Bashori Mb
Bashori, dosen Metodologi Penelitian Al-Qur'an dan Tafsir di Prodi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir, UIN Antasari Banjarmasin
less
Related Authors
Akhmad D W I Zhafirin
IAIN Antasari banjaarmasin
Zul Fikri
Uludag University
Ali Thaufan DS
Syarif Hidayatullah State Islamic University, Jakarta
Uploads
Papers by Bashori Mb
kehidupan manusia. Sebagai fenomena sosial, Living Qur’an menunjukkan bahwa Al-
Qur’an bukan hanya teks suci, tetapi juga panduan hidup yang nyata. Dalam Qur’anic
Healing, Al-Qur’an digunakan sebagai alat terapi efektif melalui pembacaan,
pendengaran, perenungan, dan pengamalan ayat-ayatnya. Qur’anic Healing memberikan
manfaat holistik yang mencakup aspek fisik, mental, dan emosional. Dengan melibatkan
panduan spiritual, sugesti positif, ritual harian, pemurnian jiwa, dan doa, metode ini
mendukung proses penyembuhan serta meningkatkan kualitas hidup. Sinergi Living
Qur’an dan Qur’anic Healing memperkuat peran Al-Qur’an sebagai teks yang hidup
dengan manfaat spiritual dan terapeutik.
Kata Kunci: Living Qur’an, Qur’anic Healing, terapi spiritual, kesehatan holistik
yang terkenal karena signifikansi teologis, historis, sosial, akademis, dan
kulturalnya. Penelitian ini mengkaji bagaimana tafsir ini meningkatkan
pemahaman ajaran Islam melalui penggunaan sumber yang sahih,
mendokumentasikan konteks historis penting dari wahyu, dan memberikan
panduan moral yang aplikatif dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, karya ini
berfungsi sebagai referensi vital dalam pendidikan Islam dan berkontribusi pada
metodologi penafsiran. Secara keseluruhan, Tafsir Ibn Kathir tetap relevan dalam
diskusi kontemporer, mencerminkan identitas spiritual komunitas Muslim.
Kata Kunci ; Tafsir, Ibn Katsir, Al-quran al- Azim, Karya Ibn Katsir, Metodologi
Penafsiran
Abstract
Ibn Kathir's Tafsir al-Qur'an al-Azim is a seminal work in Islamic exegesis,
renowned for its theological, historical, social, academic, and cultural significance.
This study examines how the commentary enhances the understanding of Islamic
teachings through authentic sources, documents critical historical contexts of
revelation, and provides moral guidance applicable to daily life. Additionally, it
serves as a vital reference in Islamic education and contributes to interpretive
methodologies. Overall, Ibn Kathir's Tafsir remains relevant in contemporary
discussions, reflecting the spiritual identity of the Muslim community.
Keywords: Tafsir, Ibn Kathir, Al-Qur'an al-Azim, Ibn Kathir's Work, Interpretive
Methodology
Penelitian ini membahas Tafsir Adhwa'u al-Bayan fî Idhahi al-Quran bi al-Quran, karya Muhammad al-Amin al-Syinqithi, yang merupakan tafsir berpengaruh dengan metode tafsir al-Qur’an bi al-Qur’an menafsirkan ayat dengan ayat. Kitab ini ditulis untuk menghidupkan kembali perhatian umat terhadap al-Qur’an dengan pendekatan murni dari salaf, terutama pada menguraikan ayat-ayat hukum. Karakteristik utama tafsir ini meliputi analisis mendalam, argumen yang kuat, serta penggunaan bahasa Arab klasik dan syair sebagai pendukung interpretasi. Penelitian ini juga menyoroti pengaruh tafsir ini dalam studi keislaman, khususnya dalam memahami hukum fiqih dan bahasa al-Qur’an, menjadikannya rujukan utama dalam studi tafsir dan hukum Islam.
