Biu Ilmu Perundang-Undangan Alex Vernando Pardede

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 10

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU) UAS

TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2023/2024 Genap (2024.1)

Nama Mahasiswa : :ALEX VERNANDO PARDEDE

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 050914161

Tanggal Lahir : 13- Maret-1999

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4403/ILMU PERUNDANG-UNDANGAN

Kode/Nama Program Studi : 311/ ILMU HUKUM

Kode/Nama UT-Daerah : 87 / JAYAPURA

Hari/Tanggal UAS THE : SABTU, 06ULI 2024

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN,
KEBUDAYAANRISET, DAN
TEKNOLOGI UNIVERSITAS
TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS
TERBUKA

Surat Pernyataan
MahasiswaKejujuran
Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : ALEX VERNANDO PARDEDE


NIM : 050914161
Kode/Nama Mata : HKUM4403/ILMU PERUNDANG-UNDANGAN
KuliahFakultas : HUKUM
Program Studi : ILMU HUKUM
UT-Daerah : JAYAPURA

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada
lamanhttps://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal ujian
UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai pekerjaan
saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan aturan
akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun, serta
tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran atas
pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh
Universitas Terbuka.
Jayapura, 06 Juli 2024

Yang Membuat Pernyataan

ALEX VERNANDO PARDEDE


BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS

TERBUKA

1. Kedudukan Pancasila dalam Pembentukan Perundang-Undangan di Indonesia


Pancasila memiliki kedudukan yang sangat fundamental dalam sistem hukum Indonesia. Berikut adalah
beberapa poin penting mengenai kedudukan Pancasila:
Dasar Negara: Pancasila ditetapkan sebagai dasar negara Republik Indonesia melalui Pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945 (UUD 1945). Ini berarti bahwa semua aspek kehidupan berbangsa dan bernegara harus
berlandaskan pada nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Sumber dari Segala Sumber Hukum: Pancasila menjadi sumber dari segala sumber hukum di Indonesia.
Artinya, semua peraturan perundang-undangan yang dibuat harus sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Jika
ada peraturan yang bertentangan dengan Pancasila, maka peraturan tersebut dianggap tidak sah.
Panduan Normatif: Pancasila berfungsi sebagai panduan normatif dalam pembentukan nilai-nilai dan norma-
norma yang mendasari kehidupan berbangsa dan bernegara. Nilai-nilai Pancasila mencakup Ketuhanan Yang
Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh
Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat
Indonesia.

2. Hubungan BPIP dan Mahkamah Konstitusi dalam Menjaga Ideologi Pancasila


Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP)
Tugas dan Fungsi: BPIP dibentuk untuk membina, mengembangkan, dan melestarikan ideologi Pancasila.
Tugas utama BPIP adalah memastikan bahwa nilai-nilai Pancasila diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat Indonesia serta dalam penyusunan kebijakan dan peraturan perundang-undangan.
Pembinaan Hukum Nasional: BPIP juga berperan dalam memberikan rekomendasi dan masukan terkait
pembinaan hukum nasional agar selaras dengan Pancasila. BPIP bekerja sama dengan berbagai lembaga
negara untuk memastikan bahwa setiap produk hukum yang dihasilkan tidak bertentangan dengan nilai-nilai
Pancasila.
Mahkamah Konstitusi
Tugas dan Wewenang: Mahkamah Konstitusi (MK) memiliki wewenang untuk menguji undang-undang
terhadap UUD 1945. Dalam konteks ini, MK juga berperan dalam memastikan bahwa undang-undang yang
diuji tidak bertentangan dengan Pancasila, karena Pancasila merupakan bagian integral dari UUD 1945.
Penjaga Konstitusi: MK berfungsi sebagai penjaga konstitusi (the guardian of the constitution) dan secara
tidak langsung juga sebagai penjaga ideologi Pancasila. MK memastikan bahwa setiap undang-undang yang
berlaku di Indonesia sesuai dengan prinsip-prinsip yang terkandung dalam Pancasila dan UUD 1945.
Kesimpulan
Kedudukan Pancasila dalam pembentukan perundang-undangan di Indonesia sangatlah penting karena
Pancasila merupakan dasar negara dan sumber dari segala sumber hukum. BPIP dan Mahkamah Konstitusi
memiliki peran yang saling melengkapi dalam menjaga ideologi Pancasila. BPIP fokus pada pembinaan dan
pengembangan ideologi Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sementara Mahkamah
Konstitusi memastikan bahwa setiap undang-undang yang berlaku tidak bertentangan dengan Pancasila dan
UUD 1945. Dengan demikian, kedua lembaga ini bersama-sama menjaga agar nilai-nilai Pancasila tetap
menjadi landasan utama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia.
BUKU JAWABAN UJIAN
UNIVERSITAS TERBUKA

