Banda Aceh

Penelitian ini bertujuan menganalisa disparitas spasial yang terbentuk dari aksesibilitas penduduk terhadap transportasi publik yang ada di Banda Aceh, mencakup kesenjangan spasial yang tercipta dari pelayanan angkutan umum eksisting dan tingkat pelayanan angkutan umum tersebut terhadap kebutuhan transportasi penduduk, terutama rumah tangga miskin. Menggunakan data agregat dari BPS dan pendekatan analisis spasial, hasil analisa pelayanan angkutan umum menunjukkan hanya 24 persen luasan wilayah di perkotaan Banda Aceh yang terlayani oleh angkutan umum. Artinya, angkutan umum hanya mampu melayani 57 persen dari keseluruhan jumlah penduduk perkotaan Banda Aceh. Indeks gravitasi pun menunjukkan bahwa terjadi disparitas antara wilayah pusat kota dan pinggirannya, dimana indeks gravitasi lebih baik pada wilayah pusat kota yang dekat dengan pusat-pusat kegiatan. Dalam hal ini, kelompok rumah tangga miskin menjadi bagian yang terpinggirkan, karena aksesibilitas transportasi publik di lokasi tempat tinggal mereka (di wilayah pinggiran kota) sangat rendah. Rendahnya pelayanan transportasi publik terutama sangat mengkhawatirkan dari sudut pandang keadilan dan inklusi sosial. Aksesibilitas yang buruk di wilayah pinggir kota mempersempit kesempatan penduduk miskin dalam mendapatkan pekerjaan dan fasilitas umum, mendorong terjadinya kemiskinan struktural. Penelitian ini menggambarkan bahwa indikator aksesibilitas yang sederhana sebenarnya dapat menjadi metode dalam menawarkan solusi dari isu guna lahan (lokasi) yang berhubungan dengan aktivitas ekonomi sekaligus mobilitas individu. Hasil dari penelitian ini juga berguna bagi perencana kota dan para pengambil kebijakan dalam mencapai pembangunan berkelanjutan dari aspek tata guna lahan dan infrastruktur transportasi di Banda Aceh, untuk mendukung keberadaan kota lestari.

Lahan (land) merupakan suatu wilayah dipermukaan bumi, mencakup semua komponen biosfer yang dapat dianggap tetap atau bersifat siklis yang berada di atas dan di bawah wilayah tersebut, termasuk atmosfer, tanah, batuan induk, relief, hidrologi, tumbuhan dan hewan, serta segala akibat yang ditimbulkan oleh aktivitas manusia di masa lalu dan sekarang; yang kesemuanya itu berpengaruh terhadap penggunaan lahan oleh manusia pada saat sekarang dan di masa akan datang Vink, 1975; dan FAO, 1976). Lahan sebagai suatu sistem mempunyai komponen-komponen yang terorganisir secara spesifik dan perilakunya menuju kepada sasaran-sasaran tertentu. Komponen-komponen lahan ini dapat dipandang ebagai sumberdaya dalam hubungannya dengan aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya . Dengan demikian ada dua kategori utama sumberdaya lahan, yaitu (1) sumberdaya lahan yang bersifat alamiah dan (2) sumberdaya lahan yang merupakan hasil aktivitas manusia (budidaya manusia). Berdasarkan atas konsepsi tersebut maka pengertian sumber daya lahan mencakup semua karakteristik lahan dan proses-proses yang terjadi di dalamnya, yang dengan cara-cara tertentu dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.

Bahan-bahan yang di perlukan: • File iso yang sudah di download dari situs resmi https://www.kali.org/downloads/ • Laptop atau Komputer • USB / Flastdisk (sebagai media instalasi) • Rufus atau sejenisnya (untuk burning iso OS ke USB) • Koneksi internet (tidak wajib) dibutuhkan kalau sudah selesai instalasi kali linux langsung diupdate. Step by step install kali linux lengkap: Setelah bahan-bahan diatas sudah terpenuhi langsung saja kita lanjut untuk memulai instalasinya.

This thesis aimed at answering three questions relating to transit accessibility for the population in Banda Aceh, particularly the low income group. First, to identify the existing level of transit coverage in Banda Aceh. Second, to identify whether the low-income users have decent accessibility to public transit services. Third, to examine the appropriate configuration under which a public transport system could be successfully implemented in Banda Aceh. To explore this topic in detail, a conceptual framework consisting the overview of urban transport issues in developing countries and the concept viewed by the researchers in understanding the effective public transport system, including its relationship to accessibility, to economic development, to social equity, and to service efficiency, is used to frame the research, the results, and the conclusions to the central research question. Variables that indicate the demand for public transport; employment location, population density and particularly the locational distribution of low income households in the study area, are examined using the statistical and geo-spatial data. The findings indicate that while there are more affluent population reside near these activity centres, pockets of low-income concentration are mostly located in the urban periphery, far from the activity centres. Using the 500 meters standard coverage, service area and the accessibility based on the gravity index, this research found that the existing structure of the transit network generates spatial disparities between the urban centre and its peripherals, in which areas with high concentration of urban poor tend to have lower gravity index, signifying low level of transit accessibility and large transport disadvantage. This research recommends route service improvement based on the transit network system by developing a simpler transit network, a better integrated services for both minivan and bus line, a convenient connections with minimal duplication. It is expected that the route reconfiguration will enhance the service coverage and provide equal accessibility between the urban centre and its fringe.

