Jagung Pakan
Jagung Pakan
Jagung Pakan
Sensory Characteristics, Content of caffeine and Clorogenic acid of Robusta Coffee Powder
in Tanggamus, Lampung
ABSTRACT
Robusta coffee is one of the many cultivated plants in Tanggamus-Lampung. People process
coffee into coffee beans or further processed into coffee powder. Nevertheless, the characteristics
of coffee powder produced in Tanggamus are not known clearly. This study aims to determine the
sensory properties, content of caffeine and chlorogenic acid Robusta coffee powder in
Tanggamus area. This study consisted of two stages: survey and laboratory analysis.
Observations included sensory properties, content of caffeine and chlorogenic acid Robusta
coffee powder, and then analyzed descriptively. The results show that Robusta coffee powder with
color scores 1-3 (black-cinnamon) and bitter scores 1-3 (non bitter-bitter) are produced in
Talang Padang-Talang Padang, Muara Dua-Ulu Belu, and Way Harong-Air Naningan. The
overall panelist acceptance of the Robusta coffee powder was obtained in Talang Padang-Talang
Padang, Muara Dua-Ulu Belu, and Way Harong-Air Naningan. Robusta coffee powder in
Tanggamus has caffeine content 0.08-2.19% same as the standard of SNI 01-3542-2004, and
chlorogenic acid content 0.08-1.31%.
Seminar Nasional Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia (PATPI) Bandar Lampung, 10-11 Oktober 2017
98 “PERAN AHLI TEKNOLOGI PANGAN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL”
Seminar Nasional Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia (PATPI) Bandar Lampung, 10-11 Oktober 2017
“PERAN AHLI TEKNOLOGI PANGAN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL” 99
Analisis asam klorogenat dilakukan filter; methanol (70% : 30%) Kecepatan aliran
dengan menggunakan metode Naegele (2012). (Flow) : 0,75ml/menit Temperatur : 35°C
Kondisi HPLC: Kolom, fase Reverse - ODS, Detektor : VWD dengan UV 272 nm. Kadar
250 × 4,6 mm, tingkat 1 ml/menit, detektor, kafein sampel diperoleh dari perbandingan
fotodioda array yang ditetapkan pada 278 nm, kromatografi standar dengan kromatografi
tekanan 150 KHF/cm 2, fase gerak air, asam sampel yang diperoleh.
asetat, metanol (799, 1 dan 200 ml) dan
volume sampel 20 ml. Kurva kalibrasi daerah HASIL DAN PEMBAHASAN
puncak dengan konsentrasi standar diplot.
Sampel dihitung menggunakan persamaan Kondisi Pengolahan Kopi Beras dan Kopi
regresi garis terbaik. Kadar asam klorogenat Bubuk
sampel diperoleh dari perbandingan Dari Tabel 1, resdponden yang digunakan
kromatografi standar dengan kromatografi sebanyak 20 IKM. Kopi beras diproduksi
sampel yang diperoleh. secara kering yaitu setelah pemetikan
Analisis kafein dilakukan dengan langsung dilakukan penjemuran. Sebanyak
menggunakan metode SNI 01-3542-2004. 40% melakukan petik merah, dan 60% petik
Kondisi alat HPLC pada saat analisa : Kolom kuning dan merah. Penjemuran dilakuan
(Column) : Hypersil ODS C 18,5 UM, 100 x diatas semen, kecuali di Srikandi dilakukan
4,6 mm Fase gerak (Mobil phase) : Aquadest diatas tanah yang telah dipadatkan.
Seminar Nasional Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia (PATPI) Bandar Lampung, 10-11 Oktober 2017
100 “PERAN AHLI TEKNOLOGI PANGAN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL”
Sri Anita Kering Merah Alas tikar 6 (152,9) Sortasi Manual Mekanis
Suparno Kering Merah Alas semen 3 (29,65) Sortasi Manual Mekanis
Loh jinawi Kering Merah Alas semen 5 (95,2) Sortasi Manual Mekanis
Deli F Kering Merah Alas semen Asalan Sortasi Manual Mekanis
Kering Kuning dan Alas semen 6 (207,8) Sortasi Manual Mekanis
Suprapti
merah
Kering Kuning dan Alas semen 5 (150,7) Sortasi Manual Mekanis
Kasidah
merah
Kering Kuning dan Alas semen 5 (141,15) Sortasi Manual Mekanis
Asriani
merah
Seminar Nasional Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia (PATPI) Bandar Lampung, 10-11 Oktober 2017
“PERAN AHLI TEKNOLOGI PANGAN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL” 101
Seminar Nasional Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia (PATPI) Bandar Lampung, 10-11 Oktober 2017
102 “PERAN AHLI TEKNOLOGI PANGAN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL”
kopi akan semakin baik. Penurunan aroma kepahitan seduhan kopinya. Hasil dari reaksi
kopi seduhan disebabkan oleh cacat biji kopi. Maillard dan Strecker saat penyangraian
Skor aroma terendah seduhan bubuk diperoleh menyebabkan bitterness meningkat
dari Desa Tambak Rejo yaitu agak khas kopi disebabkan oleh pelepasan caffeic acid dan
dengan jumlah nilai cacat biji hitam sebesar pembentukan lactones dan turunan senyawa
164 dari total jumlah nilai cacat 421,7. Hasil fenol lainnya yang berpengaruh terhadap
penelitian Aklimawati et al. (2014) bahwa flavor dan aroma kopi (Variyar et al., 2003).