2. Mahkamah Konstitusi (MK) memiliki peran penting dalam sistem hukum Indonesia, terutama dalam
menjaga agar undang-undang yang dibuat oleh legislatif tidak bertentangan dengan UUD 1945. Berikut
adalah analisis kewenangan MK atas putusan tersebut dan bagaimana putusan ini membentuk norma hukum
baru:
Kewenangan Mahkamah Konstitusi:
1). Pengujian Undang-Undang terhadap UUD 1945:
Salah satu kewenangan utama MK adalah menguji undang-undang terhadap UUD 1945. Ini berarti MK dapat
menilai apakah suatu undang-undang atau bagian dari undang-undang sesuai dengan konstitusi.
Dalam kasus ini, MK menguji Pasal 169 huruf g UU No. 7 Tahun 2017 tentang Pemilu yang menetapkan
batas usia minimal 40 tahun untuk calon presiden dan wakil presiden.
2). Membatalkan Bagian Undang-Undang yang Bertentangan dengan UUD 1945:
Jika MK menemukan bahwa suatu undang-undang atau bagian dari undang-undang bertentangan dengan
UUD 1945, MK berwenang untuk membatalkan ketentuan tersebut.
MK memutuskan bahwa ketentuan batas usia minimal 40 tahun bertentangan dengan UUD 1945 karena
dianggap tidak memberikan kesempatan yang adil bagi individu yang memenuhi syarat lain tetapi belum
mencapai usia tersebut.
3). Membentuk Norma Hukum Baru:
Selain membatalkan ketentuan yang bertentangan, MK juga dapat memberikan tafsir yang lebih luas atau
sempit terhadap suatu ketentuan hukum sehingga menciptakan norma hukum baru.
Dalam putusannya, MK menyatakan bahwa seseorang yang berusia di bawah 40 tahun bisa mengikuti
pemilihan presiden dan wakil presiden asalkan sedang atau pernah menduduki jabatan negara yang dipilih
melalui pemilu, termasuk pemilihan kepala daerah. Ini merupakan bentuk pembentukan norma hukum baru.

4). Dampak Putusan MK


Perubahan dalam Sistem Perundang-Undangan:
Putusan MK ini mengubah cara pandang terhadap batas usia calon presiden dan wakil presiden. Sebelumnya,
batas usia minimal adalah 40 tahun tanpa pengecualian. Dengan putusan ini, ada pengecualian bagi mereka
yang sudah memiliki pengalaman sebagai pejabat negara yang dipilih melalui pemilu.
Hal ini berarti bahwa undang-undang terkait harus disesuaikan untuk mencerminkan putusan MK.
5). Peluang Baru bagi Calon Muda:
Putusan ini membuka peluang bagi individu yang lebih muda untuk mencalonkan diri sebagai presiden atau
wakil presiden, asalkan mereka telah memiliki pengalaman sebagai pejabat negara yang dipilih melalui
pemilu.
Ini dapat membawa dinamika baru dalam politik Indonesia dengan memungkinkan generasi muda yang
berpengalaman untuk berpartisipasi dalam pemilihan presiden dan wakil presiden.
6). Kepastian Hukum:
Putusan MK memberikan kepastian hukum mengenai interpretasi batas usia calon presiden dan wakil
presiden. Ini penting untuk memastikan bahwa proses pemilu berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip
konstitusi.
Kesimpulan
Putusan Mahkamah Konstitusi mengenai batas usia calon presiden dan wakil presiden menunjukkan
kewenangan MK dalam menguji undang-undang terhadap UUD 1945 dan membentuk norma hukum baru.
Dengan putusan ini, MK tidak hanya membatalkan ketentuan yang bertentangan dengan konstitusi tetapi juga
memberikan tafsir baru yang lebih inklusif, memungkinkan individu yang lebih muda dengan pengalaman
sebagai pejabat negara untuk mencalonkan diri. Ini mencerminkan peran penting MK dalam menjaga
keadilan dan kesesuaian undang-undang dengan konstitusi serta memperkaya dinamika politik di Indonesia.
BUKU JAWABAN UJIAN
UNIVERSITAS TERBUKA

