Ervina Novi Susanti - 082310101008

Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 117

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERAWAT DENGAN

MOTIVASI PERAWAT DALAM PEMENUHAN


KEBUTUHAN KEBERSIHAN DIRI PASIEN DI
RUANG RAWAT INAP RSU dr. H. KOESNADI
BONDOWOSO

SKRIPSI

oleh

Ervina Novi Susanti


NIM 082310101008

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS


JEMBER 2013
Tim Penguji
Ketua

Ns. Nurfika Asmaningrum, M. Kep.


NIP 19800112 200912 2 002

Anggota I Anggota II

Ns. Dodi Wijaya, M. Kep. Iis Rahmawati, S.Kp., M.Kes


NIP 19820622 201012 1 002 NIP 19750911 200501 2 001

Mengesahkan
Ketua Program Studi,

dr. Sujono Kardis, Sp.KJ.


NIP 19490610 198203 1 001

ii
Hubungan Karakteristik Perawat dengan Motivasi Perawat dalam Pemenuhan
Kebutuhan Kebersihan Diri Pasien di Ruang Rawat Inap RSU dr. H. Koesnadi
Bondowoso (The Correlation between Nurse Characteristics with Nurse
Motivation in Fulfilling Hygiene Needs of Patient in The Inpatient Unit RSU dr.
H. Koesnadi Bondowoso)

Ervina Novi Susanti

Nursing Science Study Program, Jember University

ABSTRACT

Nurses had role as care provider which one of these cares was keep the
body of patient clean and tidy. During caring process, nurses need high
motivation in doing their caring process. The purpose of this research was to
analyze the correlation between the nurses characteristics with the nurses
motivation in the fulfilling personal hygiene needs of patients in the inpatient unit
dr. H. Koesnadi Bondowoso. This research used correlational study, with the
descriptive analytic research model using cross sectional approach. Number of
samples were 46 with sampling technique used was probability sampling. Validity
and reliability test used the Pearson Product Moment and Cronbach Alpha test.
Data analysis using independent t test and also use the chi-square test. Data
analysis using independent t test and also use the chi-square test. The results
showed a significant correlation between nurses characteristics (age) with the
nurses motivation with p value (0,001) < α=0,05. The results showed a significant
correlation between level of education with p value (0,000) < α=0,05. The results
showed a significant correlation between length of work with p value (0,006) <
α=0,05. The results showed no significant correlation between gender with the
nurses motivation with p value (0,846) > α=0,05. There needs a follow-up from
local health providers, specifically related to personal hygiene needs fulfilling by
providing training related to personal hygiene of patients, recruitment of new
nurse, and increase the motivation of nurses in fulfilling the needs of personal
hygiene will be able to overcome that consideration.

Key words: Characteristics, Motivation, Nurse, Personal Hygiene

iii
RINGKASAN

Hubungan Karakteristik Perawat dengan Motivasi Perawat dalam


Pemenuhan Kebutuhan Kebersihan Diri Pasien di Ruang Rawat Inap RSU
dr. H. Koesnadi Bondowoso; Ervina Novi Susanti, 082310101008; 2013; 104
halaman; Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember.

Asuhan keperawatan merupakan kegiatan mandiri perawat yang didasarkan


pada kebutuhan pasien untuk memenuhi aktivitas kehidupan sehari-sehari.
Pelayanan keperawatan mencakup seluruh kebutuhan dasar seorang manusia.
Kebutuhan dasar tersebut sering kali disebut 14 (empat belas) kebutuhan dasar
Henderson, yang memberikan kerangka kerja dalam melakukan asuhan
keperawatan, yang salah satu di antaranya adalah menjaga tubuh tetap bersih dan
rapi (Henderson, 1955 dalam Potter & Perry, 2005).
Perawat sebagai tenaga kesehatan memiliki sejumlah peran di dalam
menjalankan tugasnya sesuai dengan hak dan kewenangan yang ada (Asmadi,
2008). Peran perawat salah satunya adalah sebagai pemberi asuhan keperawatan
atau care provider. Perawat harus menjalankan tugasnya sesuai dengan standar
kompetensi. Standar kompetensi perawat merupakan kompetensi yang harus
dimiliki oleh perawat untuk memberikan asuhan keperawatan profesional. Standar
kompetensi perawat Indonesia setara dengan standar internasional, dengan
demikian perawat Indonesia mendapatkan pengakuan yang sama dengan perawat
dari negara lain (Persatuan Perawat Nasional Indonesia, 2012).
Kebersihan diri merupakan kebutuhan dasar manusia yang senantiasa harus
terpenuhi. Kebutuhan manusia menurut Maslow tersusun dalam suatu hirarki,
mulai dari hirarki kebutuhan yang paling dasar hingga kebutuhan yang paling
tinggi tingkatannya. Kebersihan diri merupakan kebutuhan yang utama dalam
memelihara kesehatan seseorang. Kebersihan diri tidak hanya dibutuhkan untuk
orang yang sehat, tetapi juga untuk orang yang sakit. Selama memberikan
perawatan, perawat perlu memiliki motivasi yang tinggi dalam melaksanakan
pelayanan asuhan keperawatan (Suarli dan Bahtiar, 2009).

iv
Hasil penelitian Riyadi dan Kusnanto (2007) menyatakan bahwa dalam
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, setiap perawat harus mempunyai
motivasi yang tinggi agar nantinya didapatkan kinerja yang baik. Semakin tinggi
motivasi kerja seorang perawat maka diharapkan semakin tinggi pula kinerja
perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan pada klien. Motivasi adalah
segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu (Purwanto,
2000 dalam Suarli dan Bahtiar, 2009). Motivasi dibedakan menjadi dua macam,
yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik (motivasi dari
dalam) adalah motivasi yang datang dari dalam individu. Motivasi ekstrinsik
(motivasi dari luar) adalah motivasi yang datang dari luar individu (Suarli dan
Bahtiar, 2009). Karakteristik individu atau karakteristik perawat termasuk dalam
motivasi intrinsik. Perawat dalam dalam melaksanakan pemenuhan kebutuhan
kebersihan diri pasien merupakan suatu bentuk kinerja perawat ketika di lapangan.
Nursalam (2002) mengungkapkan bahwa karakteristik perawat merupakan faktor-
faktor yang mempengaruhi kinerja perawat. Karakteristik perawat dikategorikan
menjadi usia, tingkat pendidikan, jenis kelamin, dan lama bekerja (Smet, 2004).
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan karakteristik
perawat dengan motivasi perawat dalam pemenuhan kebutuhan kebersihan diri
pasien di ruang rawat inap RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso. Desain penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi korelasi, dengan jenis penelitian
yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional.
Populasi pada penelitian ini sebanyak 71 perawat yang merupakan perawat di
ruang rawat inap RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso dengan jumlah sampel 46
perawat. Teknik pemilihan sampel yang digunakan adalah probability sampling.
Penelitian dilakukan di RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso dan sumber data yang
digunakan adalah sumber data primer yang diperoleh dari kuesioner sebagai alat
pengumpul data dan sumber data sekunder yang diperoleh dari data mengenai
perawat di RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso. Uji validitas dan reliabilitas
menggunakan Pearson Product Moment dan uji Alpha Cronbach.
Analisis data menggunakan uji T Independen dengan tingkat kemaknaan 5%
dan juga menggunakan uji chi-square. Hasil analisis data karakteristik perawat

v
(usia) dengan motivasi perawat menunjukkan ada hubungan yang signifikan
dengan p value (0,001) < α=0,05. Hasil analisis data karakteristik perawat (jenis
kelamin) dengan motivasi perawat menunjukkan tidak ada hubungan yang
signifikan dengan p value (0, 846) > α=0,05. Hasil analisis data karakteristik
perawat (tingkat pendidikan) dengan motivasi perawat menunjukkan ada
hubungan yang signifikan dengan p value (0,000) < α=0,05. Hasil analisis data
karakteristik perawat (lama bekerja) dengan motivasi perawat menunjukkan ada
hubungan yang signifikan dengan p value (0,006) < α=0,05. Kondisi demikian
perlu adanya tindak lanjut dari tenaga kesehatan setempat terutama untuk
meningkatkan kualitas pelayanan tindakan keperawatan lebih khususnya terkait
dengan pemenuhan kebutuhan kebersihan diri dengan mengadakan pelatihan-
pelatihan terkait kebersihan diri pasien, rekrutmen perawat baru, dan
meningkatkan motivasi perawat dalam pemenuhan kebutuhan kebersihan diri akan
mampu mengatasi pertimbangan tersebut.

vi
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL...............................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................................ii
ABSTRACT...................................................................................................................................iii
RINGKASAN...............................................................................................................................iv
DAFTAR ISI................................................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................................xi
DAFTAR TABEL......................................................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................................xiii
BAB I. PENDAHULUAN........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................11
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................................................11
1.3.1 Tujuan Umum......................................................................................................11
1.3.1 Tujuan Khusus.....................................................................................................12
1.4 Manfaat Penelitian......................................................................................................12
1.4.1 Manfaat Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan (Rumah Sakit)................13
1.4.2 Manfaat Bagi Perawat.......................................................................................13
1.4.3 Manfaat Bagi Institusi Pendidikan.................................................................13
1.4.4 Manfaat Bagi Penelitian....................................................................................14

1.5 Keaslian Penelitian......................................................................................................14


BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................16
2.1 Konsep Perawat...........................................................................................................16
2.1.1 Pengertian Perawat.............................................................................................16
2.1.2 Proses Keperawatan...........................................................................................17
2.1.3 Langkah-langkah Proses Keperawatan........................................................19
2.2 Motivasi...........................................................................................................................23

vii
2.2.1 Pengertian Motivasi ......................................................................... 23
2.2.2 Teori Motivasi .................................................................................. 24
2.2.3 Aspek, Pola-pola dan Tujuan Motivasi ............................................ 30
2.2.4 Jenis-jenis Motivasi .......................................................................... 32
2.2.5 Faktor yang Mempengaruhi Motivasi .............................................. 32
2.2.6 Dimensi dan Indikator Motivasi Kerja Perawat ............................... 33
2.3 Konsep Kebersihan Diri ......................................................................... 35
2.3.1 Pengertian Kebersihan Diri .............................................................. 35
2.3.2 Tujuan Kebersihan Diri .................................................................... 36
2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebersihan Diri........................ 36
2.3.4 Jenis-jenis Kebersihan Diri .............................................................. 39
2.4 Konsep Karakteristik.............................................................................. 43
2.4.1 Pembagian Karakteristik .................................................................. 44
2.5Keterkaitan Karakteristik Perawat dengan Motivasi Perawat
dalam Pemenuhan Kebutuhan Kebersihan Diri Pasien ...................... 49
2.6 Kerangka Teori ....................................................................................... 52
BAB III. KERANGKA KONSEP ...................................................................... 53
3.1 Kerangka Konsep .................................................................................... 53
3.2 Hipotesis Penelitian ................................................................................. 54
BAB IV. METODE PENELITIAN ................................................................... 55
4.1 Desain Penelitian ..................................................................................... 55
4.2 Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................. 56
4.2.1 Populasi Penelitian ........................................................................... 56
4.2.2 Sampel Penelitian ............................................................................. 56
4.2.3 Teknik Pengambilan Sampel............................................................ 58
4.2.4 Kriteria Sampel Penelitian ............................................................... 59
4.3 Tempat Penelitian ................................................................................... 60
4.4 Waktu Penelitian ..................................................................................... 61
4.5 Definisi Operasional ................................................................................ 61
4.6 Pengumpulan Data .................................................................................. 64
4.6.1 Sumber Data ..................................................................................... 64

viii
4.6.2 Teknik Pengumpulan Data...............................................................................64
4.6.3 Alat Pengumpulan Data....................................................................................65
4.6.4 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas...................................................................67
4.7 Pengolahan Data..........................................................................................................69
4.7.1 Editing....................................................................................................................70
4.7.2 Coding....................................................................................................................70
4.7.3 Processing/Entry.................................................................................................71
4.7.4 Cleaning.................................................................................................................71
4.8 Analisis Data..................................................................................................................72
4.8.1 Analisis Univariat...............................................................................................72
4.8.2 Analisis Bivariat..................................................................................................73
4.9 Etika Penelitian............................................................................................................74
4.9.1 Lembar Persetujuan Penelitian (Inform Consent).....................................74
4.9.2 Kerahasiaan (Confidentiality).........................................................................75
4.9.3 Asas Kemanfaatan..............................................................................................75
4.9.4 Asas Keadilan......................................................................................................75
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................................76
5.1 Hasil Penelitian.............................................................................................................77
5.1.1 Karakteristik Responden Penelitian..............................................................77
5.1.2 Deskripsi Motivasi Perawat dalam Pemenuhan Kebutuhan
Kebersihan Diri Pasien di Ruang Rawat Inap RSU dr. H.
Koesnadi Bondowoso 79
5.1.3 Analisis Hubungan Karakteristik Perawat dengan Motivasi
Perawat dalam Pemenuhan Kebutuhan Kebersihan Diri Pasien di
Ruang Rawat Inap RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso 80
5.2 Pembahsan.....................................................................................................................85
5.2.1 Karakteristik perawat (usia) dengan motivasi perawat dalam
pemenuhan kebutuhan kebersihan diri pasien di RSU dr. H.
Koesnadi Bondowoso 85

ix
5.2.2 Karakteristik perawat (jenis kelamin) dengan motivasi perawat
dalam pemenuhan kebutuhan kebersihan diri pasien di RSU dr. H.
Koesnadi Bondowoso........................................................................................87
5.2.3 Karakteristik perawat (tingkat pendidikan) dengan motivasi
perawat dalam pemenuhan kebutuhan kebersihan diri pasien di
RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso.................................................................89
5.2.4 Karakteristik perawat (lama bekerja) dengan motivasi perawat
dalam pemenuhan kebutuhan kebersihan diri pasien di RSU dr. H.
Koesnadi Bondowoso........................................................................................92
5.3 Keterbatasan Penelitian............................................................................................94
5.4 Implikasi Keperawatan.............................................................................................94
BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN..................................................................................96
6.1 Simpulan.........................................................................................................................96
6.2 Saran.................................................................................................................................97
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................100
LAMPIRAN

x
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Teori ................................................................................. 52

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ............................................................ 53


Gambar 4.1 Skema Pengambilan Sampel Tiap Ruang ........................................ 59

xi
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Perhitungan Jumlah Sampel..................................................................................59


Tabel 4.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional..................................................62
Tabel 4.3 Kisi-Kisi Kuesioner Penelitian.............................................................................66
Tabel 4.4 Analisis Bivariat........................................................................................................73

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A. Lembar Informed...............................................................................................105


Lampiran B. Lembar Consent.................................................................................................106
Lampiran C.Kuesioner Motivasi Perawat dalam Pemenuhan Kebutuhan
Kebersihan Diri Pasien..............................................................................................................107
Lampiran D. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas.............................................................112
Lampiran E. Hasil Penelitian dan Analisis Data...............................................................116
Lampiran F. Dokumentasi Penelitian...................................................................................127
Lampiran G. Surat Rekomendasi...........................................................................................129
Lampiran H. Surat Ijin...............................................................................................................133
Lampiran I. Pembimbingan Skripsi.......................................................................................136

xiii
BAB 1. PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dijelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah,

tujuan, manfaat, dan keaslian penelitian dari hubungan karakteristik perawat

dengan motivasi perawat dalam pemenuhan kebutuhan kebersihan diri pasien di

ruang rawat inap RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso.

1.1. Latar Belakang

Keperawatan merupakan bentuk pelayanan profesional dalam memberikan

asuhan keperawatan kepada pasien secara berkesinambungan dimulai ketika

pasien membutuhkan pelayanan sampai pasien mampu melakukan kegiatan

sehari-hari secara produktif untuk dirinya sendiri dan orang lain (Kusnanto, 2004).

Hasil penelitian Roatib et al. (2007) menyatakan bahwa pelayanan keperawatan di

rumah sakit merupakan bagian utama dari pelayanan kesehatan yang diberikan

kepada klien, oleh karena itu kualitas pelayanan kesehatan sangat ditentukan oleh

kualitas pelayanan keperawatan dan kualitas pelayanan keperawatan dipengaruhi

oleh keefektifan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien.

Asuhan keperawatan merupakan kegiatan mandiri perawat yang didasarkan

pada kebutuhan pasien untuk memenuhi aktivitas kehidupan sehari-sehari.

Pelayanan keperawatan mencakup seluruh kebutuhan dasar seorang manusia.

Kebutuhan dasar tersebut sering kali disebut 14 (empat belas) kebutuhan dasar

Henderson, yang memberikan kerangka kerja dalam melakukan asuhan

1
2

keperawatan, yang salah satu di antaranya adalah menjaga tubuh tetap bersih dan

rapi (Henderson, 1955 dalam Potter & Perry, 2005).

Perawat sebagai tenaga kesehatan memiliki sejumlah peran di dalam

menjalankan tugasnya sesuai dengan hak dan kewenangan yang ada (Asmadi,

2008). Peran perawat salah satunya adalah sebagai pemberi asuhan keperawatan

atau care provider. Perawat harus menjalankan tugasnya sesuai dengan standar

kompetensi. Standar diartikan sebagai ukuran atau patokan yang disepakati,

sedangkan kompetensi dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang yang dapat

terobservasi mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam

menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas dengan standar kinerja (performance)

yang ditetapkan. Standar kompetensi perawat merupakan kompetensi yang harus

dimiliki oleh perawat untuk memberikan asuhan keperawatan profesional. Standar

kompetensi perawat Indonesia setara dengan standar internasional, dengan

demikian perawat Indonesia mendapatkan pengakuan yang sama dengan perawat

dari negara lain (Persatuan Perawat Nasional Indonesia, 2012).

Hasil penelitian Sulistyowati (2012) menyatakan bahwa peran perawat

sebagai care provider harus dilaksanakan secara komprehensif atau menyeluruh,

tidak hanya berfokus pada tindakan promotif, tetapi juga pada tindakan preventif

seperti pelaksanaan kebersihan diri pada pasien, karena melakukan kebersihan diri

pada pasien termasuk dalam standar kompetensi perawat dalam pelaksanaan

asuhan keperawatan (Persatuan Perawat Nasional Indonesia, 2012).

Kebersihan diri merupakan kebutuhan dasar manusia yang senantiasa

harus terpenuhi. Maslow mengatakan bahwa kebutuhan manusia tersusun dalam


3

suatu hirarki, mulai dari hirarki kebutuhan yang paling dasar hingga kebutuhan

yang paling tinggi tingkatannya. Orang akan berusaha memenuhi kebutuhan yang

lebih pokok terlebih dahulu (fisiologis) sebelum beralih pada kebutuhan yang

lebih tinggi. Seseorang akan termotivasi untuk memenuhi kebutuhan yang paling

menonjol atau yang paling kuat dirasakannya pada saat ini (Suarli dan Bahtiar,

2009). Kebersihan diri merupakan kebutuhan yang utama dalam memelihara

kesehatan seseorang.

Pemeliharaan kebersihan diri perorangan diperlukan untuk kenyamanan

individu, keamanan, dan kesehatan. Kebersihan diri tidak hanya dibutuhkan untuk

orang yang sehat, tetapi juga untuk orang yang sakit. Orang yang sehat mampu

memenuhi kebutuhan kesehatannya sendiri, sedangkan pada orang yang sakit atau

memiliki tantangan fisik memerlukan bantuan perawat untuk melakukan praktik

kesehatan yang rutin. Perawat menentukan kemampuan klien untuk melakukan

perawatan diri dan memberikan perawatan kebersihan diri menurut kebutuhan dan

pilihan pasien. Perawat juga memberikan perawatan kesehatan rutin, mengkaji

status fisik dan emosional pasien, dan mengimplementasi proses perawatan bagi

kesehatan total pasien (Potter & Perry, 2005). Perawat selama memberikan

perawatan perlu memiliki motivasi yang tinggi dalam melaksanakan pelayanan

asuhan keperawatan.

Hasil penelitian Riyadi dan Kusnanto (2007) menyatakan bahwa dalam

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, setiap perawat harus mempunyai

motivasi yang tinggi agar nantinya didapatkan kinerja yang baik. Semakin tinggi

motivasi kerja seorang perawat maka diharapkan semakin tinggi pula kinerja
4

perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan pada klien. Motivasi adalah

segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu (Purwanto,

2000 dalam Suarli dan Bahtiar, 2009). Motivasi dibedakan menjadi dua macam,

yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik (motivasi dari

dalam) adalah motivasi yang datang dari dalam individu. Motivasi ekstrinsik

(motivasi dari luar) adalah motivasi yang datang dari luar individu (Suarli dan

Bahtiar, 2009). Perawat dalam dalam melaksanakan pemenuhan kebutuhan

kebersihan diri pasien merupakan suatu bentuk kinerja perawat ketika di lapangan.

Nursalam (2002) mengungkapkan bahwa karakteristik perawat merupakan faktor-

faktor yang mempengaruhi kinerja perawat. Karakteristik perawat dikategorikan

menjadi usia, tingkat pendidikan, jenis kelamin, dan lama bekerja (Smet, 2004).

