Tugas 3 Iut
Tugas 3 Iut
Tugas 3 Iut
Risk Analysis of Corn Farming Production (Zea Mays L.) in East Trumon Sub-District, South
Aceh District
Helma Nura1*, Fajri1, Indra1
Program Studi Agribinis, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala
helmanura98@gmail.com
ABSTRACK
Corn is a food crop commodity in the secondary crops sub-sector which is widely cultivated by
people of East Trumon. However in cultivation, farmers face uncertainty or risk. One of the
risks faced by many farmers is the risk productions which can be caused by production factors.
The purpose of this study was to see how much the level of risk production faced by farmers and
the factors that influence it. This study uses the Coefficient of Variation (CV) and Just and pope
analysis method. The results of this study indicate that the level of production risk faced by
maize farmers in East Trumon District is high, namely 0.54 and the production factors that
affect the risk of corn farming are seeds, pesticides, urea fertilizer and phonska fertilizer.
Keywords: Corn, Production, Risk Productions.
ABSTRAK
Jagung merupakan komoditi tanaman pangan subsektor palawija yang banyak dibudidayakan
oleh masyarakat Trumon Timur. Namun dalam budidayanya, petani menghadapi
ketidakpastian atau risiko. Salah satnya risiko yang banyak dihadapi oleh petani adalah risiko
produksi yang dapat disebabkan oleh faktor produksi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
melihat seberapa besar tingkat risiko produksi yang dihadapi oleh petani dan faktor-faktor
apasaja yang mempengaruhinya. Penelitian ini menggunakan metode model Coefisien Variasi
(CV) dan Just and pope. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa tingkat risiko produksi
yang dihadapi oleh petani jagung Kecamatan Trumon Timur tinggi, yakni sebesar 0,54 dan
faktor produksi yang berpengaruh terhadap risiko produksi usahatani jagung adalah faktor
benih, pestisida, pupuk urea dan pupuk phonska.
Kata kunci : Jagung, Produksi, Risiko Produksi
31
PENDAHULUAN luput dari berbagai risiko dan ketidakpastian
yang harus dihadapi oleh petani. Usahatani
Indonesia merupakan negara agraris jagung di Kecamatan Trumon Timur
dimana masyarakatnya banyak mengalami fluktuasi baik dari segi luas lahan,
mengusahakan sektor pertanian. Salah produksi dan produktivitas setiap tahunnya.
satunya sektor tanaman pangan subsector
palawija. Jagung menjadi komoditi palawija Menurut Hanggraeni (2010) risiko
utama yang banyak dibudidayakan oleh ialah suatu kejadian atau peristiwa yang
masyarakat. Mulanya jagung hanya memungkinkan terjadinya kerugian pada
dimanfaatkan sebagai bahan pangan untuk sebuah organisasi atau sebuah perusahaan.
memenuhi kebutuhan karbohidrat, baik Sebagaimana yang terjadi pada semua
secara langsung maupun sebagai olahan komoditi pertanian, permasalahan yang
pangan. Di beberapa wilayah di Indonesia sering muncul adalah masalah produksi.
jagung bahkan menjadi pangan utama. Kegiatan produksi berkaitan erat dengan
Namun seiring berkembangnya teknologi dan setiap budidaya, oleh karenanya
ilmu pengetahuan, kegunaan dan ketidakpastian atau risiko produksi selalu ada
pemanfaatan jagung menjadi lebih beragam. dalam setiap usaha budidaya pertanian.
