Proposal Skripsi Mang Elik Stah BGK Word 2010-2022
Proposal Skripsi Mang Elik Stah BGK Word 2010-2022
Proposal Skripsi Mang Elik Stah BGK Word 2010-2022
i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
IDENTIFIKASI PERILAKU MENYIMPANG SISWA TERHADAP
AJARAN TRI KAYA PARISUDHA DI ADI WIDYA PASRAMAN
DWITAWANA SARASWATI DESA TINOMU KECAMATAN LOEA
KABUPATEN KOLAKA TIMUR
Pembimbing I Pembimbing II
I Wayan Sudiarta, S.E., M.Fil.H., Gusti Ayu K. Arni S., S.Pd., M.Pd
ii
MOTTO
Ekspektasi Tanpa Usaha Berakhir
Sia-sia
iii
KATA PERSEMBAHAN
iv
KATA PENGANTAR
Om swastyastu,
Atas asung kertha waranugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan
Yang Maha Esa, penulis dapat menyelesaikan Proposal Skripsi dengan judul
“Eksistensi Pura Puncak Batur Sari, Desa Wulende, Kecamatan Tinanggea,
Kabupaten Konawe Selatan” sesuai dengan rencana.
Proposal skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu persyaratan atas
kewajiban dalam memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S.1) pada Program Studi
pendidikan agama Hindu, Sekolah Tinggi Agama Hindu Bhatara Guru Kendari.
v
8) Bapak/Ibu Dosen yang telah banyak memberikan ilmu dan
pengetahuan selama penulis menimba ilmu di STAH Bhatara Guru.
Menyadari dengan sepenuhnya bahwa Proposal skripsi ini masih banyak
kekurangan, disebabkan keterbatasan peneliti. Oleh karena itu, peneliti sangat
mengharapkan kritik dan saran demi sempurnanya Proposal skripsi ini.
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN...........................................................ii
MOTTO..............................................................................................iii
KATA PERSEMBAHAN..................................................................iv
KATA PENGANTAR.........................................................................v
DAFTAR ISI......................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................1
1.1 Latar Belaakang Masalah........................................................................................
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................
1.3 Tujuan Penilitian.....................................................................................................
1.4 Manfaat Penelitian..................................................................................................
BAB II KAJIAN TEORI....................................................................6
2.1 Landasan Teori.......................................................................................................
2.3.1 Teori Eksistensialisme.........................................................................................
2.3.2 Teori Fungsional Struktural.................................................................................
2.2.3 Teori Religi........................................................................................................
2.2 Konsep..................................................................................................................
2.2.1 Eksistensi Pura...................................................................................................
2.3 Model Penelitian...................................................................................................
2.4. Penelitian yang Relevan.......................................................................................
BAB III METODE PENELITIAN..................................................20
3.1 Jenis Penelitian.....................................................................................................
3.2 Lokasi Penelitian..................................................................................................
3.3 Jenis dan Sumber Data.........................................................................................
3.3.1 Jenis Data..........................................................................................................
3.3.2 Sumber Data.....................................................................................................
3.3.2.1 Data Primer.....................................................................................................
3.3.2.2 Data Sekunder.................................................................................................
3.4 Instrumen Penelitian.............................................................................................
3.5 Teknik Penentuan Informan.................................................................................
3.6 Teknik Pengumpulan Data...................................................................................
3.6.1 Observasi...........................................................................................................
3.6.3 Studi Kepustakaan.............................................................................................
3.6.2 Wawancara........................................................................................................
3.7 Teknik Analisis Data............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................30
vii
1
BAB I
PENDAHULUAN
manifestasi Ida Sang Hyan Widi Wasa sebagai pemeliara sehingga masyarakat
menjadikat pura ini sebagai media untuk memohon keberhasilan panen.Selain
keunikan yang telah dipaparkan di atas salah satu keunikan lain yang terdapat
di Pura Puncak Batur Sari yaitu terdapat pada saat pelaksanaan piodalan atau
upacara di Pura tersebut. Adapun keunikannya yaitu terdapat campuhan sungai,
serta dipadati oleh pemedak yang berasal dari berbaggai desa yang ada di
Sulawesi Tenggara.