perlakuan sortasi dari mutu asalan menjadi Tinggi rendahnya kadar kafein bermanfaat
mutu 1 memperbaiki aroma, dan rasa kopi. untuk menentukan pencampuran suatu resep
Menurut Jamali (2004), bahwa proporsi kadar campuran kopi bubuk ( Septianus, 2009).
biji hitam memiliki pengaruh yang kuat
terhadap citarasa, dan Erdiansyah (2012),
aroma kopi Robusta di Kaliwining memiliki
aroma yang kuat dengan intensitas cahaya Rasa
yang sedang. Rasa atau cita rasa merupakan atribut
penting yang mempengaruhi penerimaan
Kepahitan seseorang terhadap suatu minuman dan karena
Hampir semua sampel seduhan kopi cita rasa ini akan mempengaruhi permintaan
menghasilkan karakteristik rata-rata agak minuman kopi yang tinggi. Rasa kopi ini
pahit. Karakteristik pahit berasal dari Desa dinilai oleh expert yang berpengalaman.
Sri Menganten, Way Ilahan, Suka Negri, Way Seduhan kopi rasa dengan rasa body terdapat
Harong, dan Way Liwoh yang juga memiliki di Kecamatan Talang Padang, Muara Dua –
kandungan kafein > 1. Karakteristik agak Kec. Ulu Belu, dan Way Harong –Kec. Air
pahit dengan kandungan kafein > 1 berasal Naningan. Rasa body yaitu intensitas rasa
dari Desa Way Ilahan, Kemuning, Sinar kopi yang baik dan tidak ada rasa asing. Rasa
Mancak, Talang Padang, Ngarib, Way body yang dihasilkan dari daerah tersebut
Harong, Dusun III Sukaraja, dan Dusun 3 didukung oleh mutu biji kopi yang dihasilkan.
Gisting. Karakteristik agak pahit dengan Kopi biji dari Talang Padang memiliki mutu
kandungan kafein < 1 berasal dari Tambak 4b, dan Way Harong memiliki mutu 3 dan 5.
Rejo, Air Bakoman, Talang Beringin, dan Kopi dari daerah tersebut mirip dengan hasil
Pangkul. Karakteristik tidak pahit berasal dari penelitian Asfirmanto (2013), kopi yang
Desa Air Bakoman, Way Ilahan memiliki rasa berasal dari Gayo memiliki rasa body. Di
pahit termasuk memiliki kandungan kafein < daerah yang lainnya muncul rasa
1, didukung karena proses penyangraian yang green/grassy yaitu karakter rasa seperti rasa
terlalu lama dan menghasilkan warna kopi daun/cincau/rumput, karena penanganan
bubuk hitam. Hal ini didukung oleh pascapanen terutama penjemuran. Selain itu
pernyataan Clifford (1985) bahwa kepahitan muncul rasa smoky (asap) karna penyangraian
(bitterness) dipengaruhi oleh kadar kafein, yang tidak baik yang dilakukan dengan
asam klorogenat dan trigonelin. Degradasi tungku kayu bakar.