3. Pengertian Prolegnas
Program Legislasi Nasional (Prolegnas) adalah instrumen perencanaan pembentukan peraturan perundang-
undangan tingkat pusat yang disusun secara berencana dan sistematis oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
bersama Pemerintah. Prolegnas memuat daftar prioritas RUU yang akan dibahas dalam jangka waktu tertentu,
baik itu jangka menengah maupun tahunan. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa pembentukan
undang-undang dilakukan secara terencana dan sesuai dengan kebutuhan hukum masyarakat serta visi dan
misi pembangunan hukum nasional.
Pembahasan RUU di Luar Prolegnas
Meskipun Prolegnas merupakan panduan utama dalam pembentukan undang-undang, ada situasi di mana
RUU yang tidak masuk dalam daftar Prolegnas tetap dapat dibahas. Berikut adalah beberapa kondisi dan
mekanisme yang memungkinkan hal tersebut:
Kebutuhan Mendesak:
Ada situasi di mana kebutuhan hukum masyarakat sangat mendesak dan belum terpenuhi oleh peraturan yang
ada. Dalam kasus seperti ini, DPR dan Pemerintah dapat memutuskan untuk membahas RUU yang tidak
masuk dalam Prolegnas.
Contoh: Situasi darurat atau krisis yang memerlukan regulasi segera, seperti bencana alam, pandemi, atau
keadaan luar biasa lainnya.
Usulan dari Presiden atau DPR:
Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan,
Presiden atau DPR memiliki kewenangan untuk mengusulkan RUU di luar Prolegnas jika dianggap penting
dan mendesak.
Usulan ini harus disertai dengan alasan yang kuat dan didukung oleh kajian yang menunjukkan urgensi dari
RUU tersebut.
Persetujuan Bersama:
Pembahasan RUU di luar Prolegnas memerlukan persetujuan bersama antara DPR dan Pemerintah. Ini
berarti kedua belah pihak harus sepakat bahwa RUU tersebut layak untuk dibahas meskipun tidak termasuk
dalam daftar prioritas Prolegnas.
Persetujuan ini biasanya dicapai melalui rapat kerja atau konsultasi antara komisi terkait di DPR dan
kementerian/lembaga pemerintah yang bersangkutan.
Perubahan Prolegnas:
Prolegnas bukanlah dokumen yang kaku dan tidak bisa diubah. Jika ada kebutuhan mendesak, Prolegnas
dapat direvisi untuk memasukkan RUU baru yang sebelumnya tidak tercantum.
Revisi Prolegnas dilakukan melalui mekanisme yang telah ditetapkan, yaitu melalui rapat paripurna DPR
setelah mendapatkan masukan dari Badan Legislasi (Baleg) dan persetujuan dari Pemerintah.
Contoh Kasus
Sebagai contoh, selama pandemi COVID-19, banyak negara termasuk Indonesia harus membuat regulasi
baru yang tidak direncanakan sebelumnya untuk menangani berbagai aspek dari krisis kesehatan ini.
Regulasi-regulasi tersebut mungkin tidak masuk dalam Prolegnas awal, tetapi karena urgensinya, mereka
dibahas dan disahkan dengan cepat.
BUKU JAWABAN UJIAN
UNIVERSITAS TERBUKA

4. Naskah Akademik merupakan dokumen penting dalam proses penyusunan peraturan perundang-
undangan. Naskah ini berfungsi sebagai landasan ilmiah yang mendasari pembentukan suatu peraturan,
sehingga harus disusun dengan cermat dan komprehensif. Berikut adalah unsur-unsur yang harus ada dalam
pembuatan Naskah Akademik:
Pendahuluan:
Latar Belakang: Menguraikan alasan dan urgensi penyusunan peraturan tersebut.
Tujuan: Menjelaskan tujuan dari penyusunan naskah akademik dan peraturan yang diusulkan.
Metode Penelitian: Menyebutkan metode yang digunakan dalam penelitian atau pengkajian hukum.
Landasan Teoritis:
Teori Hukum: Menguraikan teori-teori hukum yang relevan dengan masalah yang dibahas.
Kerangka Konseptual: Menyajikan konsep-konsep kunci yang akan digunakan dalam analisis.
Analisis Masalah:
Identifikasi Masalah: Mengidentifikasi masalah hukum yang ada dan memerlukan pengaturan.
Analisis Kebutuhan: Menganalisis kebutuhan hukum masyarakat terkait masalah tersebut.
Evaluasi Peraturan yang Ada: Mengevaluasi peraturan yang sudah ada dan mengidentifikasi kekurangan atau
ketidaksesuaian.
Alternatif Solusi:
Pilihan Kebijakan: Menyajikan berbagai alternatif solusi kebijakan untuk mengatasi masalah yang
diidentifikasi.
Analisis Dampak: Menganalisis dampak dari masing-masing alternatif solusi yang diusulkan.
Rancangan Pengaturan:
Prinsip-Prinsip Pengaturan: Menyajikan prinsip-prinsip dasar yang akan menjadi landasan pengaturan.
Struktur dan Materi Muatan: Menguraikan struktur dan materi muatan dari rancangan peraturan yang
diusulkan.
Penutup:
Kesimpulan: Menyimpulkan hasil penelitian dan pengkajian yang telah dilakukan.
Rekomendasi: Memberikan rekomendasi mengenai langkah-langkah yang perlu diambil dalam penyusunan
peraturan.
Daftar Pustaka:
Menyertakan daftar referensi yang digunakan dalam penyusunan naskah akademik.
Lampiran (jika diperlukan):
Menyertakan data tambahan, tabel, grafik, atau dokumen lain yang mendukung analisis dalam naskah
akademik.
Dengan menyusun Naskah Akademik yang mencakup unsur-unsur di atas, diharapkan peraturan perundang-
undangan yang dihasilkan dapat lebih tepat sasaran, efektif, dan sesuai dengan kebutuhan hukum masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai