PTK Pai
PTK Pai
PTK Pai
3 Comments
SD
OLEH
…….
NIP: ….
PEMERINTAHAN ….
DINAS PENDIDIKAN
….
….
2005
LEMBAR PENGESAHAN
…….. ….
NIP : …. NIP: ….
Mengetahui
Kepala …
….
…..
NIP: ….
Karya Tulis Ilmiah hasil penelitian tindakan kelas yang berjudul “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar
Pendidikan Agama Islam Dengan Menerapkan Model Pembelajaran PAKEM Pada Siswa Kelas … ini telah
disetujui dan disahkan untuk diajukan sebagai bahan penilaian kenaikan pangkat.
Ketua PGRI
Kabupaten …
……
NPA. ….
Karya Tulis Ilmiah hasil penelitian tindakan kelas yang berjudul “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar
Pendidikan Agama Islam Dengan Menerapkan Model Pembelajaran PAKEM Pada Siswa Kelas … ini telah
disetujui dan disahkan untuk diajukan sebagai bahan penilaian kenaikan pangkat.
Kabupaten …
……
NPA. ….
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang selalu melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penyusunan karya ilmiah ini dapat terselesaikan pada waktunya.
Karya ilmiah yang berjudul “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Dengan
Menerapkan Model Pembelajaran PAKEM Pada Siswa Kelas … ini, disusun untuk memenuhi persyaratan
kenaikan golongan profesi guru dari IV/a ke IV/b.
Dalam penyusunan dan penyelesaian karya ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
4. Semua pihak yang telah banyak membantu sehingga penulisan ini selesai
Peneliti menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat peneliti harapkan demi kesempurnaan penelitian ini dan demi penelitian yang
akan datang.
…, Mei 2005
Peneliti
ABSTRAK
…, 2005. Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Dengan Menerapkan Model Pembelajaran
PAKEM Pada Siswa Kelas …
Keberhasilan proses belajar mengajar di dalam kelas sangat ditentukan oleh strategi pembelajaran,
bagaimanapun lengkap dan jelasnya komponen lain, tanpa diimplementasikan melalui strategi yang tepat,
maka komponen-komponen tersebut tidak akan memiliki makna dalam proses pencapaian tujuan. Oleh karena
itu setiap akan mengajar guru diharuskan untuk menerapkan strategi atau metode tertentu dalam pelaksanaan
pembelajaran.
Penelitian ini berdasarkan permasalahan: (a) Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar Pendidikan
Agama Islam dengan diterapkannya model pembelajaran PAKEM? (b) Bagaimanakah pengaruh Model
pembelajaran PAKEM terhadap motivasi belajar siswa?
Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah: (a) Ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa
setelah diterapkannya strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir, (b) Ingin mengetahui pengaruh
motivasi belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran PAKEM.
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak tiga putaran. Setiap putaran
terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi, dan refisi. Sasaran penelitian ini
adalah siswa kelas … Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi kegiatan belajar
mengajar.
Dari hasil analis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai
siklus III yaitu, siklus I (68,00%), siklus II (80,00%), siklus III (92,00%).
Simpulan dari penelitian ini adalah model pembelajaran PAKEM dapat berpengaruh positif terhadap
motivasi belajar siswa …. , serta model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif
pembelajaran PAI.
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman
Judul ..........................................................................................................
Lembar Pengesahan ..................................................................................................
Abstrak .....................................................................................................................
B. Pembahasan .............................................................................
A. Simpulan ..................................................................................
B. Saran ........................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
BAB I
PENDAHULUAN
anak didiklah yang menggerakannya. Interaksi yang bertujuan itu disebabkan gurulah yang memaknainya
dengan menciptakan lingkungan yang bernilai edukatif demi kepentingan anak didik dalam belajar. Guru ingin
memberikan layanan yang terbaik bagi anak didik, dengan menyediakan lingkungan yang menyenangkan dan
menggairahkan. Guru berusaha menjadi pembimbing yang baik dengan peranan yang arif dan bijaksana,
sehingga tercipta hubungan dua arah yang harmonis antara guru dengan anak didik.
Ketika kegiatan belajar itu berproses, guru harus dengan ikhlas dalam bersikap dan berbuat, serta mau
memahami anak didiknya dengan segala konsekuensinya. Semua kendala yang terjadi dan dapat menjadi
penghambat jalannya proses belajar mengajar, baik yang berpangkal dari perilaku anak didik maupun yang
bersumber dari luar anak didik, harus guru hilangkan, dan bukan membiarkannya. Karena keberhasilan belajar
sembarangan yang bisa merugikan anak didik. Pandangan guru terhadap anak didik akan menentukan sikap
dan perbuatan. Setiap guru tidak selalu mempunyai pandangan yang sama dalam menilai anak didik. Hal ini
Guru yang memandang anak didik sebagai pribadi yang berbeda dengan anak didik lainnya akan
berbeda dengan guru yang memandang anak didik sebagai makhluk yang sama dan tidak ada perbedaan
dalam segala hal. Maka adalah penting meluruskan pandangan yang keliru dalam menilai anak didik.
