Candida (guam) pada mulut dan tenggorokan. Itraconazole, fluconazole, ketoconazole,
dan griseofulvin dalam bentuk tablet yang diserap ke dalam tubuh. Digunakan untuk
mengobati berbagai infeksi jamur. Penggunaannya tergantung pada jenis infeksi yang
ada. Example : Terbinafine umumnya digunakan untuk mengobati infeksi kuku yang
biasanya disebabkan oleh jenis jamur tinea. Fluconazole umumnya digunakan untuk
mengobati jamur Vaginal. Juga dapat digunakan untuk mengobati berbagai macam
infeksi jamur pada tubuh.
c. Antijamur injeksi
Amphotericin, flucytosine, itraconazole, voriconazole dan caspofungin adalah obat-
obatan anti jamur yang sering digunakan dalam injeksi.

Infeksi jamur dapat dibagi menjadi dua yaitu :


1. Anti Jamur Untuk Infeksi Sistemik pada paru-paru atau sistem syaraf pusat
a. Amfoterisin B (golongan polyene)
Amfoterisin A dan B merupakan hasil fermentasi streptomyces nodosus.

Mekanisme Kerja : Amfoterisin B berikatan kuat dengan sterol yang terdapat


pada membran sel jamur sehingga membran sel bocor dan kehilangan beberapa
bahan intrasel dan menyebabkan kerusakan yang tetap pada sel. Salah satu
penyebab efek toksik yang ditimbulkan disebabkan oleh pengikatan kolesterol
pada membran sel hewan dan manusia. Resistensi terhadap amfoterisin B
mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan reseptor sterol pada membran sel.

Farmakokinetik
Absorbsi : Sedikit sekali diserap melalui saluran cerna. Waktu paruh kira-kira
24-48 jam pada dosis awal yang diikuti oleh eliminasi fase kedua dengan waktu
paruh kira-kira 15 hari, sehingga kadar mantapnya akan tercapai setelah beberapa
bulan setelah pemberian. Ekskresi : obat ini melalui ginjal berlangsung lambat
sekali, hanya 3 % dari jumlah yang diberikan.

Efek samping
Infus : kulit panas, keringatan, sakit kepala, demam, menggigil, lesu,
anoreksia, nyeri otot, flebitis, kejang dan penurunan faal ginjal.
50% penderita yang mendapat dosis awal secara IV akan mengalami
demam dan menggigil.
Flebitis (-) menambahkan heparin 1000 unit ke dalam infus.
Asidosis tubuler ringan dan hipokalemia sering dijumpai pemberian
kalium.
Efek toksik terhadap ginjal dapat ditekan bila amfoterisin B diberikan
bersama flusitosin.

Indikasi : Untuk pengobatan infeksi jamur seperti koksidioidomikosis,


aspergilosis, kromoblastomikosis dan kandidosis. Amfoterisin B
merupakan obat terpilih untuk blastomikosis. Amfoterisin B secara
topikal efektif terhadap keratitis mikotik.

Sediaan : Amfoterisin B injeksi tersedia dalam vial yang mengandung 50 mg


bubuk

Dosis : Pada umumnya dimulai dengan dosis yang kecil (kurang dari 0,25
mg/kgBB) yang dilarutkan dalam dekstrose 5 % dan ditingkatkan
bertahap sampai 0,4-0,6 mg/kgBB sebagai dosis pemeliharaan. Secara
umum dosis 0,3-0,5 mg/kgBB cukup efektif untuk berbagai infeksi
jamur, pemberian dilakukan selama 6 minggu dan bila perlu dapat
dilanjutkan sampai 3-4 bulan.

Nama Dagang : fungicid

Nama Generik : Amfoterisin

b. Flusitosin
Flucytosine (5-fluorocytosine) adalah primidin sintetis yang telah mengalami
fluorinasi.

Mekanisme kerja
Flusitosin masuk ke dalam sel jamur dengan bantuan sitosin deaminase dan dalam
sitoplasma akan bergabung dengan RNA setelah mengalami deaminasi menjadi 5-
Fluorourasil. Sintesis protein sel jamur terganggu akibat penghambatan langsung
sintesis DNA oleh metabolit fluorourasil.

