Limbah Sawit Proses
Limbah Sawit Proses
Limbah Sawit Proses
Abstrak- Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman perkebunan yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan
berkembang pesat. Semakin luasnya areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia maka jumlah pabrik kelapa
sawit akan semakin banyak mengolah tanda buah segar kelapa sawit dan menghasilkan limbah. Limbah
dari hasil olahan kelapa sawit yaitu limbah padat dan limbah cair. Setiap ton tandan buah segar (TBS) yang
diolah di pabrik akan berpotensi menyisakan limbah sekitar 23 % tandan kosong kelapa sawit, 4 % wet
decanter solid, 6,5 % cangkang, 13 % serabut dan 50% limbah cair. Studi literatur ini berfokus pada
pemanfaatan Limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) yang merupakan bahan organik dan masih
memiliki banyak manfaat. Oleh karena itu aplikasi limbah cair tersebut merupakan usaha daur ulang
sebagian hara (nutrient recycling) yang terikut melalui panen tandan buah segar (TBS) kelapa sawit,
sehingga akan mengurangi biaya pemupukan yang tergolong sangat tinggi untuk budidaya tanaman kelapa
sawit. Selama proses pengolahan buah kelapa sawit menjadi minyak sawit di industri kelapa sawit diperoleh
sisa proses berupa limbah cair. Bila dilakukan pengelolaan dengan baik maka limbah cair industri kelapa
sawit tersebut merupakan potensi yang cukup besar dan dapat meningkatkan nilai tambah limbah itu
sendiri.
semakin banyaknya limbah cair yang dihasilkan Karakteristik limbah cair industri kelapa
dari suatu pabrik pengolahan kelapa sawit maka sawit memiliki nilai yang relatif lebih tinggi dari
daya tampung limbah cair di pabrik kelapa sawit kualitas limbah cair kelapa sawit yang
akan semakin meningkat setiap harinya. Dalam satu diperkenankan untuk dimanfaatkan sebagai
ton tandan buah segar (TBS) dapat dikonversi suplemen pupuk dan air irigasi pada perkebunan
menjadi 0,2 ton CPO, sementara 0,66 ton akan kelapa sawit adalah pada kadar BOD < 5.000 mg/L
dikonversi menjadi limbah cair pabrik kelapa sawit atau COD < 10.000 mg/L dengan pH antara 6 – 9
(LCPKS). Sedangkan produksi minyak sawit (crude (KepMen LH No. 29 tahun 2003).
palm oil/CPO) terus mengalami peningkatan dari Pemanfaatan limbah cair sebagai
tahun ke tahun dari 19,2 juta ton pada 2008 pupuk/bahan pembenah tanah di perkebunan kelapa
meningkat menjadi 19,4 juta ton pada 2009 sawit sangat dimungkinkan atas dasar adanya
(Anonim, 2009). kandungan hara dalam limbah tersebut.
Kenaikan produksi CPO tersebut Pemanfaatan limbah ini disamping sebagai sumber
menyebabkan semakin tingginya potensi produk pupuk/bahan organik juga akan mengurangi biaya
sampingan pada proses pengolahan tandan buah pengolahan limbah sebesar 50‐60% (Pamin, et al,
segar (TBS) menjadi CPO tersebut. Selama proses 1996).
pengolahan buah kelapa sawit menjadi minyak
sawit di industri kelapa sawit dihasilkan limbah cair Pemanfaatan Limbah Cair Kelapa Sawit sebagai
yang masih mengandung minyak dan komponen Sumber Pembangkit Listrik Tenaga Biogas
organik lainnya (Latif, 2008). Dengan semakin Kebutuhan akan energi listrik selalu
meningkatnya luas perkebunan kelapa sawit maka meningkat setiap tahunnya, namun kebutuhan akan
akan berpengaruh terhadap banyaknya limbah yang energi listrik ini tidak sebanding dengan pasokan
dihasilkan. Seperti halnya limbah pelepah kelapa energi yang ada saat ini. Hal ini dikarenakan sumber
sawit serta limbah hasil dari pabrik pengolahan energi utama yang saat ini digunakan masih
kelapa sawit. Limbah–limbah tersebut belum mengandalkan dari penggunaan bahan bakar fosil,
dimanfaatkan secara optimal. Pemanfaatan limbah yang mana dalam waktu cepat ataupun lambat
kembali dan penanganan perlu diperhatikan. bahan bakar fosil tersebut akan dapat habis jika
Pengolahan limbah cair dari hasil samping industri digunakan secara terus menerus. Untuk mengurangi
kelapa sawit merupakan hal penting dalam rangka ketergantungan terhadap pemakaian bahan bakar
penanganan lingkungan industri dan dalam rangka fosil tersebut, maka dengan mengembangkan
meningkatkan nilai tambah limbah itu sendiri. sumber energi alternatif diharapkan mampu sebagai
pengganti pemakaian bahan bakar fosil untuk
Pemanfaatan Limbah Cair Kelapa Sawit untuk menyelesaikan masalah krisis energi yang terjadi
Pembenah Tanah saat ini (Irwansyah dkk, 2016).
Limbah Industri Kelapa Sawit Limbah Industri pabrik kelapa sawit (PKS)
industri minyak kelapa sawit menghasilkan limbah merupakan sumber limbah biomasa yang potensial
bentuk fasa padat, cair dan gas. Limbah fasa padat mengingat limbah biomasa yang ada sudah
berupa pasir, tanah, tandan buah, ampas, dan terkumpul sehingga mengurangi biaya
batok/cangkang. Limbah fasa gas terjadi karena pengumpulan. Perkebunan kelapa sawit seluas 12,3
penguraian zat organik yang terkandung dalam juta hektar atau sekitar 42 % dari total lahan
limbah cair, hasil pembakaran bahan bakar pada perkebunan nasional pada tahun yang sama.
ketel uap (boiler). Sedangkan limbah fasa cair Prosentase kandungan minyak kelapa sawit
sebagian besar dihasilkan dari unit proses yang terhadap tandan buah segar (TBS) sekitar 24%,
berasal dari pengembunan uap air (Firmansyah dan prosentasi tandan kosong kelapa sawit (TKKS)
Saputra, 2001). terhadap tandan buah segar sekitar 21%, dan
Definisi pemanfaatan air limbah ke tanah potensi limbah cair pabrik kelapa sawit atau palam
(LA) adalah suatu kegiatan dimana air limbah atau oil mill effluent (POME) sekitar 58,1% dari tandan
sisa dari suatu usaha dan atau kegiatan yang buah segar. Komposisi 58,1% POME tersebut
berwujud cair digunakan atau difungsikan sebagai terdiri atas 27,9 % Condensate dan 30,2% Effluent
fertilizer (penyuplai unsur hara) bagi tanah dan (Agung,2017).
tanaman (KLH, 2005). Penggunaan air limbah Salah satu energi alternatif yang dinilai
untuk pertanian mempunyai fungsi ganda efisien untuk menggantikan peran energi fosil
disamping menanggulangi pencemaran. Unsur- sebagai bahan bakar adalah pemanfaatan limbah
unsur hara yang terdapat dalam limbah berfungsi cair kelapa sawit ataupun POME sebagai bahan
sebagai unsur pupuk yang menyuburkan tanaman. baku pembangkit listrik tenaga biogas (Omer AM,
Dengan demikian akan dapat memperbaiki struktur 2007). Sebagai negara penghasil kelapa sawit
tanah (Ginting, 2007). terbesar di dunia dan masih tingginya permintaan
dunia akan kebutuhan kelapa sawit membuat
penambahan industri kelapa sawit di Indonesia menutup kolam limbah konvensional dengan bahan
semakin meningkat setiap tahunnya (Statistik reinforced polypropylene sehingga berfungsi
Perkebunan Indonesia,2017). sebagai anaerobic digester. Biogas akan tertangkap
Pabrik Kelapa Sawit menghasilkan limbah dan terkumpul di dalam cover. Dengan teknologi
POME yang berpotensi memproduksi biogas, ini, akan dihasilkan biogas sebanyak ±20 m3/ton
dimana 65% merupakan gas metan CH4 yang TBS. Jadi jika kapasitas PKS sebesar 30 ton
menimbulkan dampak buruk pada lingkungan. TBS/jam akan menghasilkan biogas ±600 m 3/jam,
Limbah POME perlu dikelola dengan cara atau setara dengan energi sebesar 3.720 kWh. Jika
menangkap gas yang dihasilkan tersebut untuk energi tersebut digunakan untuk membangkitkan
dimanfaatkan energinya, yaitu bisa dengan cara listrik dengan menggunakan gas engine (efisiensi
langsung untuk pembakaran di boiler atau 35%) maka akan dapat dibangkitkan listrik sebesar
digunakan sebagai bahan bakar pembangkit 1.303 kWh atau 1,3 MW. Jika dihitung secara
generator listrik (Agung,2017). POME akan ekonomi, dengan asumsi pembangkit beroperasi
memproduksi gas metan (CH4) yang merupakan selama 300 hari/tahun dan 24 jam/hari dan harga
salah satu sumber emisi gas rumah kaca (GRK) ditetapkan Rp. 975/kWh, sesuai permen ESDM
yang berdampak pada pemanan global. (04/2012) untuk pulau Jawa, maka terdapat potensi
Penangkapan metana dan pengubahan biogas pendapatan sebesar Rp. 9,15 M/tahun.
menjadi energi menwarkan salah satu alternatif bagi Potensi biogas yang dihasilkan dari 600-700
industri PKS untuk mengurangi dampak lingkungan kg limbah cair PMKS dapat diproduksi sekitar 20
sekaligus menghasilkan energi terbarukan. m3 biogas (Goenadi, 2006) dan setiap m3 gas
Membuang POME langsung ke sungai atau ke methan dapat diubah menjadi energi sebesar 4.700
lahan perkebunan adalah pelanggaran karena dapat – 6.000 kkal atau 20-24 MJ (Isroi, 2008). Sebuah
menimbulkan akibat yang merugikan. Untuk itu PMKS dengan kapasitas 30 ton TBS/jam dapat
Pemerintah Indonesia mengatur tingkat kandungan menghasilkan tenaga biogas untuk energi setara 237
yang diperbolehkan dalam POME yang telah diolah kWh (Naibaho, 1996). Selain menghasilkan biogas,
untuk dibuang langsung ke sungai atau lahan pengolahan limbah cair dengan proses digester
perkebunan oleh pihak industry PKS. anaerobik dapat dilakukan pada lahan yang sempit
POME memiliki potensi energi yang tinggi, dan memberi keuntungan berupa penurunan jumlah
namun pada umumnya belum dimanfaatkan secara padatan organik, jumlah mikroba pembusuk yang
optimal. POME diurai di kolam limbah dibiarkan tidak diinginkan, serta kandungan racun dalam
membusuk secara alami. Proses pembusukan limbah. Di samping itu juga membantu peningkatan
biomassa ini akan menghasilkan biogas dengan kualitas pupuk dari sludge yang dihasilkan, karena
kandungan utama (62%) gas methana (CH4). Gas sludge yang dihasilkan berbeda dari sludge limbah
ini muncul sebagai akibat dari proses perombakan cair PMKS biasa yang dilakukan melalui proses
senyawa-senyawa organik secara anaerobik. Gas konvensional (Tobing, 1997).
methana tersebut ternyata juga memiliki tingkat Proses pengolahan tandan buah segar
emisi yang tinggi. UNFCCC, badan PBB yang menjadi crude palm oil (CPO) dan seluruh aktivitas
menangani perubahan iklim, mencatat gas methana produksi pabrik kelapa sawit (PKS) menghasilkan
memiliki tingkat emisi 24 kali jika dibandingkan biomassa, berupa limbah padat maupun cair dalam
dengan gas karbon (CO2). Salah satu energi volume sangat besar. Pemanfaatan limbah padat
alternatif yang dinilai efisien untuk menggantikan dan cair dapat dikonversikan menjadi energi listrik.
peran energi fosil sebagai bahan bakar adalah Komponen terbesar yang terkandung dalam biogas
pemanfaatan limbah cair kelapa sawit ataupun adalah CH4 (55% – 70%) dan CO2 (30% – 45%)
POME sebagai bahan baku pembangkit listrik serta sejumlah kecil, nitrogen dan hidrogen sulfida.
tenaga biogas (Omer AM, 2007). Sebagai negara Apabila kandungan gas metan dalam biogas lebih
penghasil kelapa sawit terbesar di dunia dan masih dari 50%, biogas tersebut layak digunakan sebagai
tingginya permintaan dunia akan kebutuhan kelapa bahan bakar, bersifat mudah meledak dan terbakar.
sawit membuat penambahan industri kelapa sawit Gas metana memiliki nilai kalor 50,1 MJ/kg
di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya (Deublein dan Steinhauster, 2008).
