0% found this document useful (0 votes)
37 views12 pages

Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Pekerja Rekanan (Pt. X) Di PT Indonesia Power Up Semarang

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1/ 12

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN


PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA PEKERJA REKANAN (PT. X)
DI PT INDONESIA POWER UP SEMARANG

Andri Dwi Puji, Bina Kurniawan, Siswi Jayanti


Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
Email: andridwipuji@yahoo.co.id

Abstract : Personal Protective Equipment (PPE) is a device used by workers to


protect themselves from potential hazards and workplace accidents that are likely
to occur in the workplace. This study aims to analyze and describe the
relationship between age, education, working period, knowledge, attitude,
training, supervision, social support with the compliance of personal protective
equipment on partner workers (PT. X) in PT. Indonesia Power UP Semarang.
The research design used was analytic survey method with cross sectional
approach. The population in this study is worker partner (PT. X) which amounted
to 37 people. The sample of this study is taken from the total population. The
research instrument used in this study is a questionnaire with closed questions.
Statistical analysis use chi-square test. The results showed no age relationship (p
= 0,377), education (p = 0,742), work period (p = 0,638), training (p = 0,417),
supervision (p = 0,417) with compliance of APD usage. There is a relation
between knowledge (p = 0,008), attitude (p = 0,009), social support (p = 0,031)
with compliance of APD usage. The Company should giving a firm Punishment to
workers who do not use PPE as specified in the work permit in the form of oral or
written warning or in the form of a fine. Provide rewards to workers who use the
complete personal protective equipment in accordance with the stipulated in the
work permit is in the form of a charter or in the form of money to workers who
always pay attention and apply occupational safety and health at work, and hold
safety communication as a safety briefing every morning before doing regular
and scheduled work.

Key Words : Personal Protective Equipment, compliance, partner

20
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

A. PENDAHULUAN bahaya serta kecelakaan kerja yang


Keselamatan dan Kesehatan kemungkinan dapat terjadi di tempat
Kerja (K3) merupakan sarana utama kerja. Walaupun upaya ini berada
untuk mencegah terjadinya pada tingkat pencegahan terakhir,
kecelakaan kerja yang dapat namun penerapan alat pelindung diri
menimbulkan kerugian yang berupa ini sangat dianjurkan.5
luka/cidera, cacat atau kematian, Menurut penelitian yang
kerugian harta benda dan kerusakan dilakukan oleh Kudus, tingkat
peralatan/mesin dan lingkungan pendidikan sangat berpengaruh
secara luas.1 terhadap pengetahuan pekerja dan
ILO mencatat mulai November membentuk perilaku secara
2013 hingga Februari 2015 angka langsung maupun tidak langsung.
angkatan kerja selalu meningkat dan Seseorang dengan latar belakang
jika dibandingkan dengan angka rendah cenderung labil dalam
yang bukan termasuk angkatan kerja bertindak karena dipengaruhi dari
memiliki jumlah yang lebih besar. Ini cara mereka berpikir.6 Menurut
berarti sebagian besar dari jumlah penelitian yang dilakukan oleh
penduduk Indonesia adalah Syaaf, selain pengalaman faktor
masyarakat pekerja, oleh karena itu kebiasaan juga mempengaruhi
perlu peningkatan keselamatan dan perilaku penggunaan APD pada saat
kesehatan kerja pada tenaga kerja bekerja. Pekerja baru cenderung
sebagai sumber daya manusia tidak terbiasa menggunakan APD
mempunyai peran yang sangat pada saat bekerja, sehingga mereka
penting dalam rangka merasa tidak nyaman dan akhirnya
mengambangkan dan memajukan tidak menggunakan APD. Berbeda
industri. Oleh sebab itu, pekerja dengan pekerja lama yang sudah
harus diberi perlindungan melalui terbiasa bekerja dengan
usaha-usaha peningkatan dan menggunakan APD.7 Meski
pencegahan yaitu dengan Alat mayoritas pekerja pernah mengikuti
Pelindung Diri (APD).2 pelatihan khusus penggunaan APD,
Faktor manusia atau pekerja namun dengan melihat masih
merupakan faktor penyebab tingginya angka pekerja yang tidak
kecelakaan kerja yang paling sering menggunakan APD membuktikan
terjadi. Berdasarkan statistika di pelatihan tersebut tidak sukses
Indonesia, 80% kecelakaan merubah perilaku para pekerja
diakobatkan oleh perbuatan dalam hal penggunaan APD. Atau
berbahaya (substandard acts) dan pelatihan tersebut sukses
20% oleh kondisi berbahaya memberikan pengetahuan dan
(substandard condition). Jadi, dapat pemahaman baru pekerja terkait
disimpulkan bahwa faktor manusia penggunaan APD, namun karena
mempunyai pengaruh yang tinggi mereka sudah terbiasa dengan
terhadap adanya kecelakaan lingkungan yang tidak menggunakan
kerja.3,4 APD maka tidak ada perubahan
Salah satu bentuk perlindungan dalam perilaku penggunaan APD.8
pekerja terhadap kecelakaan kerja Penelitian oleh Kumalasari pada
adalah digunakannya Alat Pelindung petani penyemprot hama di
Diri saat bekerja. Alat Pelindung Diri Kabupaten Brebes, dimana
(APD) merupakan suatu perangkat penelitian ini menemukan bahwa
yang digunakan oleh pekerja semi variabel yang berhubungan dengan
melindungi dirinya dari potensi penggunaan alat pelindung diri