Pura Puncak Batur Sari sangat unik dan menarik untuk diteliti.
Keunikan tersebut dapat dilihat dari terdapatnya batu yang berbentuk sepeti katak
di areal pura tersebut. Sepanjang pengetahuan peneliti, belum ada penelitian
terkait dengan keunikan tersebut.
Berpedoman dari uraian dan keunikan yang telah dipaparkan di atas, maka
peneliti ingin mengkaji mengenai Eksistensi Pura Puncak Batur Sari dalam
bentuk karya ilmiah dengan judul Eksistensi Pura Puncak Batur Sari Ditengah
Masyarakat Hindu Sulawesi Trnggara.
hendak dicapai, yakni tujuan yang bersifat umum dan tujuan yang besifat
Khusus.
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Landasan Teori
Salah satu unsur terpenting dalam penelitian adalah landasan teori, karena
teori yang bersifat ilmiah yang dapat menerangkan fenomena-fenomena
sosial yang menjadi pusat perhatian peneliti. Teori adalah serangkaian bagian
atau variabel, definisi, dan dalil yang saling berhubungan yang menghadirkan
sebuah pandangan sistematis mengenai fenomena dengan menentukan hubungan
antar variabel, dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan maksud
menjelaskan fenomena alamiah. Labovitz dan Hagedorn mendefinisikan teori
sebagai ide pemikiran “pemikiran teoritis” yang mereka definisikan sebagai
“menentukan” bagaimana dan mengapa variable-variabel dan pernyataan
hubungan dapat saling berhubungan.
Teori dalam ilmu pengetahuan berarti model atau kerangka pikiran
yang menjelaskan fenomena alami atau fenomena sosial tertentu. Teori
dirumuskan, dikembangkan, dan dievaluasi menurut metode ilmiah. Teori
juga merupakan suatu hipotesis yang telah terbukti kebenarannya. Manusia
membangun teori untuk menjelaskan, meramalkan, dan menguasai fenomena
tertentu (misalnya, benda-benda mati, kejadian-kejadian di alam, atau tingkah
laku hewan). Sering kali, teori dipandang sebagai suatu model atas
kenyataan (misalnya : apabila kucing mengeong berarti minta makan). Sebuah
teori membentuk generalisasi atas banyak pengamatan dan terdiri atas
kumpulan ide yang koheren dan saling berkaitan.
Teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus peneliti agar sesuai
dengan kenyataan dilapangan. Selain itu, landasan teori juga
bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar belakang
peneliti dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian.
7
saling berhubungan, menyatu dalam keseimbangan. Pola yang terjadi pada satu
bagian akan membawa perubahan pada bagian lainnya. Dasar pemikirannya,
setiap struktur dalam sistem sosial fungsional maka struktur dalam sistem sosial
itu akan hilang dengan sendirinya.
Poloma (1987 : 32-34) menegaskan bahwa perspektif fungsional
struktural sebagai suatu pandangan, seringkali dianggap mengabaikan aspek
konflik dan perubahan sosial, oleh karena terlalu memberikan tekanan pada
keteraturan, dengan mengabaikan konflik dan perubahan sosial, maka para
penganutnya seringkali dinilai secara ideologis sebagai konservatif , suatu
kelompok yang senantiasa mempertahankan status quo.
Teori fungsional struktural dalam penelitian ini digunakan untuk
menganalisis kesepakatan-kesepakatan yang dilakukan oleh masyarakat
tentang
nilai-nilai kemasyarakatan dalam kaitan dengan fungsi dan struktur Pura Puncak
Batur Sari sebaai pura fungsional. Dalam pelaksanaan upacara keagamaan akan
terjadi proses sosial keagamaan serta organisasi sosial yang terstruktur
dimana satu sama lain saling berhubungan menyatu dalam keseimbangan
sehingga upacara tersebut dapat berjalan lancar dan sukses. Maka dari itu teori
ini yang digunakan untuk memecahkan permasalahan yang ke-2 terkait
dengan fungsi Pura Puncak Batur Sari Desa Wulende, Kecamatan Tinanggea,
Kabupaten Konawe Selatan.
unsur dari kebudayaan. Kebudayaan sendiri memiliki tujuh unsur pokok yaitu
sistem religi dan upacara keagamaan, sistem organisasi kemasyarakatan, sistem
pengetahuan, sistem bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian hidup, serta
sistem teknologi dan peralatan.
