0% found this document useful (0 votes)
40 views9 pages

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Tidak Aman Pekerja Bagian Lambung Galangan Kapal PTX

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1/ 9

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 6, Nomor 5, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU


TIDAK AMAN PEKERJA BAGIAN LAMBUNG GALANGAN KAPAL
PT X
Jesica Sangaji, Siswi Jayanti, Daru Lestantyo
Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
Email: Jesicasangaji96@gmail.com

Abstract: One of the causes of accidents is unsafe behavior. Unsafe behavior


can be caused by 3 factors: predisposing factors, enabling factors, and
reinforcing factors. Percentage of accidents due to the most unsafe behavior in
PT X is in hull section. The purpose of this study was to analyze the correlation
between age, work period, education, knowledge, attitude, OHS training,
availability of OHS facilities, supervision with unsafe behavior of PT X shipyard
hull section. The type of this study is an analytic observasional with cross
sectional research approach. The subjects of this study were 40 workers of PT X
shipyard in hull section. Data collection was carried out using a questionnaire
instrument. Statistical analysis using the Spearman test. The test results show
that there is a correlation between knowledge (p = 0.037), attitude (p value =
0.044), supervision (p value = 0.037), OHS training (p value = 0.030) and
availability of OHS facilities (p value = 0.043) with unsafe behavior. There was no
correlation between age (p value = 0.504), work period (p value = 0.211),
education level (p value = 0.186) and unsafe behavior. Suggestions for the owner
of the company are to conduct socialization about OHS regularly every month,
improve OSH training programs for workers, immediate replacement of damaged
PPE to the newest one.

Keywords : Unsafe behavior, occupational safety, work accident, shipyard hull


section

PENDAHULUAN bahwa timbulnya suatu kecelakaan


Menurut data ILO, setiap tahun atau cidera disebabkan oleh 5 faktor
terdapat lebih dari 250 juta penyebab yang secara berurutan dan
kecelakaan di tempat kerja dan lebih berdiri sejajar antara faktor satu
dari 160 juta pekerja menderita dengan yang lainnya. Salah satu
penyakit akibat bahaya pada tempat domino tersebut adalah penyebab
kerja. Selain itu terdapat 1,2 juta langsung (immediate causes) yang
pekerja meninggal akibat kecelakaan terdiri dari tindakan tidak sesuai
ataupun sakit di tempat kerja.1 Data standar (substandard acts) dan
kecelakaan di Indonesia berdasarkan kondisi tidak sesuai standar
laporan BPJS Ketenagakerjaan tahun (substandard condtions).2
2017 sampai dengan bulan Agustus Perilaku tidak sesuai standar
telah terjadi 80.392 kasus kecelakaan adalah perilaku tidak aman yang
. berbahaya dalam bekerja. Perilaku
Teori kecelakaan kerja Loss tidak aman adalah suatu kegagalan
Causation Frank E. Bird menjelaskan dalam mengkuti persyaratan dan

563
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 5, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

