Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
1970
…
18 pages
1 file
Manusia sebagai makhluk ciptaan di muka bumi telah dianugerahkan berbagai keragaman di atas perbedaan oleh Maha Pencipta. Baik agama, suku, ras, etnis, warna kulit, dan budaya. Agama hadir sebagai kunci dalam mengatasi semua perbedaan. Agama manapun selalu mengajarkan nilai kemanusiaan dan mengecam tindakan-tindakan kekerasan, penindasan, radikalisme, terorisme, tidak toleransi, dan bertindak ekstrem terhadap sisi kehidupan kemanusiaan umat beragama. Artikel ini menggunakan metode kualitatif dengan konten analisis melihat berbagai isu-isu moderasi beragama secara tertulis maupun melalui media massa dalam dunia Islam maupun dunia Barat belakangan terakhir. Hasil temuan, bahwa moderasi beragama harus diwujudkan dengan penguatan terhadap berbagai aspek kehidupan umat beragama dibelahan dunia manapun. Pada akhirnya moderasi beragama dapat membawa sebuah kedamaian dan pesan persatuan bagi semua umat manusia di dalam Islam dan Barat. Atas dasar itulah, setiap elemen masyarakat dari berbagai negara, agama, ras, suku, dan budaya mengikat serta merealisasikannya dengan mempererat perdamaian, harmonisasi kehidupan, kesetaraan, toleransi, berada dalam pertengahan, mencengah konflik, menjauhi ego, dan kebersamaan. Selain itu manusia sebagai pemeluk agama harus bisa bekerja sama dalam merealisasikannya.
Muhammad Hidayat Nur Wahid, 2023
Artikel ini bertujuan memenuhi tugas UAS mata kuliah Islam dan Moderasi Beragama
2022
Indonesia sebagai negara kepulauan yang memiliki keunikan dengan keragamannya baik dari segi agama, suku, ras, adat istiadat, tradisi, budaya, dan bahasa. Indonesia harus dilindungi dan dipupuk agar tidak dikotori oleh
Jurnal Ilmiah Pendidikan Islam, 2022
This study discusses religious moderation in Islamic education. This paper aims to understand the interdisciplinary study of religious moderation through Islamic education. Through a textual and contextual understanding study. Existing problems are answered through library research. The results showed that the school as an educational institution that focuses on the role of PAI teachers in transforming knowledge for their students, shifts to a learning paradigm that gives students more roles to develop their potential for reason and creativity in order to form humans who have religious spiritual strength, noble character, high personality, has intelligence, aesthetics, physically and mentally healthy.
Article, 2023
Rausyan Fikr: Jurnal Studi Ilmu Ushuluddin dan Filsafat, 2018
In the context of diversity in all aspects, Indonesia is referred to as one of the mulcultural nation. The advantages it has must be maintained and addressed with full of wisdom, because multicultural society is very span with conflict. In this article, the authors answered these concerns by carrying Moderation of Islam as a solution in a multicultural society. Through the philosophical historical approach in the searching of Islamic literature and the words of the Prophet and the behavior of Companions, it can be concluded that Moderation of Islam crystallizes in all scientific discipline in Islam, starting from aspect of aqidah, shariah, tafsir, tasawuf and da'wah. The universal teachings implied from the discipline of science above are justice, equality, balance, flexibility, simplicity and tolerance in carrying out religious teachings that are derived for human benefit
Mutawatir, 2024
The dissemination of religious moderation through various currents of thought continues to evolve, as evidenced by the increasing number of academic publications discussing religious moderation from diverse perspectives. However, while academic research has succeeded in enhancing public understanding, the literature often focuses more on verses pertaining to ah}kām, neglecting the study of religious moderation based on narrative verses in the Qur’an, which serve as a role models for expressing religion in a moderate manner. This research emphasizes the reasoning behind religious moderation based on the story of Abraham in the Qur’an, analyzed through the lens of the Islamic trilogy. Utilizing literature data and the theory of maqās}idī interpretation, this paper identifies three models of religious moderation exemplified by Prophet Abraham according to the Islamic trilogy: First, the dimension of faith, which involves understanding and strengthening the prominence of monotheism through correct and proper religious comprehension. Second, the dimension of Sharia, which narrates values aimed at upholding humanity and welfare. Third, the dimension of morality, which emphasizes the importance of peaceful preaching to foster harmony in religious diversity and plurality.