Farmakokinetik
Absorbsi : Diserap dengan cepat dan baik melalui saluran cerna. Pemberian
bersama makanan memperlambat penyerapan tapi jumlah yang diserap tidak
berkurang. Penyerapan juga diperlambat pada pemberian bersama suspensi
alumunium hidroksida/magnesium hidroksida dan dengan neomisin.
Distribusi: Didistribusikan dengan baik ke seluruh jaringan dengan volume
distribusi mendekati total cairan tubuh.

Ekskresi : 90% flusitosin akan dikeluarkan bersama melalui filtrasi glomerulu


dalam bentuk utuh, kadar dalam urin berkisar antara 200-500g/ml. Kadar puncak
dalam darah setelah pemberian per-oral dicapai 1-2 jam. Kadar ini lebih tinggi
pada penderita infusiensi ginjal.

Masa paruh obat ini dalam serum pada orang normal antara 2,4-4.8 jam dan
sedikit memanjang pada bayi prematur tetapi dapat sangat memanjang pada
penderita insufisiensi ginjal.

Efek samping : Dapat menimbulkan anemia, leukopenia, dan trombositopenia,


terutama pada penderita dengan kelainan hematologik, yang sedang mendapat
pengobatan radiasi atau obat yang menekan fungsi tulang, dan penderita dengan
riwayat pemakaian obat tersebut. Mual,muntah, diare dan enterokolitis yang
hebat. Kira-kira 5% penderita mengalami peninggian enzim SGPT dan SGOT,
hepatomegali. Terjadi sakit kepala, kebingungan, pusing, mengantuk dan
halusinasi.
Indikasi : Infeksi sistemik, karena selain kurang toksik obat ini dapat diberikan
per oral. Penggunaannya sebagai obat tunggal hanya diindikasikan pada
kromoblastomikosis.

Sediaan dan dosis : Flusitosin tersedia dalam bentuk kapsul 250 dan 500 mg
Dosis yang biasanya digunakan ialah 50-150 mg/kgBB sehari yang dibagi dalam
4 dosis.
Nama Generik : flucytosine

c. Ketokonazol (golongan azole)


Mekanisme kerja : Seperti azole jenis yang lain, ketoconazole berinterferensi
dengan biosintesis ergosterol, sehingga menyebabkan perubahan sejumlah fungsi
sel yang berhubungan dengan membran.

Farmakokinetik
Absorbsi : Diserap baik melalui saluran cerna dan menghasilkan kadar plasma
yang cukup untuk menekan aktivitas berbagai jenis jamur. Penyerapan melalui
saluran cerna akan berkurang pada penderita dengan pH lambung yang
tinggi,pada pemberian bersama antasid.
Distribusi : Ketokonazol setelah diserap belum banyak diketahui.
Ekskresi : Diduga ketokonazol diekskresikan bersama cairan empedu ke lumen
usus dan hanya sebagian kecil saja yang dikeluarkan bersama urin, semuanya
dalam bentuk metabolit yang tidak aktif.

Efek samping : Efek toksik lebih ringan daripada Amfoterisin B. Mual dan
muntah merupakan ESO paling sering dijumpai. ESO jarang : sakit kepala,
vertigo, nyeri epigastrik, fotofobia, parestesia, gusi berdarah, erupsi kulit, dan
trombositopenia.

Indikasi : Ketokonazol terutama efektif untuk histoplasmosis paru, tulang, sendi


dan jaringan lemak. Kehamilan dan laktasi : Obat ini sebaiknya tidak diberikan
pada wanita hamil karena pada tikus, dosis 80mg/kgBB/hari menimbulkan cacat
pada jari hewan coba tersebut.
Nama Generik : ketoconazole
Nama Dagang : Formyco, Fungasol, Interzol, Mycoral, Profungal

d. Itrakonazol (golongan azole)


Mekanisme kerja : Seperti halnya azole yang lain, itraconazole berinterferensi
dengan enzim yang dipengaruhi oleh cytochrome P-450, 14(-demethylase.
Interferensi ini menyebabkan akumulasi 14-methylsterol dan menguraikan
ergosterol di dalam sel-sel jamur dan kemudian mengganti sejumlah fungsi sel
yang berhubungan dengan membran.