prosedur-prosedur kerja yang benar yang berperilaku tidak aman, pihak K3


sehingga menyebabkan terjadinya akan memberikan teguran secara
kecelakaan kerja.3 Perilaku tidak lisan, apabila kesalahan tersebut
aman merupakan penyebab terbesar terulang maka pekerja tadi akan
terjadinya kecelakaan di tempat mendapatkan surat peringatan 1 dan
kerja.4 Peluang terjadinya kecelakaan akan mendapatkan sanksi berupa
kerja karena perilaku tidak aman denda setelah mendapatkan surat
sebesar 88%,kondisi tidak aman peringatan ke 2.
sebesar 10% dan 2% tidak diketahui Data laporan kecelakaan kerja PT
penyebabnya.5 X pada tahun 2017 sampai dengan
Menurut konsep perilaku oleh pertengahan tahun 2018 telah terjadi
Notoadmodjo, perilaku tidak aman 7 kasus kecelakaan yang disebabkan
disebabkan oleh faktor perilaku dan oleh faktor unsafe act. Pada bagian
diluar perilaku. Perilaku sendiri di lambung terdapat 4 kasus
tentukan oleh 3 faktor yakni kecelakaan, 2 kasus pada bagian
predisposisi, fakor pendukung dan Dock, dan 1 kasus kecelakaan pada
faktor pendorong. Faktor predisposisi bagian peralatan. Sedangkan
berupa karakteristik seseorang seperti persentase terjadinya kecelakaan tiap
pengetahuan, motivasi, dan sikap. bagian berdasarkan jumlah pekerja
Faktor pendukung terwujud dalam menunjukan bahwa data kecelakaan
lingkungan fisik dan fasilitas sarana pada bagian lambung sebesar 6,15%,
prasarana. Sedangkan faktor sedangkan bagian dock sebesar 5,4%
pendorong terwujud dalam sikap dan dan bagian peralatan sebesar 2,22%.
perilaku stakeholder dan dukungan Dari hasil pengamatan yang telah
kelompok masyarakat.6 dilakukan pada salah satu kapal yang
PT X merupakan perusahaan sedang dilakukan perbaikan, dari 8
galangan kapal swasta nasional yang pekerja lambung terdapat 3 pekerja
memberikan pelayanan jasa meliputi yang berperilaku tidak aman. Seorang
pemeliharaan, replikasi, overhauling, pekerja tidak menggunakan alat
listrik, pembersihan tangki, serta jasa pengaman saat bekerja di ketinggian
pelayanan terkait pelayaran lainnya. dan 2 orang pekerja tidak
Pekerjaan produksi pada PT X terdiri menggunakan APD sesuai dengan
dari 6 bagian yaitu lambung, dock, ketentuan.
outfitting, listrik, peralatan dan mesin. Selain itu, hasil wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala K3 banyak pekerja
dengan kepala bagian K3, PT X bagian lambung berperilaku tidak
memiliki beberapa program K3 antara aman. Perilaku tidak aman tersebut
lain adanya standar operasional yaitu tidak menggunakan APD sesuai
prosedur pada setiap pekerjaan, dengan ketentuan, tidak
induksi mengenai K3 pada setiap mengembalikan dan merapikan
pekerja dan kontraktor baru, pelatihan peralatan setelah bekerja, merokok di
tanggap darurat setiap 1 tahun sekali, tempat kerja, bercanda berlebihan di
safety talk setiap 1 bulan sekali yang tempat kerja, tidak menggunakan
berisi penyuluhan mengenai safety belt saat bekerja pada
keselamatan dan kesehatan pekerja ketinggian dan menggunakan
dalam bekerja. Selain itu juga peralatan yang tidak aman untuk
dilakukan pengawasan atau inspeksi bekerja.
setiap harinya dan terdapat sanksi Penelitian sebelumnya pada
bagi pekerja yang berperilaku tidak pekerja galangan kapal PT X tahun
aman. Apabila ditemukan pekerja 2017 mengenai faktor-faktor yang

564
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 5, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

berhubungan dengan tindakan tidak HASIL DAN PEMBAHASAN


aman, menunjukkan bahwa ada Tabel 1. Rekapitulasi Tabulasi Silang
hubungan antara penerapan K3, Perilaku
pengetahuan bahaya dan risiko, Perilaku Tota
Perilaku
praktik penggunaan APD, dan beban Variabel Tidak l
kerja dengan perilaku tidak aman Aman
Aman
pekerja.7 Penelitian lainnya pada f % f % f
pekerja mechanical maintenance Umur
tahun 2017 menunjukan bahwa ada 47, 52,
hubungan antara sikap, pengawasan, 18-40 tahun 10 11 21
6 4
pelatihan dan ketersediaan alat 36, 63,
pelindung diri (APD) dengan perilaku ≥40 tahun 7 12 19
8 2
tidak aman.8 Penelitian sebelumnya Masa Kerja
oleh Feddy Rony bahwa ada 62, 37,
hubungan antara umur dan masa <5 tahun 5 3 8
5 5
kerja dengan perilaku tidak aman.9 37, 62,
Berdasarkan beberapa >5 tahun 12 20 32
5 5
permasalahan tersebut, peneliti Pendidikan
bermaksud untuk mengetahui faktor- 50, 50,
faktor apa saja yang berhubungan SD 2 2 4
0 0
dengan perilaku tidak aman pada 63, 36,
pekerja bagian Lambung Galangan SMP 7 4 11
6 4
Kapal PT X. 36, 64,
SMA 9 16 25
0 0
METODE PENELITIAN Pengetahua
Jenis penelitian ini adalah n
penelitian kuantitatif. Metode 62, 37,
penelitian menggunakan studi cross- Kurang baik 10 6 16
5 5
sectional yang merupakan suatu 29, 70,
bentuk dari desain penelitian Baik 7 17 24
2 8
observasional. Populasi penelitian ini Sikap
adalah seluruh pekerja lapangan 66, 33,
bagian lambung galangan kapal PT X Kurang baik 8 4 12
7 3
yang berjumlah 60 orang. 32, 67,
Penghitungan sampel menggunakan Baik 9 19 28
1 9
rumus lameshow didapatkan 38 orang Pengawasa
sampel. Namun dalam penelitian ini n
sampel yang akan diteliti sebanyak 40 66, 33,
orang. Variabel bebas dalam Kurang baik 10 5 15
7 3
penelitian ini adalah usia, pendidikan, 32, 68,
lama kerja, pengetahuan, sikap, Baik 8 17 25
0 0
pengawasan, pelatihan K3, dan Pelatihan K3
ketersediaan fasilitas K3. Sedangkan 70, 30,
variabel terikat adalah perilaku tidak Kurang baik 7 3 10
0 0
aman. Pengambilan data 36, 63,
menggunakan instrument kuesioner. Baik 11 19 30
7 3
Analisis uji statistik menggunakan uji Fasilitas K3
Spearman dengan taraf kepercayaan 70, 30,
95%. Kurang baik 7 3 10
0 0
Baik 10 33, 20 66, 30

