Depresi Dan Gangguan Tidur
Depresi Dan Gangguan Tidur
Depresi Dan Gangguan Tidur
ABSTRAK
Depresi merupakan gangguan mood berupa kesedihan yang intens, berlangsung dalam
waktu lama, dan mengganggu kehidupan normal yang insidennya semakin meningkat
seiring dengan meningkatnya tekanan hidup. Tahun 2020, depresi diperkirakan
menempati urutan kedua penyakit di dunia. Gejala-gejala depresi terdiri dari gangguan
emosi, gangguan kognitif, keluhan somatik, gangguan psikomotor, dan gangguan
vegetatif. Salah satu gejala depresi yang muncul adalah gangguan tidur yang bisa berupa
insomnia, bangun secara tiba-tiba, dan hipersomnia. Hal ini disebabkan oleh gangguan
neurotransmiter dan regulasi hormon. Selain sebagai gejala depresi, gangguan tidur juga
bisa merupakan penyebab depresi. Beberapa penelitian memberikan hubungan gangguan
tidur dapat meningkatkan risiko depresi di kemudian hari. Kata kunci: depresi, gangguan
tidur, insomnia
ABSTRACT
Depression is a mood disorder that characterized by long sadness and affect normal life,
which incident is increasingly by time. In 2020 depression is estimated to be the second
place for top disorders in the world. Depression symptoms are emotional, kognitive,
somatic, psychomotor, and vegetative symptoms. Sleep disorder is one of symptom of
depression. It appears because of disturbance in neurotransmiter and hormonal regulation.
As one of the symptoms, it also considered to be the cause of depression. Some study
show that people with sleep disorder have an increasingly risk of depression in their life.
Keywords: depression, sleep disorder, insomnia
1
PENDAHULUAN murung, iritabilitas, preokupasi dengan
masyarakat yang cukup serius, penyakit malas, merasa tidak bertenaga), dan
ini mengenai 20% wanita dan 12% pria gangguan vegetatif (gangguan tidur,
pada suatu waktu dalam kehidupan.2 makan dan fungsi seksual). Ada
menyatakan bahwa depresi berada pada mulai dari faktor genetik sampai
tahun 2000. Pada tahun 2020, depresi seperti jenis kelamin, usia, status
2
mengalami fase Rapid Eye Movement dapat meningkatkan risiko depresi di
depresi mengalami gangguan pada Pada tulisan ini akan dibahas tentang
DEFINISI DEPRESI
Hypothalamic-Pituitary-Adrenal
Cortical Axis (CHPA).2 Depresi adalah gangguan mood yang
Gangguan tidur yang dialami dikarakteristikkan dengan kesedihan
pada sebagian besar orang adalah yang intens, berlangsung dalam waktu
insomnia dan 15% adalah hipersomnia. lama, dan mengganggu kehidupan
Gejala ini juga sering mengawali normal. Orang depresi menjadi pesimis
rekurensi depresi. Gangguan tidur yang dan putus asa, merasa sia-sia dan sering
disebabkan oleh penyakit organik lain diiringi dengan pikiran tentang
dan masalah personal dapat hilangnya kesenangan.1,2,3 Depresi dapat
memperburuk depresi.1 terjadi pada keadaan normal sebagai
Ketidakmampuan untuk tidur dalam bagian dalam perjalanan proses
waktu yang lama juga dapat menjadi kematangan dari emosi sehingga definisi
tanda penting bahwa orang itu mungkin depresi adalah sebagai berikut: (1) pada
depresi. Para peneliti masih mencari keadaan normal merupakan gangguan
apakah gangguan tidur hanya sebagai kemurungan (kesedihan, patah
gejala atau juga bisa meningkatkan risiko semangat) yang ditandai dengan
depresi dikemudian hari. Banyak sumber perasaan tidak pas, menurunnya
yang mendukung bahwa gangguan tidur kegiatan, dan pesimisme menghadapi
3
masa yang akan datang, (2) pada kasus Sakit kepala, keluhan saluran
pencernaan, keluhan haid, dan lain-lain.
patologis, merupakan ketidakmauan
Gangguan psikomotor:
ekstrim untuk bereaksi terhadap
Retardasi psikomotor, gerakan lambat,
rangsangan disertai menurunnya nilai
pembicaraan lambat, malas, dan merasa
diri, delusi ketidakpuasan, tidak mampu,
dan putus asa.6 tidak bertenaga atau lesu.