(Statistik Perkebunan Indonesia,2017). Pembangkit Potensi biogas untuk dikonversi menjadi
Listrik Tenaga Biogas merupakan pembangkit yang energi listrik mempunyai prospek yang
dapat membangkitkan energi listrik dari produksi menjanjikan. Setiap 1 m3 biogas dapat
gas bio melalui proses anaerobik dari bahan organik menghasilkan 3 kWh. 1 m3 gas metan dapat diubah
salah satunya adalah POME (Grady, C. P. L., G. T. menjadi energi sebesar 4.700 – 6.000 kkal atau 20 -
Daigger, & H. C. Lim,1999). 24 MJ Energi sebesar itu setara dengan energi yang
Teknologi yang telah banyak digunakan dihasilkan oleh 0.48 kg gas Elpiji (LPG).
untuk mengambil biogas dari POME adalah Pengembangan klaster industri kelapa sawit dengan
Covered Lagoon. Teknologi ini dilakukan dengan kapasitas produksi 30 Ton TBS/jam akan
menghasilkan limbah cair 330 m3/hari setara 990 Adapun LCPKS dalam tanah berperan untuk
kWh. potensi biogas 58,2 milyar kWh (energi) memperbaiki sifat sifat fisik dan kimia tanah,
pertahun dapat membangkitkan listrik berbasis meningkatkan biodiversitas tumbuhan penutup
kontinue sepanjang tahun dengan daya 3.600 MW. tanah, meningkatkan biodiversitas makrofauna dan
Jika densitas methana 0,717 kg/m3 gas 1 m3 mikro fauna tanah (Widhiastuti et. al, 2006).
methana akan memiliki energi setara dengan 35,9 Pemberian LCPKS sendiri dapat meningkatkan
MJ atau sekitar 10 kWh. Jika kandungan gas jumlah dan ketersediaan unsur hara N, P, K, Mg dan
methana adalah 62% dalam biogas, biogas 1 m3 Ca yang mendukung pertumbuhan tanaman. Selain
akan memiliki tingkat energi sebesar 6,2 kWh, unsur hara makro dan mikro LCPKS juga
dengan asumsi efisiensi konversi biogas menjadi mengandung mikroorganisme pengurai. Menurut
listrik 33%. Hakim et al., (1986) peranan utama
Pemanfaatan gas metana sebagai mikroorganisme adalah untuk merombak bahan
pembangkit listrik menjadi pilihan ideal sebagai organik menjadi bentuk senyawa yang dapat
solusi mengatasi permasalahan emisi gas metana dimanfaatkan tanaman. Hal ini juga sejalan dengan
yang ditimbulkan dari sistem kolam terbuka kelapa pendapat Subowo (2010) bahwa bahan organik
sawit. Di sisi lain, keputusan untuk memanfaatkan dapat memperbaiki sifat fisik tanah seperti struktur,
gas metana menjadi energi listrik pengganti bahan aerase dan porositas tanah.
bakar solar merupakan langkah strategis menuju Hasil pengamatan dari penelitian yang
pembangunan berkelanjutan (sustainable growth) dilakukan oleh Gusta dkk, (2014) menunjukkan
dan upaya perbaikan terus-menerus (continuous bahwa aplikasi LCPKS dosis 7,5 Liter dalam 4
improvement). biopori/tanaman meningkatkan penambahan
jumlah pelepah dan daun, lebar dan panjang daun
Pemanfaatan Limbah Cair Kelapa Sawit dibandingkan dengan tanpa LCPKS dan tertinggi
Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kelapa Sawit dari perlakuan lain, tetapi penambahan tinggi
Limbah kelapa sawit mempunyai beberapa tanaman pada aplikasi LCPKS dosis 7,5 Liter dalam
manfaat seperti yang dinyatakan oleh Widhiastuti et 3 biopori/tanaman dan tertinggi dari perlakuan
al. (2006) yaitu dapat dijadikan pupuk karena lainnya
pemberian LCPKS pada lahan perkebunan kelapa
sawit dapat meningkatkan sifat fisik dan kimia Pemanfaatan Limbah Cair Kelapa Sawit
tanah, meningkatkan biodiversitas tumbuhan Sebagai Bioaktivator Untuk Pengomposan
penutup tanah, meningkatkan biodiversitas Tandan Kosong Kelapa Sawit
makrofauna dan mikro fauna tanah. POME dapat dimanfaatkan untuk kegiatan
Berdasarkan hasil penelitian Tambunan pertanian di mana dapat diubah menjadi bahan yang
(2016) bahwa aplikasi limbah cair pabrik kelapa bermanfaat melalui proses mikroba. POME
sawit dengan metoda biopori pada umur 21 bulan mengandung konsentrasi protein tinggi, senyawa
sampai 24 bulan berpengaruh terhadap nitrogen, karbohidrat, lipid dan mineral yang
pertumbuhan tanaman kelapa sawit belum berfungsi sebagai sumber makanan untuk
menghasilkan dan mendapatkan dosis yang sesuai mikroorganisme. Perubahan POME dapat melalui
yaitu dengan dosis 5 Liter limbah cair pabrik kelapa proses anaerobik di mana mikroorganisme
sawit. memecah bahan biodegradable dengan tidak adanya
Pada penelitian yang dilakukan oleh oksigen. (S. Adam, S.S.N. Syd Ahmad, N.M.
