Hubungan Indeks Massa Tubuh Ibu Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah Di Rsud Wonosari Gunungkidul

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH IBU DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR

RENDAH DI RSUD WONOSARI GUNUNGKIDUL

Mutiara FatinahEndah1, Marianingsih Theresia2, Heni Puji Wahyuningsih3


1,2,3
Politeknik Kesehatan Kemenkes Yogyakarta

ABSTRACT
Low birthweight is a baby who is born weighing less than <2500 gram. Low birthweight is one of the most causes of the neonatal
morbidity and mortality in Indonesia. The highest incidence of low birthweight in DIY province was happened in Gunung Kidul district
(7.33%). Low birthweight is caused by many factors such as the mother's nutrition status. Body Mass Index (BMI) is one of
indicators to measure the nutrition status on adults. In Indonesia, the ideal body weight of a woman during her first trisemester is 45-
65 kg, while mother's weight >45 kg can possibly have low BMI. The objective of this study is to know the correlation between the
body mass index of mothers and the incidence of low birthweight. The design of this study used case control. Total sample was 326
newborn babies which consisted of 163 babies in the case group and 163 babies in the control group who had fulfilled the inclusive
and exclusive criteria. The data was collected from the medical records since January-December 2015 with purposive sampling
technique. The data analysis used chi-square, OR and logistic regression. The result of bivariat analysis showed the variables
which were correlated with the incidence of low birthweight i.e. BMI of mothers (p=0.000, OR: 2.4), age (p=0.028, OR: 1.6) and
anemia TM III (p=0.017, OR: 1.7), while the parity variable was not correlated with the incidence of low birthweight (p=0.0912, OR:
1.02). The result of multivariate analysis showed that BMI of mothers was the most correlated variable with the incidence of low
birthweight (p=0.000, OR: 2.8). Mothers with low BMI was 2,8 times at risk of having babies with low birthweight than mothers with
normal BMI. This study concluded that there was a correlation between mothers' BMI, age and anemia TM 3 with the incidence of
low birthweight. Low BMI was the most risked variable for mothers to bear babies with low birthweight. Low BMI increased the
incidence of low birthweight.

Keywords: Low birthweight, Mothers' Body Mass Index

INTISARI
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat <2500 gram. BBLR merupakan salah satu penyebab morbiditas
dan mortalitas neonatal tertinggi di Indonesia. Kejadian BBLR di Provinsi DIY tertinggi dialami Kabupaten Gunungkidul (7,33%).
BBLR disebabkan oleh banyak faktor salah satunya status gizi ibu. IMT merupakan salah satu alat untuk mengukur status gizi orang
dewasa, di Indonesia berat badan ideal calon ibu saat memulai kehamilan adalah antara 45-65 kg, padahal ibu dengan BB >45 kg
bisa saja memiliki IMT rendah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan IMT ibu dengan kejadian BBLR. Desain penelitian
adalah case control. Total sampel 326 bayi baru lahir terdiri dari 163 kasus dan 163 kontrol yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi. Data diambil dari rekam medis dari bulan Januari-Desember 2015 dengan teknik purposive sampling. Analisis data
menggunakan chi-square, OR dan regresi logistik. Hasil analisis bivariat menunjukkan variabel yang berhubungan dengan kejadian
BBLR yaitu: IMT Ibu (p=0,000 OR: 2,4), usia (p=0,028 OR: 1,6) dan anemia TM III (p=0,017 OR: 1,7) sedangkan variabel paritas
tidak berhubungan dengan kejadian BBLR (p=0,0912 OR:1,02). Hasil analisis multivariat menunjukkan IMT ibu merupakan variabel
yang paling berpeluang terhadap kejadian BBLR (p=0,000, OR: 2,8). Ibu dengan IMT berisiko berpeluang 2,8 kali lebih besar
melahirkan bayi BBLR dibandingkan pada ibu dengan IMT tidak berisiko. Kesimpulan pada penelitian ini ada hubungan IMT ibu,
usia dan anemia TM 3 dengan kejadian BBLR. IMT berisiko merupakan variabel yang paling berpengaruh untuk melahirkan bayi
BBLR. IMT yang berisiko meningkatkan kejadian BBLR pada bayi.