Perawat harus memiliki konsep dan pengertian yang benar mengenai

asuhan keperawatan. Pengetahuan mengenai asuhan keperawatan yang didapat

selama menempuh pendidikan keperawatan harus selalu diingat dan lebih

dikembangkan lagi. Robbins & Judge (2008) menyatakan bahwa jika penelitian

memisahkan antara profesional dan nonprofesional, maka akan didapatkan bahwa

tingkat kinerja cenderung meningkat pada profesional dengan bertambahnya usia

mereka, dan pada nonprofesional kinerja tersebut menurun seiring dengan

pertambahan usia. Semakin bertambah usia seseorang, maka akan semakin banyak

pengalaman yang akan didapatkan. Perawat juga mengalami hal yang sama yaitu

semakin bertambahnya usia perawat, maka semakin banyak pula pengalaman

yang akan didapatkan.


5

Robbins & Judge (2008) memandang bahwa wanita yang telah menikah

memiliki kecenderungan secara tradisi bertanggung jawab pada perawatan

keluarga, maka wanita biasanya mengambil cuti atau libur pada saat ada anggota

keluarga yang sakit, sehingga terlihat bahwa wanita memiliki tingkat

ketidakhadiran lebih tinggi dibandingkan dengan pria. Edyana (2008) menyatakan

bahwa ada perbedaan kemampuan antara pria dengan wanita dalam hubungan

antar manusia, wanita memiliki kepekaan lebih tinggi dalam menginterpretasi

tanda-tanda komunikasi dibandingkan dengan pria. Wanita dinyatakan lebih

unggul dalam kemampuan bahasa dan verbalisasi terutama dalam hal kognitif,

sedangkan pria lebih unggul dalam kemampuan mengenali ruang dan matematika.

Siagian (1995) dan Hasibuan (2005) menyatakan bahwa pengetahuan yang

didapat dalam pendidikan merupakan pengalaman yang berfungsi untuk

mengembangkan kemampuan dan kualitas kepribadian seseorang. Tingkat

pendidikan seseorang yang semakin tinggi, maka semakin besar pula keinginan

untuk memanfaatkan pengetahuan dan keterampilannya. Kuncoroningrat (1997)

dalam Elvarida (2010) menyatakan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang,

maka semakin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya.

Robbins & Judge (2008) menyatakan bahwa semakin lama seseorang

bekerja, maka keterampilan dan pengalamannya dalam bidang pekerjaan tersebut

juga akan semakin meningkat. Menurut Kataoka-Yahiro & Saylor (1994) dalam

Elvarida (2010), ketika perawat sebagai orang baru yang belum berpengalaman

didalam pelayanan, kemampuan berpikir kritis dalam melakukan asuhan

keperawatan sangat terbatas, oleh karena itu perawat harus mau belajar dari
6

perawat lain dan menerima pendapat serta masukan dari orang lain. Pengalaman

dapat membantu seseorang menambah kemampuannya untuk melepaskan ego atau

kekuasaan untuk menerima pendapat orang lain yang kemudian menganalisis dan

menguji alternatif secara mandiri dan sistematis. Perawat dapat mencoba berbagai

alternatif yang ada untuk memecahkan masalah yang muncul pada saat asuhan

keperawatan dilaksanakan dengan berbekal pengalaman perawat.

RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso merupakan salah satu rumah sakit milik

pemerintah dengan tipe B non pendidikan yang berada di pusat kota Bondowoso.

RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso terletak di jalan Kapten Piere Tendean No.3

Bondowoso. RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso menerima pasien dari wilayah

Kabupaten Bondowoso dan sekitarnya serta berasal dari setiap kecamatan yang

berasal dari Kabupaten Bondowoso dan memiliki pelayanan rawat inap dan rawat

jalan.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan, terlihat bahwa kebersihan pasien

dan kebersihan disekitar pasien kurang, seperti seprai yang digunakan pasien

masih ada bekas noda. Peneliti melakukan wawancara terhadap beberapa kepala

ruang pada masing-masing ruang rawat inap terkait dengan pelaksanaan

pemenuhan kebutuhan kebersihan diri pada pasien. SOP (Standard Operational

Procedure) tentang kebersihan diri pada tiap-tiap ruang di RSU dr. H. Koesnadi

Bondowoso sudah ada, tetapi ada beberapa yang masih belum diperbarui.

Kepala ruang juga menyatakan bahwa pelaksanaan pemenuhan kebutuhan

kebersihan diri pasien masih belum optimal, hal ini dikarenakan tugas pokok

perawat masih sangat banyak dan beberapa kepala ruang juga mengatakan bahwa
7

belum optimalnya pemenuhan kebutuhan kebersihan diri pasien dikarenakan oleh

jumlah perawat yang terbatas, dan ada juga yang menyatakan bahwa pemenuhan

kebutuhan kebersihan diri biasanya dilakukan pada pasien yang tidak sadar atau

gelandangan yang tidak mempunyai keluarga dan pada kejadian ini pemenuhan

kebutuhan kebersihan diri pasien benar-benar dilakukan. Kepala ruang

menyatakan bahwa perawat biasanya memberikan air hangat pada pasien pada

pagi dan sore hari. Pelaksanaan kebersihan diri pasien seringkali mahasiswa yang

sedang praktek yang melakukan tindakan kebersihan diri pasien dan beberapa

juga ada yang mengatakan bahwa kurang pengalaman membuat perawat kurang

termotivasi dalam melaksanakan kebersihan diri pasien. Karakteristik

mempengaruhi seseorang dalam melakukan sesuatu.

Studi pendahuluan yang dilakukan di RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso,

terdapat enam ruang rawat inap yaitu Paviliun Mawar (ruang perawatan maternal),

Paviliun Seruni (ruang perawatan bayi), Paviliun Melati (ruang perawatan anak),

Paviliun Dahlia (ruang perawatan kecelakaan), Paviliun Bougenville (ruang

perawatan penyakit dalam), dan Paviliun Teratai (ruang perawatan stroke).

Peneliti mengambil empat ruang, yaitu Paviliun Paviliun Melati, Paviliun Dahlia,

Paviliun Bougenville, dan Paviliun Teratai. Hasil data yang didapat, jumlah total

perawat adalah 71 perawat yang terbagi dengan status pegawai negeri adalah 58

perawat dan status tenaga honorer adalah 13 perawat dengan tingkat pendidikan

S1 adalah 25 perawat, D3 adalah 43 perawat, D4 adalah 1 orang perawat, dan

SPK adalah 2 orang perawat.


8

Mutu pelayanan rumah sakit dapat dilihat dari segi aspek-aspek sebagai

berikut : aspek klinis (pelayanan dokter, perawat dan terkait teknis medis), aspek

efisiensi dan efektifitas pelayanan, keselamatan pasien, dan kepuasan pasien.

Indikator untuk mengetahui mutu efisiensi rumah sakit antara lain : pemanfaatan

tempat tidur, pemanfaatan tenaga, pemanfaatan penunjang medik, dan keuangan.

Indikator pemanfaatan tempat tidur yang mudah dilihat dan diketahui adalah

melalui angka BOR (Bed Occupancy Rate) atau angka penggunaan tempat tidur,

ALOS (Average Length Of Stay) atau rata-rata lamanya pasien dirawat, dan TOI

(Turn Over Interval) atau tenggang perputaran (Sabarguna, 2004).

BOR (Bed Occupancy Rate) atau angka penggunaan tempat tidur adalah

persentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini

memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah

sakit. Nilai parameter BOR idealnya adalah antara 60% - 85%. ALOS (Average

Length of Stay) atau rata-rata lamanya pasien dirawat adalah rata-rata lama rawat

seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi,

juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan. Nilai parameter ALOS

idealnya adalah 6-9 hari. TOI (Turn Over Interval) atau tenggang perputaran

adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat

terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan

tempat tidur. Nilai parameter TOI idealnya adalah tempat tidur kosong tidak terisi

pada kisaran 1-3 hari (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007).


9

Data yang didapat pada bulan terakhir yaitu bulan desember 2012,

didapatkan data mengenai persentase jumlah BOR sebesar 68,86%, jumlah ALOS

adalah 4,44 hari dan jumlah TOI adalah 1,76 hari. Rata-rata tingkat

ketergantungan pasien minimal care adalah 22,075 %, pasien partial care adalah

66,25 %, dan pasien total care adalah 11,675 %. Angka pemanfaatan tempat tidur

seperti hal tersebut adalah salah satu indikator yang mudah dilihat oleh

masyarakat atau orang awam untuk memantau bagaimana mutu sebuah pelayanan

rumah sakit.

Douglas membagi klasifikasi derajat ketergantungan pasien ada tiga

kategori, yaitu perawatan minimal care, perawatan partial care, dan perawatan

total care. Klasifikasi derajat ketergantungan pasien memiliki kriteria masing-

masing. Perawatan minimal care memerlukan waktu 1-2 jam/24 jam dimana

kriterianya adalah kebersihan diri pasien, mandi, mengganti pakaian, observasi

tanda-tanda vital dilakukan tiap shift. Perawatan partial care memerlukan waktu

3-4 jam/24 jam dimana kriterianya adalah kebersihan diri dibantu, makan dan

minum dibantu, observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam. Perawatan total care

memerlukan waktu 5-6 jam/24 jam dimana kriterianya adalah segalanya dibantu,

observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam, makan memerlukan NGT (naso gastric

tube), menggunakan terapi intravena (Douglas, 1984 dalam Swansburg &

Swansburg, 1999). Pembagian klasifikasi derajat ketergantungan pasien ini dapat

membantu perawat dalam menentukan dan melakukan tindakan kebersihan diri

pada pasien.
10

Menurut Potter & Perry (2005), kebersihan diri adalah suatu tindakan

untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik

dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu

melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya. Kebersihan individu yang buruk

atau bermasalah akan mengakibatkan berbagai dampak baik fisik maupun

psikososial. Dampak fisik yang sering dialami seseorang tidak terjaga dengan baik

adalah gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada

mata dan telinga, dan gangguan fisik pada kuku. Masalah sosial yang

berhubungan dengan kebersihan diri adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman,

kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan

gangguan interaksi sosial (Wartonah, 2006).

Hal-hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan

tindakan keperawatan lebih khususnya terkait dengan pemenuhan kebutuhan

kebersihan diri dengan mengadakan pelatihan-pelatihan terkait kebersihan diri

pasien, rekrutmen perawat baru, dan meningkatkan motivasi perawat dalam

pemenuhan kebutuhan kebersihan diri akan mampu mengatasi pertimbangan

tersebut.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka peneliti tertarik untuk

mengidentifikasi hubungan karakteristik perawat dengan motivasi perawat dalam

pemenuhan kebutuhan kebersihan diri pasien di ruang rawat inap RSU dr. H.

Koesnadi Bondowoso.
11

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis dapat merumuskan suatu

masalah yang dapat diangkat dalam penelitian yaitu :

1.2.1 Apakah ada hubungan antara usia dengan motivasi perawat dalam

pemenuhan kebutuhan kebersihan diri pasien di ruang rawat inap RSU dr.

H. Koesnadi Bondowoso?

1.2.2 Apakah ada hubungan antara jenis kelamin dengan motivasi perawat

dalam pemenuhan kebutuhan kebersihan diri pasien di ruang rawat inap

RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso?

1.2.3 Apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan motivasi perawat

dalam pemenuhan kebutuhan kebersihan diri pasien di ruang rawat inap

RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso?

1.2.4 Apakah ada hubungan antara lama bekerja dengan motivasi perawat dalam

pemenuhan kebutuhan kebersihan diri pasien di ruang rawat inap RSU dr.

H. Koesnadi Bondowoso?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dirumuskan dalam tujuan umum dan tujuan khusus seperti

yang diuraikan berikut ini.

1.3.1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan karakteristik perawat

dengan motivasi perawat dalam pemenuhan kebutuhan kebersihan diri pasien di

ruang rawat inap RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso.


12

1.3.2. Tujuan khusus

a. mengidentifikasi usia perawat, jenis kelamin perawat, tingkat pendidikan

perawat, dan lama bekerja perawat di ruang rawat inap RSU dr. H.

Koesnadi Bondowoso;

b. mengidentifikasi motivasi perawat dalam pemenuhan kebutuhan kebersihan

diri pasien di ruang rawat inap RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso;

c. mengidentifikasi hubungan usia dengan motivasi perawat dalam

pemenuhan kebutuhan kebersihan diri pasien di ruang rawat inap RSU dr.

H. Koesnadi Bondowoso;

d. mengidentifikasi hubungan jenis kelamin dengan motivasi perawat dalam

pemenuhan kebutuhan kebersihan diri pasien di ruang rawat inap RSU dr.

H. Koesnadi Bondowoso;

e. mengidentifikasi hubungan tingkat pendidikan dengan motivasi perawat

dalam pemenuhan kebutuhan kebersihan diri pasien di ruang rawat inap

RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso;

f. mengidentifikasi hubungan lama bekerja dengan motivasi perawat dalam

pemenuhan kebutuhan kebersihan diri pasien di ruang rawat inap RSU dr.

H. Koesnadi Bondowoso.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada rumah

sakit, perawat, institusi pendidikan dan penelitian.


13

1.4.1 Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan (Rumah Sakit)

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi bagi rumah

sakit sebagai dasar untuk menentukan kebijakan, sebagai media informasi bagi

institusi, dan evaluasi, serta sebagai masukan guna meningkatkan kinerja perawat

dalam pelaksanaan pemenuhan kebutuhan kebersihan diri yang dilakukan oleh

perawat.

1.4.2 Bagi Perawat

Sebagai masukan bagi perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan

yang efektif (khususnya dalam hal pelaksanaan pemenuhan kebutuhan kebersihan

diri) pada pasien rawat inap dan sebagai evaluasi jalannya pelaksanaan asuhan

keperawatan pemenuhan kebutuhan kebersihan diri.

1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan

Manfaat yang bisa diperoleh bagi institusi pendidikan adalah diharapkan

dapat memberi informasi untuk pengembangan pendidikan keperawatan

khususnya tentang kebersihan diri. Penelitian ini dapat digunakan sebagai salah

satu media pembelajaran yang diberikan kepada peserta didik dan diharapkan

dalam pelaksanaan perkuliahan memperbanyak latihan atau simulasi dalam

penerapan kebersihan diri sehingga peserta didik dapat termotivasi nantinya untuk

menerapkan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien.


14

1.4.4 Bagi Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan dapat

sebagai dasar penelitian yang berkaitan dengan motivasi dan kebersihan diri.

1.5 Keaslian Penelitian

Penelitian yang mendukung penelitian ini salah satunya adalah penelitian

yang dilakukan oleh Siti Annisa Zakiyyah Noordin (2012) yang berjudul

“Gambaran Faktor Motivasi Perawat dalam Pemenuhan Kebutuhan Kebersihan

diri Pasien di Ruang Rawat Inap RSUD Sumedang”. Hasil studi pendahuluan di

RSUD Sumedang menunjukkan bahwa pelaksanaan kebersihan diri didorong oleh

faktor motivasi intrinsik dan ekstrinsik yang berdasarkan pada teori motivasi

Herzberg Dua Faktor. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat faktor motivasi

apa yang paling banyak muncul terhadap perawat dalam pemenuhan kebutuhan

kebersihan diri. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif.

Pengambilan sampel secara total sampling sebanyak 65 orang perawat.

Pengukuran faktor motivasi perawat menggunakan alat ukur kuesioner motivasi

kerja yang dimodifikasi berdasarkan teori motivasi Herzberg Dua Faktor. Analisa

data menggunakan Modus (Mo). Berdasarkan hasil penelitian, faktor motivasi

yang paling banyak adalah motivasi intrinsik. Hasil tersebut baik karena faktor

intrinsik merupakan motivasi dari dalam diri individu yang mengarah kepada

kepuasan individu dalam bekerja, menyelesaikan tugas, dan kemajuan mereka

selagi mereka bekerja di instansi tersebut.


15

Peneliti ingin melakukan penelitian terkait hubungan karakteristik perawat

dengan motivasi perawat dalam pemenuhan kebutuhan kebersihan diri di ruang

rawat inap RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso. Penelitian terdahulu dan sekarang

mempunyai perbedaan. Adapun perbedaan pertama dengan penelitian sekarang

dan sebelumnya terletak pada penggunaan variabel. Variabel pada penelitian

sekarang adalah karakteristik perawat sebagai variabel independen dan motivasi

dalam pelaksanaan pemenuhan kebutuhan kebersihan diri sebagai variabel

dependen, sedangkan pada penelitian terdahulu variabelnya adalah gambaran

faktor motivasi perawat dalam pemenuhan kebutuhan kebersihan diri.

Perbedaan kedua terletak pada tempat penelitian. Penelitian terdahulu

bertempat di ruang rawat inap RSUD Sumedang dan penelitian sekarang

bertempat di ruang rawat inap RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso. Perbedaan

ketiga terletak pada teknik pengambilan sampel, penelitian terdahulu pengambilan

sampel secara total sampling sebanyak 65 orang perawat dan penelitian saat ini

menggunakan proportional random sampling dengan menentukan jumlah sampel

menggunakan rumus proporsi sebanyak 46 orang perawat. Perbedaan keempat

terletak pada teknik analisa data, penelitian terdahulu menggunakan analisa data

Modus (Mo) dan penelitian sekarang menggunakan uji chi square dan uji t-

independen.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan dijelaskan tentang konsep perawat, konsep motivasi,

konsep kebersihan diri, dan konsep karakteristik.

2.1 Konsep Perawat

2.1.1 Pengertian Perawat

Perawat adalah orang yang mengasuh, merawat dan melindungi, yang

merawat orang sakit, luka dan usia lanjut (Elis & Hartley, 1980 dalam Priharjo

Robert, 2008). Florence Nightingale dalam bukunya What It Is, and It Is Not,

menyatakan bahwa peran perawat adalah menjaga pasien mempertahankan

kondisi terbaiknya terhadap masalah kesehatan yang menimpa dirinya.

Perawat merupakan salah satu profesi pelayanan kesehatan yang tersedia

dalam 24 jam sehari untuk mengkoordinasi perawatan kompleks yang dibutuhkan

oleh klien (Potter & Perry, 2005). Perawat adalah orang yang telah lulus dari

pendidikan perawat, baik di dalam maupun di luar negeri, sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku (Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia No 1239/MENKES/SK/XI/2001).

Berdasarkan uraian diatas tentang perawat, dapat disimpulkan pengertian

perawat adalah seorang yang selalu ada didekat pasien dan seorang yang paling

lama berinteraksi dengan pasien dalam melakukan asuhan keperawatan sejak

pasien masuk rumah sakit sampai pasien sembuh atau keluar dari rumah sakit.

16
17

2.1.2 Proses Keperawatan

Keperawatan merupakan suatu bentuk layanan kesehatan profesional,

keperawatan merupakan bagian integral dari layanan kesehatan yang berlandaskan

ilmu dan kiat keperawatan berbentuk layanan bio-psiko-sosial-spiritual yang

komprehensif yang ditujukan bagi individu, keluarga, dan masyarakat baik dalam

keadaan sehat ataupun sakit dan mencakup seluruh proses kehidupan. Penerapan

proses keperawatan dalam suatu asuhan keperawatan pada klien merupakan salah

satu wujud tanggung jawab dan tanggung gugat seorang perawat terhadap klien.

Penerapan proses keperawatan ini pada akhirnya akan meningkatkan kualitas

layanan keperawatan kepada klien (Asmadi, 2008).

Proses keperawatan merupakan suatu bentuk pendekatan untuk pemecahan

masalah yang memampukan perawat untuk mengatur dan memberikan asuhan

keperawatan. Proses keperawatan mengandung elemen berpikir kritis yang

memungkinkan perawat membuat penilaian dan melakukan tindakan berdasarkan

nalar (Potter & Perry, 2005).

Pendekatan proses keperawatan dapat digunakan pada semua metode

penugasan dalam keperawatan dengan menyesuaikan pada kebutuhan klien.

Perawat perlu mengkaji, merencanakan dan mengimplementasikan tindakan

keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien, serta melakukan evaluasi sesuai

dengan tujuan yang telah ditetapkan sehingga asuhan keperawatan yang diberikan

lebih sistematis dan komprehensif (Asmadi, 2008).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan proses keperawatan merupakan

tanggung jawab seorang perawat dalam memecahkan masalah yang terjadi pada
18

klien dan dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien baik sehat maupun

sakit.

Asmadi (2008) mengemukakan bahwa tujuan penerapan proses keperawatan

bagi klien, antara lain:

a. mempertahankan kesehatan klien;

b. mencegah sakit yang lebih parah/penyebaran penyakit/komplikasi akibat

penyakit;

c. membantu pemulihan kondisi klien setelah sakit;

d. mengembalikan fungsi maksimal tubuh;

e. membantu klien terminal untuk meninggal dengan tenang.

Tujuan penerapan proses keperawatan bagi profesionalitas keperawatan,

antara lain:

a. mempraktikkan metode pemecahan masalah dalam praktik keperawatan;

b. menggunakan standar praktik keperawatan;

c. memperoleh metode yang baku, rasional, dan sistematis;

d. memperoleh hasil asuhan keperawatan dengan efektivitas yang tinggi.

Potter & Perry (2005) juga mengemukakan tujuan proses keperawatan

adalah mengidentifikasi kebutuhan perawatan kesehatan klien, menetapkan

rencana asuhan keperawatan, dan menyelesaikan intervensi keperawatan yang

dirancang untuk memenuhi kebutuhan klien.