(Demson dkk, 2019) menunjukkan bahwa Hamzah, N.A. Darus, N.M. Hamzah, N.A. Darus,
pemberian LCPKS dosis 5,0 liter dengan satu 2016).
lubang, dua lubang, tiga lubang dan empat lubang Proses fermentasi limbah cair pabrik kelapa
biopori/tanaman meningkatkan pertambahan tinggi sawit menjadi larutan mol POME mengakibatkan
tanaman sekitar tiga sampai empat kali dan perubahan pH larutan. Berdasarkan hasil analisis,
peningkatannya lebih besar yaitu lima sampai larutan mol mengalami penurunan pH dari awalnya
delapan kali bila dosisnya ditingkatkan hingga 7,5 limbah pome memiliki pH 7,20 setelah mengalami
liter dan pada dosis 10,0 liter peningkatan fermentasi menjadi mol pH mengalami penurunan
pertambahan tinggi tanaman cenderung menurun menjadi 3,37. Air limbah termasuk konstituen
yaitu lima sampai enam kali dibandingkan tanpa terlarut dengan konsentrasi tinggi protein,
perlakuan. Adapun pertambahan tinggi tanaman karbohidrat, senyawa nitrogen, lipid dan mineral,
tertinggi diperoleh pada pemberian LCPKS dosis yang dapat diubah menjadi bahan yang bermanfaat
7,5 Liter dengan 3 lubang biopori/tanaman. Hal ini menggunakan proses mikroba.
disebabkan adanya perbaikan sifat-sifat fisik, kimia Proses fermentasi larutan mol POME
dan biologi tanah akibat pemberian LCPKS. mengakibatkan perubahan kandungan unsur hara
Semakin banyak biopori maka penyebaran dalam hal ini adalah kandungan nitrogen (%).
LCPKS didalam tanah semakin luas dan merata. Proses fermentasi yang terjadi pada larutan mol
POME mengakibatkan unsur nitrogen mengalami menurunkan nilai TSS. Tetapi nilai TSS yang
penurunan dari 0,37 % pada limbah cair POME dihasilkan dari pengolahan anaerobik masih terlalu
menjadi 0,05 % pada larutan Mol POME. tinggi untuk dapat dibuang ke badan air, yaitu
Ditambahkan oleh Buckle et al. (1987) dalam sekitar 400 mg/l. Oleh karena itu masih diperlukan
Supriyati, T, dkk (1998) menyatakan bahwa untuk pengolahan lanjut dengan bantuan Effective
hidup semua organisme membutuhkan sumber Microorganism (EM).
energi yang diperoleh dari metabolisme bahan POME adalah limbah cair kelapa sawit yang
pangan tempat organisme berada di dalamnya, masih mengandung banyak padatan terlarut.
dalam hal ini adalah larutan mol POME. Sebagian besar padatan terlarut ini berasal dari
Proses fermentasi larutan mol POME material lignoselulosa mengandung minyak yang
mengakibatkan perubahan kandungan unsur hara berasal dari buah sawit. Lignoselulosa dalam
dalam hal ini adalah kandungan P2O5 total (%). POME adalah penyusun terbanyak dari tanaman
Berdasarkan hasil analisis laboratorium, unsur berkayu. Lignoselulosa terdiri dari lignin,
Fosfor mengalami peningkatan dari limbah pome hemiselulosa, dan material berselolosa. Kandungan
P2O5 total sebesar 0,01% meningkat menjadi 0,02% kimiawi dari lignoselulosa ini membuat mereka
setelah larutan pome dibuat menjadi mol. Proses bernilai tinggi dari segi bioteknologi, kebanyakan
fermentasi larutan mol POME mengakibatkan dari limbah lignoselulosa ini dibuang langsung
perubahan kandungan unsur hara dalam hal ini dengan cara pembakaran, dimana hal ini tidak
adalah kandungan K2O total (%). dilarang di negara berkembang.
Berdasarkan hasil analisis laboratorium, Dari hasil penelitian yang telah dilakukan
unsur kalium mengalami peningkatan dari limbah oleh irvan dkk pada penyisihan TSS dengan hari
pome K2O total sebesar 0,19 % meningkat menjadi pada tangki kedua dengan kecepatan putaran
0,27 % setelah larutan pome dibuat menjadi mol. pengaduk 20 rpm dapat diketahui bahwa nilai TSS
Dalam pembuatan mol aktivitas mikroba memiliki dengan penggunaan EM yang diperoleh pada
peranan penting. Mikroba berfungsi untuk percobaan, cenderung menurun seiring dengan
merombak bahan organik (dekomposer), nitrifikasi, bertambahnya hari. Sedangkan nilai TSS tanpa
denitrifikasi, pelarut fosfat, dan lain-lain. Proses penggunaan EM yang diperoleh cenderung naik
fermentasi larutan mol POME mengakibatkan seiring dengan bertambahnya hari. Nilai TSS
perubahan kandungan unsur hara dalam hal ini dengan penggunaan EM cenderung menjadi lebih
adalah kandungan karbon organik. Berdasarkan stabil pada hari-22 dan mulai naik pada hari ke-30.
hasil analisis laboratorium diperoleh bahwa terjadi Seiring dengan bertambahnya hari, maka
peningkatan kandungan C organik setelah proses kadar TSS akan semakin menurun, kemudian akan
pembuatan larutan mol, hal ini disebabkan karena menjadi stabil, naik lagi, dan akhirnya akan turun.
penambahan bahan. Hal ini sejalan dengan teori, dimana naik turunya
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan nilai TSS disebabkan kinerja bakteri EM. Bakteri
oleh Zainudin dan Abdul Rofik Hasil analisis akan mengurai padatan yang terkandung dalam
menunjukkan setelah proses pembuatan mol POME POME dan mengubahnya menjadi zat makanan,
bahwa: Hasil analisis POME menunjukkan terjadi sehingga nilai TSS pada tangki akan semakin
peningkatan sifat kimia seperti fosfor dari 0,01 menurun seiring dengan bertambahnya hari, dan
menjadi 0,02, kalium dari 0,19 menjadi 0,27, dan pada akhirnya akan menjadi stabil dan naik sedikit,
karbon organik dari 0,90 menjadi 1,30, tetapi disebabkan kematian bakteri pengurai yang akan
beberapa sifat kimia seperti pH menurun dari 7,20 meningkatkan nilai TSS.
menjadi 3,37 dan nitrogen menurun dari 0,37 Adapun kesimpulan yang didapat sebagai
menjadi 0,05. Hasil analisis kompos tandan kosong berikut: Semakin tinggi kecepatan pengaduk (20
kelapa sawit menunjukkan bahwa pH tertinggi rpm), maka kinerja bakteri dalam mengurai TSS
adalah p2 dengan nilai 8,23, C organik tertinggi semakin rendah. Nilai TSS baik pada tangki dengan
pada perlakuan p4 dengan nilai 57,65, N total kecepatan putaran 10 rpm dan 20 rpm cenderung
tertinggi pada p3 dengan nilai 1,80, P2O5 total menurun seiring dengan waktu. Nilai TSS dengan
tertinggi pada p3 dengan nilai 0,64, dan K2O total penggunaan EM jauh lebih rendah daripada tanpa
tertinggi pada p4 dengan nilai 2,68. penggunaan EM. Nilai TSS yang berkisar 200 mg/L
sudah dapat langsung dibuang ke badan air.
