Hubungan Indeks Massa Tubuh Ibu Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah Di Rsud Wonosari Gunungkidul
Hubungan Indeks Massa Tubuh Ibu Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah Di Rsud Wonosari Gunungkidul
Hubungan Indeks Massa Tubuh Ibu Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah Di Rsud Wonosari Gunungkidul
ABSTRACT
Low birthweight is a baby who is born weighing less than <2500 gram. Low birthweight is one of the most causes of the neonatal
morbidity and mortality in Indonesia. The highest incidence of low birthweight in DIY province was happened in Gunung Kidul district
(7.33%). Low birthweight is caused by many factors such as the mother's nutrition status. Body Mass Index (BMI) is one of
indicators to measure the nutrition status on adults. In Indonesia, the ideal body weight of a woman during her first trisemester is 45-
65 kg, while mother's weight >45 kg can possibly have low BMI. The objective of this study is to know the correlation between the
body mass index of mothers and the incidence of low birthweight. The design of this study used case control. Total sample was 326
newborn babies which consisted of 163 babies in the case group and 163 babies in the control group who had fulfilled the inclusive
and exclusive criteria. The data was collected from the medical records since January-December 2015 with purposive sampling
technique. The data analysis used chi-square, OR and logistic regression. The result of bivariat analysis showed the variables
which were correlated with the incidence of low birthweight i.e. BMI of mothers (p=0.000, OR: 2.4), age (p=0.028, OR: 1.6) and
anemia TM III (p=0.017, OR: 1.7), while the parity variable was not correlated with the incidence of low birthweight (p=0.0912, OR:
1.02). The result of multivariate analysis showed that BMI of mothers was the most correlated variable with the incidence of low
birthweight (p=0.000, OR: 2.8). Mothers with low BMI was 2,8 times at risk of having babies with low birthweight than mothers with
normal BMI. This study concluded that there was a correlation between mothers' BMI, age and anemia TM 3 with the incidence of
low birthweight. Low BMI was the most risked variable for mothers to bear babies with low birthweight. Low BMI increased the
incidence of low birthweight.
INTISARI
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat <2500 gram. BBLR merupakan salah satu penyebab morbiditas
dan mortalitas neonatal tertinggi di Indonesia. Kejadian BBLR di Provinsi DIY tertinggi dialami Kabupaten Gunungkidul (7,33%).
BBLR disebabkan oleh banyak faktor salah satunya status gizi ibu. IMT merupakan salah satu alat untuk mengukur status gizi orang
dewasa, di Indonesia berat badan ideal calon ibu saat memulai kehamilan adalah antara 45-65 kg, padahal ibu dengan BB >45 kg
bisa saja memiliki IMT rendah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan IMT ibu dengan kejadian BBLR. Desain penelitian
adalah case control. Total sampel 326 bayi baru lahir terdiri dari 163 kasus dan 163 kontrol yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi. Data diambil dari rekam medis dari bulan Januari-Desember 2015 dengan teknik purposive sampling. Analisis data
menggunakan chi-square, OR dan regresi logistik. Hasil analisis bivariat menunjukkan variabel yang berhubungan dengan kejadian
BBLR yaitu: IMT Ibu (p=0,000 OR: 2,4), usia (p=0,028 OR: 1,6) dan anemia TM III (p=0,017 OR: 1,7) sedangkan variabel paritas
tidak berhubungan dengan kejadian BBLR (p=0,0912 OR:1,02). Hasil analisis multivariat menunjukkan IMT ibu merupakan variabel
yang paling berpeluang terhadap kejadian BBLR (p=0,000, OR: 2,8). Ibu dengan IMT berisiko berpeluang 2,8 kali lebih besar
melahirkan bayi BBLR dibandingkan pada ibu dengan IMT tidak berisiko. Kesimpulan pada penelitian ini ada hubungan IMT ibu,
usia dan anemia TM 3 dengan kejadian BBLR. IMT berisiko merupakan variabel yang paling berpengaruh untuk melahirkan bayi
BBLR. IMT yang berisiko meningkatkan kejadian BBLR pada bayi.
Kata Kunci: Bayi Berat Lahir Rendah, Indeks Massa Tubuh Ibu
8
Fatinah, Theresia, Wahyuningsih, Hubungan Indeks Massa Tubuh Ibu ..............
