PIS Teori Max Weber & Relevansinya Dengan Quran
PIS Teori Max Weber & Relevansinya Dengan Quran
PIS Teori Max Weber & Relevansinya Dengan Quran
Disusun oleh :
2021
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketika membicarakan perihal teori-teori sosial, Max Weber menjadi salah satu toko yang
diperhitungkan karena gagasan-gagasan yang ditawarkannya mengenai teori tindakan sosial.
Dalam hal ini, Max Weber sebagai tokoh menganalisa bagaimana perkumpulan masyarakat itu
ada karena ada sesuatu yang melatarbelakanginya, bagaimana seseorang memutuskan suatu
tindakan atas dasar pertimbangan yang sebelumnya telah ada dalam pikirannya, dan bagaimana
pola hidup masyarakat bisa terbentuk karena adanya faktor pendorong baik dari dirinya atau
dari luar dirinya yang mendorong untuk melakukan hal tersebut.
Teori-teori Max Weber juga merupakan rujukan yang tepat karena di dalamnya beliau
membahas persoalan perilaku-perilaku seseorang itu dapat dikatakan sebagai tindakan/aksi
sosial apabila memang memberikan sumbangsih pengaruh terhadap perilaku orang lain, atau
perubahan sosial yang terjadi dalam lingkupnya. Pada kesempatan kali ini, kami akan
membahas bagaimana Max Weber menganalisa dan mengejawantahkan ide gagasannya
tersebut dalam bentuk teori sosial yang kemudian diintegrasikan dengan relevansinya terhadap
Alquran sebagai pedoman kitab suci umat Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah biografi tokoh Max Weber?
2. Apa teori tindakan sosial menurut Max Weber?
3. Bagaimanakah bentuk keterkaitan teori Max Weber dengan Alquran?
C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami biografi tokoh Max Weber
2. Mengetahui dan memahami teori tindakan sosial menurut Max Weber
3. Mengerti bagaimana integrasi keterkaitan teori Max Weber dengan Alquran
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pada awalnya Max cenderung pada ayahnya, namun pada akhirnya ia lebih cenderung
kepada ibunya. Pada umumnya yang ke 18, Max pergi meninggalkan rumahnya untuk
melanjutkan studi di Universitas Heidelberg. Namun baru tiga semester Ia berada di
Heidelberg, max pergi ke Berlin untuk wajib militer, dan melanjutkan pendidikannya di Berlin
selama 8 tahun dan akhirnya mendapatkan gelar Ph. D, dan menjadi seorang pengacara dan
juga mengajar di Berlin.
Seiring berjalannya waktu, ia pun minat kepada bidang ekonomi, sehingga, sosiologi
dan sejarah menjadi objek perhatian max. Dan max lebih fokus dalam studinya, sampai pada
tahun 1986 Max Weber mendapatkan gelar profesor ekonomi di Heidelberg. Tetapi pada tahun
selanjutnya yaitu pada tahun 1987, ayahnya meninggal dunia ketika karir Max sedang
berkembang. Pada tahun 1905 ia menerbitkan salah satu karyanya yang terkenal yakni The
Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism. Dalam karyanya ini ia banyak menyatakan
kesalehan ibunya yang diwarisinya pada level akademik, Weber banyak mempelajari agama
meskipun secara pribadi ia tidak religius.2
1
Ahmad Putra, Konsep Agama dalam Perspektif Max Weber Al-Adyan: Journal of Religious
Studies | Volume 1, Nomor 1, Juni (2020)
2
Susanto, Adi. Dkk. BIOGRAFI TOKOH-TOKOH SOSIOLOGI Klasik sampai Postmodern. IAIN Parepare
Nusantara PressJalan Amal Bakti No.8 Soreang Kota Parepare, Sulawesi Selatan 91132
3
Berkaitan dengan karya-karya yang dibuat oleh Max Weber, sempat dibaca oleh ibunya,
akhirnya ibu Max Weber menilai bahwa apa yang dibuat oleh anaknya bisa membuat orang-
orang disekitar merasa terkejut dan takutnya nanti asing dalam hal intelektual. Memang diakui
bahwa Max Weber dengan ayah dan ibunya memang tidak sejalan perihal pemikiran serta cara
berfikir, namun motto konfirmasi yang bisa diterima oleh Max Weber di balik perbedaan
pemikiran itu ialah bahwa Tuhan merupakan sebuah roh, dan di mana ada roh tersebut,
disanalah ada kebebasan (Weber, 1946).