Jagung selanjutnya juga digunakan sebagai Soekartawi et al. (1993) yang dimuat dalam
pakan ternak, baik secara langsung maupun Lastinawati (2016) bahwa suatu kegiatan
sebagai bahan utama untuk pembuatan pakan proses produksi selalu disertai oleh
ternak. Dengan berkembangnya peternakan ketidakpastian dan risiko. Ketidakpastian dan
dan industri pakan ternak di Indonesia, risiko dalam usaha budidaya pertanian akan
kebutuhan jagung menjadi terus meningkat. mempengaruhi produksi output yang
Pada tahun 2018 sebanyak 66,1 persen atau dihasilkan oleh petani, kemudian pada
10,3 juta ton dari 15,55 juta ton penggunaan akhirnya akan berpengaruh terhadap
jagung digunakan untuk industri pakan pendapatan atau keuntungan yang diperoleh
ternak dan peternak mandiri (Kementerian petani. Menurut Haris (2013) dalam usaha
Pertanian, 2019). budidaya pertanian, risiko produksi adalah
risiko yang paling sering terjadi. Indikasi
Tanaman jagung menyebar ke seluruh adanya risiko produksi dapat dilihat dengan
wilayah di Indonesia tak terkecuali di adanya variasi produksi dan produktivitas
Provinsi Aceh. Salah satu kabupaten di Aceh yang fluktuatif. Adanya risiko produksi lebih
yang menjadi sentra pengembangan jagung lanjut mempengaruhi pendapatan dan
di Aceh adalah Kabupaten Aceh Selatan. keuntungan yang diperoleh petani.
Kecamatan Trumon Timur merupakan salah
satu daerah sentra pengembangan jagung di Tujuan dari penelitian ini adalah
Aceh Selatan. Jenis jagung yang untuk menganalisis tingkat risiko produksi
dibudidayakan oleh masyarakat umumnya dan faktor-faktor apasaja yang
adalah jenis jagung hibrida yang dipanen mempengaruhi tingkat risiko produksi
kering. usahatani jagung di Kecamatan Trumon
Timur Kabupaten Aceh Selatan.
Dalam usaha budidaya pertanian,
suatu usahatani tidak luput dari
ketidakpastian dan risiko yang akan terjadi.
Begitu pula dalam pengembangan usahatani METODE PENELITIAN
jagung di Kecamatan Trumon Timur, tidak Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Berlangsung dari bulan Agustus hingga
Trumon Timur, Kabupaten Aceh Selatan. Desember 2020.
32
Objek dan Ruang Lingkup Penelitian mengukur faktor yang mempengaruhi risiko
Objek dalam penelitian ini adalah produksi diukur dengan menggunakan
usahatani jagung di Kecamatan Trumon variance produksi menggunakan model
Timur, Kabupaten Aceh Selatan. Adapun fungsi Just and Pope.
ruang lingkup penelitian ini difokuskan pada
menganalisis besar tingkat risiko produksi Variance produksi:
dan faktor-faktor produksi internal yang σ2Yi = (Y-Ŷ)2
mempengaruhi tingkat risiko produksi
usahatani jagung di Kecamatan Trumon Fungsi variance produksi:
Timur Kabupaten Aceh Selatan. Ln σ2Yi = θ0 +θ1 Ln X1 +θ2 Ln X2 +θ3 Ln
Model Analisis X3 +θ4 Ln X4 +θ5 Ln X5 +θ6 Ln X6 + e
Model analisis yang digunakan Dimana:
pertama adalah Coefisien Variasi (CV)
untuk menganalisis tingkat risiko produksi σ2Yi = Variance produksi
dengan kriteria pengambilan keputusan Y = Produksi jagung (ton)
sebagai berikut: Ŷ = Produksi jagung dugaan (ton)