565
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 5, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

3 7 perilaku tidak aman pekerja bagian


lambung galangan kapal PT X. Hal
Tabel 2. Nilai p-value Hubungan tersebut terbukti dari hasil uji analisis
Variabel Bebas dengan Perilaku Tidak menggunakan spearman dan
Aman diperoleh nilai p value sebesar 0,504
Variabel P- Kesimpulan (>0,050). Hal ini disebabkan karena
value mereka telah terbiasa berperilaku
Umur 0,504 Tidak ada tidak aman dan menganggap remeh
hubungan bahaya yang ada. Umur hanyalah
Masa Kerja 0,211 Tidak ada salah satu faktor yang dapat
hubungan mempengaruhi perilaku tidak aman
Tingkat 0,186 Tidak ada pekerja, oleh sebab itu masih banyak
Pendidikan hubungan faktor lain yang dapat mempengaruhi
Pengetahuan 0,037 Ada perilaku tidak aman pekerja.
hubungan
Sikap 0,044 Tidak ada Masa Kerja dengan Perilaku Tidak
hubungan Aman
Pengawasan 0,037 Tidak ada Seiring dengan bertambahnya
hubungan umur maka pengalaman seseorang
Pelatihan K3 0,030 Tidak ada mengenai bahaya di tempat kerja
hubungan akan semakin baik, sehingga pada
Ketersediaan 0,043 Tidak ada pekerja dengan masa kerja yang lama
Fasilitas K3 hubungan akan lebih mengenal titik-titik bahaya
dan dapat semakin meminimalkan
Umur dengan Perilaku Tidak Aman terjadinya kesalahan.12 Masa kerja
Kewaspadaan seseorang akan berkaian dengan pengalaman
kecelakaan kerja akan meningkat seseorang selama menjalankan
seiring dengan berambahnya umur.10 pekerjaannya, pekerja yang
Dengan bertambahnya umur berpengalaman dipandang lebih
seseorang akan dapat menunjukan mampu melaksanakan dan
pola berpikir yang rasional, lebih memahami pekerjaannya.
dapat mengontrol emosi dan sifat Dari hasil penelitian dapat
lainnya yang menunjukkan diketahui bahwa pada masa kerja
kematangan secara intelektual dan baru lebih banyak berperilaku tidak
psikologis, Pekerja pada usia muda aman sebesar 62,5%, sedangkan
cenderung memiliki emosi yang tidak pada responden dengan masa kerja
stabil, dan memiliki anggapan remeh lama sebesar 37,5%. Berdasarkan
terhadap bahaya dan risiko yang hasil penelitian menunjukan bahwa
terdapat pada tempat kerja sehingga tidak ada hubungan antara masa kerja
dapat membuat pekerja menjadi dengan perilaku tidak aman pekerja
kurang berhati-hati dalam bekerja.11 bagian lambung galangan kapal PT X.
Dari hasil penelitian dapat Hal tersebut terbukti dari hasil uji
diketahui bahwa pada usia dewasa spearman dan diperoleh hasil p value
awal lebih banyak menerapkan sebesar 0,211 (>0,050).
perilaku tidak aman dalam bekerja Berdasarkan hasil wawancara,
sebesar 47,6%, dibandingkan dengan responden dengan kategori masa
pekerja usia dewasa madya sebesar kerja baru memiliki semangat kerja
36,8%. Berdasarkan hasil penelitian yang tinggi, oleh sebab itu mereka
menunjukan bahwa tidak ada ingin mengaktualisasikan dirinya
hubungan antara umur dengan dengan mentaati peraturan

