Dokumen tersebut menjelaskan tiga cara umum pembiakan virus, yaitu inokulasi pada hewan percobaan, telur berembrio, dan biakan jaringan. Metode inokulasi pada hewan percobaan dan telur berembrio menjelaskan jenis hewan/telur, cara, dan indikasi pembiakan beberapa jenis virus. Sedangkan pembiakan pada biakan jaringan menjelaskan jenis biakan primer dan stabil serta tanda-tanda pertumbuhan virus.
0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
21 tayangan23 halaman
Dokumen tersebut menjelaskan tiga cara umum pembiakan virus, yaitu inokulasi pada hewan percobaan, telur berembrio, dan biakan jaringan. Metode inokulasi pada hewan percobaan dan telur berembrio menjelaskan jenis hewan/telur, cara, dan indikasi pembiakan beberapa jenis virus. Sedangkan pembiakan pada biakan jaringan menjelaskan jenis biakan primer dan stabil serta tanda-tanda pertumbuhan virus.
Dokumen tersebut menjelaskan tiga cara umum pembiakan virus, yaitu inokulasi pada hewan percobaan, telur berembrio, dan biakan jaringan. Metode inokulasi pada hewan percobaan dan telur berembrio menjelaskan jenis hewan/telur, cara, dan indikasi pembiakan beberapa jenis virus. Sedangkan pembiakan pada biakan jaringan menjelaskan jenis biakan primer dan stabil serta tanda-tanda pertumbuhan virus.
Dokumen tersebut menjelaskan tiga cara umum pembiakan virus, yaitu inokulasi pada hewan percobaan, telur berembrio, dan biakan jaringan. Metode inokulasi pada hewan percobaan dan telur berembrio menjelaskan jenis hewan/telur, cara, dan indikasi pembiakan beberapa jenis virus. Sedangkan pembiakan pada biakan jaringan menjelaskan jenis biakan primer dan stabil serta tanda-tanda pertumbuhan virus.
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1/ 23
Pembiakan Virus
Sri Wahyuni Handayani, S.Si.M.Biomed
Pembiakan virus Virus adalah mikroorganisme yang hidup secara obligat intra seluler, oleh karena itu cara pembiakannya lebih sulit daripada pembiakan bakteri. ▪ Ada tiga cara yang umum digunakan untuk membiakkan virus : 1. inokulasi pada hewan percobaan 2. inokulasi pada telur berembrio 3. Inokulasi pada biakan jaringan
Inokulasi Pada Hewan Percobaan
Dulu Teknik ini merupakan satu-satunya cara untuk membiakkan virus. Karena sangat banyak perbedaan kepekaan hewan percobaan terhadap infeksi virus yang dapat menimbulkan reaksi yang berbeda beda baik pada hewan yang sama spesiesnya apalagi yang berbeda spesies, maka untuk pembiakan virus kini lebih banyak digunakan metode pembiakan dengan cara invitro dengan mengunakan kultur sel. Meskipun demikian hewan percobaan masih digunakan untuk mempelajari sifat-sifat onkogenik virus, patogenesis penyakit virus, reaksi imun terhadap virus, pengaruh lingkungan terhadap infeksi dan isolasi primer terhadap beberapa jenis virus • Metode yang digunakan untuk mengadakan inokulasi virus tergantung pada jenis virus yang akan dicoba dan lokasi anatomi dari sel yang dituju dalam percobaan. • Contoh, virus berselubung segera menjadi tidak aktif jika berada pada pH asam sehingga tidak mungkin dibiakkan dengan cara inokulasi melalui alat pencernaan. • Cara yang sering digunakan untuk melakukan inokulasi adalah melalui intravena, intraserebral, intraperitonial, intranasal, intratrakeal, intradermal dan melalui subkutan. • Sehinga jenis hewan percobaan, umurnya, jenis kelamin serta cara penyuntikan untuk inokulasi pada hewan percobaan sangat tergantung dari jenis virus yang akan ditanam atau diisolasi • Beberapa contoh : - Virus Herpes simplex : Pada Kelinci, dengan bahan digoreskan/skarifikasi pada kornea, setelah beberapa