Sebaiknya guru memandang anak didik sebagai individu dengan segala perbedaannya, sehingga mudah
Kualitas pembelajaran ditentukan oleh interaksi komponen-komponen dalam sistemnya. Yaitu tujuan,
bahan ajar (materi), anak didik, sarana, media, metode, partisipasi masyarakat, performance sekolah, dan
evaluasi pembelajaran (Moh, Shochib, 1998). Performance sekolah, dan evaluasi pembelajaran (Moh,
Shochib, 1998). Optimalisasi komponen ini, menentukan kualitas (proses dan produk) pembelajaran. Upaya
yang dapat dilakukan oleh pendidik adalah melakukan analisis tentang karakteristik setiap komponen dan
mensinkronisasikan sehingga ditemukan konsistensi dan keserasian di antaranya untuk tercapainya tujuan
pembelajaran. Karena pembelajaran mulai dari perencana, pelaksanaan dan evaluasinya senantiasa merujuk
pada tujuan yang diharapkan untuk dikuasai atau dimiliki oleh anak didik baik instructional effect (sesuai
dengan tujuan yang dirancang) maupun nurturrant effect (dampak pengiring) (Moch. Shochib: 1999).
Realisasi pencapaian tujuan tersebut, terdapat kegiatan interaksi belajar mengajar terutama yang terjadi
di kelas. Dengan demikian, kegiatannya adalah bagaimana terjadi hubungan antara guru/bahan ajar yang
didesain dan dengan anak didik. Interaksi ini merupakan proses komunikasi penyampaian pesan
pembelajaran. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Arief S Sadiman yang menyatakan proses belajar
mengajar pada hakekatnya adalah proses interaksi yaitu proses penyampaian pesan melalui saluran
Sejalan dengan inovasi pembelajaran akhir-akhir ini termasuk di Sekolah Dasar, yaitu: PAKEM.
Interaksi belajar mengajarnya menuntut anak didik untuk aktif, kreatif dan senang yang melibatkan secara
optimal mental dan fisik mereka. Tingkat keaktifan, kreatifitas, dan kesenangan mereka dalam belajar
merupakan rentangan kontinum dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi. Tetapi idealnya pada
kontinum yang tertinggi baik pelibatan aspek mental maupun fisik anak didik. Oleh karena itu, interaksi belajar
(1) Berbuat
Dengan demikian, interaksi belajar mengajar idealnya mampu membelajarkan anak didik
berdasarkan problem based learning, authentic instruction, inquiry based learning, project based learning,
service learning, and cooperative learning. Pola interaksi yang mampu mengemas hal tersebut dapat
Dengan interaksi pembelajaran reflektif dapat membuat anak didik untuk menjadikan hasil belajar
sebagai referensi refleksi kritis tentang dampak ilmu pengetahuan dan teknologi terhadap masyarakat;
mengasah kepedulian sosial, mengasah hati nurani, dan bertanggungjawab terhadap karirnya kelak.
Kemampuan ini dimiliki anak didik, karena dengan pola interaksi pembelajaran tersebut, dapat membuat anak
didik aktif dalam berfikir (mind-on), aktif dalam berbuat (hand-on), mengembangkan kemampuan bertanya,
Agar hasil ini dapat optimal, guru dituntut untuk mengubah peran dan fungsinya menjadi fasilitator,
mediator, mitra belajar anak didik, dan evaluator. Ini berarti, guru harus menciptakan interaksi pembelajaran
yang demokratis dan dialogis antara guru dengan anak didik, dan anak didik dengan anak didik (Moh. Shochib:
pembelajaran lingking (link and math atau life skill) dan delinking (pemutusan lingkungan negatif), diversifikasi
kurikulum, pembelajaran kontekstual, kurikulum berbasis kompetensi, dan otonomi pendidikan pada tingkat
sekolah taman kanak-kanak dengan manajemen berbasis sekolah, dan bertujuan untuk mengupayakan
fondasi dan mengembangkan anak untuk memiliki kemampuan yang utuh yang disebut: Pendidikan Anak
Seutuhnya (PAS).
Pada dasarnya dalam kehidupan suatu bangsa, faktor pendidikan mempunyai peranan yang sangat
penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan hidup bangsa tersebut. Secara langsung maupun
tidak langsung pendidikan adalah suatu usaha sadar dalam menyiapkan pertumbuhan dan perkembangan
anak melalui kegiatan, bimbingan, pengajaran dan pelatihan bagi kehidupan dimasa yang akan datang.
Tentunya hal ini merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, anggota masyarakat dan orang tua.
Untuk mencapai keberhasilan ini perlu dukungan dan partisipasi aktif yang bersifat terus menerus dari semua
pihak.