Artikel ini mengkaji eskatologi Islam dalam konteks Living Qur'an dengan tujuan untuk mengungkapkan pemahaman baru mengenai kehidupan setelah mati. Eskatologi, yang meliputi konsep tentang kehidupan akhirat, pembalasan, dan surga neraka, telah menjadi tema utama dalam pemikiran Islam. Namun, dengan berkembangnya pemikiran kontemporer dan tantangan zaman, penafsiran terhadap ajaran-ajaran eskatologi dalam Al-Qur'an membutuhkan pendekatan yang lebih dinamis dan relevan dengan konteks sosial dan budaya saat ini. Dalam penelitian ini, penulis mengeksplorasi bagaimana tafsir Living Qur'an memberikan pemahaman yang lebih kontekstual dan aplikatif tentang kehidupan setelah mati, serta relevansinya dalam kehidupan umat Muslim masa kini. Dengan pendekatan interdisipliner, artikel ini berupaya membuka ruang diskusi baru mengenai eskatologi Islam yang lebih sesuai dengan kebutuhan umat Muslim di era modern.
Kata Kunci: Eskatologi Islam, Living Qur'an, Kehidupan Setelah Mati
Abstract
This article explores Islamic eschatology within the context of the Living Qur'an, aiming to reveal new understandings of the afterlife. Eschatology, which includes concepts of the afterlife, judgment, and heaven and hell, has been a central theme in Islamic thought. However, with the development of contemporary thought and the challenges of modern times, the interpretation of eschatological teachings in the Qur'an requires a more dynamic approach that is relevant to today's social and cultural context. In this study, the author explores how Living Qur'an interpretations provide a more contextual and applicable understanding of the afterlife and their relevance to contemporary Muslim life. Through an interdisciplinary approach, this article seeks to open new avenues for discussion on Islamic eschatology that better meets the needs of Muslims in the modern era.
Keywords: Islamic Eschatology, Living Qur'an, Afterlife
Penelitian ini mengeksplorasi respon Al-Qur’an terhadap isu sosial yang kompleks, khususnya kemiskinan dan keadilan sosial, dengan mempertimbangkan relevansi dan penerapan nilai-nilai Al-Qur’an dalam masyarakat modern. Al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam mengandung ajaran-ajaran yang menekankan keadilan, kesejahteraan, dan perlindungan bagi yang lemah, yang menjadikannya sumber utama etika sosial. Penelitian ini menggunakan metode analisis tematik untuk mengidentifikasi dan mengkaji ayat-ayat yang membahas kemiskinan dan keadilan sosial, dengan memperhatikan pendekatan hermeneutik untuk memahami konteks pewahyuan. Hasil kajian menunjukkan bahwa Al-Qur’an memberikan panduan yang jelas mengenai peran individu dan masyarakat dalam menanggulangi kemiskinan dan menegakkan keadilan sosial. Dibandingkan dengan penelitian sebelumnya, yang lebih berfokus pada dimensi hukum, artikel ini mencoba untuk memperluas pembahasan ke aspek etis dan empati sosial dalam Al-Qur’an. Kesimpulan penelitian ini menegaskan pentingnya penerapan prinsip-prinsip Al-Qur’an dalam konteks masyarakat modern sebagai solusi atas tantangan kemiskinan dan ketimpangan sosial.
Kata Kunci: Kemiskinan, Keadilan Sosial, Etika Al-Qur’an
Abstract
This research explores the Qur'ānic response to complex social issues, particularly poverty and social justice, by considering the relevance and applicability of Qur'ānic values in modern society. The Qur'ān as the holy book of Muslims contains teachings that emphasise justice, welfare and protection for the weak, making it a primary source of social ethics. This study uses the thematic analysis method to identify and examine verses that discuss poverty and social justice, taking into account the hermeneutic approach to understand the context of revelation. The results of the study show that the Qur'an provides clear guidance on the role of individuals and society in alleviating poverty and upholding social justice. Compared to previous studies, which focussed more on the legal dimension, this article attempts to extend the discussion to the ethical aspects and social empathy in the Qur'ān. The conclusion of this study emphasises the importance of applying Qur'anic principles in the context of modern society as a solution to the challenges of poverty and social inequality.