Farmakokinetik : Itrakonazol akan diserap lebih sempurna melalui saluran


cerna, bila diberikan bersama dengan makanan. Dosis 100 mg/hari selama 15 hari
akan menghasilkan kadar puncak sebesar 0,5 g/ml. Waktu paruh eliminasi obat
ini 36 jam (setelah 15 hari pemakaian).

Efek samping : Kemerahan,pruritus,lesu,pusing,edema,parestesia 10-15%


penderita mengeluh mual atau muntah tapi pengobatan tidak perlu
dihentikan.

Indikasi : Itrakonazol memberikan hasil memuaskan untuk indikasi yang sama


dengan ketokonazol antara lain terhadap blastomikosis, histoplasmosis,
koksidiodimikosis, parakoksidioidomikosis, kandidiasis mulut dan tenggorokan
serta tinea versikolor.

Sediaan dan dosis


Itrakonazol tersedia dalam kapsul 100 mg.
Untuk dermatofitosis diberikan dosis 1 x 100mg/hari selama 2-8 minggu
Kandidiasis vaginal diobati dengan dosis 1 x 200 mg/hari selama 3 hari.
Pitiriasis versikolor memerlukan dosis 1 x 200 mg/hari selama 5 hari.
Infeksi berat mungkin memerlukan dosis hingga 400 mg sehari.

Nama Dagang : Sporanox, Sporacid, Furolnox, Zolgat

Nama Generik : Itraconazole

e. Flukonazol ( golongan azole)


Farmakokinetik : Obat ini diserap sempurna melalui saluran cerna tanpa
dipengaruhi adanya makanan ataupun keasaman lambung. Kadar puncak 4-8 g
dicapai setelah beberapa kali pemberian 100 mg. Waktu paruh eliminasi 25 jam
sedangkan ekskresi melalui ginjal melebihi 90% bersihan ginjal.
Efek samping : Gangguan saluran cerna merupakan ESO paling banyak. Reaksi
alergi pada kulit, eosinofilia, sindrom stevensJohnson.
Indikasi : Flukonazol dapat mencegah relaps meningitis oleh kriptokokus pada
penderita AIDS setelah pengobatan dengan Amfoterisin B. Obat ini juga efektif
untuk pengobatan kandidiasis mulut dan tenggorokan pada penderita AIDS.
Sediaan dan dosis
Flukonazol tersedia untuk pemakaian per oral dalam kapsul yang
mengandung 50 dan 150mg.
Dosis yang disarankan 100-400 mg per hari.
Kandisiasis vaginal dapat diobati dengan dosis tunggal 150 mg.

Nama Dagang : Diflucan, Cryptal, Cancid, Govazol, Flucoral


Nama Dagang : fluconazole

f. Kaspofungin (golongan Echinocandins)


Asal dan kimia : Kaspofungin adalah anti jamur sistemik dari suatu kelas baru
yang disebut ekinokandin obat ini bekerja dengan menghambat sintesis beta (1,3)
D-glukan, suatu komponen esensial yang membentuk dinding sel jamur.
Kaspofungin di indikasikan untuk infeksi jamur sebagai berikut :
1. Kandidiasis infasif, termasuk kandidemia pada pasien neotropenia atau non
neutropenia
2. Kandidiasi esophagus
3. Kandidiasis orofaring
4. Aspergiolosis infasif yang sudah refrakter terhadap antijamur lainnya.