19

2.1.3 Langkah-langkah Proses Keperawatan

Kerangka kerja proses keperawatan menurut Potter & Perry (2005)

mencakup langkah-langkah pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan

(termasuk identifikasi hasil yang diperkirakan), implementasi dan evaluasi. Setiap

langkah proses keperawatan penting untuk pemecahan masalah yang akurat dan

dengan erat saling berhubungan satu sama lain. a. Pengkajian

Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan,

verifikasi, dan komunikasi data tentang klien. Fase proses keperawatan ini

mencakup dua langkah, yaitu: pengumpulan data dari sumber primer (klien),

sumber sekunder (keluarga, tenaga kesehatan), dan analisis data sebagai dasar

untuk diagnosa keperawatan (Bandman & Bandman, 1995 dalam Potter &

Perry, 2005). Tujuan pengkajian adalah untuk menetapkan dasar data tentang

kebutuhan, masalah kesehatan, pengalaman yang berkaitan, praktik kesehatan,

tujuan, nilai dan gaya hidup yang dilakukan klien. Informasi yang terkandung

dalam dasar data adalah dasar untuk mengindividualisasikan rencana asuhan

keperawatan, mengembangkan dan memperbaiki sepanjang waktu asuhan

perawat untuk klien.

b. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan respon

aktual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan dimana perawat

mempunyai lisensi dan kompeten untuk mengatasinya. Diagnosa keperawatan

memberikan dasar dalam pemilihan intervensi untuk mencapai hasil yang


20

menjadi tanggung gugat perawat. Merumuskan diagnosa keperawatan setelah

menganalisis data pengkajian sangat berguna untuk mengidentifikasi masalah

kesehatan yang melibatkan klien dan keluarganya serta memberikan arah

asuhan keperawatan. Pernyataan diagnosa keperawatan adalah hasil dari

proses diagnostik selama perawat menggunakan pemikiran kritis. Diagnosa

keperawatan dikembangkan untuk klien, keluarga, atau komunitas, dan yang

mencakup data fisik, perkembangan, intelektual, emosi, sosial dan spiritual

yang didapatkan selama pengkajian (Potter & Perry, 2005).

c. Perencanaan

Perencanaan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tujuan

berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan dan intervensi

keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan dari perencanaan. Perencanaan

dibuat prioritas dan prioritas ditegakkan untuk mengidentifikasi urutan

intervensi keperawatan ketika klien mempunyai masalah (Carpenito, 1995

dalam Potter & Perry, 2005). Menetapkan prioritas bukan semata-mata

memberikan nomor pada diagnosa keperawatan dengan dasar keparahan atau

kepentingan fisiologis, tetapi prioritas pemilihan adalah metode yang

digunakan perawat dan klien secara mutualisme untuk membuat peringkat

diagnosa dalam urutan kepentingan yang didasarkan pada keinginan,

kebutuhan, dan keselamatan klien.

Hirarki Maslow (1970) dalam Potter & Perry (2005) tentang kebutuhan

manusia mengatur kebutuhan dasar dalam lima tingkat prioritas, yaitu tingkat

yang paling mendasar atau pertama mencakup kebutuhan seperti udara, air dan
21

makanan. Tingkat kedua mencakup kebutuhan keselamatan dan keamanan,

yang mencakup keselamatan fisik dan psikologis. Tingkat ketiga mengandung

kebutuhan dicintai dan memiliki. Tingkat keempat mengandung kebutuhan

dihargai dan harga diri, yang mencakup rasa percaya diri, kebergunaan,

pencapaian, dan nilai diri. Tingkat yang terakhir adalah kebutuhan aktualisasi

diri, yaitu keadaan pencapaian secara menyeluruh tentang hal-hal yang

diinginkan dan mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah dan

mengatasi situasi kehidupan secara realistik. Kebutuhan dasar fisiologis dan

keselamatan biasanya merupakan prioritas utama.

d. Implementasi

Implementasi adalah berkesinambungan dan interaktif dengan komponen

lain dari proses keperawatan. Selama implementasi, perawat mengkaji kembali

klien, memodifikasi rencana asuhan dan menuliskan kembali hasil yang

diharapkan sesuai kebutuhan. Untuk implementasi yang efektif, perawat harus

berpengetahuan banyak tentang tipe-tipe intervensi, proses implementasi, dan

metode implementasi spesifik. Implementasi menuangkan rencana asuhan

kedalam tindakan yang akan diberikan pada klien. Setelah rencana

dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan prioritas klien, perawat

melakukan intervensi keperawatan spesifik yang mencakup tindakan perawat

dan tindakan dokter (Bulechek & McCloskey, 1995 dalam Potter & Perry,

2005).

Intervensi keperawatan diterapkan selama proses keperawatan, termasuk

intervensi perawat dan intervensi dokter. Hal yang harus dilakukan pertama
22

kali oleh perawat yaitu harus menggunakan penilaian yang masuk akal dalam

menentukan apakah intervensi yang akan dilakukan tepat dan sesuai. Kedua,

perawat yang menerapkan intervensi mempunyai tanggung jawab untuk

mendapatkan pengetahuan teoritis yang tepat dan mengembangkan

kompetensi klinis yang diperlukan untuk melakukan intervensi. Tanggung

jawab keperawatan sama besarnya untuk semua tipe intervensi. Komponen

implementasi dari proses keperawatan mempunyai lima tahap, yaitu mengkaji

ulang klien, menelaah dan memodifikasi rencana asuhan yang sudah ada,

mengidentifikasi area bantuan, mengimplementasikan intervensi keperawatan,

dan mengomunikasikan intervensi (Potter & Perry, 2005).

e. Evaluasi

Evaluasi adalah pengukuran keberhasilan rencana dan pelaksanaan

keperawatan dalam memenuhi kebutuhan pasien. Tujuan evaluasi adalah

untuk menentukan seberapa jauh kemampuan pasien (berpartisipasi) dalam

mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya, dan menilai efektivitas

rencana dan pelaksanaan keperawatan (Depkes RI, 1994). Evaluasi

menentukan respons klien terhadap tindakan keperawatan dan seberapa jauh

tujuan perawatan telah terpenuhi. Perawat membandingkan respon klien

terhadap tindakan keperawatan dengan hasil yang diharapkan dan yang telah

ditetapkan selama perencanaan. Rencana asuhan keperawatan dimodifikasi

berdasarkan data yang didapatkan selama evaluasi, dan sebagai hasil evaluasi,

prioritas klien dapat berubah. Hasil yang diharapkan nantinya dinyatakan

dalam uraian perilaku untuk menggambarkan efek yang diinginkan dari


23

tindakan keperawatan. Evaluasi dapat mampu membuat perawat untuk

menentukan alasan dimana suatu rencana perawatan telah berhasil atau tidak

berhasil. Evaluasi mencakup pemikiran kritis karena perawat menentukan cara

optimal dalam pemberian asuhan keperawatan. Perbaikan kualitas adalah

pendekatan disiplin untuk menemukan cara-cara untuk memperbaiki proses

dan hasil perawatan kesehatan (Potter & Perry, 2005).

2.2 Motivasi

2.2.1 Pengertian Motivasi

Motivasi berasal dari kata latin “movere” yang berarti dorongan atau daya

penggerak (Hasibuan, 2007). Secara sederhana, motivasi dapat diartikan sebagai

dorongan (Simamora, 2009). Motivasi adalah pemberian daya penggerak yang

meciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama, bekerja

efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan

(Hasibuan, 1995).

Koontz Harold (1972) dalam Hasibuan (1995) menyatakan bahwa motivasi

mengacu pada dorongan dan usaha untuk memuaskan kebutuhan atau suatu

tujuan. Motivasi adalah karakteristik psikologis manusia yang memberi kontribusi

pada tingkat komitmen seseorang (Suarli dan Bahtiar, 2009). Motivasi adalah

segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu (Ngalim

Purwanto, 2000 dalam Suarli dan Bahtiar, 2009). Motivasi adalah perasaan atau

pikiran yang mendorong seseorang melakukan atau menjalankan kekuasaan,


24

terutama dalam berperilaku (Sortell & Kaluzny, 1994 dalam Suarli dan Bahtiar,

2009).

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah

segala sesuatu yang bersifat fisik atau psikologis yang timbul dari dalam diri atau

dari luar diri seseorang yang nantinya akan menimbulkan suatu dorongan pada

seseorang untuk mencapai tujuan tertentu.

2.2.2 Teori Motivasi

Gibson mengelompokkan teori-teori motivasi yang dikemukakan oleh para

ahli dalam dua kelompok besar, yaitu teori kepuasan dan teori proses (Suarli &

Bahtiar, 2009).

a. Teori kepuasan

Teori kepuasan ini mendasarkan pendekatannya atas faktor-faktor

kebutuhan dan kepuasan individu yang menyebabkan individu bertindak dan

berperilaku dengan cara tertentu. Teori ini memusatkan perhatian pada faktor-

faktor dalam diri orang yang menguatkan, mengarahkan, mendukung dan

menghentikan perilakunya (Hasibuan, 2007). Teori ini berusaha untuk

menentukan faktor-faktor tersebut, atau menentukan kebutuhan khusus yang

memotivasi sesorang (Suarli dan Bahtiar, 2009).

b. Teori proses

Teori proses ini menguraikan, menjelaskan, menganalisis bagaimana

perilaku digerakkan, diarahkan, didukung, dan dihentikan (Suarli dan Bahtiar,

2009). Teori ini merupakan proses sebab-akibat bagaimana seseorang bekerja


25

dan hasil apa yang akan diperolehnya, jika bekerja baik saat ini, maka hasilnya

akan diperoleh baik untuk hari esok. Hasil yang dicapai tercermin dalam

bagaimana proses kegiatan yang dilakukan seseorang, dan hasil hari ini

merupakan kegiatan hari kemarin (Hasibuan, 2007).

c. Teori X dan Y

Douglas McGregor menuangkan hasil-hasil pemikirannya dalam buku

dengan judul “The Human Side of Enterprise”, dan dari judul karya tulis

tersebut terlihat bahwa Douglas McGregor berusaha menonjolkan pentingnya

pemahaman tentang peranan sentral yang dimainkan oleh manusia dalam

organisasi. Teori motivasi yang dikembangkan oleh Douglas McGregor

terlihat pada klasifikasi yang dibuat tentang manusia, yaitu:

1) teori “X” yang pada dasarnya mengatakan bahwa manusia cenderung

berperilaku negatif;

2) teori “Y” yang pada dasarnya mengatakan bahwa manusia cenderung

berperilaku positif.

Teori “X” mengatakan bahwa manusia mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1) para pekerja pada dasarnya tidak senang bekerja dan apabila mungkin

akan berusaha mengelakkannya;

2) para pekerja yang tidak senang bekerja harus dipaksa, diawasi atau

diancam dengan berbagai tindakan punitif agar tujuan organisasi

tercapai;

3) para pekerja akan berusaha mengelakkan tanggung jawab dan hanya

akan bekerja apabila menerima perintah untuk melakukan sesuatu;


26

4) kebanyakan pekerja akan menempatkan kebutuhan fisiologis dan

keamanan di atas faktor-faktor lain yang berkaitan dengan pekerjaannya

dan tidak akan menunjukkan keinginan atau ambisi untuk maju.

Teori “Y” mengatakan bahwa manusia mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1) para pekerja memandang kegiatan bekerja sebagai hal yang alamiah

seperti halnya beristirahat dan bermain;

2) para pekerja akan berusaha melakukan tugas tanpa terlalu diarahkan dan

akan berusaha mengendalikan diri sendiri;

3) pada umumnya para pekerja akan menerima tanggung jawab yang lebih

besar;

4) para pekerja akan berusaha menunjukkan kreativitasnya dan oleh

karenanya akan berpendapat bahwa pengambilan keputusan merupakan

tanggung jawab mereka juga dan bukan semata-mata tanggung jawab

orang-orang yang menduduki jabatan manajerial.

Apabila dikaitkan dengan teori Maslow, akan terlihat bahwa para pekerja

yang tergolong pada kategori “X” akan lebih mementingkan pemuasan

kebutuhan tingkat rendah seperti kebutuhan pokok dan kurang memberikan

perhatian pada kebutuhan anak tangga teratas, yaitu aktualisasi diri. Teori “Y”

terlihat bahwa pemuasan kebutuhan yang sifatnya psikologis dan non meteriil

lebih diutamakan daripada pemuasan kebutuhan-kebutuhan yang bersifat

kebendaan.
27

d. Teori hirarki Maslow

Salah satu teori motivasi adalah hirarki kebutuhan (need hierarchy) yang

dikembangkan oleh Abraham Maslow. Maslow memandang bahwa kebutuhan

manusia tersusun atas suatu hirarki atau urutan kebutuhan, mulai dari

kebutuhan yang paling mendasar (kebutuhan fisiologis) sampai yang paling

tinggi (aktualisasi diri). Maslow mengasumsikan bahwa individu berusaha

memenuhi kebutuhan dasar sebelum mengarahkan perilaku pada pemuasan

kebutuhan yang lebih tinggi (Ivancevich et al., 2008).

1) Fisiologis

Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow.

Seorang individu yang memiliki beberapa kebutuhan yang tidak

terpenuhi secara umum lebih dulu mencari pemenuhan kebutuhan

fisiologis (Maslow, 1970 dalam Potter & Perry, 2005). Kebutuhan

fisiologis merupakan hal yang perlu atau penting untuk seseorang

bertahan hidup. Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan yang

berkaitan langsung dengan fisik manusia, seperti makan, minum, tempat

tinggal, kesehatan badan (Suarli dan Bahtiar, 2009).

2) Keamanan dan keselamatan (safety and security)

Ivancevich et al. (2008) menyebutkan kebutuhan untuk bebas dari

ancaman sebagai rasa aman dari peristiwa atau lingkungan yang

mengancam. Mempertahankan keselamatan fisik melibatkan keadaan

mengurangi atau mengeluarkan ancaman pada tubuh atau kehidupan.

Ancaman tersebut mungkin penyakit, kecelakaan, bahaya, atau


28

pemajanan pada lingkungan. Seorang manusia harus memahami apa yang

diharapkan dari orang lain untuk selamat dan aman secara psikologis,

termasuk anggota keluarga dan profesional pemberi perawatan kesehatan.

Seseorang juga harus mengetahui apa yang diharapkan dari prosedur,

pengalaman yang baru, dan hal-hal yang dijumpai dalam lingkungan.

Orang dewasa yang sehat secara umum mampu memenuhi kebutuhan

keselamatan fisik dan psikologis mereka sendiri tanpa bantuan dari

profesional pemberi perawatan kesehatan. Orang yang sakit atau cacat

lebih rentan untuk terancam kesejahteraan fisik dan emosionalnya,

sehingga intervensi yang dilakukan perawat adalah untuk membantu

melindungi klien dari bahaya (Potter & Perry, 2005).

3) Rasa memiliki (belongingness), sosial, dan cinta

Manusia secara umum membutuhkan perasaan bahwa mereka dicintai

oleh keluarga mereka dan bahwa mereka diterima oleh teman sebaya dan

oleh masyarakat. Secara umum kebutuhan cinta dan rasa memiliki

meningkat setelah kebutuhan fisiologis dan keselamatan terpenuhi, karena

hanya pada saat individu merasa selamat dan aman, individu mempunyai

waktu dan energi untuk mencari cinta dan rasa memiliki untuk membagi

cinta tersebut dengan orang lain (Potter & Perry, 2005). Kebutuhan cinta

dan rasa memiliki merupakan kebutuhan untuk mengadakan hubungan

dengan orang lain, seperti pertemanan, afilasi, interaksi, pernikahan, kerja

sama dalam tim (Suarli dan Bahtiar, 2009).


29

4) Harga diri (self esteem)

Harga diri merupakan kebutuhan untuk menghargai diri sendiri maupun

mendapat penghargaan dari orang lain, misalnya adalah pencapaian posisi

atau jabatan tertentu (Suarli dan Bahtiar, 2009). Manusia memerlukan

perasaan stabil terhadap harga diri, maupun perasaan bahwa mereka

dihargai oleh orang lain. Kebutuhan harga diri ini berhubungan dengan

keinginan terhadap kekuatan, pencapaian, rasa cukup, kompetensi, rasa

percaya diri, dan kemerdekaan. Manusia juga membutuhkan penghargaan

atau apresiasi dari orang lain. Pada saat kedua kebutuhan ini terpenuhi,

seseorang merasa percaya diri dan berguna, dan apabila kebutuhan harga

diri dan penghargaan dari orang lain tidak terpenuhi, individu mungkin

merasa tidak berdaya dan merasa rendah diri (Maslow, 1970 dalam Potter

& Perry, 2005).

5) Aktualisasi diri (self actualization)

Aktualisasi diri menurut Suarli dan Bahtiar (2009) adalah kebutuhan

untuk bisa memaksimumkan kemampuan, keahlian, dan potensi diri,

misalnya dalam menghadapi tantangan kerja. Maslow (1970) dalam

Potter & Perry (2005) mengemukakan bahwa aktualisasi diri merupakan

tingkat kebutuhan yang paling tinggi dalam hirarki kebutuhan manusia.

Menurut teori, pada saat manusia sudah mampu memenuhi seluruh

kebutuhan pada tingkatan yang lebih rendah dan hal tersebut melalui

aktualisasi diri dikatakan bahwa mereka mencapai potensi mereka yang

paling maksimal. Kebutuhan saat ini, lingkungan dan tekanan bergantung


30

pada seberapa baik manusia memenuhi kebutuhan aktualisasi diri mereka.

Aktualisasi diri mungkin terjadi pada saat ada keseimbangan antara

kebutuhan klien, tekanan dan kemampuan untuk beradaptasi terhadap

perubahan tubuh dan lingkungan (Potter & Perry, 2005).

Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah sebuah teori

yang dapat digunakan perawat untuk memahami hubungan antara kebutuhan

dasar manusia pada saat memberikan perawatan. Selama hidup yang dialami,

kebutuhan dasar manusia seorang individu mungkin tidak terpenuhi, terpenuhi

sebagian, atau terpenuhi seluruhnya. Menurut teori Maslow, seseorang yang

seluruh kebutuhannya terpenuhi merupakan orang yang sehat, dan seseorang

dengan satu atau lebih kebutuhan yang tidak terpenuhi merupakan orang yang

beresiko untuk sakit atau mungkin tidak sehat pada satu atau lebih dimensi

manusia (Potter & Perry, 2005).

2.2.3 Aspek, Pola-pola dan Tujuan Motivasi

Menurut Siagian (2004), aspek motivasi dikenal sebagai aspek aktif atau

dinamis dan aspek pasif atau statis. Aspek aktif atau dinamis merupakan motivasi

yang tampak sebagai suatu usaha positif dalam menggerakkan dan mengarahkan

sumber daya manusia agar secara produktif berhasil mencapai tujuan yang

diinginkan. Aspek pasif atau statis merupakan motivasi yang tampak sebagai

kebutuhan dan juga sekaligus sebagai perangsang untuk dapat mengarahkan dan

menggerakkan potensi sumber daya manusia itu ke arah tujuan yang diinginkan.
31

Keinginan kerja ini dapat ditingkatkan berdasarkan pertimbangan tentang adanya

dua aspek motivasi yang bersifat statis, yaitu:

a. aspek motivasi statis tampak sebagai keinginan dan kebutuhan pokok

manusia yang menjadi dasar dan harapan yang akan diperolehnya dengan

tercapainya tujuan organisasi;

b. aspek motivasi statis adalah berupa alat perangsang atau insentif yang

diharapkan akan dapat memenuhi apa yang menjadi keinginan dan

kebutuhan pokok yang diharapkannya tersebut.

DR. David Mc. Clelland mengemukakan pola motivasi sebagai berikut:

a. achievement Motivation, adalah suatu keinginan untuk mengatasi atau

mengalahkan suatu tantangan untuk kemajuan dan pertumbuhan;

b. affiliation Motivation, adalah dorongan untuk melakukan hubungan-

hubungan dengan orang lain;

c. competence Motivation, adalah dorongan untuk berprestasi baik dengan

melakukan pekerjaan yang bermutu tinggi;

d. power Motivation, adalah dorongan untuk dapat mengendalikan suatu

keadaan dan adanya kecenderungan mengambil risiko dalam

menghancurkan rintangan-rintangan yang terjadi.

a. mendorong keinginan dan semangat kerja individu;

b. meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan;

c. meningkatkan produktivitas kerja individu;

d. mempertahankan loyalitas dan kestabilan individu;


32

e. meningkatkan kedisiplinan dan menurunkan tingkat absensi individu;

f. menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik;

g. meningkatkan kreativitas dan partisipasi individu;

h. meningkatkan tingkat kesejahteraan individu;

i. mempertinggi rasa tanggung jawab individu terhadap tugas-tugasnya;

j. meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan.

2.2.4 Jenis-jenis Motivasi

Siagian (2004) mengemukakakan bahwa jenis-jenis motivasi dibagi menjadi

dua, yaitu :

a. motivasi positif (insentif positif), manajer memotivasi bawahan dengan

memberikan hadiah kepada individu atau perawat yang berprestasi baik,

karena dengan motivasi positif ini semangat kerja perawat akan meningkat,

karena manusia pada umumnya senang menerima yang baik-baik saja;

b. motivasi negatif (insentif negatif), manajer memotivasi bawahannya dengan

memberikan hukuman kepada perawat yang pekerjaannya kurang baik,

karena dengan motivasi negatif ini semangat kerja bawahan dalam jangka

waktu pendek akan meningkat karena mereka takut dihukum tetapi untuk

jangka waktu panjang dapat berakibat kurang baik.