Guru mengemban tugas yang berat untuk tercapainya tujuan pendidikan nasional yaitu meningkatkan
kualitas manusia Indonesia, manusia seutuhnya yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas
dan terampil serta sehat jasmani dan rohani, juga harus mampu menumbuhkan dan memperdalam rasa cinta
terhadap tanah air, mempertebal semangat kebangsaan dan rasa kesetiakawanan sosial. Sejalan dengan itu
pendidikan nasional akan mampu mewujudkan manusia-manusia pembangunan dan membangun dirinya
Berhasilnya tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor diantaranya adalah faktor guru dalam
melaksanakan proses belajar mengajar, karena guru secara langsung dapat mempengaruhi, membina dan
meningkatkan kecerdasan serta keterampilan siswa. Untuk mengatasi permasalahan di atas dan guna
mencapai tujuan pendidikan secara maksimal, peran guru sangat penting dan diharapkan guru mampu
menyampaikan semua mata pelajaran yang tercantum dalam proses pembelajaran secara tepat dan sesuai
Dengan menyadari kenyataan tersebut di atas, maka dalam penelitian ini penulis mengambil judul
“Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Dengan Menerapkan Model Pembelajaran
B. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang di atas maka penulis merumuskan permasalahannya sebagai berikut:
1. Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam dengan diterapkannya model
2. Bagaimanakah pengaruh model pembelajaran PAKEM terhadap motivasi belajar Pendidikan Agama Islam
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui peningkatan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam setelah diterapkannya model pembelajaran
2. Mengetahui pengaruh motivasi belajar Pendidikan Agama Islam setelah diterapkan model pembelajaran
3. Menyempurnakan pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan prestasi belajar
D. Kegunaan Penelitian
Adapun maksud penulis mengadakan penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai:
1. Menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang peranan guru Pendidikan Agama Islam dalam
3. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan metode pembelajaran yang dapat memberikan manfaat bagi
siswa.
4. Sebagai penentu kebijakan dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran
5. Menerapkan metode yang tepat sesuai dengan materi pelajaran Pendidikan Agama Islam.
berikut:
Model pembelajaran yang bertumpu pada empat prinsip yaitu: aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkat laku untuk memenuhi kebutuhan
dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk
Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor, setelah siswa mengikuti pelajaran.
F. Batasan Masalah
1. Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa kelas … tahun pelajaran …
2. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret semester genap tahun pelajaran …
3. Materi yang disampaikan adalah pokok bahasan kisah nabi Ibrahim a.s, dan nabi Ismail a.s.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Model PAKEM
Model PAKEM adalah model pembelajaran yang bertumpu pada empat prinsip, yaitu: aktif, efektif,
dan menyenangkan. Model pembelajaran ini sangat cocok untuk kurikulum 2004 berbasis kompetensi yang
senantiasa berorientasi pada aktivitas siswa (student centered learning). Model ini dapat dikembangkan secara
sederhana oleh guru dengan memperhatikan prinsip PAKEM.
Model PAKEM berorientasi pada proses dan tujuan. Orientasi proses dalam model PAKEM berusaha
untuk meningkatkan motivasi belajar. Kemandirian dan tanggung jawab dibina sejak awal. Kebersamaan dan
bekerja sama untuk mengasah emosional. Persaingan yang sehat ditumbuhkan dengan saling menghargai
satu sama lain serta menumbuhkan sikap kepemimpinan. Orientasi tujuannya adalah agar anak belajar lebih
mendalam, anak lebih kritis dan kreatif, suasana belajar menjadi bervariasi serta meningkatkan kematangan
emosional. Tidak kalah pentingnya anak siap menghadapi perubahan dan berpartisipasi dalam proses
perubahan.
Tampaknya untuk memaknai aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan masih terlalu abstrak. Beberapa
pendidik masih kabur dengan makna ini. Meskipun untuk memaknai istilah tersebut pernah didiskusikan oleh
para pendidik, namun bukan berarti makna ini sudah paten. Makna tersebut masih perlu dikembangkan lagi
sesuai dengan kondisi yang sesungguhnya. Dalam diskusi itu, dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Aktif
- Selalu mencoba
b. Kreatif
- Tidak mudah puas dengan hasil kerjanya dan selalu ingin berbuat terus
c. Efektif
d. Menyenangkan
a. Persiapan
Perubahan paradigma pembelajaran sangat terasa saat ini. Dulu guru lebih dominan dalam proses
pembelajaran atau dengan kata lain pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered learning). Saat ini
Persiapan bagi seorang guru merupakan hal yang mutlak harus dikerjakan. Tanpa persiapan guru akan
kehilangan arah dalam proses pembelajaran. Berbagai metode dengan karakter materi yang akan diajarkan
Skenario merupakan salah satu dari persiapan yang harus dibuat oleh guru. Skenario pembelajaran juga
sering disebut dengan langkah-langkah pembelajaran atau strategi pembelajaran. Dengan disusun skenario
pembelajaran, seorang guru sudah membuat format pada setiap pertemuan dengan siswa. Bukan hanya
sekedar format, melainkan guru sudah mendesain pola pembelajaran yang ideal dengan karakter materi yang
sedang diajarkan.