Keywords: Poverty, Social Justice, Qur'anic Ethics
position in the treasures of Islamic interpretation. The research used library
research method with historical-analytical approach. The results showed some
important findings: First, in terms of the history of writing, this book began to be
written when Al-Qurtubi was in Egypt after leaving Andalusia due to political
upheaval, and was completed around 665 H. Second, related to manuscripts and
publishing, several original manuscripts were found stored in various libraries such
as Dar al-Kutub al-Mishriyah Cairo and Az-Zaitunah Library Tunisia, which later
became the basis for various modern printed editions by leading publishers such as
Dar al-Kutub al-Mishriyah (1933-1950) and Mu'assasah ar-Risalah. Third, in
terms of identification and categorization, this tafsir is included in the category of
tafsir bi al-ma'tsur combined with bi al-ra'yi, using the tahlili method with a
dominant fiqhi style. Fourth, regarding its position and type, this book is included
in the group of tafsir ahkam which has high authority in the study of Islamic law.
Fifth, from the aspect of the assessment of scholars, the majority gave positive
appreciation for objectivity, breadth of reference, and systematic methodology,
although some scholars noted the existence of isra'iliyyat history that needs to be
criticized. This study concludes that Tafsir Al-Qurtubi is a masterpiece in the field of tafsir that combines various disciplines with high credibility and has had a
significant influence on the development of Qur'anic tafsir studies.
Keywords: Tafsir Al-Qurtubi, history of tafsir writing, tafsir manuscripts, tafsir
categorization, assessment of scholars.
Penelitian ini mengkaji secara komprehensif tentang kitab Tafsir Al-Jami' li Ahkam
Al-Qur'an karya Imam Al-Qurtubi dengan fokus pada aspek historis, manuskrip,
dan posisinya dalam khazanah tafsir Islam. Penelitian menggunakan metode library
research dengan pendekatan historis-analitis. Hasil penelitian menunjukkan
beberapa temuan penting: Pertama, dari segi sejarah penulisan, kitab ini mulai
ditulis ketika Al-Qurtubi berada di Mesir setelah meninggalkan Andalusia akibat
pergolakan politik, dan diselesaikan sekitar tahun 665 H. Kedua, terkait manuskrip
dan penerbitan, ditemukan beberapa naskah original yang tersimpan di berbagai
perpustakaan seperti Dar al-Kutub al-Mishriyah Kairo dan Perpustakaan AzZaitunah Tunisia, yang kemudian menjadi dasar berbagai edisi cetak modern oleh
penerbit terkemuka seperti Dar al-Kutub al-Mishriyah (1933-1950) dan Mu'assasah
ar-Risalah. Ketiga, dari segi identifikasi dan kategorisasi, tafsir ini termasuk dalam
kategori tafsir bi al-ma'tsur yang dipadu dengan bi al-ra'yi, menggunakan metode
tahlili dengan corak fiqhi yang dominan. Keempat, mengenai kedudukan dan
jenisnya, kitab ini termasuk dalam kelompok tafsir ahkam yang memiliki otoritas
tinggi dalam kajian hukum Islam. Kelima, dari aspek penilaian ulama, mayoritas
memberikan apresiasi positif atas objektivitas, keluasan rujukan, dan metodologi
yang sistematis, meski beberapa ulama mencatat adanya riwayat isra'iliyyat yang
perlu dikritisi. Penelitian ini menyimpulkan bahwa Tafsir Al-Qurtubi merupakan
masterpiece dalam bidang tafsir yang memadukan berbagai disiplin ilmu dengan
kredibilitas tinggi dan telah memberikan pengaruh signifikan dalam perkembangan
kajian tafsir Al-Qur'an.
Kata Kunci: Tafsir Al-Qurtubi, sejarah penulisan tafsir, manuskrip tafsir,
kategorisasi tafsir, penilaian ulama.
