Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
2024, Annisa Rezki_Moderasi Beragama
…
5 pages
1 file
Moderasi Beragama menurut Kementerian Agama RI 2019
Bildung, 2023
SEBAGAI WARGA negara multikultural dan multirelijius, masyarakat Indonesia kaya akan keragaman dan sekaligus rentan akan konflik kultur dan konflik agama. Oleh karena itu, sikap moderasi beragama adalah entitas yang urgen untuk diinternalisasikan. Penelitian ini memiliki dua tujuan. Pertama, menggali faktor-faktor yang mendukung moderasi beragama masyarakat melayu Rama Agung, Cigugur dan masyarakat Jawa Sekaran. Kedua, menganalisa faktor moderasi beragama yang ada di kalangan masyarakat Rama Agung, Cigugur dan Sekaran. Penelitian ini menerapkan metode kualitatif yang melibatkan beberapa orang tokoh agama dan tokoh masyarakat dari ketiga desa sebagai partisipan. Partisipan dipilih secara purposif. Data diakuisis menggunakan teknik observasi, dokumentasi, FGD, dan wawancara mendalam. Seluruh data yang diperoleh dianalisa secara interaktif yang komponen analisisnya meliputi kondensasi data, presentasi data, dan penarikan simpulan. Penelitian ini menemukan lima faktor moderasi beragama di kalangan masyarakat Sekaran, yaitu sikap menjunjung tinggi asas kebersamaan, tradisi sosial keagamaan, tradisi sosial ke-NKRIan, dn keluarga. Masyarakat desa Rama Agung menunjukkan tiga faktor moderasi, yaitu sikap menerima realitas perbedaan, mengesampingkan ekslusifitas yang menjadi penyekat kehidupan beragama, dan sikap menjunjung kerukunan hidup. Masyarakat Cigugur memiliki sepuluh faktor moderasi, yaitu keluarga, kesadaran masyarakat akan moderasi beragama, sikap saling menghargai, sikap toleransi, internalisasi sikap multikulturalisme, komunikasi yang terjalin dengan baik, tradisi sosial keagamaan, ikatan budaya, relasi sosial, dan interaksi dengan tradisi kultur. Selanjutnya, ada tiga faktor moderasi beragama yang terkuat, sikap menjunjung tinggi asas kebersamaan, sikap menerima realitas perbedaan, dan sikap saling menghargai. Ketiga faktor ini bersifat laten sehingga bisa diinternalisasikan, diregenerasikan, dan diaplikasikan lintas konteks.
Sophist : Jurnal Sosial Politik Kajian Islam dan Tafsir, 2021
Moderasi beragama dengan keberterimaan tanpa syarat adalah cita-cita semua manusia di dunia ini, karena itu jejak DNA yang paling dasar dalam diri manusia adalah kedamaian. Maka dari itu manusia harus membenci kekerasan atas nama apapun. Manusia harus saling menghargai, menerima, menghormati dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Terciptanya gerakan moderasi beragama tidak bisa lepas dari jalan panjang meilitasi sistem sosial yang telah mengerah ke kehancuran sistem sosial. Berita-berita yang disodorkan terlevisi dan di beranda-beranda media sosial tentang korupsi, kolusi dan nepotisme, pemerkosaan, pencurian, perampokan, penyalahgunaan obat-obatan terlarang, kekerasan sosial dan kekerasan di dalam rumah tangga, bullying serta konflik di masyarakat karena perbedaan inter dan antar umat beragama. Tulisan ini mengasumsikan bahwa semua problem-problem sosial yang melibatkan individu, kelompok dan organisasi dalam masyarakat bermula dari perjumpaan yang tidak normal. Karena seti...
Jurnal Darussalam: Jurnal Pendidikan, Komunikasi dan Pemikiran Hukum Islam
The ratification of job creation law or omnibus law that changes clauses and establishes new regulations in a legal codification format has led to rejection in several regions in Indonesia because justice is not been reflected in terms of licensing aspects and weakened responsibilities. The omnibus law legislative process, which has so much been able to be completed in a short time, during the Covid-19 situation. This matter triggers the question of how the omnibus law legalization process is carried out based on the perspective of siyasah dusturiyah so how to analyze environmental content on environmental fiqh. This research is library research based on a normative approach by qualitative analysis methods. The theory used in this study is the theory of siyasah dusturiyah and environmental fiqh. The results of this study indicate that the omnibus law legislative process is not in line with the expectations of the benefit of dharuriyah, justice, and a sense of responsibility. The env...
