1 PB PDF
1 PB PDF
1 PB PDF
(Diversity of Fungi Mushroom in The Secondary Forest Area of IUPHHK-HTI PT. Bhatara
Alam Lestari Mempawah Districk)
Abstract
Macroscopic fungi have an important role for sustainable forest ecosystems. This study aims to
describe the diversity of macroscopic fungi species in secondary forest areas in the area of IUPHHK-
HTI PT. Bhatara Alam Lestari Bukit Batu village of Mempawah districk. This research used survey
method with purposive sampling technique and macroscopic fungi inventory using a 5m × 5m double
plot of 14 plots with total area of 0.035 ha observation plot. In the study sites, 33 macroscopic fungi
were found from 15 families, namely Agaricaceae, Boletaceae, Ganodermataceae, Hygrophoraceae,
Inocybaceae, Marasmiaceae, Meruliaceae, Mycenaceae, Physalacriaceae, Polyporaceae,
Psathyrellaceae, Sarcoscyphaceae, Stereaceae, Strophariaceae and Xylariaceae. The highest number
of Polyporaceae family species were Lentinus squarosulus, Polyporus arcularia, Microporus affinis,
Microporus sp., Tremetes versicolor, Tremetes sp. (1) and Tremetes sp. (2). Macroscopic fungi were
found to have benefits for humans as foodstuffs such as B. suptomentosus, R. caperata, L. squarosulus,
P. arcularia and C. Tricholoma. Species which were benefited as medicines Ganoderma sp., G.
lucidum, G. applantum, G. tesugae, G. boninense and X. Polymorpha. Where as species which were
benefited as souvenirs were Microporus sp., M. afinis, Stereum sp. and Stereum osrea. Macroscopic
fungi that have ecological benefits as saprophytes were Leucocoprinus sp., Lepiota sp., Ganoderma
sp., G. lucidum, G. applantum, G. tesugae, G. boninense, Hygrocibe sp., H. miniata, R. caperata, M.
scorodonius, M. haematocepala, C. septentrionalis, Mycena sp., M. panaeolus, M. delicatella, C.
asprata, L. squarosulus, P. arcularia, Microporus sp., M. afinis, T. versicolor, Tremetes sp. (1),
Tremetes sp. (2), P. condolleana, C. tricholoma, Stereum sp., Stereum osrea, G. leiteopiridis, G.
braendlei, X. polymorpha. Macroscopic fungi which have ecological benefits as ectomycorrhiza
namely Tylopilus sp. and B. suptomentosus.
Keywords: Edible mushroom, Macroscopic Fungi, Polyporaceae, saprophyte, Secondary Forest.
569
JURNAL HUTAN LESTARI (2018)
Vol. 6 (3) : 569 – 582
570
JURNAL HUTAN LESTARI (2018)
Vol. 6 (3) : 569 – 582
fotonya dan diambil perwakilan dari jenis (2012), Hasanuddin (2014), Anggraini et
tersebut untuk dibuat spesimen. Awetan al. (2015).
basah direndam alkohol 70 % agar tidak HASIL DAN PEMBAHASAN
diserang jamur selama penyimpanan. Jumlah jenis jamur makroskopis di
Awetan kering digunakan untuk jenis kawasan hutan sekunder areal
jamur yang bertekstur keras dengan hanya IUPHHK-HTI PT. Bhatara Alam
membasahkan atau cukup menyemprotkan Lestari kabupaten Mempawah
alkohol agar jamur tidak rusak selama Hasil penelitian menunjukkan
disimpan. Identifikasi jamur makroskopis terdapat 33 jenis jamur makroskopis dari
mengunakan buku identifikasi jamur 15 famili dan famili terbanyak adalah
Mushrooms Of North America (Phillips, Polyporaceae yang terdiri dari 7 jenis
1999) dan jurnal hasil penelitian tentang (Gambar 1).
jamur makroskopis oleh Wahyudi et al.
Inocybaceae
Physalacriaceae
Meruliaceae
Hygrophoraceae
Stereaceae
Psathyrellaceae
Marasmiaceae
Famili
Polyporaceae
Strophariaceae
Agaricaceae
Boletaceae
Xylariaceae
Ganodermataceae
Mycenaceae
Sarcoscyphaceae
0 1 2 3 4 5 6 7
Jumlah jenis
571
JURNAL HUTAN LESTARI (2018)
Vol. 6 (3) : 569 – 582
572
JURNAL HUTAN LESTARI (2018)
Vol. 6 (3) : 569 – 582
Tabel 1 menunjukkan bahwa indeks jamur dengan nilai indeks penting (INP)
nilai penting (INP) tertinggi adalah jenis yang tinggi mencirikan bahwa jamur
Ganoderma applantum, diikuti oleh mempunyai peranan besar dalam suatu
Ganoderma lucidum dan Ganoderma sp. kawasan hutan. Indeks Morisita
Hal ini berarti bahwa jenis-jenis yang menunjukkan bahwa tidak semua jenis
ditemukan mempunyai kemampuan jamur makroskopis yang ditemukan
untuk beradaptasi dengan lokasi pola penyebarannya berkelompok atau
tersebut, serta pola penyebaran yang berkoloni, karena ditemukan juga jenis
lebih baik dibandingkan dengan jenis jamur makroskopis dengan pola
jamur lainnya. Menurut Indrianto penyebaran yang cenderung acak dan
(1988), menyatakan bahwa jenis-jenis tumbuh bersifat soliter.