This study explores the phenomenon of tikrâr or repetition in the Qur'an, a linguistic concept that carries deep meaning and significant rhetorical roles. Tikrâr extends beyond the repetition of words, encompassing the repetition of meanings, stories, and messages as well. The primary goal of this repetition is to emphasize, clarify, and reinforce the messages presented in the Qur'an. The research uses a qualitative approach with library research and a descriptive-analytical method to examine verses containing repetition, both in terms of words and meanings. The results show that tikrâr in the Qur'an is categorized into two types: tikrâr al-lafzî (repetition of words) and tikrâr al-ma'nawî (repetition of meaning). Additionally, the study discusses the principles underlying repetition in the Qur'an, including its reasons, objectives, and contexts. The repetition in the Qur'an serves a meaningful purpose, ensuring that divine messages are comprehended, remembered, and effectively practiced by humanity.
Keywords: Tikrâr, Repetition in the Qur'an, Principles of Tikrâr.
Abstrak
Penelitian ini membahas fenomena tikrâr atau pengulangan dalam Al-Qur'an, sebuah konsep linguistik yang memiliki makna mendalam dan fungsi retoris yang signifikan. Tikrâr tidak hanya terbatas pada pengulangan kata-kata, tetapi juga mencakup pengulangan makna, kisah, dan pesan. Tujuan utama dari pengulangan ini adalah untuk menegaskan, memperjelas, dan memperkuat pesan-pesan yang disampaikan dalam Al-Qur'an. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi pustaka dan metode deskriptif-analitis untuk menganalisis ayat-ayat yang mengandung pengulangan baik dari segi kata maupun makna. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tikrâr dalam Al-Qur'an terbagi menjadi dua jenis, yaitu tikrâr al-lafzî (pengulangan kata) dan tikrâr al-ma'nawî (pengulangan makna). Selain itu, penelitian ini juga membahas berbagai kaidah yang mendasari pengulangan dalam Al-Qur'an, termasuk alasan, tujuan, dan konteks di baliknya. Pengulangan dalam Al-Qur'an bukanlah sesuatu yang sia-sia, melainkan memiliki tujuan yang mulia untuk memastikan pesan-pesan ilahi dipahami, diingat, dan diterapkan dengan baik oleh umat manusia.
Kata Kunci: Tikrâr, Pengulangan dalam Al-Qur'an, Kaidah Tikrâr.
kehidupan manusia. Sebagai fenomena sosial, Living Qur’an menunjukkan bahwa Al-
Qur’an bukan hanya teks suci, tetapi juga panduan hidup yang nyata. Dalam Qur’anic
Healing, Al-Qur’an digunakan sebagai alat terapi efektif melalui pembacaan,
pendengaran, perenungan, dan pengamalan ayat-ayatnya. Qur’anic Healing memberikan
manfaat holistik yang mencakup aspek fisik, mental, dan emosional. Dengan melibatkan
panduan spiritual, sugesti positif, ritual harian, pemurnian jiwa, dan doa, metode ini
mendukung proses penyembuhan serta meningkatkan kualitas hidup. Sinergi Living
Qur’an dan Qur’anic Healing memperkuat peran Al-Qur’an sebagai teks yang hidup
dengan manfaat spiritual dan terapeutik.
Kata Kunci: Living Qur’an, Qur’anic Healing, terapi spiritual, kesehatan holistik
yang terkenal karena signifikansi teologis, historis, sosial, akademis, dan
kulturalnya. Penelitian ini mengkaji bagaimana tafsir ini meningkatkan
pemahaman ajaran Islam melalui penggunaan sumber yang sahih,
mendokumentasikan konteks historis penting dari wahyu, dan memberikan
panduan moral yang aplikatif dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, karya ini
berfungsi sebagai referensi vital dalam pendidikan Islam dan berkontribusi pada
metodologi penafsiran. Secara keseluruhan, Tafsir Ibn Kathir tetap relevan dalam
diskusi kontemporer, mencerminkan identitas spiritual komunitas Muslim.
