0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
1 tayangan16 halaman

MAKALAH Islam Dan Pengetahuan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 16

MAKALAH

MASA KEEMASAN SAINS DALAM SEJARAH ISLAM

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah

Islam dan ilmu Pengetahuan


Dosen Pengampu: Pirman M.Pd

Disusun oleh:
KELOMPOK 1
Arib Budiman
Tia Andesta
Preity Ariyanti
Yulia Hafitri

Kelas :
GMI-1

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT)
DARUL HUDA MUARADUA
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita taufiq dan hidayah-Nya,
sehingga segala aktivitas yang kita laksanakan di jalan kebenaran akan selalu membawa
keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada kehidupan akhirat kelak,
sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita capai menjadi lebih mudah dan penuh
manfaat.

Terima kasih saya ucapkan kepada dosen pengampu yang telah memberikan dukungan
serta motivasi sehingga pembuatan Makalah Islam dan Ilmu Pengetahuan yang berjudul Masa
Keemasan Sains dalam Sejarah Islam dapat terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan.

Saya menyadari dalam pembuatan makalah ini masih jauh dalam kesempurnaan serta
banyak kekurangan-kekurangannya, baik dari segi tata bahasa maupun penulisan serta
penyampaiannya.

Akhir kata saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.

Penyusun, April 2023

Kelompok I

2
PENDAHULUAN

a. Latar Belakang Masalah..................................................4


b. Tujuan..............................................................................4
c. Rumusan Masalah............................................................4

BAB II ISI

A. Definisi Sains dalam Islam...........................................................5


B. Sains dalam Perkembangannya Menurut Al Qur’an.........................7
C. Masa Keemasan Sains dalam Sejarah Islam..........................................8
D. Tokoh Ilmuan Muslim Pada Masa Keemasan Sains............................10

BAB III PENUTUP

a. Kesimpulan ...................................................................15
b. Saran .............................................................................15

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................16

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sains merupakan kebutuhan pokok bagi setiap individu untuk menghadapi zaman yang sarat
dengan persaingan ini, tak terkecuali kaum muslimin. Karena dengan sains, seseorang bisa
dihormati dan diakui keberadaannya oleh masyarakat. Selain itu, sains juga menjadi salah satu
indikator kemajuan suatu bangsa, karena pada dasarnya semua bidang kehidupan memerlukan
sains.
Dari sinilah, untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman, kita kaum muslimin harus
berusaha mempelajari dan menguasai sains. Tapi, disisi lain, kita juga tidak diperbolehkan untuk
melanggar ajaran Islam yang telah disempurnakan oleh Allah SWT. Karena pada hakikatnya,
semua yang ada di alam semesta ini akan kembali kepadaNya, bahkan sebenarnya sains dan
berbagai ilmu lainnya telah terkandung di dalam kalamNya, al-Qur’an.
Hal-hal itu kita lakukan dengan tujuan agar Islam bisa menjaga persaingan dengan negara-negara
Barat, yang notabennya adalah penguasa sains masa kini. Disamping itu, dengan mentaati ajaran
Allah, maka kita akan selalu mendapatkan perlindungan dan ridhaNya.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan Definisi Sains dalam Islam?
2. Bagaimana Sains dalam Perkembangannya menurut Islam?
3. Jelaskan Masa Keemasan Sains?
4. Siapa Tokoh – Tokoh Ilmuan Pada Masa Keemasan Sains?

C. Batasan Masalah
1. Hanya Membahas Definisi Sains dalam Islam
2. Hanya Membahas Sains dalam Perkembangannya menurut Islam?
3. Hanya Membahas Masa Keemasan Sains?
4. Hanya Membahas Tokoh- Tokoh Ilmuan Pada Masa Keemasan Sains?