566
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 5, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

keselamatan dan memberikan hasil pengalaman kerja banyak, serta telah


kerja terbaik agar diakui oleh mengikuti pelatihan-pelatihan sesuai
pengawas dan kepala bagian dengan pekerjaannya. Oleh sebab itu
lambung. Sedangkan responden pendidikan bukan merupakan faktor
yang telah bekerja lama dan belum utama dalam pembentuk perilaku
pernah mengalami cedera atau tidak aman pekerja bagian lambung
kecelakaan akan menganggap remeh galangan kapal PT X.
risiko akan pekerjaannya, kemudian
pekerja tersebut akan bersikap kurang Pengetahuan dengan Perilaku
baik, seperti tidak menggunakan alat Tidak Aman
pelindung lengkap ketika bekerja. Pengetahuan yang kurang akan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Tingkat Pendidikan dengan (K3) di lingkungan kerja menyebabkan
Perilaku Tidak Aman seseorang sulit untuk mengetahui
Pendidikan merupakan salah satu potensi bahaya yang ada di
karakteristik yang dimiliki seseorang sekitarnya, sehingga sulit untuk
dan dapat mempengaruhi perilaku menentukan tindakan dalam
pekerja.13 Pendidikan seseorang mengendalikan potensi bahaya
merupakan hal yang penting untuk tersebut. Oleh sebab itu seseorang
diperhatikan untuk meningkatkan akan menjadi kurang waspada
kesadaran dan arti pentingnya terhadap risiko yang dapat timbul dari
kesehatan dan keselamatan kerja.14 perilakunya selama bekerja.
Pendidikan menjadi salah satu faktor Berdasarkan hasil penelitan
yang menjadi dasar untuk diketahui bahwa perilaku tidak aman
memberikan motivasi terhadap lebih banyak ditemukan pada
perilaku seseorang dalam responden dengan pengetahuan
pengalaman belajarnya. Tingkat kurang baik sebesar 62,5%,
pendidikan pekerja dapat menunjukan dibandingkan dengan responden
seberapa besar pengetahuan serta dengan pengetahuan baik sebesar
bagaimana perilaku dalam bekerja.15 29,2%. Dari hasil wawancara
Hasil penelitian menunjukan diketahui masih terdapat pekerja yang
bahwa responden dengan tingkat tidak mengetahui kewajiban
pendidikan SMP lebih banyak menggunakan safety belt saat bekerja
berperilaku tidak aman sebesar di ketinggian lebih dari 2 meter dan
63,6%, sedangkan responden dengan bahaya bercanda saat bekerja. Tak
kategori pendidikan SMA lebih banyak hanya itu terdapat beberapa pekerja
memiliki perilaku aman sebesar 64%. yang belum mengetahui bahaya dan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui risiko akan pekerjaannya.
bahwa tidak ada hubungan antara Hasil uji penelitian menggunakan
tingkat pendidikan dengan perilaku uji spearman didapatkan nilai p value
tidak aman pekerja bagian lambung sebesar 0,037 (<0,050), sehingga ada
galangan kapal PT X. Hasil uji hubungan antara pengetahuan
spearman menunjukan hasil p value dengan perilaku tidak aman pekerja
0,186 (>0,050). bagian lambung galangan kapal PT X.
Pekerjaan pada bagian lambung Untuk meningkatkan tingkat
merupakan jenis pekerjaan yang pengetahuan pekerja, maka
membutuhkan suatu keterampilan dan dibutuhkan adanya sosialisasi
fisik, dibandingkan dengan pendidikan mengenai K3. Sosialisasi tersebut
formal. Selain itu telah banyak pekerja dapat berupa kegiatan Safety Talk,
yang memiliki masa kerja dan dan menegaskan mengenai potensi

