Jurnal Praktikum: Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Likuid Dan Semisolid SEMESTER GENAP TA. 2020/2021 PSSF Fkub
Jurnal Praktikum: Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Likuid Dan Semisolid SEMESTER GENAP TA. 2020/2021 PSSF Fkub
Jurnal Praktikum: Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Likuid Dan Semisolid SEMESTER GENAP TA. 2020/2021 PSSF Fkub
(Pubchem, 2014)
2. Pemerian :
Cairan minyak, tidak berwarna transparan, tidak berasa dan tidak berbau. (FI III, 1979)
3. Data Kelarutan :
Tidak larut dalam air, larut dalam benzene, kloroform eter, karbon disulfide, dan petroleum
eter.Dapat bercampur dengan Sebagian besar minyak (fixed oil). (FI III, 1979)
4. Data stabilitas :
JURNAL PRAKTIKUM
PRAKTIKUM TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN LIKUID DAN SEMISOLID
SEMESTER GENAP TA. 2020/2021
PSSF FKUB
Mudah mengalami oksidasi saat terkena panas dan cahaya. Oksidasi dimulai dengan
pembentukan peroksida, menunjukkan adanya 'periode induksi'. Di bawah kondisi
penyimpanan normal, periode induksi dapat memakan waktu berbulan-bulan atau bertahun-
tahun. Namun, jika peroksida terbentuk, oksidasi lebih lanjut bersifat autocatalytic dan hasil
sangat cepat. Oksidasi menghasilkan pembentukan aldehida dan asam organik, yang memberi
rasa dan bau. Stabilisator yang sesuai dapat ditambahkan untuk memperlambat oksidasi,
hydroxyanisole butylated, hydroxytoluene butylated, dan alpha tocopherol menjadi antioksidan
yang paling umum digunakan (Rowe, dkk., 2009).
5. Keasaman/ Kebasaan :
Memenuhi syarat yang tertera pada Paraffinum Solidum. (FI III, 1979)
6. Wadah dan Penyimpanan :
Wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, kering dan sejuk. (FI III, 1979)
7. Kegunaan :
Digunakan sebagai Laxative (Pencahar)
8. Inkompatibilitas :
Ketidakcampuran dengan zat pengoksida lain yang kuat. (Pubchem, 2014).
Phenolpthalein
1. Deskripsi Zat Aktif :
Nama IUPAC : 3,3-bis(4-hydroxyphenyl)-2-benzofuran-1-one
Rumus kimia : C20H14O4
BM : 318,3 g/mol
Struktur kimia :
(Pubchem, 2014)
2. Pemerian :
Bubuk kristal halus, putih kekuningan, tidak berbau (FI VI, 2020).
3. Data Kelarutan :
Tidak larut dalam air, benzene, dan petroleum eter.Sukar larut dalam etil eter, kloroform, dan
toluene.Sangat larut dalam etanol, aseton, dan pirena (FI VI, 2020).
4. Data Stabilitas :
Stabil dalam wadah dan penyimpanan terlindung cahaya (FI VI, 2020)
5. Keasaman/Kebasaan :
JURNAL PRAKTIKUM
PRAKTIKUM TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN LIKUID DAN SEMISOLID
SEMESTER GENAP TA. 2020/2021
PSSF FKUB
Membentuk larutan tidak berwarna dalam suasana asam dan alkali lemah dan memberikan
warna merah dalam larutan alkali kuat (trayek pH 0,83 sampai 10,0) (FI III, 1979)
6. Wadah dan Penyimpanan :
Wadah tertutup rapat dan terlindung dari cahaya (FI VI, 2020).
7. Kegunaan :
Zat Aktif Acid-Base (Laxative / Pencahar)
8. Inkompatibilitas :
Ketidakcampuran dengan zat pengoksida lain yang kuat (Pubchem,2014).
Paraffin Liquidum adalah campuran cairan hidrokarbon yang diperoleh dari minyak bumi.