hari kornea keruh karena ada vesikel-vesikel berisi virusnya. - Virus Rabies : Pada Tikus putih (albino) bayi atau dewasa, disuntikan intraserebral, setelah 1- minggu akan terlihat gejala ensefalitis (rabies) dan tikus akan mati. - Dengue : Pada Tikus putih berumur 1-3 hari, dsuntikan intraserebral dan subkutan, 3-7 hari kemudian terlihat tremor kemudian paralisis dan mati. - Penyebab Q-fever : Pada Cavia jantan, disuntikan intraperitonial, setelah 7-10 hari tampak orkhitis, dalam cairan skrotum dapat ditemukan penyebab Q-fever. - Polio Dari tinja, liqour, apus tenggorokan penderita disuntikkan pada kera secara intrakutan/intramuskular/intraneural/intraspinal, kemudian akan tampak paralisis. Inokulasi Pada Telur Berembrio • Beberapa jenis virus dapat dibiakkan pada sel-sel yang membungkus rongga telur berembrio atau pada embrio yang sedang tumbuh itu sendiri. • Berbagai jenis telur dapat digunakan untuk membiakkan virus, antara lain telur bebek, telur ayam kalkun (virus rabies), telur ayam (sering). Untuk mencegah masuknya bakteri, lapisan lilin diluar dinding telur hanya boleh disikat, tidak boleh dicuci dengan sabun. • Umur telur berembrio, suhu dan lamanya pengeraman serta cara penyuntikan yang bermacam-macam tergantung kepada jenis virus yang akan dibiakkan atau diisolasi. • Beberapa Contoh : a. Inokulasi pada selaput Chorio Allantois (Dropping CAM) • Jenis virus Umur telur (hari) Pengeraman • Lamanya Suhu • Variola 9 – 14 3 x 24 jam 36 – 36oC • Fowl pox 9 – 14 5-7 x 24 jam 37oC • Herpes simplex 9 – 14 2-3 x 24 jam 26oC • Tabel : 1.3 Waktu dan Suhu Pengeraman pada Virus - Intra amnion/Intra alantois : Untuk Herpes simplex, Influenza dan Parotitis epidemika dipakai telur berumur 9-12 hari dengan lama pengeraman 2 x 24 jam pada suhu 37oC. - Intra yolk sac : Untuk Q-fever, telur berembrio berumur 6-8 hari, 10 x 24 jam pada suhu 37oC. Untuk Trakhoma, telur berembrio berumur 7-10 hari, lama pengeraman 1-2 minggu pada suhu 37oC. - Intra embrional : Untuk Japanese B Encephalitis, dipakai telur berembrio umur 8-10 hari dan dieramkan pada suhu 37oC. b. Inokulasi pada CAM (Chorio Allantois Membrane) - Untuk Fowl pox, Variola, Vaccinia dan Cowpox terbentuk pocs khas untuk masing-masing virus. - Untuk Herpes simplex membentuk plaque. - Pocks adalah bintik-bintik putih berbentuk bundar dan menonjol pada permukaan CAM. - Plaques adalah bintik-bintik putih berbentuk bundar yang sangat datar dan transparan • Sifat pocks dan plaques dari beberapa virus : 1. Sifat pocks virus variola : Bentuk bundar, diameter kira-kira 1 mm, berwarna putih keruh, menonjol pada permukaan CAM. 2. Sifat pocks Virus Vaccinia : Berwarna putih jernih, berukuran besar, tidak begitu menonjol pada permukaan CAM. 3. Sifat pocks Virus Cowpox : Ukurannya sama dengan pocks Virus Vaccinia, warnanya putih yang ditengahnya terdapat warna merah karena adanya perdarahan. 4. Sifat pocks Virus Fowlpox : Ukurannya jauh lebih besar dari pocks Virus Vaccinia tetapi lebih menonjol pada permukaan CAM. 5. Sifat plaques Virus Herpes simplex : Warnanya sama dengan pocks Vaccinia tetapi sama sekali tidak menonjol pada permukaan CAM dan transparan, ukurannya lebih kecil dari pocks Variola. Hasil penyuntikan pada : 1. Intra amnion/intra alantois Membentuk antigen hemaglutinin dan ikatan komplemen. 2. Intra Yolk sac Membentuk antigen ikatan komplemen. 