Ayu kartikawanti, 2023
Moderasi beragama merupakan salah satu tema yang sangat penting dalam pembangunan masyarakat yang harmonis dan damai. Dalam kontejs indonesia, moderasi beragama menjadi salah satu tantangan utama karena indonesia merupakan negara yang sangat beragam, baik dari segi agama, suku bangsa maupun budaya. Oleh karena itu, untuk mewujudkan moderadi beragama dibutuhkan pendekatan berbasis kearifan lokal. Kearifan lokal merupakan nilai-nilai dan kebijaksanaan yang terkait dengan budaya dan tradsi setempat. Dalam konteks moderasi beragama, kearifan lokal dapat berfungsi sebagai penghubung antara nilai-nilai agama dengan kehidupan sehari-hari masyarakat. Abstract Religious moderation is one of the most important themes in development of a harmonious and peaceful society. In the Indonesian context, moderation Religion is one of the main challenges because Indonesia is a very religious country diverse, both in terms of religion, ethnicity and culture. Therefore, for Realizing religious moderation requires an approach based on local wisdom. Local wisdom is the values and policies related to culture and local tradition. In the context of religious moderation, local wisdom can function as link between religious values and people's daily life. Keyword: moderasi beragama, kearifan lokal
2021
Judul penelitian ini adalah berusaha mempelajari dan menjelaskan aspek-aspek pemikiran dalam tafsir tentang hal yang berhubungan dengan moderasi beragama aliansi perspektif sufistik.Moderasi beragama tidak terlepas dari Revolusi shalat yang ditulis oleh Ibnu Arabi, yang menjelaskan bagaimana perkembangan shalat, azan, kiblat, gerakan shalat, kondisi shalat dan lain-lainnya secara komprehensif dengan latar belakang ilmu yang lebih kental ke arah kajian filsafat-tasawuf sehingga membuka rahasia yang terkandung di dalam pokok-pokok kajian tersebut, akan tetapi tidak mengabaikan syariat sebagaimana yang dituduhkan oleh kebanyakan tokoh, yang mengatakan tasawuf mengabaikan syariat.Al-Ghazali melihat bahwa kehidupan ideal dalam mengaktualisasikan ajaran Islam adalah dengan jalan pertengahan, seimbang dan adil atau proporsional antara dunia dan akhirat, antara rohani dan jasmani dan antara materi dan spiritual.At-thabari menjelaskan umat Islam yang wasathiyah adalah “Umat Islam adalah umat...
m. agung saputra, 2024
Religious moderation is a concept that emphasizes a middle, fair, and non-extreme attitude in religion. This concept aims to create harmony and tolerance between religious communities by emphasizing universal values such as justice, balance, and humanity. Religious moderation is key to maintaining unity amidst cultural and belief diversity, especially in a pluralistic society. The characteristics of religious moderation include several main aspects. First, tolerance, which is the ability to accept differences without imposing one's own beliefs on others. Second, commitment to nationality, where religious moderation supports the integration of religious values with the spirit of nationality. Third, anti-violence, which is the rejection of all forms of extremism that can trigger conflict. Fourth, accommodating to local culture, which is the awareness to respect traditional values without setting aside religious principles. With these characteristics, religious moderation is the foundation for building a harmonious life, avoiding radicalism, and promoting interfaith dialogue. This is relevant to answering global and local challenges in maintaining diversity and creating peace in society. Religious moderation also prioritizes a dialogical approach to foster mutual understanding between religious communities. With an inclusive, critical, and profound understanding of religion, religious moderation can be a solution in overcoming religious-based conflicts and realizing a harmonious, peaceful, and prosperous life in the midst of a diverse global society.
AT-TAISIR: Journal of Indonesian Tafsir Studies
Atas disahkannya Surat Edaran Nomor SE. 05 Tahun 2022 Tentang Pedoman Penggunaan Pengeras Suara di Masjid dan Musala, memunculkan polemik di kalangan masyarakat. Sebagaimana yang telah diketahui bahwasannya Indonesia terdiri dari berbagai agama, baik agama Islam sebagai agama mayoritas maupun agama seperti Hindu, Budha, Kristen dan Konghucu sebagai agama minoritas, sehingga masing-masing kalangan baik yang mayoritas maupun minoritas harus mendapatkan hak dan kewajiban yang sama untuk hidup bernegara. Indonesia yang mayoritas beragama Islam, terdapat kelompok yang menolak adanya peraturan tersebut karena dinilai dapat menghalangi atau menghambat syiar Islam. Pemahaman akan hal ini cukup menjadi sebuah kekhawatiran kontekstualisasi ajaran Islam sendiri. Al-Qur’an telah menyinggung permasalahan ini melalui surah Al Baqarah ayat 143 tentang bagaimana bersikap moderat dalam beragama, termasuk hak-hak dan kewajiban terhadap agama lain. Allah menjadikan umat Nabi Muhammad sebagai umat yang...