Terdapat lima komponen religi yang dapat dipakai sebagai konsep dasar untuk
menganalisis agama dalam kehidupan sosial kemasyarakatan yaitu : (1) emosi
keagamaan yang menyebabkan bahwa manusia didorong untuk berperilaku
keagamaan, (2) sistem keyakinan atau bayangan-bayangan manusia tentang
bentuk dunia, alam gaib, hidup, maut, dan sebagainya, (3) sistem ritus dan
upacara yang bertujuan mencari hubungan dengan dunia
gaib berdasarkan sistem kepercayaan tersebut, (4) Kelomopok keagamaan atau
kesatuan-kesatuan sosial yang mengkonsepsikan dan mengaktifkan religi berikut
sistem upacara-upacara keagamaan, (5) alat-alat fisik yang digunakan dalam
ritus dan upacara keagamaan (Koentjaraningrat, 1997 :
201-202)
Teori religi dalam penelitian ini digunakan sebagai pisau bedah pada
permasalahan ketiga tentang makna yang terdapat pada Pura Puncak Batur Sari
Desa Wulende, Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan.
2.2 Konsep
Konsep adalah istilah yang menunjukan pada suatu pengertian tertentu,
(Gulo, 2004 : 8). Konsep berarti suatu makna yang berada dialam pikiran atau
dunia kepahaman yang dinyatakan kembali dengan sarana lambang atau kata-
kata. Dengan demikian konsep bukan obyek gejala itu sendiri, melainkan hasil
pemaknaan didalam intelektual manusia yang merujuk ke gejala nyata di alam
impiris (Suprayogo Imam dan Tabroni, 2001:149). Selain itu konsep adalah
pengertian tentang apa yang dibutuhkan, dan berarti memiliki
kedekatan pengertian dengan istilah konsepsi yang artinya pengertian
(paham) atau rancangan cita-cita yang telah ada dalam pikiran (Poerwadarminta
2012:611).
12
suatu ciri tertentu untuk bisa menampakan diri kalu dibandingkan dengan yang
lain.
Jadi yang dimaksud eksistensi adalah keberadaan atau memperlihatkan
jati diri dengan berbagai kelebihan yang khas yang melekat pada sesuatu atau
ciri tertentu untuk bisa menampakan diri jika dibandingkan dengan yang lain.
Berdasarkan atas uraian tersebut, adapun kontribusi terkait dengan eksistensi
dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui keberadaan Pura Puncak Batur
Sari, yang berlokasi di DesaWelende, Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe
Selatan.
Istilah Pura dengan pengertian sebagai tempat pemujaan bagi masyarakat
Hindu khususnya di Bali, tampaknya berasal dari jaman yang begitu tua. Pada
mulanya istilah Pura yang berasal dari bahasa sanskrta itu berarti kota
atau benteng yang sekarang berubah arti mejadi tempat pemujaan kepada Ida
Sang Hyang Widhi Wasa. Sebelum dipergunakannya kata Pura untuk menamai
tempat suci/ tempat pemujaan dipergunakanlah kata kahyangan atau hyang. Pada
jaman Bali Kuna dan merupakan data tertua yang ditemui di Bali, disebutkan
dalam prasasti Sukawana A I Tahun 882 M (Titib, 2003 : 91).
Pura bukan semata-mata hanya dikatakan sebagai tempat sembahyang,
karena secara konseptual pura sama dengan candi di Jawa. Istilah pura
juga berasal dari bahasa Jawa, yang pada mulanya dipakai untuk menyebutkan
pusat kerajaan di Samprangan bernama Linggarsa Pura, pusat kerajaan di
Gelgel bernama Sweca Pura, dan pusat kerajaan di Klungkung bernama Semara
Pura (Wiana, 2004 : 77).