2.2.5 Faktor yang Mempengaruhi Motivasi

Motivasi dibedakan menjadi dua macam, yaitu motivasi intrinsik dan

motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik, timbulnya tidak memerlukan rangsangan


33

dari luar karena memang telah ada dalam diri individu sendiri, yaitu sesuai atau

sejalan dengan kebutuhannya. Motivasi ekstrinsik timbul karena adanya

rangsangan dari luar individu. (Uno, 2011). Motivasi intrinsik (motivasi dari

dalam) adalah motivasi yang datang dari dalam individu. Motivasi ekstinsik

(motivasi dari luar) adalah motivasi yang datang dari luar individu (Suarli dan

Bahtiar, 2009).

Motivasi adalah dorongan internal dan eksternal dalam diri seorang individu

untuk mengadakan perubahan tingkah laku (Uno, 2011). Indikator motivasi

intrinsik adalah adanya hasrat dan keinginan untuk melakukan kegiatan, adanya

dorongan dan kebutuhan melakukan kegiatan, adanya harapan dan cita-cita.

Indicator motivasi ekstrinsik adalah penghargaan dan penghormatan atas diri,

adanya lingkungan yang baik, adanya kegiatan yang menarik.

2.2.6 Dimensi dan Indikator Motivasi Kerja Perawat

Dimensi dan indikator motivasi kerja perawat diadopsi dari dimensi dan

indikator motivasi kerja yang dibuat oleh Uno (2011) yang dikembangkan sendiri

oleh peneliti, berikut ini hasil dari dimensi dan indikator motivasi kerja perawat

yang dikembangkan oleh peneliti :


34

Dimensi Indikator

Motivasi 1. tanggung jawab perawat dalam melaksanakan asuhan

Internal keperawatan, terutama dalam pemenuhan kebutuhan kebersihan

diri pasien;

2. melaksanakan tugas asuhan keperawatan, terutama dalam

pemenuhan kebutuhan kebersihan diri pasien dengan target yang

jelas;

3. memiliki tujuan yang jelas dan menantang dalam asuhan

keperawatan terutama dalam pemenuhan kebutuhan kebersihan

diri pasien;

4. ada umpan balik atas hasil asuhan keperawatan yang telah

dikerjakan, terutama dalam pemenuhan kebutuhan kebersihan

diri pasien;

5. memiliki perasaan senang dalam melakukan asuhan keperawatan

terutama dalam pemenuhan kebutuhan kebersihan diri pasien;

6. selalu berusaha untuk mengungguli orang lain, terutama dalam

pemenuhan kebutuhan kebersihan diri pasien;

7. mengutamakan prestasi dari asuhan keperawatan yang telah

dikerjakannya, terutama dalam pemenuhan kebutuhan kebersihan

diri pasien.
35

Motivasi 1. selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidup dan


Eksternal kebutuhan kerjanya;

2. senang memperoleh pujian dari asuhan keperawatan yang telah

dikerjakannya, terutama dalam pemenuhan kebutuhan

kebersihan diri pasien;

3. melakukan asuhan keperawatan, terutama dalam pemenuhan

kebutuhan kebersihan diri pasien dengan harapan ingin

memperoleh insentif;

4. melakukan asuhan keperawatan, terutama dalam pemenuhan

kebutuhan kebersihan diri pasien dengan harapan ingin

memperoleh perhatian dari teman dan atasan.

2.3 Konsep Kebersihan diri

2.3.1 Pengertian kebersihan diri

Hygiene perorangan disebut juga kebersihan diri, kesehatan perorangan atau

personal hygiene. Hygiene berasal dari kata “Hygea”. Hygea dikenal dalam

sejarah yunani kuno sebagai dewi kebersihan. Hygiene perseorangan adalah suatu

pengetahuan tentang usaha-usaha kesehatan perseorangan agar dapat memelihara

kesehatan diri, memperbaiki dan mempertinggi nilai kesehatan, dan mencegah

timbulnya penyakit (Siamsunir, 1978).

Kebersihan diri atau hygiene perorangan adalah semua aktivitas yang

bertujuan untuk mencapai kebersihan tubuh meliputi membasuh, mandi, merawat


36

rambut, kuku, gigi dan gusi disamping membersihkan daerah genital (Hinchliff,

1999). Hygiene perorangan adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara

kesehatan (Potter & Perry, 2005).

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan kebersihan diri adalah suatu

usaha yang dilakukan manusia dalam memenuhi kebersihan dirinya mulai dari

ujung rambut sampai ujung kaki.

2.3.2 Tujuan kebersihan diri

Tujuan kebersihan diri menurut Tarwoto dan Watonah (2007) adalah:

a. meningkatkan derajat kesehatan seseorang;

b. memelihara kebersihan diri seseorang;

c. memperbaiki kebersihan diri yang kurang;

d. pencegahan penyakit;

e. meningkatkan rasa percaya diri seseorang;

f. menciptakan keindahan.

2.3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kebersihan diri

Potter & Perry (2006) mengemukakan bahwa kebersihan diri dipengaruhi

oleh beberapa faktor, yaitu:

a. Citra tubuh

Penampilan umum klien dapat menggambarkan pentingnya hygiene pada

individu tersebut. Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang

penampilan fisiknya. Citra tubuh dapat seringkali berubah, dan citra tubuh
37

mempengaruhi cara mempertahankan hygiene. Citra tubuh klien dapat berubah

akibat pembedahan atau penyakit fisik, oleh karena itu perawat harus

membuat suatu usaha ekstra untuk meningkatkan hygiene.

b. Praktik sosial

Kelompok-kelompok sosial sebagai wadah seorang klien dalam

berhubungan dapat mempengaruhi praktik hygiene pribadi. Kebiasaan

keluarga, jumlah orang di rumah, dan ketersediaan air panas dan/atau air

mengalir hanya merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi perawatan

kebersihan.

c. Status sosioekonomi

Sumber daya ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkat praktik

kebersihan yang digunakan. Perawat harus menentukan apakah klien dapat

menyediakan bahan-bahan yang penting seperti deodorant, sampo, pasta gigi,

dan kosmetik. Perawat juga harus menentukan jika penggunaan dari produk-

produk ini merupakan bagian dari kebiasaan sosial yang dipraktikkan oleh

kelompok sosial klien.

d. Pengetahuan

Pengetahuan tentang pentingnya hygiene dan implikasinya bagi kesehatan

mempengaruhi praktik hygiene. Pengetahuan saja tidaklah cukup, klien juga

harus termotivasi untuk memelihara perawatan diri. Pembelajaran tentang

penyakit atau kondisi mendorong klien untuk meningkatkan hygiene.

Pembelajaran praktik tertentu yang diharapkan dan menguntungkan dalam


38

mengurangi resiko kesehatan dapat memotivasi seseorang untuk memenuhi

perawatan yang perlu.

e. Variabel kebudayaan

Kepercayaan kebudayaan klien dan nilai pribadi mempengaruhi perawatan

higienis. Orang dari latar kebudayaan yang berbeda mengikuti praktik

perawatan diri yang berbeda pula. Dalam merawat klien dengan praktik

higienis yang berbeda, perawat harus menghindari menjadi pembuat

keputusan atau mencoba untuk menentukan standar kebersihannya.

f. Pilihan pribadi

Setiap klien memiliki keinginan individu, dan pilihan tentang kapan untuk

mandi, bercukur, dan melakukan perawatan rambut. Klien memilih produk

yang berbeda (misalnya sabun, sampo, deodorant, dan pasta gigi) menurut

pilihan dan kebutuhan pribadi. Klien juga memiliki pilihan mengenai

bagaimana melakukan hygiene. Pilihan klien harus membantu perawat

mengembangkan rencana perawatan yang lebih pada individu. Perawat tidak

mencoba untuk mengubah pilihan klien kecuali hal itu akan mempengaruhi

kesehatan klien.

g. Kondisi fisik

Orang yang menderita penyakit tertentu atau yang menjalani operasi

seringkali kekurangan energi fisik atau ketangkasan untuk melakukan hygiene

pribadi.
39

2.3.4 Jenis-jenis kebersihan diri

Potter & Perry (2006) mengemukakan bahwa tipe perawatan higienis ada

beberapa jenis, jenis-jenis tindakan kebersihan diri tersebut meliputi : perawatan

kulit, perawatan kaki dan kuku, kebersihan mulut, perawatan rambut, perawatan

mata, telinga dan hidung. WHO (2005) menyatakan bahwa kebersihan diri

merupakan aktivitas dasar kehidupan sehari-hari yang dilakukan oleh manusia.

Aktivitas dasar kehidupan sehari-hari menurut WHO, meliputi : a. Perawatan

rambut

Kebersihan rambut harus dijaga agar rambut tetap sehat, oleh karena itu

rambut perlu disikat atau disisir setiap hari. Rambut juga harus dicuci, dan

pencucian rambut umumnya bergantung pada berminyaknya rambut dan

kebiasaan pasien. Sebagai seorang perawat, harus mampu membantu pasien

dalam melakukan pencucian rambut agar rambut pasien tetap sehat.

b. Perawatan mulut

Perawatan mulut yang baik memerlukan dua kali sikat gigi sehari, masase

gusi dan pembilasan mulut. Perawat perlu memeriksa mulut pasien setiap hari

dan membantu pasien melakukan perawatan mulut. Pasien terkadang terlalu

lemah dalam melakukan perawatan mulut, hal ini dapat mengakibatkan mulut

menjadi kering, teriritasi, atau bisa menimbulkan bau. Perawat dalam hal ini

harus mampu memeriksa kebersihan mulut pasien dan membantu pasien

dalam melakukan perawatan mulut.


40

c. Perawatan mata

Pada dasarnya, mata manusia tidak memerlukan perawatan khusus karena

mata secara kontinu dibersihakan sendiri oleh cairan yang terdapat di dalam

mata. Bulu mata dan kelopak mata juga dapat mencegah partikel masuk ke

dalam mata. Seorang perawat harus mampu dalam pemeriksaan kondisi mata

dan bulu mata pasien yang mengalami infeksi mata ataupun cidera,

pembedahan mata ataupun pasien tidak sadar.

d. Perawatan telinga

Normalnya, telinga sangat sedikit memerlukan pembersihan. Pasien

dengan serumen yang banyak, telinganya perlu dibersihkan sehingga dokter

dan perawat dapat melihat bagian dalam telinga. Ketika perawat sedang

merawat pasien, perawat harus mampu memeriksa adanya rabas, pembentukan

serumen telinga, atau inflamasi.

e. Perawatan hidung

Hygiene harian yang biasanya diperlukan oleh klien adalah, klien biasanya

mengangkat sekresi dan membersihkan hidung secara lembut dengan tisu

lembut. Peran perawat dalam hal ini adalah mencegah klien agar tidak

mengeluarkan kotoran dengan kasar karena dapat mengakibatkan tekanan

yang dapat mencederai gendang telinga, mukosa hidung, bahkan struktur mata

yang sensitif. Perawat dapat membantu klien yang tidak dapat membuang

sekresi nasal dengan menggunakan waslap basah atau aplikator kapas

bertangkai yang dilembabkan dalamair atau salin (Potter & Perry, 2006).
41

f. Perawatan kuku

Beberapa pasien memerlukan bantuan dalam membersihkan dan

memotong kuku jari tangan dan kaki. Perawat perlu merendam kaki pasien di

dalam baskom sebelum memotong kuku jari kaki pasien yang tebal dan keras.

Perawat harus berhati-hati dalam melakukan pemotongan atau pembersihan

kuku pasien agar tidak menciderai jaringan.

g. Perawatan tungkai dan kaki

Perawat senantiasa selalu memeriksa tungkai bawah dan kaki pasien,

khususnya pasien geriatrik atau pasien diabetes atau yang mengalami masalah

sirkulasi. Pasien mungkin mengalami sensasi dan sirkulasi yang buruk, tetapi

mungkin pasien tidak menyadarinya. Perawat juga dapat melakukan masase

kaki setelah mandi atau merawat kaki pasien, karena hal ini dapat merilekskan

pasien.

h. Perawatan tubuh (mandi)

Kesehatan kulit sangatlah penting, karena kulit melindungi jaringan dari

cidera dan mencegah kuman (mikroorganisme) masuk ke dalam tubuh. Kulit

yang tergores atau luka, mikroorganisme dapat masuk dan pasien rentan

terhadap infeksi. Perawat penting untuk selalu memeriksa kulit pasien agar

menghindari kulit kering atau bersisik, kulit pecah, ruam ataupun gatal. Mandi

adalah langkah yang dapat dilakukan oleh perawat untuk menghindari cidera

kulit.
42

i. Masase punggung

Masase punggung adalah salah satu tindakan memberi kenyamanan yang

dapat perawat lakukan untuk pasien. Masase punggung dapat meredakan

ketegangan, merilekskan pasien dan dapat meningkatkan sirkulasi. Masase

punggung bermanfaat untuk mencegah luka tekan (dekubitus) pada pasien

tirah baring. Perawat dapat memeriksa kulit pasien dan melihat area

kemerahan yang bisa menimbulkan dekubitus. Masase dapat menyebabkan

kerusakan lebih lanjut apabila kulit kemerahan. Waktu terbaik dalam

pemberian masase adalah setelah mandi atau sebelum pasien tidur. Perawat

dapat menggunakan losion untuk melembutkan kulit selama melakukan

masase.

j. Perawatan perineum

Perawatan perineum merupakan bagian dari mandi lengkap. Klien yang

membutuhkan perawatan perineum biasanya klien yang beresiko memperoleh

infeksi (misalnya klien yang menggunakan kateter urine tetap, sembuh dari

operasi rektal atau genital, atau telah menjalani proses kelahiran. Perawat

mungkin menjadi malu dalam memberikan perawatan perineum, terutama

pada klien yang berlawanan jenis kelamin. Sikap profesional dan saling

menghargai dapat mengurangi rasa malu antara perawat dengan pasien (Potter

& Perry, 2006).


43

2.4 Konsep Karakteristik

Karakteristik adalah kemampuan untuk memadukan nilai-nilai yang menjadi

filosofi atau pandangan dunia yang utuh, memperhatikan komitmen yang teguh

dan responden yang konsisten terhadap nilai-nilai tersebut dengan mengenerasikan

pengalaman tertentu menjadi satu sistem nilai (Notoatmodjo, 2000 dalam Ismael,

2009). Karakteristik merupakan salah satu aspek kepribadian yang

menggambarkan suatu susunan batin manusia yang nampak pada kelakuan dan

perbuatan (Purwanto, 1999 dalam Ismael, 2009).

Perawat dalam dalam melaksanakan pemenuhan kebutuhan kebersihan diri

pasien merupakan suatu bentuk kinerja perawat ketika di lapangan. Nursalam

(2002) mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perawat

adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi kemampuan,

etos kerja, latar belakang, karakteristik perawat, persepsi, sikap dan kepribadian,

sedangkan faktor eksternal meliputi supervisi dan gaya kepemimpinan,

Karakteristik perawat merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

perawat. Karakteristik perawat dikategorikan menjadi usia, tingkat pendidikan,

jenis kelamin, dan lama bekerja (Smet, 2004).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Muksydayan (2012), karakteristik

individu merupakan ciri-ciri yang dimiliki oleh seseorang yang berhubungan

dengan semua aspek kehidupan dengan lingkungannya. Karakteristik tersebut

terbentuk oleh faktor-faktor biologis dan sosiopsikologis. Faktor biologis meliputi

genetik, sistem syaraf dan hormonal, sedangkan faktor sosiopsikologis terdiri dari
44

komponen-komponen kognitif (intelektual), konatif (kebiasaan dan kemauan

bertindak), afektif (emosional).

Karakteristik individu diklasifikasikan menjadi dua yaitu karakteristik

demografi dan karakteristik psikografi. Karakteristik demografi meliputi umur,

jenis kelamin, ukuran keluarga, daur kehidupan keluarga, penghasilan, pekerjaan,

pendidikan, agama, ras, bangsa dan tingkat sosial. Karakteristik psikografi

meliputi gaya hidup dan kepribadian (Kotler, 1980 dalam Zahid 1997).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan karakteristik adalah ciri-ciri

yang ada di dalam masing-masing diri individu yang nantinya akan

mempengaruhi individu dalam melakukakan sesuatu. Pada penelitian ini,

karakteristik perawat yang diteliti adalah usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan,

dan lama bekerja.

2.4.1 Pembagian karakteristik

Kebutuhan kebersihan diri merupakan hal yang sangat penting dan sangat

mendasar dalam pelayanan keperawatan yang harus dilakukan seorang perawat

pada pasien. Keberhasilan seorang perawat dalam melaksanakan kebutuhan

kebersihan diri dapat dilihat dari kondisi pasien, apakah pasien semakin membaik

ataukah semakin buruk setiap harinya.

Secara teori, karakteristik perawat mempengaruhi motivasi dalam

melakukan suatu pekerjan. (Sitepu, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh

Muksydayan (2012), karakteristik dipengaruhi oleh usia, tingkat pendidikan,

pengalaman bekerja, pengetahuan, sikap, dan perilaku. Sejalan dengan penelitian

Ismael (2009), karakteristik dipengaruhi oleh usia, tingkat pendidikan, lama kerja,
45

dan lingkungan. Dalam penelitian ini, karakteristik yang diteliti adalah usia, jenis

kelamin, tingkat pendidikan, dan lama bekerja. a. Usia

Usia perawat secara garis besar menjadi indikator dalam kedewasaan

dalam setiap pengambilan keputusan yang mengacu pada setiap

pengalamannya. Karakteristik seorang perawat berdasarkan umur sangat

berpengaruh terhadap kinerja dalam praktik keperawatan, dimana semakin tua

umur perawat maka dalam menerima sebuah pekerjaan akan semakin

bertanggung jawab dan berpengalaman. Hal ini akan berdampak pada kinerja

perawat dalam praktik keperawatan pada pasien semakin baik pula (Smet,

2004 dalam Nurniningsih, 2012).

Usia merupakan suatu indikator umum tentang kapan suatu perubahan

akan terjadi. Usia menggambarkan pengalaman dalam diri seseorang sehingga

terdapat keragaman tindakan berdasarkan usia yang dimiliki (Sujarwo, 2004).

Menurut penelitian Ismael (2009), usia berkaitan erat dengan tingkat

kedewasaan atau maturitas perawat. Kedewasaan adalah tingkat kemampuan

teknis dalam melakukan tugas maupun kedewasaan psikologis, semakin

bertambah lanjut usia seseorang semakin meningkat pula kedewasaan

seseorang, demikian juga psikologisnya akan menunjukkan kematangan jiwa.

Meningkatnya usia seseorang, akan meningkat pula kebijaksaan dan

kemampuan seseorang dalam mengambil keputusan dan berpikir rasional.

b. Jenis kelamin
46

Jenis kelamin umumnya digunakan untuk membedakan seks seseorang,

yaitu laki-laki atau perempuan. Penelitian psikologis telah menemukan bahwa

laki-laki lebih agresif dan lebih besar kemungkinan dalam memiliki

pengharapan untuk sukses, sehingga laki-laki lebih baik kinerjanya

dibandingkan dengan perempuan. Penjelasan yang paling logis adalah bahwa

secara historis perempuan bertanggung jawab terhadap rumah tangga dan

keluarga (Robbins & Judge, 2001 dalam Elvarida, 2010).

Bekerja sangat dipengaruhi oleh jenis pekerjaan yang akan dikerjakan.

Pada pekerjaan yang bersifat khusus, misalnya pekerjaan yang berat maka

jenis kelamin sangat berpengaruh terhadap keberhasilan kerja, akan tetapi pada

pekerjaan yang pada umumnya lebih baik dikerjakan oleh laki-laki akan tetapi

pemberian ketrampilan yang cukup memadai pada wanitapun mendapatkan

hasil pekerjaan yang cukup memuaskan. Ada sisi lain yang positif dalam

karakter wanita yaitu ketaatan dan kepatuhan dalam bekerja, hal ini akan

mempengaruhi kinerja secara personal (Smet, 2004 dalam Nurniningsih,

2012).

c. Tingkat pendidikan

Perawat sebagai bagian penting dari rumah sakit dituntut memberikan

perilaku yang baik dalam rangka membantu pasien dalam mencapai

kesembuhan. Pendidikan seorang perawat yang tinggi akan memberikan

pelayanan kesehatan yang optimal. Bagi seorang perawat yang menjalankan

profesinya sebagai perawat, saat menjalankan profesinya harus memiliki

pengetahuan dan pendidikan dalam bidang-bidang tertentu, untuk itu


47

dibutuhkan pendidikan yang sesuai agar dapat berjalan dengan baik dan

professional. Karaktersitik keperawatan sebagai profesi antara lain memiliki

pengetahuan yang melandasi keterampilan dan pelayanan serta pendidikan

yang memenuhi standar. Pelayanan keperawatan yang profesional haruslah

dilandasi oleh ilmu pengetahuan. Perawat dengan pendidikan yang cukup baik

akan melakukan praktik keperawatan yang efektif dan efisien yang selanjutnya

akan menghasilkan pelayanan kesehatan yang bermutu tinggi. Tingkat

pendidikan yang cukup akan memberikan kontribusi terhadap praktik

keperawatan. Tingkat pendidikan seorang perawat akan mempengaruhi dasar

pemikiran dibalik penetapan standar keperawatan (Smet, 2004 dalam

Nurniningsih, 2012).