Gangguan saraf telah lama dialami Weber, akan tetapi semangatnya tidak pernah pudar
dalam berkarya sehingga berhasil menerbitkan karyanya tentang agama dunia dalam perspektif
sejarah dunia, seperti karyanya yang sangat penting Economy dan Society, meskipun belum
selesai hingga meninggal pada 14 Juni 1920.
Max Weber merupakan salah seorang sosiolog. Ia mendefinisikan Sosiologi sebagai ilmu
yang berupaya memahami tindakan sosial. Sedangkan tindakan sosial ialah setiap perbuatan
atau tindakan manusia yang memiliki arah dan tujuan tertentu.
Teori yang ditawarkan Weber dalam tindakan sosial ada empat tipe, yaitu instrumentally
rational, value rational, affectual, dan traditional.
a. Teori tindakan rasional, tindakan instrumental yang memiliki tujuan, dalam artian kita
memikirkan untuk mencapai sebuah tujuan dengan melakukan tindakan tertentu yang
sudah direncanakan dan dipikirkan sebelumnya.
b. Teori tindakan nilai, mempertimbangkan untuk melakukan sesuatu atas dasar nilai
tertentu, artinya kita memikirkan bagaimana baik buruknya, susah mudahnya, merugikan
atau menguntungkannya, yang pada intinya merujuk pada pertimbangan nilai maslahah
dan mudharat.
c. Teori tindakan emosional, mempelajari tentang dasar emosional yang muncuk ketika
melakukan sebuah tindakan/aksi sosial, hal inilah yang mempengaruhi atau
melatarbelakangi seseorang ketika melakukan sesuatu. Emosi sendiri yang dimaksudkan
juga secara menyeluruh, dari simpati, cinta, benci, marah, bahagia, sedih, kasihan, dan
masih banyak lagi emosi-emosi yang lainnya.
4
d. Teori tindakan tradisional, merupakan tindakan yang didasari karena sesuatu yang
bersifat repetitif dan dilakukan berulang kali hingga menjadi sebuah tradisi.
Di antara teori Weber yang dapat diimplementasikan dalam studi Al-Qur’an adalah
instrumentally rational dan value rational. Instrumentally rational, yaitu tindakan-tindakan
yang ditentukan oleh harapan-harapan yang memiliki tujuan untuk dicapai dalam kehidupan
manusia yang bertujuan untuk mencapai hal tersebut, serta telah dirasionalkan sedemikian rupa
untuk dapat diraih pelaku.
Sedangkan value rational, yaitu tindakan yang didasari oleh kesadaran keyakinan
mengenai nilai-nilai yang penting, seperti etika, estetika, agama dan nilai-nilai lainnya yang
mempengaruhi tingkah laku manusia dalam kehidupan.3
3
Muhammad Quraish Shihab. Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an. (Jakarta: Lentera Hati).
2006, Hal 51
5
telah lengkap dipaparkan dalam Alquran, dilarang untuk berzina, minum-minuman
keras, melakukan kejahatan, atau tindakan-tindakan yang buruk lainnya.
b. Hablumminannas : Selain kepada Allah, manusia mempunyai peran sosial terutama
kepada sesama manusia, bagaimana kemudian hubungan sosial bisa terbentuk dan
terjaga dengan baik semestinya dengan saling menghormati, membantu satu sama
lain, mengemban amanah sebagai khalifah fil ardh bersama-sama dengan melakukan
kerjasama pada hal-hal kebaikan, dan masih banyak lagi. Disini juga kemudian yang
perlu ditekankan bahwa adanya hubungan antar manusia mengantarkan pada
tanggunggjawab besar manusia di bumi untuk bertanggungjawab atas tindakan-
tindakannya mengelola apa yang ada di bumi ini, hal ini meliputi sumber daya alam
yang ada, hewan, tumbuhan, perannya dalam kehidupan baik sebagai anak, orangtua,
teman, sahabat, pasangan hidup, hingga berdasarkan profesi atau pekerjaan yang
dilakukannya sesuai ranah beserta peran masing-masing.