Gangguan vegetatif:
Keluhan somatik:
4
Menggunakan fluorodeoxyglucose nonrestoratif (tidak segar).7 Gangguan
(FDG) positron emission tomography tidur pada orang depresi dapat berasal
otak total yang lebih tinggi daripada tahap non-REM, aktivitas neuronal
orang sehat pada tahap non-REM. Ini diturunkan pada area yang menyebabkan
terjadi pada saat sadar mungkin Selama tahap itu juga neuron
sesaat sebelum tidur hingga tahap non- hiperpolarisasi. Area yang menyebabkan
daerah kortikal selama tahap non-REM. peningkatan aktivitas selama tahap itu.
selama tidur. Sedangkan pada orang basal forebrain. Pada orang depresi
5
orang depresi menunjukkan penurunan apnea. Menggunakan metode cohort
di region frontal, parietal dan temporal, EDS. Subjek diambil acak (N=16.583)
kortikal dan thalamus yang kecil. Tetapi di laboratorium tidur selama satu malam.
daerah thalamus dan anterior forebrain hubungan yang paling kuat. Hal ini tidak
serta aktivitas metabolik yang tetap di berubah saat dilakukan kontrol dengan
frontal dan parietal tahap non-REM depresi sebagai faktor risiko yang paling
pasien depresi. Deaktivasi frontal dan signifikan untuk terjadinya EDS, diikuti
thalamus umumnya menyebabkan oleh faktor risiko lain yaitu indeks massa
Studi yang dilakukan oleh Bixler et al, dan terakhir adalah sleep apnea.
6
umur. EDS sangat sering pada umur dan remaja yang mengalami depresi
muda (<30 tahun) dan umur sangat tua mayor menunjukkan gejala insomnia
gangguan tidur. Literatur dan sumber gangguan tidur yang tinggi. (4).
diambil dari database komputer dan Hubungan yang kuat antara gangguan
bibliografi artikel yang relevan. Tujuan tidur dan depresi umum terjadi pada
7
Setelah itu, ketika orang tertidur, ada tahap 1. akan tetapi, ketika mereka
tidur tahap 1. EEG tidur tahap 1 adalah tidak persis sama dengan yang pertama.
yang mirip tetapi lebih lamban dibanding sebuah tidur malam (initial stage 1 EEG)
frekuensi EEG ketika orang itu beranjak (emergent stage 1 EEG) disertai Rapid
dari tidur tahap 1 ke tahap 2,3,4. Oleh Eye Movement (REM) dan oleh
sebab itu, EEG tidur tahap 2 memiliki hilangnya ketegangan otot batang tubuh.
amplitudo yang sedikit lebih tinggi dan Ini merupakan tahap terjadinya mimpi.4
frekuensi yang lebih rendah Setelah siklus EEG tidur yang pertama
dibandingkan EEG tahap 1. EEG tidur (dari tahap 1-4 mundur lagi ke emergent
gelombang delta, gelombang EEG paling maju mundur melalui tahap itu. Tiap
subjek mencapai tidur tahap 4, mereka waktu di tahap lain khususnya tahap 4.
bertahan di tahap itu selama waktu Aksi fisiologis lainnya seperti aktivitas
8
tingkat bangun, peningkatan aktivitas pagi hari diikuti kesulitan untuk
tidak diketahui oleh masyarakat umum mata, terutama awal periode tidur.5
of Sleep Disorders (ICSD) merupakan oleh banyak hal atau bersifat holistik.
gangguan tidur dan sering digunakan. biopsikososial yaitu dari faktor genetik,
95% memiliki gangguan tidur menurut yang cermat. Namun pada tulisan ini
kriteria EEG. Perubahan tidur yang hanya akan dibahas salah satu penyebab
9
pengontrolan afek, agresivitas, tidur, dan kelenjar adrenal. Kelenjar ini akan
hipotalamus, ganglia basalis, septum, makan, fungsi ginjal, sistem imun, dan
tempat ini mendasari keterlibatannya Kadar kortisol turun pada saat malam
pada gangguan psikiatrik. Ada sekitar 14 sebelum tidur, sedangkan pada saat
transmiter saja dapat memberikan efek kita bisa bangun dengan segar.