21
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

adalah variabel pengetahuan, jadwal pekerjaan terperinci, daftar


ketersediaan sarana dan pengaruh kondisi APD yang digunakan,
rekan-rekan kerja (dukungan Fotokopi SPK/SKP/MEMO, Fotokopi
social).9 Berdasarkan penelitian yang KTP Tenaga Kerja, Fotokopi KTP
telah dilakukan menyatakan bahwa Penanggungjawab dan Materai
faktor-faktor yang berpengaruh pada 6000. Berkas ijin kerja tersebut
perilaku penggunaan APD (Alat diserahkan kepada K3L, Humas dan
Pelindung Diri) pada pekerja bagian rekanan. Segala bentuk kebijakan
Electrical PT Sampoerna Energi untuk rekanan disampaikan pada
Indonesia adalah sikap dan saat safety briefing yang dilakukan
pengawasan terhadap pekerja oleh departemen K3L. Pada saat
mengenai pengguaan APD (Alat melakukan pekerjaannya rekanan
Pelindung Diri).10 diawasi oleh teknisi rekanan,
PT. Indonesia Power UP pengawas mutu dan pengawas K3.
Semarang merupakan anak Hasil studi pendahuluan yang
perusahaan dari Perusahaan Listrik dilakukan peneliti melalui
Negara (PLN) yang bergerak dalam wawancara dengan departemen K3L
bidang pembangkit listrik di dan observasi di lapangan
Indonesia. Terletak di Jl. permasalahan K3 yang ditemukan di
Ronggowarsito komplek pelabuhan PT. Indonesia Power UP Semarang
Tanjung Emas, Semarang. Dalam yaitu perilaku unsafe action pada
proses memproduksi listriknya, PT. pekerja rekanan/mitra kerja bagian
Indonesia Power UP Semarang sipil (PT. X) yaitu saat melakukan
menggunakan Pembangkit Listrik pekerjaannya tidak menggunakan
Tenaga Uap (PLTU) dengan bahan APD (Alat Pelindung Diri) yang
bakar minyak (solar) dan lengkap sesuai dengan ijin kerja
Pembangkit Listrik Tenaga Gas-Uap yang telah ditetapkan, hal ini
(PLTGU) dengan bahan bakar gas tentunya sangat membahayakan
Compressed Natural Gas (CNG). pekerja dan dapat berpotensi
PT. X merupakan rekanan atau terjadinya kecelakaan kerja. Jenis
mitra kerja bagian sipil yang pelanggaran yang sering ditemukan
mengerjakan pembangunan gedung pada penggunaan APD yaitu tidak
akibat relokasi New Blok 3 PLTGU di menggunakan helm dan tidak
PT. Indonesia Power UP Semarang menggunakan full body harness saat
dengan jumlah pekerja 37 orang. bekerja di ketinggian.
Klasifikasi pekerjaan yang dikerjakan Berdasarkan uraian diatas,
oleh PT. X yaitu konstruksi, bekerja maka peneliti ingin meneliti
di ketinggian (≥2,5m), dan hubungan antara karakteristik
penggalian. Lama pekerjaan PT. X individu, pengetahuan, sikap,
untuk menyelesaikan pembangunan pelatihan penggunaan APD,
gedung akibat relokasi New Blok 3 pengawasan dan dukungan sosial
PLTGU di PT. Indonesia Power UP dengan kepatuhan penggunaan alat
Semarang yaitu kurang lebih selama pelindung diri pada pekerja rekanan
6 bulan. Sebelum rekanan/mitra (PT. X) di PT. Indonesia Power UP
kerja melakukan pekerjaannya harus Semarang
memenuhi berkas kelengkapan
pengajuan ijin kerja yang sudah B. METODE PENELITIAN
ditetapkan oleh K3L PT. Indonesia Penelitian ini merupakan
Power UP Semarang yang terdiri penelitian kuantitatif. Metode
dari JSA (Job Safety Analysis), penelitian yang digunakan adalah