9
Kesehatan Ibu dan Anak, Volume 11, No.1, Juli 2017, hal 8-15
memiliki penyakit hipertensi dan pre Hubungan Indeks Massa Tubuh Ibu dengan
eklampsia/eklampsia, bayi makrosomnia (berat Kejadan Bayi Berat Lahir Rendah di RSUD
lahir >4000 gram) dan bayi yang dilahirkan dari ibu Wonosari Gunungkidul
dengan riwayat hiper emesis gravidarum saat Pada pengukuran antara variabel indeks
kehamilan ini. Pengumpulan data dilakukan dengan massa tubuh ibu dengan kejadian bayi berat lahir
cara menelusuri secara retrospektif data-data rendah dapat digambarkan dengan tabel 2 sebagai
paparan faktor resiko baik pada subjek kasus berikut:
maupun subjek kontrol yaitu data kejadian BBLR, Tabel 2.
tinggi badan ibu dan berat badan ibu sebelum hamil Hubungan Indeks Massa Tubuh Ibu
dan IMT ibu, usia, paritas, dan status anemia ibu dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah
pada trimester 3. Teknik pengolahan data dilakukan di RSUD Wonosari.
dengan editing, coding, transferring dan tabulating. Kejadian BBLR
Analisis data menggunakan chi-square, odd ratio, IMT Ibu BBLR Tidak BBLR p-value OR X 2
CI 95%
n % n %
regresi logistik dengan bantuan SPSS 17.0 pada Berisiko 64 39,3 34 20,9
tingkat kepercayaan 95%. Tidak 0,000 2,453 13,131 1,500 - 4,010
99 60,7 129 79,1
Berisiko
HASIL
Karakteristik Subyek Penelitian Pada pengukuran antara variabel indeks
Proporsi karakteristik subyek penelitian massa tubuh ibu dengan kejadian BBLR didapatkan
pada kelompok kasus (bayi yang mengalami BBLR) nilai p-value 0,000 yang menunjukkan bahwa ada
dan kelompok kontrol (bayi yang tidak BBLR) dapat hubungan yang signifikan antara IMT ibu dengan
dipaparkan pada tabel 1 sebagai berikut. kejadian BBLR. Odd Ratio (OR) yang didapatkan
dari perhitungan yaitu 2,453 yang berarti ibu dengan
Tabel 1. IMT berisiko berpeluang 2,4 kali lebih besar
Distribusi Frekuensi Karakteristik Subyek Penelitian
melahirkan bayi BBLR dibanding ibu dengan IMT
Pada Kelompok Kasus dan Kontrol Berdasarkan Kategori
Di RSUD Wonosari Tahun 2015 tidak berisiko. Besar nilai koefisien kontingensi (C)
yaitu 0,1967 yang berarti IMT ibu dengan kejadian
Kejadian BBLR
Jumlah BBLR memeiliki keeratan hubungan yang sangat
Kategori BBLR Tidak BBLR
rendah.
n % n % n %
IMT Ibu
Berisiko 64 39,3 34 20,9 98 30,1 Hubungan Subjek Penelitian Berdasarkan Usia Ibu,
Tidak Berisiko 99 60,7 129 79,1 228 69,9 Paritas dan Anemia TM III dengan Kejadian Bayi
Usia Berat Lahir Rendah di RSUD Wonosari
Berisiko 67 41,1 48 29,4 115 35,3 Analisis statistik untuk melihat hubungan
Tidak Berisiko 96 58,9 115 70,6 211 64,7 karakteristik ibu (variabel luar) dalam penelitian ini
Paritas yaitu: usia ibu, paritas dan anemia TM III terhadap
Berisiko 79 48,5 78 47,9 157 48,2
kejadian bayi berat lahir rendah dapat dilihat pada
Tidak Berisko 84 51,5 85 52,1 169 51,8
tabel 3.
Anemia TM III
Anemia 61 37,4 41 25,2 102 31,3
Tabel 3.
