Kel 3 Sufistik

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 15

Tugas Kelompok Dosen Pengampu

Psikologi Sufistik Dina Haya Sufya, M.Si.

KAJIAN INTEGRATIF TASAWUF MODERN DENGAN PSIKOLOGI

Oleh Kelompok 3

1. Annisa Salsabila (12160124626)


2. Najwa Fitria Amara (12160123673)
3. Tasya Azkia Situmorang (121601

KELAS 6B
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM
RIAU
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah tentang “Kajian Integratif Tasawuf Modern dengan Psikologi” dengan
baik. Sholawat beserta salam tak lupa pula tercurahkan pada baginda Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia kejalan kebaikan seperti
saat ini. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dina Haya Sufya, M.Si.,
selaku dosen pada mata kuliah Psikologi Sufistik yang telah membimbing
penulis dalam menyusun makalah ini..
Penulis berharap dengan adanya makalah ini, dapat menambah ilmu dan
pengetahuan bagi pembaca dan juga dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari makalah ini, untuk itu
penulis meminta kritik dan saran dari pembaca dalam upaya penyempurnaan
makalah ini. Semoga dengan adanya kritik dan saran dari pembaca dapat
memotivasi penulis untuk dapat lebih baik lagi kedepannya

Pekanbaru, Maret 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................2
1.3 Tujuan .........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................3
2.1 Tasawuf di Era Modern ........................................................................................ 3
2.2 Hubungan Tasawuf dan Psikologi......................................................................... 4
2.3 Peran Tasawuf dalam Menghadapi Problematika Psikologi ................................. 5
2.4 Solusi atas Problematika Psikologis Manusia Modern menurut Psikologi ........... 7
2.5 Solusi atas Problematika Psikologis Manusia Modern menurut Tasawuf ............ 9
BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 11
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tasawuf sebagaimana yang sudah dikemukakan yaitu upaya
membersihkan diri dari perilaku yang mempengaruhi kesucian jiwa dan
berjuang mengendalikan hawa nafsu menuju keabadian. Sedangkan psikologi
yang berarti ilmu tentang jiwa yang di dalam ilmu tentang jiwa. Dengan
adanya kajian tentang jiwa yang di dalamnya terdapat pikiran dan perilaku,
menjadikan kajian psikologi memilki kesamaan dengan tasawuf yakni
menjaga perilaku melalui pensucian diri.
Manusia adalah makhluk yang kompleks, memiliki dimensi fisik dan
psikis. Islam, sebagai agama yang holistik, memberikan panduan untuk
pengembangan keduanya. Dalam khazanah keilmuan Islam, Tasawuf hadir
sebagai tradisi yang berfokus pada pemurnian jiwa dan pencapaian
spiritualitas. Sementara itu, Psikologi sebagai ilmu pengetahuan modern, turut
menawarkan pemahaman terhadap psikis manusia. Integrasi kedua bidang ini
menjadi semakin relevan dalam konteks kehidupan modern yang kompleks,
di mana tantangan mental dan spiritual seringkali saling terkait dan
memerlukan pendekatan yang menyeluruh.
Islam memiliki dimensi batin dan esoteris yang dikenal sebagai tasawuf
atau irfan, di mana di dalamnya terdapat laku spiritual yang juga mencakup
pembahasan jiwa dan kondisi-kondisinya. Hal ini juga yang kemudian, secara
langsung maupun tidak berperan dalam membantu pengembangan, bahkan
sebagai asas-asas, daripada psikoterapi sebagai suatu bidang keilmuan.
Perpaduan Psikologi dan tasawuf dianggap pendekatan yang paling
representatif. Bidang ini sudah sejak lama mengorientasikan pusat objek
kajian pada manusia (antroposentris). Meski sebagian corak psikologi
mempunyai pandangan berbeda mengenai manusia, namun dalam perspektif
yang terbaru saat ini yaitu humanistik dan transpersonal membuktikan bahwa
ada kesamaan dengan tasawuf. Dimana manusia dipercaya mempunyai
kemampuan untuk melakukan aktualisasi diri. Tak hanya itu, kajian nilai