Kata Kunci: Bayi Berat Lahir Rendah, Indeks Massa Tubuh Ibu

8
Fatinah, Theresia, Wahyuningsih, Hubungan Indeks Massa Tubuh Ibu ..............

PENDAHULUAN Natal Care (ANC) di Indonesia. Di Indonesia berat


Angka kematian bayi dan anak badan ideal calon ibu saat mulai kehamilan adalah
mencerminkan tingkat pembangunan kesehatan antara 45-65 kg, padahal ibu yang memiliki BB >45
dari suatu negara serta kualitas hidup dari kg bisa saja memiliki indeks massa tubuh (IMT)
masyarakatnya. Kejadian kematian tertinggi pada rendah yang menunjukkan ketidaksesuaian antara
bayi dan balita terjadi pada masa neonatus.1 Pada BB dengan TB.7,8
kenyataannya angka Kematian Neonatus (AKN) IMT merupakan alat sederhana untuk
pada tahun 2012 sama dengan AKN tahun 2007 memantau status gizi orang dewasa khususnya
yaitu sebesar 19 per 1.000 kelahiran hidup. yang berkaitan dengan kelebihan dan kekurangan
Komplikasi yang menjadi penyebab kematian berat badan, Di Indonesia dan negara berkembang
terbanyak yaitu asfiksia, bayi berat lahir rendah lainnya masih jarang ditemukan ibu yang
(BBLR), dan infeksi.
2
mempersiapkan kehamilannya.9,10 Hal ini terlihat
World Health Organization (WHO) dari data yang menunjukkan prevalensi penduduk
mendefinisikan low birth weight (LBW) atau bayi dewasa yang kurus terbanyak berada di rentang
berat lahir rendah (BBLR) sebagai bayi yang lahir usia 19-34 tahun padahal usia tersebut merupakan
dengan berat badan <2500 gram. Secara waktu reproduksi sehat dan umur ideal menikah,
keseluruhan, diperkirakan bahwa 15%-20% dari sehingga akan banyak ditemukan ibu hamil
semua kelahiran di seluruh dunia adalah berat direntang umur tersebut. Hasil studi pendahuluan
badan lahir rendah, mewakili lebih dari 20 juta yang dilakukan pada tanggal 10-24 Juni 2016 di
kelahiran per tahun.3 ruang nifas RSUD Wonosari menunjukkan dari 27
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) ibu bersalin terdapat 8 ibu yang memiliki IMT yang
menyatakan terjadi penurunan kejadian BBLR kurus, dari 8 ibu dengan IMT kurus tersebut terdapat
dalam tiga tahun yaitu sebesar 11,1% pada tahun 2 ibu yang melahirkan bayi yang BBLR.11,12,13
2010 dan menjadi 10,2% pada tahun 2013, tetapi Tujuan dari penelitian ini adalah
angka tersebut masih menjadi masalah kesehatan. diketahuinya hubungan indeks massa tubuh ibu
Bayi berat lahir rendah (BBLR) menjadi masalah dengan kejadian bayi berat lahir rendah di RSUD
kesehatan masyarakat apabila prevalensinya 5%.
4
wonosari Gunungkidul. Manfaat dari penelitian ini
Angka kejadian BBLR tertinggi di Provinsi Daerah diharapkan berguna untuk menambah referensi,
Istimewa Yogyakarta (DIY) dialami oleh Kabupaten masukan, dan evaluasi mengenai indeks massa
Gunungkidul (7,33%) dengan angka kejadian tubuh ibu sehingga dapat dlakukan pencegahan
BBLR yang meningkat dari tahun 2014 (6,2%) ke terhadap kejadian BBLR pada bayi baru lahir.
tahun 2015 (7,33%).5
BBLR dapat disebabkan oleh: (1) sosial METODE
demografi (ras, pendidikan, status sosial ekonomi, Penelitian ini menggunakan jenis penelitian
usia ibu, gizi hamil dan IMT), (2) obstetri (Paritas observasional analitik dengan menggunakan
dan Pre eklamsia), (3) Penyakit ibu (hipertensi), (4) desain penelitian case control. Penelitian ini
infeksi dan lingkungan (malaria), (5) karakteristik dilakukan di RSUD Wonosari Gunungkidul pada
bayi (jenis kelamin dan kelainan kongenital) dan (5) tanggal 1-30 November 2016. Populasi dalam
kebiasan (merokok dan alkoholik). Sedangkan penelitian ini adalah semua bayi yang dilahirkan di
menurut Demelash (2015) faktor yang RSUD Wonosari dan tercatat pada data rekam
menyebabkan BBLR yaitu: (1) Sosial ekonomi (ibu medis RSUD Wonosari pada tahun 2015. Teknik
underweight, usia ibu, pendapatan, pendidikan dan pengambilan sampel menggunakan purpossive
tinggal di pedesaan), (2) faktor ibu (menghadapi sampling. Subjek penelitian terdiri dari dua
masalah kesehatan, tinggi ibu <1,5 m, jarak kelompok yaitu kelompok kasus (bayi yang
kehamilan <2 tahun dan tidak ANC), (3) faktor mengalami BBLR) dan kelompok kontrol (bayi yang
lingkungan (penggunaan kayu bakar dan tidak tidak mengalami BBLR). Setiap kelompok terdiri
6
memiliki dapur. dari 163 subjek, sehingga total sampel adalah 326
Pencatatan berat dan tinggi badan ibu di subjek. Kriteria inklusi pada penelitian ini yaitu: Bayi
awal kehamilan atau sebelum kehamilan yang lahir dari ibu yang memiliki data yang lengkap
merupakan hal yang perlu mendapat perhatian meliputi: tinggi badan dan berat badan ibu sebelum
yang serius sebagai salah satu indikator kesehatan hamil dan atau IMT ibu pada lembar status gizi serta
ibu, agar ketika hamil dari segi fisik sudah siap dan data usia, paritas, status anemiaibu pada trimester
proses kehamilan akan berlangsung optimal secara 3 di catatan rekam medik ibu. Kriteria eksklusi pada
gizi. Pengukuran berat badan dan tinggi badan penelitian ini antara lain: bayi gamelli, bayi yang
sudah menjadi standar pemeriksaan dalam Ante lahir prematur, bayi yang dilahirkan dari ibu yang

9
Kesehatan Ibu dan Anak, Volume 11, No.1, Juli 2017, hal 8-15

memiliki penyakit hipertensi dan pre Hubungan Indeks Massa Tubuh Ibu dengan
eklampsia/eklampsia, bayi makrosomnia (berat Kejadan Bayi Berat Lahir Rendah di RSUD
lahir >4000 gram) dan bayi yang dilahirkan dari ibu Wonosari Gunungkidul
dengan riwayat hiper emesis gravidarum saat Pada pengukuran antara variabel indeks
kehamilan ini. Pengumpulan data dilakukan dengan massa tubuh ibu dengan kejadian bayi berat lahir
cara menelusuri secara retrospektif data-data rendah dapat digambarkan dengan tabel 2 sebagai
paparan faktor resiko baik pada subjek kasus berikut:
maupun subjek kontrol yaitu data kejadian BBLR, Tabel 2.
tinggi badan ibu dan berat badan ibu sebelum hamil Hubungan Indeks Massa Tubuh Ibu
dan IMT ibu, usia, paritas, dan status anemia ibu dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah
pada trimester 3. Teknik pengolahan data dilakukan di RSUD Wonosari.
dengan editing, coding, transferring dan tabulating. Kejadian BBLR
Analisis data menggunakan chi-square, odd ratio, IMT Ibu BBLR Tidak BBLR p-value OR X 2
CI 95%
n % n %
regresi logistik dengan bantuan SPSS 17.0 pada Berisiko 64 39,3 34 20,9
tingkat kepercayaan 95%. Tidak 0,000 2,453 13,131 1,500 - 4,010
99 60,7 129 79,1
Berisiko
HASIL
Karakteristik Subyek Penelitian Pada pengukuran antara variabel indeks
Proporsi karakteristik subyek penelitian massa tubuh ibu dengan kejadian BBLR didapatkan
pada kelompok kasus (bayi yang mengalami BBLR) nilai p-value 0,000 yang menunjukkan bahwa ada
dan kelompok kontrol (bayi yang tidak BBLR) dapat hubungan yang signifikan antara IMT ibu dengan
dipaparkan pada tabel 1 sebagai berikut. kejadian BBLR. Odd Ratio (OR) yang didapatkan
dari perhitungan yaitu 2,453 yang berarti ibu dengan
Tabel 1. IMT berisiko berpeluang 2,4 kali lebih besar
Distribusi Frekuensi Karakteristik Subyek Penelitian
melahirkan bayi BBLR dibanding ibu dengan IMT
Pada Kelompok Kasus dan Kontrol Berdasarkan Kategori
Di RSUD Wonosari Tahun 2015 tidak berisiko. Besar nilai koefisien kontingensi (C)
yaitu 0,1967 yang berarti IMT ibu dengan kejadian
Kejadian BBLR
Jumlah BBLR memeiliki keeratan hubungan yang sangat
Kategori BBLR Tidak BBLR
rendah.
n % n % n %
IMT Ibu
Berisiko 64 39,3 34 20,9 98 30,1 Hubungan Subjek Penelitian Berdasarkan Usia Ibu,
Tidak Berisiko 99 60,7 129 79,1 228 69,9 Paritas dan Anemia TM III dengan Kejadian Bayi
Usia Berat Lahir Rendah di RSUD Wonosari
Berisiko 67 41,1 48 29,4 115 35,3 Analisis statistik untuk melihat hubungan
Tidak Berisiko 96 58,9 115 70,6 211 64,7 karakteristik ibu (variabel luar) dalam penelitian ini
Paritas yaitu: usia ibu, paritas dan anemia TM III terhadap
Berisiko 79 48,5 78 47,9 157 48,2
kejadian bayi berat lahir rendah dapat dilihat pada
Tidak Berisko 84 51,5 85 52,1 169 51,8
tabel 3.
Anemia TM III
Anemia 61 37,4 41 25,2 102 31,3
Tabel 3.
Tidak Anemia 102 62,6 122 74,8 224 68,7
Usia Ibu, Paritas dan Anemia TM III
Jumlah 163 100 163 100 326 100 dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah
di RSUD Wonosari Tahun 2015
Tabel 1 menunjukan bahwa proporsi bayi Kejadian BBLR
yang lahir dari ibu dengan IMT berisiko sebanyak 64 Variabel BBLR Tidak BBLR
p-value OR X2 CI 95%
bayi (39,3%) mengalami BBLR dan 34 (20,9%) tidak n % n %
Usia Ibu
mengalami BBLR. Proporsi ibu dengan usia a. Berisiko 67 41,4 48 29,4
berisiko (<20 tahun atau >35 tahun) sebanyak 67 b. Tidak Berisiko 96 58,9 115 70,6 0,028 1,672 4,850 1,057 -2,646
bayi (41,1%) mengalami bayi BBLR dan 48 bayi Paritas
(29,4% tidak mengalami BBLR. Proporsi bayi yang a. Berisiko 79 48,5 78 47,9
b. Tidak Berisiko 84 51,5 0,912 1,025 0,012 0,664 - 1,583
lahir dari ibu dengan paritas berisiko sebanyak 79 85 52,1
bayi (48,5%) mengalami BBLR dan 78 bayi (47,9%) Anemia TM III
a. Anemia 61 37,4 41 25,2
tidak mengalami BBLR. Proporsi bayi yang lahir dari b. Tidak Anemia 102 62,6 122 74,8 0,017 1,780 5,707 1,106 - 2,862
ibu yang mengalami anemia pada TM III sebanyak
61 bayi (37,4%) bayi mengalami BBLR dan 41 bayi
(25,2%) tidak mengalami BBLR.

10
Fatinah, Theresia, Wahyuningsih, Hubungan Indeks Massa Tubuh Ibu ..............

Tabel 3 menunjukkan bahwa variabel usia PEMBAHASAN


ibu menunjukkan variabel usia memiliki nilai p-value Hubungan Indeks Massa Tubuh Ibu dengan
0,028 (<0,05) yang berarti ada hubungan yang Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah di RSUD
bermakna antara usia ibu dengan kejadian BBLR. Wonosari Gunungkidul Tahun 2015
Nilai Odd Ratio (OR) untuk kejadian BBLR 1,672 Indeks massa tubuh merupakan alat
yang artinya Ibu dengan usia berisiko berpeluang sederhana untuk memantau status gizi orang
1,6 kali lebih besar untuk melahirkan bayi BBLR dewasa khususnya yang berkaitan dengan
dibanding pada ibu dengan usia tidak berisiko kelebihan dan kekurangan berat badan. Ibu yang
(OR=1,672, 95% CI = 1,057 - 2,646) serta anemia berat badannya kurang akan berisiko melahirkan
TM III dengan nilai p-value sebesar 0,017 yang bayi yang BBLR dan prematur.9 Berdasarkan hasil
menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara penelitian Karima (2012), pengukuran berat badan
anemia TM III dengan kejadian BBLR dengan nilai pra hamil lebih tepatnya dikukur dengan
Odd Ratio (OR) untuk kejadian BBLR 1,780 yang menggunakan indeks massa tubuh (IMT).
artinya ibu yang mengalami anemia pada TM III Penghitungan IMT dilakukan dengan cara membagi
berpeluang 1,7 kali lebih besar untuk melahirkan berat badan pra hamil dengan tinggi badan ibu
bayi BBLR dibandingkan ibu yang tidak mengalami dalam meter kuadrat. Penelitian Karima (2012)
anemia pada TM III. Sedangkan variabel paritas menyatakan bahwa berat badan pra hamil
memiliki nilai p-value sebesar 0,912 yang berarti menggambarkan cadangan energi yang dimiliki ibu
secara statistik tidak ada hubungan yang bermakna sebagai sumber zat gizi bagi janin. Penelitian
antara paritas dengan kejadian BBLR karena Irawati dan Rika (2013) menjelaskan hal tersebut
memiliki nilai p-value >0,05. dapat terjadi karena IMT ibu merupakan faktor yang
paling berpengaruh pada pertambahan berat badan
14,15
Analisis Multivaribel ibu selama hamil (RR=2,2).
Analisis ini dilakukan untuk menguji Hasil penelitian yang telah dilakukan
pengaruh faktor resiko secara bersama-sama yaitu menunjukkan bahwa ibu dengan IMT tidak berisiko
IMT ibu, usia dan anemia TM III terhadap kejadian sebanyak 228 subjek (69,9%). Sedangkan ibu
BBLR. Uji statistik yang digunakan adalah regresi dengan IMT berisiko sebanyak 98 subjek (30,1%),
logistik, pada tingkat kemaknaan 0,05. Hasil uji yang terdiri dari 64 subjek (39,3%) melahirkan
statistik pengaruh beberapa faktor risiko terhadap BBLR dan 34 subjek (20,9%) melahirkan bayi tidak
kejadian BBLR dapat dilihat dalam tabel 4. BBLR. Hasil ini menunjukkan bahwa sebaran
Tabel 4. proporsi BBLR lebih tinggi pada ibu dengan IMT
Pengaruh Faktor IMT ibu, Usia, Anemia TM III berisiko (<18,5 kg/m2) dibanding dengan dengan
dengan Kejadian BBLR pada Bayi Baru Lahir IMT tidak berisiko (18,5 kg/m2).
Variabel Koef. β P-value OR 95%CI Terdapatnya bayi baru lahir yang tidak
IMT Ibu BBLR pada ibu yang memiliki IMT berisiko
Berisiko kemungkinan disebabkan karena ibu dapat
Tidak Berisiko 1,045 0,000 2,845 1,704 -4,750 mengimbangi kehamilannya dengan kenaikan
Usia berat badan yang normal dan memenuhi kebutuhan
Berisiko nutrisinya selama kehamilan dengan baik sehingga
Tidak Berisiko 0,691 0,005 1,996 1,230 –3,240
janin menerima nutrisi yang cukup untuk
Anemia TM III pertumbuhannya dan tidak mengalami gangguan
Anemia 0,692 0,006 1,998 1,216 –3,282
Tidak Anemia pertumbuhan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan Maghfiroh (2015) yang menyatakan
Hasil uji statistik dengan regresi logistik bahwa ada hubungan yang bermakna antara
diketahui bahwa IMT ibu memiliki p-value 0,000, kenaikan berat badan selama hamil dengan
usia memiliki p-value 0,005 dan anemia TM III kejadian BBLR. Pada penelitian tersebut
memiliki p-value 0,006. Hal ini menunjukkan faktor- dikemukakan bahwa ibu dengan pertambahan
faktor risiko yang secara bersama-sama berat badan yang kurang selama hamil berisiko 4
berpengaruh terhadap kejadian BBLR adalah IMT kali lebih besar untuk melahirkan bayi BBLR.16
ibu, usia dan anemia TM III memiliki p-value <0,05. Ibu yang memiliki IMT tidak berisiko tetapi
Hasil pengujian multivariat variabel IMT ibu, usia melahirkan bayi berat lahir rendah, terdapat 99
dan anemia TM III meskipun sama-sama subjek (60,7%) sedangkan ibu yang tidak memiliki
berpengaruh terhadap kejadian BBLR namun IMT berisiko dan melahirkan bayi dengan berat lahir
secara statistik IMT ibu lebih berpengaruh normal sebanyak 129 subjek (79,1%). Adanya ibu
dibandingkan dengan usia dan anemia TM III. dengan IMT tidak berisiko tetapi melahirkan bayi

