Klp. 14 - Takhrij Hadits
Klp. 14 - Takhrij Hadits
Klp. 14 - Takhrij Hadits
Disusun Oleh:
KELAS 4 A
PRODI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN SYARIF KASIM RIAU
TA 2022/2023
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunianya sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah mata kuliah Takhrij Hadits
yang berjudul “Metode Takhrij Bi Shifat Al-Hadits”. Makalah dibuat guna untuk
memenuhi tugas mata kuliah Takhrij Hadits. Sholawat beserta salam kita hadiahkan
buat nabi Muhammad SAW yang mana beliau telah membawa umatnya dari zaman
jahiliyah ke zaman yang berisi ilmu pengetahuan yang kita rasakan saat ini.
Dan tak lupa ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen
pengampu yaitu Bapak H.Nixon Husin,Lc.,M.Ag yang telah memberikan kesempatan
dan mempercayai kepada penulis untuk menyampaikan materi ini. Penulis menyadari
bahwa makalah ini masih terdapat kekhilafan dan kekurangannya, maka dari itu kritik
dan saran demi penyempurnaan lebih lanjut sangat penulis harapkan. Semoga makalah
ini bermanfaat bagi penulis dan umumnya bagi yang berminat untuk membacanya,
Aamiin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
A. Kesimpulan ....................................................................................................9
B. Saran...............................................................................................................9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sumber ajaran Islam setelah Al qur‟an adalah al hadīts. Hadīts atau yang
disebut juga dengan sunnah, sebagai sumber ajaran Islam yang berisi pernyataan,
pengamalan, persetujuan, dan hal ihwal Nabi Muhammad SAW yang beredar pada
masa nabi Muhammad SAW hingga wafatnya, yang disepakati sebagai salah satu
sumber pokok ajaran Islam dan isinya menjadi hujjah keagamaan.
Paling tidak ada 5 metode takhrij dalam arti penelusuran hadis dari sumber
hadis yaitu takhrij dengan kata (bi al lafzhi), takhrij dengan tema (bi al-mawdu‟),
takhrij dengan permulaan matan (bi awwal al-matan), takhrij dengan sanad pertama (bi
ar-rawi al a‟la) dan takhrij dengan sifat (bi ash-shifah). Adapun didalam tulisan ini
akan dijelaskan mengenai teknik atau metode mentakhrij hadits dengan sifat (bi ash-
shifah). Oleh sebab itu didalam makalah ini kami akan menjelaskan tentang metode
takhrij bi shifat al-hadits sebagai salah satu metode takhrij al-hadits.
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
2
3
BAB II
PEMBAHASAN
Metode ini adalah metode yang relative mudah untuk men-takhrij hadis karena
metode ini sudah dikumpulkan oleh para ulama mendekati abad moderen atau kisaran
1200 H. Metode ini sangat membantu dalam proses pencarian hadis berdasarkan
statusnya.
Dengan kata lain, maksud dari metode ini ialah memperhatikan hal ihwal hadis
dan sifat-sifatnya yang terdapat pada matan hadis atau sanadnya1. Jika pada matan
hadis terdapat gejala-gejala palsu, maka cara tercepat untuk mengetahui takhrij-nya
adalah dengan merujuk pada kitab-kitab “al-Maudhu„at”. Jika hadis itu adalah hadis
qudsi, maka sumber tercepat untuk mencarinya adalah kitab-kitab yang khusus
menghimpun hadis-hadis qudsi. Misalnya: kitab al-Azhar al-Mutanasir fi al- Akhbar
al-Mutawatir karangan Suyuti. (Mahmud Tahhan: 134-135)
1
Mahmud al-Thahan, Usul Al-Takhrij Wa Dirasat Al-Sanid, Al-Riyad, Maktabah Al-Ma‟ rif,
1398 /1978 M, h. 129
4
dengan kondisi orang tersebut. Jika suatu hadis sudah dapat diketahui sifatnya,
misalnya maudhu‟, shahih, qudsi, mursal, masyhur, Mutawatir, dan lain-lain
sebaiknya di takhrij melalui kitab-kitab yang telah menghimpun sifat-sifat tersebut.
1 Tentukan status hadis yang akan diteliti terlebih dahulu, dalam hal ini peneliti
harus mengetahui terlebih dahulu bagaimana status dan kualitas hadis yang
akan ditelusuri (ditakhrij)
2 Cari pada kitab yang sesuai dengan status hadis yang diteliti, banyak kitab hadis
yang menjadi sumber rujukan dalam metode takhrij bi shifatul hadis sesuai
dengan klarifikasi kitab hadisnya, misalnya jika pada matan hadis terdapat
gejala-gejala palsu, maka cara tercepat untuk mengetahui takhrij-nya adalah
dengan merujuk pada kitab-kitab “al-Maudhu„at”. Jika hadis itu adalah hadis
qudsi, maka sumber tercepat untuk mencarinya adalah kitab- kitab yang khusus
menghimpun hadis-hadis qudsi. Misalnya: kitab al-Azhar al-Mutanasir fi al-
Akhbar al-Mutawatir karangan Suyuti.