Pendidikan menunjukkan tingkat intelegensi yang berhubungan dengan

daya pikir seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin

luas pengetahuannya. Pendidikan merupakan suatu faktor yang menentukan

dalam mendapatkan pengetahuan. Nasution (1987) yang dikutip oleh Garnadi

(2004) mengemukakan bahwa pendidikan adalah proses pengembangan diri

kepribadian seseorang yang dilaksanakan secara sadar dan penuh tanggung

jawab untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap, serta nilai-

nilai sehingga mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

d. Lama bekerja

Lama bekerja adalah lama seorang perawat yang bekerja di rumah sakit

dari mulai awal bekerja sampai saat selesai seorang perawat berhenti bekerja.

Semakin lama masa kerja seseorang dalam bekerja maka semakin banyak
48

pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya, hal ini dapat membantu dalam

meningkatkan kinerja seorang perawat. Lama bekerja seseorang dapat

diketahui dari mulai awal perawat bekerja sampai saat berhenti atau masa

sekarang saat masih bekerja di rumah sakit (Smet, 2004 dalam Nurniningsih,

2012).

Pengalaman merupakan salah satu cara kepemilikan pengetahuan yang

dialami seseorang dalam kurun waktu yang tidak ditentukan. Secara psikologis

seluruh pemikiran manusia, kepribadian dan temperamen ditentukan

pengalaman indera. Pikiran dan perasaan bukan penyebab tindakan tapi oleh

penyebab masa lalu (Rakhmat, 2001 dalam Muksydayan, 2012). Apa yang

dialami seseorang akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan

terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar

terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai tanggapan dan penghayatan,

seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek

psikologis (Azwar, 2003 dalam Muksydayan, 2012).

Siagian, (2000) dalam Ismael (2009) menyimpulkan bahwa makin lama

kinerja kerja seseorang maka akan semakin terampil dan pengalaman

menghadapi masalah dalam pekerjaannya. Lama kerja seseorang perawat pada

instalasi yaitu dari mulai perawat resmi sebagai karyawan rumah sakit

tersebut. Maryoto, (1990 ) dalam Ismael (2009) berpendapat bahwa apabila

seseorang bekerja belum cukup lama, sedikit banyaknya akan mengakibatkan

hal–hal yang kurang baik antara lain belum menghayati pekerjaan yang

menjadi tanggung jawabnya. Masa kerja seseorang yang terlalu lama dalam
49

suatu organisasi juga merupakan gejala yang tidak sehat. Akibat yang

mungkin timbul antara lain adalah rasa bosan karena pekerjaan sama dalam

waktu yang lama, sifat pasif dan mundurnya motivasi dan inisiatif dalam

bekerja serta mempengaruhi kreativitas seseorang karena tidak ada tantangan

yang berarti. Kepuasan kerja relatif tinggi pada waktu permulaan bekerja

menurun secara berangsur-angsur selama 5-6 tahun dan selanjutnya kepuasan

meningkat mencapai puncak setelah 20 tahun.

2.5 Keterkaitan Karakteristik Perawat dengan Motivasi Perawat dalam

Pemenuhan Kebutuhan Kebersihan Diri Pasien

Secara teori, karakteristik perawat mempengaruhi motivasi dalam

melakukan suatu pekerjan. (Sitepu, 2012). Beberapa penelitian mengungkapkan

bahwa ada hubungan antara usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan lama

bekerja dengan motivasi kerja perawat (Sitepu, 2012) dan ada pula yang

menyebutkan tidak ada hubungan.

a. Usia

Robbins & Judge (2008) mengungkapkan bahwa jika penelitian

memisahkan antara profesional dan nonprofesional, maka akan didapatkan

bahwa tingkat kinerja cenderung meningkat pada profesional dengan

bertambahnya usia, sedangkan pada nonprofesional kinerja menurun seiring

dengan pertambahan usia. Samsualam, Indar, dan Muh. Syafar (2008) dalam

penelitiannya mengungkapkan bahwa ada hubungan antara umur dengan

kinerja asuhan keperawatan. Samsualam et al. (2008) juga mengungkapkan


50

bahwa besar kemungkinan usia yang sudah masuk pada kelompok usia tua

(diatas 40 tahun) mempunyai tingkat produktifitas yang sudah menurun yang

akhirnya dapat menyebabkan penurunan terhadap kinerja asuhan keperawatan.

Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Bhakti (2002) yang menyatakan bahwa

tidak ada hubungan antara umur dengan penerapan fase-fase dalam

komunikasi terapeutik.

b. Jenis kelamin

Robbins & Judge (2008) memandang bahwa wanita yang telah menikah

memiliki kecenderungan secara tradisi bertanggung jawab pada perawatan

keluarga, maka wanita biasanya mengambil cuti atau libur pada saat ada

anggota keluarga yang sakit, sehingga terlihat bahwa wanita memiliki tingkat

ketidakhadiran lebih tinggi dibandingkan dengan pria. Jenis kelamin menurut

penelitian Samsualam, Indar, dan Muh. Syafar (2008) mengungkapkan bahwa

tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kinerja asuhan keperawatan.

Pria dan wanita tidaklah sama dalam melakukan suatu pekerjaan. Edyana

(2008) mengungkapkan bahwa ada perbedaan kemampuan antara pria dan

wanita dalam hubungan antar manusia dimana wanita memiliki kepekaan yang

lebih tinggi dibandingkan dengan pria.

c. Tingkat pendidikan

Hasibuan (2005) dan Siagian (1995) mengungkapkan bahwa pengetahuan

yang didapatkan seseorang dalam pendidikan merupakan pengalaman yang

berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan kualitas keperibadian

seseorang. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin besar pula


51

keinginan untuk memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan. Pendidikan

berpengaruh terhadap pola pikir individu, sedangkan pola pikir berpengaruh

terhadap perilaku seseorang, dengan kata lain pola pikir seseorang yang

berpendidikan rendah akan berbeda dengan pola pikir seseorang yang

berpendidikan tinggi. Pendidikan keperawatan mempunyai pengaruh besar

terhadap kualitas pelayanan keperawatan. Pendidikan yang tinggi dari seorang

perawat akan memberi pelayanan yang optimal (Asmadi, 2008). Samsualam,

Indar, dan Muh. Syafar (2008) mengungkapkan bahwa tidak ada hubungan

yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan kinerja perawat. Hal ini

sejalan dengan penelitian Edyana (2008) yang juga mengemukakan bahwa

tingkat pendidikan tidak berhubungan secara signifikan dengan kemampuan

penerapan komunikasi terapeutik.

d. Lama bekerja

Semakin lama seseorang bekerja, maka keterampilan dan pengalamannya

juga semakin meningkat (Robbins & Judge, 2008). Hal ini sejalan dengan

penelitian Edyana (2008) yang mengungkapkan bahwa pengalaman atau lama

bekerja ada hubungan dengan kemampuan perawat dalam melakukan

komunikasi terapeutik. Berbeda dengan hasil penelitian Samsualam, Indar, dan

Muh. Syafar (2008) yang mengungkapkan bahwa tidak ada hubungan antara

jenis kelamin dengan kinerja asuhan keperawatan karena kemungkinan

perawat wanita memiliki kinerja yang baik dibandingkan dengan perawat laki-

laki.
52

2.6 Kerangka teori

Pada akhir bab ini akan dijelaskan teori-teori yang akan digunakan dalam penelitian. Penjelasan digambarkan dalam bentuk

kerangka teori seperti pada gambar 2.1 berikut.


Faktor yang Langkah-langkah
1. Usia Perawat Proses keperawatan
mempengaruhi kinerja proses keperawatan:
2. Jenis kelamin
perawat dalam pemenuhan 1. Pengkajian
3. Tingkat
kebutuhan kebersihan diri : 2. Diagnosa
pendidikan
1. Internal (kemampuan, 3. Perencanaan
4. Lama bekerja
etos kerja, latar belakang, 4. Implementasi Faktor yang
karakteristik perawat, 5. Evaluasi mempengaruhi motivasi
persepsi, sikap dan Pemenuhan kebutuhan
kebersihan diri Motivasi intrinsik:
kepribadian) 1. Adanya hasrat dan
2. Eksternal (supervisi dan Motivasi
1. Pengertian motivasi keinginan untuk
gaya kepemimpinan) melakukan kegiatan
2. Teori motivasi:
Jenis-jenis kebersihan diri: a. Teori kepuasan Dimensi dan 2. Adanya dorongan
Kebersihan diri: dan kebutuhan
Faktor-faktor yang 1. Perawatan rambut b. Teori proses indikator
1. Pengertian kebersihan diri mempengaruhi 2. Perawatan mulut melakukan kegiatan
2. Tujuan kebersihan diri: c. Teori X dan Y motivasi kerja
kebersihan diri: 3. Perawatan mata 3. Adanya harapan dan
a. Meningkatkan derajat 1. Citra tubuh d. Teori hierarki perawat :
4. Perawatan telinga cita-cita
kesehatan seseorang 2. Praktik sosial 5. Perawatan hidung Maslow 1. Motivasi
internal Motivasi ekstrinsik:
b. Memelihara kebersihan diri 3. Status 6. Perawatan kuku 3. Aspek, pola, tujuan
sosioekonomi 7. Perawatan motivasi 2. Motivasi 1. Penghargaan dan
seseorang penghormatan atas diri
4. Pengetahuan tungkai dan kaki 4. Jenis-jennis motivasi eksternal
c. Memperbaiki kebersihan 5. Variabel 8. Perawatan tubuh 2. Adanya lingkungan
diri yang kurang a. Motivasi positif
kebudayaan (mandi) yang baik
d. Pencegahan penyakit (insentif positif)
6. Pilihan pribadi 9. Masase punggung 3. Adanya kegiatan
e. Meningkatkan rasa percaya 7. Kondisi fisik 10. Perawatan b. Motivasi negatif
yang menarik
diri seseorang perineum (insentif negatif)
f. Menciptakan keindahan
16
Gambar 2.1 Kerangka Teori
BAB 3. KERANGKA KONSEP

Bab ini menguraikan kerangka konseptual dari penelitian yang akan

menjelaskan lebih singkat variabel-variabel yang akan diteliti dan akan dijelaskan

juga hipotesis penelitian.

3.1 Kerangka Konsep

Karakteristik Dimensi dan


perawat: indikator motivasi Motivasi
perawat dalam Motivasi tinggi
1. Umur kerja perawat:
2. Jenis kelamin 1. Motivasi pemenuhan
3. Tingkat internal kebutuhan
pendidikan 2. Motivasi kebersihan diri Motivasi rendah
4. Lama bekerja eksternal pasien

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan :

= diteliti

= berpengaruh diteliti

53
54

3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian merupakan jawaban sementara dari rumusan

masalah penelitian yang kebenarannya akan dibuktikan dalam sebuah penelitian

(Sugiyono, 2011). Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

3.2.1 Ada hubungan antara usia dengan motivasi perawat dalam pemenuhan

kebutuhan kebersihan diri pasien di ruang rawat inap RSU dr. H. Koesnadi

Bondowoso

3.2.2 Tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan motivasi perawat dalam

pemenuhan kebutuhan kebersihan diri pasien di ruang rawat inap RSU dr.

H. Koesnadi Bondowoso

3.2.3 Ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan motivasi perawat dalam

pemenuhan kebutuhan kebersihan diri pasien di ruang rawat inap RSU dr.

H. Koesnadi Bondowoso

3.2.4 Ada hubungan antara lama bekerja dengan motivasi perawat dalam

pemenuhan kebutuhan kebersihan diri pasien di ruang rawat inap RSU dr.

H. Koesnadi Bondowoso
BAB 4. METODE PENELITIAN

Bab ini menyajikan beberapa metode penelitian yang mendasari penelitian

yaitu desain penelitian, populasi dan sampel penelitian, tempat penelitian, waktu

penelitian, definisi operasional, pengumpulan data, pengolahan dan analisis data,

serta etika penelitian.

4.1 Desain Penelitian

Burn dan Grove, (1991) dalam Notoatmodjo, (2005) menyatakan bahwa

desain ataupun rancangan penelitian adalah keseluruhan dari perencanaan untuk

menjawab pertanyaan penelitian dan mengantisipasi kesulitan yang dapat terjadi

selama proses penelitian. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah studi korelasi, dengan jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif

analitik. Peneliti mencari korelasi antara variabel bebas (karakteristik perawat)

dengan variabel terikat (motivasi perawat dalam pemenuhan kebutuhan

kebersihan diri pasien). Penelitian dalam penelitian ini menggunakan pendekatan

cross sectional dengan menekankan waktu pengukuran dan observasi data antara

variabel dependen dan independen serta dilakukan satu kali pada satu saat (point

time approach) secara simultan (Nursalam, 2008).

55
56

4.2 Populasi dan Sampel Penelitian

4.2.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang mempunyai kualitas

dan karakteristik tertentu sesuai dengan yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari

dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh perawat pelaksana yaitu sebanyak 71 perawat di ruang rawat inap yang

berada di RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso. Ruang rawat inap ada 4 ruang, yaitu

paviliun bougenville, paviliun dahlia, paviliun melati dan paviliun Teratai.

4.2.2 Sampel Penelitian

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi (Sugiyono, 2011). Sampel dipilih dengan cara tertentu hingga dianggap

mewakili populasi. Sampel dalam penelitian adalah perawat di ruang rawat inap

RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso. Pengambilan sampel pada penelitian ini

menggunakan rumus proporsi dan peneliti mengambil proporsi sebesar 50% jika

proporsi responden tidak diketahui. Sampel dihitung dengan rumus Lemeshow

sebagai berikut :

n  2
N.Z p.q
d 2 (N 1)  Z 2 p.q
n  71 (1.96)2 (0,5) (0,5)

(0,1)2 (71 1)  (1,96)2 (0,5) (0,5)


n  41,06

n  41
57

Keterangan:

n = besar sampel yang dibutuhkan


N = jumlah populasi

Z = nilai standar normal 1,96 dengan akurasi α = 0,05

p = proporsi responden, jika tidak diketahui dianggap 50%

q = 1 - p (100% - p)

d = derajat presisi/ketepatan yang diinginkan 5% = 0,05 jadi d = 0,1

Hasil perhitungan dari sampel diperoleh 41 responden. Peneliti melakukan

koreksi terhadap besar sampel yang dihitung untuk mengantisipasi kemungkinan

responden droup out, dengan menambah sejumlah responden sebesar 10% dari

jumlah penentuan sampel agar besarnya sampel tetap terpenuhi. Sastroasmoro dan

Ismael (2010) menyebutkan perhitungan rumus yang dapat digunakan adalah:

n*  n
(1 f ) Keterangan:
n *  41
n* = koreksi besar sampel yang dihitung

1 0,1 n = besar sampel yang dihitung (41 responden)


n *  45,55
f = perkiraan proporsi droup out (10%)
n *  46

Peneliti melakukan pengambilan data kepada 46 responden keseluruhan

setelah dilakukan perhitungan terhadap koreksi besar sampel.


58

4.2.3 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik

probability sampling yaitu memberikan kesempatan kepada semua populasi untuk

menjadi anggota sampel dalam penelitian (Sugiyono, 2011). Cara pengambilan

sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan proportional random sampling.

Masing-masing ruang diambil perawat yang memenuhi dengan kriteria inklusi dan

ekslusi. Sampel akan diambil secara random di masing-masing ruang secara

proporsional dengan menggunakan rumus.

Rahmawati (2009) menguraikan dalam penelitiannya rumus yang bisa

digunakan untuk menentukan sampel tiap kelas yaitu:



ℎ= N X

Keterangan :

nh = jumlah sampel tiap ruang

Nh = jumlah populasi masing-masing ruang

N = Jumlah populasi

n = jumlah sampel
59

Tabel 4.1 Perhitungan Jumlah Sampel

No. Ruang Perhitungan Jumlah Sampel Jumlah


1. Bougenville 26 x46  16,84 17
71
2. Dahlia 14 x46  9,07 9

71
3. Melati 16 x46  10,36 10

71
4. Teratai 15 x46  9,71 10

71
Total 46

Sampel penelitian
(46 Perawat)

Paviliun Bougenville Paviliun Dahlia Paviliun Melati Paviliun Teratai


(17 perawat) (9 perawat) (10 perawat) (10 perawat)

Gambar 4.1 Skema Pengambilan Sampel Tiap Ruang

4.2.4 Kriteria Sampel Penelitian

Kriteria sampel penelitian terdiri dari kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.

Kriteria inklusi merupakan kriteria-kriteria dari sampel yang cocok atau sesuai

dan memenuhi syarat penelitian dan juga mewakili dari populasi (Arikunto,

2002). Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini sebagai berikut :


60

a. Kriteria inklusi

1) bersedia menjadi responden;

2) bersedia mengisi kuesioner secara lengkap;

3) dalam keadaan sehat;

4) perawat pelaksana di ruang rawat inap RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso;

5) masa kerja > 2 tahun;

6) minimal pendidikan D3 keperawatan.

Kriteria eksklusi adalah merupakan kriteria yang menyebabkan subjek

penelitian tidak dapat dijadikan sampel penelitian (Arikunto, 2002). Adapun

kriteria eksklusi dalam penelitian ini sebagai berikut :

b. Kriteria eksklusi

1) tidak bersedia menjadi responden;

2) tidak bersedia mengisi kuesioner secara lengkap;

3) sedang sakit;

4) sedang cuti;

5) sedang menempuh pendidikan (ijin belajar).

4.3 Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini dilaksanakan di RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso,

yaitu di ruang rawat inap paviliun Melati, paviliun Dahlia, paviliun Bougenville

dan paviliun Teratai.


61

4.4 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan sejak pembuatan proposal pada bulan Januari

2013 sampai dengan bulan September 2013.

4.5 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik (ciri-ciri) yang

diamati atau diukur dari sesuatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam, 2008).

Penjelasan definisi operasional dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.2

sebagai berikut:
62

Tabel 4.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Indikator Alat Ukur Skala Hasil


1. Variabel bebas:
Karakteristik
Perawat:
Karakteristik
adalah ciri yang
ada dalam setiap
diri individu
(perawat)
Lama hidup perawat yang - Diukur dengan Interval Usia perawat dalam tahun
a. Usia terhitung sejak dilahirkan instrumen
hingga ulang tahun terakhir tentang usia
yang diisi oleh
responden
b. Jenis Perbedaan seks antara laki- - Diukur dengan Nominal 1 = laki-laki
kelamin laki dan perempuan sejak instrumen 2 = perempuan
lahir tentang
pendidikan
terakhir yang
diisi oleh
responden
c. Tingkat Jenjang pendidikan formal - Diukur dengan Ordinal 1 = D3
Pendidikan terakhir yang ditempuh instrumen 2 = S1
oleh perawat tentang jenis
kelamin yang
dipilih oleh
responden
63

No. Variabel Definisi Indikator Alat Ukur Skala Hasil


d. Lama Lamanya bertugas menjadi - Diukur dengan Interval Lama bekerja perawat dalam
bekerja perawat pelaksana instrumen tahun
tentang lama
bekerja yang
diisi oleh
responden

2. Variabel terikat: Tingkah laku yang Dimensi dan indikator Kuesioner Ordinal Hasil perhitungan dibagi
motivasi diharapkan oleh seorang motivasi kerja perawat : menjadi dua kategori yaitu:
perawat dalam pasien terhadap perawat 1. Motivasi internal 1= motivasi rendah
pemenuhan dalam pelaksanaan 2. Motivasi eksternal 2= motivasi tinggi
kebutuhan kebersihan diri pada pasien,
kebersihan diri khususnya perawatan tubuh Pengkategorian berdasarkan
pasien (mandi) dan potong kuku nilai mean 87,41 sehingga:
a. motivasi rendah,
jika skor < 87,41
b. motivasi tinggi,
jika skor ≥ 87,41
64

4.6 Pengumpulan Data

4.6.1 Sumber Data

Sumber data yang digunakan pada penelitian adalah sumber data primer dan

sekunder. Sumber data primer yaitu sumber data yang langsung memberikan data

kepada pengumpul data atau peneliti (Sugiyono, 2011). Sumber data primer dari

hasil pengisian kuesioner dan hasil wawancara responden atau subjek penelitian

yaitu perawat di ruang rawat inap di RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso. Sumber

data sekunder ataupun data pelengkap yaitu data yang diperoleh peneliti

berdasarkan hasil obervasi atau tulisan orang lain (Sugiyono, 2011). Sumber data

sekunder diperoleh dari data mengenai perawat di RSU dr. H. Koesnadi

Bondowoso.