artikel jurnal, 2024
The Koran, as the holy book of Muslims, has universal relevance throughout time and space (mashalih li kulli Zamanin wa makanin). One of the interesting concepts contained in the Koran is religious moderation. Religious moderation is a theory that encourages moderation, fairness and balance in all aspects of life in this world, including beliefs, worship, social behavior and the formation of sharia law. The concept of religious moderation is always reflected in the Al-Quran through various characters such as honesty, open-mindedness, love and flexibility, which are interconnected, holistic and universal, cannot be separated from each other, strengthen each other and provide benefits. Religious moderation is also an important focus in Islamic education in Indonesia, especially in learning techniques and material content which includes understanding the Koran, hadith, religious jurisprudence, aqidah morals, sharia law, and Islamic history. All Islamic education materials are presented in ways and techniques that respect the values and principles of religious moderation, with the aim of forming characters and individuals who are flexible, loving, pluralistic, caring, and able to act fairly and in balance in facing every challenge, especially in facing There is an increasing generation that values diversity and upholds the principles of equality and mutual respect for differences. This will encourage the birth of a generation that loves religious diversity, making Indonesia a good country and full of generosity from the Most Forgiving God.
Bildung, 2023
SEBAGAI WARGA negara multikultural dan multirelijius, masyarakat Indonesia kaya akan keragaman dan sekaligus rentan akan konflik kultur dan konflik agama. Oleh karena itu, sikap moderasi beragama adalah entitas yang urgen untuk diinternalisasikan. Penelitian ini memiliki dua tujuan. Pertama, menggali faktor-faktor yang mendukung moderasi beragama masyarakat melayu Rama Agung, Cigugur dan masyarakat Jawa Sekaran. Kedua, menganalisa faktor moderasi beragama yang ada di kalangan masyarakat Rama Agung, Cigugur dan Sekaran. Penelitian ini menerapkan metode kualitatif yang melibatkan beberapa orang tokoh agama dan tokoh masyarakat dari ketiga desa sebagai partisipan. Partisipan dipilih secara purposif. Data diakuisis menggunakan teknik observasi, dokumentasi, FGD, dan wawancara mendalam. Seluruh data yang diperoleh dianalisa secara interaktif yang komponen analisisnya meliputi kondensasi data, presentasi data, dan penarikan simpulan. Penelitian ini menemukan lima faktor moderasi beragama di kalangan masyarakat Sekaran, yaitu sikap menjunjung tinggi asas kebersamaan, tradisi sosial keagamaan, tradisi sosial ke-NKRIan, dn keluarga. Masyarakat desa Rama Agung menunjukkan tiga faktor moderasi, yaitu sikap menerima realitas perbedaan, mengesampingkan ekslusifitas yang menjadi penyekat kehidupan beragama, dan sikap menjunjung kerukunan hidup. Masyarakat Cigugur memiliki sepuluh faktor moderasi, yaitu keluarga, kesadaran masyarakat akan moderasi beragama, sikap saling menghargai, sikap toleransi, internalisasi sikap multikulturalisme, komunikasi yang terjalin dengan baik, tradisi sosial keagamaan, ikatan budaya, relasi sosial, dan interaksi dengan tradisi kultur. Selanjutnya, ada tiga faktor moderasi beragama yang terkuat, sikap menjunjung tinggi asas kebersamaan, sikap menerima realitas perbedaan, dan sikap saling menghargai. Ketiga faktor ini bersifat laten sehingga bisa diinternalisasikan, diregenerasikan, dan diaplikasikan lintas konteks.