suhu saat penyangraian pada asam klorogenat
akan menghasilkan substansi fenolat yang Penerimaan Keseluruhan
berperan terhadap rasa pahit (bitterness) pada Penerimaan keseluruhan merupakan
seduhan kopi. Lebih lanjut Lestari (2001) akumulasi dari semua parameter uji sensori
melaporkan bahwa dengan semakin rendah yang telah dilakukan oleh panelis seperti
kadar kafein, asam klorogenat, dan trigonelin, warna, kepahitan, dan rasa. Kopi bubuk yang
maka akan semakin rendah pula nilai paling disukai (skor 4) adalah produksi
Seminar Nasional Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia (PATPI) Bandar Lampung, 10-11 Oktober 2017
“PERAN AHLI TEKNOLOGI PANGAN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL” 103
Suparno Kec. Air Naningan, Srikandi Kec. Kabupaten Tanggamus berkisar antara 0,08 -
Way Ngarip, dan Aan Kec. Talang padang, 2,19%. Kopi bubuk dengan kadar kafein
sedangkan produksi yang lain agak disukai kurang dari 1% berasal dari Desa Air
(skor 3). Menurut Fakhrurrazi (2009), tingkat Bakoman, Talang Beringin, Way Ilahan,
kesukaan konsumen terhadap produk kopi Dusun III Sukaraja, Tambak Rejo, Ngarib dan
bubuk dipengaruhi beberapa faktor antara lain Dusun 3 Gisting. Dusun 3 Gisting memiliki
warna, rasa dan aroma dari kopi bubuk yang kadar kafein terendah yaitu 0,08%. Kadar
dihasilkan. Kopi bubuk dengan karakteristik kafein kopi bubuk kurang dari 1%
agak suka cenderung suka berwarna kayu dipengaruhi oleh mutu kopi biji dari masing-
manis, coklat, dan hitam, aroma agak khas masing daerah. Kopi biji berasal dari Desa
kopi. Kopi bubuk dengan karakteristik suka Ngarib, Talang Beringin, dan Dusun 3 Gisting
berwarna kayu manis, beraroma khas kopi, mempunyai mutu 6. Kopi biji dari Desa
dan memiliki rasa body. Dusun III Sukaraja, Tambak Rejo, Sinar
Mancak dan Way Ilahan mempunyai mutu
Evaluasi Kimia Asalan. Rendahnya mutu kopi biji dari
Kadar Kafein beberapa daerah tersebut disebabkan sortasi
Pada Tabel 3 terlihat bahwa hasil yang mengikut sertakan biji cacat pada saat
pengukuran kadar kafein kopi bubuk di penyangraian.
Tabel 3. Evaluasi kadar kimia kopi bubuk dan nilai cacat kopi beras di Tanggamus
Karakteristik kimia
Nama IKM
Asam
(Industri Kecil Desa Kecamatan Kafein Kadar
klorogenat
Menengah) (%) air (%)
(%)
Sumarwoko Way Ilahan Pulau Panggung 1,75 0,36 6,61
Andriyanto Sinar Mancak Pulau Panggung 1,00 0,08 5,70
Lasmi Kemuning Pulau Panggung 1,77 0,74 6,90
Suherdi Tambak Rejo Pulau Panggung 0,40 0,73 7,00
Toha Air Bakoman Pulau Panggung 0,97 0,55 6,11
Waginem Talang Beringin Pulau Panggung 0,95 0,18 6,48
Agus Talang Beringin Pulau Panggung 1,65 0,13 5,07
Apri Sri Menganten Pulau Panggung 1,54 0,47 5,92
Karep Way Ilahan Pulau Panggung 0,89 0,34 5,21
Sulastri Sumber Mulyo Pulau Panggung 1,28 0,63 6,76
Aan Talang Padang Talang Padang 2,19 0,37 6,12
Supril Icab Suka Negri Talang Padang 1,62 0,23 5,84
Srikandi Ngarib Ulu Belu 1,93 0,23 6,46
Sri Anita Muara 2 Ulu Belu 0,10 0,15 5,45
Suparno Way Harong Air Naningan 1,88 0,41 7,27
Loh jinawi Way Harong Air Naningan 1,18 0,25 6,31
Deli F Dusun III Sukaraja Gunung alip 0,77 0,38 7,03
Suprapti Dusun 3 Gisting Limau 0,08 0,16 7,02
Kasidah Pangkul Wonosobo 1,62 1,31 5,98
Asriani Way Liwoh Wonosobo 1,13 0,34 6,15
Seminar Nasional Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia (PATPI) Bandar Lampung, 10-11 Oktober 2017
104 “PERAN AHLI TEKNOLOGI PANGAN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL”
Kopi bubuk dengan kadar kafein lebih yaitu 0,86% dan 0,49%. Penetapan kadar
dari 1% berasal dari Desa Talang Padang, asam klorogenat pada biji kopi juga dilakukan
Muara 2, Way Harong, Kemuning, Way oleh Belay dan Gholap (2009), didapatkan
Ilahan, Talang Beringin, Pangkul, Suka Negri, kadar asam klorogenat 0,33% dan 0,23%.