1
spiritual juga bisa menjadi sorotan. Keduanya menempatkan agama menjadi
bagian dari kehidupan masyarakat.
Dengan demikian, kajian integratif tasawuf modern dan psikologi tidak
hanya penting untuk pengembangan ilmu pengetahuan, tetapi juga memiliki
implikasi praktis yang signifikan dalam membantu individu menghadapi
tantangan-tantangan kehidupan modern.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan yang telah dijelaskan pada latar belakang, maka
dapat disimpulkan beberapa rumusan masalah. Hal ini bertujuan agar tidak
menimbulkan kesalahpahaman serta agar mempermudah poin penting yang
akan dibahas pada makalah ini. Adapun rumusan masalah tersebut yaitu.
1. Tasawuf di Era Modern
2. Hubungan Tasawuf dan Psikologi
3. Peran Tasawuf dalam Menghadapi Problematika Psikologi
4. Solusi atas Problematika Psikologis Manusia Modern menurut
Psikologi
5. Solusi atas Problematika Psikologis Manusia Modern menurut
Tasawuf
1.3 Tujuan
Tujuan dari permasalahan ini bertepatan dengan rumusan masalah yang
telah dijabarkan. Hal tersebut untuk memudahkan hal yang harus dilakukan
berdasarkan masalah yang akan dibahas. Mengenai hal tersebut, berikut
adalahtujuan permasalahan dari makalah ini.
1. Menjelaskan mengenai Tasawuf di Era Modern
2. Menjelaskan Hubungan antara Taasawuf dan Psikologi
3. Menjelaskan bagaimana peran Tasawuf dalam Menghadapi
Problematika Psikologi
4. Menjelaskan bagaimana Solusi atas Problematika Psikologis
Manusia Modern menurut Psikologi

5. Menjelaskan bagaimana Solusi atas Problematika Psikologis


Manusia Modern menurut Tasawuf

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tasawuf di Era Modern

Dari segi terminologi, tasawuf memiliki banyak definisi, mulai


dari al Junaidi al-Baghdadi, al-Ghazali, al-Nawawi, al-Kurdi, Abd al-
Qadir al-Jailani, dari sini dapat diambil beberapa definisi secara
sederhana Definisi bahwa taswuf mensucikan jiwa dan menjauhi hawa
nafsu berdasarkan ilmu yang tercermin dalam cinta untuk mendekatkan diri
dan meraih rahmat Allah. Tasawuf adalah spiritualitas Islam yang
bertujuan untuk membangun kesalehan dan kesempurnaan kebajikan
manusia menurut Al-Qur'an, sinergi antara etika dan teologis. Tasawuf
sebagai ajaran penyucian jiwa terhadap Tuhan melahirkan tasawuf
sebagai realisasinya yang berkaitan dengan tiga bentuk yaitu penyucian
jiwa, perilaku sufi dan gerakan sufi, (Ilah et.al 2021)

Perkembangan pemikiran sufi di zaman modern menunjukkan


dinamika yang progresif dan masif. Ungkapan-ungkapan baru terkait
tasawuf yang muncul di era modern ini, mulai dari Tasawuf
Tradisional, Tasawuf Tradisional, Tasawuf Transformasional, Tasawuf
Ilmiah, dan lain-lain, memberikan gambaran nyata tasawuf melintasi batas-
batas di luar agama dan Sikhisme. Pada tasawuf tradisional/tradisional
biasanya pemahaman konsep tasawuf bersifat pasif, pada tasawuf
modern/transformatif lebih berdimensi positif dan aktif. Mengacu pada
konteks di atas, tasawuf transformatif/modern telah menjadi fokus
penelitian seiring dengan perkembangan konseptual tasawuf kontemporer.
Kegagalan manusia untuk menetap sesuai fitrahnya disebabkan
ketidakmampuannya dalam memilih sikap (akhlak) dalam
berinteraksi dengan alam semesta. Pencarian dan pengenalan diri
(introspeksi) merupakan kebutuhan yang didasarkan pada dua aspek,
yaitu perhatian utama (pemahaman tentang Tuhan) dan pengetahuan diri
adalah mampu memahami apa yang harus dilakukan dan bagaimana

3
berperilaku (moralitas). Gambaran ini adalah kenyataan bahwa dalam
masalah kehidupan manusia tidak dapat menyesuaikan diri dengan baik
dan benar.