Mimbar Kampus: Jurnal Pendidikan dan Agama Islam
Religious moderation is an attempt in the middle form of various existing religions. Moderation which is the middle of a group that does not really choose right or left. Islamic religious moderation is an effort in the formation of all groups in the Islamic religion which is dotted in the middle or Al-Wasth. This article refers to the Qur'an and Hadith which are the holy books of Muslims which serve as guidelines for Muslims in their daily lives. In this study, we as writers used the library research method. This is a research that collects data by retrieving data from book and journal sources. From the articles that have been presented or explained that the Al-Qur'an and Hadith do not make Muslims to do excessive or excessive extreme violence and to respect one another. Keywords: Moderation, Religion, People
Melawan Fenomena Populisme Islam dengan Moderasi Beragama, 2021
1. Pendahuluan Fenomena politik yang berkembang di Indonesia mengalami penurunan kualitas, bahkan indeks demokrasi pun mengalami penurunan. Terhitung pada tahun 2020, berdasarkan The Economist Intellegence Unit (EIU) menempatkan Indonesia di posisi ke 64 dengan skor 6,4 dan ini menjadi indeks terburuk selama 14 tahun terakhir. Hal ini terjadi bukan karena tanpa sebab, banyak hal yang menyebabkan indeks Demokrasi Indonesia turun drastis, mulai dari Pengesahan UU yang terkesan tidak mempertimbangakan kepentingan rakyat, Pemilu yang tidak transparan, represifitas yang dilakukan aparat saat pengawalan demonstrasi, hingga munculnya fenomena populisme agama. berbagai fenomena yang terjadi bahkan tidak sedikit menyebabkan integrasi bangsa terpecah, terhitung sejak tahun 2017 proses demokrasi di Indonesia dinilai semakin menurun, umat beragama pun tak ingin ketingggalan akan proses kontestasi politik, tak terkucuali umat islam yang tergabung dalam suatu organisasi masyarakat. Pilkada DKI Jakarta tahun 2017 menjadi langkah awal munculnya kembali populisme agama (New Islamic Populism) 1 dalam hal ini adalah dilakukan oleh sebagian umat islam, Umat islam terpancing dengan salah satu pasangan calon yang menyingggung keyakinan umat islam, tindakan protes dan demontrasi dilakukan sebagai upaya menuntut keadilan hukum, sampai saat itu penulis menganggap hal ini masih wajar dan justru demonstrasi yang dilakukan bagian dari proses demokrasi. Hanya saja, demonstrasi yang dilakukan tidak berhenti pada moment itu, sehingga ada demonstrasi lanjutan yang membawa bebagai narasi, seperti ; kriminalisasi ulama, legalisasi prostitusi, miras, hingga narasi rezim komunis. Fenomena Populisme Islam tidak berhenti di tahun 2017, Pilkada 2018 dan Pilpres 2019 juga diwarnai fenomena populisme islam. Di tahun 2019 Koalisi oposisi pemerintah memanfaatkan kekuatan yang dimiliki umat islam, untuk memuluskan kepentingan elektoralnya. Narasi yang digunakanpun tidak jauh beda dengan yang terjadi di tahun 2017, dan ditambahi 1 Vedi R Hadiz, Islamic Populism in Indonesia and the Middle East.
Agama sebagai way of life bagi umat beragama di dunia yang berperanan penting bagi kehidupan seseorang. Ketika manusia kehilangan arah kehidupannya, keberadaannya tak dapat terelakkan, ia kembali pada kekuatan keyakinan, yaitu agama. Agama membuktikan bahwa manusia dapat berbuat sepantasnya, sekaligus atas kehendak Tuhan. Agama menurut Abdul Mustaqim 1 memiliki sesuatu yang sakral dan ritual untuk terus dilestarikan oleh umatnya. Dengan beragama maka kehidupan dapat terus berjalan dengan damai dan berkelanjutan. Untuk itu, agama masih sangat relevan dan menjadi satu-satunya yang dapat menjaga dan menjawab persoalan dalam perbedaan yang di hadapi oleh manusia di kehidupannya.
Dalam konteks historis perbedaan-perbedaan yang muncul dalam kehidupan manusia sudah ada sejak lama. Misalnya seperti yang diunggapkan oleh Muchlis 2 , persoalan agama dijadikan pemicu terjadinya peperangan, pembunuhan, kebencian dan tindakan intoleran. Namun pada dasarnya agama telah memberikan penjelasan, uraian dan mengembangkan hukum serta gagasan di dalam sebuat kitab dan pengangan hidup umat beragama. Memang tidak bisa dipungkiri, belakangan ini muncul konflik yang acap menggunakan agama, dan ini menjadi fenomena yang sangat memperihatinkan 3 . Sehingga berimbas pada tindakan kekerasan yang sangat menciderai nilai-nilai dasar keberagamaan itu sendiri, yaitu menghargai nilai kemanusiaan. Perlu kita ketahui bersama bila agama tersebut pada dasarnya ada di dunia tidak untuk kepentingan Tuhan, tetapi bagi kepentingan umat manusia.