- Jika nilai CV < 0,5 = tingkat risiko kecil. θ0 = Intersep variance produksi
- Jika nilai CV > 0,5 = tingkat risiko besar θ1..θ8 = Koefisien Regresi untuk X1..X8
Selanjutnya digunakan model Just X1 = Jumlah penggunaan benih per
and Pope untuk mengetahui nilai variance musim tanam (Kg)
produksi. Nilai variance produksi kemudian X2 = Jumlah penggunaan pestisida cair
digunakan untuk mengidentifikasi faktor- per musim tanam (L)
faktor yang mempengaruhi risiko produksi. X3 = Jumlah penggunaan pupuk urea per
Pendekatan analisis risiko produksi dengan musim tanam (Kg)
metode Just dan Pope diperoleh dengan X4 = Jumlah penggunaan pupuk TSP per
melakukan pendugaan terhadap produksi musim tanam (Kg)
rata-rata dan variance produksi. Fungsi X5 = Jumlah penggunaan pupuk phonska
produksi yang digunakan dalam model Just per musim tanam (Kg)
and Pope adalah fungsi produksi Cobb- X6 = Jumlah tenaga kerja per musim
Douglas linear dalam bentuk logaritma tanam (HOK)
natural (Haris, 2013). Dengan demikian e = error
Dengan demikian secara sistematis, model
regresi linear berganda fungsi Cobb – HASIL PENELITIAN DAN
Douglas untuk pengaruh penggunaan input PEMBAHASAN
terhadap produksi dan terhadap risiko
produksi yang ditransformasikan ke dalam Karakteristik Usahatani Jagung di
logaritma natural dituliskan sebagai berikut: Kecamatan Trumon Timur
Kecamatan Trumon Timur menjadi
Ln Y = ß0 + ß1 Ln X1 + ß2 Ln X2 + ß3 wilayah pengembangan jagung di Aceh
Ln X3 + ß4 Ln X4 + ß5 Ln X5 + ß6 Ln X6 Selatan karena berada di wilayah dataran
+e rendah dengan kemiringan 8-15% atau biasa
disebut kawasan landai, mengingat morfologi
Jika koefisien-koefisien dari
wilayah Aceh Selatan sendiri lebih banyak
parameter dugaan dari fungsi produksi >0
terdiri dari kawasan perbukitan curam, sangat
artinya semakin banyak input yang
curam dan bergelombang.
digunakan untuk produksi maka produksi s
rata-rata jagung akan meningkat. Untuk
33
Usahatani jagung banyak jagung pipil kering berkisar Rp 3.000 – Rp
dibudidayakan oleh masyarakat Kecamatan 3.200/ Kg ditingkat petani. Selain itu, Jagung
Trumon Timur setiap tahunnya. Hal ini juga jenis pipil/kering dapat dipanen umumnya
dibantu dengan adanya bantuan pemerintah dalam 80-110 hari setelah tanam. Hal ini
Kabupaten Aceh Selatan untuk berarti usahatani jagung dapat berlangsung 2
pengembangan komoditas jagung di kali dalam setahun.
Kecamatan Trumon Timur. Hal lainnya yang
menjadi pendukung masyarakat Trumon Karakteristik Responden
Timur membudidayakan jagung adalah harga
jagung relatif stabil setiap tahunnya. Harga 1. Jenis Kelamin
20%
80%
Laki-laki Perempuan
34
petani dengan umur ≤29 tahun, petani dalam terbuka terhadap inovasi dan memiliki
rentang umur 30-49 tahun dan petani dengan semangat tinggi dan tanggung jawab
umur ≥50. Berdasarkan tabel 3 dapat terhadap keluarga. Selebihnya 22,2% petani
diketahui bahwa sebanyak 62,1% petani adalah petani dengan umur ≤29 dan yang
responden berumur antara 30-49 tahun. Umur paling sedikit adalah petani responden
30-49 tahun merupakan umur yang produktif dengan usia ≥50 sebanyak 13,7%.