Asas fleksibilitas, artinya lebih lentur dalam memahami kondisi yang akan dihadapi. Seorang guru tidak bisa
kaku dalam menerapkan pola pembelajaran di kelas. Berbagai hambatan dalam proses pembelajaran akan
dihadapi. Untuk itu, berbagai alternatif terutama berbagai metode harus disiapkan. Seorang guru tidak hanya
terpaku pada satu metode yang ada. Jika hal itu sudah diantisipasi maka akan terjadi proses pembelajaran
yang mengasyikkan.
Semua memaklumi bahwa anak mempunyai perbedaan, baik perbedaan cara belajar maupun perbedaan
kecerdasan. Untuk itulah, dalam menangani anak sudah dipersiapkan cara pelayanannya. Seorang guru tidak
bisa membuat anak sama seperti gerigi sisir, tetapi disesuaikan dengan karakter dan kepribadian yang khas
yang dimiliki anak. Sebagaimana berbagai teori sudah disepakati oleh para pakar pendidikan bahwa setiap
anak mempunyai modalitas belajar atau gaya belajar yang berbeda. Modalitas belajar yang dimiliki anak ada
Modalitas belajar anak cenderung pada karakter alamiah yang dimiliki. Anak yang mempunyai gaya belajar
visual, cenderung senang dengan cara melihat, baik itu gambar maupun bagan. Anak yang mempunyai gaya
belajar auditoria, cenderung sedang denagn mendengar, sedangkan aank yang mempunyai gaya belajar
Selain perbedaan gaya belajar, anak juga mempunyai perbedaan kecerdasan. Jika selama ini orang lebih
banyak membicarakan teori yang dikembangkan oleh ahli psikologi, Alfred Bine, yaitu intelgensi tunggal yang
sering disebut intelligence quotient (IQ). Saat ini muncul teori intekgensi majemuk yang sering disebut multiple
intelligences. Teori ini dirumuskan oleh Prof. Howard Gardner. Menurut Gardner anak mempunyai delapan
natural.
Dengan berpedoman pada kenyataan bahwa murid mempunyai kelebihan serta kekurangan sendiri, jelas tidak
bijak bagi guru (terutama orang tua) untuk memaksa anak yang tidak ingin pada bidang-bidang tertentu. Orang
tua atau guru yang demikian telah bertindak di luar realitas psikologi tentang perkembangan inteligensi anak
dan mungkin lebih dipengaruhi oleh motif sendiri. Teori Gardner juga mengingatkan kita agar sejak pendidikan
usia muda, guru dan orang tua menyediakan berbagai pengalaman belajar yang merangsang berbagai minat
anak. Melalui pendekatan ini, mungkin ini pendekatan yang terbaik. Guru serta orang tua dapat mendampingi
anak di dalam mengembangkan potensi sepenuhnya dengan penuh minat dan kegembiraan.
b. Proses
Setiap anak mempunyai karakter dan keinginan yang berbeda untuk itu apa yang diinginkan siswa harus
Sumber belajar yang harus dimiliki oleh guru adalah dari sumber tangan pertama dan tangan kedua. Sumber
belajar tangan pertama, artinya sumber belajar yang langsung dialami oleh siswa, seperti pengalaman
kunjungan belajar, peristiwa yang dialami atau dilihat, situs bersejarah, nara sumber, dan lingkungan
sekitarnya. Adapun sumber belajar tangan kedua adalah sumber belajar yang sudah dihasilkan oleh orang lain,
misalnya: buku paket atau perlengkapan perpustakaan, dan media pembelajaran lainnya.
Seorang guru dalam model PAKEM tidak boleh selaku menganggap buku paket sebagai satu-satunya sumber
belajar yang lebih bervariatif, terutama sumber belajar yang dihasilkan oleh siswa dan segala yang ada di
sekitar.
3) Merangsang keberanian siswa untuk menyatakan dan menanyakan sesuatu
Guru seyogyanya menumbuhkan minat anak untuk menanyakan sesuatu atau menyatakan pengalamannya.
Semua pembelajaran berpusat pada siswa maka seorang guru bisa menggali potensi yang ada pada siswa
dengan memberikan rangsangan agar anak mempunyai keberanian dalam mengungkapkan sesuatu.
Agar anak lebih berwawasan luas, pertanyaan yang diberikan oleh guru diusahakan mampu mengembangkan
cara berpikir anak dengan pertanyaan terbuka. Dengan demikian, anak akan lebih produktif dalam
Pembelajaran yang dilakukan lebih mengarah pada pemecahan yang dihadapi oleh anak agar pembelajaran
Guru menyiapkan dan mengarahkan dalam proses pembelajaran sehingga mendapat hasil yang maksimal dari
siswa.