Bagaimana bisa tercapainya maslahah apabila kehidupan beragama sekadar memuat permasalahan maupun kekerasan.
Tidak dipungkiri bila perbedaan, ketegangan, maupun permasalahan lain di dalam kehidupan beragama cukup sulit terhindarkan dalam tatanan kehidupan karena berbagai faktor, baik sosial, kultur, ekonomi, politik dan teologi. Tetapi, perihal krusial untuk ditanamkan dan dikuatkan yaitu dengan moderasi beragama.
Apabila kita melihat di belahan dunia ini ada banyak agama yang ditemui, seperti Islam, Hindu, Kristen, Konghucu, dan Budha sebagai agama yang diakui. Secara etimologis, agama adalah menganut agama. Sebagai contohnya, "Saya memeluk agama Islam, sedangkan dia memeluk agama Kristen." Memeluk agama mengandung arti sebagai beribadah, menaati agama, baik dalam kehidupannya sesuai agama. Seseorang yang beragama, maka dirinya akan memuja, mementingkan kepercayaan atau agamanya Hakikat kehadiran agama merupakan upaya memberi penjagaan atas martabat manusia selaku makhluk mulia ciptaan Tuhan. Bahwa tiap agama acap memberi tujuan berupa kedamaian maupun keselamatan 4 . Guna memperolehnya, agama acap menghadirkan ajaran perihal keserasian ke bermacam aspek kehidupan dan agama pun memberi arahan/ajaran agar tetap merawat ikatan persaudaraan antarmanusia perlu dijadikan pengutamaan dalam kehidupan umat.
Moderasi beragama perlu ditelaah sebagai perilaku selama menganut agama secara berimbang antara mengamalkan agama sendiri dan menghormati agama orang lain.
Keserasian ataupun jalan tengah pada praktik beragama ini bisa mencegah manusia dari perilaku atau bersikap ekstrem, kefanatikan, maupun bersikap revolusioner selama beragama 5 . Sesuai isyarat terdahulu, moderasi beragama ini sebagai penyelesaian atas kehadiran dua kutup ekstrem selama menganut agama, kutub ultra konservatif ataupun ekstrem kanan di satu sisi, sedangkan liberal atau ekstrem kiri di lain sisi. Sehingga dalam tulisan ini penulis berusaha menguraikan moderasi beragama dalam Islam dan Barat dengan menggunakan metode kualitatif dengan merujuk pada pendekatan konten analisis dengan melihat berbagai informasi tertulis atau media massa tentang tema moderasi beragama baik dalam dunia Islam maupun di dunia Barat.
Moderasi sebagai kata yang berakar dari bahasa Latin: moderatio atau dalam bahasa Indonesia adalah sedang tidak berkelebihan maupun tidak kekurangan. Kata ini pun menjelaskan mengenai kepenguasaan diri dari sikap kelebihan maupun 4 Nuraliah Ali, Measuring Religious Moderation Among Muslim Student Public Collages in Kalimantan Facing Disruption Era, Vol 14, No,1, 2020 18-19
Artinya: Dan demikian pula Kami sudah menjadikan kamu (umat Islam) "umat pertengahan" agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak menjadikan kiblat yang (dahulu) kamu (berkiblat) kepadanya, tetapi agar kami mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang. Sungguh, (pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang sudah mendapat petunjuk oleh Allah. Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sungguh, Allah MahaPengasih, MahaPenyanyang kepada manusia" 11 .
Marwah: Jurnal Perempuan, Agama dan Jender
Ponto-e-Vírgula, 2021
Mediterranean Studies Vol.30 No.1, 2022
Rome, IAI, March 2019, 8 p. (MENARA Future Notes ; 17), 2010
The European Physical Journal H, 2012
The Southern Frontier Zone in Israel, Conference lecture, 2006
BMC Ecology, 2013
Vortrage Und Forschungen, 2015
Transformaciones del Ejército Nacional de Colombia: Hitos sociales, políticos y estratégicos, 2024
Human Reproduction, 2000
International journal of chemical studies, 2020
Problems of Management in the 21st Century, 2017
Proceedings of the 2nd International Conference on Natural Products for Cancer Prevention and Therapy, 2017
PLoS ONE, 2014
Journal of Family History, 2008
Democratization of the State and Regimes of Social Control in Mexico and Brazil, 2025