3. Intra embrional Penyuntikan virus akan menyebabkan kematian embrio. Tetapi tidak boleh menunggu sampai embrio mati karena virusnya akan mati juga. Untuk itu telur berembrio harus diperiksa setiap hari di kamar gelap, apabila geraknya mulai lambat, embrio dikeluarkan dan virusnya diambil • Pasase virus secara intra amnion berkali-kali dan selanjutnya pasase virus secara intra alantois dapat menurunkan virulensi virus. • Contoh : Virus influenza sesudah dipasase 5 kali berturut-turut secara intra amnion, avirulen bagi manusia tapi virulen bagi tikus, kemudian diteruskan 5 kali berturut-turut secara intra alantois, ternyata tidak virulen lagi bagi manusia, tetapi tetap virulen bagi tikus Inokulasi Pada Biakan Jaringan Pada kultur jaringan ini selain pembiakan virus, dapat juga dilakukan berbagai macam tindakan, misalnya penemuan berbagai macam virus baru, penelitian sifat virus dalam jangka panjang dan juga usaha untuk menemukan vaksin terhadap virus. Terdapat empat dasar jenis kultur sel hewani yaitu kultur primer dan kultur sekunder, diploid cell strains dan continuous cell lines. Kultur primer berasal langsung dari jaringan hewan dan merupakan sel-sel satu lapis (sel monolayer). Kultur sekunder merupakan subkultur dari kultur primer jaringan normal. Sesudah melalui 30 sampai 50 subkultur atau bila dilakukan subkultur ulangan, sel-sel mengalami generasi atau mati. Kadang-kadang sel mengalami perubahan sehingga mampu hidup sesudah melewati subkular lebih dari 50 kali. Sel-sel ini umumnya telah mengalami perubahan morfologi. Meskipun jumlah kromosomnya tidak berubah dan disebut sebagai diploid cell strains. • Selama mengadakan kultur dari cell strains dapat terjadi continuous cell lines yang berubah sifat-sifat khasnya, tumbuh dengan cepat, membentuk beberapa lapis sel dan juga berubah jumlah kromosomnya. • Continuous cell lines dapat juga terbentuk dari kultur primer dari jaringan maligna secara langsung atau tumbuh dari kultur primer yang diinfeksi dengan virus onkogenik. • Di dalam penggunaannya biakan jaringan yang berasal dari manusia maupun hewan dibagi menjadi dua yaitu biakan jaringan primer (Primary tissue culture = primary cell line), stable cell line • Biakan jaringan primer Pada umumnya biakan jaringan berasal dari hewan (anjing, kera, kelinci, ayam, babi, tikus, serangga dan lain-lain) dan bisa juga dari manusia. Biakan jaringan baik yang berasal dari hewan ataupun dari manusia bisa dibuat dari jaringan normal, embrional atau abnormal. Contoh : a. Dari jaringan dewasa normal dibuat dari : Ginjal kera atau ginjal kelinci dan hati manusia. b. Jaringan embrional : Paru-paru dan usus embrio manusia, embrio tikus, embrio anjing. c. Jaringan abnormal : Terutama dari tumor jinak atau ganas seperti, Roos Sarcoma dari tikus, karsinoma epidermoid dari cervix dan karsinoma epidermoid dari nasopharynx manusia. • Stable cell line Stable cell line diperoleh dengan pasase sel primer sehingga sifat sel tidak berubah. Contohnya : a. Hela cell (Helena lane), berasal dari epidermoid karsinoma cervix. b. KB cell, berasal dari epidermoid karsinoma nasopharynx. c. LLCMK2, berasal dari ginjal kera Rhesus. d. BSCL cell, dari ginjal kera Grivet. e. BHK 21, dari ginjal Hamster bayi, pasase ke 21. Tanda-Tanda Adanya Pertumbuhan Virus Dalam Biakan Jaringan :
1. Cytopathogenic efek (CPE) CPE adalah suatu perubahan morfologis