Efek samping : demam, mual, muntah, flusing, dan pruritus karena lepasnya
histamin

Indikasi : Untuk pasien dewasa, obat ini diberikan pada hari pertama dengan
dosis tunggal 70 mg IV. Bila dilanjutkan dengan dosis tunggal 50 mg sehari pada
hari-hari berikutnya. Pengurangan dosis tidak diperlukan pada pasien dengan
insufisiensi ginjal atau pasien berusia lanjut. Pengobatan umumnya diberikan
selama 14 hari. Keamanan obat ini belum diketahui pada wanita hamil dan anak
berumur kurang dari 18 tahun.
Nama Generik : caspofungin

g. Terbinafin (golongan illalamin)


Asal dan kimia : Terbinafin merupakan suatu derifat alilamin sintetik dengan
struktur mirip naftitin obat ini digunakan untuk terapi dermatofitosis terutama
onikomikosis.

Farmakokinetik : Terbinafin diserap baik melalui saluran cerna tetapi


bioavailabilitasnya oralnya hanya 40% karena mengalami metabolisme lintas
pertama dihati. Terbinafin tidak aktif dan diekskresika di urin. Terbinafin tidak
boleh diberikan untuk pasien azotemia tau gagal hati karena dapat terjadi
peningkatan terbinafin yang sulit diperkirakan.

Aktifitas anti jamur : Terbinafin bersifat keratofilik dan fungisidal. Obat ini
mempengaruhi biosintesis ergosterol dinding sel jamur melalui penghambatan
enzim skualen epoksidase pada jamur dan bukan melalui penghambatan enzim
sitokrom P450.

Efek samping : gangguan saluran cerna,sakit kepala,atau rash.

2. Antijamur untuk infeksi dermatofit dan mukokutan


a. Griseofulvin
Griseofulvin adalah antibiotik anti jamur yang dihasilkan oleh sejumlah spesies
Penicillium dan pertama kali diperkenalkan adalah berbentuk obat oral yang
diperuntukkan bagi pengobatan penyakit dermatophytosis.

Mekanisme Kerja : kelompok obat fungistatis yang mengikat protein-potein


mikrotubular dan berperan untuk menghambat mitosis sel jamur. Selain itu,
griseofulvin juga inhibitor (penghambat) bagi sintensis asam nukleat.

Farmakokinetik : Griseofulvin kurang baik penyerapannya pada saluran cerna


bagian atas karena obat ini tidak larut dalam air. Penyerapan lebih mudah bila
griseofulvin diberikan bersama makanan berlemak. Dosis oral 0.5 hanya akan
menghasilkan kadar puncak dalam plasma kira-kira 1 g/ml setelah 4 jam. Obat
ini mengalami metabolisme di hati dan metabolit utamanya adalah 6-
metilgriseofulvin. Waktu paruh obat ini kira-kira 24 jam, 50% dari dosis oral yang
diberikan dikeluarkan bersama urin dalam bentuk metabolit selama 5 hari.
Efek samping : Leukopenia dan granulositopenia akan menghilang bila terapi
dilanjutkan. Sakit kepala merupakan keluhan utama pada kira-kira 15% penderita
yang biasanya hilang sendiri sekalipun pemakaian obat dilanjutkan. Artralgia,
neuritis perifer, demam, pandangan mengabur, insomnia, berkurangnya
kecakapan, pusing dan sinkop, pada saluran cerna dapat terjadi rasa kering mulut,
mual, muntah, diare dan flatulensi. Pada kulit dapat terjadi urtikaria, reaksi
fotosensitivitas, eritema multiform, vesikula dan erupsi menyerupai morbili.

Indikasi
Efektif untuk infeksi jamur di kulit, rambut, dan kuku yang disebabkan oleh jamur
Microsporum, Tricophyton, dan Epidermophyton.