Lima tipologi tasawuf transformatif diantaranya: Pertama,


pandangan tentang Ketuhanan (monoteisme dan Ma'rifat Allah); kedua,
sinergi antara akal dan wahyu; ketiga, dunia dalam ekologi Islam ;
keempat, al-Akhlaq al-Karimah; dan kelima,amal keagamaan yang
berdimensi Islam. Keinginan Taswuf transformatif adalah melatih
manusia dalam kesadaran sosial yang transpersonal, dalam kohesi sosial
yang kuat yang dibangun di atas landasan nilai-nilai transendental manusia,
(Ilah et.al 2021)

2.2 Hubungan Tasawuf dan Psikologi

Tasawuf atau sufisme merupakan satu cabang keilmuan dalam


Islam atau secara keilmuan merupakan hasil peradaban Islam yang lahir
setelah wafatnya Rasululah. Secara etimologis, kata tasawuf berasal dari
bahasa Arab, tasawwafa. (Imron,2018). Sedangkan psikologi secara
etimologi berasal dari kata psyche dan logos.Dalam bahasa Yunani ,Psyche
berarti jiwa dan logos berarti ilmu. Jadi ,pengertian asal psikologi adalah
ilmu jiwa, Jaenudin (dalam Imron,2018).

Kedua ilmu tersebut, yaitu tasawuf dan psikologi, mempunyai


persamaan, khususnya mengenai konsepsi tentang potensi dasar dan
perkembangan jiwa manusia. Manusia yang sehat secara psikologis
memiliki potensi yang bersifat kodrati maupun rohani. Dalam psikologi,
potensi ini dipandang berkaitan dengan perilaku psikologis, yang
dicontohkan melalui keterkaitan antara motivasi seseorang dengan perilaku
yang ditampilkannya.

Dalam pembahasan tasawuf, hubungan jiwa dengan badan dibicarakan


dengan tujuan untuk menciptakan keserasian antara keduanya. Pembahasan
jiwa dan tubuh dikonseptualisasikan untuk mengetahui keterkaitan antara

4
perilaku yang dipraktikkan manusia dengan dorongan yang dimunculkan
jiwanya, sehingga perbuatan itu terjadi. Dari sini, muncul kategori perbuatan
baik dan buruk yang disebut akhlak. Dalam pandangan kaum sufi, akhlak
dan sifat seseorang sangat tergantung pada jiwanya. Jika jiwa dikuasai nafsu
hewani atau nabati, maka yang akan muncul dalam perilakunya adalah nafsu
hewani atau nabati. Begitu pula, jika yang berkuasa adalah nafsu insani,
maka yang muncul adalah perilaku insani.

Pandangan mengenai jiwa ini sangat erat kaitannya dengan ilmu


kesehatan mental, yang merupakan cabang dari psikologi. Dalam psikologi,
istilah mental sering kali digunakan secara bergantian dengan kepribadian
(personality), yang menunjukkan bahwa mental mencakup semua aspek
jiwa. Istilah mental kemudian diklasifikasikan secara biner menjadi sehat
mental dan sakit mental. Perlu diakui bahwa jiwa manusia sering kali
mengalami ketidakstabilan atau ketidaksehatan, dan tidak akan mencapai
kesehatan yang sempurna tanpa upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Oleh karena itu, tasawuf sebagai salah satu disiplin ilmu dalam tradisi
keislaman tidak dapat dipisahkan dari disiplin ilmu lainnya, termasuk
psikologi.