4.6.2 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data sebagai proses pendekatan kepada subjek dan

pengumpulan karakteristik subjek dalam penelitian (Nursalam, 2008). Data dari

penelitian tersebut diperoleh dengan teknik pengisian kuesioner untuk mengetahui

karakteristik perawat dan motivasi perawat dalam pelaksanaan pemenuhan

kebutuhan kebersihan diri pasien. Adapun prosedur terkait pengumpulan data

dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. peneliti melakukan perijinan ke Badan Kesatuan Bangsa Politik dan Linmas

sehubungan dengan kegiatan pengambilan data mengenai karakteristik perawat

dan motivasi perawat dalam pemenuhan kebutuhan kebersihan diri pasien di

RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso untuk penentuan populasi;


65

b. penentuan subjek penelitian dengan perhitungan dan teknik penentuan sampel;

c. penjelasan kepada calon responden tentang tujuan dan proses dari pengisian

kuesioner;

d. calon responden diminta untuk membaca dan mengisi informed consent (surat

persetujuan) sebagai tanda kesediaan untuk menjadi subjek penelitian dengan

jaminan kerahasiaan atas jawaban yang diberikan;

e. peneliti mengambil data dengan cara pengisian kuesioner tentang karakteristik

perawat dan motivasi perawat dalam pelaksanaan pemenuhan kebutuhan

kebersihan diri pasien. Peneliti mendatangi RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso

untuk melakukan pengisian kuesioner. Cara pengisian kuesioner dari

karakteristik perawat dan motivasi perawat dalam pelaksanaan pemenuhan

kebutuhan kebersihan diri pasien diisi sendiri oleh responden. Peneliti

mengumpulkan kembali kuesioner setelah diisi oleh responden untuk diperiksa

kelengkapan pengisian kuesioner;

f. data yang telah diperoleh kemudian dikumpulkan untuk dilakukan pengolahan

dan analisis.

4.6.3 Alat/Instrumen Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data ataupun instrumen penelitian yang digunakan pada

penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang tersusun

baik sebagai bentuk penjabaran variabel penelitian dan setiap item pertanyaan

adalah jawaban yang memiliki makna dalam menguji hipotesis penelitian.

Kuesioner bersifat closed ended questions (Notoatmodjo, 2010).


66

Kuesioner motivasi perawat dalam pelaksanaan pemenuhan kebutuhan

kebersihan diri pasien terdiri dari 40 pertanyaan. Skala pengukuran motivasi

menggunakan Likert scale yang tediri dari empat tingkat persetujuan yaitu Selalu,

Sering, Jarang, dan Tidak Pernah. Pada item favourable nilai jawaban Selalu = 4,

Sering = 3, Jarang = 2, Tidak Pernah = 1 sedangkan item unfavourable nilai

jawaban Selalu = 1, Sering = 2, Jarang = 3, Tidak Pernah = 4.

Tabel 4.3 Kisi-kisi Kuesioner Penelitian

Pertanyaan Jumlah
Variabel Indikator Favourable Unfavourable Butir
Soal
Motivasi: Tanggung jawab perawat dalam 1, 2 3, 4 4
Internal melaksanakan asuhan
keperawatan, terutama dalam
pemenuhan kebutuhan
kebersihan diri pasien
Melaksanakan tugas asuhan 5, 6, 10 7,8,9 6
keperawatan, terutama dalam
pemenuhan kebutuhan
kebersihan diri pasien dengan
target yang jelas
Memiliki tujuan yang jelas dan 11, 12 13, 14 4
menantang dalam asuhan
keperawatan terutama dalam
pemenuhan kebutuhan
kebersihan diri pasien
Ada umpan balik atas hasil - 15 1
asuhan keperawatan yang telah
dikerjakan, terutama dalam
pemenuhan kebutuhan
kebersihan diri pasien
Memiliki perasaan senang dalam 16 17 2
melakukan asuhan keperawatan
terutama dalam pemenuhan
kebutuhan kebersihan diri pasien
Selalu berusaha untuk 18 - 1
mengungguli orang lain,
terutama dalam pemenuhan
kebutuhan kebersihan diri pasien
Mengutamakan prestasi dari 20, 21, 22 19 4
asuhan keperawatan yang telah
67

dikerjakannya, terutama dalam


pemenuhan kebutuhan
kebersihan diri pasien
Motivasi: Selalu berusaha untuk 23 24 2
Eksternal memenuhi kebutuhan hidup dan
kebutuhan kerjanya
Senang memperoleh pujian dari 25, 26 - 2
asuhan keperawatan yang telah
dikerjakannya, terutama dalam
pemenuhan kebutuhan
kebersihan diri pasien
Melakukan asuhan keperawatan, - 27, 28 2
terutama dalam pemenuhan
kebutuhan kebersihan diri pasien
dengan harapan ingin
memperoleh insentif
Melakukan asuhan keperawatan, - 29, 30 2
terutama dalam pemenuhan
kebutuhan kebersihan diri pasien
dengan harapan ingin
memperoleh perhatian dari
teman dan atasan
Total 15 15 30

4.6.4 Uji Validitas dan Reliabilitas

Instrumen penelitian yang bersifat valid dan reliabel dalam pengumpulan

data merupakan syarat untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel

sehingga perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas (Setiadi, 2007). Pelaksanaan

uji validitas dan reliabilitas alat ukur diharapkan memperoleh distribusi nilai hasil

pengukuran mendekati normal, maka sebaiknya jumlah responden untuk uji coba

paling sedikit berjumlah 20 responden (Notoatmodjo, 2005). Uji validitas dan

reliabilitas instrumen penelitian ditujukan kepada perawat di ruang rawat inap

RSU Dr. Soebandi Jember karena karakteristik yang hampir sama dari responden

penelitian dengan cakupan rumah sakit milik pemerintahan.


68

a. Uji Validitas

Uji validitas adalah ukuran yang menunjukkan sejauh mana pertanyaan

pengukur mampu mengukur sesuatu yang ingin diukur menurut situasi dan

kondisi tertentu (Setiadi, 2007). Hastono (2007) menyatakan bahwa validitas

adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur penelitian dapat mengukur

apa yang diukur. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan uji korelasi

pearson product moment (r) yaitu membandingkan antara skor nilai setiap item

pertanyaan dengan skor total kuesioner.

Nilai korelasi pertanyaan signifikan dapat dilihat melalui perbandingan r

hitung dengan r tabel pada tingkat kemaknaan 5%. Dasar pengambilan

keputusan instrumen itu dikatakan valid jika r hitung lebih besar dari r tabel

atau pertanyaan dikatakan valid jika skor variabel berkorelasi signifikan

dengan skor total tersebut. Taraf signifikan yang digunakan pada penelitian

sebesar 5%, maka penelitian ini memiliki r tabel = 0,444. Peneliti merevisi

item pertanyaan yang tidak valid. Jika item pertanyaan yang dikatakan tidak

valid merupakan item pertanyaan penting, maka peneliti perlu melakukan

modifikasi ulang pertanyaan untuk dilakukan uji ulang sehingga dapat

digunakan mengukur variabel.

Peneliti memperoleh 30 pertanyaan valid dengan r hitung > 0,444 dan 10

pertanyaan tidak valid dengan r < 0,444 setelah dilakukan uji validitas pada

kuesioner karakteristik perawat dengan motivasi perawat dalam pemenuhan

kebutuhan kebersihan diri pasien.


69

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan ukuran yang menunjukkan sejauh mana hasil dari

pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran berulang terhadap

gejala yang sama dengan alat ukur yang sama pula (Notoatmodjo, 2010). Uji

reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah alat ukur yang digunakan

memiliki suatu kesamaan apabila pengukuran dilaksanakan oleh orang yang

berbeda ataupun waktu yang berbeda (Setiadi, 2007). Uji reliabilitas ini

dilakukan setelah hasil uji validitas dinyatakan valid. Peneliti membandingkan

nilai r hasil yang merupakan nilai alpha cronbach dengan r tabel. Dasar dari

pengambilan keputusan dari uji tersebut yaitu pertanyaan dikatakan reliabel

jika nilai r alpha lebih besar dari r tabel (Hastono, 2007).

Uji reliabilitas kuesioner karakteristik perawat dengan motivasi perawat

dalam pemenuhan kebutuhan kebersihan diri pasien menunjukkan nilai r alpha

(0,961) > nilai r tabel (0,444). Hal ini menunjukkan bahwa kuesioner

karakteristik perawat dengan motivasi perawat dalam pemenuhan kebutuhan

kebersihan diri pasien adalah reliabel, sehingga dapat digunakan sebagai alat

ukur penelitian.

4.7 Pengolahan Data

Pengolahan data pada prinsipnya adalah proses untuk memperoleh data atau

data ringkasan berdasarkan suatu kelompok data mentah dengan menggunakan

rumus tertentu sehingga menghasilkan informasi yang diperlukan (Setiadi, 2007).

Tahapan yang dilakukan peneliti dalam pengolahan data adalah:


70

4.7.1 Editing

Proses editing merupakan kegiatan memeriksa pengisian kuesioner yang

telah diserahkan pengumpul data untuk dilakukan pengecekan ataupun perbaikan.

Pengambilan data ulang dilakukan jika pengisian kuesioner belum atau tidak

lengkap (Notoatmodjo, 2010). Pemeriksaan yang dilakukan meliputi kelengkapan

jawaban, keterbacaan tulisan, kejelasan, relevansi jawaban, konsistensi pertanyaan

(Setiadi, 2007). Kuesioner motivasi perawat dalam pemenuhan kebutuhan

kebersihan diri pasien diperiksa kelengkapan pengisian kuesioner yang meliputi

data umum dan jawaban atas pertanyaan yang ada dalam kuesioner penelitian.

4.7.2 Coding

Coding bertujuan untuk membedakan aneka karakter atau jawaban ke dalam

kategori. Proses coding dilakukan dengan pemberian kode berupa angka pada tiap

jawaban (Setiadi, 2007). Coding merupakan pengubahan suatu data kalimat atau

huruf menjadi data berupa angka atau bilangan (Notoatmodjo, 2010). Pada

variabel motivasi perawat dalam pemenuhan kebutuhan kebersihan diri pasien

untuk jawaban pertanyaan favourable digunakan kode 4 = selalu, 3 = sering, 2 =

jarang, 1 = tidak pernah, sedangkan untuk jawaban pertanyaan unfavourable

berlaku sebaliknya. Pemberian kode setiap variabel pada penelitian:

a. Umur perawat dengan skala interval

b. Tingkat Pendidikan dengan skala ordinal, memiliki kategori:

1) D3, diberi kode 1

2) S1, diberi kode 2


71

c. Jenis kelamin perawat dengan skala nominal, memiliki kategori:

1) Laki-laki, diberi kode 1

2) Perempuan, diberi kode 2

d. Lama bekerja sebagai perawat dengan skala interval

e. Motivasi perawat dalam pemenuhan kebutuhan kebersihan diri pasien dengan

skala ordinal, memiliki kategori:

1) Motivasi rendah, diberi kode 1

2) Motivasi tinggi, diberi kode 2

4.7.3 Processing/Entry

Processing adalah proses memasukkan jawaban yang telah dikode ke dalam

tabel melalui pengolahan komputer guna menghitung frekuensi data dan dianalisis

dengan program SPSS (Statistical Program for Social Science) (Setiadi, 2007). Data

dimasukkan dengan cara manual ataupun dengan menggunakan cara melalui

pengolahan komputer yaitu dengan SPSS. Pengolahan computer entry ini

dilakukan dengan bantuan SPSS 17.

4.7.4 Cleaning

Cleaning atau pembersihan adalah kegiatan pemeriksaan kembali data yang

telah dimasukkan ke dalam komputer untuk mengetahui adanya kesalahan kode

dan melakukan koreksi (Notoatmodjo, 2010). Data-data yang tidak sesuai dengan

kebutuhan akan terhapus (Setiadi, 2007). Peneliti dapat mengetahui missing data

dengan melakukan pengecekan atau distribusi frekuensi pada setiap variabel


72

penelitian. Peneliti mengetahui variasi data melalui deteksi dengan mengeluarkan

distribusi frekuensi setiap variabel penelitian. Konsistensi data dapat diketahui

dengan cara menghubungkan kedua variabel penelitian tersebut (Hastono, 2007).

4.8 Analisis Data

Data yang telah diolah kemudian dianalisa sebagai bahan pertimbangan dari

pengambilan keputusan (Setiadi, 2007). Analisis data bertujuan untuk menyusun

data secara bermakna sehingga mudah dipahami. Analisis data yang digunakan

dalam penelitian ini meliputi:

4.8.1 Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik masing-

masing variabel penelitian yang diukur (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini terdiri

dari karakteristik umum dan khusus. Karakteristik umum dari penelitian ini yang

juga merupakan karakteristik responden yang terdiri dari umur, jenis kelamin,

tingkat pendidikan, dan lama bekerja menjadi perawat. Karakteristik khusus

penelitian ini terdiri dari variabel independent dan variabel dependent. Variabel

independent adalah karakteristik perawat dan variabel dependent adalah motivasi

perawat dalam pemenuhan kebutuhan kebersihan diri pasien. Jenis data numerik

adalah usia dan lama bekerja disajikan dalam bentuk mean, standart deviation,

median, min-max, sedangkan data kategorik adalah jenis kelamin dan tingkat

pendidikan disajikan dalam bentuk frekuensi ataupun jumlah dan persentase

(Notoatmodjo, 2010).
73

4.8.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan antara masing-

masing variabel yaitu untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan

variabel terikat.

Tabel 4.4 Analisis Bivariat

No. Variabel Jenis Skala Uji


Independen Dependen Statistik
1. Karakteristik Motivasi perawat Interval - Ordinal Uji T
perawat : usia dalam pemenuhan Independen
kebutuhan kebersihan
diri pasien
2. Karakteristik Motivasi perawat Nominal - Ordinal Chi-Square
perawat : jenis dalam pemenuhan
kelamin kebutuhan kebersihan
diri pasien
3. Karakteristik Motivasi perawat Ordinal - Ordinal Chi-Square
perawat : dalam pemenuhan
tingkat kebutuhan kebersihan
pendidikan diri pasien
4. Karakteristik Motivasi perawat Interval - Ordinal Uji T
perawat : lama dalam pemenuhan Independen
bekerja kebutuhan kebersihan
diri pasien

Proses pengujian pada penelitian ini adalah menggunakan uji T Independen

dan menggunakan uji chi-square. Nilai α yang digunakan pada uji T Independen

adalah 0,05. Berdasarkan nilai p pada uji independent t-test, Ho diterima jika nilai

p > α (Setiadi, 2007). Proses pengujian chi-square adalah membandingkan

frekuensi yang terjadi ataupun observasi dengan nilai frekuensi harapan atau

ekspektasi (Hastono, 2007). Intepretasi hasil uji chi-square dengan

membandingkan nilai p-value (observasi) dengan nilai α (ekspektasi) yang berada

pada tingkat kepercayaan CI (confidence interval) 95% atau taraf signifikansi α

0,05. Perbandingan nilai p-value dan α diinterpretasikan atau disimpulkan dengan:


74

a. jika nilai p-value ≤ α, maka dikatakan Ho ditolak. Penarikan kesimpulan yaitu

ada hubungan karakteristik perawat dengan motivasi perawat dalam

pemenuhan kebutuhan kebersihan diri pasien;

b. jika nilai p-value > α, maka dikatakan Ho gagal ditolak. Penarikan kesimpulan

yaitu tidak ada hubungan karakteristik perawat dengan motivasi perawat dalam

pemenuhan kebutuhan kebersihan diri pasien.

4.9 Etika Penelitian

Semua penelitian yang erat kaitannya dengan manusia sebagai obyek harus

mempertimbangkan etika. Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa kesehatan

seringkali terdapat masalah etik. Potter & Perry (2005) menjelaskan masalah etik

dalam penelitian sebagai berikut:

4.9.1 Lembar persetujuan penelitian (informed consent)

Lembar persetujuan diedarkan sebelum penelitian dilaksanakan agar

responden mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang akan

terjadi saat pengumpulan data. Subjek penelitian atau responden diberi hak untuk

bersedia atau tidak dalam penelitian yang akan dilakukan dengan menjelaskan hak

dan kewajiban responden serta peneliti. Responden yang bersedia diteliti

dianjurkan menandatangani lembar persetujuan dan sebagai bukti bahwa

responden bersedia untuk memberikan informasi terkait dengan penelitian yang

dilakukan. Responden yang tidak bersedia akan dihormati haknya dan peneliti

tidak memaksakan calon responden tersebut untuk diteliti.


75

4.9.2 Kerahasiaan (confidentiality)

Kerahasiaan merupakan suatu pernyataan jaminan bahwa informasi apapun

yang berkaitan dengan responden tidak dilaporkan dengan cara apapun dan tidak

mungkin diakses oleh orang lain selain tim peneliti. Semua informasi yang telah

dikumpulkan dari subyek dijamin kerahasiaannya. Kerahasiaan pada penelitian

yang akan dilakukan peneliti dengan cara penggunaan anonimity untuk

mendokumentasikan responden (identitas perawat) dalam pendokumentasian hasil

penelitian.

4.9.3 Asas kemanfaatan

Peneliti harus mengetahui dan mempertimbangkan secara jelas manfaat dan

resiko dari penelitian yang akan dilakukan. Penelitian dapat dilaksankan apabila

manfaat yang diperoleh lebih besar daripada resiko yang akan ditimbulkan.

Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur yang dianjurkan agar

tidak membahayakan responden dan guna mendapatkan manfaat semaksimal

mungkin.

4.9.4 Asas keadilan

Keadilan dalam penelitian memiliki arti menuntut perlakuan yang adil dan

harus memberikan pemerataan manfaat penelitian. Semua responden memiliki hak

yang sama dengan tidak mengistimewakan sebagian responden dengan sebagian

responden lain dalam penelitian. Peneliti menekankan pada kebijakan penelitian

dengan memberikan manfaat kepada perawat dan juga kepada peneliti.


BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan mengenai hasil dan pembahasan penelitian mengenai

hubungan karakteristik perawat dengan motivasi perawat dalam pemenuhan

kebutuhan kebersihan diri pasien di ruang rawat inap RSU dr. H. Koesnadi

Bondowoso.

RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso merupakan salah satu rumah sakit milik

pemerintah dengan tipe B non pendidikan yang berada di pusat kota Bondowoso.

RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso terletak di jalan Kapten Piere Tendean No.3

Bondowoso. RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso menerima pasien dari wilayah

Kabupaten Bondowoso dan sekitarnya serta berasal dari setiap kecamatan yang

berasal dari Kabupaten Bondowoso dan memiliki pelayanan rawat inap dan rawat

jalan.

Penelitian ini dilakukan pada 46 perawat di ruang rawat inap RSU dr. H.

Koesnadi Bondowoso. Adapun pengambilan data berlangsung selama satu bulan

yang dimulai pada tanggal 20 Juni-19 Juli 2013 oleh peneliti.

Proses penelitian ini diawali dengan pengambilan sampel menggunakan

rumus proporsi yang dipilih dengan menggunakan teknik proportional random

sampling. Masing-masing ruang diambil perawat yang memenuhi dengan kriteria

inklusi dan ekslusi.

76
77

Peneliti mendatangi tiap-tiap ruang untuk mengetahui karakteristik yang ada

pada tiap ruang. Peneliti mendatangi kepala ruang dan menanyakan informasi

terkait karakteristik perawat. Peneliti selanjutnya membagikan kuesioner kepada

perawat pada masing-masing ruang. Terlebih dahulu responden diminta informed

consent dan penjelasan terkait manfaat ataupun tujuan penelitian. Data hasil

pengisian kuesioner dilakukan pengolahan data meliputi editing, coding, entry,

dan cleaning. Motivasi perawat dikategorikkan menjadi dua, yaitu motivasi tinggi

dan motivasi rendah, pengkategorian ini berdasarkan cut of point.

5.1 Hasil Penelitian

Peneliti menyajikan hasil dari penelitian meliputi: 1) Analisis univariat yang

ditampilkan dalam bentuk distribusi frekuensi meliputi usia, jenis kelamin, tingkat

pendidikan dan lama lama bekerja. 2) Analisis bivariat untuk melihat hubungan

karakteristik perawat dengan motivasi perawat dalam pemenuhan kebutuhan

kebersihan diri pasien di ruang rawat inap RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso.

5.1.1 Karakteristik Responden Penelitian

Karakteristik responden penelitian adalah identitas responden yang meliputi

usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan lama bekerja. Data selengkapnya

mengenai karakteristik responden terangkum pada tabel 5.1 berikut.


78

Tabel 5.1 Distribusi responden menurut usia perawat di RSU dr. H. Koesnadi
Bondowoso pada bulan juni-juli 2013

Karakteristik Mean Median SD Minimum- 95% CI


Perawat Maksimum
Usia 31,52 32,00 4,535 23-43 30,18-32,87
(tahun)
Sumber: Data Primer (2013)

Hasil analisis distribusi karakteristik usia berdasarkan tabel 5.1

menunjukkan usia rata-rata adalah 31,52 tahun. Usia termuda responden adalah 23

tahun sedangkan usia tertua adalah 43 tahun.

Tabel 5.2 Distribusi responden menurut jenis kelamin perawat di RSU dr. H. Koesnadi
Bondowoso pada bulan juni-juli 2013

Karakteristik Perawat Frekuensi Persentase (%)

Jenis kelamin
1. Laki-laki 15 32,6
2. Perempuan 31 67,4
Total 46 100
Sumber: Data Primer (2013)

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa sebagian besar perawat di RSU dr. H.

Koesnadi Bondowoso adalah perempuan sebanyak 31 orang (67,4%) dan jumlah

perawat laki-laki sebanyak 15 orang (32,6%).