Kebiasaan anak-anak mempertanyakan segala hal harus dapat direspon dengan baik oleh guru. Pertanyaan
yang timbul dari anak itu didorong oleh kebutuhan psikologis alamiah, yaitu rasa ingin tahu (curiosity).
Banyaknya pertanyaan yang diajukan anak menunjukkan dinamisme dan kreativitas. Melihat gejala anak
seperti ini, seorang guru harus memberikan umpan balik seketika. Dengan demikian, akan muncul
keingintahuan yang lebih besar. Dalam kondisi seperti ini, sebenarnya sudah terjadi proses pembelajaran yang
berarti.
Sesuatu yang sangat berarti bagi seorang anak adalah ketika apa yang dikerjakan mendapat pengakuan dari
orang yang ada di sektiarnya, terutama orang-orang yang sangat dicintainya. Dalam proses pembelajaran,
siswa sering menunjukkan hasil karyanya, namun terkadang kurang mendapat penghargaan. Mungkin karena
tidak ada tempat atau mungkin dianggap kurang layak untuk diberikan penghargaan. Agar anak tumbuh
motivasi yang lebih besar, hasil karyanya dipajang di dalam kelas, apa pun bentuk karyanya.
Persaingan dan kerja sama perlu diciptakan sejak dini. Persaingan dalam hal ini mempunyai pengertian bahwa
ada perbedaan individu yang perlu dikembangkan potensinya. Setiap anak harus bisa mengembangkan
potensi yang ada pada dirinya dan guru sangat berperan untuk menggali dan mengembangkan potensi ini. Di
sisi lain harus diciptakan kerja sama yang baik. Perbedaan yang satu dengan yang lain mampu mewujudkan
Kegiatan model PAKEM haruslah bervariatif dan tidak monoton. Ada beberapa yang perlu diketahui,
misalnya:
- Melaporkan, mempresentasikan, bermain peran, membuat puisi atau hasil karya lain dan memajangkan
Jika proses model PAKEM dilaksanakan dengan benar, dengan asumsi dasar bahwa belajar merupakan
proses individual, belajar merupakan proses sosial, belajar harus menyenangkan, belajar harus selalu aktif,
dan belajar tak pernah terhenti. Dengan demikian, akan menghasilkan lulusan yang mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:
belajar mengajar yang satu sama lainnya saling berhubungan (inter independent) dalam ikatan untuk mencapai
Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi
antara individu dengan lingkungannya. Hal ini sesuai dengan yang diutarakan Burton bahwa seseorang setelah
mengalami proses akan mengalami perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuannya, keterampilannya,
maupun aspek sikapnya. Misalnya dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi mengerti. (dalam
Usman, 2000:5).
Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggungjawab moral yang cukup berat.
Mengajar pada prinsipnya membimbing siswa dalam kegiatan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam
hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan proses belajar.
Proses belajar mengajar merupakan suatu inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru
sebagai pemegang peran utama. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung
serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi
edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu
merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar (Usman, 2000:4).
Sedangkan menurut buku Pedoman Guru Pendidikan Agama Islam, proses belajar mengajar dapat
mengandung dua pengertian, yaitu rentetan kegiatan perencanaan oleh guru, pelaksanaan kegiatan sampai
Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar PAI meliputi kegiatan
yang dilakukan guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut
yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu pengajaran PAI.
C. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi
Motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu, atau keadaan
seseorang atau organisme yang menyebabkan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku atau
perbuatan. Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau
tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu
yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu (Usman, 2000:28).
Sedangkan menurut Djamarah (2002:114) motivasi adalah suatu pendorong yang mengubah energi
dalam diri seseorang ke dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam proses belajar,
motivasi sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan mungkin
melakukan aktivitas belajar. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Nur (2001:3) bahwa siswa yang
termotivasi dalam belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari
materi itu, sehingga siswa itu akan menyerap dan mengendapkan materi itu dengan lebih baik.
Jadi motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu dalam mencapai
tujuan tertentu.
2. Macam-macam Motivasi
a. Motivasi Intrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau
paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau
Sedangkan menurut Djamarah (2002:115), motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau
berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk
melakukan sesuatu.
Menurut Winata (dalam Erriniati, 1994:105) ada beberapa strategi dalam mengajar untuk membangun
3) Memberikan banyak waktu ekstra bagi siswa untuk mengerjakan tugas dan memanfaatkan sumber belajar di
sekolah
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi instrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam
individu yang berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar. Seseorang yang memiliki motivasi instrinsik dalam
dirinya maka secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya.
b. Motivasi Ekstrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan,
suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan
sesuatu atau belajar. Misalnya seseorang mau belajar karena ia disuruh oleh orang tuanya agar mendapat
Sedangkan menurut Djamarah (2002:117), motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik.