567
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 5, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

bahaya, area wajib APD lengkap atau Hasil uji yang telah dilakukan
informasi K3 lainnya melalui menggunakan uji spearman,
poster,spanduk ataupun media didapatkan nilai p value 0,044
informasi lainnya. (<0,050), sehingga ada hubungan
Saat ini PT X telah memiliki antara sikap dengan perilaku tidak
program kegiatan safety talk setiap 1 aman pekerja bagian lambung
bulan sekali untuk menambah galangan kapal PT X. Hasil tersebut
pengetahuan pekerja, namun disebabkan karena sikap pekerja
berdasarkan hasil wawancara tersebut terbentuk dari pemahaman
menggunakan kuesioner 52,5% ataupun pengetahuannya mengenai
responden mengaku belum pernah perilaku tidak aman. Pengetahuan
mengikuti kegiatan tersebut. Hasil yang kurang baik, akan membentuk
wawancara mendalam dengan bagian pemikiran yang kurang baik,
keselamatan PT X, diketahui bahwa kemudian pemikiran yang kurang baik
kegiatan safety talk tersebut belum akan membentuk sikap yang kurang
dapat dilaksanakan secara rutin setiap baik juga. Sikap yang kurang baik
bulannya. Hal tersebut dikarenakan akan tidak menerapkan perilaku aman
sulitnya menentukan jadwal untuk dalam bekerja.17 Selain itu untuk
mengumpulkan semua pekerja. mewujudkan sikap menjadi suatu
perilaku atau tindakan maka
Sikap dengan Perilaku Tidak Aman diperlukan faktor pendukung seperti
Sikap adalah suatu hal yang fasilitas dan lainnya.13
bersifat kompleks, yang dapat
dinyatakan sebagai pernyataan Pengawasan dengan Perilaku Tidak
evaluatif, baik menyenangkan Aman
ataupun tidak menyenangkan. Selain Pengawas merupakan kunci
itu sikap juga dapat berupa penilaian- dalam mempengaruhi pengetahuan
penilaian mengenai suatu objek, dan sikap pekerja yang berada dalam
mausia serta peristiwa-peristiwa tanggung jawabnya. Pengawas
terkait dengan perilaku aman.16 Sikap sangat penting untuk memberikan
merupakan determinan penting dalam teguran terhadap pekerja yang
keselamatan kerja.3 melakukan tindakan tidak aman
Hasil peneltian menunjukan ataupun memberikan pujian pada saat
bahwa perilaku tidak aman lebih pekerja megikuti prosedur kerja
banyak terdapat pada responden dengan baik.18
dengan kategori sikap kurang baik Dari hasil penelitian diketahui
yaitu sebesar 66,7%, sedangkan bahwa lebih banyak responden
responden dengan perilaku tidak dengan perilaku tidak aman pada
aman dan kategori sikap baik sebesar kategori pengawasan kurang baik
32,1%. Berdasarkan wawancara, sebanyak 66,7%, dibandingkan
masih banyak pekerja yang dengan responden kategori
menganggap bahwa menggunakan pengawasan baik sebesar 32%. Hasil
safety belt untuk bekerja mengganggu uji statistik menunjukan bahwa ada
pergerakan dan bercanda saat hubungan antara pengawasan
bekerja adalah hal yang wajar unuk dengan perilaku tidak aman pekerja
dilakukan. Selain itu masih banyak bagian lambung galangan kapal PT X.
pekerja yang menganggap bahwa Hal tersebut dibuktikan dengan hasil
keselamatan bukan merupakan uji spearman dengan nilai p value
tanggung jawab bersama. sebesar 0,033 (<0,050).

568
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 5, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Pengawasan terhadap pekerja aman. Hal tersebut dibuktikan dengan