Setelah meminum obat tinja ini melunak disebabkan kurangnya reabsorpsi air dari tinja. Paraffin
Liquidum tidak dicerna didalam usus dan hanya sedikit diabsorpsi. Yang diabsorpsi ditemukan pada
limfa nodus mesenteric, hati dan limfa. Kebiasaan menggunakan Paraffin Liquid akan mengganggu
absorpsi zat larut lemak, misalnya absorpsi karoten menurun 50%, absorpsi vitamin A dan vitamin D
juga akan menurun. Absorpsi vitamin K menurun dengan akibat hipoprotrombinemia dan juga
dilaporkan terjadinya pneumonia lipid. Obat ini menyebabkan pruritus ani, menyulitkan penyembuhan
pasca bedah daerah anorektal dan menyebabkan pendarahan. Jadi untuk penggunaan kronik jelas obat
ini tidak aman. Paraffin Liquid tidak dicerna dalam saluran lambung-usus dan hanya bekerja sebagai
zat pelicin bagi isi usus dan tinja. Gunanya untuk melunakkan tinja, terutama setelah pembedahan
rectal atau pada penyakit wasir (Farmakologi dan Terapi ed.5 hal. 530).
Paraffin Liquidum termasuk salah satu jenis pencahar emolien. Indikasi dari paraffin liquida
adalah Kondisi konstipasi / susah buang air besar yang memerlukan perbaikan peristaltis usus, pelicin
jalannya tinja, penambahan volume tinja secara sistematis sehingga tinja mudah dikeluarkan (Tjay
ed.7, 2015)
● Dosis :
tetesan besar dan akhirnya menjadi satu fase tunggal yang memisah, sediaan emulsi
ditambahkan emulsifying agent (FI VI, hal. 47)
Semua emulsi membutuhkan antimikroba karena adanya fase air yang berpotensi
mempermudah pertumbuhan mikroorganisme. Penambahan pengawet juga sangat penting,
khususnya dalam sediaan emulsi minyak dalam air karena kontaminasi fase eksternal mudah
terjadi. Kontaminasi bakteri dapat menguraikan bahan pengemulsi nonionik dan anionik,
gliserin, dan sejumlah bahan penstabil alam seperti tragakan dan GOM. Akan tetapi,
kontaminan berupa jamur dan ragi (FI VI, hal. 48)
3. Aturan Pakai
Diminum menjelang tidur, bila perlu. Hindari penggunaan jangka panjang
7. Cara Penyimpanan
Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya matahari
JURNAL PRAKTIKUM
PRAKTIKUM TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN LIKUID DAN SEMISOLID
SEMESTER GENAP TA. 2020/2021
PSSF FKUB
D. Desain Formulasi
D.1. Spesifikasi Produk
Parameter Spesifikasi
Organoleptik Warna : Putih
Bau : Vanillin
Rasa : Vanillin
Berat jenis 0,838 at 250C g/mL
pH 5,4 - 6,2
Viskositas 110-230 mPas (110-230 cP) at 200C
Tipe Emulsi Oil in Water
Rasionalisasi Formula
Paraffin liquidum dan Phenolphthalein digunakan sebagai zat aktif yang memiliki efek sebagai
laksative yang berguna mengobati konstipasi yang bekerja dengan cara melunakkan dan melumasi
tinja, serta meningkatkan motilitas usus, sehingga pergerakan tinja melalui usus menjadi lebih
mudah dan pengeluaran feses menjadi lebih cepat.Paraffin digunakan sebagai fase minyak pada
sediaan cair.Gliserin digunakan sebagai viscosity enhancer.Gummi Arabicum digunakan sebagai
emulsifying agent karena gom arab dapat menstabilkan emulsi tipe oil in water.Saccaharinum
natricum digunakan sebagai pemanis untuk menutupi rasa pahit dari bahan obat yang
digunakan.Acidi Benzoici Solutio digunakan sebagai pengawet untuk menghindari partumbuhan
JURNAL PRAKTIKUM
PRAKTIKUM TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN LIKUID DAN SEMISOLID
SEMESTER GENAP TA. 2020/2021
PSSF FKUB
mikroba pada sediaan.Asam benzoate dijadikan solution karena asam benzoat tidak larut dalam
air sehingga ditambahkan propilen glikol terlebih dahulu untuk meningkatkan kelarutan dari asam
benzoat.Vanillinum dipilih sebagai pewarna,perasa, dan bau karena dapat menutupi aroma dari
zat aktif.Aqua destillata digunakan sebagai pelarut.