11
Kesehatan Ibu dan Anak, Volume 11, No.1, Juli 2017, hal 8-15

berat lahir rendah dapat terjadi karena BBLR berada di dalam tubuh ibu. IMT yang rendah
disebabkan oleh multifaktor. Kejadian BBLR menunjukkan bahwa kebutuhan gizi ibu belum
tersebut dapat terjadi bila ibu dengan IMT tidak terpenuhi, sehingga ibu akan mengalami kesulitan
14,19
berisiko tersebut mengalami anemia pada trimester untuk memenuhi kebutuhan gizi janinnya.
3 atau hamil dalam usia dan paritas yang berisiko, Teori lain menyatakan bahwa status nutrisi
selain itu dapat pula disebabkan karena adanya maternal yang buruk pada ibu dengan IMT kurus,
faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan BBLR menyebabkan penurunan ekspansi pembuluh
yang tidak dikendalikan dan dianalisis oleh peneliti darah sehingga menyebabkan peningkatan curah
sepertikebiasaan merokok atau keterpaparan asap jantung yang tidak adekuat dan menyebabkan
rokok pada ibu, jenis kelamin bayi baru lahir, status penurunan aliran darah plasenta. Hal ini akan
sosial ekonomi, status pernikahan, pendidikan dan menyebabkan penurunan ukuran plasenta dan
gizi ibu hamil yang meliputi: kenaikan berat badan penurunan transfer nutrien sehingga menyebabkan
dan lingkar lengan atas ibu.6 retardasi pertumbuhan janin.20
Hasil uji chi-square menunjukkan nilai p- Hasil analisis logistik regresi juga
value 0,000 (<0,05) yang berarti ada hubungan menunjukkan bahwa indeks massa tubuh ibu
indeks massa tubuh ibu dengan kejadian bayi berat merupakan faktor yang paling dominan
lahir rendah. Hasil Cmaks = 0,1967 menunjukkan mempengaruhi kejadian BBLR setelah dianalisis
keeratan hubungan yang sangat rendahdan hasil bersama-sama dengan variabel lain yang sama-
multivariat menunjukkan OR= 2,845 95% CI (1,704- sama beruhubungan dengan kejadian BBLR. Hal ini
4,750) yang berarti ibu dengan IMT berisiko kemungkinan disebabkan karena ibu dengan
memiliki berpeluang untuk melahirkan BBLR 2,8 indeks massa tubuh yang rendah rentan untuk
kalilebih besar dibandingkan pada ibu dengan IMT mengalami masalah pada kehamilannya seperti
tidak berisiko. terjadinya anemia. Keadaan tersebut dapat
Hasil penelitian ini sejalan dengan memperparah keadaan ibu dan akan semakin
penelitian yang dilakukan Damelash (2015) di memperburuk keadaan janin sehingga janin
Ethiopia Timur yang menunjukkan ada hubungan semakin rentan untuk mengalami BBLR.
antara IMT < 18 dengan kejadian BBLR namun hasil Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Sukmaningtyas (2015) di Surakarta yang
sebelumnya yang dilakukan Mitao, et al (2016) di menyatakan bahwa ada hubungan antara status
Tanzania yang menyatakan bahwa selain gizi dengan kejadian anemia di Puskesmas Gatak
disebabkan karena IMT underweight (RR 1,3), Kabupaten Sukoharjo (p= 0,006; OR= 5,000; 95%
21
BBLR juga disebabkan oleh ibu dengan IMT CI= 1,510-16,560).
obesitas (RR 1,2).Hal ini masih menjadi
keterbatasan penelitian ini. Dalam penelitian yang Hubungan Usia Ibu dengan Kejadian Bayi Berat
dilakukan Mitao, et al (2016), ibu dengan obesitas Lahir Rendah di RSUD Wonosari Gunungkidul
dapat menyebabkan BBLR karena ibu dengan Tahun 2015
obesitas seringkali disertai dengan penyakit selama Hasil analisis menunjukkan bahwa dari 163
kehamilannya seperti: diabetes, hipertensi dan pre bayi yang mengalami BBLR sebanyak 67 (41,4%)
eklamsia/eklamsia yang dalam penelitian ini lahir dari ibu dengan usia berisiko (<20 tahun atau
penyakit tersebut sudah dikendalikan dengan >35 tahun). Hasil analisis menunjukkan adanya
kriteria eksklusi.17,18 hubungan yang signifikan antara usia ibu dengan
Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat kejadian BBLR p-value 0.005 dan ibu dengan umur
Karima (2012) dalam penelitiannya di RSUD Budi berisiko berpeluang 1,9 kali lebih besar melahirkan
Kemuliaan Jakarta yang menyatakan bahwa pada bayi BBLR dibanding ibu dengan umur reproduksi
ibu dengan IMT berisiko (<18,5kg/m2) janin akan sehat (OR= 1,996 95% CI= 1,230-3,240).
beradaptasi dengan cara menghemat energi yang Hasil penelitian ini menolak hasil penelitian
ada. Hasil penelitian ini juga mendukung teori yang Sulistiani (2014) di Tangerang yang menyatakan
menyatakan bahwa ibu hamil membutuhkan zat gizi bahwa tidak ada hubungan bermakna antara usia
yang lebih banyak dibandingkan dengan keadaan ibu dengan kejadian BBLR (OR: 2,092 95% CI:
tidak hamil, karena ibu harus memenuhi gizi untuk 0,760-5,759). Penelitian ini mendukung penelitian
ibu, janin yang dikandungnya serta untuk Damelash (2015) yang menunjukkan adanya
memproduksi ASI. Janin tumbuh dengan hubungan bermakna antara usia dengan kejadian
mengambil zat-zat gizi dari makanan yang BBLR dengan p-value 0,001 (OR: 2,5 95% CI 1,570-
22,17
dikonsumsi oleh ibu dan dari simpanan zat gizi yang 4,030).