22
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

pendekatan cross sectional. Sampel PLTGU yang digunakan dalam


yang digunakan pada penelitian ini proses produksi listrik. Dalam
adalah 37 pekerja dengan beberapa pekerjaan proses produksi
menggunakan total sampling. PT. Indonesia Power UP Semarang
Pada penelitian ini analisis data dilakukan oleh rekanan/mitra kerja
menggunakan uji Chi Square dan baik yang tetap atau sementara
Fisher Probability Exact Test yang setiap bulan berubah jumlah
sebagai uji alternatif. Uji ini pekerjanya (sesuai dengan jenis
digunakan bila tidak memenuhinya pekerjaan) dan sebelum melakukan
syarat untuk dilakukannya uji Chi pekerjaan para pekerja
Square. rekanan/mitra kerja didata dan
Dalam penelitian ini digunakan dicatat sebagai dokumentasi
angket untuk mengetahui data departemen K3L.
responden terkait umur, pendidikan, PT. X merupakan rekanan atau
masa kerja, pengetahuan, sikap, mitra kerja bagian sipil yang
pelatihan penggunaan APD, mengerjakan pembangunan gedung
dukungan sosial, pengawasan dan akibat relokasi New Blok 3 PLTGU di
kepatuhan penggunaan APD. Serta PT. Indonesia Power UP Semarang
lembar Ceklist Observasi untuk dengan jumlah pekerja 37 orang.
membantu peneliti melakukan Klasifikasi pekerjaan yang dikerjakan
pengamatan pada pekerja mengenai oleh PT. X yaitu penggalian,
penggunaan APD menggunakan konstruksi dan bekerja di ketinggian
Critical Behavior Checklist (CBC). (pemasangan tiang, rangka dan atap
gedung) dengan ketinggian gedung
C. HASIL DAN PEMBAHASAN 2,5 meter sampai 45 meter sehingga
1. Gambaran Umum Perusahaan para pekerja wajib menggunakan
alat pelindung diri yang lengkap
PT. Indonesia Power UP khususnya body harness saat
Semarang merupakan anak melakukan pekerjaan di ketinggian .
perusahaan dari Perusahaan Listrik Lama pekerjaan PT. X untuk
Negara (PLN) yang bergerak dalam menyelesaikan pembangunan
bidang pembangkit listrik di gedung akibat relokasi New Blok 3
Indonesia. Terletak di Jl. PLTGU di PT. Indonesia Power UP
Ronggowarsito komplek pelabuhan Semarang yaitu kurang lebih selama
Tanjung Emas, Semarang. Dalam 6 bulan.
proses memproduksi listriknya, PT.
Indonesia Power UP Semarang 2. Analisis Univariat
menggunakan Pembangkit Listrik a. Umur
Tenaga Uap (PLTU) dengan bahan Hasil penelitian
bakar minyak (solar) dan menunjukkan pekerja yang
Pembangkit Listrik Tenaga Gas-Uap berumur dewasa tua (26-65
(PLTGU) dengan bahan bakar gas tahun) sebanyak 32 pekerja
Compressed Natural Gas (CNG). (85.5%) dan yang berumur
CNG dibuat dengan melakukan dewasa muda sebanyak 5
kompresi metana (CH4) yang pekerja (13.5%)
diekstrak dari gas alam. Sesuai b. Masa Kerja
dengan kebijakan dari Menteri Pekerja yang bekerja
BUMN bahwa perusahaan kurang dari 3 bulan sebanyak
pembangkitan listrik dilarang 19 pekerja (51.4%) dan yang
menggunakan BBM, maka instalasi bekerja lebih dari atau 3
PLTU dinonaktifkan sehingga hanya