Sinonim : Acaciae gummi; acacia gum; arabic gum; E414; gum acacia; gummi africanum; gum
arabic; gummi arabicum; gummi mimosae; talha gum.
Kelarutan : Larut hampir sempurna dalam air, tetapi sangat lambat, meninggalkan sisa bagian
tanaman, dalam jumlah sangat sedikit dan memberikan cairan seperti musilago, tidak berwarna
atau kekuningan, kental, lengket, transparan, bersifat asam lemah terhadap lakmus biru; praktis
tidak larut dalam etanol dan eter.
Fungsi : Emulsifying agent; stabilizing agent; suspending agent; tablet binder; viscosity-
increasing agent
Konsentrasi : Emulsifying agent 10–20, Pastille base 10–30, Suspending agent 5–10, Tablet
binder 1–5.
Stabilitas : Larutan berair dapat mengalami degradasi bakteri atau enzimatik tetapi dapat
diawetkan dengan terlebih dahulu mendidihkan larutan untuk waktu yang singkat untuk
menonaktifkan setiap enzim yang ada; iradiasi microwave juga bisa digunakan. Larutan berair
juga dapat diawetkan dengan penambahan pengawet antimikroba seperti asam benzoat 0,1% b /
v, natrium benzoat 0,1% b / v, atau campuran 0,17% b / v methylparaben dan 0,03%
propilparaben. Akasia bubuk harus disimpan dalam wadah kedap udara di tempat yang sejuk dan
kering.
Inkompatibilitas : Akasia tidak cocok dengan sejumlah zat termasuk di dalamnya midopyrine,
apomorphine, cresol, ethanol (95%), garam besi, morfin, fenol, physostigmine, tanin, timol, dan
vanilin.
Kelarutan : sukar larut dalamair, larut dalam air panasa, mudah larut dalam etanol (95%), dalam
eter, dan daam larutan alkali hidroksida, larut dalam gliserol
JURNAL PRAKTIKUM
PRAKTIKUM TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN LIKUID DAN SEMISOLID
SEMESTER GENAP TA. 2020/2021
PSSF FKUB
Konsentrasi : vanilin digunakan dalam tablet, larutan (0,01-0,02% b/v), sirup, dan bubuk untuk
menutupi rasa tidak enak dan karakteristik bau dari formulasi tertentu, seperti tablet kafein dan
tablet poliazida. Vanillin juga telah diselidiki sebagai fotostabilizer dalam injeksi furosemide 1%
b/v, injeksi haloperidol 0,5% b/v, dan injeksi thiothixene 0,2% b/ v
Stabilitas : Vanillin teroksidasi perlahan-lahan di udara lembab dan dipengaruhi oleh cahaya.
Larutan alkali juga terurai dengan cepat untuk menghasilkan larutan berwarna coklat. Namun,
larutan yang stabil untuk beberapa bulan dapat diproduksi dengan menambahkan natrium
metabisulfit 0,2% b/v sebagai antioksidan. Bahan curah harus disimpan dalam wadah yang
tertutup rapat, terlindung dari cahaya, di tempat sejuk dan kering.
Inkompatibilitas : Tidak cocok dengan aseton, membentuk senyawa berwarna cerah. Senyawa
yang praktis tidak larut dalam etanol dibentuk dengan gliserin
Pemerian : cairan seperti sirup; jernih, tidak berwarna; tidak berbau; manis diikuti rasa hangat,
higroskopik. Jika disimpan beberapa lama pada suhu rendah dapat memadat membentuk massa
hablur berwarna yang tidak melebur hingga suhu mencapai lebih kurang 20 derajat.