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Sains dalam Islam

Kata sains berasal dari kata science yang berarti pengetahuan. Kata sains berasal dari bahasa
latin yaitu iscire yang berarti tahu atau mengetahui. Sedangkan dalam bahasa arab disebut
dengan al`ilm yang berarti tahu, sedangkan dalam bahasa Indonesia disebut dengan ilmu atau
ilmu pengetahuan.1[1]
Secara umumnya, sains boleh didefinisikan sebagai ilmu yang dihasilkan melalui cerapan (yaitu
analisis dengan menggunakan panca indera) serta pemahaman yang lahir dari padanya. Ia juga
boleh diartikan sebagai uraian secara sistematik tentang fenomena terjadinya alam semesta
Uraian secara sistematik melibatkan penggunaan intelek di samping kaedah yang dapat diukur
(quantitative).
Islam memberi kebebasan kepada para saintis untuk mengkaji, namun ia menyedari
keterbatasan intelek yang dimiliki manusia. Justru, sains Islam menjadikan wahyu sebagai
sumber rujukan yang tertinggi. Dalam erti kata yang lain, dalam Islam, wahyu mengatasi akal
kerana wahyu datang daripada kuasa tanpa batas sedangkan akal terbatas. Sains tidak boleh
mengatasi wahyu.
Justru, sains dalam Islam ialah sains yang berkonsepkan tauhid. Sains dalam Islam tunduk
kepada prinsip-prinsip yang ditetapkan Allah melalui rasulnya. Sains dalam Islam tunduk kepada
al-Quran.

Berbagai kritik gloshani terhadap sains berimplikasi pada ketidakuniversalan sains. Dalam hal
ini, Alparslan Acikgenc mengemukakan bahwa universalitas sains ( sebagaimana yang
diungkapkan sardar di atas ) bukan universalitas dalam pengertian yang absolut.

1[1] Budi Handrianto, Islamisasi Sains Sebagai Upaya dalam Meislamkan Sains Barat Modern,
(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,2012) hal. 39

5
Menurut Al-Attas, Islamisasi ilmu adalah pembebasan manusia yang diawali dengan
pembebasan dari tradisi-tradisi yang berunsur magis, mitologis,animistis, tradisi kultur-nasional
yang bertantangan dengan islam juga pembebasan dari kontrol seluler atas pikiran dan
bahasanya.
Golshani merinci empat ciri sains dalam islam :
1. Memandang tuhan sebagai pencipta dan pemeihara alam semesta.
2. Tidak membatasi alam semesta pada ranah materi saja.
3. Menisbatkan tujuan pada alam semesta.
4. Menerima tertib moral bagi alam semesta.2[2]
Untuk membedakan mana sains islam dan mana yang bukan sains islam, munawar ahmad Anees,
mengemukakan ada sepuluh hal yang tidak bisa disebut sebagai sains islam :
1. Sains barat yang di labeli islam. Hal ini karena sains islam adalah produk dari epistemologi
dan metodelogi word-view islam yang tidak dapat direduksi dengan word-view barat yang
sempit.
2. Reduktif paradikma tauhid menggabungkan semua pengetahuan dalam sebuah kesatuan
organik.
3. Anakronistik (menyalahi zaman) . sains islam dilengkapi dengan kesadaran masa depan
yang dimediasi melalui sarana dan tujuan sains.
4. Terlalu didominasi metodelogi tertentu. Sains islam memungkinkan berbagai metode
dengan norma-norma universal islam.
5. Terfragmentasi (terpisah-pisah). Sains islam mempromosikan penguasaan berbagai bidang
berbeda dengan speksialisasi disiplin sempit.
6. Ketidakadilan. Epistemologi dan metodelogi sains islam mendukung keadilan distributif
dalam konteks masyarakat.
7. Sempit. Hal ini karena nilai-nilai abadi sains islam adalah gambar cermin dari nilai-nilai
islam.
8. Ada yang tidak relevan secara sosial. Sains merupakan pekerjaan saintifik yang –secara
subjektif objektif- keluar dari konteks sosial.
9. Bacollism. Bucaillisme merupakan kesalahan berfikir logis.