Pemanfaatan Limbah Cair Kelapa Sawit Untuk
Meningkatkan Kualitas Lahan Kebun Pemanfaatan Limbah Cair Kelapa Sawit
Kebun dan pabrik kelapa sawit (PKS) Terhadap Peningkatan Sifat Fisik Tanah.
menghasilkan limbah padat dan cair (palm mill oil Limbah cair kelapa sawit adalah salah satu
effluent, POME) dalam jumlah yang sangat besar, jenis limbah kelapa sawit yang berpotensi untuk
sehingga harus diolah. Pengolahan POME secara digunakan kembali untuk meningkatkan kualitas
anaerobik dapat menghasilkan biogas dan dapat lahan dan mendukung pertumbuhan perkebunan
kelapa sawit itu sendiri, mengingat potensi limbah atau menghilangkan pencemaran oleh limbah
ini cukup besar dan unsurunsur yang dibutuhkan tersebut, salah satunya dengan cara pemanfaatan
sangat penting untuk meningkatkan kesuburan limbah (waste re-use), dengan usaha untuk dapat
kimia dan fisika tanah. Kegiatan penelitian ini menggunakan kembali zat-zat yang terkandung
bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan pada air limbah. Salah satunya dengan menjadikan
limbah cair kelapa sawit (LCPKS) terhadap limbah CPO sebagai bahan baku dalam pembuatan
peningkatan beberapa sifat fisik tanah. sabun.
Penelitian dilakukan pada area perkebunan Sabun adalah garam logam alkali yang
kelapa sawit yang diaplikasikan pada limbah cair, tersusun dari lemak atau minyak yang bereaksi
dengan mengamati sampel tanah pada dua ke dalam dengan basa logam alkali (NaOH atau KOH).
tanah (0-30 cm dan 30-60 cm). Pengambilan sampel Lemak dipanaskan dengan NaOH sehingga
tanah dilakukan di tiga titik pengambilan sampel, terhidrolisis menjadi gliserol dan garam natrium
yaitu: dekat parit aplikasi pembuangan limbah, dari asam lemak. Reaksi pembentukannya disebut
antara tanaman kelapa sawit dan di lokasi kontrol. dengan reaksi saponifikasi (penyabunan). Sabun
Parameter sifat fisik tanah yang diamati meliputi: termasuk dalam kelas umum senyawa yang disebut
permeabilitas, porositas, tekstur dan berat isi tanah. surfaktan, yang merupakan senyawa yang dapat
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan menurunkan tegangan permukaan air serta
limbah cair berpengaruh dalam meningkatkan nilai mempunyai kemampuan untuk mengemulsi
porositas tanah (1,3 hingga 18,25% dan kotoran berminyak (Fessenden, 1986).
permeabilitas tanah (25,75% menjadi 78,7%), dan Berdasarkan data hasil penelitian yang telah
menurunkan nilai bobot tanah (1,77 menjadi dilakukan oleh Ady Mara maka dapat disimpulkan
40,24%), sedangkan tekstur tidak berpengaruh, bahwa Sabun limbah CPO memiliki karakteristik
dimana hasil penentuan tekstur sebelum aplikasi kadar air 19,5123%(b/b), alkali bebas 0,7443%(b/v),
dan sesudah aplikasi memiliki kelas tekstur yang lemak tak tersabunkan 3,8438%(b/v), minyak
sama, yaitu lempung berpasir hingga lempung 9,2856%(b/b) dan bilangan penyabunannya
lempung berpasir. 89,7549 (mg KOH/g minyak), konsentrasi
Pemanfaatan LCPKS pada lahan pelarutan terbaik sabun limbah CPO yaitu
memberikan pengaruh terhadap bobot isi, ruang 4,5%(b/v) dengan sellisih tegangan permukaan
pori total dan tekstur tanah. Pengaruh pemberian sebesar 0,01086 dyne/cm pada pH sebesar 12,62
LCPKS pada lahan terhadap sifat fisik tanah pada dan konduktovitas sebesar 18,28 -1 m-1.
lapisan atas (0-30cm) dapat menurunkan bobot isi
tanah dan meningkatkan porositas tanah. Pemanfaatan Limbah Cair Kelapa Sawit
Sedangkan pada lapisan bawah (30-60cm) terjadi Sebagai Pupuk Organik
sebaliknya. Pemberian LCPKS pada lahan juga Pabrik pengolahan kelapa sawit
turut meningkatkan pergerakan koloid tanah dari menghasilkan tiga jenis limbah yaitu limbah padat,
lapisan permukaan ke lapisan di bawahnya dan cair dan gas (Wahyudi et al. 2011). Limbah cair
membantu pelapukan lanjut pada fraksi debu pabrik kelapa sawit (LCPKS) merupakan limbah
menjadi liatsehingga mempengaruhi tekstur tanah yang paling banyak dihasilkan dari tandan segar
terutama pada lapisan bawah (30- 60cm). buah kelapa sawit. Menurut (Budianta, 2004) dari
satu tandan buah segar kelapa sawit sekitar 60%
Pemanfaatan Limbah Cair Kelapa Sawit adalah LCPKS. LCPKS lebih terkenal dengan nama
Sebagai Sabun POME (Palm Oil Mill Effluent). POME adalah
Saat ini industri pengolahanan kelapa sawit salah satu limbah utama industri kelapa sawit yang
di Indonesia terus mengalami peningkatan. Pada memiliki potensi pencemaran lingkungan yang
pengolahan minyak kelapa sawit terdapat angka paling bermasalah di antara limbah pabrik lainnya
kehilangan produksi (losses) atau sering disebut (Ibe et al. 2014). (Hartley,2004) dan (Roslan dkk,
sebagai limbah minyak kelapa sawit (Ketaren, 2009) mengungkapkan bahwa POME buangan dari
1986). Dengan semakin banyaknya proses pabrik kelapa sawit dapat mencemari sungai dan
pengolahan minyak kelapa sawit menyebabkan tanah di sekitarnya karena memiliki pH rendah,
jumlah limbah yang dihasilkan akan semakin kandungan minyak dan lemak serta bahan
meningkat pula. Industri minyak kelapa sawit pencemar lainnya yang tinggi.