12
Fatinah, Theresia, Wahyuningsih, Hubungan Indeks Massa Tubuh Ibu ..............

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang kurangnya pengalaman pengetahuan ibu dalam hal
menyatakan bahwa pada usia kurang dari 20 tahun perawatan kehamilan, asupan gizi dan vitamin,
organ-organ reproduksi belum berfungsi sempurna tidak memeriksakan kehamilan, atau anemia yang
selain itu juga terjadi persaingan memperebutkan tidak terkontrol sedangkan ibu dengan paritas
gizi untuk ibu yang masih dalam tahap empat atau lebih sudah mengalami penurunan
perkembangan dengan janin. Sedangkan pada usia fungsi sistem reproduksi, kurang terpenuhinya
lebih dari 35 tahun, meskipun mental dan sosial suplai gizi, anemia dan sering kelelahan dan
24
ekonomi lebih mantap, tetapi fisik dan alat mengalami kekendoran dinding rahim.
reproduksi sudah mengalami kemunduran.12
Hubungan Status Anemia TM III dengan Kejadian
Hubungan Paritas dengan Kejadian Bayi Berat Bayi Berat Lahir Rendah di RSUD Wonosari
Lahir Rendah di RSUD Wonosari Gunungkidul Gunungkidul Tahun 2015
Tahun 2015 Ibu hamil dikatakan menderita anemia bila
Paritas berisiko yang dimaksud dalam kadar Hb<11 gram %. Pada penelitian ini
penelitian ini adalah primipara maupun menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara
grandemultipara. Pada penelitian ini terbukti tidak anemia T III dengan kejadian BBLR (P-value
mempunyai hubungan secara bermakna dengan 0,005). Hasil uji analisis juga menunjukkan OR:
kejadian bayi berat lahir rendah, dengan hasil 1,998 yang berarti ibu dengan status anemia TM III
bivariabel menunjukkan p-value 0,912 (OR: 1,025 berpeluang 1,9 kali lebih besar untuk melahirkan
95% CI: 0,664-1,583). Namun secara klinis pada bayi BBLR dibandingkan ibu dengan status tidak
penelitian ini menunjukkan bahwa kejadian BBLR anemia TM III.
meningkat pada ibu dengan paritas berisiko dengan Hasil penelitian ini menolak hasil penelitian
nilai OR>1. Hal ini bisa terjadi kemungkinan adanya yang dilakukan Kalla (2014) di Rumah Sakit Khusus
masalah pada jumlah sampel atau terdapat Daerah (RSKD) Ibu dan Anak Siti Fatimah
interaksi dengan faktor risiko lain. Makassar yang menyatakan bahwa hubungan
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil kadar hemoglobin pada ibu hamil dengan kejadian
penelitian Kusumaningrum (2012) di Tangerang Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) tidak bermakna
yang menyatakan tidak ada hubungan bermakna secara signifikan (p > 0,05) OR 1,4 (95% CI: 0,7 -
antara paritas dengan kejadian BBLR (P- 2,7) dan mendukung penelitian ini mendukung hasil
value=1,000 OR: 0,835 95% CI: 0,104 - 6,702). penelitian Nair, et al (2016) di India yang
Penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna
yang dilakukan Damelash (2015) di Ethiopia antara anemia dengan kejadian BBLR dan ibu yang
menyatakan bahwa ibu primipara 2,6 kali lebih mengalami anemia berisiko 6,19 kali untuk
beresiko untuk mengalami BBLR (CI=1,62-4,10).23 melahirkan bayi yang BBLR (aOR=6.19; 95% CI
Tidak bermaknanya hubungan antara 1.44 - 26,71).25,26
paritas dengan kejadian BBLR pada penelitian Adanya perbedaan besarnya risiko kejadian
disebabkan karena distribusi ibu dengan paritas yang dilakukan oleh Nair, et al dan pada penelitian
berisiko yang mengalami BBLR dan yang tidak ini kemungkinan dapat disebabkan karena pada
mengalami BBLR tidak jauh berbeda. Ibu dengan penelitian yang dilakukan Nair, et al (2016) kejadian
paritas berisiko yang mengalami BBLR sebanyak anemia yang dimaksud adalah anemia selama
79 responden (48,5%) sedangkan ibu dengan kehamilan sedangkan pada penelitian ini anemia
paritas berisiko yang tidak mengalami BBLR yang dimaksud hanya dibatasi pada anemia yang
sebanyak 78 responden (47,9%). Hal ini terjadi pada ibu saat TM III.
disebabkan karena faktor penyebab BBLR saling Secara teori, pada ibu yang mengalami
komplementer, sehingga meskipun paritas berisiko anemia TM III, rendahnya kandungan oksigen
tetapi melahirkan bayi yang normal, hal ini dalam darah ibu dapat mempengaruhi
disebabkan karena adanya kecenderungan ibu perkembangan plasenta dan mengakibatkan
dengan paritas yang berisiko tersebut didukung terjadinya gangguan suplai oksigen dan gizi ke
oleh gizi yang baik, usia yang masih dalam batasan janin. Pada trimester akhir kehamilan peningkatan
usia yang tidak berisiko dan tidak mengalami kebutuhan zat besi meningkat sehubungan dengan
anemia. adanya kehilangan basal normal dari saluran
Berdasarkan teori, paritas yang berisiko gastrointestinal, kulit, saluran perkemihan,
adalah paritas pertama (Primipara) dan paritas 4 kebutuhan plasenta, tali pusat dan pertumbuhan
27
(grademultipara). Hal ini berkaitan dengan fetus.