Mutawatir, 2024
The dissemination of religious moderation through various currents of thought continues to evolve, as evidenced by the increasing number of academic publications discussing religious moderation from diverse perspectives. However, while academic research has succeeded in enhancing public understanding, the literature often focuses more on verses pertaining to ah}kām, neglecting the study of religious moderation based on narrative verses in the Qur’an, which serve as a role models for expressing religion in a moderate manner. This research emphasizes the reasoning behind religious moderation based on the story of Abraham in the Qur’an, analyzed through the lens of the Islamic trilogy. Utilizing literature data and the theory of maqās}idī interpretation, this paper identifies three models of religious moderation exemplified by Prophet Abraham according to the Islamic trilogy: First, the dimension of faith, which involves understanding and strengthening the prominence of monotheism through correct and proper religious comprehension. Second, the dimension of Sharia, which narrates values aimed at upholding humanity and welfare. Third, the dimension of morality, which emphasizes the importance of peaceful preaching to foster harmony in religious diversity and plurality.
1970
Manusia sebagai makhluk ciptaan di muka bumi telah dianugerahkan berbagai keragaman di atas perbedaan oleh Maha Pencipta. Baik agama, suku, ras, etnis, warna kulit, dan budaya. Agama hadir sebagai kunci dalam mengatasi semua perbedaan. Agama manapun selalu mengajarkan nilai kemanusiaan dan mengecam tindakan-tindakan kekerasan, penindasan, radikalisme, terorisme, tidak toleransi, dan bertindak ekstrem terhadap sisi kehidupan kemanusiaan umat beragama. Artikel ini menggunakan metode kualitatif dengan konten analisis melihat berbagai isu-isu moderasi beragama secara tertulis maupun melalui media massa dalam dunia Islam maupun dunia Barat belakangan terakhir. Hasil temuan, bahwa moderasi beragama harus diwujudkan dengan penguatan terhadap berbagai aspek kehidupan umat beragama dibelahan dunia manapun. Pada akhirnya moderasi beragama dapat membawa sebuah kedamaian dan pesan persatuan bagi semua umat manusia di dalam Islam dan Barat. Atas dasar itulah, setiap elemen masyarakat dari berbagai negara, agama, ras, suku, dan budaya mengikat serta merealisasikannya dengan mempererat perdamaian, harmonisasi kehidupan, kesetaraan, toleransi, berada dalam pertengahan, mencengah konflik, menjauhi ego, dan kebersamaan. Selain itu manusia sebagai pemeluk agama harus bisa bekerja sama dalam merealisasikannya.
Pustaka Al-Fadhilah, 2022
Moderasi beragama adalah proses memahami, sekaligus mengamalkan ajaran agama secara adil dan seimbang, agar terhindar dari perilaku ekstrem, baik ekstrem karena terlalu berlebihan yang dapat memicu sikap radikal, maupun ekstrem karena terlalu longgar yang dapat menyebabkan sikap liberal. Keduanya tentu tidak sejalan dengan ajaran agama Islam yang hanif. Akibat tidak memahami moderasi beragama, banyak orang yang terjebak pada praktik keagamaan yang tidak sejalan dengan ajaran dan prinsip agama itu sendiri. Di kalangan remaja, ketidakpamahan terhadap moderasi beragama telah menyeret para siswa kepada perilaku esktrem kanan, sehingga menyebabkan radikalisme dan intoleransi, dan juga telah menjerumuskan mereka kepada perilaku ekstrem kiri yang menyebabkan liberalisme, pluralisme, dan sekularisme. Banyak faktor yang mempengaruhi sikap dan perilaku ekstrem para remaja tersebut, terutama para pelajar di bangku sekolah menengah atas. Lantas apa sebenarnya yang menyebabkan mereka bersikap demikian? Tidakkah selama ini materi pembelajaran agama di sekolah sudah cukup memadai dan disamakan secara nasional? Adakah kekurangan yang perlu dibenahi dalam kurikulum nasional untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam? Baca terus hingga tuntas buku ini untuk menemukan jawaban dan solusi yang konkrit atas permasalahan tersebut.
Revista Brasileira de Ciências Criminais (RBCCRIM), 2018
Aktüel Arkeoloji , 2024
PROPONTICA, 2024
Coffee Science, 2018
JAPMAS Jurnal Politik dan Demokrasi, 2023
Journal of Geriatric Physical Therapy, 2003
Global Change Biology, 2018
Applied sciences, 2019
Desarrollo de un objeto virtual de aprendizaje para promover la autonomía en niños con autismo en las áreas básicas, 2010
Bitlis Eren Univ J Sci & Technol, 2016
Mayo Clinic Proceedings, 1992
Alzheimer's & Dementia, 2019
Applied Mathematics Letters, 2007
Pedagogická Orientace, 2022
Nonlinear Processes in Geophysics Discussions
Revista Re-Egresar Año 2 Nº 4 , 2022