2[2] Akhmad Alim, Sains dan Teknologi Islami(Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2014). hal .117

6
10. Kesektean. Karena sains islam tidak memberi dukungan epistemis pada okultisme,
astrologi, mistisisme dan sejenisnya. 3[3]

B. Sains dalam Perkembangannya Menurut Al Qur’an

Sejarah sains sejak ribuan tahun yang silam sulit diungkapkan karena terbatasnya informasi yang
menunjang. Salah satu sumber yang dapat dipedomani adalah Al Qur’an (Q.S Al Baqarah [2]:31-
32) :

“ Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian


mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-
benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!" Mereka menjawab: "Maha Suci
Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami;
sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. “(Q.S Al Baqarah [2] :
31-32)

Ternyata sesuai dengan ayat ini manusia mempunyai pengetahuan lebih luas daripada malaikat
dan adam, dan mereka benar – benar sudah mengetahui bentuk segala sesuatu yang hidup dan
yang mati dan interaksinya pada waktu hidupnya nabi pertama itu sampai keturunan trakhir,
yaitu kita yang hidup saat ini. Suatu kewajiaban kita sebagai umat Adam untuk terus menggali
sains untuk dapat digunakan sebagai sarana meningkatkan kualitas kehidupan manusia.
Dunia tanpa batas saat ini mengisyaratkan umat islam harus peka terhadap isu – isu aktual dan
factual yang berlangsung saat ini. Kemajuan sains yang begitu cepat perlu disearaskan dengan
pemahaman agama dan disesuaikan dengan nilai sosial dan budaya yang ada.
Pada hakikatnya perkembangan sains tidak bertentangan dengan agama islam karena islam
adalah agama rasional yang lebih menonjolkan akal dan dapat diamalkan tanpa mengubah
budaya setempat.
Surat Al Alaq 1-5 merupakan dasar sains dalam islam, Allah memerintahkan kita membaca,
meneliti, mengkaji, dan membahas dengan kemampuan intelektual. Surat ini merangsang daya
kreativitas untuk berinovasi, mengembangkan keimanan dengan rasio dan logika yang dimiliki

3[3]Ibid. hal .118

7
manusia. Penggunaan sains tergantung pada pribadi masing – masing, bila penggunaannya tidak
sesuai dengan tujuannya kan mendatangkan mudharat. Namun, jika sains ini bermanfaat maka
hal ini akan direstui Allah.4[4]
Penelaahan sains dalam Al Qur’an harus dilanjutkan oleh umat. Hal itu karena semua fenomena
yang ada dialam semesta ini diterangkan dalam Al Qur’an seperti yang dinyatakan ayat berikut :
“(Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas
mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh
umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala
sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.”
Tidak ada yang luput dari pembahasan Al Qur’an: dari masa lalu, masa sekarang dan masa yang
akan datang. Seharusnya Al Qur’an yang kita jadikan bacaan wajib sebagai umat islam, lebih
dari kita membaca Koran atau menoton televisi. Setidaknya ada perimbangan antara memahami
Al Qur’an dan memahami situasi sosial di sekitar kita yang diperoleh melalui media atau berita.
5
[5]

C. Masa Keemasan Sains dalam Sejarah Islam

Setelah kekuasaan Umayyah berakhir, kendali pemerintahan Islam selanjutnya dipegang oleh
Dinasti Abbasiyah yang berlangsung sekitar 250 tahun sejak akhir abad ke-7 sampai awal abad
10 M. Periode ini ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang seluruhnya masih
dibuktikan sampai saat ini.
Periode ini merupakan periode keemasan umat Islam, yang ditandai dengan berkembangnya
berbagai bidang ilmu, seperti filsafat, pemikiran ilmu kalam, hukum, tasawuf, teknologi,
pemerintahan, arsitektur, dan berbagai kemajuan lainnya. Sejalan dengan berkembangnya
pemerintahan Islam sebagai akibat semakin luasnya wilayah kekuasaan Islam ke belahan dunia
Barat dan Timur, dari daratan Spanyol (Eropa Barat) sampai perbatasan Cina (di Asia Timur),
maka terbentanglah peradaban Islam dari Granada di Spanyol sampai ke New Delhi di India,
yang dirintis sejak masa Khulafa al-Rasyidin, Khalifah Umayyah, dan Khalifah Abbasiyah.