13
Kesehatan Ibu dan Anak, Volume 11, No.1, Juli 2017, hal 8-15

Trimester akhir kehamilan juga merupakan 3. World Health Organization. (2014).Global


periode dimana kebanyakan pertumbuhan janin Nutrition Targets 2025 Low Birth Weight Policy
berlangsung dan juga terjadi penimbunan Brief. Geneva: World Health Organization.
simpanan lemak, besi dan kalsium untuk kebutuhan 4. Depkes. 2009. Survei Demografi dan
pascanatal. Apabila tidak tersedia cukup besi untuk Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI
memenuhi kebutuhan ibu, janin dan plasenta, 5. Dinkes Kabupaten Gunungkidul. 2015. Profil
simpanan besi ibu akan dipakai dan massa sel Kesehatan Kabupaten Gunungkidul.
darah merah ibu akan menurun dan mengakibatkan Gunungkidul: Dinas Kesehatan Kabupaten
IUGR karena dapat menyebabkan oksigen ke janin Gunungkidul.
menurun, kebutuhan metabolisme jaringan tubuh 6. Ngoma et al. 2016. Young Adolscent Girls are at
juga akan terganggu termasuk pertumbuhan janin High Risk for Adverse Pregnancy Outcomes in
dalam kandungan ibu. Hal ini dikarenakan seluruh Sub-Sahara Africa. British Medical Journal.
kebutuhan janin disalurkan melalui darah ibu yang 7. Astuti, Sri. 2012. Hubungan Indeks Massa
27,20
terhubung melalui plasenta dan tali pusat. Tubuh, Kenaikan Berat Badan dan Perokok
Pasif pada Ibu dengan Kejadian Bayi Berat
KESIMPULAN Lahir Rendah di Kota Yogyakarta. Tesis.
Proporsi kejadian BBLR pada ibu dengan Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
IMT berisiko yaitu 39,3%. Ada hubungan antara 8. Waryana. 2010. Gizi Reproduksi. Yogyakarta:
IMT ibu dengan kejadian BBLR (p=0,000). Besar Pustaka Rihanna
nilai OR yaitu 2,453 yang menunjukkan bahwa ibu 9. Supariasa, I.D.N., Bakri, B dan Fajar, I. 2012.
dengan IMT berisiko berpeluang 2,4 kali lebih besar Penilaian Status Gizi.Jakarta : EGC
untuk melahirkan bayi BBLR. Variabel lain yaitu usia 10. Miyata, Proverawati, A. 2010. BBLR (Bayi Berat
(p=0,028) dan anemia TM III (1,780) juga Lahir Rendah). Yogyakarta: NuhaMedika
menunjukkan adanya hubungan variabel tersebut 11. Riskesdas DIY. 2013. Riskesdas Dalam Angka
dengan kejadian BBLR. Variabel paritas tidak Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 2013 .
berhubungan terhadap kejadian BBLR pada bayi. Yogyakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Variabel yang paling berpeluang untuk melahirkan 12. Manuaba., I.A.C., Ida, B.F.M., Ida. B.G.M. 2010.
bayi BBLR adalah IMT ibu. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB.
Jakarta: ECG.
SARAN 13. BKKBN. 2010. Pendewasaan Usia Perkawinan
Bagi kepala dinas kesehatan Kabupaten dan Hak Reproduksi bagi Remaja Indonesia.
Gunungkidul diharapkan dapat melakukan Jakarta: BKKBN
pengembangan program gizi dan program edukasi 14. Karima, K., Endang, L.A. 2012. Status Gizi Ibu
pada ibu tentang usia berisiko dan anemia pada ibu dan Berat Badan Lahir, hal: 111-117. Jakarta:
hamil. Bagi bidan di bagian pelayanan kesehatan Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol.7 No.3,
ibu dan anak diharapkan dapat melakukan skrining Oktober 2012.