Tabel 5.3 Distribusi responden menurut tingkat pendidikan perawat di RSU dr. H.
Koesnadi Bondowoso pada bulan juni-juli 2013

Karakteristik Perawat Frekuensi Persentase (%)

Tingkat pendidikan
1. D3 21 45,7
2. S1 25 54,3
Total 46 100
Sumber: Data Primer (2013)
79

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa sebagian besar perawat di RSU dr. H.

Koesnadi Bondowoso yang memiliki tingkat pendidikan D3 adalah sebanyak 21

orang (45,7%) dan yang memiliki tingkat pendidikan S1 adalah sebanyak 25

orang (54,3%).

Tabel 5.4 Distribusi responden menurut lama bekerja perawat di RSU dr. H. Koesnadi
Bondowoso pada bulan juni-juli 2013

Karakteristik Mean Median SD Minimum- 95% CI


Perawat Maksimum
Lama Bekerja 9,33 10,00 4,949 3-25 7,86-10,80
Sumber: Data Primer (2013)

Tabel 5.4 menunjukkan bahwa rata-rata lama bekerja adalah 9,33 tahun.

Lama bekerja minimal responden adalah sebesar 3 tahun sedangkan lama bekerja

maksimal responden adalah sebesar 25 tahun.

5.1.2 Deskripsi Motivasi Perawat dalam Pemenuhan Kebutuhan Kebersihan Diri

Pasien di Ruang Rawat Inap RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso

Pengkategorian variabel motivasi didasarkan pada cut of point data dengan

mengacu pada distribusi data. Hastono (2007) memaparkan cara mengidentifikasi

distribusi data yaitu ditinjau dari grafik histogram dan kurva normal, penggunaan

nilai skewness dan standart error, uji kolmogorov smirnov. Peneliti menggunakan

nilai skewness dan standart error dalam menentukan distribusi data. Distribusi

data normal jika hasil bagi nilai skewness dengan standart error ≤ 2.

Pada variabel motivasi perawat dalam pemenuhan kebutuhan kebersihan

diri pasien di ruang rawat inap RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso didapatkan nilai

skewness 0,006 dan standart error of skewness 0,350. Hasil bagi keduanya
80

bernilai 0,017 sehingga dapat dikatakan variabel motivasi berdistribusi normal.

Analisis data menunjukan persebaran data merata, sehingga cut of point mengacu

pada nilai mean. Peneliti mengkategorikan variabel motivasi menjadi motivasi

rendah jika skor yang diperoleh < 87,41 dan motivasi tinggi jika skor yang

diperoleh ≥ 87,41. Berdasarkan hasil yang diperoleh, jumlah motivasi rendah

sebanyak 19 perawat (41,3%) dan jumlah motivasi tinggi sebanyak 27 perawat

(58,7%). Proporsi tiap kategori motivasi perawat dalam pemenuhan kebutuhan

kebersihan diri pasien di ruang rawat inap RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso dapat

dilihat pada 5.5.

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi motivasi perawat dalam pemenuhan kebutuhan kebersihan
diri pasien di ruang rawat inap RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso pada bulan
juni-juli 2013
Motivasi perawat Frekuensi Persentase (%)

Motivasi rendah 19 41,3

Motivasi tinggi 27 58,7


Total 46 100
Sumber: Data Primer (2013)

5.1.3 Analisis Hubungan Karakteristik Perawat dengan Motivasi Perawat dalam

Pemenuhan Kebutuhan Kebersihan Diri Pasien di Ruang Rawat Inap RSU

dr. H. Koesnadi Bondowoso

a. Hubungan antara karakteristik perawat (usia) dengan motivasi perawat

dalam pemenuhan kebutuhan kebersihan diri pasien


81

Analisis hubungan antara karakteristik perawat (usia) dengan motivasi

perawat dalam pemenuhan kebutuhan kebersihan diri pasien dengan uji statistik T

Independen dapat dilihat pada tabel 5.6.

Tabel 5.6 Distribusi responden menurut hubungan karakteristik perawat (usia) dengan
motivasi perawat dalam pemenuhan kebutuhan kebersihan diri pasien di RSU
dr. H. Koesnadi Bondowoso pada bulan juni-juli 2013

Usia Perawat Mean SD Minimum-Maksimum p value t


Motivasi rendah 29,05 3,808 -6,662 – -1,752 0,001 -3,453
Motivasi tinggi 33,26 4,239
Sumber: Data Primer (2013)

Hasil penyajian pada tabel 5.6 diatas menunjukkan rata-rata usia yang

memiliki motivasi rendah adalah 29,05 dengan standar deviasi 3,808, sedangkan

rata-rata usia yang memiliki motivasi tinggi adalah 33,26 dengan standar deviasi

4,239. Hasil analisis data menggunakan paired samples t-test diperoleh nilai t

hitung -3,453 dan p value (0,001) < α=0,05, maka dapat disimpulkan bahwa Ho

ditolak atau Ha diterima yang berarti ada perbedaan yang signifikan antara usia

perawat yang memiliki motivasi rendah dalam pemenuhan kebutuhan kebersihan

diri pasien dan yang memiliki motivasi tinggi dalam pemenuhan kebutuhan

kebersihan diri pasien.

b. Hubungan antara karakteristik perawat (jenis kelamin) dengan motivasi

perawat dalam pemenuhan kebutuhan kebersihan diri pasien

Analisis hubungan antara karakteristik perawat (jenis kelamin) dengan

motivasi perawat dalam pemenuhan kebutuhan kebersihan diri pasien dengan uji

statistik Chi-Square dapat dilihat pada tabel 5.7.


82

Tabel 5.7 Distribusi responden menurut hubungan karakteristik perawat (jenis kelamin)
dengan motivasi perawat dalam pemenuhan kebutuhan kebersihan diri pasien
di RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso pada bulan juni-juli 2013

Jenis Motivasi Perawat dalam Pemenuhan


Kebutuhan Kebersihan Diri Pasien Total p
No Kelamin OR
Motivasi Rendah Motivasi Tinggi value
Perawat
f % f % N %
1. Laki-laki 7 46,7 8 53,3 15 100 1,385 0,846
2. Perempuan 12 38,7 19 61,3 31 100
Sumber: Data Primer (2013)

Hasil penyajian pada tabel 5.7 dapat diketahui bahwa pada perawat dengan

jenis kelamin laki-laki terdapat 7 perawat (46,7%) dengan motivasi rendah dalam

pemenuhan kebutuhan kebersihan diri pasien, dan terdapat 8 perawat (53,3%)

dengan motivasi tinggi dalam pemenuhan kebutuhan kebersihan diri pasien.

Perawat dengan jenis kelamin perempuan terdapat 12 perawat (38,7%) dengan

motivasi rendah dalam pemenuhan kebutuhan kebersihan diri pasien, dan terdapat

19 perawat (61,3%) dengan motivasi tinggi dalam pemenuhan kebutuhan

kebersihan diri pasien.

Hasil analisis diperoleh p value sebesar 0,846. Koefisien ini lebih besar dari

taraf signifikansi sebesar 0,05. Kesimpulannya yaitu hipotesis nol (Ho) gagal

ditolak yang menunjukkan tidak ada hubungan antara karakteristik perawat (jenis

kelamin) dengan motivasi perawat dalam pemenuhan kebutuhan kebersihan diri

pasien.
83

c. Hubungan antara karakteristik perawat (tingkat pendidikan) dengan motivasi

perawat dalam pemenuhan kebutuhan kebersihan diri pasien

Analisis hubungan antara karakteristik perawat (tingkat pendidikan) dengan

motivasi perawat dalam pemenuhan kebutuhan kebersihan diri pasien dengan uji

statistik Chi-Square dapat dilihat pada tabel 5.8.

Tabel 5.8 Distribusi responden menurut hubungan karakteristik perawat (tingkat


pendidikan) dengan motivasi perawat dalam pemenuhan kebutuhan kebersihan
diri pasien di RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso pada bulan juni-juli 2013

Tingkat Motivasi Perawat dalam Pemenuhan


Kebutuhan Kebersihan Diri Pasien Total p
No Pendidikan OR
Motivasi Rendah Motivasi Tinggi value
Perawat
f % f % N %
1. D3 17 81,0 4 19,0 21 100 48,875 0,000
2. S1 2 8,0 23 92,0 25 100
Sumber: Data Primer (2013)

Hasil penyajian pada tabel 5.8 dapat diketahui bahwa pada perawat dengan

pendidikan D3 terdapat 17 perawat (81,0%) dengan motivasi rendah dalam

pemenuhan kebutuhan kebersihan diri pasien, dan terdapat 4 perawat (19,0%)

dengan motivasi tinggi dalam pemenuhan kebutuhan kebersihan diri pasien.

Perawat dengan pendidikan S1 terdapat 2 perawat (8,0%) dengan motivasi rendah

dalam pemenuhan kebutuhan kebersihan diri pasien, dan terdapat 23 perawat

(92,0%) dengan motivasi tinggi dalam pemenuhan kebutuhan kebersihan diri

pasien.

Data ini menggambarkan semakin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki

perawat, maka semakin tinggi pula motivasi seorang perawat. Hasil analisis

diperoleh p value sebesar 0,000. Koefisien ini lebih kecil dari taraf signifikansi

sebesar 0,05. Kesimpulannya yaitu hipotesis nol (Ho) ditolak yang menunjukkan
84

ada hubungan karakteristik perawat (tingkat pendidikan) dengan motivasi perawat

dalam pemenuhan kebutuhan kebersihan diri pasien.

d. Hubungan antara karakteristik perawat (lama bekerja) dengan motivasi

perawat dalam pemenuhan kebutuhan kebersihan diri pasien

Analisis hubungan antara karakteristik perawat (lama bekerja) dengan

motivasi perawat dalam pemenuhan kebutuhan kebersihan diri pasien dengan uji

statistik T Independen dapat dilihat pada tabel 5.9.

Tabel 5.9 Distribusi responden menurut hubungan karakteristik perawat (lama bekerja)
dengan motivasi perawat dalam pemenuhan kebutuhan kebersihan diri pasien
di RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso pada bulan juni-juli 2013

Lama Bekerja Mean SD Minimum-Maksimum p value t


Perawat
Motivasi rendah 7,00 3,830 -6,733 – -1,193 0,006 -2,883
Motivasi tinggi 10,96 5,050
Sumber: Data Primer (2013)

Hasil penyajian pada tabel 5.9 diatas menunjukkan rata-rata lama bekerja

perawat yang memiliki motivasi rendah adalah 7,00 dengan standar deviasi 3,830,

sedangkan rata-rata lama bekerja perawat yang memiliki motivasi tinggi adalah

10,96 dengan standar deviasi 5,050. Hasil analisis data menggunakan paired

samples t-test diperoleh nilai t hitung -2,883 dan p value (0,006) < α=0,05, maka

dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak atau Ha diterima yang berarti ada perbedaan

yang signifikan antara lama bekerja perawat yang memiliki motivasi rendah dan

perawat yang memiliki motivasi tinggi dalam pemenuhan kebutuhan kebersihan

diri pasien.
85

5.2 Pembahasan

Pembahasan pada penelitian ini menjelaskan tentang hubungan

karakteristik perawat dengan motivasi perawat dalam pemenuhan kebutuhan

kebersihan diri pasien di ruang rawat inap RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso.

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik

perawat dengan motivasi perawat dalam pemenuhan kebutuhan kebersihan diri

pasien di ruang rawat inap RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso.

5.2.1 Karakteristik perawat (usia) dengan motivasi perawat dalam pemenuhan

kebutuhan kebersihan diri pasien di RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso

Robbins & Judge (2008) mengungkapkan bahwa jika penelitian

memisahkan antara profesional dan nonprofesional, maka akan didapatkan bahwa

tingkat kinerja cenderung meningkat pada profesional dengan bertambahnya usia,

sedangkan pada nonprofesional kinerja menurun seiring dengan pertambahan usia.

Menurut penelitian Ismael (2009), usia berkaitan erat dengan tingkat kedewasaan

atau maturitas perawat. Kedewasaan adalah tingkat kemampuan teknis dalam

melakukan tugas maupun kedewasaan psikologis, semakin bertambah lanjut usia

seseorang semakin meningkat pula kedewasaan seseorang, demikian juga

psikologisnya akan menunjukkan kematangan jiwa.

Hasil penyajian pada tabel 5.6 menunjukkan rata-rata usia yang memiliki

motivasi rendah adalah 29,05 dengan standar deviasi 3,808, sedangkan rata-rata

usia yang memiliki motivasi tinggi adalah 33,26 dengan standar deviasi 4,239.

Hasil analisis data menggunakan paired samples t-test dan diperoleh nilai t hitung

-3,453 dan p value (0,001) < α=0,05 atau 5%, maka dapat disimpulkan bahwa Ho
86

ditolak atau Ha diterima yang berarti ada perbedaan yang signifikan antara usia

perawat yang memiliki motivasi rendah dalam pemenuhan kebutuhan kebersihan

diri pasien dan yang memiliki motivasi tinggi dalam pemenuhan kebutuhan

kebersihan diri pasien.

Sejalan dengan penelitian Roatib (2007) yang menyimpulkan bahwa ada

hubungan yang bermakna antara usia perawat dengan motivasi perawat, tetapi

tidak sejalan dengan penelitian Nurimi (2010) yang menyimpulkan bahwa tidak

terdapat hubungan yang bermakna antara usia perawat dengan motivasi kerja

perawat.

Perawat dengan rata-rata usia yang memiliki motivasi rendah adalah 29,05

tahun, sedangkan rata-rata usia yang memiliki motivasi tinggi adalah 33,26 tahun

merupakan fase-fase masa dewasa awal. Usia 29,05 tahun merupakan masa

transisi, ketika seseorang secara besar-besaran memodifikasi aktivitas

kehidupannya dan memikirkan tujuan masa depan. Usia 33,26 tahun merupakan

masa tenang, ketika seseorang mengalami stabilitas yang lebih besar. Usia 29-34

tahun orang dewasa mengarahkan kelebihan energinya terhadap pencapaian dan

penguasaan dunia di sekitarnya (Potter & Perry, 2005).

Seseorang selama masa dewasa awal biasanya lebih perhatian pada

pengejaran pekerjaan dan sosial. Selama periode ini individu mencoba untuk

membuktikan status sosioekonominya (Potter & Perry, 2005). Semakin

bertambahnya usia seseorang, maka individu tersebut akan memotivasi dirinya

sendiri agar lebih baik lagi status sosioekonominya, yaitu dengan cara bekerja.

Peneliti berpendapat bahwa semakin bertambahnya usia seseorang, maka akan


87

mempengaruhi motivasi seorang individu, tetapi usia tidak bisa menjamin

motivasi seseorang menjadi baik dan buruk atau tinggi dan rendah. Semua

tergantung pada individu masing-masing.

5.2.2 Karakteristik perawat (jenis kelamin) dengan motivasi perawat dalam

pemenuhan kebutuhan kebersihan diri pasien di RSU dr. H. Koesnadi

Bondowoso

Jenis kelamin umumnya digunakan untuk membedakan seks seseorang,

yaitu laki-laki atau perempuan. Penelitian psikologis telah menemukan bahwa

laki-laki lebih agresif dan lebih besar kemungkinan dalam memiliki pengharapan

untuk sukses, sehingga laki-laki lebih baik kinerjanya dibandingkan dengan

perempuan (Robbins & Judge, 2001 dalam Elvarida, 2010).

Marilyn M. Freadman (2008) mengatakan bahwa setiap posisi normatif dari

kelompok keluarga dihubungkan dengan peran-peran terkait. Suami atau ayah

diharapkan menjadi pencari uang. Peran formal yang standar terdapat dalam

keluarga adalah kepala rumah tangga sebagai pencari nafkah, sehingga dapat

disimpulkan bahwa motivasi kerjanya lebih tinggi dibandingkan dengan

perempuan.

Perbedaan yang berhubungan dengan jenis kelamin yang menarik adalah

mengenai karir profesional dan manajerial, yaitu laki-laki akan menjadi manajer

yang lebih baik karena mereka lebih tegas, bahwa perempuan kurang memiliki

komitmen terhadap karir dalam organisasi akibat pertimbangan keluarga, atau

karena laki-laki kurang sensitif terhadap perasaan orang lain, meskipun benar
88

bahwa beberapa contoh yang mendukung setiap generalisasi tersebut dapat

ditemui, tetapi juga dapat menemukan banyak contoh yang menentang hal

tersebut. Hasil penelitian menyatakan bahwa sebagian besar perbedaan stereotip

yang sering kali digunakan untuk mendeskripsikan laki-laki dan perempuan dalam

organisasi sebenarnya tidak valid (Ivancevich et al., 2008).

Terdapat banyak perbedaan yang nyata antara laki-laki dan perempuan,

diantaranya, laki-laki cenderung lebih tinggi dari wanita dan wanita cenderung

hidup lebih lama dari pria. Terdapat juga perbedaan yang nyata dalam proporsi

antara laki-laki dan perempuan dalam pekerjaan tertentu, misalnya mayoritas

perawat adalah perempuan. Sebagian besar tukang listrik adalah laki-laki, tetapi

tidak terdapat perbedaan gender yang menyatakan bahwa perawat haruslah

perempuan, atau bahwa tukang listrik haruslah laki-laki, masih banyak yang

merasa yakin bahwa beberapa pekerjaan mutlak untuk wanita dan yang lainnya

untuk laki-laki. Pemimpin dan manajer harus memastikan semua karyawan atau

anggotanya mendapatkan kesempatan yang sama untuk dapat berperan aktif

(Ivancevich et al., 2008).

Hasil penyajian pada tabel 5.7 menunjukkan bahwa perawat di RSU dr. H.

Koesnadi Bondowoso mayoritas perawat memiliki motivasi tinggi lebih banyak

dibandingkan perawat yang memiliki motivasi rendah. Hasil penyajian diketahui

bahwa perawat dengan jenis kelamin laki-laki terdapat 7 perawat (46,7%) dengan

motivasi rendah dalam pemenuhan kebutuhan kebersihan diri pasien, dan terdapat

8 perawat (53,3%) dengan motivasi tinggi dalam pemenuhan kebutuhan

kebersihan diri pasien. Perawat dengan jenis kelamin perempuan terdapat 12


89

perawat (38,7%) dengan motivasi rendah dalam pemenuhan kebutuhan kebersihan

diri pasien, dan terdapat 19 perawat (61,3%) dengan motivasi tinggi dalam

pemenuhan kebutuhan kebersihan diri pasien.

Hasil analisis diperoleh p value sebesar 0,846. Koefisien ini lebih besar dari

taraf signifikansi sebesar 0,05. Kesimpulannya yaitu hipotesis nol (Ho) gagal

ditolak yang menunjukkan tidak ada hubungan antara karakteristik perawat (jenis

kelamin) dengan motivasi perawat dalam pemenuhan kebutuhan kebersihan diri

pasien.

Sejalan dengan penelitian Nurimi (2010) yang menyimpulkan bahwa tidak

terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin perawat dengan motivasi

kerja perawat. Sejalan juga dengan penelitian Roatib (2007) yang menyimpulkan

bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara umur perawat dengan motivasi

perawat.

Peneliti berpendapat, bahwa sebagai seorang perawat, laki-laki dan

perempuan memiliki peran yang sama pada saat berada dalam lingkungan kerja,

sehingga tidak bisa dibedakan mana yang motivasinya lebih baik.

5.2.3 Karakteristik perawat (tingkat pendidikan) dengan motivasi perawat dalam

pemenuhan kebutuhan kebersihan diri pasien di RSU dr. H. Koesnadi

Bondowoso

Hasibuan (2005) dan Siagian (1995) mengungkapkan bahwa pengetahuan

yang didapatkan seseorang dalam pendidikan merupakan pengalaman yang

berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan kualitas keperibadian


90

seseorang. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin besar pula

keinginan untuk memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan. Pendidikan

berpengaruh terhadap pola pikir individu, sedangkan pola pikir berpengaruh

terhadap perilaku seseorang, dengan kata lain pola pikir seseorang yang

berpendidikan rendah akan berbeda dengan pola pikir seseorang yang

berpendidikan tinggi.

Tingkat pendidikan yang lebih tinggi, pada umumnya menyebabkan orang

lebih mampu dan bersedia menerima posisi yang bertanggung jawab (Rensis

Linkert, 1967 dalam Gibson, 1994). Pendidikan keperawatan mempunyai

pengaruh besar terhadap kualitas pelayanan keperawatan. Pendidikan yang tinggi

dari seorang perawat akan memberi pelayanan yang optimal (Asmadi, 2008).

Hasil penyajian pada tabel 5.8 menunjukkan bahwa perawat di RSU dr. H.

Koesnadi Bondowoso rata-rata perawat D3 memiliki motivasi rendah lebih

banyak dibandingkan perawat yang memiliki motivasi tinggi, sedangkan perawat

S1 rata-rata memiliki motivasi yang tinggi lebih banyak dibandingkan perawat

yang memiliki motivasi rendah.

Hasil penyajian pada tabel 5.8 menunjukkan bahwa pada perawat dengan

pendidikan D3 terdapat 17 perawat (81,0%) dengan motivasi rendah dalam

pemenuhan kebutuhan kebersihan diri pasien, dan terdapat 4 perawat (19,0%)

dengan motivasi tinggi dalam pemenuhan kebutuhan kebersihan diri pasien.