sel biakan jaringan monolayer yang semula sel-selnya terbentuk kumparan dan tersusun teratur kemudian berubah selselnya menjadi bundar-bundar, berkelompok, sebagian terlepas dari dinding botol, inti membesar, struktur inti menjadi kasar dan tampak lebih gelap (piknotis). Keadaan ini menunjukkan adanya pertumbuhan virus. Contohnya adalah biakan ginjal kera yang ditanami virus Polio, setelah 4-5 hari kemudian (suhu 37oC) akan menunjukan CPE. Hal yang sama terjadi pada biakan ginjal kelinci yang ditanami virus Rubella dan pada biakan jaringan ginjal kera yang ditanami virus Coxsackie B atau kera Hela cell yang ditanami Coxsackie A. 2. Adanya perubahan metabolisme sel biakan jaringan dan kegagalan pembentukan asam dari biakan jaringan. 3. Adanya pembentukan antigen dalam biakan jaringan tergantung dari jenis virusnya, bisa antigen netralisasi, antigen ikatan komplemen dan antigen hemaglutinin. 4. Terjadinya hemabsorpsi yaitu pengikatan eritrosit hewan tertentu dalam konsentrasi tertentu oleh sel biakan jaringan yang ditandai dengan tersusunnya eritrosit , seperti kalung mutiara disekitar sel yang mengandung virus tersebut. Tanda ini bisa terjadi sebelum terjadinya CPE atau tanpa CPE sama sekali. • Contoh : Biakan jaringan kera Macaca di tanam dengan virus JBE, sesudah dieramkan tidak timbul CPE. Apabila medium dibuang kemudian ditambahkan eritrosit angsa 0,5% dan dieramkan 37oC selama 1-5 jam, ternyata dibawah mikroskop tampak eritrosit angsa tersusun disekeliling sel yang mengandung virusnya. Hal ini membuktikan bahwa virus JBE tumbuh dan hidup di dalam sel ginjal kera Macaca walaupun tidak ada CPE. 5. Adanya interferensi, bila suatu biakan jaringan Hela cell yang ditanami virus Coxackie A tipe 7, sesudah dieramkan 37oC 1 minggu, ternyata tidak ada CPE, tetapi apabila biakan jaringan tersebut ditanami suatu virus (misalnya Virus Polio 1) yang diketahui dapat menyebabkan CPE, ternyata pada biakan jaringan tidak terjadi CPE. Hal ini berarti ada interferensi, jadi virus Coxsackie tumbuh sehingga sel biakan jaringan Hela cell membentuk interferon yang menghalangi pertumbuhan Virus Polio. 6. Adanya perubahan morfologis karena virus onkogenik (virus yang mempunyai daya membentuk tumor) akan tampak perubahan morfologis dan susunan sel biakan jaringan berupa beberapa mikrotumor. Sel-sel biakan jaringan bertumpuk-tumpuk tidak merupakan suatu monolayer lagi dan tampak adanya sel-sel datia dengan banyak inti di dalamnya. Contohnya adalah Adenovirus, virus SV 40 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Virus Dalam Biakan Jaringan 1. Suhu Biakan Jaringan bisa hidup terus pada suhu 40-41oC, tetapi bila biakan jaringan sudah ditanami virus maka virus hanya bisa hidup pada suhu 36-37oC. Apabila suhu kurang dari 36oC maka pertumbuhannya akan sangat lambat atau tidak tumbuh sama sekali. 2. PH Virus paling baik tumbuh pada pH 7-7,5, bila kurang dari 7 biasanya virus akan mati. Untuk menghindarkan timbulnya keasaman pada waktu pertumbuhan virus, maka mediumnya jangan diberi glukosa danditambahkan Na2CO3 (Natrium bikarbonat) 3. Keadaan biakan jaringan Cara menyimpan biakan jaringan berpengaruh terhadap pertumbuhan virus. Biakan jaringan dapat diletakkan miring 3o bisa stasioner (diam) atau diputar. Ada beberapa virus yang pertumbuhannya subur dalam keadaan memutar dengan alat tertentu (dalam keadaan rotasi dengan alat roller drum). Contohnya adalah virus Polio tumbuh lebih baik pada keadaan rotasi daripada keadaan stasioner. 4. Jenis Virus, jenis biakan jaringan, jenis dan konsentrasi sumber protein serta komposisi medium. Contohnya : - Virus Polio akan tumbuh subur dengan cpe yang cepat bila ditanam pada biakan jaringan ginjal kera Macaca yang ditambah Earle’smedium dengan sumber protein serum kuda 10%, cpe tampak setelah pengeraman 37oC 3-4 hari. - Virus Dengue, dipakai biakan jaringan LLCMK2 ditambah Earle’s medium dan serum anak sapi 5-10%, akan memperlihatkan cpe yang sangat jelas.