23
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) (e
Volume 5, Nomor 5,, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
2356
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

bulan sebanyak 18 pekerja kurang baik sebanyak 12


(48.6%). pekerja (32.4%)
c. Pendidikan i. Kepatuhan
Pekerja yang memiliki Pekerja yang patuh
pendidikan tinggi yaitu dalam penggunaan APD
SMA/SMK, D3, dan S1 sebanyak 22 pekerja (59.5%)
sebanyak 21 pekerja (56.8%) dan yang tidak patuh
dan yang memiliki pendidikan sebanyak 15 pekerja
rendah sebanyak 16 pekerja (40.5%).
(43.2%).
d. Pengatahuan 3. Analisis Bivariat
Pekerja yang memiliki a. Hubungan antara Umur
pengetahuan baik tentang dengan Kepatuhan
APD sebanyak 22 pekerja Penggunaan APD
(59.5%) dan yang memiliki
pengetahuan kurang baik
Dewasa Tua Dewasa Muda
sebanyak 15 pekerja
(40.5%).
60,0% 62,5%
e. Sikap 37,5% 40,0%
Pekerja yang memiliki
sikap baik tentang
penggunaan APD sebanyak Tidak Patuh Patuh
28 pekerja (75.7%) dan yang
memiliki sikap kuranh baik Kepatuhan Penggunaan APD
sebanyak 9 pekerja
pek (24.3%)
f. Pelatihan
Pekerja yang Grafik 1. Hubungan antara Umur
mendapatkan pelatihan dengan Kepatuuhan
dengan baik tentang Penggunaan APD
penggunaan APD sebanyak
25 pekerja (67.6%) dan yang Berdasarkan grafik diatas
mendapatkan pelatihan menunjukkan bahwa pekerja yang
kurang baik sebanyak 12 berumur dewasa tua sebagian besar
pekerja (32.4%). patuh dan pekerja yang berumur
g. Dukungan Sosial dewasa muda sebagian
sebagi besar tidak
Pekerja yang patuh dalam menggunakan APD.
mendapatkan dukungan Hasil uji statistic
sosial terhadap
dap penggunaan menggunakan Fisher’s Exact test
APD sebanyak 31 pekerja diperoleh p-value
value 0,377 hal ini
(83.8%) dan yang tidak menunjukkan bahwa H0 diterima dan
mendapat dukungan sosial Ha ditolak karena p>0,05.
p>0,05 Sehingga
sebanyak 6 pekerja (16.2%). tidak ada hubungan antara umur
h. Pengawasan dengan kepatuhan penggunaan
Pekerja yang APD
mendapatkan pengawasan Hasil penelitian ini sejalan
baik tentang penggunaan dengan penelitian yang dilakukan
alat pelindung diri sebanyak oleh Kartika Dyah pada unit produksi
25 pekerja (67.6%) dan yang Alumunium sulfat di PT. Liku Telaga
mendapatkan pengawasan tidak dapatt membuktikan hipotesis
ini. Penelitian tersebut menyatakan

24
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

bahwa tidak ada hubungan diperoleh p-value 0.638 hal ini


bermakna antara umur dan menunjukkan bahwa H0 diterima dan
kepatuhan tenaga kerja dalam Ha ditolak karena p>0,05. Sehingga
menggunakan APD. Penelitian ini tidak ada hubungan antara masa
juga sejalan dengan penelitian yang kerja dengan kepatuhan
dilakukan oleh Ahyar (2001) yang penggunaan APD.
menyatakan bahwa tidak ada Hasil penelitian ini sejalan
hubungan antara umur dengan dengan penelitian yang dilakukan
kepatuhan menggunakan APD oleh Ahyar (2001) yang menyatakan
hidung dan mulut.11 bahwa tidak ada hubungan yang
Hal ini dikarenakan walaupun signifikan antara masa kerja dengan
umur merupakan faktor yang mudah kepatuhan menggunakan APD
dalam teori perubahan perilaku hidung dan mulut. Buktinya, tenaga
namun masih banyak faktor lain kerja yang belum lama bekerja di
yang mungkin menghambat perusahaan maupun yang telah
terhadap perubahan perilaku lama bekerja di perusahaan memiliki
tersebut, misalnya masa kerja yang persentase kepatuhan yang hampir
lama sehingga menimbulkan sama besar.11
kejenuhan. Hal ini berarti bahwa Tidak adanya hubungan
variabel umur tidak menjadi faktor antara masa kerja dengan
yang mempengaruhi pekerja untuk kepatuhan penggunaan alat
patuh dalam menggunakan alat pelindung diri dimungkinkan karena
pelindung diri. faktor kebosanan. Secara teoritis
masa kerja yang lama tentunya akan
menimbulkan suatu kejenuhan atau
b. Hubungan antara Masa Kerja kebosanan dalam bekerja. Sama
dengan Kepatuhan halnya dengan responden yang
Penggunaan APD melakukan pekerjaan yang sama
setiap hari dilakukan makan akan
menimbulkan suatu kebosanan.
≥3 bulan <3 bulan .