dicatat dalam korteks serebri dan sistem kehidupannya. Stresor yang berulang
limbik sebagai stresor. Bagian otak ini akan menyebabkan peningkatan sekresi
akan mengirim pesan ke tubuh untuk CRH dan penurunan sensitivitas reseptor
10
Stresor pada awal kehidupan ini dapat anak yang mengalami gangguan tidur
pada sistem neurobiologik atau dapat depresi atau kecemasan. Hasil itu juga
membuat jejak pada sistem saraf yang mendukung studi selanjutnya yang
terhadap stresor dan risiko penyakit yang hipersomnia.9 Penelitian dengan metode
11
Dengan kata lain, faktor yang berusia 50 tahun keatas. Pada tahun 1994
Penelitian ini juga didukung oleh data hipersomnia, dan keluhan tidur lain.
waktu 1 tahun. (2). Ada empat gejala menggunakan kriteria DSM-IV, namun
minggu atau lebih memiliki risiko relatif meningkatkan risiko depresi. Subjek
empat kali mengalami mayor depresi. yang mengalami keluhan tidur lain pada
(4). Ditemukan hubungan antara depresi tahun 1994 memiliki relative risk (RR)=
dan empat gangguan tidur dalam interval 2,85 mengalami depresi pada tahun
yang dilaporkan. Efek lain yang juga Data penelitian juga menunjukkan
diperiksa dalam penelitian ini yaitu peranan dari gangguan tidur kronik
umur, jenis kelamin, pendidikan, status terhadap risiko relatif depresi. Subjek
fungsional, tekanan finansial, dan 1994 dan 1995 RR=8,08, subjek dengan
12
keluhan tidur lain RR=14,80. Analisis depresi mayor, memiliki risiko tinggi
prediktor / penanda terkuat depresi pada dilakukan oleh Buysse et al, bertujuan
literatur tentang peranan gangguan tidur muda yang dipilih, dan menjelaskan
memfokuskan pada orang tua juga telah beberapa faktor risiko insomnia kronik
pada subjek yang di-follow up dengan medis, jenis kelamin wanita, dan
gangguan tidur pada awalnya. Odds ratio bertambahnya usia. Namun depresi dan
untuk depresi tiga sampai empat kali gejala depresi merupakan faktor risiko
pada beberapa penelitian. Bukti dari dua insomnia yang terbesar dan paling
studi prospektif pada orang tua juga konsisten. Sebaliknya insomnia juga
pada studi epidemiologi, ada bukti pada depresi atau sering dihipotesiskan
tinggi beberapa minggu sebelum episode insomnia dengan depresi, untuk itulah
13
penelitian ini dilakukan. Data dari prevalensi kumulatif 20% dan risikonya
Epidemiologic Catchment Area Study lebih dari 2 kali pada wanita. Pada 40%
dengan peningkatan risiko depresi jika kronik. Insomnia dengan ataupun tanpa
namun tidak akan terjadi peningkatan waktu. Insomnia yang terus menerus
hubungan yang sama pada dewasa tua pada subjek berikutnya, dan
dan dewasa muda dengan follow up 2-3 17% sampai 50% subjek mengalami
tahun. Studi terakhir, insomnia dan episode depresi mayor pada wawancara
orang dengan melakukan 6 kali sama atau berbeda pada episode yang
insomnia 2-3 minggu, insomnia rekuren insomnia dengan depresi di masa yang
ringan, dan insomnia ringan sekali- akan datang. Episode depresi mayor
14
menegaskan perjalanan persisten gejala depresi (DSM-IV), salah satu
yang intens, berlangsung dalam waktu Gejala gangguan tidur yang dialami
normal. Gejala depresi berupa gangguan masalah dengan sleep onset, bangun
terdiri dari tahap 1,2,3, dan 4. Hal ini gangguan tidur dapat meningkatkan
berlangsung berulang-ulang dan dibagi risiko depresi di masa yang akan datang.
15
http://www.who.int/mental_health/ and Thalamic Dysregulation. Am J
4. Pinel JPJ. Tidur, mimpi, dan ritme Calhoun SL, Vela-Bueno A, Kales
yang Anda butuhkan?. In: Pinel JPJ. a General Population Sample: The
disorders. In: Gelder MG, Lopez- 9. Chorney DB, Detwieler MF, Morris
Ibor JJ, Andreasen N. New Oxford TL, Kuhn BR. The Interplay of
16
Depression in Young Adults.
SLEEP. 2008;
31(4): 473-480.
17