untuk melakukan usahatani karena
mempunyai fisik yang potensial, pemikiran 3. Tingkat Pendidikan
2% 21%
39%
38%
SD SMP SMA S1
35
data produksi jagung terbaru dari petani >0,5 maka data terdistribusi normal dan jika
responden. hasil pengujian <0,5 maka data diduga tidak
terdistribusi normal. Pada penelitian ini
Uji Parametrik dan Uji Asumsi Klasik digunakan 2 persamaan untuk menganalisa
produksi dan variance produksi jagung. Hasil
1. Uji Normalistas Data
uji normalitas dari kedua persamaan tersebut
Kriteria uji Kolmogrov-Smirnov
disajikan dalam tabel sebagai berikut:
adalah jika hasil signifikansi yang didapat
Unstandardized Residual
Produksi Variance Produksi
Asymp. Sig. (2-tailed)
0,188 0,200
Sumber : Data Primer, diolah (2020)
Berdasarkan tabel di atas, dapat variabelnya. Mendeteksi korelasi antar
diketahui nilai Sig. Unstandardized Residual variabel pada uji multikolinearitas dapat
dari produksi dan variance produksi masing- dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan
masing adalah 0,188 dan 0,200 nilai ini lebih Variable Inflation Factor (VIF). Kriteria
besar dari 0,05. Maka dapat disimpulkan untuk memastikan tidak terjadi korelasi yang
bahwa data terdistribusi normal. kuat antar model adalah jika nilai tolerance
>0,01 dan nilai Variable Inflation Factor
2. Uji Multikolinearitas (VIF) <10, maka dapat disimpulkan tidak
Uji multikolinearitas bertujuan untuk terjadi gejala multikolinearitas pada model.
melihat korelasi antar variabel independen. Hasil uji mutikolinaeritas pada kedua model
Model yang baik adalah model yang tidak dapat dilihat pada tabel berikut:
memiliki korelasi yang kuat antar
36
diantara variabel-variabel yang diteliti tidak produksi tidak terdapat gejala
terjadi gejala multikolinearitas. Nilai heteroskedastisitas.
tolerance dan VIF variabel-variabel dari
persamaan produksi dan variance produksi Hasil Analisis Faktor-Faktor yang
sama. Hal ini dikarenakan variabel yang Mempengaruhi Produksi Jagung
digunakan pada kedua persamaan tersebut 1. Koefisien Determinasi (R2)
sama. Nilai koefisien determinasi (R2) yang
didapat dari hasil regresi model fungsi
3. Uji Heteroskedastisitas produksi yaitu 0,87. Nilai R2 sebesar 0,87
Uji heteroskedastisitas pada menunjukkan bahwa sebanyak 87%
penelitian ini menggunakan uji White. keragaman produksi jagung dapat dijelaskan
Kriteria pengambilan keputusan pada uji secara simultan oleh model. Sedangkan
White adalah jika nilai C2 hitung < C2 tabel, faktor lainnya sebanyak 13% dijelaskan oleh
maka tidak terjadi gejala heteroskedastisitas faktor di luar model. faktor di luar model
dan sebaliknya. C2 tabel pada persamaan dapat berupa modal, hama penyakit, musim
produksi dan variance produksi pada tingkat dan lainnya.
kepercayaan 0,05 adalah 11,07. Berdasarkan 2. Uji Simultan (uji F)
hasil regresi dengan menggunakan alat bantu Hasil Uji F didapat nilai Signifikansi
aplikasi IBM SPSS, C2 hitung pada model yakni 0,00 atau <0,5. Nilai F hitung sebesar
persamaan produksi jagung adalah 23,49. 89,017 dan F tabel sebesar 2,13. Berdasarkan
Hasil ini lebih besar dari C2 tabel (C2 hitung hipotesis, jika Fhitung> Ftabel maka tolak H0.
> C2 tabel) maka diduga terdapat gejala Hal ini berarti semua faktor produksi,
heteroskedastisitas pada persamaan model variabel benih, pestisida, pupuk urea, pupuk
produksi. Pada model variance produksi phonska, pupuk TSP dan tenaga kerja
didapat C2 hitung 7,308. Hasil ini lebih kecil berpengaruh secara simultan terhadap
dari nilai C2 tabel (C2 hitung < C2 tabel) produksi jagung.
maka disimpulkan model persamaan variance 3. Uji t
Model Unstandardized Standardized t Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
1 (Constant) 2,737 ,414 6,619 ,000
LnX1 ,233 ,134 ,163 1,736 ,086
LnX2 -,077 ,159 -,039 -,486 ,628
LnX3 ,326 ,152 ,243 2,144 ,035
LnX4 ,186 ,096 ,181 1,941 ,056
LnX5 -,056 ,084 -,057 -,670 ,505
LnX6 ,667 ,155 ,480 4,293 ,000
37
Hasil Analisis Faktor-Faktor yang yang dimaksud seperti hama dan penyakit,
Mempengaruhi Risiko Produksi Jagung kondisi tanah, musim dan bencana alam.