Kelarutan : dapat bercampur dengan air, dan dengan etanol (95%) ; praktis tidak larut dalam
kloroform P, dalam eter P, dan dalam minyak lemak.
Khasiat : Pelarut.
Konsentrasi : <50%.
Berat Jenis : Tidak kurang dari 1,249. 1,2620 g/cm3 pada suhu 250 C.
OTT : Gliserin bisa meledak jika bercampur dengan oksidator kuat seperti kromium trioksida,
potasium klorat atau potasium permanganat. Adanya kontaminan besi bisa menggelapkan warna
dari campuran yang terdiri dari fenol, salisilat dan tanin. Gliserin membentuk kompleks asam
JURNAL PRAKTIKUM
PRAKTIKUM TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN LIKUID DAN SEMISOLID
SEMESTER GENAP TA. 2020/2021
PSSF FKUB
borat, asam gliseroborat yang merupakan asam yang lebih kuat dari asam borat.
Stabilitas : Gliserin bersifat higroskopis. Dapat terurai dengan pemanasan yang bisa
menghasilkan akrolein yang beracun. Campuran gliserin dengan air, etanol 95 % dan propilena
glikol secara kimiawi stabil. Gliserin bisa mengkristal jika disimpan pada suhu rendah yang perlu
dihangatkan sampai suhu 200 C untuk mencairkannya.
Dalam larutan oral, gliserin digunakan sebagai pelarut, pemanis, pengawet antimikroba, dan agen
peningkat viskositas. Campuran dari gliserin dengan air, etanol (95%), dan propilen glikol
bersifat stabil secara kimiawi. Dalam larutan encer, reaksi berlangsung lebih lambat dan terjadi
pembentukan beberapa produk oksidasi.
Pemerian: Hablur halus dan ringan, tidak berwarna, dan tidak berbau
Kelarutan: larut dlam kurang lebih kurang 350 bagian air, dalam lebih kurang 3 bagian etanol
(95%) P, dalam 8 bagian kloroform P, dan dalam 3 bagian eter P
Konsentrasi yang dibutuhkan: injeksi IM and IV (0.17 %), larutan oral (0.01–0.1), suspension
oral (0.1%), syrup oral ( 0.15%), topical (0.1–0.2%), vaginal preparations (0.1–0.2%)
Stabilitas: larutan asam benzoat dalam air dapat disterilkan dengan cara autoklaf atau dengan
penyaringan. Larutan asam benzoat berair 0,1% b/v telah dilaporkan stabil selama minimal 8
minggu bila disimpan dalam botol polivinil klorida pada suhu kamar
Inkompatibilitas: dapat mengalami reaksi khas asam organik, misalnya dengan alkali atau
logam berat. Aktivitas pengawet dapat dikurangi dengan interaksi dengan kaolin
JURNAL PRAKTIKUM
PRAKTIKUM TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN LIKUID DAN SEMISOLID
SEMESTER GENAP TA. 2020/2021
PSSF FKUB
Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa.
Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa.
Kegunaan : Pelarut
Densitas : 1 g/cm3.
Phenolphthalein 15 mg 300 mg
Vanillinum 1 mg 20 mg
Gliserin 500 mg 10 g
D.2.4 Penimbangan
Material Jumlah Per Kemasan (100 mL) Jumlah Per Batch (10 botol)
Phenolphthalein 300 mg 3000 mg
Vanillinum 20 mg 200 mg
Gliserin 10 g 100 g
D.3.3 Kemasan
Kemasan Produk Jadi Deskripsi Bahan Jumlah
Botol Sirup Kaca gelap 10
Kardus Sirup Kertas Karton 10
Kemasan Primer
Ukuran sebenarnya: 5 x 20 cm
Kemasan Sekunder
Ukuran sebenarnya: 5 x 5 x 12 cm
JURNAL PRAKTIKUM
PRAKTIKUM TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN LIKUID DAN SEMISOLID
SEMESTER GENAP TA. 2020/2021
PSSF FKUB
menggunakan label.