Tidak Anemia 102 62,6 122 74,8 224 68,7
Usia Ibu, Paritas dan Anemia TM III
Jumlah 163 100 163 100 326 100 dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah
di RSUD Wonosari Tahun 2015
Tabel 1 menunjukan bahwa proporsi bayi Kejadian BBLR
yang lahir dari ibu dengan IMT berisiko sebanyak 64 Variabel BBLR Tidak BBLR
p-value OR X2 CI 95%
bayi (39,3%) mengalami BBLR dan 34 (20,9%) tidak n % n %
Usia Ibu
mengalami BBLR. Proporsi ibu dengan usia a. Berisiko 67 41,4 48 29,4
berisiko (<20 tahun atau >35 tahun) sebanyak 67 b. Tidak Berisiko 96 58,9 115 70,6 0,028 1,672 4,850 1,057 -2,646
bayi (41,1%) mengalami bayi BBLR dan 48 bayi Paritas
(29,4% tidak mengalami BBLR. Proporsi bayi yang a. Berisiko 79 48,5 78 47,9
b. Tidak Berisiko 84 51,5 0,912 1,025 0,012 0,664 - 1,583
lahir dari ibu dengan paritas berisiko sebanyak 79 85 52,1
bayi (48,5%) mengalami BBLR dan 78 bayi (47,9%) Anemia TM III
a. Anemia 61 37,4 41 25,2
tidak mengalami BBLR. Proporsi bayi yang lahir dari b. Tidak Anemia 102 62,6 122 74,8 0,017 1,780 5,707 1,106 - 2,862
ibu yang mengalami anemia pada TM III sebanyak
61 bayi (37,4%) bayi mengalami BBLR dan 41 bayi
(25,2%) tidak mengalami BBLR.
10
Fatinah, Theresia, Wahyuningsih, Hubungan Indeks Massa Tubuh Ibu ..............
11
Kesehatan Ibu dan Anak, Volume 11, No.1, Juli 2017, hal 8-15
berat lahir rendah dapat terjadi karena BBLR berada di dalam tubuh ibu. IMT yang rendah
disebabkan oleh multifaktor. Kejadian BBLR menunjukkan bahwa kebutuhan gizi ibu belum
tersebut dapat terjadi bila ibu dengan IMT tidak terpenuhi, sehingga ibu akan mengalami kesulitan
14,19
berisiko tersebut mengalami anemia pada trimester untuk memenuhi kebutuhan gizi janinnya.
3 atau hamil dalam usia dan paritas yang berisiko, Teori lain menyatakan bahwa status nutrisi
selain itu dapat pula disebabkan karena adanya maternal yang buruk pada ibu dengan IMT kurus,
faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan BBLR menyebabkan penurunan ekspansi pembuluh
yang tidak dikendalikan dan dianalisis oleh peneliti darah sehingga menyebabkan peningkatan curah
sepertikebiasaan merokok atau keterpaparan asap jantung yang tidak adekuat dan menyebabkan
rokok pada ibu, jenis kelamin bayi baru lahir, status penurunan aliran darah plasenta. Hal ini akan
sosial ekonomi, status pernikahan, pendidikan dan menyebabkan penurunan ukuran plasenta dan
gizi ibu hamil yang meliputi: kenaikan berat badan penurunan transfer nutrien sehingga menyebabkan
dan lingkar lengan atas ibu.6 retardasi pertumbuhan janin.20
Hasil uji chi-square menunjukkan nilai p- Hasil analisis logistik regresi juga
value 0,000 (<0,05) yang berarti ada hubungan menunjukkan bahwa indeks massa tubuh ibu
indeks massa tubuh ibu dengan kejadian bayi berat merupakan faktor yang paling dominan
lahir rendah. Hasil Cmaks = 0,1967 menunjukkan mempengaruhi kejadian BBLR setelah dianalisis
keeratan hubungan yang sangat rendahdan hasil bersama-sama dengan variabel lain yang sama-
multivariat menunjukkan OR= 2,845 95% CI (1,704- sama beruhubungan dengan kejadian BBLR. Hal ini
4,750) yang berarti ibu dengan IMT berisiko kemungkinan disebabkan karena ibu dengan
memiliki berpeluang untuk melahirkan BBLR 2,8 indeks massa tubuh yang rendah rentan untuk
kalilebih besar dibandingkan pada ibu dengan IMT mengalami masalah pada kehamilannya seperti
tidak berisiko. terjadinya anemia. Keadaan tersebut dapat
Hasil penelitian ini sejalan dengan memperparah keadaan ibu dan akan semakin
penelitian yang dilakukan Damelash (2015) di memperburuk keadaan janin sehingga janin
Ethiopia Timur yang menunjukkan ada hubungan semakin rentan untuk mengalami BBLR.