harus semakin ditingkatkan agar tidak nilai p value sebesar 0,030 yang
ditemukan lagi pekerja yang didapatkan dari uji spearman.
berperilaku tidak aman. Berdasarkan Program pelatihan K3 kepada pekerja
hasil wawancara diketahui bahwa harus lebih ditingkatkan agar pekerja
masih terdapat pekerja yang merasa tidak hanya semakin berperilaku
bahwa jarang diberitahukan oleh aman dalam bekerja namun juga
pengawas mengenai potensi bahaya dapat meningkatkan keterampilan
dari pekerjaannya dan jarang pekerja yang nantinya dapat
mendapat arahan untuk bekerja aman meningkatkan produktivitas.
dari pengawas. Beberapa pekerja
juga mengatakan bahwa terkadang Ketersediaan Fasilitas K3 dengan
pengawas masih mengabaikan Perilaku Tidak Aman
pekerja yang tidak menggunakan APD Ketersediaan sarana-prasarana
lengkap dan bekerja dengan tidak yang baik mendukung tindakan
aman. pekerja berperilaku selamat dalam
bekerja.12 Diperlukan adanya
Pelatihan K3 dengan Perilaku Tidak ketersediaan fasilitas K3 untuk dapat
Aman mewujudkan sikap dan persepsi
Pelatihan K3 adalah salah satu seseorang menjadi suatu perilaku.13
bentuk proses pendidikan melalui Semakin tersedianya fasilitas
training, sehingga pekerja akan keselamatan kerja semakin sedikit
memperoleh pengalaman- kemungkinan terjadinya kecelakaan
pengalaman belajar yang dapat kerja.20
menimbulkan perubahan perilaku Dari hasil penelitian diketahui
mereka.6 Pelatihan K3 lebih bahwa lebih banyak responden
difokuskan pada penggunaan alat-alat dengan kategori ketersediaan fasilitas
keselamatan dan prosedur-prosedur K3 kurang baik sebanyak 70%,
kerja yang aman untuk mencegah dibandingkan dengan responden
terjadinya kecelakaan kerja.19 kategori ketersediaan fasilitas K3 baik
Hasil penelitian menunjukan sebesar 33,3%. Berdasarkan hasil
bahwa perilaku tidak aman lebih penelitian menunjukan bahwa ada
banyak dilakukan pada kategori hubungan antara ketersediaan
pelatihan K3 kurang baik sebesar fasilitas K3 dengan perilaku tidak
70%, dibandingkan pada kategori aman pekerja bagian lambung
pelatihan K3 baik sebesar 36,7%. Dari galangan kapal PT X. Hal tersebut
hasil wawancara masih banyak dibuktikan dengan hasil uji spearman
responden yang belum pernah dengan nilai p value sebesar 0,043
mengikuti kegiatan safety talk. (<0,050).
Menurut keterangan pihak K3 Ketersediaan fasilitas K3
kegiatan safety talk merupakan merupakan salah satu wujud dari
program yang dilakukan secara rutin faktor pendukung dalam terbentuknya
setiap bulannya, akan tetapi pada perilaku.13 Berdasarkan hasil
praktiknya kegiatan tersebut belum wawancara, diketahui bahwa salah
dilakukan secara rutin dikarenakan satu faktor yang mengakibatkan
sulitnya mencari waktu yang sesuai responden memiliki perilaku tidak
untuk dilakukan kegiatan tersebut. aman yaitu sulitnya mendapatkan alat
Berdasarkan hasil penelitian pelindung diri (APD) ketika APD lama
diketahui bahwa ada hubungan antara mereka rusak. Pekerja merasa
pelatihan K3 dengan Perilaku tidak kesulitan untuk mendapatkan alat

569
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 5, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

pelindung diri seperti kacamata kerja, DAFTAR PUSTAKA


masker, dan sarung tangan ketika 1. ILO. Keselamatan dan
APD tersebut telah rusak. Oleh sebab Kesehatan Kerja di Tempat
itu sebaiknya PT X segera mengganti Kerja. 1st ed. Jakarta:
APD pekerja yang rusak dengan yang Internatonal Labour Office;
baru. 2013.