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar.
Beberapa cara membangkitkan motivasi ekstrinsik dalam menumbuhkan motivasi instrinsik antara lain:
1) Kompetisi (persaingan): guru berusaha menciptakan persaingan diantara siswanya untuk meningkatkan
prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya dan mengatasi
2) Pace Making (membuat tujuan sementara atau dekat): Pada awal kegiatan belajar mengajar guru, hendaknya
terlebih dahulu menyampaikan kepada siswa TIK yang akan dicapai sehingga dengan demikian siswa
3) Tujuan yang jelas: Motif mendorong individu untuk mencapai tujuan. Makin jelas tujuan, makin besar nilai
tujuan bagi individu yang bersangkutan dan makin besar pula motivasi dalam melakukan sesuatu perbuatan.
4) Kesempurnaan untuk sukses: Kesuksesan dapat menimbulkan rasa puas, kesenangan dan kepercayaan
terhadap diri sendiri, sedangkan kegagalan akan membawa efek yang sebaliknya. Dengan demikian, guru
hendaknya banyak memberikan kesempatan kepada anak untuk meraih sukses dengan usaha mandiri, tentu
5) Minat yang besar: Motif akan timbul jika individu memiliki minat yang besar.
6) Mengadakan penilaian atau tes. Pada umumnya semua siswa mau belajar dengan tujuan memperoleh nilai
yang baik. Hal ini terbukti dalam kenyataan bahwa banyak siswa yang tidak belajar bila tidak ada ulangan.
Akan tetapi, bila guru mengatakan bahwa lusa akan diadakan ulangan lisan, barulah siswa giat belajar dengan
menghafal agar ia mendapat nilai yang baik. Jadi, angka atau nilai itu merupakan motivasi yang kuat bagi
siswa.
Dari uraian di atas diketahui bahwa motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dari luar individu
yang berfungsinya karena adanya perangsang dari luar, misalnya adanya persaingan, untuk mencapai nilai
D. Prestasi Belajar
Belajar dapat membawa suatu perubahan pada individu yang belajar. Perubahan ini merupakan
pengalaman tingkah laku dari yang kurang baik menjadi lebih baik. Pengalaman dalam belajar merupakan
pengalaman yang dituju pada hasil yang akan dicapai siswa dalam proses belajar di sekolah. Menurut
Poerwodarminto (1991:768), prestasi belajar adalah hasil yang dicapai (dilakukan, dikerjakan), dalam hal ini
prestasi belajar merupakan hasil pekerjaan, hasil penciptaan oleh seseorang yang diperoleh dengan ketelitian
kerja serta perjuangan yang membutuhkan pikiran.
Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa prestasi belajar yang dicapai oleh siswa dengan
melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya setelah siswa itu melakukan kegiatan belajar. Pencapaian hasil
belajar tersebut dapat diketahui dengan mengadakan penilaian tes hasil belajar. Penilaian diadakan untuk
mengetahui sejauh mana siswa telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. Di samping itu
guru dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar di sekolah.
Sejalan dengan prestasi belajar, maka dapat diartikan bahwa prestasi belajar PAI adalah nilai yang
diperoleh siswa setelah melibatkan secara langsung/aktif seluruh potensi yang dimilikinya baik aspek kognitif
(pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan) dalam proses belajar mengajar.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian dilakukan untuk
memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab
menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat
dicapai.
Menurut Sukidin dkk (2002:54) ada 4 macam bentuk penelitian tindakan, yaitu: (1) penelitian tindakan
guru sebagai peneliti, (2) penelitian tindakan kolaboratif, (3) penelitian tindakan simultan terintegratif, dan (4)
Keempat bentuk penelitian tindakan di atas, ada persamaan dan perbedaannya. Menurut Oja dan
Smulyan sebagaimana dikutip oleh Kasbolah, (2000) (dalam Sukidin, dkk. 2002:55), ciri-ciri dari setiap
penelitian tergantung pada: (1) tujuan utamanya atau pada tekanannya, (2) tingkat kolaborasi antara pelaku
peneliti dan peneliti dari luar, (3) proses yang digunakan dalam melakukan penelitian, dan (4) hubungan antara
Dalam penelitian ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti, dimana guru sangat berperan sekali
dalam proses penelitian tindakan kelas. Dalam bentuk ini, tujuan utama penelitian tindakan kelas ialah untuk
meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas. Dalam kegiatan ini, guru terlibat langsung secara penuh
dalam proses perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Kehadiran pihak lain dalam penelitian ini
Penelitian ini mengacu pada perbaikan pembelajaran yang berkesinambungan. Kemmis dan Taggart
(1988:14) menyatakan bahwa model penelitian tindakan adalah berbentuk spiral. Tahapan penelitian tindakan
pada suatu siklus meliputi perencanaan atau pelaksanaan observasi dan refleksi. Siklus ini berlanjut dan akan
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan.
3. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa-siswi kelas … tahun pelajaran … pada pokok bahasan kisah nabi
Menurut pengertiannya penelitian tindakan adalah penelitian tentang hal-hal yang terjadi di masyarakat
atau sekelompok sasaran, dan hasilnya langsung dapat dikenakan pada masyarakat yang bersangkutan
(Arikunto, Suharsimi 2002:82). Ciri atau karakteristik utama dalam penelitian tindakan adalah adanya
partisipasi dan kolaborasi antara peneliti dengan anggota kelompok sasaran. Penelitian tindakan adalah satu
strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk proses pengembangan inovatif
yang dicoba sambil jalan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Dalam prosesnya pihak-pihak yang
terlibat dalam kegiatan tersebut dapat saling mendukung satu sama lain.
Sedangkan tujuan penelitian tindakan harus memenuhi beberapa prinsip sebagai berikut:
1. Permasalahan atau topik yang dipilih harus memenuhi kriteria, yaitu benar-benar nyata dan penting, menarik
perhatian dan mampu ditangani serta dalam jangkauan kewenangan peneliti untuk melakukan perubahan.
2. Kegiatan penelitian, baik intervensi maupun pengamatan yang dilakukan tidak boleh sampai mengganggu atau
3. Jenis intervensi yang dicobakan harus efektif dan efisien, artinya terpilih dengan tepat sasaran dan tidak
4. Metodologi yang digunakan harus jelas, rinci, dan terbuka, setiap langkah dari tindakan dirumuskan dengan
tegas sehingga orang yang berminat terhadap penelitian dapat mengecek setiap hipotesis dan pembuktiannya.
5. Kegiatan penelitian diharapkan dapat merupakan proses kegiatan yang berkelanjutan (on-going), mengingat
bahwa pengembangan dan perbaikan terhadap kualitas tindakan memang tidak dapat berhenti tetapi menjadi
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan
model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Arikunto, Suharsimi, 2002:83), yaitu berbentuk
spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus
meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah
pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum
masuk pada siklus I dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari
tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat
pembelajaran.
2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun
pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya pengajaran
3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang
4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rancangan yang
Observasi dibagi dalam tiga siklus, yaitu siklus 1, 2, dan seterusnya, dimana masing siklus dikenai
perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan
tes formatif di akhir masing putaran. Siklus ini berkelanjutan dan akan dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan
dan dirasa sudah cukup.
D. Analisis Data
Dalam rangka menyusun dan mengolah data yang terkumpul sehingga dapat menghasilkan suatu
kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan, maka digunakan analisis data kuantitatif dan pada metode
observasi digunakan data kualitatif. Cara penghitungan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa dalam
2. Menghitung jumlah skor yang tercapai dan prosentasenya untuk masing-masing siswa dengan
menggunakan rumus ketuntasan belajar seperti yang terdapat dalam buku petunjuk teknis penilaian
yaitu siswa dikatakan tuntas secara individual jika mendapatkan nilai minimal 65, sedangkan secara
klasikal dikatakan tuntas belajar jika jumlah siswa yang tuntas secara individu mencapai 85% yang
3. Menganalisa hasil observasi yang dilakukan oleh guru sendiri selama kegiatan belajar mengajar
berlangsung.
BAB IV
mendapat nilai 65 lebih dari atau sama dengan 85%, sedangkan seorang siswa dinyatakan tuntas belajar
pada pokok bahasan atau sub pokok bahasan tertentu jika mendapat nilai minimal 65.
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1,
soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi
pengelolaan model pembelajaran PAKEM, dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa.
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 4 Maret 2005 di Kelas
VI jumlah siswa 22 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengajar. Adapun proses belajar mengajar
mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan pembelajaran model PAKEM diperoleh
nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 70,00 dan ketuntasan belajar mencapai 68,18% atau ada 15 siswa
dari 22 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal
siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai 65 hanya sebesar 68,18% lebih kecil dari
persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa
baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan pembelajaran
model PAKEM.
c. Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai
berikut:
1) Guru kurang maksimal dalam memotivasi siswa dan dalam menyampaikan tujuan pembelajaran
d. Refisi
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih terdapat kekurangan, sehingga perlu
1) Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran.
Dimana siswa diajak untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan.
2) Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan informasi-informasi yang dirasa perlu
3) Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa sehingga siswa bisa lebih antusias.
2. Siklus II
a. Tahap perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 2,
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 11 Maret 2005 di
Kelas VI dengan jumlah siswa 22 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengajar. Adapun proses
belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga
kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi)
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes
formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut.
Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 77,73 dan ketuntasan belajar
mencapai 79,01% atau ada 17 siswa dari 22 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada
siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I.
Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena setelah guru menginformasikan bahwa setiap akhir
pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar.
Selain itu siswa juga sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan diinginkan guru dengan menerapkan
c. Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut.