44,4% 36,8% 55,6% 63,2% c. Hubungan antara Pendidikan


dengan Kepatuhan
Penggunaan APD
Tidak Patuh Patuh Rendah Tinggi
Kepatuhan Penggunaan APD 62,5% 57,1%
37,5% 42,9%

Grafik 2. Hubungan Masa Kerja


dengan Kepatuhan Tidak Patuh Patuh
Penggunaan APD
Kepatuhan Penggunaan APD
Berdasarkan grafik diatas
diketahui bahwa sebagian besar
pekerja yang bekerja kurang dari 3 Grafik 3. Hubungan antara
bulan patuh menggunakan APD Pendidikan dengan
(63,2%). Hasil uji statistic Kepatuhan Penggunaan
menggunakan Chi-Square test APD

25
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Berdasarkan grafik diatas d. Hubungan antara


diketahui bahwa sebagian besar Pengetahuan dengan
pekerja yang memiliki pendidikan Kepatuhan Penggunaan APD
rendah (SD, SMP) patuh
menggunakan APD (62,5%). Hasil
uji statistic menggunakan Chi- Kurang Baik Baik
Square test diperoleh p-value 0.742 66,7% 77,3%
hal ini menunjukkan bahwa H0 33,3%
diterima dan Ha ditolak karena 22,7%
p>0,05. Sehingga tidak ada
hubungan antara pendidikan dengan Tidak Patuh Patuh
kepatuhan penggunaan APD.
Hasil penelitian ini tidak Kepatuhan Penggunaan APD
sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Humau (2012) yang Grafik 4. Hubungan antara
menyatakan bahwa terdapat Pengetahuan dengan
hubungan antara tingkat pendidikan Kepatuhan Penggunaan
tenaga kerja dengan kepatuhan APD
menggunakan APD.
Tidak adanya hubungan Berdasarkan grafik diatas
pendidikan dengan kepatuhan diketahui bahwa sebagian besar
menggunakan alat pelindung diri pekerja dengan pengetahuan baik
dikarenakan tingkat pendidikan tidak patuh menggunakan APD (77,3%).
berpengaruh langsung terhadap Hasil uji statistic menggunakan Chi-
penggunaan alat pelindung diri tetapi Square test diperoleh p-value 0.008
hanya mempengaruhi pola pikir hal ini menunjukkan bahwa H0
tenaga kerja. Cara berpikir tenaga ditolak dan Ha diterima karena
kerja yang dimaksud adalah tenaga p<0,05. Sehingga ada hubungan
kerja memahami bahaya yang ada di antara pengetahuan dengan
tempat kerja dan cara mengatasinya kepatuhan penggunaan APD.
misalnya dengan menggunakan alat Hasil penelitian ini sejalan
pelindung diri namun pada dengan penelitian yang dilakukan
pelaksanaannya masih ditemukan oleh Sri Hartati (2011), yang
pekerja yang tidak menggunakan menyebutkan bahwa ada hubungan
alat pelindung diri secara lengkap antara pengetahuan operator mesin
dikarenakan alasan mengganggu widing unit spinning VI dengan
kenyamanan, membatasi ruang kepatuhan dalam pemakaian masker
gerak dll. kain di industri teksi Semarang.
. Analisis hubungan pengetahuan
dengan kepatuhan memakai masker
kain menunjukkan ada hubungan
yang signifikan antara pengetahuan
dengan kepatuhan dalam
pemakaian masker kain.
Peningkatan pengetahuan itu terjadi
salah satunya karena seseorang
mendapatkan motivasi yan cukup
kuat sehingga memiliki kesadaran
untuk bertindak atas dasar
pengetahuan yang dimilikinya. 12

26
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Pengetahuan tentang suatu akan tetapi mempermudah


objek tertentu sangat penting terjadinya perilaku. Adapun sikap
terhadap terjadinya perubahan melalui tahapan yaitu : menerima
perilaku. Perubahan perilaku dimulai bahwa penggunaan APD sebagai
dengan adanya pengetahuan atau salah satu pengendalian bahaya,
pengalaman belajar yang didapat. kemudian merespon penggunaan
Kemudian timbul persepsi terhadap APD dengan melakukan tindakan
objek yang dikenalkan. Selanjutnya pencegahan, setelah itu menghargai
terbentuk sikap yang merupakan pendapat mengenai penggunaan
dorongan terhadap terjadinya APD sebagai salah satu upaya
perilaku.65 keselamatan bekerja sehingga
pekerja bertanggungjawab apabila
mengalami kecelakaan karena tidak
e. Hubungan antara Sikap menggunakan APD. Sikap baik yang
dengan Kepatuhan terdapat dalam penelitian ini dapat
Penggunaan APD diartikan pekerja setuju dalam
penggunaan APD di tempat kerja.
Walaupun pekerja bersikap baik
Kurang Baik Baik mengenai penggunaan APD, masih
77,8% 71,4% ada pekerja yang tidak
menggunakan APD.
28,6% 22,2%