4[4] Hasan Basri Jumin, Sains dan Teknologi dalam Islam, (Jakarta : Rajawali Pers, 2012) hal. 11-
12

5[5] Ridwan Abdulah Sani, Sains berbasis Alqur’an (Jakarta : Pt Bumi Aksara.2014) hal. 250-251

8
Perluasan wilayah ini menyebabkan munculnya masalah-masalah baru yang belum terjadi
sebelumnya, sehingga permasalahan yang dihadapi umat Islam pun makin banyak dan kompleks.
Keadaan demikian memunculkan tantangan bagi para mujtahid untuk memecahkan hukum
masalah-masalah tersebut, dan hasil ijtihad mereka kemudian dibukukan dalam kitab-kitab fiqh
(hukum). Karena itu masa ini merupakan masa perkembangan dan pembukuan kitab fiqh, hasil
ijtihad para tokoh mujtahidin. Periode ini merupakan puncak lahirnya karya-karya besar dalam
berbagai penulisan dan pemikiran, ditandai antara lain dengan lahirnya kitab kumpulan hadits
dan fiqh (hukum Islam) dari berbagai madzhab.6[6]
Pada zaman itu umat islam telah banyak melakukan kajian kritis tentang ilmu pengetahuan,
sehingga ilmu pengetahuan baik aqli (rasional) ataupun yang naqli mengalami kemajuan dengan
pesatnya. Pada zaman pemerintahan daulah abbasiyah, proses pengalihan ilmu pengetahuan
dilakukan dengan cara penterjemahan berbagai buku karangan bangsa-bangsa terdahulu, seperti
buku-buku karya bangsa-bangsa yunani, romawi, dan Persia, serta sumber dari berbagai naskah
yang ada dikawasan timur tengah dan afrika, seperti Mesopotamia dan mesir.
Gerakan membangun ilmu secara besar-besaran dirintis oleh khalifah ja`far al Mansur,
setelah ia mendirikan kota Baghdad (144 H/ 762 M) dan menjadikannya sebagai ibu kota
Negara. Ia menarik banyak ulama dan para ahli diberbagai daerah untuk tinggal di Baghdad. Ia
merangsang usaha pembukuan ilmu agama seperti fiqh, tafsir, tauhid atau ilmu-ilmu lain seperti
bahasa dan ilmu sejarah.7[7]

Faktor-Faktor Keberhasilan Bani Abbasiyah mencapai puncak keemasannya karena terdapat


beberapa faktor diantaranya adalah :
1. Islam makin meluas tidak di Damaskus tetapi di Baghdad.
2. Adanya perkembangan ilmu pengetahuan.
3. Dalam penyelenggaraan negara pada masa Bani Abbasiyah ada jabatan wazir.
4. Ilmu pengetahuan dipandang sebagai sesuatu yang sangat mulia dan berharga.Para khalifah
membuka kesempatan pengembagan pengetahuan seluas-luasnya.

6[6] http://abdoel-azys.blogspot.co.id/2013/05/masa-keemasan-masa-kemunduran-dan-masa.html, 31
Maret 2016, jam 20:15.

7[7] http://anharululum.blogspot.co.id/2013/02/review-masa-kejayaan-abbasiyah.html.31
Maret 2016, jam 19:30.