1. Koefisien Determinasi (R2) 2. Uji Simultan (Uji F)
Nilai koefisien determinasi (R2) yang
didapat dari hasil regresi model fungsi Hasil Uji F didapat nilai Signifikansi
variance produksi yaitu 0,34. Nilai R2 sebesar yakni 0,00 atau <0,5. Nilai F hitung sebesar
0,34 menunjukkan bahwa sebanyak 34% 6,824 dan F tabel sebesar 2,13. Berdasarkan
keragaman produksi jagung dapat dijelaskan hipotesis jika Fhitung> Ftabel maka tolak H0.
secara simultan oleh model dengan variabel Artinya semua faktor produksi, variabel
benih, pestisida, pupuk urea, pupuk phonska, benih, pestisida, pupuk urea, pupuk phonska,
pupuk TSP dan tenaga kerja. Sedangkan pupuk TSP dan tenaga kerja berpengaruh
faktor lainnya sebanyak 66% dijelaskan oleh secara simultan terhadap variance produksi
faktor di luar model. Faktor di luar model atau risiko produksi jagung.
3. Uji t
38
yang dihasilkan lebih kecil yang kemudian pemberian pupuk urea juga dapat
akan meningkatkan risiko. meningkatkan risiko produksi jagung. Pada
analisis produktivitas jagung, penambahan
2. Pestisida pupuk urea secara signifikan dapat
Nilai koefisien regresi variabel menambah produktivitas jagung. Namun
pestisida yaitu -2,566. Variabel pestisida penambahan pupuk urea juga dapat
memiliki nilai parameter negatif terhadap meningkatkan risiko produksi juga secara
variance produksi jagung. Nilai Sig. 0,15. signifikan. Hal ini selaras dengan pernyataan
Hal ini berarti variabel pestisida berpengaruh Aldila (2013) “Penggunaan pupuk urea
signifikan terhadap risiko produksi jagung. mampu meningkatkan rata-rata produksi
Hasil penelitian ini sejalan dengan jagung manis, namun secara bersamaan juga
penelitian Suharyanto (2015) dan Kuniati berdampak pada peningkatan variance
(2012) yang menyatakan bahwa penggunaan produksi jagung manis. Oleh karenanya,
pestisida dapat menurunkan risiko produksi. pupuk urea disebut sebagai faktor penyebab
Pestisida yang digunakan petani kebanyakan risiko”.
adalah pestisida berjenis herbisida.
Penyemprotan pestisida akan membasmi 4. Pupuk Phonska (X4)
gulma, sehingga pertumbuhan tanaman Nilai koefisien regresi variabel pupuk
jagung tidak akan terganggu dengan phonska yaitu – 1,041. Variabel pupuk
persaingan unsur hara dari gulma. phonska memiliki nilai parameter negatif
Pertumbuhan gulma setelah masa tanam di terhadap variance produksi jagung. Nilai Sig.
lapangan terbilang banyak, hal ini juga 0,096. Hal ini berarti variabel pupuk phonska
berkaitan dengan teknik olah tanah yang berpengaruh secara signifikan terhadap risiko
menggunakan teknik TOT (tanpa olah tanah) produksi jagung.