pra kehamilan pada calon ibu hamil yang meliputi 15. Irawati,A., Rika, R. 2013. Indeks Massa Tubuh
pemeriksaan IMT, usia dan kadar HB serta Ibu Pra Hamil Sebagai Faktor Risiko
memberikan edukasi mengenai pemenuhan gizi Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil di
seimbang, pentingnya konsumsi Fe bagi ibu hamil Kelurahan Kebon Kelapa dan Ciwaringin,
serta konseling tentang dampak hamil pada usia Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor.
berisiko pada ibu yang berencana ingin hamil. Bagi Jakarta: Balitbang Kemenkes RI.
peneliti lain diharapkan dapat mengembangkan 16. Maghfiroh, L. 2015. Pertambahan Berat Badan
penelitian ini dengan menggunakan data primer Ibu Hamil dan Kejadian Bayi Berat Lahir
untuk pengukuran IMT serta mengkaji faktor Rendah (BBLR) di Wilayah Kerja Puskesmas
perancu yang lain. Pamulang KotaTangerang Selatan tahun 2013-
2015. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif
DAFTAR PUSTAKA Hidayatullah.
1. Kemenkes. 2015. Profil Kesehatan Indonesia 17. Damelash et al. 2015. Risk factors for low birth
2014. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. weight in Bale zone hospitals, South-East
2. ________. 2012. Survei Demografi dan Ethiopia, hal 1-10. Bio Med Central.
Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI

14
Fatinah, Theresia, Wahyuningsih, Hubungan Indeks Massa Tubuh Ibu ..............

18. Mitao et al. 2016. Risk factors and adverse


perinatal outcome associated with low birth
weight in Northern Tanzania, hal: 75-79. Asian
Pacific Journal of Reproduction.
19. Kemenkes. 2014. Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 41
Tahun 2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
20. Cunningham, F.G., Leveno, K.J., Bloom, S.L.,
Hauth, J.C. Gilstrap III LC, Wenstrom KD. 2014.
nd
Williams Obstetrics. 23 edition. Jakarta: EGC.
21. Sukmaningtyas, D. 2015. Hubungan Antara
Tingkat Pengetahuan dan Status Gizi Ibu Hamil
dengan Kejadian Anemia di Puskesmas Gatak
Kabupaten Sukoharjo. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
22. Sulistiani, K. 2014. Faktor Risiko Kejadian Bayi
Berat Lahir Rendah (BBLR) di Puskesmas Kota
Tangerang Selatan Tahun 2012-2014. Skripsi.
Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah.
23. Kusumaningrum, A.I. 2012. Hubungan Faktor
Ibu dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR) di Wilayah Kerja Puskesmas
Gemawang Kecamatan Gemawang
Kabupaten Temanggung Jawa Tengah Tahun
2012. Skripsi. Depok: Universitas Indonesia.
24. Rochyati, P. 2011. Skrining Antenatal Pada Ibu
Hamil. Surabaya: Pusat Penerbitan dan
Percetakan Unair (AUP).
25. Kalla. N. 2015. Hubungan Kadar Hemoglobin
Pada Ibu Hamil Dengan Kejadian Bayi Berat
Lahir Rendah (Bblr) Di Rumah Sakit Khusus
Daerah (RSKD) Ibu Dan Anak Siti Fatimah
Makassar Tahun 2014. Skipsi. Makassar:
Universitas Hasanuddin.
26. Nair, et al. 2016. Association Between Maternal
Anaemia And Pregnancy Outcomes: a Cohort
Study in Assam, India. India: BMJ Global Health
hal: 1-7.
27. Ani, Luh Seri. 2013. Buku Saku Anemia
Defisiensi Besi Masa Pra hamil dan Hamil.
Jakarta: EGC.

15

You might also like