antara IMT < 18 dengan kejadian BBLR namun hasil Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Sukmaningtyas (2015) di Surakarta yang
sebelumnya yang dilakukan Mitao, et al (2016) di menyatakan bahwa ada hubungan antara status
Tanzania yang menyatakan bahwa selain gizi dengan kejadian anemia di Puskesmas Gatak
disebabkan karena IMT underweight (RR 1,3), Kabupaten Sukoharjo (p= 0,006; OR= 5,000; 95%
21
BBLR juga disebabkan oleh ibu dengan IMT CI= 1,510-16,560).
obesitas (RR 1,2).Hal ini masih menjadi
keterbatasan penelitian ini. Dalam penelitian yang Hubungan Usia Ibu dengan Kejadian Bayi Berat
dilakukan Mitao, et al (2016), ibu dengan obesitas Lahir Rendah di RSUD Wonosari Gunungkidul
dapat menyebabkan BBLR karena ibu dengan Tahun 2015
obesitas seringkali disertai dengan penyakit selama Hasil analisis menunjukkan bahwa dari 163
kehamilannya seperti: diabetes, hipertensi dan pre bayi yang mengalami BBLR sebanyak 67 (41,4%)
eklamsia/eklamsia yang dalam penelitian ini lahir dari ibu dengan usia berisiko (<20 tahun atau
penyakit tersebut sudah dikendalikan dengan >35 tahun). Hasil analisis menunjukkan adanya
kriteria eksklusi.17,18 hubungan yang signifikan antara usia ibu dengan
Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat kejadian BBLR p-value 0.005 dan ibu dengan umur
Karima (2012) dalam penelitiannya di RSUD Budi berisiko berpeluang 1,9 kali lebih besar melahirkan
Kemuliaan Jakarta yang menyatakan bahwa pada bayi BBLR dibanding ibu dengan umur reproduksi
ibu dengan IMT berisiko (<18,5kg/m2) janin akan sehat (OR= 1,996 95% CI= 1,230-3,240).
beradaptasi dengan cara menghemat energi yang Hasil penelitian ini menolak hasil penelitian
ada. Hasil penelitian ini juga mendukung teori yang Sulistiani (2014) di Tangerang yang menyatakan
menyatakan bahwa ibu hamil membutuhkan zat gizi bahwa tidak ada hubungan bermakna antara usia
yang lebih banyak dibandingkan dengan keadaan ibu dengan kejadian BBLR (OR: 2,092 95% CI:
tidak hamil, karena ibu harus memenuhi gizi untuk 0,760-5,759). Penelitian ini mendukung penelitian
ibu, janin yang dikandungnya serta untuk Damelash (2015) yang menunjukkan adanya
memproduksi ASI. Janin tumbuh dengan hubungan bermakna antara usia dengan kejadian
mengambil zat-zat gizi dari makanan yang BBLR dengan p-value 0,001 (OR: 2,5 95% CI 1,570-
22,17
dikonsumsi oleh ibu dan dari simpanan zat gizi yang 4,030).
12
Fatinah, Theresia, Wahyuningsih, Hubungan Indeks Massa Tubuh Ibu ..............
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang kurangnya pengalaman pengetahuan ibu dalam hal
menyatakan bahwa pada usia kurang dari 20 tahun perawatan kehamilan, asupan gizi dan vitamin,
organ-organ reproduksi belum berfungsi sempurna tidak memeriksakan kehamilan, atau anemia yang
selain itu juga terjadi persaingan memperebutkan tidak terkontrol sedangkan ibu dengan paritas
gizi untuk ibu yang masih dalam tahap empat atau lebih sudah mengalami penurunan
perkembangan dengan janin. Sedangkan pada usia fungsi sistem reproduksi, kurang terpenuhinya
lebih dari 35 tahun, meskipun mental dan sosial suplai gizi, anemia dan sering kelelahan dan
24
ekonomi lebih mantap, tetapi fisik dan alat mengalami kekendoran dinding rahim.