merupakan industri yang menghasilkan limbah cair Pembibitan kelapa sawit merupakan titik
dengan kandungan organik sangat tinggi (Tim awal yang paling menentukan masa depan
Penulis, 2000). Tingginya kadar tersebut pertumbuhan kelapa sawit di lapangan. Untuk
menimbulkan beban pencemaran lingkungan yang mempercepat pertumbuhan dan meningkatkan
besar, karena diperlukan degradasi bahan organik kualitas bibit kelapa sawit dapat dilakukan dengan
yang lebih besar pula. Sehingga perlu dilakukan beberapa cara, salah satunya adalah dengan
pengolahan limbah lebih lanjut guna mengurangi pemupukan. Pemupukan adalah suatu cara
pemberian atau penambahan zat-zat pada komplek Mg. Pada pertumbuhan vegetatif Ca diserap oleh
tanah untuk melengkapi keadaan makanan atau tanaman dalam jumlah yang besar.
unsur hara yang tidak cukup terkandung dalam Nutrisi yang dimiliki POME sangat
tanah. Pemupukan yang baik melibatkan dosis dibutuhkan oleh tanaman, menurut (Deublein dan
pupuk yang tepat. Ketepatan dosis dan waktu Steinhauster,2008), POME kaya akan senyawa
aplikasi sangat menentukan efisiensi pemupukan organik dan karbondioksida. POME mengandung
(Novizan, 2008). sejumlah besar nitrogen, fosfat, kalsium,
Harga pupuk yang begitu tinggi seperti saat magnesium, dan kalium sehingga dapat digunakan
sekarang ini akan berpengaruh terhadap sebagai pupuk. Kandungan hara POME banyak
meningkatnya beban petani ataupun perusahaan dibutuhkan di lahan terdegradasi seperti lahan pasca
perkebunan dalam menyediakan pupuk setiap tambang batubara. POME menurut (Hetrick
bulannya. Upaya-upaya untuk mencari sumber hara dkk,2009) memiliki kandungan hara makro yang
lain menjadi sangat penting karena semakin sangat rendah, terutama kandungan N, P, K, Na, dan
mahalnya harga pupuk konvensional. Pemanfaatan Ca, tingkat kemasaman tanah (pH) dan kapasitas
Endapan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit tukar kation (KTK) yang rendah, serta hilangnya
(ELCPKS) merupakan suatu upaya yang dilakukan flora, fauna, dan mikroorganisme tanah. Hasil
untuk memenuhi unsur hara tumbuhan. analisis kolam inlet dan outlet PT. BSP tergolong
Diperkirakan 0,65 ton ELCPKS dihasilkan setiap lebih rendah jika dibandingkan hasil penelitian
satu ton tandan buah segar yang diolah. Pada tahun terdahulu yaitu, (Budianta,2004) yang meneliti
2003 total tandan buah segar yang diolah sebesar POME dari PT. Maskapai Perkebunan Leidong
2.106.956 ton dan dihasilkan 1.369.521 ton West Indonesia.
ELCPKS (Lubis, 2008).
Perlakuan ELCPKS dan kapur dolomit Pemanfaatan Limbah Cair Kelapa Sawit
memberikan peningkatan terhadap pertambahan Menjadi Biodisel
tinggi tanaman. Tanaman yang tidak diberikan Selama ini limbah cair dalam setiap pabrik
perlakuan pertambahan tinggi tanaman lebih rendah pengolahan CPO (Crude Palm Oil) belum banyak
25,93 cm. Semakin tinggi perlakuan yang diberikan dimanfaatkan sehingga dibuang kelingkungan dan
maka respon tanaman semakin baik. Pertambahan cenderung mencemari lingkungan. Jumlah minyak
tinggi tanaman terbaik pada perlakuan ELCPKS 75 limbah yang cukup besar pada pengolahan minyak
g/polybag dan kapur dolomit 18 g/polybag 40,33. kelapa sawit merupakan sumber bahan baku yang
Hal ini disebabkan pemberian ELCPKS dapat cukup potensial untuk dijadikan bahan bakar nabati
memenuhi kebutuhan unsur hara pada tanaman, (BBN) yang murah dan pemakaiannya tidak
ELCPKS memiliki kandungan unsur hara seperti N, bersaing dengan kebutuhan pokok manusia (Setiadi
P, K dan Mg semakin meningkat tersedia pada & Fitria, M, 2006). Pada limbah cair kelapa sawit
tanah sehingga dapat memenuhi kebutuhan unsur banyak terdapat asam lemak bebas yang dapat
hara di tanah. Menurut Novizan, (2005) peran unsur menghambat proses pembuatan biodiesel, maka
hara pada tanaman diperlukan untuk proses untuk menetralisir asam lemak bebas tersebut maka
pembelahan Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa diperlukan perlakuan yang disebut esterifikasi dan
interaksi ELCPKS dan kapur dolomit, perlakuan selanjutnya di reaksikan dengan transesterifikasi.
ELCPKS dan kapur dolomit menunjukkan Pada reaksi esterifikasi, katalis yang cocok adalah
berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. zat berkarakter asam kuat seperti BF3, kelebihan
Ratarata pertambahan tinggi tanaman yang telah dari BF3 ini yaitu hasil akhir (solar) sangat optimal
diuji lanjut dengan DNMRT pada taraf 5% dan tetapi harga BF3 itu sendiri sangatlah mahal
perpanjangan sel, selain itu unsur juga berperan sehingga susah untuk menarik perhatian masyarakat
dalam pembentukan klorofil yang diperlukan dalam untuk membeli biodiesel ini. Pada kesempatan
proses fotosintesis untuk menghasilkan karbohirat. penelitian ini peneliti akan mencoba varian katalis
Berdasarkan hasil analisis beberapa unsur asam yang lain, yang harganya lebih terjangkau dan
hara yang terkandung pada ELCPKS adalah N, P mencoba beberapa waktu yang tepat agar hasil akhir
dan K yang cukup tinggi. Unsur hara tersebut dalam sangat optimal. Pada limbah cair kelapa sawit
budidaya kelapa sawit merupakan hara yang sangat banyak terdapat asam lemak bebas yang dapat
dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan dan menghambat proses pembuatan biodiesel, maka
produksi buah (Said, 1996). Menurut untuk menetralisir asam lemak bebas tersebut maka
(Suprapto,1998), pengapuran dapat meningkatkan diperlukan perlakuan yang disebut esterifikasi dan
pH, meningkatkan aktifitas mikro organisme di selanjutnya di reaksikan dengan transesterifikasi.