Istilah pura sebagai tempat suci diduga muncul dan dipopulerkan oleh
Hyang Dwijendra ketika beliau datang ke Bali. Sebelum beliau datang ke Bali,
tempat suci itu disebut kahyangan atau hyang dan pada jaman Bali kuno tempat
suci ini ada yang menyebut sebagai ulun (Wiana, 2004 : 78). Sebelum
Mpu Kuturan datang ke Bali, hanya ada tiga pura yang dikelola oleh kerajaan-
kerajaan Bali yaitu, Pura Segara yang merupakan lambang bhur loka, Pura
Penataran lambang buah loka, dan Pura Puncak yang merupakan lambang dari
swah loka. Ketiga fungsi pura tersebut diyakini sebagai media untuk
14
Agama
Hindu
Keberadaan Pura Puncak Batur Sari yang akan dibedah dengan teori
eksistensialisme, fungsi Pura Puncak Batur Sari yang akan dibedah dengan teori
fungsional struktural, dan makna Pura Puncak Batur Sari yang akan dibedah
dengan menggunakan teori makna. Dengan mengetahui keberadaan, fungsi, dan
makna diharapkan dapat meningkatkan sradha dan bhakti bagi umat Hindu
khususnya umat Hindu yang berada di Sulawesi Tenggara
17
antar skripsi dari Ardana dengan penelitian yang akan diteliti yaitu terletak
pada lokasi penelitian.
Kontribusi dari penelitian ini adalah mengarah pada aspek etika, tattwa
dan acara aatau upacara yang terkandung dalam Pura tersebut, maka
dengan eksisnya Pura Puncak Batur Sari ini diharapkan dapat meningkatkan
sraddha dan bhakti umat Hindu yang berada didaerah tersebut. Penelitian yang
dilakukan oleh Ardana sangat relevan dengan penelitian yang akan diteliti karena
sama-sama menganalisis tentang eksistensi Pura, perbedaannya hanya terletak
pada lokasi tempat penelitian yang dilaksanakan.
Suwindi (2013), dalam skripsinya yang berjudul “Eksistensi Pura
Jawa di Desa Kelanting, Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan”,
menyatakan bahwa Pura merupakan trmpat suci bagi umat Hindu untuk memuja
Ida Sang Hyang Widhi Wasa beserta dengan manifestasi-Nya dan roh suci
para leluhur. Dari sekian banyak Pura yang terdapat di wilayah Desa Kelanting,
terdapat satu Pura yang memiliki keunikan tersendiri, yaitu Pura Jawa. Didalam
Pura Jawa ini terdapat sebuah pajenengan berupa tombak bermata tiga yang
diyakini dapat menyembuhkan penyakit tilas, serta status Pura Jawa belum
diketahui oleh masyarakat Desa Kelanting.
Berdasarkan skripsi tersebut, perbedaan dengan penelitian yang
akan diteliti yaitu Pura Jawa yang terletak di Desa Kelanting, Kecamatan
Kerambitan, Kabupaten Tabanan dipercayai masyarakat dapat menyembuhkan
penyakit tilas, sedangkan Pura Puncak Batur Sari yang akan diteliti dipercayai
masyarakat sebagai media untuk memohon sesuatu .
Kontribusi penelitian tersebut terhadap penelitian yang akan diteliti
yaitu menambah pemahaman peneliti terkait fungsi Pura yang bermacam-
macam. Selain digunakan sebagai pemujaan terhadap Ida Sang Hyang Widhi
Wasa, ternyata Pura juga digunakan sebagai media penyembuhan bagi
masyarakat Hindu di Bali.