Tidak Patuh Patuh


f. Hubungan antara Pelatihan
dengan Kepatuhan
Kepatuhan Penggunaan APD Penggunaan APD

Grafik 5. Hubungan antara Sikap Kurang Baik Baik


dengan Kepatuhan
64,0%
Penggunaan APD 50,0% 50,0%
36,0%

Berdasarkan grafik diatas


diketahui bahwa sebagian besar Tidak Patuh Patuh
pekerja dengan sikap baik patuh
menggunakan APD (71,4%). Hasil Kepatuhan Penggunaan APD
uji statistic menggunakan Fisher’s
Exact test diperoleh p-value 0,017
hal ini menunjukkan bahwa H0 Grafik 6. Hubungan antara
ditolak dan Ha diterima karena Pelatihan dengan
p<0,05. Sehingga ada hubungan Kepatuhan Penggunaan
antara sikap dengan kepatuhan APD
penggunaan APD.
Hasil penelitian ini sejalan Berdasarkan grafik diatas
dengan Fajrul Falakh yang diketahui bahwa sebagian besar
menyatakan bahwa terdapat pekerja yang mendapatkan pelatihan
hubungan bermakna antara sikap baik tentang penggunaan APD patuh
dengan perilaku penggunaan APD menggunakan APD (64%). Hasil uji
pada pekerja di Bagian Electrical PT statistic menggunakan Chi-Square
Sampoerna Energi Indonesia. Sikap test diperoleh p-value 0.417 hal ini
belum merupakan suatu tindakan menunjukkan bahwa H0 diterima dan

27
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Ha ditolak karena p>0,05. Sehingga statistic menggunakan Fisher’s


tidak ada hubungan antara pelatihan Exact test diperoleh p-value 0.031
dengan kepatuhan penggunaan hal ini menunjukkan bahwa H0
APD. ditolak dan Ha diterima karena
Hasil penelitian ini sejalan p<0,05. Sehingga ada hubungan
dengan yang dilakukan oleh Wibowo antara dukungan sosial dengan
(2010) yang menyatakan bahwa kepatuhan penggunaan APD
tidak ada hubungan bermakna Hasil penelitian ini tidak
antara pelatihan menggunakan APD sejalan dengan penelitian yang
dengan penggunaan APD.13 dilakukan oleh Nanang pada pekerja
Pelatihan merupakan pengecoran logam PT.Sinar
kegiatan yang didesain untuk Semesta Batur, Ceper, Klaten yang
membantu tenaga kerja memperoleh menyatakan bahwa informan tidak
pengetahuan, ketrampilan dan berpengaruh terhadap perilaku
meningkatkan sikap, perilaku yang rekan kerja yang menggunakan
dibutuhkan untuk melaksanakan APD. Rekan kerja dapat juga
pekerjaan dengan baik. Hal ini mempengaruhi perilaku seseorang
berarti pelatihan seharusnya karena rekan kerja merupakan salah
membuat tenaga kerja berperilaku satu teman terdekat yang bisa
sesuai dengan kebijakan menjadi contoh dalam berperilaku,
penggunaan APD karena pelatihan baik contoh yang benar atau contoh
merupakan salah satu bentuk yang salah. para pekerja masih
pembinaan yang dapat diupayakan menganggap pemakaian APD tidak
untuk membuat tenaga kerja patuh begitu penting bagi dirinya karena
menggunakan APD. dirasa kurang nyaman atau risik.
Komunikasi antar pekerja untuk
saling mengingatkan pemakaian
g. Hubungan antara Dukungan APD satu sama lainpun dirasa
Sosial dengan Kepatuhan kurang, hal ini dirasa cukup penting
Penggunaan APD seperti apa yang ada dalam teori
Green yang menjelaskan bahwa
Tidak Ada Dukungan Ada Dukungan
faktor penguat dari luar yakni peer
83,3% influence dari teman terdekat atau
67,7%
32,3% lingkungan sekitar dapat
16,7% mempengaruhi perilaku seseorang.14

Tidak Patuh Patuh


h. Hubungan antara
Kepatuhan Penggunaan APD Pengawasan dengan
Kepatuhan Penggunaan APD

Grafik 7. Hubungan antara Kurang Baik Baik


Dukungan Sosial
64,0%
dengan Kepatuhan 50,0%
36,0%
50,0%
Penggunaan APD

Berdasarkan grafik diatas Tidak Patuh Patuh


diketahui bahwa sebagian besar
pekerja yang mendapatkan Kepatuhan Penggunaan APD
dukungan sosial patuh
menggunakan APD (67,7). Hasil uji

28
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Grafik 8. Hubungan antara 2. Pekerja rekanan (PT. X) di PT.


