LP Kebutuhan Oksigenasi
LP Kebutuhan Oksigenasi
LP Kebutuhan Oksigenasi
DISUSUN OLEH :
ANITA YUSTIKA
NIM.24.20.1463
PENDAHULUAN
A. Definisi
Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling mendasar.
Keberadaan oksigen merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme dan untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh
(Andarmoyo dalam Pratama, 2016).
Oksigen adalah kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan
metabolisme sel tubuh, mempertahankan, dan aktivitas berbagai organ atau sel (Carpenito
dalam Andiani, 2016).
Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme
untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh. Oksigen akan digunakan
dalam metabolisme sel membentuk ATP (Adenosin Trifosfat) yang merupakan sumber
energi bagi sel tubuh agar berfungsi secara optimal. Terapi oksigen merupakan salah satu
terapi pernafasan dalam mempertahankan oksigenasi. Tujuan dari terapi oksigen adalah
untuk memberikan transpor oksigen yang adekuat dalam darah sambil menurunkan upaya
bernafas dan mengurangi stress pada miokardium (Potter & Perry dalam Pratama, 2016).
B. Etiologi
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan klien mengalami gangguan oksigenasi
menurut NANDA (2018), yaitu hiperventilasi, hipoventilasi, deformitas tulang dan dinding
dada, nyeri,cemas, penurunan energy,/kelelahan, kerusakan neuromuscular, kerusakan
muskoloskeletal, kerusakan kognitif / persepsi, obesitas, posisi tubuh, imaturitas
neurologis kelelahan otot pernafasan dan adanya perubahan membrane kapiler-alveoli.
Keadekuatan sirkulasi, ventelasi, perfusi, dan transport gas – gas pernapasan kejaringan
dipengaruhi oleh empat tipe factor :
1. Faktor Fisiologis
PROSES PENGARUH PADA OKSIGENASI
Anemia - Menurunkan kapasitas darah yang
membawa oksigen
- Racun inhalasi
- Menurunkan kapasitas darah yang
membawa oksigen
Obstruksi jalan nafas Membatasi pengiriman oksigen yang
diinspirasi ke alveoli
Dataran tinggi Menurunkan konsentrasi oksigen
inspirator karena konsentasi oksigen
atmosfer yang lebih rendah.
Demam Meningkatkan frekuensi metabolisme
dan kebutuhan oksigen jaringan.
Penurunan pergerakan dinding dada Mencegah penurunan diafragma dan
(kerusakan muskuloskletal) menurunkan diameter anteroposterior
thoraks pada saat inspirasi, menurunkan
volume udara yang diinspirasi.
a. Kehamilan
Ketika fetus mengalami perkembangan selama kehamilan, maka uterus maka
uterus yanb berukuran besar akan mendorong isi abdomen ke atas diagfragma.
b. Obesitas
Klien yang obese mengalami penurunan volume paru.Hal ini dikarenakan thorak
dan abdomen bagian bawah yang berat.
c. Kelainan musculoskeletal
Kerusakan muskulosetal di region thorak menyebabkan penurunan oksigenasi.
E. Patofisiologi
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi. Proses ventilasi
(proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari dan ke paru-paru),
apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat tersalur dengan baik
dan sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas sebagai benda asing yang menimbulkan
pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli ke jaringan) yang
terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran gas. Selain kerusakan pada
proses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi seperti perubahan volume
sekuncup, afterload, preload, dan kontraktilitas miokard juga dapat mempengaruhi
pertukaran gas (Brunner & Suddarth dalam Pratama, 2016).
F. Pemeriksaan diagnostik
1. Pemeriksaan fungsi paru
Untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan pertukaran gas secara efisien.
2. Pemeriksaan gas darah arteri
Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui membrane kapiler alveolar dan
keadekuatan oksigenasi.
3. Oksimetri
Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler
4. Pemeriksaan sinar x dada
Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur, dan proses-proses abnormal.
5. Bronkoskopi
Untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel sputum/benda asing yang
menghambat jalan nafas.
6. Endoskopi
Untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi.
7. Fluoroskopi
Untuk mengetahui mekanisme radiopulmonal, misal: kerja jantung dan kontraksi paru.
8. CT-Scan
Untuk mengintifikasi adanya massa abnormal.
G. Penatalaksanaan Medis
a. Pemantauan hemodinamika
b. Pengobatan bronkodilator
c. Melakukan tindakan nebulizer untuk membantu mengencerkan secret
d. Memberikan kanula nasal dan masker untuk membantu pemberian oksigen jika
diperlukan.
e. Penggunaan ventilator mekanik
f. Fisoterapi dada
H. Pengkajian Keperawatan
3. Riwayat perkembangan
a. Neonatus : 30 - 60 x/mnt
b. Bayi : 44 x/mnt
c. Anak : 20 - 25 x/mnt
d. Dewasa : 15 - 20 x/mnt
e. Dewasa tua : volume residu meningkat, kapasitas vital menurun
5. Riwayat sosial
Perlu dikaji kebiasaan-kebiasaan klien dan keluarganya, misalnya : merokok,
pekerjaan, rekreasi, keadaan lingkungan, faktor-faktor alergen dll.