Antara (2002), dalam skipsi yang berjudul “ Tinjauan Letak Pura
Dulu yang menghadap ke Hulu, di Desa Adat Sembiran, Kecamatan Tejakula,
Kabupaten Buleleng,” dalam penelitiannya menguraikan bahwa, Pura Dulu
19
antara agama Islam dan agama Hindu yang mana dalam Pura tersebut terdapat
tempat sembahyang bagi umat muslim. Sedangkan pada penelitian eksistensi
Pura Puncak Batur Sari lebih mengarah pada eksistensi Pura tersebut. Selain itu
perbedaan lain dengan penelitian tersebut, yaitu terletak pada lokasi penelitian
yang akan diteliti.
Kontribusi dari penelitian tersebut adalah mengarah pada aspek Tri Hita
Karana yang salah satunya yaitu hubungan antar manusia. Dalam pelaksanaan
upacara di Pura Langgar dijadikan sebaai tempat untuk ajak simakrama antar
pemadak yang tangkil, sama halnya yang terjadi di Pura Puncak Batur Sari
yang mana pada saat piodalan di padati ole pemedak yang berasal dari berbagai
kabupaten yang ada di Sulawei Tenggara, secara tidak langsun terjadila
simakrama antar pemedak yang tankgkil.
.
21
BAB III
METODE PENELITIAN
Setiap melakukan penelitian ilmiah tentu didasari oleh suatu tujuan yang
ingin dicapai, untuk mencapai tujuan yang ditetapkan dibutuhkan suatu
teknik atau metode yang sesuai dengan permasalahan yang dikaji. Metode
meurpakan suatu cara atau jalan yang memiliki kaitan dengan suatu karya ilmiah
yang merupakan cara kerja untuk memahami sasaran ilmu yang bersangkutan
(Koentjaraningrat, 1991 : 7).
Metode penelitian adalah tata cara bagaimana suatu penelitian akan
dilaksanakan. Metode penelitian ini sering dikacaukan dengan prosedur
penelitian atau tekhnik penelitian. Hal ini disebabkan karena ketiga hal tersebut
saling berhubungan dan sulit dibedakan. Metode penelitian membicarakan
mengenai tata cara pelaksanaan penelitian, prosedur penelitian membicarakan
alat-alat yang digunakan dalam mengukur dan mengumpulkan data penelitian.
Sugiyono (2012:2) menguraikan bahwa metode penelitian pada dasarnya
merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan
kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kunci yang perlu
diperhtikan yaitu, cara ilmiah, data, tujuan dan kegunaan. Cara ilmiah berarti
kegiatan penelitian itu didasarkan pada cirri – cirri keilmuan, yaitu rasional,
empiris, dan sisitematis. Data yang diperoleh melali penelitian adalah empiris
(teramati) yang bersifat valid.
Metode merupakan suatu cara, petunjuk atau jalan yang harus dilalui
untuk mencapai suatu tujuan. Jadi, simpulannya bahwa metode merupakan
cara kerja yang dipergunakan untuk memahami suatu objek penelitian agar data
yang diperoleh dari penelitian dapat mencapai hasil yang optimal. Metode
penelitian ini akan membantu suatu penulisan karya ilmiah dalam memecahkan
suatu masalah yang telah dirumuskan sehingga hasil penelitian ini dapat
dipertanggung jawabkan keabsahan dan keilmiahannya.
22
mendalam, (b) kelompok diskusi yang terarah, (c) observasi non partisipasi
dan (d) analisis isi dari bahan-bahan tertulis.
Jadi dalam penelitian ini yang dijadikan sumber data adalah tokoh-tokoh
masyarakat yang ada di Desa Pakraman Julah, Kecamatan Tejakula, Kabupaten
Buleleng. Sehingga dalam memperoleh data dapat digolongkan menjadi dua
yaitu data primer dan data sekunder.
Manfaat dari data sekunder adalah lebih meminimalkan biaya dan waktu,
mengklasifikasikan permasalahan-permasalahan, menciptakan tolak ukur
untuk mengevaluasi data primer, dan memenuhi kesenjangan-
kesenjangan informasi. Data Sekunder adalah data yang diperoleh
dari sumber kedua atau penunjang tetapi masi memiliki relevansi
dengan penelitian yang dilaksanakan.