Perawat dengan pendidikan S1 terdapat 2 perawat (8,0%) dengan motivasi rendah

dalam pemenuhan kebutuhan kebersihan diri pasien, dan terdapat 23 perawat


91

(92,0%) dengan motivasi tinggi dalam pemenuhan kebutuhan kebersihan diri

pasien.

Data ini menggambarkan semakin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki

perawat, maka semakin tinggi pula motivasi seorang perawat. Hasil analisis

diperoleh p value sebesar 0,000. Koefisien ini lebih kecil dari taraf signifikansi

sebesar 0,05. Kesimpulannya yaitu hipotesis nol (Ho) ditolak yang menunjukkan

ada hubungan karakteristik perawat (tingkat pendidikan) dengan motivasi perawat

dalam pemenuhan kebutuhan kebersihan diri pasien.

Sejalan dengan penelitian Roatib (2007) yang menyimpulkan bahwa ada

hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan perawat dengan motivasi

perawat, tetapi tidak sejalan dengan penelitian Nurimi (2010) yang menyimpulkan

bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan perawat

dengan motivasi kerja perawat.

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin bertambah

pula pengetahuan yang dimiliki, semakin bertambah pula skill yang dimikili.

Perawat dengan jenjang pendidikan yang lebih tinggi akan merasa percaya diri

dan mulai menunjukkan bahwa peningkatan pendidikannya setara dengan

kemampuan yang dimilikinya, hal seperti ini memotivasi perawat untuk dapat

lebih meningkatkan kualitas layanan asuhan keperawatan khususnya kebersihan

diri pasien.
92

5.2.4 Karakteristik perawat (lama bekerja) dengan motivasi perawat dalam

pemenuhan kebutuhan kebersihan diri pasien di RSU dr. H. Koesnadi

Bondowoso

Semakin lama seseorang bekerja, maka keterampilan dan pengalamannya

juga semakin meningkat (Robbins & Judge, 2008). Pengalaman merupakan salah

satu cara kepemilikan pengetahuan yang dialami seseorang dalam kurun waktu

yang tidak ditentukan. Secara psikologis seluruh pemikiran manusia, kepribadian

dan temperamen ditentukan pengalaman indera. Pikiran dan perasaan bukan

penyebab tindakan tapi oleh penyebab masa lalu (Rakhmat, 2001 dalam

Muksydayan, 2012). Apa yang dialami seseorang akan ikut membentuk dan

mempengaruhi penghayatan terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi

salah satu dasar terbentuknya sikap. Seseorang harus mempunyai pengalaman

yang berkaitan dengan objek psikologis untuk mempunyai tanggapan dan

penghayatan, (Azwar, 2003 dalam Muksydayan, 2012).

Kinerja masa lalu cenderung dikaitkan dengan keluarnya dalam posisi

baru, maka senioritas itu sendiri tidaklah merupakan peramal yang baik

produktivitasnya, jika semua hal sama, tidak ada alasan untuk meyakini bahwa

orang-orang yang telah lama bekerja dalam suatu pekerjaan akan lebih baik

produktivitasnya dibandingkan dengan mereka yang belum bekerja (Robbins,

2008 dalam Nurimi, 2010).

Hasil penyajian pada tabel 5.9 menunjukkan rata-rata lama bekerja perawat

yang memiliki motivasi rendah adalah 7,00 dengan standar deviasi 3,830,

sedangkan rata-rata lama bekerja perawat yang memiliki motivasi tinggi adalah
93

10,96 dengan standar deviasi 5,050. Hasil analisis data menggunakan paired

samples t-test diperoleh nilai t hitung -2,883 dan p value (0,006) < α=0,05 atau

5%, maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak atau Ha diterima yang berarti ada

perbedaan yang signifikan antara lama bekerja perawat yang memiliki motivasi

rendah dan perawat yang memiliki motivasi tinggi dalam pemenuhan kebutuhan

kebersihan diri pasien.

Sejalan dengan penelitian Roatib (2007) yang menyimpulkan bahwa ada

hubungan yang bermakna antara lama bekerja perawat dengan motivasi perawat,

tetapi tidak sejalan dengan penelitian Nurimi (2010) yang menyimpulkan bahwa

tidak terdapat hubungan yang bermakna antara lama bekerja perawat dengan

motivasi kerja perawat.

Perawat yang mempunyai masa kerja lebih lama tentunya mempunyai

pengalaman yang lebih banyak. Pengalaman ini dapat berguna ketika perawat

menghadapi masalah terkait masalah kebersihan diri pasien, misalnya saja pada

pasien bedrest. Pasien pada awalnya mungkin hanya menderita penyakit X, tetapi

karena tidak diperhatikan kebersihan dirinya, pasien mengalami gangguan pada

kulitnya, misalnya gatal-gatal. Hal seperti inilah yang dapat memotivasi perawat

yang berpengalaman lebih lama untuk melakukan tindakan kebersihan pasien

untuk dapat meminimalisir terjadinya masalah kesehatan lainnya.


94

5.3 Keterbatasan Penelitian

Hasil penelitian ini memiliki keterbatasan penelitian yaitu terkait teknik

pengumpulan data. Teknik pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian

berupa kuesioner yang mengukur seluruh variabel terkait dalam penelitian ini.

Pengumpulan data menggunakan kuesioner cenderung bersifat subyektif sehingga

kejujuran responden menentukan kebenaran data yang diberikan. Kuesioner

diberikan kepada perawat tanpa ada observasi langsung. Upaya yang dilakukan

peneliti adalah menyampaikan pada perawat agar mengisi kuesioner dengan jujur

sesuai dengan apa yang telah dialami atau dilakukan oleh perawat. Penelitian

selanjutnya lebih baik jika peneliti juga mengobservasi keadaan atau tindakan

yang dilakukan oleh perawat secara langsung.

5.4 Implikasi Keperawatan

Penelitian mengenai hubungan karakteristik perawat dengan motivasi

perawat dalam pemenuhan kebutuhan kebersihan diri pasien menggambarkan

bahwa pelayanan keperawatan di rumah sakit merupakan bagian utama dari

pelayanan kesehatan yang diberikan oleh perawat kepada pasien. Penelitian ini

memiliki implikasi bahwa seorang perawat pelaksana memiliki sejumlah peran di

dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan hak dan kewenangan yang ada. Peran

perawat salah satunya adalah sebagai pemberi asuhan keperawatan atau care

provider. Perawat harus menjalankan tugasnya seseuai dengan standar

kompetensi. Standar kompetensi perawat merupakan kompetensi yang harus

dimiliki oleh perawat untuk memberikan asuhan keperawatan profesional.


95

Peran perawat sebagai care provider harus dilaksanakan secara

komprehensif atau menyeluruh, tidak hanya berfokus pada tindakan promotif,

tetapi juga pada tindakan preventif seperti pelaksanaan kebersihan diri pada

pasien, karena melakukan kebersihan diri pada pasien termasuk dalam standar

kompetensi perawat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan (Persatuan Perawat

Nasional Indonesia, 2012).


BAB 6. SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini diuraikan tentang kesimpulan dan saran dari penelitian “hubungan

karakteristik perawat dengan motivasi perawat dalam pemenuhan kebutuhan

kebersihan diri pasien di ruang rawat inap RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso.”.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah informasi berdasarkan tujuan umum dan

tujuan khusus penelitian. Beserta saran sebagai rekomendasi setelah diketahui

hasil dari penelitian. Berikut ini beberapa simpulan dan saran yang didapat dari

hasil penelitian.

6.1 Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian tentang hubungan

karakteristik perawat dengan motivasi perawat dalam pemenuhan kebutuhan

kebersihan diri pasien di ruang rawat inap RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso yang

dilaksanakan pada tanggal 20 Juni-19 Juli 2013 di RSU dr. H. Koesnadi

Bondowoso, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

6.1.1 Gambaran karakteristik perawat di ruang rawat inap RSU dr. H. Koesnadi

Bondowoso adalah usia perawat rata-rata 31,52 tahun dengan jenis kelamin

sebagian perempuan dan tingkat pendidikan sebagian besar adalah S1

dengan lama bekerja minimal 3 tahun dan lama bekerja maksimal adalah 25

tahun.

96
97

6.1.2 Gambaran motivasi perawat dalam pemenuhan kebutuhan kebersihan diri

pasien di ruang rawat inap RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso adalah

motivasi rendah sebanyak 19 perawat (41,3%) dan motivasi tinggi sebanyak

27 perawat (58,7%)

6.1.3 Ada hubungan yang signifikan antara karakteristik perawat (usia) dengan

motivasi perawat dalam pemenuhan kebutuhan kebersihan diri pasien di

ruang rawat inap RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso

6.1.4 Tidak ada hubungan yang signifikan antara karakteristik perawat (jenis

kelamin) dengan motivasi perawat dalam pemenuhan kebutuhan kebersihan

diri pasien di ruang rawat inap RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso

6.1.5 Ada hubungan yang signifikan antara karakteristik perawat (tingkat

pendidikan) dengan motivasi perawat dalam pemenuhan kebutuhan kebersihan

diri pasien di ruang rawat inap RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso 6.1.6 Ada

hubungan yang signifikan antara karakteristik perawat (lama bekerja) dengan

motivasi perawat dalam pemenuhan kebutuhan kebersihan diri

pasien di ruang rawat inap RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso

6.2 Saran

Saran yang dapat diberikan terkait dengan hasil dan pembahasan penelitian

tersebut adalah:

a. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan (Rumah Sakit)

1) Mengadakan pemantauan kepada tiap-tiap ruang dalam pelaksanaan

kebersihan diri pasien.


98

2) Sosialisasi perawat terkait pentingnya kebersihan diri kepada pasien dan

keluarga pasien.

b. Bagi Keperawatan

Perawat penting untuk mengaplikasikan perannya sebagai pemberi asuhan

keperawatan atau care provider dan sebagai educator dalam memberikan

informasi kepada pasien terkait pelaksanaan kebersihan diri pasien, sehingga

perawat memiliki motivasi untuk berperan serta dalam upaya menigkatkan

kebersihan diri pasien. Penelitian tersebut dapat dijadikan bahan evaluasi bagi

rumah sakit dalam memperbaiki kualitas pelayanan. Perawat dapat melakukan

dan memberikan informasi kepada pasien ataupun keluarga pasien tentang

pentingnya kebersihan diri dan bagaimana cara melaksanakan kebersihan diri

yang baik dan benar.

c. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil dari penelitian ini memberikan saran pada institusi pendidikan yaitu:

1) Penelitian ini dapat memberikan informasi untuk pengembangan

pendidikan keperawatan khususnya tentang kebersihan diri.

2) Penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu media pembelajaran yang

diberikan kepada peserta didik dan diharapkan dalam pelaksanaan

perkuliahan memperbanyak latihan atau simulasi dalam penerapan

kebersihan diri sehingga peserta didik dapat termotivasi nantinya untuk


99

menerapkan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien,

khususnya kebersihan diri pada pasien.

d. Bagi Peneliti

Hasil dan pembahasan dari penelitian tersebut diharapkan dapat menjadi suatu

referensi bagi mahasiswa keperawatan dalam:

1) Mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor lain yang dapat

mempengaruhi motivasi perawat, khususnya dalam pelaksanaan kebersihan

diri pada pasien.

2) Mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai setiap jenis motivasi perawat

baik motivasi instrinsik atau ekstrinsik

3) Untuk penelitian selanjutnya bisa menggunakan analisis multivariat dengan

variabel usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan lama bekerja


DAFTAR PUSTAKA

Adam, Siamsunir. 1978. Hygiene Perseorangan. Jakarta : Bhratara Karya Aksara

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.


Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Aryanthi, Ni Putu Lestari Kusuma. 2009. Hubungan Pelaksanaan Personal


Hygiene (Memandikan) oleh Perawat dengan Kepuasan Pasien
Immobilisasi di Instalasi Rawat Inap C Rumah Sakit Umum Pusat
Fatmawati Jakarta. Skripsi. Jakarta : Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Pembangunan Nasional Veteran

Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC

Bhakti. 2002. Hubungan Karakteristik Perawat dan Metoda Penugasan Asuhan


Keperawatan dengan Pelaksanaan Fase-Fase Hubungan Terapeutik
Perawat Klien di RSU Samsudin, SH Sukabumi. Tesis. Tidak
dipublikasikan. Jakarta : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Brockopp, Dorothy Young, et al.. 1999. Dasar-dasar Riset Keperawatan. Jakarta:


EGC.

Budiarto, Eko. 2002. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.


Jakarta: EGC

Departemen Keseharan Republik Indonesia. 1994. Standar Pelayanan Rumah


Sakit. Jakarta : Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen
Keseharan Republik Indonesia

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Profil Kesehatan Indonesia


2005 : Masyarakat yang Mandiri untuk Hidup Sehat. Jakarta : Direktorat
Jenderal Pelayanan Medik Departemen Keseharan Republik Indonesia

Edyana, A. 2008. Faktor yang Berhubungan dengan Kemampuan Perawat


Pelaksana dalam Menerapkan Teknik Komunikasi Terapeutik di Rumah
Sakit Jiwa Bandung dan Cimahi. Tesis. Tidak dipublikasikan. Jakarta :
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Elvarida, Melda. 2010. Hubungan Karakteristik Perawat terhadap Asuhan


Keperawatan Lanjut Usia di Sub Instalasi Rawat Inap A RSPAD Gatot
Soebroto DITKESAD Jakarta. Skripsi. Jakarta : Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul
Jakarta

100
101

Hamid, A.Y.S. 2001. Peran Profesi Keperawatan dalam Meningkatkan Tanggung


Jawab Perawat untuk Memberikan Asuhan Keperawatan Profesional
sehubungan dengan Undang-Undang Konsumen. 005/BS/PPNI

Hasibuan, Malayu S.P. 1995. Manajemen Sumber Daya Manusia: Dasar dan
Kunci Keberhasilan cetakan ke 8. Jakarta : Gunung Agung

Hasibuan, Malayu S.P. 1995. Manajemen : Dasar, Pengertian dan Masalah


cetakan ke 10. Jakarta : Gunung Agung

Hasibuan, Malayu S.P. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia edisi 7. Jakarta :
Bina Aksara

Hasibuan, Malayu S.P. 2007. Organisasi dan Motivasi Dasar Peningkatan


Produktivitas. Jakarta : Bumi Aksara

Hastono, S. P. 2007. Analisis Data Kesehatan. Jakarta: Fakultas Kesehatan


Masyarakat Universitas Indonesia.

Hinchliff, Sue. 1999. Kamus Keperawatan edisi 17. Jakarta: EGC

Ismael. 2009. Hubungan Karakteristik Perawat Terhadap Penatalaksanaan Klien


Prilaku Bunuh Diri di RSJ.Prof. Dr. Hb. Sa’anin Padang Tahun 2009.
Sumatera Barat : Program Studi DIII Keperawatan Stikes Perintis
Bukittinggi

Ivancevich, J. M., Konopaske, R., & Matteson, M. T. 2008. Perilaku dan


Manajemen Organisasi. Edisi Ketujuh. Jilid I. Alih bahasa oleh Gina Gania.
Jakarta: Penerbit Erlangga.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1239/Menkes/SK/XI/2001 tentang Registrasi dan Praktik Perawat [Serial
Online] http://dinkes-sulsel.go.id/new/images/pdf/Peraturan/kmk
%20registrasi%20dan%20prakt ik%20perawat%201239-2001.pdf [diakses
tanggal 11 desember 2012]

Kusnanto. 2004. Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional.


Jakarta: EGC

Muksydayan, Donni. Karakteristik, Sikap Dan Perilaku Karyawan Cold Storage


Terkait Praktik Higiene Daging. Tesis. Bogor: Sekolah Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor

Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta:


Rineka Cipta.
102

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2010. Promosi Kesehatan: Teori dan Aplikasinya. Edisi Revisi.


Jakarta: Rineka Cipta.

Nurniningsih, Dwi Retno. 2012. Hubungan antara Karakteristik Perawat dengan


Kinerja Perawat di Instalasi Rawat Jalan RSUP DR. Kariadi Semarang.
Semarang : Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan
dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang

Nurimi. 2010. Hubungan Antara Karakteristik Perawat dengan Motivasi Kerja di


Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Kepolisian Pusat RS Sukanto Jakarta.
Skripsi. Jakarta : Program Studi S1 Keperawatan Lanjutan Universitas
Pembangunan Nasional Veteran

Nursalam. 2002. Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional. Jakarta : Salemba Medika.

Nursalam dan Efendi, Ferry. 2008. Pendidikan dalam keperawatan. Jakarta:


Salemba Medika

Nursetyowati, Any. 2001. Hubungan Motivasi Kerja dengan Kinerja Perawat di


Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Daerah Bhakti Karya Husada
Kabupaten Demak. Skripsi. Semarang : Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Diponegoro Semarang

Priharjo Robert, 2008. Konsep dan Perspektif Praktik Keperawatan Profesional


edisi 2. Jakarta : EGC

Potter, A. Patricia dan Perry G. Anne. 2005. Buku Ajar Fundamental


Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik edisi 4. Jakarta: EGC

Potter, A. Patricia dan Perry G. Anne. 2006. Buku Ajar Fundamental


Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik edisi 4. Jakarta: EGC

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)., Asosiasi Institusi Pendidikan Ners


Indonesia (AIPNI)., Asosiasi Institusi Pendidikan Diploma Keperawatan
Indonesia (AIPDiKI). 2012. Standar Kompetensi Perawat Indonesia.
[Serial Online] http://hpeq.dikti.go.id/v2/images/Produk/18.3-Draf-
STANDAR-KOMPETENSI-PERAWAT.pdf [02 Mei 2013]
103

Rahmawati, Nuri. 2009. ”Aktivitas Fisik, Konsumsi Makanan Cepat Saji


(Fastfood) dan Keterpaparan Media serta Faktor-Faktor Lain yang
berhubungan dengan Obesitas Pada Siswa SD Islam Al-Azhar”. Tidak
Diterbitkan. Skripsi. Jakarta Selatan: Program Studi Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia.

Riyadi, S dan Kusnanto, H. 2007. Motivasi Kerja dan Karakteristik Individu


Perawat di RSD Dr. H. Moh. Anwar Sumenep Madura. Working Paper
Series No. 18. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada

Roatib, Ali. 2007. Hubungan Antara Karakteristik Perawat dengan Motivasi


Perawat Pelaksana dalam Menerapkan Komunikasi Terapeutik pada Fase
Kerja di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang. Skripsi. Semarang :
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Diponegoro Semarang

Robbins, S.P. & Judge, T.A. 2008. Perilaku Organisasi. Jakarta : Salemba

Sabarguna, Boy S. 2004. Pemasaran Rumah Sakit. Yogyakarta : Konsorsium RSI

Samsualam, Indar dan Muh. Syafar. 2008. Analisis Hubungan Karakteristik


Individu dan Motivasi dengan Kinerja Asuhan Keperawatan di BP. Rumah
Sakit Umum Labuang Baji Makassar. Skripsi. Makassar : Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin

Sastroasmoro, S. dan Ismael, S. 2010. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis.


Edisi Ketiga. Jakarta: Sagung Seto.

Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Siagian. 1995. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta : Rhineka Cipta

Siagian, Sondang P. 2004. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta : Rineka Cipta

Simamora, Roymond H. 2009. Buku Ajar Pendidikan dalam Keperawatan.


Jakarta : EGC

Sitepu, Evi Christina Beru. 2012. Hubungan Motivasi dengan Penerapan


Komunikasi Terapeutik oleh Perawat pada Pasien di Ruang Rawat Inap
Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta. Skripsi. Depok :
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Smet, Bart. 2004. Psikologi Kesehatan. Jakarta : Grasindo.

Suarli, S. dan Bahtiar, Y. 2009. Manajemen Keperawatan dengan Pendekatan


Praktis. Jakarta: Penerbit Erlangga
104

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Sujarwo. 2004. Pengetahuan, sikap, dan tindakan masyarakat sekitar hutan


dalam pelestarian hutan (kasus di Hutan Diklat Tabo-Tabo, Kabupaten
Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan). Tesis. Bogor: Program Pascasarjana,
Institut Pertanian Bogor

Sulistyowati, Dina. 2012. Peran Perawat Dalam Pelaksanaan Personal Hygiene


Menurut Persepsi Pasien Immobilisasi Fisik. Journal nursing studies.
Semarang : Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro

Swansburg, R.C & Swansburg, R.J. 1999. Introductory Management and


Leadership for Nurses. Canada : Jones and Barlett Publisher

Tarwoto, Watonah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.


Jakarta: Salemba Medika

Universitas Jember. 2012. Pedoman Penyusunan Skripsi PSIK Universitas


Jember edisi revisi II. Jember: Jember University Press.

Uno, H. 2011. Teori Motivasi dan Pengukuranya: Analisis di Bidang Pendidikan.


Jakarta: Bumi Aksara.

WHO. 2005. Pedoman Perawatan Pasien / alih bahasa, Monica Ester; editor
edisi bahasa Indonesia, Esty Wahyuningsih, Nike Budhi Subekti. Jakarta:
EGC.

Zahid A. 1997. Hubungan karakteristik peternak sapi perah dengan


sikap dan perilaku aktual dalam pengelolaan limbah peternakan. Tesis.
Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

You might also like