6. Riwayat Keperawatan
Pengkajain riwayat keperawatan pada masalh kebutuhan oksigen meliputi; ada
atau tidaknya riwayat gangguan pernapasan (gangguan hidung dan tenggorokan),
seperti epistaksis (kondisi akibat luka/kecelakaan, penyakit rematik akut, sinusitis akut,
hipertensi, gangguan pada sistem peredaran darah dan kanker), obstruksi nasal ( akibat
polip, hipertropi tulang hidung, tumor, dan influenza), dan keadaan lain yang
menyebabkan gangguan pernapasan. Pada tahap pengkajian keluhan atau gejala, hal-hal
yang perlu diperhatikan adalah keadaan infeksi kronis dari hidung, sakit pada daerah
sinus, otitis media, keluhan nyeri pada tenggorokan, kenaikan suhu tubuh hingga sekitar
38,50 C, sakit kepala, lemas, sakit perut hingga muntah-muntah (pada anak-anak), faring
berwarna merah, dan adanya edema.
7. Pola batuk dan Produksi sputum
Tahap pengkajian pola batuk dilakukan dengan cara menilai apakah batuk
termasuk batuk kering, keras, dan kuat dengan suara mendesing, berat dan berubah-ubah
seperti kondisi pasien yang mengalami penyakit kanker. Juga dilakukan pengkajian
apakah pasien mengalami sakit pada bagian tenggorokan saat batuk kronis dan
produktif serta saat dimana pasien sedang makan, merokok, atau saat malam hari.
Pengkajian terhadap lingkungan tempat tinggal pasien ( apakah berdebu, penuh asap,
dan adanya kecenderungan mengakibatkan alergi) perlu dilakukan. Pengkajian sputum
dilakukan dengan cara memeriksa warna, kejernihan, dan apakah bercampur darah
terhadap sputum yang dikeluarkan oleh pasien.
8. Sakit Dada
Pengkajian terhadap sakit dada dilakukan untuk mengetahui bagian yang sakit,
luas, intensitas, faktor yang menyebabkan rasa sakit, perubahan nyeri dada apabila
posisi pasien berubah, serta ada atau tidaknya hubungan antara waktu inspirasi dan
ekspirasi dengan rasa sakit.
9. Pengkajian Fisik
1) Inspeksi, pengkajian ini meliputi:
a. Pertama, penentuan tipe jalan napas, seperti menilai apakah napas spotan melalui
hidung, mulut, oral, nasal, atau menggunakan selang endotrakeal atau
trachcostomi, kemudian menentukan status kondisi seperti kebersihan, ada atau
tidaknya sekret, pendarahan, bengkak, atau obstruksi mekanik;
b. Kedua, perhitungan frekuensi pernapasan dalam waktu satu menit ( umumnya
wanita bernapas lebih cepat) yaitu 20 kali permenit orang dewasa, kurang dari
30 kali permenit pada anak-anak, pada bayi pernapasan kurang dari 50 kali per
menit.
c. Ketiga, pemeriksaan sifat pernapasan, yaitu torakal, abdominal dan kombinasi
dari keduanya.
d. Keempat, pengkajian irama pernapasan, yaitu menelaah masa inspirasi dan
ekspirasi. Pada keadaan normal ekspirasi lebih lama dari inspirasi yaitu 2:1 pada
orang sesak napas ekspirasi lebih cepat. Dalam keadaan normal perbandingan
frekuensi pernapasan dan prekuensi nadi adalah 1:1 sedangkan pada orang yang
keracunan barbiturat perbandinganya adalah 1:6. Kaji ritme/irama pernapasan
yang secara normal adalah reguler atau irregular.
a) cheyne stokes yaitu pernapasan yang cepat kemudian menjadi lambat dan
kadang diselingi apnea.
b) kusmaul yaitu pernapasan yang cepat dan dalam, atau pernapasan biot yaitu
pernapasan yang ritme maupun amplitodunya tidak teratur dan diselingi
periode apnea.
e. Kelima, pengkajian terhadap dalam/ dangkalnya pernapasan. Pada pernapasan
dangkal dinding toraks hampir kelihatan tidak bergerak ini biasanya dijumpai
pada pasien penderita emfisema.
2) Palpasi
Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi kelainan seperti nyeri tekan
yang dapat timbul akibat luka, peradangan setempat, metastasis tumor ganas,
pleuritis, atau pembengkakan dan benjolan pada dada. Melalui palpasi dapat diteliti
gerakan dinding toraks pada saat ekspirasi dan inspirasi terjadi. Kelainan pada paru,
seperti getaran suara atau fremitus vokal, dapat dideteksi bila terdapat getaran
sewaktu pemeriksa meletakkan tangannya sewaktu pasien berbicara. Getaran yang
terasa oleh tangan pemeriksa dapat juga ditimbulkan oleh dahak dalam bronkus
yang bergetar pada waktu inspirasi dan ekspirasi atau oleh pergeseran antara
membran pleura pada pleuritis.