9
5. Rakyat bebas berpikir serta memperoleh hak asasinya dalam segala bidang.
6. Daulah Abbasiyah,berbakat usaha yang sungguh-sungguh membangun
ekonominya.Mereka memiliki pembendaharaan yang berlimpah-limpah disebabkan
penghematan dalam pengeluaran.
7. Para khalifah banyak mendukung perkembangan ilmu pengetahuan sehingga banyak buku-
buku yang dikarang dalam berbagai ilmu pengatahuan,serta buku-buku pengetahuan berbahasa
asing diterjemahkan kedalam bahasa Arab.
8. Adanya asimilasi antara bangsa Arab dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu
mengalami perkembangan ilmu pengetahuan, asimilasi itu berlangsung efektif dan bangsa-
bangsa tersebut memberi saham pengetahuan yang bermanfaat.8[8]

D. Tokoh Ilmuan Muslim Pada Masa Keemasan Sains

Di antara penguasa Abbasiyah yang termasuk tokoh ilmuwan muslim adalah Abu Ja’far Al-
Manshur, Harun Ar-Rasyid, dan Al-Makmun. Peranan mereka selain melakukan kegiatan
penerjemah, juga mendukung dan memfalitasi kegiatan penerjemah yang dilakukan ilmuwan-
ilmuwan yang lain.
1. Bidang Kedokteran.
Ilmu kedokteran mulai berkembang pada akhir masa Abbasiyah I, yaitu masa Khalifah
Al-Watsiq, sedangkan puncaknya terjadi pada masa Abbasiyah II, III, dan IV. Pada buku-buku
karya Ar-Arazi banyak dijumpai di museum-museum Eropa dan banyak digunakan sebagai buku
rujukan untuk dunia kedokteran.
Tokoh-tokohnya adalah :
a. Abu Zakaria Ar-Arazi seorang dokter yang paling termasyur di zamannya beliau seorang
kepala Rumah Sakit di Baghdad.
b. Ibnu Sina adalah seorang ilmuwan muslim yang dikenal dengan julukan “Raja diraja Dokter”
dan “Raja Obat” serta dianggap sebagai perintis tentang penyakit syaraf dan berbagai macam
penyakit. Selain di bidang kedokteran, Ibnu Sina juga terkenal sebagai saintis ulung dan sebagai
filosof. Karya-karya Ibnu Sina sangat terkenal di Barat terutama di berbagai perguruan tinggi di
Prancis, salah satu karyanya yaitu Al-Qanun fi At-Tibb dan Asy-Syifa.

8[8] http://4rrwani.blogspot.co.id/2013/04/masa-keemasan-islam-bani-abbasiyah.html. 31 Maret 2016,


jam 20:12.

10
c. Ibnu Saha adalah saeorang direktur Rumah Sakit Yudisapur

2. Bidang Filsafat
a. Al-Kindi banyak menjelaskan pikiran-pikiran filsafat Aristoteles. Maka tidak heran jika ada
yang memberinya gelar sebagai penggerak filosof Arab.
b. Al-Farabbi lebih dikenal sebagai seorang filosof daripada ilmuwan.

c. Ibnu Sina selain seorang tokoh di bidang kedokteran dia juga sorang filosof.

3. Bidang Matematika
a. Al-Khawarizmi adalah tokoh utama dalam kajian matematika Arab, penyusun tabel astronomi,
dan penemu Aljabar pada masa Khalifah Al-Makmun.
b. Abu Kamil Sujak telah mengetahui perkembangan aljabar di eropa. Tulisan-tulisannya tentang
geometri telah memberikan pengaruh dan konstribusi besar terhadap geometri barat. Terutama
uraian-uraian aljabar terhadap geometri.