tanah sehingga memperbaiki sifat biologi tanah. Pada reaksi esterifikasi, katalis yang cocok adalah
Pemberian dolomit juga dapat menyediakan unsur zat berkarakter asam kuat seperti BF3, kelebihan
hara yang dibutuhkan tanaman seperti K, Ca dan dari BF3 ini yaitu hasil akhir (solar) sangat optimal
tetapi harga BF3 itu sendiri sangatlah mahal
sehingga sulit untuk menarik perhatian masyarakat jam/hari, maka diperkirakan biodiesel yang
untuk membeli biodiesel ini. diproduksi adalah 280 ton/hari atau 6.260,8
Menurut (Heriwibowo, 2009) mutu ton/bulan. Dari kapasitas total produksi pabrik
biodiesel dipengaruhi oleh mutu bahan baku selama tersebut maka bila pabrik mengolah POME-nya
pengolahan dan penyimpanan. Kandungan ALB emisi karbon yang bisa diselamatkan setiap bulan
dan kadar air yang tinggi dalam bahan baku dan setiap tahun adalah 26,4 ton dan 791,2 ton CO2.
(minyak limbah PMKS) dapat menurunkan mutu Pemanfaatan limbah cair (POME) dari
biodiesel. ALB yang tinggi menyebabkan proses produksi biodiesel kelapa sawit merupakan
terjadinya blocking reaksi pembentukan metil ester, salah satu inovasi teknologi untuk meningkatkan
yaitu methanol yang seharusnya bereaksi dengan nilai produk dari kelapa sawit sekaligus
trigleserida terhalang oleh reaksi pembentukan menciptakan kondisi yang baik untuk keberlanjutan
sabun yang terbentuk oleh katalis basa kuat dengan industri kelapa sawit. Ada pun keuntungan
asam lemak bebas (Sudaryono dan Budiyanto, sekaligus yang diperoleh dari inovasi tersebut yaitu
2011). Sedangkan kadar air yang tinggi baik dalam adanya tambahan energi terbarukan dan
bahan baku maupun dalam alkohol pereaksi dapat penyelamatan gas karbon dioksida. Tambahan
menyebabkan kerja katalis kurang baik, sehingga energi yang didapat sekitar 411,7 MJ/FU atau
mutu biodiesel yang dihasilkan kurang bermutu. menaikkan net energy ratio (NER) sebesar 3,4 %
Hal ini disebabkan terjadinya reaksi antara katalis dari nilai yang biasanya. Sedangkan emisi gas
dengan air, bukan dengan minyak (Heriwibowo, karbon yang diselamatkan adalah sebesar 126,4
2009). kg/FU atau mengurangi emisi karbon sekitar 8,2 %
dari nilai yang biasanya.
Pemanfaatan Limbah Cair Kelapa Sawit
Sebagai Energi Terbarukan KESIMPULAN
Pabrik kelapa sawit selain menghasilkan Berbagai penelitian tentang limbah cair
produk utama CPO juga mengeluarkan limbah kelapa sawit di Indonesia sangat memungkinkan
tandan kosong, serat, cangkang, abu, dan limbah kedepannya limbah cair kelapa sawit dapat
cair kelapa sawit (palm oil mill effluent, POME). dimanfaatkan seoptimal mungkin karena
Dari beberapa peneliti menyatakan bahwa banyak pemanfaatan limbah cair dapat meningkatkan nilai
POME yang dihasilkan sekitar 0,62-0,77 m3 /ton tambah limbah itu sendiri antara lain dapat
TBS (4,5,6,7,8,9). Sampai saat ini, limbah POME dimanfaatkan sebagai bahan baku pembangkit
masih menjadi permasalahan lingkungan pabrik listrik tenaga biogas, pupuk organik,sabun, dan
kelapa sawit karena volumenya yang besar dan sebagai bahan baku pembuatan bahan bakar nabati
belum termanfaatkan dengan baik. Namun di sisi (BBN) yaitu biodiesel dengan berbagai proses,
lain, POME memililki nilai positif bagi dimana untuk meningkatkan nilai produk dari
keberlanjutan industri sawit bila dimanfaatkan kelapa sawit sekaligus menciptakan kondisi yang
dengan baik. baik untuk keberlanjutan industri kelapa sawit.
Ditinjau dari konsumsi energi pada setiap Selain itu limbah cair pabrik pengolahan kelapa
tahapnya, maka total persentase energi input yang sawit mengandung unsur hara yang tinggi seperti N,
diperlukan dari tahap budidaya, produksi CPO dan P, K, Mg, dan Ca, sehingga limbah cair tersebut
produksi biodiesel adalah 30, 24,5 dan 45,5%. Pada berpeluang untuk digunakan sebagai sumber hara
tahap budidaya, variabel yang berkontribusi besar bagi tanaman kelapa sawit, di samping memberikan
menyerap energi adalah penggunaan pupuk N kelembaban tanah, juga dapat meningkatkan sifat
(urea) yang mencapai 2.490 MJ. Pada tahap fisik–kimia tanah, serta dapat meningkatkan status
produksi CPO, variabel yang dominan menyerap hara tanah.
energi adalah variabel penggunaan listrik dan steam
yang mencapai 2.765 MJ. Listrik dan steam ini DAFTAR PUSTAKA
digunakan pada proses sterilisasi TBS dan proses Agung Wijono. 2017. Balai Teknologi Bahan Bakar
klarifikasi minyak. Pada tahap produksi biodiesel, & Rekayasa Disain, Badan Pengkajian &
penggunaan metanol mendominasi penyerapan Penerapan Teknologi Gedung 480,
energi yakni sebesar 4.690 MJ. Tangerang Selatan.