KESIMPULAN DAN SARAN 2. Soehatman Ramli. Sistem


Berdasarkan hasil penelitian yang Manajemen Keselamatan dan
telah dilakukan dapat diambil Kesehatan Kerja. Jakarta: Dian
kesimpulan bahwa tidak ada Rakyat; 2010.
hubungan antara umur, masa kerja,
dan tingkat pendidikan dengan 3. Winarsunu. Psikologi
perilaku tidak aman. Sedangkan ada Keselamatan Kerja. Malang: UP
hubungan antara pengetahuan, sikap, Penerbitan Universutas
pengawasan, pelatihan K3 dan Muhammadiyah Malang; 2008.
ketersediaan fasilitas K3 dengan
perilaku tidak aman. 4. Tarwaka. Keselamaan,
Saran bagi pemilik perusahaan Kesehatan Kerja dan Ergonom
yaitu mengadakan sosialisasi (K3E) dalam Perspekif Bisnis.
mengenai K3 secara rutin setiap bulan Surakarta: Harapan Press;
untuk menambah pengetahuan 2015.
pekerja dapat berupa kegiatan Safety
Talk dan lebih menegaskan kepada 5. H.W.Heinrich. Industrial Accident
pekerja mengenai potensi bahaya, Prevention. New York: Mc Graw-
area wajib APD lengkap atau Hill; 1980.
informasi K3 lainnya melalui poster,
spanduk ataupun media informasi 6. Notoadmodjo S. Pendidikan dan
lainnya, contohnya seperti poster Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT
bahaya pengelasan dan kebutuhan Rineka Cipta; 2003.
APD yang sesuai. Selain itu
perusahaan juga perlu meningkatkan 7. Swastiko, Tri R. Faktor-Faktor
program pelatihan K3 kepada pekerja yang Berhubungan dengan
agar pekerja semakin berperilaku Tindakan Tidak Aman (Unsafe
aman serta melakukan penggantian Action) Pada Pekerja Galangan
segera alat pelindung diri (APD) Kapal (Studi Di Galangan Kapal
pekerja yang telah rusak dengan APD PT. X). Semarang: Universitas
baru. Muhamadiyah Semarang; 2017.
Saran bagi pengawas yaitu lebih
meningkatkan supervisi kepada 8. Setiarsih Y. Hubungan
pekerja karena masih didapati pekerja Karakteristik Pekerja, Promosi
yang merasa kurangnya supervisi dari K3, dan Ketersediaan Alat
pengawas. Bagi pekerja sebaiknya Pelindung Diri (APD) dengan
selalu mmastikan diri bekerja sesuai Perilaku Tidak Aman. Fakultas
dengan prosedur kerja aman di Kesehatan Masyarakat
tempat kerja serta mengikuti kegiatan Universitas Diponegoro; 2017.
sosialisasi dan program pelatihan K3
yang diseleggarakan oleh 9. Saragih FRP, Lubis HS, Tarigan
perusahaan. L. Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Perilaku

570
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 5, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Tidak Aman pada Pekerja


Lapangan PT. Telkom Cabang 18. Halimah S. Faktor-Faktor yang
Sidikalang Kabupaten Kediri. Mempengaruhi Perilaku Aman
Medan; 2014. Karyawan di PT. SIM Plant
Tambun. Jakarta; 2010.
10. Suma’mur. Ergonomi untuk
Produktivitas Kerja. Jakarta: CV 19. Bancin AM. Faktor-Faktor yang
Haji Masagung; 1996. Memengaruhi Tindakan Tidak
Aman (Unsafe Action) pada
11. Datuh Inayah. Hubungan Pekerja di P. Kharisma
Karakterisik Individu dan Cakranusa. Medan: Fakultas
Pengawasan K3 dengan Unsafe Kesehatan Masyarakat
Action Tenaga Kerja Bongkar Universitas Sumatera Utara;
Muat. Surabaya; 2017. 2016.

12. Suma’mur. Higiene Perusahaan 20. Yenita RN. Higiene Industri. 1st
dan Kesehatan Kerja. Jakarta: ed. Yogyakarta: CV Budi Utama;
Sagung Seto; 2009. 2017.

13. Notoamodjo S. Promosi


Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
Jakarta: Rineka Cipta; 2012.

14. Permana S. Hubungan Personal


Faktor dengan Unsafe Action
Proses Pemasangan Pipa Baja
oleh PT. Putra Negara
Surabaya. Universitas
Aiirlangga; 2014.

15. Pratama AK. Hubungan


Karakteristik Pekerja dengan
Unsafe Action Pada Tenaga
Kerja Bongkar Muat di PT.
Terminal Petikemas Surabaya.
Indonesian Journal Occupational
Safety and Health. 2015;4(1).

16. Robbins SP. Perilaku


Organisasi : Konsep,
Kontroversi, Aplikasi. Jakarta:
Prenhallindo; 2001.

17. Listianti AN, Faisya AF, Camelia


A. Analisis Perilaku Aman pada
Pekerja Galangan Kapal di PT
Dok & Perkapalan Kodja Bahari
(Persero) Cabang Palembang
Periode Oktober Tahun 2012.
Vol. 4. 2013.

571

You might also like