4. Bidang Astronomi.
a. Musa Ibrahim Al-Farazi di tugaskan oleh Khalifah Al-Manshur untuk menerjemahkan
berbagai risalah astronomi dan India yaitu Brahmasoutrasidanta dan hasil risalahnya berjudul Al-
Magest yang mengalami dua kali penyempurnaan. Para astronom Muslim berhasil menciptakan
teropong bintang dengan peralatan lengkap di kota Yundhisyapur, Iran.

b. Al-Farghani adalah seorang tokoh yang turut ambil bagian dalam pengukuran derajat garis
lintang bumi dan pada masa Khalifah Al-Mutawakkil ia ditugaskan untuk mengawasi
pembangunan Nilometer di Fustat, Mesir.

c. Al-Battani yaitu seorang tokoh astronom Arab terbesar penerus Al-Farghani, ia berhasil
menemukan garis lengkung dan kemiringan ekliptik, panjangnya tahun tropis, lamanya satu
musim, dan tepatnya orbit matahari serta orbit utama planet.

5. Bidang Bahasa dan Sastra.

11
a. Ibnu Muqaffa sebelum masuk Islam bergelar Abu Amir, ia adalah orang pertama yang
menerjemahkan karya-karya sastra dari luar ke dalam bahasa Arab.

b. Imam Sibawayhi adalah seorang ahli gramatika pada masa Khalifah Harun Ar-Rasyid, ia juga
dikenal sebagai imam ahli nahwu.

c. Abu Nawas adalah penyair Arab termashur di zaman Harun Ar-Rasyid. Syair-syairnya
dihimpun dalam Diwan Abu Nawas.

6. Bidang Sejarah dan Geografi.


a. Al-Mas’ud adalah seorang sejarawan yang dijuluki sebagai pemimpin para sejarawan, ia
juga seorang ahli geografi.

7. Bidang Tafsir Al-Qur’an.


Pada masa sebelumnya para ulama enggan menafsirkan Al-Qur’an karena takut salah. Di masa
Abbasiyah, mereka bersedia menafsirkan Al-Qur’an karena tuntutan generasi penerus. Dalam
ilmu tafsir, terdapat dua pola yaitu tradisional dan rasional.
a. Tafsir bil Ma’sur.
Yaitu Al-Qur’an yang ditafsirkan dengan hadis-hadis nabi. Adapun para Mufassirinnya adalah:
1) Ibnu Jarir At-Tabari.
2) Ibnu Atiyah Al-Andalusy(Abu Muhammad Abdul Haq bi Atiyah).
3) As-Sudi yang berdasarkan tafsirnya pada Ibnu Abbas dan Ibnu Mas’ud.
4) Muqatil bin Sulaiman, tafsirnya sangat terpengaruh kitab Taurat.
5) Muhammad bin Ishaq, tafsirnya banyak mengutip cerita israilah.

b. Tafsir Bir Ra’yi


yaitu AL –Qur’an yang di tafsirkan berdasarkan pada akal pikiran (rasional).
1) Abu Bakar Asam
2) Abu Muslim Muhammad bin Bihr Isfahani.
3) Ibnu Jaru Al-Asadi.
4) Abu Yunus Abdussalam (Penafsiran Al-Qur’an yang sangat luas sehingga ia menafsirkan
Surah Al-Fatihah saja sampai 7 jilid)

12
8. Ilmu Hadis.
Hadis merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Qur’an. Sedangkan kitabnya terbagi kepada 7
kategori, yaitu berdasarkan gaya bahasa, gramatika bahasa, kisah-kisah, ilmu hukum, ilmu
kalam, tasawuf, dan kata-kata asing dalam Al-Qur’an.
Untuk menentukan keabsahan dan keontetikan suatu hadist para ulama meneliti dan mengkaji
dengan sungguh-sungguh hadist dari segi sanad, rawi, dan matan(sifat dan bentuk hadist). Pada
masa Dinasti Abasisiyah muncul para ahli hadis yang termashur.
a) Imam Bukhari, karyanya adalah kitab Jami’ Sahih Al-Bukhari.
b) Imam Muslim, kitab karangan Sahih Muslim.
c) Ibnu Majah, karyanya Sunan Ibnu Majah.
d) Abu Dawud, karyanya Sunan Abu Dawud.
e) Imam Tirmizi, karyanya Sunan At-Tirmizi.
f) Imam Nasa’I, karyanya Sunan An-Nasa’i.

