Academia.eduAcademia.edu

Moderasi Beragama Islam dan Barat

1970

Manusia sebagai makhluk ciptaan di muka bumi telah dianugerahkan berbagai keragaman di atas perbedaan oleh Maha Pencipta. Baik agama, suku, ras, etnis, warna kulit, dan budaya. Agama hadir sebagai kunci dalam mengatasi semua perbedaan. Agama manapun selalu mengajarkan nilai kemanusiaan dan mengecam tindakan-tindakan kekerasan, penindasan, radikalisme, terorisme, tidak toleransi, dan bertindak ekstrem terhadap sisi kehidupan kemanusiaan umat beragama. Artikel ini menggunakan metode kualitatif dengan konten analisis melihat berbagai isu-isu moderasi beragama secara tertulis maupun melalui media massa dalam dunia Islam maupun dunia Barat belakangan terakhir. Hasil temuan, bahwa moderasi beragama harus diwujudkan dengan penguatan terhadap berbagai aspek kehidupan umat beragama dibelahan dunia manapun. Pada akhirnya moderasi beragama dapat membawa sebuah kedamaian dan pesan persatuan bagi semua umat manusia di dalam Islam dan Barat. Atas dasar itulah, setiap elemen masyarakat dari berbagai negara, agama, ras, suku, dan budaya mengikat serta merealisasikannya dengan mempererat perdamaian, harmonisasi kehidupan, kesetaraan, toleransi, berada dalam pertengahan, mencengah konflik, menjauhi ego, dan kebersamaan. Selain itu manusia sebagai pemeluk agama harus bisa bekerja sama dalam merealisasikannya.

KEYWORDS Moderasi Beragama, Islam, Barat

A. PENDAHULUAN

Agama sebagai way of life bagi umat beragama di dunia yang berperanan penting bagi kehidupan seseorang. Ketika manusia kehilangan arah kehidupannya, keberadaannya tak dapat terelakkan, ia kembali pada kekuatan keyakinan, yaitu agama. Agama membuktikan bahwa manusia dapat berbuat sepantasnya, sekaligus atas kehendak Tuhan. Agama menurut Abdul Mustaqim 1 memiliki sesuatu yang sakral dan ritual untuk terus dilestarikan oleh umatnya. Dengan beragama maka kehidupan dapat terus berjalan dengan damai dan berkelanjutan. Untuk itu, agama masih sangat relevan dan menjadi satu-satunya yang dapat menjaga dan menjawab persoalan dalam perbedaan yang di hadapi oleh manusia di kehidupannya.

Dalam konteks historis perbedaan-perbedaan yang muncul dalam kehidupan manusia sudah ada sejak lama. Misalnya seperti yang diunggapkan oleh Muchlis 2 , persoalan agama dijadikan pemicu terjadinya peperangan, pembunuhan, kebencian dan tindakan intoleran. Namun pada dasarnya agama telah memberikan penjelasan, uraian dan mengembangkan hukum serta gagasan di dalam sebuat kitab dan pengangan hidup umat beragama. Memang tidak bisa dipungkiri, belakangan ini muncul konflik yang acap menggunakan agama, dan ini menjadi fenomena yang sangat memperihatinkan 3 . Sehingga berimbas pada tindakan kekerasan yang sangat menciderai nilai-nilai dasar keberagamaan itu sendiri, yaitu menghargai nilai kemanusiaan. Perlu kita ketahui bersama bila agama tersebut pada dasarnya ada di dunia tidak untuk kepentingan Tuhan, tetapi bagi kepentingan umat manusia.

Bagaimana bisa tercapainya maslahah apabila kehidupan beragama sekadar memuat permasalahan maupun kekerasan.

Tidak dipungkiri bila perbedaan, ketegangan, maupun permasalahan lain di dalam kehidupan beragama cukup sulit terhindarkan dalam tatanan kehidupan karena berbagai faktor, baik sosial, kultur, ekonomi, politik dan teologi. Tetapi, perihal krusial untuk ditanamkan dan dikuatkan yaitu dengan moderasi beragama.

Apabila kita melihat di belahan dunia ini ada banyak agama yang ditemui, seperti Islam, Hindu, Kristen, Konghucu, dan Budha sebagai agama yang diakui. Secara etimologis, agama adalah menganut agama. Sebagai contohnya, "Saya memeluk agama Islam, sedangkan dia memeluk agama Kristen." Memeluk agama mengandung arti sebagai beribadah, menaati agama, baik dalam kehidupannya sesuai agama. Seseorang yang beragama, maka dirinya akan memuja, mementingkan kepercayaan atau agamanya Hakikat kehadiran agama merupakan upaya memberi penjagaan atas martabat manusia selaku makhluk mulia ciptaan Tuhan. Bahwa tiap agama acap memberi tujuan berupa kedamaian maupun keselamatan 4 . Guna memperolehnya, agama acap menghadirkan ajaran perihal keserasian ke bermacam aspek kehidupan dan agama pun memberi arahan/ajaran agar tetap merawat ikatan persaudaraan antarmanusia perlu dijadikan pengutamaan dalam kehidupan umat.

Moderasi beragama perlu ditelaah sebagai perilaku selama menganut agama secara berimbang antara mengamalkan agama sendiri dan menghormati agama orang lain.

Keserasian ataupun jalan tengah pada praktik beragama ini bisa mencegah manusia dari perilaku atau bersikap ekstrem, kefanatikan, maupun bersikap revolusioner selama beragama 5 . Sesuai isyarat terdahulu, moderasi beragama ini sebagai penyelesaian atas kehadiran dua kutup ekstrem selama menganut agama, kutub ultra konservatif ataupun ekstrem kanan di satu sisi, sedangkan liberal atau ekstrem kiri di lain sisi. Sehingga dalam tulisan ini penulis berusaha menguraikan moderasi beragama dalam Islam dan Barat dengan menggunakan metode kualitatif dengan merujuk pada pendekatan konten analisis dengan melihat berbagai informasi tertulis atau media massa tentang tema moderasi beragama baik dalam dunia Islam maupun di dunia Barat.

B. HASIL DAN DISKUSI

Moderasi sebagai kata yang berakar dari bahasa Latin: moderatio atau dalam bahasa Indonesia adalah sedang tidak berkelebihan maupun tidak kekurangan. Kata ini pun menjelaskan mengenai kepenguasaan diri dari sikap kelebihan maupun 4 Nuraliah Ali, Measuring Religious Moderation Among Muslim Student Public Collages in Kalimantan Facing Disruption Era, Vol 14, No,1, 2020 18-19

Artinya: Dan demikian pula Kami sudah menjadikan kamu (umat Islam) "umat pertengahan" agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak menjadikan kiblat yang (dahulu) kamu (berkiblat) kepadanya, tetapi agar kami mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang. Sungguh, (pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang sudah mendapat petunjuk oleh Allah. Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sungguh, Allah MahaPengasih, MahaPenyanyang kepada manusia" 11 .