Sri Menganten, Sumber Mulyo, Way Harong,
Way Liwoh, dan Sinar Mancak. Kopi biji Analisis Kadar Air
dengan kadar kafein lebih dari 1% Kadar air kopi bubuk di daerah
dipengaruhi oleh baiknya mutu kopi biji dari Tanggamus (Tabel 2) telah memenuhi kadar
masing-masing daerah. Kopi biji dengan air SNI 01-3542-2004. yaitu maksimum 7 %.
mutu 5 berasal dari Desa Suka Negri, Way Kadar air kopi bubuk ditentukan waktu dan
Harong, Kemining, Talang Beringin, Sumber suhu yang dilakukan saat penyangraian.
Mulyo, Sinar Mancak, Sri Menganten, Way Semakin tinggi suhu maka semakin banyak
Ilahan, Pangkul dan Way liwoh. Desa Talang pula kadar air bahan yang menguap sehingga
padang kopi biji yang dihasilkan memiliki mengakibatkan kadar air bahan juga
mutu 4b. Desa Muara Dua memiliki mutu 4a mengalami pengurangan demikian halnya
dan terbaik kopi biji dari DesaWay Harong juga pada perlakuan penyangraian. Kadar air
yaitu mutu 3. Hal ini sejalan dengan hasil biji kopi setelah penyangraian cenderung
penelitian Nugroho et al. 2012 yang menurun dengan meningkatnya suhu dan lama
menyatakan bahwa kandungan kafein penyangraian. Hal ini sesuai dengan Estiasih
berpengaruh langsung terhadap mutu kopi (2009) bahwa semakin besar perbedaan suhu
secara keseluruhan. Hasil penelitian Rejo et antara medium pemanas dengan bahan pangan
al. (2011) kadar kafein kopi beras dari Pagar semakin cepat pindah panas ke bahan pangan
Alam, Semendo dan OKU Selatan yaitu 2,4, dan semakin cepat pula penguapan air dari
2,27, dan 2,1%. Hasil penelitian Nadhirah et bahan pangan.
al. (2015) pengujian kafein kopi Flores dan KESIMPULAN
Sumatra didapatkan sebesar 0.582, 0.986,
1.315, 2.143, dan 2.918 mg/L. Hasil Pada umumnya pengolahan kopi beras
perhitungan Tria et al. (2015) didapatkan dilakukan dengan cara kering: melalui petik
kadar kafein kopi Robusta Toraja 1.439, kuning dan merah, penjemuran diatas semen,
2.158, 2.695, 2.887, 3.700 mg/L. grade kopi beras bervariasi dari 3, 4,5, 6
dan asalan. IKM di Desa Way Harong
Kadar Asam Klorogenat Kecamatan Air Naningan: memiliki kopi
Kandungan asam klorogenat (Tabel 3) beras mutu tertinggi (grade 3); dan kopi
pada bubuk kopi responden berkisar antara bubuk berwarna kayu manis, aroma khas
0,08% hingga 0,74%, ini menunjukkan bahwa kopi, agak pahit, rasa body, dan disukai;
kadar asam klorogenat sangat kecil dan tidak kandungan kafein 1,88%, asam klorogenat
signifikan. Hal ini dikarenakan selama 0,41%, dan kadar air 7,27%. IKM di Desa
penyangraian sebagian besar asam klorogenat Ngarib Kecamatan Ulu belu (grade 4a), kopi
akan terhidrolisa menjadi asam kafeat dan bubuknya disukai, rasa body, warna coklat,
asam kuinat. Asam klorogenat menghasilkan agak pahit, memiliki kandungan kafein
keasaman pada kopi seduhan. Menurut Ky 1,93%, asam klorogenat 0,23%, dan kadar
(2001) kadar asam klorogenat meningkat air 6,46%. Mutu kopi beras IKM di Desa
seiring dengan peningkatan kadar kafein. Talang Padang Kecamatan Talang Padang
Pada penelitian Urakova et al. (2008), (grade 4b ), kopi bubuknya disukai, rasa
penetapan kadar asam klorogenat dilakukan body, warna coklat, agak pahit,
pada ekstrak biji kopi yang belum disangrai
Seminar Nasional Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia (PATPI) Bandar Lampung, 10-11 Oktober 2017
“PERAN AHLI TEKNOLOGI PANGAN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL” 105
Seminar Nasional Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia (PATPI) Bandar Lampung, 10-11 Oktober 2017
106 “PERAN AHLI TEKNOLOGI PANGAN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL”
Seminar Nasional Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia (PATPI) Bandar Lampung, 10-11 Oktober 2017
“PERAN AHLI TEKNOLOGI PANGAN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL” 107