2.3 Peran Tasawuf dalam Menghadapi Problematika Psikologi


Sudah sejak awal bahwa tasawuf bertujuan untuk mendekatkan diri
kepada Tuhan (taqarrub ila Allah). Akan tetapi, ini menunjukkan betapa kita
pada saat ini masih jauh dari-Nya, karena kita sekarang hidup di perantauan
jauh dari asal dan tempat kembali kita yang sejati.
Tasawuf bukan hanya menyadarkan kita akan keterpisahan dari sumber
dan tempat kembali kita yang sejati. Tetapi juga sekaligus menjelaskan
kepada kita dari mana kita berasal dan kemana kita akan kembali. Dengan
demikian tasawuf memberi kita arah dalam hidup kita. Dari ajaran para sufi,
kita jadi paham bahwa manusia itu bukan hanya makhluk fisik, tetapi juga
makhluk spiritual, di samping fisiknya, yang memiliki asal-usul spiritualnya

5
pada Tuhan. Dengan menyadari betapa manusia itu juga makhluk spiritual,
maka lebih mungkin kita akan bertindak lebih bijak dan seimbang dalam
memperlakukan diri kita. Dengan memperhatikan kesejahteraan, kebersihan
dan kesehatan jiwa.1 Dalam menjawab problem psikologis, tasawuf
mengajarkan hakikat hidup bahagia. Hidup bahagia haruslah hidup sehat,
karena orang yang tidak sehat (sakit) mungkin sekali tidak bahagia. Hidup
sehat meliputi fisik dan jiwa.
a. Kesehatan Fisik
Kesehatan fisik dalam ajaran tasawuf tergantung pada makanan dan
minuman. Makanan dan minuman yang dikonsumsi harus sehat dan
halal. Makanan dan minuman yang tidak sehat dapat menimbulkan
penyakit, dan yang haram dapat mendorong kepada pembentukan
karakter 2 yang buruk merupakan cermin jiwa yang tidak sehat. Makanan
haram bukan hanya babi dan minuman yang haram. Tetapi juga
penghasilan yang diperoleh dengan cara haram, seperti hasil curian dan
korupsi. Selain sehat dan halal, dalam tasawuf makanan yang lebih
dianjurkan adalah sayuran, buah, dan meminimalkan mengkonsumsi
daging, karena daging dapat membentuk karakter yang keras, padahal
kita dianjurkan bersikap lemah lembut kepada sesama makhluk lainnya.
Di samping itu, mengonsumsi sayur dan buah sesuai dengan kebutuhan
gizi akan lebih menyehatkan dan juga sejalan dengan gerakan kembali ke
alam (back to nature).3
b. Kesehatan Jiwa
Selain makanan dan minuman, ibadah seperti shalat, puasa dan
dzikir juga ikut berpengaruh terhadap kesehatan fisik maupun jiwa.
Shalat selain untuk beribadah ataupun melatih jiwa juga terdiri atas
beberapa posisi tubuh yang masing-masing berdampak positif bagi
kesehatan. Misalnya sujud, dengan posisi ini lutut yang membentuk sudut
yang tepat memungkinkan otot-otot perut berkembang dan mencegah
1
Mulyadhi Kartanegara, Menyelami Lubuk Tasawuf (Jakarta: Erlangga, 2006), h. 272.
2
Sudirman Tebba, Tasawuf Positif (Bogor: Kencana, 2003), h. 29
3
Tebba, Tasawuf Positif, h.30.

6
timbulnya kegembyoran di bagian tengah, menambah aliran darah ke
bagian atas tubuh terutama kepala (termasuk mata, telinga dan hidung)
dan juga paru-paru.
Selain shalat, puasa juga mengandung manfaat bagi kesehatan. Puasa
adalah berpantang dari makanan, minuman dan berhubungan seks mulai
dari waktu imsak sampai maghrib. Dengan berpuasa, maka fungsi-fungsi
tubuh diistirahatkan dan diberi peluang untuk segar kembali. Selama
berpuasa kegiatan yang biasa dalam pencernaan dikurangi, sehingga
memungkinkan tubuh untuk mengeluarkan bahan-bahan yang tidak
berguna serta memperbaiki kerusakan akibat kesalahan pola makan yang
berlangsung lama.
Ibadah lain yang berdampak positif terhadap kesehatan adalah dzikir.
Dzikir berarti mengingat, menyebut atau mengagungkan Allah dengan
mengulang-ngulang salah satu namanya atau kalimat keagungannya.
Dengan dzikir, pikiran dan perasaan dapat menjadi tenang. sehingga
orang akan hidup sehat, terhindar dari penyakit- penyakit yang biasa
timbul dari gangguan jiwa, seperti stress, dan sebagainya. Di samping itu,
dzikir juga berfungsi untuk memantapkan hati, energi, akhlak. terhindar
dari bahaya dan terapi jiwa yang semua fungsi tersebut sangat diperlukan
oleh manusia sekarang ini yang cenderung sekuler.
Tasawuf mengajarkan berbagai ritual dan zikir, sebagai cara untuk
mendekatkan diri kepada Allah. Mereka dibekali dengan amalan-amalan
tasawuf agar mereka terjaga dan selalu ingat kepada Allah dalam kondisi
apapun. Pada konteks inilah karakter anak terbentuk menjadi pribadi
yang baik."4
2.4 Solusi atas Problematika Psikologis Manusia Modern menurut Psikologi
Menurut Abraham Maslow, permasalahan psikologis yang terjadi pada
manusia modern dapat diselesaikan jika ia mampu memenuhi kebutuhan-
kebutuhan hidupnya seperti kebutuhan untuk memenuhi kesejahteraan fisik
4
Jauhar Fuad, “Pendidikan Karakter Dalam Pesantren Tasawuf,” Jurnal Pemikiran
Keislaman 23, no. 1 (February 28, 2013): 1, http://ejournal.iai-
tribakti.ac.id/index.php/tribakti/article/view/13.

7
(the physiological needs), kebutuhan akan rasa aman (the safety needs),
berbicara tentang kebutuhan manusia akan penghargaan dan pemeliharaan
harga diri, serta bagaimana hal itu berkaitan dengan aktualisasi diri.
Dinyatakan bahwa kebutuhan fisik seperti makanan, minuman, dan pakaian
menjadi prioritas, namun juga pentingnya kejelasan status sosial dan perasaan
dicintai. Selain itu, disebutkan bahwa kebutuhan akan harga diri adalah hal
yang fundamental, di mana orang merasa dihargai dan diakui oleh orang lain.
Viktor E. Frankl menyoroti pentingnya nilai-nilai kreativitas, pengalaman
hidup, dan pemahaman akan makna dalam menghadapi tantangan hidup.
Menanggapi permasalahan di atas, solusi psikologi untuk mengatasi
problematika psikologis. Pertama, adalah dengan mengembangkan nilai
pengalaman hidup (experiental value). Ini berarti mengubah setiap peristiwa
hidup yang menimpa seseorang menjadi pelajaran berharga. Banyak manusia
modern kehilangan pesan atau hikmah di balik ujian hidup, yang
menyebabkan mereka mudah kecewa, putus asa, dan sedih. Untuk
mengembangkan nilai ini, seseorang harus belajar untuk bersabar, bertahan,
dan berpikir positif terhadap setiap peristiwa hidup serta berusaha
memperbaiki diri.
Kedua, adalah dengan mengembangkan nilai sikap (attitudinal value). Ini
menekankan pentingnya memiliki sikap yang tepat dalam menghadapi
kehidupan. Orang yang memiliki nilai sikap yang baik akan tahu apa yang
harus dilakukan dan akan pandai menempatkan diri serta menghargai orang
lain. Banyak manusia modern kehilangan sikap empati, peduli, dan cinta
kasih, yang menyebabkan mereka terisolasi dari lingkungan sosialnya.
Pengembangan nilai sikap diperlukan agar seseorang tahu bagaimana cara
memperlakukan dirinya dan orang lain.
Selain itu, usaha terus produktif juga merupakan solusi untuk
menghindari problematika psikologis. Banyak masalah psikologis modern
disebabkan oleh kurangnya kemampuan dalam mengelola waktu, yang
mengakibatkan pemborosan waktu untuk hal-hal yang tidak produktif seperti
menonton video atau bermain game. Ini dapat menyebabkan perasaan cemas,

8
was-was, dan ketakutan terhadap masa depan. Dengan menjadi produktif,
seseorang dapat mengubah kehidupan dan nasibnya.
Dalam perspektif psikologi, solusi untuk mengatasi problematika
psikologis adalah dengan menyeimbangkan kebutuhan fisik, psikis, dan
sosial. Dengan mengembangkan nilai pengalaman hidup, nilai sikap yang
baik, dan menjadi terus produktif, seseorang dapat mengatasi berbagai
tantangan psikologis dalam kehidupan mereka.

2.5. Solusi atas Problematika Psikologis Manusia Modern menurut Tasawuf


Solusi tasawuf dan psikologi untuk mengatasi problematika psikologis.
Menurut perspektif psikologi, solusi untuk mengatasi problematika psikologis
meliputi pengembangan nilai pengalaman hidup, nilai sikap yang baik, dan
produktivitas. Seseorang perlu memandang setiap peristiwa hidup sebagai
pelajaran berharga, mengembangkan sikap yang tepat dalam menghadapi
kehidupan, dan menjadi produktif untuk mengubah nasibnya.
Di sisi lain, tasawuf menawarkan solusi yang berakar pada spiritualitas.
Menurut Yunasril Ali, problematika psikologis manusia modern disebabkan
oleh kehilangan visi metafisis dalam hidup mereka. Untuk mengatasi hal ini,
seseorang perlu mengokohkan kembali hubungannya dengan Tuhan. Cara ini
dilakukan dengan tiga langkah: memperkuat keyakinan akan keberadaan
Tuhan, menyadari kefanaan dunia dan keabadian akhirat, serta menyadari
bahwa setiap amal akan mendapat balasan dari Tuhan.
Yunasril Ali berargumen bahwa problematika psikologis yang dialami
manusia modern lebih disebabkan oleh karena ia kehilangan visi metafisis
dalam hidupnya sehingga hidupnya semakin jauh dari Tuhan. Oleh karena itu,
supaya manusia modern terhindar dari segala problematika psikologis yang
ada maka ia harus kembali kepada Tuhan dan menghidupkan kembali visi
metafisis dalam hidupnya. Adapun cara untuk menghidupkan visi metafisis
dalam diri manusia, Yunasril Ali berpendapat bahwa hal itu dapat dilakukan
dengan tiga cara di antaranya yaitu: pertama, harus menghidupkan kembali
keyakinan kepada semua manusia modern bahwa Tuhan itu ada. Bagaimana

9
caranya kita mengetahui bahwa Tuhan itu ada? Hal tersebut sering sekali
dipertanyakan oleh manusia modern yang semakin kritis.5
Kedua, meyakinkan manusia modern bahwa hidup di dunia sifatnya fana
sementara akhirat sifatnya abadi. Banyak manusia modern yang meragukan
hari pembalasan dan hari akhir dikarenakan mereka meyakini bahwa tidak
ada kehidupan lagi selain di dunia. Ketiga, meyakinkan manusia modern
bahwa segala amal atau perbuatan yang dikerjakan akan mendapatkan
penilaian atau pembalasan dari Tuhan. Menanggapi hal ini, banyak manusia
modern yang beranggapan bahwa Tuhan tidak ada sehingga Tuhan tidak akan
menilai setiap perilaku yang sudah diperbuatnya. Adapun untuk menjawab
kesangsian atau keraguan yang menimpa manusia modern tersebut, maka
Yunasril Ali berpendapat bahwa kita dapat meyakinkan mereka bahwa Tuhan
itu ada melalui ciptaan-Nya, meyakinkan mereka bahwa ada hari pembalasan
melalui kalam-Nya, dan meyakinkan bahwa ada balasan yang akan dilakukan
oleh Tuhan terhadap setiap amal perbuatannya melalui asma dan sifat- Nya.
Dengan demikian, Yunasril Ali berpendapat bahwa salah satu jalan agar
manusia terhindar dari permasalahan psikologis yaitu dengan cara
mengokohkan kembali visi metafisis dalam hidupnya. Ia harus meyakini
bahwa Tuhan selalu menyertainya, selalu ada dalam setiap gerak dan
langkahnya.
Dalam konteks tasawuf, menghidupkan kembali visi metafisis dalam
hidupnya membutuhkan kesadaran akan kehadiran Tuhan dalam setiap aspek
kehidupan. Hal ini diimplementasikan melalui ibadah-ibadah seperti shalat,
zikir, puasa, dan membaca al-Quran. Dengan demikian, kembali kepada
Tuhan dan menghidupkan kembali visi metafisis dalam hidup dapat menjadi
solusi untuk mengatasi problematika psikologis yang dialami manusia
modern.

5
Meta Malihatul Maslahat, Problematika Psikologis Manusia Modern dan Solusinya
Perspektif Psikologi dan Tasawuf, Jurnal Syifa al-Qulub: Jurnal Studi Psikoterapi Sufistik 6, 1
(2021): 74-83

10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari bahasan di atas adalah bahwa problematika psikologis
yang terjadi pada manusia modern disebabkan oleh karena adanya
ketidakseimbangan pada aspek bio, psiko, sosio, dan spiritual. Oleh karena
itu, untuk supaya terhindar dari permasalahan-permasalahan psikologis maka
seseorang harus mampu menyeimbangkan kebutuhan-kebutuhan tersebut.
Pada aspek bio atau fisik manusia harus dapat memenuhi kebutuhan untuk
makan, minum dan berpakaian. Kebutuhan ini menjadi hal yang primer
karena jika tidak dipenuhi maka ia tidak akan mampu memenuhi kebutuhan
lainnya. Sementara itu, pada aspek psiko manusia juga harus mampu
menyeimbangkannya dengan cara terus mengolah pikiran dan perasaannya
serta terus meng-upgrade potensi dirinya. Pada aspek sosio, manusia juga
harus mampu menyeimbangkannya yaitu dengan cara mampu berinteraksi
dengan orang lain serta mampu bersikap toleransi terhadap segala perbedaan
yang ada. Pada aspek spiritual, manusia modern harus mampu memiliki
hubungan yang dekat dengan Tuhannya.
Tasawuf telah mengalami perkembangan dan transformasi di era modern,
dengan berbagai ungkapan baru seperti Tasawuf Tradisional,
Transformasional, dan Ilmiah. Intinya adalah tentang mensucikan jiwa dan
mendekatkan diri kepada Allah. Tasawuf dan psikologi memiliki kesamaan
dalam mengakui pentingnya pemahaman akan jiwa manusia dan
pengembangan keutuhan antara jiwa dan badan. Tasawuf membantu
mengatasi problematika psikologis dengan menekankan kesehatan fisik dan
jiwa melalui praktik spiritual, sementara psikologi menawarkan solusi melalui
pengembangan nilai pengalaman hidup, sikap yang baik, dan produktivitas.
Tasawuf menawarkan solusi dengan mengokohkan hubungan manusia
dengan Tuhan melalui memperkuat keyakinan, menyadari kefanaan dunia,
dan menyadari balasan dari Tuhan atas setiap amal.

11
DAFTAR PUSTAKA

Jauhar Fuad, “Pendidikan Karakter Dalam Pesantren Tasawuf,” Jurnal Pemikiran


Keislaman 23, no. 1 (February 28, 2013): 1, http://ejournal.iai-
tribakti.ac.id/index.php/tribakti/article/view/13.

Meta Malihatul Maslahat, Problematika Psikologis Manusia Modern dan


Solusinya Perspektif Psikologi dan Tasawuf, Jurnal Syifa al-Qulub:
Jurnal Studi Psikoterapi Sufistik 6, 1 (2021): 74-83

Mulyadhi Kartanegara, Menyelami Lubuk Tasawuf (Jakarta: Erlangga, 2006)

Sudirman Tebba, Tasawuf Positif (Bogor: Kencana, 2003)

12

Anda mungkin juga menyukai