sehingga menyebabkan pertumbuhan gulma Hasil penelitian Annisa (2019),
setelah tanam akan banyak. Oleh karena itu, pupuk phonska bernilai positif yang berarti
penggunaan pestisida dapat meningkatkan menambah variance produksi jagung, namun
produksi sehingga berdampak positif pada tidak berpengaruh signifikan terhadap
pengurangan risiko produksi jagung. variance produksi. Pupuk phonska seperti
disebut sebelumnya, mengandung unsur N, P,
3. Pupuk Urea K, S (kadar masing-masing 15%; 15%; 15%;
Nilai koefisien regresi variabel 10%) dan kadar air maksimal 2% sehingga
pestisida yaitu 3,199. Variabel pupuk urea mudah untuk diserap oleh tanaman dan dapat
memiliki nilai parameter positif terhadap digunakan secara efektif oleh tanaman. Salah
variance produksi jagung. Nilai Sig. 0,002. satu kelebihan pupuk ini adalah kandungan
Hal ini berarti variabel pupuk urea kalium di dalamnya. Unsur kalium dapat
berpengaruh signifikan terhadap risiko meningkatkan resistensi tanaman terhadap
produksi jagung. penyakit sehingga mengurangi risiko
Hasil penelitan ini sejalan dengan produksi jagung.
hasil penelitian Annisa (2019) dan Aldila
(2013) yang menyatakan semakin banyak 5. Pupuk TSP (X5)
penggunaan pupuk urea maka semakin Nilai koefisien regresi variabel pupuk
meningkat variance produksi. Penggunaan TSP yaitu 0,614. Variabel pupuk TSP
pupuk urea untuk menyediakan atau memiliki nilai parameter positif terhadap
menambah unsur nitrogen yang dibutuhkan variance produksi jagung. Nilai Sig. 0,264.
oleh tanaman untuk tumbuh sehingga Hal ini berarti variabel pupuk TSP tidak
menunjang produktivitas jagung. Namun
39
berpengaruh secara signifikan terhadap risiko Hal ini berarti variabel tenaga kerja tidak
produksi jagung. berpengaruh secara signifikan terhadap risiko
produksi jagung.
Penelitian ini sesuai dengan Penelitian ini sejalan dengan
penelitian Fariyanti et al (2007) mengenai penelitian sebelumnya, Kurniati (2012) dan
sayuran Fanani (2015) mengenai tembakau. Annisa (2019) pada komoditas jagung serta
Pupuk TSP yang digunakan petani diduga Darmansyah et al (2017) pada komoditas
sudah mencapai batas anjuran penggunaan, jeruk siam.
sehingga penambahan pupuk TSP akan
berisiko terhadap produksi. Rata-rata Analisis Besar Tingkat Risiko Produksi
penggunaan pupuk TSP oleh petani Jagung
responden yaitu 274,9 Kg/Ha. Pupuk TSP Nilai koefisien variasi
mengandung unsur P, kelebihan unsur P akan menggambarkan besar risiko yang terjadi
menyebabkan tanaman kerdil sehingga pada suatu usahatani. Semakin besar nilai
berisiko terhadap produksi. koefisien variasi maka semakin besar pula
kemungkinan risiko yang dihadapi oleh
6. Tenaga Kerja (X6) petani. Nilai koefisien variasi dari hasil
Nilai koefisien regresi variabel tenaga penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:
kerja (X1) yaitu -0,997. Variabel tenaga kerja
memiliki nilai parameter negatif terhadap
variance produksi jagung. Nilai Sig. 0,325.
40
Hasil ini berbeda dengan petani menghadapi kemungkinan
penelitian sebelumnya, pada penelitian risiko sebesar 54%.
Rarasati (2015) pada risiko produksi 2. Faktor produksi benih, pestisida,
jagung di Kabupaten Gobogan nilai CV pupuk urea, pupuk phonska, pupuk
adalah sebesar 0,38. Sedangkan pada TSP dan tenaga kerja berpengaruh
penelitian Kurniati (2012) risiko produksi nyata secara simultan terhadap
dibedakan berdasarkan luas lahan >1 Ha risiko produksi. Namun faktor
dan <1 Ha. Nilai CV jagung pada luas yang berpengaruh nyata secara
lahan >1 Ha lebih rendah dari nilai CV parsial terhadap risiko produksi
jagung dengan luas lahan <1 Ha. Masing- jagung di Kecamatan Trumon
masing nilai CV yakni, 0,038 dan 0,18. Timur pada taraf kepercayaan 10%
Namun pada prinsipnya, risiko tinggi akan adalah variabel benih, pestisida,
memberikan tingkat pengembalian yang pupuk urea dan pupuk phonska.