Pengawasan dengan Indonesia Power UP Semarang
Kepatuhan Penggunaan lebih banyak pekerja yang
APD bekerja kurang dari 3 bulan
sebesar 51.4 %
Berdasarkan grafik diatas 3. Pekerja rekanan (PT. X) di PT.
diketahui bahwa sebagian besar Indonesia Power UP Semarang
pekerja yang mendapatkan lebih banyak pekerja yang
pengawasan baik patuh memiliki pendidikan tinggi yaitu
menggunakan APD (64%). Hasil uji SMA/SMK, D3, dan S1 sebesar
statistic menggunakan Chi-Square 56.8 %
test diperoleh p-value 0.417 hal ini 4. Pekerja rekanan (PT. X) di PT.
menunjukkan bahwa H0 diterima dan Indonesia Power UP Semarang
Ha ditolak karena p>0,05. Sehingga lebih banyak pekerja yang
tidak ada hubungan antara memiliki pengetahuan baik
pengawasan dengan kepatuhan tentang alat pelindung diri
penggunaan APD sebesar 59.5 %
Hasil penelitian ini sejalan 5. Pekerja rekanan (PT. X) di PT.
dengan penelitian yang dilakukan Indonesia Power UP Semarang
oleh Bambang Yanu (2009) pada lebih banyak pekerja yang
pekerja Las di Jalan Raya Kelapa memiliki sikap baik tentang
Dua Kota Tangerang uji statistik penggunaan alat pelindung diri
diperoleh nilai p = 0.227 maka dapat sebesar 75.7 %
disimpulkan tidak ada perbedaan 6. Pekerja rekanan (PT. X) di PT.
proporsi perilaku menggunakan APD Indonesia Power UP Semarang
antara pekerja yang mengatakan lebih banyak pekerja yang
ada pengawasan dan pekerja yang mendapatkan pelatihan dengan
mengatakan tidak ada pengawasan baik tentang penggunaan alat
terhadap perilaku penggunaan APD. pelindung diri sebesar
Tidak adanya hubungan yang persentase 67.6 %
berpengaruh antara pengawasan 7. Pekerja rekanan (PT. X) di PT.
dengan perilaku penggunaan APD Indonesia Power UP Semarang
dapat disebabkan karena lebih banyak pekerja yang
pengawasan kepada pekerja mendapatkan dukungan sosial
rekanan PT.X telah dilakukan setiap terhadap penggunaan alat
hari oleh pengawas perusahaan, pelindung diri sebesar 83.8 %
supervisor rekanan dan K3L. 8. Pekerja rekanan (PT. X) di PT.
Pengawasan terhadap penggunaan Indonesia Power UP Semarang
alat peindung diri juga dilakukan lebih banyak pekerja yang
secara merata kepada seluruh mendapatkan pengawasan baik
pekerja PT. X pada saat melakukan tentang penggunaan alat
pekerjaannya. pelindung diri sebesar 67.6 %
9. Pekerja rekanan (PT. X) di PT.
Indonesia Power UP Semarang
D. KESIMPULAN lebih banyak pekerja yang patuh
1. Pekerja rekanan (PT. X) di PT. dalam penggunaan alat
Indonesia Power UP Semarang pelindung diri sebesar 59.5 %
lebih banyak pekerja yang 10. Ada hubungan antara
berumur dewasa tua (26-65 pengetahuan, sikap, dan
tahun) sebesar 85.5 % dukungan sosial terhadap