9. Ilmu Tasawuf.
Ilmu tasawuf adalah ilmu syariat yang inti ajarannya menjauhkan diri dari kesenangan dunia dan
mendekatkan diri kepada Allah. Diantara ulama ahli tasawuf adalah:
a) Al-Qusyairi, karyanya Risalatul Qusyairiyah.
b) Syihabuddin, karyanya Awariful Ma’arif.
c) Imam Gazali, karyanya Ihya Ulumuddin.

10. Ilmu Kalam.


Perkembangan ilmu kalam terjadi seiring dengan genjarnya serangan orang-orang non-muslim
yang ingin menjatuhkan Islam melalui olah fikir filsafat. Dan ulama yang terkenal di bidang ini
adalah Hasan Al-Asyari, Washil bin Atha, dan Imam Syafi’i.

11. Ilmu Fikih.

13
Ilmu fikih dimasa Abbasiyah mengalami perkembangan yang cukup baik, ulama-ulama yang
muncul pada saat itu dikenal dengan sebutan dengan “Imam Mazhab”. Karena kekuatan dan
kemampuan mereka dalam menyimpulkan hukum-hukum dari berbagai masalah yang ada.
Mazhab-mazhab fikih yang banyak diikuti oleh kaum muslimin di dunia yang muncul pada masa
Abbasiyah adalah:
a) Imam Abu Hanifah, karyanya Fiqhu Akbar, Al-Alim Wal Musta’an, dan Al-Masad.
b) Imam Malik, karyanya Kitab Al-Muwatta’, dan Al-Usul As-Sagir.
c) Imam Syafi’I, karyanya Al-Umm, Al-Isyarah, dan Usul Fiqih.
d) Imam Ahmad Ibnu Hambal, karyanya Al-Musnad, Jami’ As-Sagir, dan Jami’ Al-Kabir.9[9]

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sains secara umum adalah ilmu pengetahuan sedangkan sains islam diartikan sebagai
ilmu pengetahuan yang membahasa masalah tauhid. Sejarah perkembangan sains dalam islam
sulit untuk diungkap. Dalam perkembangannya sains dalam islam mengalami masa keemasan

9[9] http://shekakau.blogspot.co.id/2013/11/tokoh-ilmuan-muslim-pada-masa-dinasti.html. 31
Maret 2016, jam 20:31.

14
yaitu pada masa dinasti abbasyah. Pada zamannya sains berkembang pesat sehingga pada masa
abbasyah banyak melahirkan ilmuwan muslim.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan masih jauh dari kata
sempurna.Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah
diatas agar diperbaiki dan menjadi lebih baik kedepannya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Alim, Akhmad.2014.Sains dan Teknologi Islami. Bandung : PT Remaja Rosdakarya


Handrianto, Budi. 2012. Islamisasi Sains Sebagai Upaya dalam Meislamkan Sains Barat
Modern .Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
http://abdoel-azys.blogspot.co.id/2013/05/masa-keemasan-masa-kemunduran-dan-masa.html.
http://anharululum.blogspot.co.id/2013/02/review-masa-kejayaan-abbasiyah.html.
http://shekakau.blogspot.co.id/2013/11/tokoh-ilmuan-muslim-pada-masa-dinasti.html.
http://4rrwani.blogspot.co.id/2013/04/masa-keemasan-islam-bani-abbasiyah.html.
Basri Jumin, Hasan. 2012. Sains dan Teknologi dalam Islam. Jakarta : Rajawali Pers
Abdulah Sani, Ridwan. 2014 . Sains berbasis Alqur’an . Jakarta : Pt Bumi Aksara

16

Anda mungkin juga menyukai