3) Perkusi
Pengkajian ini dilakukan untuk mengkaji suara normalnya suara perkusi
paru. Perawat melakukan perkusi untuk mengkaji resonansi pulmoner, organ yang
ada di sekitarnya, dan pengembangan (ekskursi) diafragma. Jenis suara perkusi ada
dua jenis yaitu:
a. Suara perkusi normal
Resonan (sonor): dihasilkan pada jaringan paru-paru dannormalnya bergaung
dan bersuara rendah.
Dullness: dihasilkan di atas bagian jantung atau paru-paru
Tympany: dihasilkan di atas perut yang berisi udara umumnya bersifat
musical.
b. Suara perkusi abnormal
Hiperresonan: bergaung lebih rendah dibandingkan dengan resonan dan
timbul pada bagian paru-paru yang abnormal berisi udara.
Flatness: nadanya lebih tinggi dari dullness dan dapat didengar pada perkusi
daerah paha, dimana seluruh areanya berisi jaringan.
4) Auskultasi
Auskultasi merupakan pengkajian yang sangat bermakna mencangkup
mendengar suara napas normal dan suara tambahan (abnormal).Suara napas normal
dihasilkan dari getaran udara ketika melalui jalan napas dari laring ke alveoli dan
bersifat bersih.
Jenis suara napas normal adalah:
a. Bronchial
Sering juga disebut tubular sound karena suara ini dihasilkan oleh udara yang
melalui suatu tube (pipa), suaranya terdngar keras, nyaring, dengan hembusan
yang lembut. Fase ekspirasinya lebih panjang daripada inspirasi dan tidak ada
jeda di antara kedua fase tersebut (E > I). Normal terdengar di atas trachea atau
daerah lekuk suprasternal.
b. Bronkovesikular
Merupakan gabungan dari suara napas bronkhial dan vesikular. Suaranya
terdengar nyaring dengan intensitas sedang. Inspirasi sama panjang dengan
ekspirasi (E = I). Suara ini terdengar di daerah dada dimana bronkus
tertutupoleh dinding dada.
c. Vesikular
Merdengar lembut, halus, seperti angin sepoi-sepoi. Inspirasi lebih panjang dari
ekspirasi, ekspirasi terdengar seperti tiupan (E < I).
I. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
2. Ketidakefektifan pola nafas
3. Gangguan pertukaran gas
J. Intervensi
Hari Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
/Tgl Kep.
Ketidakefektif Setelah diberikan 1. Pantau keadaan umum 1. Mengetahui
an bersihan asuhan keperawatan pasien dan TTV kesadaran, dan
jalan nafas selama … x 24 jam 2. Auskultasi bunyi nafas kondisi tubuh dalam
diharapkan bersihan 3. Atur posisi yang keadaan normal atau
jalan nafas efektif nyaman seperti posisi tidak.
dengan kriteria : semi fowler 2. Mengetahui bunyi
-Menunjukkan jalan 4. Beri latihan nafas, seperti rochi,
nafas bersih pernafasan dalam dan wheezing yang
-Suara nafas normal batuk efektif menunjukkan
tanpa suara tambahan 5. Kolaborasi humidikasi tertahannya secret
-Tidak ada tambahan (nebulizer) obstruksi jalan nafas
penggunaan otot dan terapi oksigen 3. Meningkatkan
bantu nafas pengembangan
-Mampu melakukan diafragma
perbaikan bersihan 4. Memudahkan
jalan nafas pernafasan dan
membantu
mengeluarkan secret
5. Membantu
menghangatkan dan
mengencerkan secret
Ketidakefektif Setelah diberikan 1. Pantau keadaan umum 1. Mengetahui
an pola nafas asuhan keperawatan pasien dan TTV kesadaran, dan
selama … x 24 jam 2. Atur posisi sesuai kondisi tubuh
diharapkan pola nafas kebutuhan, seperti dalam keadaan
efektif dengan semifowler normal atau tidak
kriteria : 3. Ajarkan teknik nafas 2. Memungkinkan
Menunjukkkan dalam ekpansi paru dan
pola nafas efektif 4. Kolaborasi dalam memudahkan
dengan frekuensi pemberian oksigenasi pernafasan
nafas 16-24 3. Memperbaiki pola
kali/menit dan nafas
irama teratur 4. Memperbaiki pola
Mampu nafas dan irama
menunjukkan nafas menjadi
perilaku teratur
peningkatan fungsi
paru
Andiani. N.W.K. 2016. Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Gangguan
Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Politeknik Kesehatan Denpasar.
Nanda. 2018. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2018-2020. Nanda International.
EGC.