3.6.1 Observasi
Menurut Hadi (1981: 136) observasi diartikan sebagai pencatatan dan
pengamatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki. Dalam
artian yang luas observasi sebenarnya tidak hanya terbatas kepada pengamatan
27
yang dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan metode ini
yang diamati adalah Pura Puncak Batur Sari dan dari data-data tertulis yang
dapat diamati.
Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa observasi
adalah salah-satu metode utama dalam penelitian sosial terutama penelitian
naturalistik. Observasi merupakan metode pengumpulan data yang paling
alamiah dan banyak digunakan tidak hanya dalam dunia keilmuan tetapi juga
dalam berbagai aktifitas kehidupan. Secara umum observasi berarti pengamatan,
penglihatan secara langsung. Sedangkan secara khusus dalam dunia penelitian
observasi adalah mengamati dan mendengar dalam rangka memahami, mencarai
jawaban, mencari bukt terhadap fenomena sosial. Selama beberapa waktu tanpa
mempengaruhi fenomena yang di observasi, dengan mencatat, merekam, serta
memotret fenomna guna penemuan data analisis
3.6.2 Wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan
seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu. Wawncara
dilakukan secara mendalam dengan para informan yang berakitan dengan
penelitian yang akan dilaksanakan (Mulyana, 2001:180). Wawancara adalah
menjelaskan tentang masalah, dan Tanya jawab (Sugiyono,2009:317).
Wawancara dapat dibedakan menjadi 2 yaitu: terstruktur dan tak struktur.
Wawancara terstruktur adalah wawancara yang digunakan sebagai teknik
pengumpulan data apabila penelitian atau pengumpulan data sudah mengetahui
dengn pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Wawancara tidak
terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan
lengkap untuk pengumpulan datanya (Nasution,1998:133).
Wawancara dalam penelitian ini menggunakan wawancara tak
terstruktur karena peneliti dalam melaksanakan penelitian tidak menggunakan
pedoman wawancara, bebas bertanya kepada informan. Dalam melakukan
wawancara ini peneliti memilih informan yang benar – benar mengetahui
tentang bagaimana keberadaan Pura Puncak Batur Sari tersebut.
kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, serta
membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun
orang lain. Menganalisis data merupakan suatu langkah yang sangat kritis
dalam suatu penelitian. Peneliti harus memastikan pola analisi mana yang akan
digunakannya, apakah analisis atsistik atau analisis nonstasistik Sugiyono
(2001:40).
Data yang telah dikumpulkan dari peneliti harus diolah sehingga diperoleh
keterangan yang berguna. Selanjutnya data yang telah diolah tersebut, dianalisis
dan disajikan. Apabila data sudah dikumpulkan dan diolah kemudian dibuat
analisis – analisi, maka dapat ditarik kesimpulan yang berguna bagi
peneliti sebagai dasar untuk membuat keputusan. Dengan demikian dapat
diketahui, bahwa peneliti mengkaji gejala-gejala umum dari variable
penelitian, untuk diteliti kemudian ditarik kesimpulan yang disajikan dalam
karya ilmiah.
Pada saat melakukan analisi data, peneliti menggunakan metode
pengolahan data analisis non statistic atau deskriptif dimana dilakukan
dengan cara menguraikan, menggambarkan, atau melukiskan keadaan subjek
atau objek peneliti melalui keterangan – keterangan yang dapat dari informasi
sesuai fakta, sehingga diperoleh suatu kesimpulan. Dan dalam hal ini peneliti
mengajak seseorang untuk mempelajari suatu masalah yang diteliti secara
mendasar dan mendalam sampai ke akar – akarnya (Zuriah, 2007:198). Dengan
demikian, diperoleh suatu kesimpulan data yang sah dan valid. Setelah data
keseluruhan diolah, maka kegiatan selanjutnya aalah menganalisis data lebih
jauh dari hasil analisis tersebut disusun berdasarkan sistematika secara terperinci,
sehingga pada akhirnya memperoleh kesimpulan yang bersifat umum.
DAFTAR PUSTAKA
Pustaka
: Qalam