1) Memotivasi siswa
3) Pengelolaan waktu
d. Revisi Rancangan
Pelaksanaan kegiatan belajar pada siklus II ini masih terdapat kekurangan-kekurangan. Maka perlu
1) Guru dalam memotivasi siswa hendaknya dapat membuat siswa lebih termotivasi selama proses belajar
mengajar berlangsung.
2) Guru harus lebih dekat dengan siswa sehingga tidak ada perasaan takut dalam diri siswa baik untuk
3) Guru harus lebih sabar dalam membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep.
4) Guru harus mendistribusikan waktu secara baik sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan sesuai
3. Siklus III
a. Tahap perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 3,
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III dilaksanakan pada tanggal 18 ….. 2005 di Kelas
… dengan jumlah siswa 22 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengajar. Adapun proses belajar
mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga kesalahan
atau kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III. Pengamatan (observasi) dilaksanakan
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III dengan tujuan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes
formatif III. Adapun data hasil penelitian pada siklus III adalah sebagai berikut.
Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar 82,73 dan dari 22 siswa telah
tuntas sebanyak 19 siswa dan 3 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal ketuntasan
belajar yang telah tercapai sebesar 86,36% (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami
peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus III ini dipengaruhi oleh
adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran model PAKEM sehingga siswa
menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi
c. Refleksi
Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam
proses belajar mengajar dengan penerapan pembelajaran model PAKEM. Dari data-data yang telah diperoleh
beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup
besar.
2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar berlangsung.
3) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi
lebih baik.
d. Revisi Pelaksanaan
Pada siklus III guru telah menerapkan pembelajaran model PAKEM dengan baik dan dilihat dari aktivitas
siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak
diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah
memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses
belajar mengajar selanjutnya penerapan model pembelajaran PAKEM dapat meningkatkan proses belajar
B. Pembahasan
1. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran model PAKEM memiliki dampak positif
dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa
terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari siklus I, II, dan III) yaitu masing-
masing 68,18%, 79,01%, dan 86,36%. Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar dengan menerapkan
model pembelajaran PAKEM dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap
prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pad setiap siklus yang
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran PAI pada pokok
bahasan kisah nabi Ibrahim a.s, dan nabi Ismail a.s dengan model pembelajaran PAKEM yang paling dominan
adalah, mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru.
belajar mengajar dengan menerapkan pengajaran konstekstual model pengajaran berbasis masalah dengan
baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa
dalam menemukan konsep, menjelaskan materi yang sulit, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana
BAB V
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan selama tiga siklus, hasil seluruh pembahasan
serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:
2. Pembelajaran model PAKEM memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai
dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (68,18%), siklus II (79,01%),
3. Model pembelajaran PAKEM dapat menjadikan siswa merasa dirinya mendapat perhatian dan kesempatan
4. Siswa dapat bekerja secara mandiri maupun kelompok, serta mampu mempertanggungjawabkan segala tugas
5. Penerapan pembelajaran model PAKEM mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa.
B. Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar PAI lebih
efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:
1. Untuk melaksanakan model pembelajaran PAKEM memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru
harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan pembelajaran model
PAKEM dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.
2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan
berbagai metode pengajaran, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan
pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan
3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya dilakukan di … tahun pelajaran …
4. Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan agar diperoleh hasil yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindon.
Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Mengajar Secara Manusiawi. Jakarta: Rineksa Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta.
Azhar, Lalu Muhammad. 1993. Proses Belajar Mengajar Pendidikan. Jakarta: Usaha Nasional.
Daroeso, Bambang. 1989. Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila. Semarang: Aneka Ilmu.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta.
Hadi, Sutrisno. 1982. Metodologi Research, Jilid 1. Yogyakarta: YP. Fak. Psikologi UGM.
Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Hasibuan K.K. dan Moerdjiono. 1998. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya: University Press. Univesitas Negeri Surabaya.
Rustiyah, N.K. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan Model Pembelajaran. Jakarta: PAU-PPAI, Universitas Terbuka.
Sukidin, dkk. 2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: Insan Cendekia.
Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineksa Cipta.
Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Lampiran 1
Keterangan:
T : Tuntas
TT : Tidak tuntas
Jumlah Siswa yang tuntas : 15
Jumlah Siswa yang tidak tuntas : 7
Skor Maksimal Ideal : 2200
Skor Tercapai : 1540
Rata-rata Skor Tercapai : 70,00
Prosentase Ketuntasan : 68,18
Lampiran 3
Keterangan:
T : Tuntas
TT : Tidak tuntas
Jumlah Siswa yang tuntas : 19
Jumlah Siswa yang tidak tuntas : 3
Skor Maksimal Ideal : 2200
Skor Tercapai : 1820
Rata-rata Skor Tercapai : 82,73
Prosentase Ketuntasan : 86,36