4. Bahan yang larut air dipisahkan Data kelarutan - -
dengan bahan yang larut minyak. bahan.
Pembuatan Larutan Asam Benzoat : -
5. Asam Benzoat 5 g dimasukkan ke RPM Kecepatan
dalam beaker glass dan dilarutkan sedang dan
dengan propilen glikol 75 mL konstan
6. Larutan asam benzoat dan propilen Waktu ad homogen
glikol yang sudah homogen dalam
beaker glass ditambahkan dengan
air ad 100 mL
Pembuatan Fase Luar : -
7. Bahan yang larut air, seperti gummi RPM Kecepatan
arabicum, saccharinum natricum, sedang dan
larutan asam benzoate, dan gliserin konstan
dimasukkan ke dalam beaker glass Waktu ad homogen
dan dilarutkan dengan aquades
Pembuatan Fase Dalam : -
8. Bahan yang tidak larut dalam air RPM Kecepatan
seperti phenolphthalein, dan sedang dan
vanillum dimasukkan dalam beaker konstan
glass dan dilarutkan dalam paraffin Waktu ad homogen
liquidum
9. Kedua fase yang sudah tercampur Suhu Kurang lebih -
homogen dipanaskan menggunakan 5 ˚C
penangas air dengan suhu yang Waktu ad suhu 5 ˚C
dikontrol secara ketat menggunakan
termometer
Pembuatan Emulsi :
10. Setelah kedua fase mencapai suhu Suhu Kurang lebih
yang sama, fase minyak 5 ˚C
ditambahkan ke dalam fase air RPM Kecepatan
sedikit demi sedikit tinggi
11. Saat pencampuran, kedua fase harus Waktu ad larutan
berada pada suhu yang sama dan keruh
diaduk dengan kecepatan konstan
12. Setelah terbentuk emulsi, produk Warna larutan Keruh
dimasukkan ke dalam botol
kemasan dan diberi etiket
Rasionalisasi Prosedur
Emulsi terdiri dari dua fase cair yang berbeda, sehingga dalam proses pembuatannya, bahan-
bahan yang digunakan harus dilarutkan terlebih dahulu dalam pelarut yang sesuai dengan kelarutan
bahan tersebut, untuk kemudian dicampur menjadi satu dengan bantuan emulgator. Sebelum
JURNAL PRAKTIKUM
PRAKTIKUM TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN LIKUID DAN SEMISOLID
SEMESTER GENAP TA. 2020/2021
PSSF FKUB
dilakukan pencampuran, kedua fase dipanaskan terlebih dahulu untuk mencapai energi kinetik.
Kemudian, saat proses pencampuran, suhu dari kedua fase harus sama agar proses pembentukan
emulsi terjadi secara optimal dan tidak terjadi pengendapan. Setelah kedua fase dicampur, larutan
harus diaduk terus menerus agar tidak terjadi pengendapan. Pengadukan tidak perlu dilakukan
terlalu kencang dan cepat, cukup diaduk dengan sedang namun konstan dan tidak terlalu lama. Saat
larutan berubah warna menjadi keruh, hentikan pengadukan karena hal tersebut menunjukkan
bahwa emulsi sudah terbentuk. Apabila diaduk terlalu lama, maka struktur polimer akan rusak dan
menyebabkan viskositas menurun secara signifikan sehingga menyebabkan emulsi tidak stabil.
Uji Pengenceran
1. Dilakukan dengan
mengencerkan emulsi
dengan air
REFERENSI
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Farmakope Indonesia edisi VI. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran UI. 2009. Farmakologi dan
Terapi edisi V. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Rowe, R.C., P.J. Sheskey, & M.E. Quinn. 2009. Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 6th Ed.
London : The Pharmaceutical Press.
Tjay, T.H., dan Rahardja, K., 2015. Obat-0bat Penting, Edisi ketujuh, 48, 308, Penerbit PT. Elex
Media Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta