Tugas 1-Hukum Pidana

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 3

BUKU JAWABAN

TUGAS 1

Nama Mahasiswa : NUR ACHFIAH BUDHI ARTHA

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 048198364

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4203/Hukum Pidana

Kode/Nama UPBJJ : 80/UPBJJ-UT Makassar

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
Tugas 1 – HKUM4203 Hukum Pidana

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Puluhan pekerja seks komersil (PSK) yang menjajakan diri di sepanjang Jalan
Hayam Wuruk, Gajah Mada, Lokasari, dan sejumlah titik di Jakarta, ditangkap petugas Polsek Metro Taman
Sari, Jumat (10/6) dini hari.

Kapolsek Tamansari AKBP Nasriadi menjaring 36 orang, yang terdiri dari 29 wanita dan tujuh pria yang
diduga tukang ojek Antar Jemput Lonte (Anjelo). AKBP Nasriadi mengatakan, 36 orang tersebut ditangkap
dalam rangka giat Operasi Cipta Kondisi yang dikhususkan terhadap para pelaku prositusi gelap atau PSK
yang mangkal dan menjajakan diri di pinggir jalan.

“Ini dalam rangka menciptakan sikon kamtibmas yang mantap dan kondusif sekaligus menjamin
kekhusukan serta ketenangan umat muslim dalam menjalankan Ibadah Puasa pada bulan suci Ramadhan
ini,” kata Nasradi saat dikonfirmasi Republika.co.id, Jumat.

Sumber: republika.co.id

Pertanyaan

Apakah para PSK dalam kasus tersebut dapat dipidana menurut KUHP sebelum RKUHP disahkan?
Berikan argumentasi Saudara berdasarkan asas hukum pidana!

Jawaban

Pekerja Seks Komersial (PSK) merupakan pekerjaan yang masih tabu di Indonesia. PSK menjajakan
tubuhnya dengan maksud untuk memuaskan nafsu para lelaki dan mendapatkan uang atau imbalan
tertentu yang sudah disepakati sebelumnya. PSK merupakan salah satu tindakan prostitusi yang dianggap
sebagai kejahatan terhadap kesusilaan dan moral. Mengacu pada asas legalitas maka Pekerja Seks
Komersial dalam konteks pertanggungjawaban Pidana tidak dapat dipidanakan, sebab belum adanya
ketentuan yang secara eksplisit mengatur bahwa perbuatan yang dilakukan oleh PSK melanggar ketentuan
hukum pidana. Meskipun secara moral dan nilai kesusilaan perbuatan ini tidak dibernarkan.

Negara Indonesia sendiri mengalami kekosongan hukum untuk menjerat pengguna ataupun PSK itu
sendiri. Dalam KUHP tidak ada pasal ataupun ketentuan khusus yang dapat memidanakan PSK. Ketentuan
KUHP yang menyinggung terkait praktik prostitusi tertuang dalam beberapa pasal, yaitu:

“Barang siapa yang mata pencahariannya atau kebiasaannya yaitu dengan sengaja mengadakan atau
memudahkan perbuatan cabul dengan orang lain diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun
empat bulan atau pidana denda paling banyak lima belas ribu rupiah” (Pasal 296 KUHP)

“Barang siapa sebagai muncikari (souteneur) mengambil keuntungan dari pelacuran perempuan, diancam
dengan pidana kurungan paling lama satu tahun” (Pasal 506 KUHP)

Dari pasal tersebut jelas bahwa hanya muncikari yang dapat dijerat dalam tindak pidana. Tetapi, lain hal
apabila PSK sudah memiliki pasangan resmi atas dasar pernikahan, PSK dapat dijerat dengan pasal
perzinahan yang tertuang dalam Pasal 284 KUHP.
Walaupun dalam KUHP para PSK tidak dapat dijerat sanksi pidana, dalam beberapa daerah terdapat Perda
yang dapat memidanakan penjaja seks komersil. Salah satunya adalah Perda DKI Jakarta Nomor 8 Tahun
2007 Pasal 42 ayat 2

Setiap orang dilarang:

a. menyuruh, memfasilitasi, membujuk, memaksa orang lain untuk menjadi penjaja seks komersial;

b. menjadi penjaja seks komersial;

c. memakai jasa penjaja seks komersial.

Dalam pasal tersebut, orang yang melanggar ketentuan ini dikenakan ancaman pidana kurungan paling
singkat 20 hari dan paling lama 90 hari atau denda paling sedikit Rp500 ribu dan paling banyak Rp30 juta.

Jadi, dalam KUHP hanya muncikari yang dapat dipidanakan, sedangkan untuk memidanakan PSK diatur
oleh masing-masing daerah melalui Perda.

Selain itu, Pekerja Seks Komersial (PSK) maupun konsumennya bisa dipidana dengan sangkaan
menyebarkan konten yang melanggar kesusilaan sebagaimana diatur dalam Undang-undang Informasi
dan Transaksi Elektronik (UU ITE).

Pasal 27 (1) UU ITE melarang setiap orang melakukan dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan
dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen
Elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan.

Hukuman bagi orang yang melanggar ketentuan Pasal 27 ayat (1) UU ITE adalah sebagaimana diatur
dalam Pasal 45 ayat (1) UU 19/2016, yatu:

Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau
membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan
yang melanggar kesusilaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 1 miliar.

Perbuatan yang memiliki muatan melanggar kesusilaan itu dikenakan ancaman pidana seperti yang
tertuang dalam Pasal 45 ayat 1 UU ITE dengan pidana penjara paling lama 6 tahun dan/atau denda paling
banyak Rp1 miliar.

Sumber Referensi:

- https://kumparan.com/ashadi-indrahardi/pekerja-seks-komersial-psk-tidak-dapat-dipidana-
1uttj85lNeK/full
- Pasal 27 ayat (1) UU ITE, Pasal 45 ayat (1) UU 19/2016
- Pasal 296 KUHP, Pasal 506 KUHP
- Perda DKI Jakarta Nomor 8 Tahun 2007 Pasal 42 ayat 2

Anda mungkin juga menyukai