Kata Kunci ; Tafsir, Ibn Katsir, Al-quran al- Azim, Karya Ibn Katsir, Metodologi
Penafsiran
Abstract
Ibn Kathir's Tafsir al-Qur'an al-Azim is a seminal work in Islamic exegesis,
renowned for its theological, historical, social, academic, and cultural significance.
This study examines how the commentary enhances the understanding of Islamic
teachings through authentic sources, documents critical historical contexts of
revelation, and provides moral guidance applicable to daily life. Additionally, it
serves as a vital reference in Islamic education and contributes to interpretive
methodologies. Overall, Ibn Kathir's Tafsir remains relevant in contemporary
discussions, reflecting the spiritual identity of the Muslim community.
Keywords: Tafsir, Ibn Kathir, Al-Qur'an al-Azim, Ibn Kathir's Work, Interpretive
Methodology
Penelitian ini membahas Tafsir Adhwa'u al-Bayan fî Idhahi al-Quran bi al-Quran, karya Muhammad al-Amin al-Syinqithi, yang merupakan tafsir berpengaruh dengan metode tafsir al-Qur’an bi al-Qur’an menafsirkan ayat dengan ayat. Kitab ini ditulis untuk menghidupkan kembali perhatian umat terhadap al-Qur’an dengan pendekatan murni dari salaf, terutama pada menguraikan ayat-ayat hukum. Karakteristik utama tafsir ini meliputi analisis mendalam, argumen yang kuat, serta penggunaan bahasa Arab klasik dan syair sebagai pendukung interpretasi. Penelitian ini juga menyoroti pengaruh tafsir ini dalam studi keislaman, khususnya dalam memahami hukum fiqih dan bahasa al-Qur’an, menjadikannya rujukan utama dalam studi tafsir dan hukum Islam.
Artikel ini mengkaji eskatologi Islam dalam konteks Living Qur'an dengan tujuan untuk mengungkapkan pemahaman baru mengenai kehidupan setelah mati. Eskatologi, yang meliputi konsep tentang kehidupan akhirat, pembalasan, dan surga neraka, telah menjadi tema utama dalam pemikiran Islam. Namun, dengan berkembangnya pemikiran kontemporer dan tantangan zaman, penafsiran terhadap ajaran-ajaran eskatologi dalam Al-Qur'an membutuhkan pendekatan yang lebih dinamis dan relevan dengan konteks sosial dan budaya saat ini. Dalam penelitian ini, penulis mengeksplorasi bagaimana tafsir Living Qur'an memberikan pemahaman yang lebih kontekstual dan aplikatif tentang kehidupan setelah mati, serta relevansinya dalam kehidupan umat Muslim masa kini. Dengan pendekatan interdisipliner, artikel ini berupaya membuka ruang diskusi baru mengenai eskatologi Islam yang lebih sesuai dengan kebutuhan umat Muslim di era modern.
Kata Kunci: Eskatologi Islam, Living Qur'an, Kehidupan Setelah Mati
Abstract
This article explores Islamic eschatology within the context of the Living Qur'an, aiming to reveal new understandings of the afterlife. Eschatology, which includes concepts of the afterlife, judgment, and heaven and hell, has been a central theme in Islamic thought. However, with the development of contemporary thought and the challenges of modern times, the interpretation of eschatological teachings in the Qur'an requires a more dynamic approach that is relevant to today's social and cultural context. In this study, the author explores how Living Qur'an interpretations provide a more contextual and applicable understanding of the afterlife and their relevance to contemporary Muslim life. Through an interdisciplinary approach, this article seeks to open new avenues for discussion on Islamic eschatology that better meets the needs of Muslims in the modern era.