c. Amanah terhadap dirinya sendiri : Selain perannya dengan apa yang ada di luar
dirinya, menurut Al-Maraghi manusia juga mmepunyai peran terhadap dirinya
sendiri, manusia sebaiknya mampu mengerti hal-hal yang lebih baik dan bermanfaat
bagi dirinya untuk kepentingan agama yang berorientasi pada dunia akhiratnya untuk
lebih diprioritaskan dibandingkan tindakan-tindakan sosial yang berkebalikan dengan
hal tersebut.4
2. Tindakan nilai (melakukan sesuatu dengan mempertimbangkan baik buruknya)
Sejak diciptakannya manusia, Allah membekali manusia dengan akal dan pikiran.
Dalam hal ini Allah jgua memberikan petunjuk sekaligus kebebasan bagaimana manusia
menyikapi petunjuk-petunjuk tersebut. Hadirnya akal dan pikiran itu juga kemudian
menjadi sebuah tanggungjawab bagaimana manusia dapat memilih dan memilah mana
yang baik dan mana yang buruk. Merujuk dari perkataan Quraish Shihab dalam
penafsiran Al-Misbah terhadap QS. Luqman ayat 27, pada intinya Allah memberikan
kebebasan memilih adalah sebuah bentuk bagaimana Allah menguji hamba-Nya.
Misalnya saja, Allah menganugerahi anggota tubuh yang lengkap serta akal
pikiran yang ada dalam tubuhnya, Allah memberikan petunjuk pada perintah-Nya bahwa
mencuri itu tidak baik karena merupakan tindakan sosial yang mengambil hak milik
4
https://pasca.ion-malang.ac.id/tugas-manusia-di-bumi/ diakses pada Senin, 8 November 2021 pukul 08.25 WIB
6
orang lain, tetapi manusia diberi kebebasan, jika memang tidak bertanggungjawab maka
manusia tersebut akan tetap mencuri, jika bertanggungjawab dan mempertimbangkan
nilai sebelum bertindak, maka ia tidak akan melakukannya.
Agama Islam pun juga telah mengajarkan untuk selalu menimbang mana yang
lebih banyak maslahahnya dibandingkan mudharatnya sebelum melakukan sesuatu agar
meminimalisir untuk melakukan kesalahan atau berdampak pada kerugian yang ada di
sekelilingnya. Hal inilah yang kemudian mampu diterapkan dalam teori Max Weber
ketika membincangkan soal teori nilai.
3. Tindakan emosional (melakukan sesuatu karena emosi/perasaan yang mempengaruhi
tindakan, seperti simpati, cinta, sedih, benci, bahagia, marah, dst)
Adanya anugerah akal, pikiran dan perasaan merupakan hal yang penting dan
banyak berperan terhadap keputusan-keputusan tindakan yang dilakukan oleh manusia.
Allah SWT memberikan semua itu juga sebagai sebuah jalan untuk
mempertanggungjawabkan kewajiban manusia berada di muka bumi ini. Dalam hal ini,
ajaran Agama Islam dan juga ayat-ayat dalam Alquran sebagai keyakinan serta pedoman
utama umat muslim menjadi sebuah rujukan yang amat urgent dalam mempertimbangkan
tindakan-tindakan yang sifatnya juga emosional.
Misalnya saja, bagaimana kepekaan kita dan kebesaran simpati serta empati kita
apabila melihat saudara kita di luar sana sedang kesusahan, atau yang ada di sekeliling
kita sedang membutuhkan bantuan. Dalam Alquran kita diajarkan untuk bercakat (QS.
At-Taubah ayat 103), diajarkan untuk berpuasa (QS. Al-Baqarah ayat 183), bersedekah
(QS. Al-Hadid ayat 7), semuanya merupakan bentuk petunjuk untuk menanamkan dan
menumbuhkan rasa melakukan kebaikan yang mengarah pada emosi-emosi baik pada diri
kita.
Jikalau tindakan emosional ini dapat dimanfaatkan dengan baik maka akan sesuai
dengan yang diperintahkan oleh Allah SWT. Begitupun sebaliknya, apabila manusia
tidak mampu mengontrol diri dan juga emosinya, menahan nafsunya, maka ia yang akan
ada di bawah kendali emosinya, dan dalam jangka waktu panjang hal ini tentu berdampak
negatif pada interaksinya baik dengan sesama manusia, alam, atau terhadap dirinya
sendiri.
7
4. Tindakan tradisional (karena sebab budaya, kegiatan yang dilakukan secara repetitif
dalam sebuah kebiasaan sebelumnya).
Sebagaimana Allah yang telah memilih Rasulullah SAW untuk bertugas di bumi
ini, Allah menurunkan wahyu dan memberikan banyak petunjuk untuk kemudian
pengejawantahannya dipraktekkan dan disalurkan melalui perantara Rasulullah SAW
agar ajaran-ajaran agama Islam lebih mudah dipahami oleh umat. Ditambah lagi Alquran
sebagai kitab yang diturunkan atas respon budaya dan perilaku masyarakat ketika itu,
kemudian dalam penyebarannya hingga sampai pada Negara Indonesia dengan proses
kontemplasi dan penyesuaiannya sesuai budaya serta perilaku saat itu yang dibawa oleh
Walisongo misalnya, kesemuanya menjadi beberapa faktor yang kemudian mendasari
adanya tindakan tradisional yang dilakukan oleh manusia.
Kita yang saat ini juga meneruskan perilaku tindakan tradisional yang jika
menilik dari hal-hal menyoal Agama Islam, meneladani tindakan-tindakan Rasulullah
SAW yang kemudian menjadi sebuah sunnah seperti dalam hal-hal yang prinsipil
bagaimana kita makan, berpakaian, berinteraksi dengan sesama, dan melakukan segala
sesuatu yang lainnya.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
8
Setelah menjabarkan pembahasan terkait biografi, teori hingga implementasinya dengan
relevansi Alquran, dapat disimpulkan bahwa teori-teori tindakan sosial Max Weber menjadi sebuah
poin-poin yang kemudian apabila dijabarkan satu-persatu, sebetulnya sudah dijabarkan dalam Alquran
yang sesuai dengan petunjuk Allah dan ajaran Rasulullah SAW sejak datangnya Islam. Menilik dari
teorinya, dari tindakan rasional, tindakan nilai, tindakan emosional hingga tindakan tradisional pada
hakikatnya manusia melakukan segala sesuatu atas dasar pengaruh atau ada faktor yang
melatarbelakanginya, sehingga mendorong seseorang untuk memberikan keputusan melakukan
tindakan tersebut. Manusia juga melakukan sesuatu karena ada sebuah tujuan, sehingga tidak ada
aksi/tindakan di dunia ini yang dilakukan tanpa sebuah maksud apapun.
2. Saran
Maksud ditulisnya makalah tentang ini, semoga bisa menjadikan pengetahuan bagi pembaca
untuk menganalisa dan mengkritisi apa yang telah dipaparkan dalam makalah ini supaya dapat dikaji
lebih dalam lagi. Apabila ada salah kata dalam penulisan mohon maaf yang sebesar-besarnya.
9
DAFTAR PUSTAKA
Putra, Ahmad. Konsep Agama dalam Perspektif Max Weber Al-Adyan: Journal of Religious Studies
(1)1, Juni (2020).
Quraish Shihab, Muhammad. Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an. (Jakarta:
Lentera Hati). 2006, Hal 51.
Susanto, Adi. Dkk. BIOGRAFI TOKOH-TOKOH SOSIOLOGI Klasik sampai Postmodern. IAIN
Parepare Nusantara PressJalan Amal Bakti No.8 Soreang Kota Parepare, Sulawesi Selatan.
10