29
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

penggunaan alat pelindung diri Peneliti lain dapat meneliti faktor-


pada pekerja rekanan (PT. X) di faktor lain yang berhubungan
PT. Indonesia Power UP dengan kepatuhan penggunaan
Semarang alat pelindung diri di perusahaan
11. Tidak ada hubungan antara lain.
umur, masa kerja, pendidikan,
pelatihan, dan pengawasan
terhadap penggunaan alat F. DAFTAR PUSTAKA
pelindung diri pada pekerja 1. Tarwaka, Dasar-Dasar
rekanan (PT. X) di PT. Indonesia Keselamatan Kerja Serta
Power UP Semarang Pencegahan Kecelakaan
Kerja di Tempat Kerja.
Surakarta : Harapan Press
E. SARAN Solo. 2012
1. Bagi Perusahaan 2. ILO. Tren Ketenagakerjaan
a. Mengadakan safety dan Sosial di Indonesia
communication berupa safety 2014-2015. Jakarta :
briefing setiap pagi sebelum Pertama. 2015
melakukan pekerjaan 3. Ferdy, dkk. Macam-macam
diadakan secara rutin dan dan Penyebab Kecelakaan
terjadwal untuk Struckby pada Proyek
meningkatkan pengetahuan Konstruksi di Surabaya.
pekerja Surabaya : Fakutas Teknik
b. Memberikan Punishment Sipil dan Perencanaan
yang tegas terhadap pekerja Universitas Kristen Petra.
yang tidak menggunakan alat 2008
pelindung lengkap sesuai 4. Silalahi, Benner. Manajemen
dengan yang ditetapkan Keselamatan dan Kesehatan
pada ijin kerja yaitu berupa Kerja. Jakarta: PT. Pustaka
teguran lisan maupun tertulis Binaman Pressindo. 1995
atau berupa denda 5. Tarwaka. Ergonomi Industri.
c. Memberikan reward kepada Gunawidya : Jakarta. 2008
pekerja yang menggunakan 6. Kudus. 2003. Analis Faktor
alat pelindung diri lengkap Perilaku Pekerja Dalam
sesuai dengan yang Menggunakan Alat Pelindung
ditetapkan pada ijin kerja Diri di PT. X tahun 2003.
yaitu berupa pemberian Tesis Program Magister
piagam atau berupa uang Kesehatan Masyarakat
kepada pekerja yang selalu Universitas Jenderal
memperhatikan dan Soedirman. Purwokerto:
menerapkan K3 dalam Tidak Diterbitkan
bekerja 7. Syaaf, Fathul Mashuri. 2008.
d. Perlu penggantian alat Analisis Perilaku Berisiko (at-
pelindung diri yang rusak risk behavior) Pada Pekerja
agar kondisi alat pelindung Unit Usaha Las Sektor
dalam kondisi baik dan layak Informal di Kota X. Skripsi
untuk digunakan Program Sarjana Kesehatan
. Masyarakat Universitas
2. Bagi Peneliti Lain Indonesia. Depok: Tidak
Diterbitkan

30
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

8. Iqbal Mochammad 13. Wibowo, Arianto. Faktor-


MS.Skripsi Gambaran faktor yang Berhubungan
Faktor-Faktor Perilaku dengan Perilaku
Penggunaan Alat Pelindung Penggunaan Alat Pelindung
Diri (APD) Pada Pekerja di Diri di Areal Pertambangan
Departemen Metalforming PT. Antam Tbk Unit Bisnis
PT. Dirgantara Indonesia Pertambangan Emas
(Persero). Peminatan Pongkor Kabupaten Bogor.
Keselamatan dan Kesehatan Skripsi; Jakarta: FKM
Kerja Program Studi Universitas Islam Negeri
Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah.
Syarif Hidayatullah Jakarta: 14. Dwi Novianto
Tahun 2014 Nanang.Penggunaan Alat
9. Kumalasari, S. 1998. Pelindung Diri Pada Pekerja
Beberapa Faktor Yang Pengecoran Logam PT.
Berhubungan Dengan Sinar Semesta. SKRIPSI.
Penggunaan Alat Pelindung Fakultas Kesehatan
Diri Pada Petani Penyemprot Universitas Diponegoro.2014
hama Di Desa Banjaranyar
Kecamatan Brebes
Kabupaten Brebes. Tesis.
Universitas Diponegoro.
Semarang. [online]
http://eprints.undip.ac.id/8810
/ Diakses 29 April 2017
10. Falakh Fajrul. Faktor-faktor
yang Berhubungan dengan
Perilaku Penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD) Pada
Pekerja Bagian Electrical PT
Sampoerna Energi Indonesia
(SKRIPSI) .Semarang :
Universitas Diponegoro 2014
11. Ahyar, M. 2001. Hubungan
Karakteristik Tenaga Kerja
Terhadap Pemakaian Alat
Pelindung Mulut dan Hidung
(Masker). Skripsi; Surabaya:
FKM Universitas Airlangga.
12. Hartati, Sri. Hubungan Umur,
Masa Kerja, Pengetahuan,
dan Sikap Operator Mesin
Winding Unit Spinning VI
dengan Kepatuhan dalam
Pemakaian Masker Kain di
Industri Tekstil
Semarang.[Skripsi].
Semarang : FKM Universitas
Diponegoro,2010.

31

You might also like