reproduksi sudah mengalami kemunduran.12
Hubungan Status Anemia TM III dengan Kejadian
Hubungan Paritas dengan Kejadian Bayi Berat Bayi Berat Lahir Rendah di RSUD Wonosari
Lahir Rendah di RSUD Wonosari Gunungkidul Gunungkidul Tahun 2015
Tahun 2015 Ibu hamil dikatakan menderita anemia bila
Paritas berisiko yang dimaksud dalam kadar Hb<11 gram %. Pada penelitian ini
penelitian ini adalah primipara maupun menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara
grandemultipara. Pada penelitian ini terbukti tidak anemia T III dengan kejadian BBLR (P-value
mempunyai hubungan secara bermakna dengan 0,005). Hasil uji analisis juga menunjukkan OR:
kejadian bayi berat lahir rendah, dengan hasil 1,998 yang berarti ibu dengan status anemia TM III
bivariabel menunjukkan p-value 0,912 (OR: 1,025 berpeluang 1,9 kali lebih besar untuk melahirkan
95% CI: 0,664-1,583). Namun secara klinis pada bayi BBLR dibandingkan ibu dengan status tidak
penelitian ini menunjukkan bahwa kejadian BBLR anemia TM III.
meningkat pada ibu dengan paritas berisiko dengan Hasil penelitian ini menolak hasil penelitian
nilai OR>1. Hal ini bisa terjadi kemungkinan adanya yang dilakukan Kalla (2014) di Rumah Sakit Khusus
masalah pada jumlah sampel atau terdapat Daerah (RSKD) Ibu dan Anak Siti Fatimah
interaksi dengan faktor risiko lain. Makassar yang menyatakan bahwa hubungan
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil kadar hemoglobin pada ibu hamil dengan kejadian
penelitian Kusumaningrum (2012) di Tangerang Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) tidak bermakna
yang menyatakan tidak ada hubungan bermakna secara signifikan (p > 0,05) OR 1,4 (95% CI: 0,7 -
antara paritas dengan kejadian BBLR (P- 2,7) dan mendukung penelitian ini mendukung hasil
value=1,000 OR: 0,835 95% CI: 0,104 - 6,702). penelitian Nair, et al (2016) di India yang
Penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna
yang dilakukan Damelash (2015) di Ethiopia antara anemia dengan kejadian BBLR dan ibu yang
menyatakan bahwa ibu primipara 2,6 kali lebih mengalami anemia berisiko 6,19 kali untuk
beresiko untuk mengalami BBLR (CI=1,62-4,10).23 melahirkan bayi yang BBLR (aOR=6.19; 95% CI
Tidak bermaknanya hubungan antara 1.44 - 26,71).25,26
paritas dengan kejadian BBLR pada penelitian Adanya perbedaan besarnya risiko kejadian
disebabkan karena distribusi ibu dengan paritas yang dilakukan oleh Nair, et al dan pada penelitian
berisiko yang mengalami BBLR dan yang tidak ini kemungkinan dapat disebabkan karena pada
mengalami BBLR tidak jauh berbeda. Ibu dengan penelitian yang dilakukan Nair, et al (2016) kejadian
paritas berisiko yang mengalami BBLR sebanyak anemia yang dimaksud adalah anemia selama
79 responden (48,5%) sedangkan ibu dengan kehamilan sedangkan pada penelitian ini anemia
paritas berisiko yang tidak mengalami BBLR yang dimaksud hanya dibatasi pada anemia yang
sebanyak 78 responden (47,9%). Hal ini terjadi pada ibu saat TM III.
disebabkan karena faktor penyebab BBLR saling Secara teori, pada ibu yang mengalami
komplementer, sehingga meskipun paritas berisiko anemia TM III, rendahnya kandungan oksigen
tetapi melahirkan bayi yang normal, hal ini dalam darah ibu dapat mempengaruhi
disebabkan karena adanya kecenderungan ibu perkembangan plasenta dan mengakibatkan
dengan paritas yang berisiko tersebut didukung terjadinya gangguan suplai oksigen dan gizi ke
oleh gizi yang baik, usia yang masih dalam batasan janin. Pada trimester akhir kehamilan peningkatan
usia yang tidak berisiko dan tidak mengalami kebutuhan zat besi meningkat sehubungan dengan
anemia. adanya kehilangan basal normal dari saluran
Berdasarkan teori, paritas yang berisiko gastrointestinal, kulit, saluran perkemihan,
adalah paritas pertama (Primipara) dan paritas 4 kebutuhan plasenta, tali pusat dan pertumbuhan
27
(grademultipara). Hal ini berkaitan dengan fetus.
13
Kesehatan Ibu dan Anak, Volume 11, No.1, Juli 2017, hal 8-15
14
Fatinah, Theresia, Wahyuningsih, Hubungan Indeks Massa Tubuh Ibu ..............
15