Kontaindikasi : Griseofulvin bersifat kontraindikasi pada pasien penderita


penyakit liver karena obat ini menyebabkan kerusakan fungsi hati

Sediaan dan dosis


Griseofulvin tersedia dalam bentuk tablet berisi 125 dan 500 mg dan suspesi
mengandung 125 mg/ml. Pada anak griseofulvin diberikan 10 mg/kgBB/hari
Untuk dewasa 500-1000 mg/hari dalam dosis tunggal. Hasil memuaskan akan
tercapai bila dosis yang diberikan dibagi empat dan diberikan setiap 6 jam.
Nama Dagang : Fulcin, Fungistop, Griseofort, Mycostop, Grivin

b. Imidazol dan Triazol


Anti jamur golongan imidazol mempunyai spektrum yang luas. Yang termasuk
kelompok ini ialah mikonazol, klotrimazol, ekonazol, isokonazol, tiokonazol, dan
bifonazol.
Mikonazol
Mikonazol merupakan turunan imidazol sintetik yang relatif stabil,
mempunyai spektrum ani jamur yang lebar baik terhadap jamur sistemik
maupun jamur dermatofit.
Mekanisme Kerja : Mikonazol menghambat sintesis ergosterol yang
menyebabkan permeabilitas membran sel jamur meningkat.

Farmakokinetik
- Daya absorbsi Miconazole melalui pengobatan oral kurang baik..
- Miconazole sangat terikat oleh protein di dalam serum.
Konsentrasi di dalam CSF tidak begitu banyak, tetapi mampu
melakukan penetrasi yang baik ke dalam peritoneal dan cairan
persendian.
- Kurang dari 1% dosis parenteral diekskresi di dalam urin dengan
komposisi yang tidak berubah, namun 40% dari total dosis oral
dieliminasi melalui kotoran dengan komposisi yang tidak berubah
pula.
- Miconazole dimetabolisme oleh liver dan metabolitnya diekskresi
di dalam usus dan urin. Tidak satupun dari metabolit yang
dihasilkan bersifat aktif

Indikasi : Diindikasikan untuk dermatofitosis, tinea versikolor, dan


kandidiasis mukokutan. Krem 2 % untuk penggunaan intravaginal
diberikan sekali sehari pada malam hari untuk mendapatkan retensi selama
7 hari. Gel 2% tersedia pula untuk kandidiasis oral.

Efek samping : Berupa iritasi dan rasa terbakar dan maserasi memerlukan
penghentian terapi.

Sediaan dan dosis : Obat ini tersedia dalam bentuk krem 2% dan bedak
tabur yang digunakan 2 kali sehari selama 2-4 minggu.

Nama Dagang : Desenex,fungoid,vusion,micatin

Nama Generik : Miconazole

Klotrimazol
Clotrimazoe adalah obat yang digunakan untuk mengobati berbagai
infeksi jamur, seperti infeksi jamur pada vagina, tenggorokan, sariawan,
serta panu dan kurap. Klotrimazol berbentuk bubuk tidak berwarna yang
praktis tidak larut dalam air, larut dalam alcohol dan kloroform, sedikit
larut dalam eter. Klotrimazol mempunyai efek anti jamur dan antibakteri
dengan mekanisme kerja mirip mikonazol dan secara topical digunakan
untuk pengobatan tinea pedis, kruris dan korporis yang disebabkan oleh T.
rubrum, dan juga untuk infeksi kulit dan vulvovaginitis yang disebabkan
oleh C, albicanns.Obat ini tersedia dalam bentuk cream dan larutan
dengan kadar 1% untuk dioleskan 2x sehari. cream vaginal 1% atu tablet
vaginal 100 mg digunakan sekali sehari pada malam hari selama 7 hari.
tau tablet vaginal 500 mg, dosis tunggal pada pemakaian topical dapat
terjadi rasa terbakar, eritema, edema, gatal dan urtikaria.
Indikasi : Clotrimazole digunakan untuk mengobati infeksi jamur
terutama kandidiasis dan trikomoniasis.
Sediaan topikal seperti cream lebih banyak digunakan untuk infeksi jamur
pada kulit seperti jamur pada sela-sela jari kaki (athletes foot), jamur pada
kuku (onkomikosis), jamur pada lipatan kulit, lipatan paha, kulit kepala,
jamur pada tubuh (panu dan kadas). Untuk kandidiasis vulvovaginal
(infeksi jamur), sediaan tablet vagina atau cream digunakan dengan cara
dimasukkan ke dalam vagina, misalnya untuk mengobati infeksi
leukore/keputihan. Sediaan troche atau lozenge (tablet hisap) digunakan
untuk kandidiasis orofaringeal (oral thrush) atau profilaksis terhadap
sariawan pada pasien neutropenia.