tinggi pula (high risk, high return). Risiko Variabelpestisida dan pupuk
dan pendapatan atau pengembalian phonska berpengaruh sebagai
memiliki hubungan yang linear atau faktor yang mengurangi risiko
searah. Tingkat kemungkinan risiko yang produksi (risk reducing factors)
tinggi diharapkan memberikan dengan nilai koefisien regresi
pengembalian yang tinggi pula, baik dari pestisida sebesar -2,556 dan pupuk
segi produksi, maupun harganya. phonska sebesar -1,041.
Harga jagung kering per kilonya Sedangkan variabel benih dan
berkisar antara Rp 3.000- Rp 3.200 di pupuk urea berpengaruh sebagai
tingkat petani. Harga ini cenderung stabil faktor yang meningkatkan risiko
setiap tahunnya, artinya tidak mengalami produksi (risk inducing factors)
penurunan yang ekstrem. Namun pada dengan nilai koefisien regresi
produksinya, petani belum menghasilkan benih sebesar 1,592 dan pupuk
produksi jagung yang maksimal. Hal ini urea sebesar 3,199.
diduga disebabkan oleh beberapa faktor,
salah satunya yakni karena penggunaan Saran
faktor produksi tidak tepat dosis. Jumlah 1. Usahatani jagung memiliki risiko
takaran faktor produksi yang digunakan produksi yang lumayan tinggi.
oleh petani umumnya mengikuti adat Namun pada tingkat risiko tinggi
kebiasaan masyarakat tanpa melihat memiliki peluang keuntungan
kondisi, kebutuhan dan efisiensi. Oleh yang tinggi pula (high risk high
karenanya perlu diketahui dan return)
diperhatikan dosis input produksi yang sehingga usahatani jagung patut
digunakan agar sesuai dan efisien untuk dibudidayakan oleh
terhadap kebutuhan tanaman. masyarakat petani terlebih harga
jual jagung yang cenderung
KESIMPULAN DAN SARAN
stabil.Untuk mendapatkan
Kesimpulan pengembalian yang tinggi perlu
1. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui dan dipahami risiko
kemungkinan risiko produksi yang akan dihadapi, termasuk
jagung di Kecamatan Trumon faktor-faktor yang menyebabkan
Timur tergolong tinggi risiko produksi agar dapat
berdasarkan nilai koefisien variasi menekan kemungkinan risiko
yakni sebesar 0,54 (>0,5). Hal ini yang dihadapi.
berarti pada setiap hasil produksi, 2. Berdasarkan hasil penelitian faktor
produksi benih dan pupuk urea
41
berpengaruh meningkatkan risiko Sosial Ekonomi Pertanian Dan
produksi jagung. Oleh karenaya, Agribisnis. 7 (1).
untuk menghindari dan Darmansyah, E., Ani, M. dan Radian.
meminimalisir kemungkinan 2017. Analisis Risiko Produksi
risiko yang dihadapi guna Usahatani Jeruk Siam Pontianak
mendapatkan pengembalian yang (Citrus nobilis var. microcarpa)
tinggi petani perlu mengetahui dan Di Kabupaten Sambas. Jurnal
memahami risiko yang akan Social Economi of Agriculture. 6
dihadapi, termasuk faktor-faktor (1).
yang menyebabkan risiko Fanani, A., Lukytawati A. Dan Yusman,
produksi. Oleh karenanya petani S. 2015. Pengaruh Kemitraan
harus cermat memperhatikan Terhadap Risiko Usahatani
penggunaan faktor produksi agar Tembakau Di Kabupaten
tidak menimbulkan kerugian. Bojonegoro Provinsi Jawa Timur.