Potensi emisi karbon yang dapat Ariadi H, D. Reni, Yulastri. 2017. Aplikasi Plasma
diselamatkan dengan memanfaatkan limbah POME Dengan Metoda Dielectric Barrier
adalah 126,4 kg/ton atau mengurangi emisi sebesar Discharge (DBD) untuk Pengolahan Limbah
8,2 % dari total emisi yang dikeluarkan. Nilai Cair Kelapa Sawit.
kisaran ini sangat besar bila dikaitkan dengan Balai Penelitian Tanaman Palm. 2014. Pemanfaatan
jumlah total produksi biodiesel skala besar. Sebagai Lahan Bekas Tambang Batubara untuk
ilustrasi misalnya pabrik kelapa sawit dengan Pengembangan Sagu. Manado (ID):56-63.
kapasitas olah TBS 60 ton/jam masa kerja 16
Budianta D. 2004. Pengaruh pemberian limbah cair Lubis, A. R. 2008. Kelapa Sawit di Indonesia. Pusat
pabrik kelapa sawit untuk pupuk cair Penelitian Bandar Kuala Marihat Pematang
terhadap kualitas air. Jurnal Pengelolaan Siantar. Sumatra Utara.
Lingkungan & SDA. 2(3):147-154. Naibaho, Ponten M. 1996. Teknologi Pengolahan
Deublein D, Steinhauster A. 2008. Biogas from Kelapa Sawit, Medan: Pusat Penelitian
Waste and Renwable Resources. Winley- Kelapa Sawit.
VCH Verlag GmbH & Co. KGaA. Novizan. 2008. Petunjuk Penggunaan Pupuk Yang
Wetnhetm. Efektif. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Farha, Indah F, Kusumawati N. 2012. Pembuatan Omer, AM. 2007. Organic Waste Treatment for
Membran Komposit Kitosan-PVA dan Power Production and Energy Supply.
Pemanfaatannya pada Pemisahan Limbah Journal of Cell and Animal Biology, Vol 1
Pewarna Rhodamin–B. Prosiding Seminar No: 2, 034-047.
Nasional Kimia Unesa. Surabaya. Renata, Erisna A, Putri.2014 Pengolahan Limbah
Fessenden. 1986. Kimia Organik, Edisi Ketiga, Jilid Cair Kain Jumputan dengan Menggunakan
II, Penerbit Erlangga, Jakarta. Hal. 406, 410, Membran Kitosan-PVA. Laporan Akhir
411. Polsri.
Firmansyah, A dan Saputra, A. 2001. Pengolahan Roslan AM, Hassan MA, Aziz SA, Yee PL. 2009.
Limbah Industri Minyak Kelapa Sawit Effect of palm oil mill effluent
Dengan Bioreaktor Membran Anaerob. supplementation on cellulase production
Ginting, P. 2007. Sistem Pengelolaan Lingkungan from rice straw by local f`unggal isolates.
dan Limbah Industri. Yrama Widya, International Journal of Agriculture
Bandung. Research. 4: 185-192.
Grady, C. P. L., G. T. Daigger, & H. C. Lim. 1999. Said, E.G. 1996. Penanganan dan Pemanfatan
Biological Wastewater Treatment.2nd ed. Limbah Kelapa sawit. Trubus. Agriwidya.
Marcel Dekker, Inc. New York. Bogor.
Hartley CWS. 2004. Environmental impact of oil Suprapto, dan A.M. Fagi. 1998. Pengaruh Kalium
palm plantations in Malaysia. Palm Oil Anorganik Dan Organik Terhadap Hasil
Research Institute of Malaysia (PORIM). Padi Sawah. Reflektor 6 (1-2): 13-17.
Occasional Paper. 33:1-27. Balittan Sukamandi.
Heriwibowo, N. 2009. Kajian Pengolahan Minyak Sri Rahayu, Ade. dkk. 2015. Buku Panduan
Limbah Cair Pabrik Minyak Kelapa Sawit Konversi POME Menjadi Biogas. USAID
(PMKS) Menjadi Biodiesel Melalui Reaksi dan Winrock Internasional.
Transesterifikasi Dua Tahap Dengan Subowo, G. 2010. Strategi efisiensi penggunaan
Metanol Menggunakan Katalis BF3 dan bahan organik untuk kesuburan dan
NaOH. Skripsi Fakultas Pertanian produktivitas tanah melalui pemberdayaan
Universitas Bengkulu. sumber daya hayati tanah. Jurnal sumber
Hetrict BAD, Wilson GWT, Figge DAH. 1994. The daya lahan. 4(1): 13-25.
influence of mycorrhizal symbiosis and Statistik Perkebunan Indonesia. Statistik
fertilizer amandements on establishment of Perkebunan Indonesia Komoditas Kelapa
vegetation in heavy metal mine spoil. Sawit 2015-2017. Direktorat Jendral
Environmental Pollution. 86:171-179. Perkebunan. Kementrian Pertanian.
Ibe IJ, Oblige JN, Orji Jc, Nwanze PL, Ibejisika C, Tambunan, J. 2016. Aplikasi limbah cair pabrik
Okechi BN. 2014. Effects of palm oil mill kelapa sawit dengan metoda biopori
effluent (POME) on soil bacteria and terhadap pertumbuhan tanaman kelapa sawit
enzymes at different season. Int. J. Curr (Elaeis guineensis Jacq.) Universitas Riau.
Microbial. App. Sci. 3(10): 928-934. Pekanbaru.
Irvan, Trisakti B, Wongistani V, Tomiuchi Y. 2012. Tim Penulis Ps. 2000. Kelapa Sawit: Usaha
Methane from digestion of palm oil mill Budidaya Pemanfaatan Hasil dan Aspek
effluent (POME) in a thermofilic anaerobik Pemasaran, Penerbit Swadaya, Jakarta.
reactor. International Journal of Science and Tuty Emilia Agustina, Budi Sulistyono,
Engineering. 3(1): 32-35. Rendotian Anugrah. 2019. Jurusan
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup. Kep – 51 / Teknik Kimia, Fakultas Teknik,
MENLH/ 10/ 1995. Baku Mutu Limbah Cair Universitas Sriwijaya.
Bagi Kegiatan Industri. Wahyudi H, Kasry A, Purwaningsih IS. 2011.
Ketaren S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Pemanfaatan limbah cair pabrik kelapa sawit
Lemak Pangan, UIPress, Jakarta. Hal. 252 – untuk memenuhi kebutuhan unsur hara
257. dalam budidaya tanaman jagung (Zea mays
L.). Jurnal Ilmu Lingkungan. 5(2):94-102.