Efek Samping :
Efek samping sediaan oral (tablet hisap/lozenge) misalnya mual, muntah,
gatal, sensasi tidak menyenangkan pada mulut dan pruritus.
Penggunaan sediaan oral juga dilaporkan menyebabkan terjadinya hasil tes
fungsi hati yang abnormal. Tingkat SGOT tinggi dilaporkan terjadi pada
sekitar 15% pasien dalam uji klinis.
Efek samping sediaan cream, suppositoria atau tablet vagina misalnya
sensasi terbakar pada vagina, poliuria, gatal vulva, nyeri, dan edema.
Sediaan cream dan supositoria mengandung minyak yang dapat
melemahkan kondom lateks dan diafragma.
Sediaan cream yang digunakan pada kulit umumnya mempunyai efek
samping seperti rasa panas, eritema, edema, gatal, rasa seperti terbakar,
pedih, urtikaria, dan kejadian iritasi umum lain.
Nama Dagang : Candazole,bernesten,baycuten N,candacort
cream,canasten cream,fungiderm cream,
Nama Generik : Clotrimazole
c. Tolnaftat dan Tolsiklat
Tolnaftat adalah suatu tiokarbamat yang efektif untuk pengobatan sebagain
besar dermatofitosis tapi tidak efektif terhadap kandida. Tolnaftat tersedia
dalam bentuk cream, gel, bubuk, caira aerosol atau larutan topical dengan
kadar 1%. Digunakan local 2-3 kali sehari. Rasa gatal akan hilang dalam 24-
72 jam. lesi interdigital oleh jamur yang rentan dapat sembuh antara 7-21 hari.
pada lesi dengan hyperkeratosis, toinaftat sebaiknya diberikan bergantian
dengan salep asam salisilat 10%.
Tolsiklat merupakan anti jamur topical yang diturunkan dari tiokarbamat.
Namun karena spektrumnya yang sempit, anti jamur ini tidak banyak
digunakan lagi.

d. Nistatin (Golongan Polyene)


Indikasi utama untuk Candida albicans ; Kandidiasis kulit, selaput lendir,
& saluran cerna
Absorbsi : Nistatin hanya sedikit sekali diabsorbsi pada saluran cerna,
pada dosis yang dianjurkan tidak akan terdeteksi dalam darah, hampir
seluruhnya dieksresi melalui feses dalam bentuk tidak diubah. Bila
diberikan parenteral sering menimbulkan efek samping.
Dosis : Sediaan NistatinDosis unit
Tablet vaginal 100.000 unit/tab
Untuk Kandidiasis vaginal dewasa 1-2 x sehari14 hari
o Tablet oral 500.000 unit/tab
Untuk Kandidiasis mulut & esofagus dewasa 3-4 x sehari
o Suspensi/tetes oral 100.000 unit/ml (Candistin)

Terapi kandidiasis pada rongga mulut


Bayi (1-2 ml), Dewasa (1-6 ml) ditetes dalam mulut dan ditahan beberapa
waktu sebelum ditelan (4 x sehari)
Untuk Kandidiasis kulit 2-3 x sehari
o Vagistin Ovula (Metronidazol 500 mg + Nistatin 100.000 UI) untuk
infeksi campuran Trichomonas vaginalis & Candidida albicans
- Tidak dianjurkan pada ibu menyusui, bila memerlukan pengobatan
sebaiknya hentikan pemberian ASI selama menyusui
- Penggunaan pada wanita hamil hanya jika benar-benar diperlukan
- Dosis tunggal Metronidazol 2 g masing-masing 1 g pagi dan malam
atau 250 g 3 x sehari (7 hari)
Nama Dagang : Candistatin Suspensi, Decastatin tab, Flagystatin suppo

Anda mungkin juga menyukai