3. Kepada dinas pertanian dan Jurnal Manajemen Dan
penyuluh terkait untuk dapat Agribisnis. 12 (3); 194-203
menyurvei kondisi tanah agar Fariyanti, A., Kuntjoro, Hartoyo. S., dan
disesuaikan dengan takaran Daryanto, A. 2007. Perilaku
penggunaan pupuk kimia serta Ekonomi Rumah Tangga Petani
memberikan penyuluhan intensif Sayur Pada Kondisi Risiko
terkait penggunaan input produksi Produksi Dan Harga Di
kepada petani agar dapat Kecamatan Pengalengan
meminimalisir risiko yang Kabupaten Bandung. Jurnal Agro
disebabkan oleh penggunaan input Ekonomi. 25 (2);178-206
produksi yang berlebih atau Habib, A. 2014. Analisis Faktor-Faktor
kurang, sehingga dapat Yang Mempengaruhi Produksi
meningkatkan produktivitas Jagung. Jurnal Agrium. 18 (1)
jagung di Kecamatan Trumon Hanggraeni, D. 2010. Penyelesaian Risiko
Timur. Usaha. Fakultas Ekonomi
4. Penelitian ini menganalisis Indonesia Press. Jakarta
variabel benih terbatas Haris, F.A. 2013. Analisis Faktor-Faktor
berdasarkan jumlah benih yang Yang Mempengaruhi Risiko
digunakan per hektare, pada Produksi
penelitian selanjutnya diharapkan Jagung Manis (Zea mays saccharata) Di
dapat membedakan variabel benih Desa Gunung Malang Kecamatan
berdasarkan jenisnya. Karena jenis Tenjolaya Kabupaten Bogor.
benih yang digunakan oleh petani Skripsi. Departemen Agribisnis
beragam. FakultasEkonomi Dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Kahan, D. 2008. Managing Risk in
DAFTAR PUSTAKA Farming. Food and Agriculture
Annisa, R., Bambang, S. dan Farida, S. Organization of the United
2019. Faktor-Faktor Sosial Nations.
Ekonomi Yang Mempengaruhi Kementerian Pertanian. 2018. Peraturan
Risiko Produksi Usahatani Jagung Menteri Pertanian Nomor
(Zea mays Sp.) Di Desa Wonorejo 15/Permentan/OT.140/2/2013.http
Kecamatan Sumber Gempol ://bkp.pertanian.go.id/storage/app
Kabupaten Tulungagung. Jurnal /media/informasi%20publik/perat
uran/permentan/permentan_no_1
42
5_tahun_2013_program_diversifi
kasi.pdf, Diakses Tanggal 23
Februari 2020
Kurniati, D. 2012. Analisis
Risikoproduksi Dan Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhinya Pada
Usahatani Jagung (Zea mays L.) Di
Kecamatan Mempawah
HuluKabupaten Landak. Jurnal
Sosial Ekonomi Pertanian. 1 (3)
Lastinawati, E. 2016. Analisis Resiko
Produksi Dan Perbandingan
Pendapatan Usahatani Padi Sawah
Sistem Tanam Jajar Legowo Dan
Tegel Di Desa Suka Agung
Kecamatan Buay Bahuga
Kabupaten Way Kanan. Jurnal
Sosial Ekonomi Pertanian. 2 (1)
Rukmana, R. 2005. Usahatani Jagung.
Yogyakarta: Kanisius
Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar
Manajemen Pemasaran Hasil-
Hasil Pertanian; Teori Dan
Aplikasinya. Raja Grafindo
Persada. Jakarta
Soekartawi. 2011. Ilmu Usaha Tani.
Universitas Indonesia. Jakarta.
Suharyanto, J. Rinaldy Dan N.N Arya.
2015. Analisis Resiko Produksi
Usahatani Padi Sawah Di Provinsi
Bali. Jurnal Agraris. 1 (2)
43