5
Sedangkan pada sanad hadis, jika terdapat anak yang meriwayatkan hadis dari
ayahnya, maka cara tercepat untuk mencarinya adalah kitab-kitab yang khusus
menghimpun hadis-hadis yang diriwayatkan anak dari bapaknya. Seperti: kitab
Riwayat al-Abai„an al-Abna‟i karangan al-Khatb al-Bagdadi. Demikian juga jika
sanad itu berangkai, maka lihat pada kitab al-Musalsalat al-Kubra karangan as- Suyuti.
Jika mursal maka lihat pada kitab al-Marasil karangan Abu Daud. (Abustani 2012:
130)
Penerapan dalam metode ini dapat kita lihat dalam contoh hadis berikut,
Rasulullah ﷺbersabda :
Dari al-Mughiroh bin Syu‟bah radhiallahu „anhu bahwasan nya Rasulullah ﷺ
bersabda : “Sesungguhnya berdusta atas namaku tidaklah sama dengan berdusta atas
seseorang (selainku), Siapa yg berdusta atas namaku dengan sengaja maka hendaklah
ia menempati tempat duduknya nya di neraka.” [Hadits riwayat Al- Bukhari di dalam
shahih Al-Bukhari no. 1291 dari Al-Mughirah bin Syu‟bah]. Hadits ini diriwayatkan
oleh lebih dari 70 orang sahabat.
Kemudian dalam contoh lain yaitu hadits maudhu yang diambil dari penjelasan
Imam Ibnul Qoyyim al-Jauziyyah rahimahullah :
6
“Barangsiapa istirahat di waktu pagi pada hari 'Idul Fithri, dia bagaikan puasa
sepanjang waktu”
Ini adalah hadits palsu yang dibuat oleh Ibnu al-Bailami. Ibnu Hibban
rahimahullah berkata: “Dia meriwayatkan hadits dari ayahnya sebanyak kurang lebih
200 hadits, semuanya palsu dan tidak boleh berhujjah dengan dia dan juga tidak boleh
disebut namanya kecuali hanya untuk menjelaskan keheranan terhadapnya ”
Hadits diatas disebut sebagai hadits maudhu‟, maka untuk men-takhrij hadits ini
bisa membuka kitab sekitar hadits-hadits maudhu‟, seperti kitab al-Maudhu‟at as-Sugra
7
Jami‟ Sughro karangan Imam Suyuthi juga, kemudian ada kitab Kunuuzil
Haqaaiq karangan imam Al-Manawi, Kitab Ad-Dar Al-Mantsur fi Tafsir
bil-Ma‟tsur karangan Imam Suyuthi untuk menjadi referensi hadis
didalamnya. kemudian dalam kitab ini terdapat sekitar 363 hadis qudsi yang
terkumpul.
• Al-Ahadits al-Qudsiyyah dari lembaga Al-Quran dan hadits dewan tertinggi
agama islam (mesir)
8
• Al-Asma‟ l-Mubhamah fi al-Anba‟ al-Muhkamah karya al-Khatib al-
Bagdadi (w. 463 H)
• Kitab al-Mustafad min Mubhamat al-Matn wa al-Isnad karya Abu Zur‟ah
Ahmad ibn Abd ar-Rahim al-Iraqi (w. 826 )2
Penerapan dalam metode ini dapat kita lihat dalam contoh hadits berikut, Rasulullah
SAW bersabda :
عن المغرة بن شعبة رضى هللا عنه ان ر سول هللا صل هللا عليه و سلم قل ان كد با علي ليس ككد ب علي احد
فمن كدب علي متعدا فليتبوا مقعده من النار
2
Ibid., h. 132
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Dengan tersusunnya makalah ini kami harap dapat memberikan manfaat bagi
para pembaca dan dapat dijadikan sebagai bahan kajian sehingga dapat memberikan
lebih kejelasan bagi pembaca tentang materi yang telah kami bahas. Selanjutnya, kami
menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna untuk itu kami berharap
kesediaan dari pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun,
denga harapan semoga menjadi hasil yang lebih baik dan sempurna dikemudian hari.
10
DAFTAR PUSTAKA
Abu Muhammad „Abd al-Mahdi ibn „Abd al-Qadir ibn „Abd al-Hadi, Thuruq Takhrij
al-Hadist, („Ajuzah: Maktabah al-Iman, 1986)
Khon Abdul Majid, Takhrij dan Metode Memahami Hadist. Jakarta : Amzah, 2014.
Nur, Tajudin, Debibik Nabilatul Fauziah. Pengenalan Metode Takhrij Hadits Dalam
Upaya Meningkatkan Kompetensi Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas
Singaperbangsa Karawang (UNSIKA). Passion of the Islamic studies center.
Said Agil Husaen Al-Munawwar dan Ahmad Rifqi Muchtar, Metode Takhrij Hadist,
(Semarang: Dina Utama, 1994)
11