Keywords: Islamic Eschatology, Living Qur'an, Afterlife
Penelitian ini mengeksplorasi respon Al-Qur’an terhadap isu sosial yang kompleks, khususnya kemiskinan dan keadilan sosial, dengan mempertimbangkan relevansi dan penerapan nilai-nilai Al-Qur’an dalam masyarakat modern. Al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam mengandung ajaran-ajaran yang menekankan keadilan, kesejahteraan, dan perlindungan bagi yang lemah, yang menjadikannya sumber utama etika sosial. Penelitian ini menggunakan metode analisis tematik untuk mengidentifikasi dan mengkaji ayat-ayat yang membahas kemiskinan dan keadilan sosial, dengan memperhatikan pendekatan hermeneutik untuk memahami konteks pewahyuan. Hasil kajian menunjukkan bahwa Al-Qur’an memberikan panduan yang jelas mengenai peran individu dan masyarakat dalam menanggulangi kemiskinan dan menegakkan keadilan sosial. Dibandingkan dengan penelitian sebelumnya, yang lebih berfokus pada dimensi hukum, artikel ini mencoba untuk memperluas pembahasan ke aspek etis dan empati sosial dalam Al-Qur’an. Kesimpulan penelitian ini menegaskan pentingnya penerapan prinsip-prinsip Al-Qur’an dalam konteks masyarakat modern sebagai solusi atas tantangan kemiskinan dan ketimpangan sosial.
Kata Kunci: Kemiskinan, Keadilan Sosial, Etika Al-Qur’an
Abstract
This research explores the Qur'ānic response to complex social issues, particularly poverty and social justice, by considering the relevance and applicability of Qur'ānic values in modern society. The Qur'ān as the holy book of Muslims contains teachings that emphasise justice, welfare and protection for the weak, making it a primary source of social ethics. This study uses the thematic analysis method to identify and examine verses that discuss poverty and social justice, taking into account the hermeneutic approach to understand the context of revelation. The results of the study show that the Qur'an provides clear guidance on the role of individuals and society in alleviating poverty and upholding social justice. Compared to previous studies, which focussed more on the legal dimension, this article attempts to extend the discussion to the ethical aspects and social empathy in the Qur'ān. The conclusion of this study emphasises the importance of applying Qur'anic principles in the context of modern society as a solution to the challenges of poverty and social inequality.
Keywords: Poverty, Social Justice, Qur'anic Ethics
position in the treasures of Islamic interpretation. The research used library
research method with historical-analytical approach. The results showed some
important findings: First, in terms of the history of writing, this book began to be
written when Al-Qurtubi was in Egypt after leaving Andalusia due to political
upheaval, and was completed around 665 H. Second, related to manuscripts and
publishing, several original manuscripts were found stored in various libraries such
as Dar al-Kutub al-Mishriyah Cairo and Az-Zaitunah Library Tunisia, which later
became the basis for various modern printed editions by leading publishers such as
Dar al-Kutub al-Mishriyah (1933-1950) and Mu'assasah ar-Risalah. Third, in
terms of identification and categorization, this tafsir is included in the category of
tafsir bi al-ma'tsur combined with bi al-ra'yi, using the tahlili method with a
dominant fiqhi style. Fourth, regarding its position and type, this book is included
in the group of tafsir ahkam which has high authority in the study of Islamic law.
Fifth, from the aspect of the assessment of scholars, the majority gave positive
appreciation for objectivity, breadth of reference, and systematic methodology,
although some scholars noted the existence of isra'iliyyat history that needs to be
criticized. This study concludes that Tafsir Al-Qurtubi is a masterpiece in the field of tafsir that combines various disciplines with high credibility and has had a
significant influence on the development of Qur'anic tafsir studies.
Keywords: Tafsir Al-Qurtubi, history of tafsir writing, tafsir manuscripts, tafsir
categorization, assessment of scholars.