573
JURNAL HUTAN LESTARI (2018)
Vol. 6 (3) : 569 – 582
Cookeina tricholoma
574
JURNAL HUTAN LESTARI (2018)
Vol. 6 (3) : 569 – 582
G. tesugae G. boninense
4. Xylaria, memiliki tubuh buah dan askospora. Tumbuh di kayu mati,
berbentuk gada, berwarna putih dengan hidup soliter atau berkelompok dan
tangkai (stipe) silindris. Tubuh buahnya tidak dapat dikonsumsi. Spesies yang
sangat keras, pada bagian ditemukan yaitu, X. polymorpha.
permukaannya banyak terdapat askus
X. polymorpha
575
JURNAL HUTAN LESTARI (2018)
Vol. 6 (3) : 569 – 582
Tyopilus sp.
6. Ciptotrama, memiliki bentuk tudung Tudung berukuran 2-3 cm, tangkai
seperti payung berwarna kuning, berukuran 2-5 cm. Tumbuh di kayu
permukaan tudung kering, daging yang membusuk dan tidak dapat
tubuh buah berwarna putih atau dikonsumsi. Spesies yang ditemukan
kuning pucat, tanpa bau yang khas. yaitu, C. asprata.
C. asprata
7. Leucocoprinus, memiliki tudung rapuh, berwarna abu-abu kekuningan
berbentuk payung berdiameter 1-4 dengan sisik-sisik dan memiliki
cm, tudung bergaris-garis (striate), cincin (annulus). Tumbuh di serasah,
berwarna putih susu bagian tengah hidup soliter atau tersebar dan tidak
berwarna abu-abu. Panjang tangkai dapat dikonsumsi. Spesies yang
4-10 cm, tangkai mudah patah atau ditemukan yaitu, Leucocoprinus sp.
Leucocoprinus sp.
576
JURNAL HUTAN LESTARI (2018)
Vol. 6 (3) : 569 – 582
G. leiteopiridis G. braendlei
9. Lentinus, memiliki tudung seperti tangkai berserat dan liat dan
gelas berbibir berdiameter 1-3 cm, memiliki cincin (annulus). Tumbuh
bagian dalam tudung berwarna putih di kayu lapuk, hidup soliter dan
keabu-abuan bagian luar berwarna dapat dikonsumsi sebagai bahan
putih. Panjang tangkai 1-2 cm, agak makanan. Spesies yang ditemukan
membesar pada bagian pangkalnya, yaitu, L. sguarosulus.
L. sguarosulus
10. Polyporus, memiliki tudung tangkai 1-3 cm, tebal 2-4 mm,
berdiameter 1–8 cm, bentuk berwarna coklat kekuningan. Hidup
cembung seperti pas bunga, soliter pada kayu mati, dapat
permukaan kering, berwarna coklat dikonsumsi sebagai bahan
emas hingga coklat gelap, bersisik, makanan. Spesies yang ditemukan
bagian tepi bersilia. Daging buah yaitu, P. arcularia.
tipis, berwarna putih, liat. Panjang
P. arcularia
577
JURNAL HUTAN LESTARI (2018)
Vol. 6 (3) : 569 – 582
11. Marasmius, memiliki tudung terang dan lebih besar, bau seperti
berdiameter 1–3 cm, berwarna bawang putih. Hidup di serasah dan
orange, bagian tepi putih, berlendir, tersebar, tidak dapat dikonsumsi.
bergelombang. Panjang tangkai 3-7 Spesies yang ditemukan yaitu, M.
cm, berwarna abu-abu, coklat gelap Scorodonius, M. haematocepala.
pada bagian dasar, bagian atas lebih
M. Scorodonius M. haematocepala
12. Rozites, memiliki tudung bagian pangkal. Hidup di serasah
berdiameter 2–5 cm, berwarna abu- dan tersebar, tidak dapat
abu, permukaan kering. Panjang dikonsumsi. Spesies yang
tangkai 1-3 cm, berwarna putih, ditemukan yaitu, R. caperata.
beserat dan liat, agak membesar
R. caperata
13. Psathyrella, memiliki tudung rapuh. Hidup di kayu yang sudah
berdiameter 1–2 cm, warna putih melapuk sebagai sumber
bintik-bintik orange, permukaan makanannya, tidak dapat
kering. Panjang tangkai 1-3 cm, dikonsumsi. Spesies yang
berwarna putih, mudah patah atau ditemukan yaitu, P. condolleana.
P. condolleana
14. Stereum, Tubuh buah tipis, keras, liat tipis, liat. Tidak mempunyai tangkai.
ketika basah kaku, ketika kering Tumbuh di kayu lapuk, hidup
melengkung. Tudung berdiameter 3– berkelompokndan tidak dapat
8 cm, permukaan kering, berwarna dikonsumsi karena struktur daging
coklat muda keabu-abuan, bagian tepi yang keras. Spesies yang ditemukan
berwarna putih, keseluruhan yaitu, Stereum sp., S. osrea.
warnanya bervariasi. Daging buah
578
JURNAL HUTAN LESTARI (2018)
Vol. 6 (3) : 569 – 582
B. suptomentosus
16. Hygrocibe, tudung berdiameter 1–5 sama dengan tudung. Tumbuh di
cm, berbentuk cembung, tumpul pada tanah lembab berhumus, kayu lapuk.
bagian tengah permukaannya licin, Hidup soliter atau bergerombol dan
lembab, dan mengkilap, berwarna tidak dapat dikonsumsi. Spesies yang
merah. Panjang tangkai 3–6 cm, ditemukan yaitu, H. miniata dan
terdapat lubang di tengahnya, warna Hygrocibe sp.
C. septentrionalis
579
JURNAL HUTAN LESTARI (2018)
Vol. 6 (3) : 569 – 582
Lepiota sp.
19. Microporus, tudung berdiameter 2- Spora berwarna hitam, tumbuh
3 cm, bentuk seperti kipas/papan, pada kayu lapuk, hidup berkoloni,
ketebalan 1–2 mm, permukaan tidak dikonsumsi. Spesies yang
kasar, berwarna hitam, bagian tepi ditemukan yaitu, Microporus sp.
berlekuk tipis, buah daging tipis dan M. affinis.
namun liat. Tidak memiliki tangkai.
580
JURNAL HUTAN LESTARI (2018)
Vol. 6 (3) : 569 – 582
HTI PT. Bhatara Alam Lestari kabupaten Indrianto. 1988. Pengantar Ekologi. PT.
Mempawah. Proborini (2006), Bumi Aksara. Jakarta.
menyatakan bahwa jamur berperan Juminarti L. 2011. Keanekaragaman Jenis
sebagai dekomposer bersama dengan Jamur Kayu Makroskopis dalam
bakteri dan beberapa spesies protozoa, Kawasan Hutan Adat Pengajit Desa
sehingga banyak membantu proses Sahaan Kecamatan Seluas
Kabupaten Bengkayang. Fakultas
dekomposisi bahan organik untuk
Kehutanan Universitas
mempercepat siklus materi dalam Tanjungpura. Pontianak.
ekosistem hutan.
Molina RD, Pilz J, Smith S, Dunham T,
KESIMPULAN
Dreisbach T, O’Dell, M Castellano.
Di kawasan hutan sekunder areal 2001. Conservation and
IUPHHK-HTI PT. Bhatara Alam Lestari Management of Forest Fungi in The
desa Bukit Batu kabupaten Mempawah Pacific Northwestern United States:
ditemukan 33 jenis jamur makroskopis An Integrated Ecosystem Approach.
dan 15 famili yang didominasi oleh famili Cambridge University Press.
Polyporaceae. Jamur makroskopis yang Cambridge.
ditemukan sebagian besar dapat tumbuh Muniarti N. 2010. Keanekaragaman Jenis
baik pada sarasah dan kayu lapuk. Jamur Jamur Kayu Makroskopis di Hutan
juga berperan penting sebagai decomposer Rawa Gambut pada Plot Permanen
Simpur Hutan Desa Kuala Dua
yang dapat membentuk jarring-jaring
Kabupaten Kubu Raya. Fakultas
makanan bagi tumbuhan atau ekosistem Kehutanan Universitas
hutan. Tanjungpura. Pontianak.
DAFTAR PUSTAKA Munir E. 2006. Pemanfaatan Mikroba
Anggraini K, Kotimah S, Turnip M. 2015. dalam Bioremediasi: Suatu
Jenis-jenis Jamur Makroskopis di Teknologi Alternatif untuk
Hutan Hujan Mas Desa Kawat Pelestarian Lingkungan. Pidato
Kecamatan Tayan Hilir Kabupaten Pengukuhan Jabatan Guru Besar
Sanggau. Jurnal Protobiont 4(3): Tetap dalam Bidang Mikrobiologi
60-64. FMIPA USU. USU Repository.
Frischa TMS. 2017. Keanekaragaman Medan.
Jenis Jamur Makroskopis Di Hutan Odum EP. 1993. Dasar-dasar Ekologi.
Geopark Merangin Provinsi Jambi Gadjah Mada University Press.
Sebagai Pengayaan Materi Ajar Yogyakarta.
Mikologi. Skripsi. Fakultas
Phillips R. 1999. Mushrooms Of North
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
America. Little, Brown and
Universitas. Jambi.
Company. Canada.
Hasanuddin. 2014. Jenis Jamur Kayu
Proborini MW. 2006. Eksplorasi dan
Makroskopis Sebagai Media
Identifikasi Jenis-jenis Jamur Klas
Pembelajaran Biologi. Jurnal Biotik
Basidiomycetes di Kawasan Bukit
2(1): 1-76.
Jimbaran Bali. Jurnal Biologi 16(2):
47-47.
581
JURNAL HUTAN LESTARI (2018)
Vol. 6 (3) : 569 – 582
582