Penelitian ini mengkaji secara komprehensif tentang kitab Tafsir Al-Jami' li Ahkam
Al-Qur'an karya Imam Al-Qurtubi dengan fokus pada aspek historis, manuskrip,
dan posisinya dalam khazanah tafsir Islam. Penelitian menggunakan metode library
research dengan pendekatan historis-analitis. Hasil penelitian menunjukkan
beberapa temuan penting: Pertama, dari segi sejarah penulisan, kitab ini mulai
ditulis ketika Al-Qurtubi berada di Mesir setelah meninggalkan Andalusia akibat
pergolakan politik, dan diselesaikan sekitar tahun 665 H. Kedua, terkait manuskrip
dan penerbitan, ditemukan beberapa naskah original yang tersimpan di berbagai
perpustakaan seperti Dar al-Kutub al-Mishriyah Kairo dan Perpustakaan AzZaitunah Tunisia, yang kemudian menjadi dasar berbagai edisi cetak modern oleh
penerbit terkemuka seperti Dar al-Kutub al-Mishriyah (1933-1950) dan Mu'assasah
ar-Risalah. Ketiga, dari segi identifikasi dan kategorisasi, tafsir ini termasuk dalam
kategori tafsir bi al-ma'tsur yang dipadu dengan bi al-ra'yi, menggunakan metode
tahlili dengan corak fiqhi yang dominan. Keempat, mengenai kedudukan dan
jenisnya, kitab ini termasuk dalam kelompok tafsir ahkam yang memiliki otoritas
tinggi dalam kajian hukum Islam. Kelima, dari aspek penilaian ulama, mayoritas
memberikan apresiasi positif atas objektivitas, keluasan rujukan, dan metodologi
yang sistematis, meski beberapa ulama mencatat adanya riwayat isra'iliyyat yang
perlu dikritisi. Penelitian ini menyimpulkan bahwa Tafsir Al-Qurtubi merupakan
masterpiece dalam bidang tafsir yang memadukan berbagai disiplin ilmu dengan
kredibilitas tinggi dan telah memberikan pengaruh signifikan dalam perkembangan
kajian tafsir Al-Qur'an.
Kata Kunci: Tafsir Al-Qurtubi, sejarah penulisan tafsir, manuskrip tafsir,
kategorisasi tafsir, penilaian ulama.
This study explores the phenomenon of tikrâr or repetition in the Qur'an, a linguistic concept that carries deep meaning and significant rhetorical roles. Tikrâr extends beyond the repetition of words, encompassing the repetition of meanings, stories, and messages as well. The primary goal of this repetition is to emphasize, clarify, and reinforce the messages presented in the Qur'an. The research uses a qualitative approach with library research and a descriptive-analytical method to examine verses containing repetition, both in terms of words and meanings. The results show that tikrâr in the Qur'an is categorized into two types: tikrâr al-lafzî (repetition of words) and tikrâr al-ma'nawî (repetition of meaning). Additionally, the study discusses the principles underlying repetition in the Qur'an, including its reasons, objectives, and contexts. The repetition in the Qur'an serves a meaningful purpose, ensuring that divine messages are comprehended, remembered, and effectively practiced by humanity.
Keywords: Tikrâr, Repetition in the Qur'an, Principles of Tikrâr.
Abstrak
Penelitian ini membahas fenomena tikrâr atau pengulangan dalam Al-Qur'an, sebuah konsep linguistik yang memiliki makna mendalam dan fungsi retoris yang signifikan. Tikrâr tidak hanya terbatas pada pengulangan kata-kata, tetapi juga mencakup pengulangan makna, kisah, dan pesan. Tujuan utama dari pengulangan ini adalah untuk menegaskan, memperjelas, dan memperkuat pesan-pesan yang disampaikan dalam Al-Qur'an. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi pustaka dan metode deskriptif-analitis untuk menganalisis ayat-ayat yang mengandung pengulangan baik dari segi kata maupun makna. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tikrâr dalam Al-Qur'an terbagi menjadi dua jenis, yaitu tikrâr al-lafzî (pengulangan kata) dan tikrâr al-ma'nawî (pengulangan makna). Selain itu, penelitian ini juga membahas berbagai kaidah yang mendasari pengulangan dalam Al-Qur'an, termasuk alasan, tujuan, dan konteks di baliknya. Pengulangan dalam Al-Qur'an bukanlah sesuatu yang sia-sia, melainkan memiliki tujuan yang mulia untuk memastikan pesan-pesan ilahi dipahami, diingat, dan diterapkan dengan baik oleh umat manusia.
Kata Kunci: Tikrâr, Pengulangan dalam Al-Qur'an, Kaidah Tikrâr.