NodeXL adalah Plug-in khusus yang dibuat untuk Program Microsoft Excel untuk membantu peneliti dalam menganalisis Jaringan Sosial, baik dalam membuat grafik atau diagram maupun melakukan perhitungan secara kuantitatif. Plug-in yang kami peroleh adalah Plug-in gratis yang compatible atau sesuai untuk Program Microsoft Excel 2007. Pastikan anda memilikinya sebelum melakukan proses instalasi.

Oleh : Bambang Hermanto (1710512004) Fakultas ekonomi Ilmu ekonomi Universitas Andalas 2019 i KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penyusunan makalah dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Makalah mengenai Indikator Pembangunan Kota Banda Aceh sudah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami sampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami untuk menyelesaikan makalah ini. Kami juga menyampaikan banyak terima kasih kepada Bapak Fery Andrianus, SE, M.Si yang telah memberikan bimbingan dalam pembuatan makalah ini.

Makalah ini berisi mengenai survey yang diadakan di kawasan Peunayong, Banda Aceh, Aceh, Indonesia. Kawasan ini merupakan kawasan yang ramai dengan berbagai jenis aktivitas. Kawasan ini juga dikatakan pecinan atau china town-nya Banda Aceh. Tujuan makalah ini ialah berupa analisis untuk membandingkan elemen-elemen pada perancangan kota dan unsur  citra kota apakah telah di terapkan pada kawasan ini atau belum.

- - -

This paper contains a survey conducted in the Peunayong, Banda Aceh, Aceh, Indonesia. This area is a bustling area with various types of activities. This area is also said to be Chinatown or Banda Aceh's China Town. The purpose of this paper is in the form of analysis to compare elements in city design and elements of city image whether or not it has been applied to this region.

Bangunan bentang lebar merupakan bangunan yang memungkinkan penggunaan ruang bebas kolom yang selebar dan sepanjang mungkin. Bangunan bentang lebar secara umum terdiri dari 2 yaitu bentang lebar sederhana dan bentang lebar kompleks. Bentang lebar sederhana berarti bahwa konstruksi bentang lebar yang ada dipergunakan langsung pada bangunan berdasarkan teori dasar dan tidak dilakukan modifikasi pada bentuk yang ada. Sedangkan bentang lebar kompleks merupakan bentuk struktur bentang lebar yang melakukan modifikasi dari bentuk dasar, bahkan kadang dilakukan penggabungan terhadap beberapa sistem struktur bentang lebar.

Artikel ini bertujuan untuk mengkaji ulama dalam masyarakat urban Banda Aceh, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, dan persepsi mereka tentang konsep negarabangsa dan isu-isu turunannya. Isu-isu turunan itu adalah: 1) anti-kekerasan; 2) prosistem; 3) toleransi; dan 4) pro-kewargaan (citizenship). Isu-isu ini dipergunakan sebagai dimensi-dimensi untuk menilai persepsi ulama terhadap konsep negara bangsa. Penulis beragumen bahwa persepsi ulama Banda Aceh, dan bahkan Aceh secara umum, tentang negarabangsa sangat dipengaruhi oleh politik syariah pemerintah dalam konsep “nanggroe syari‘ah dalam bingkai NKRI” yang merupakan kristalisasi negosiasi yang panjang dan menjadi kanalisasi bagi semangat etnonasionalisme religius ulama Aceh. Dalam konteks ini pula penulis berargumen bahwa rejeksionisme ulama terhadap konsep negara-bangsa, setidaknya sampai saat ini, lebih merupakan fenomena menurun dari tinggi ke rendah, daripada sebaliknya. Namun, konsep “nanggroe syari‘ah dalam bingkai NKRI” juga akan merawat angan-angan ideal tentang penerapan sistem politik Islam, namun dalam konteks NKRI, bukan dalam konteks Aceh merdeka. Angan-angan ini pula yang telah, sedang, dan akan terus mengarahkan “ke-kaffah-an” penerapan syariat di Aceh di masa mendatang.

Disusun oleh : Alifa Putri Maharani i. PROFIL RUMOH ACEH a. Denah dan Zonasi Rumoh Aceh adalah rumah adat tradisional Provinsi Nanggro Aceh Darussalam. Rumoh Aceh juga dikenal sebagai Rumah Krong Bade. Rumah adat ini berbentuk rumah panggung dengan 3 ruang utama dan 1 ruang pendukung. Pada umumnya rumah ini membujur dari timur ke barat (menghadap ke arah kiblat). Hal ini bertujuan untuk memudahkan penghuni rumah ataupun tamu saat hendak beribadah, sehingga langsung mengetahui arah kiblat pada sebuah rumah. Luas Rumah Krong Bade umumnya 200 m 2 dengan ketinggian lantai dasar hingga atap mencapai 8 m. Rumah Krong Bade dibangun diatas kolom bundar yang biasa disebut sebagai tameh putroe dengan diameter 30 centimeter dan berjumlah 16,18,20,24 atau 40 kolom. Denah struktur sederhana (sumber : dokumen penulis)

Filafat Yunani Kuno Orang Yunani yang hidup pada abad ke-6 SM mempunyai sistem kepercayaan, bahwa segala sesuatunya harus diterima sebagai suatu kebenaran yang bersumber pada mitos atau dongeng-dongeng. Artinya, suatu kebenaran yang bersumber pada mitos (dongeng-dongeng). Setelah abad ke-6 SM muncul sejumlah ahli pikir yang menentang adanya mitos. Mereka menginginkan pertanyaan tentang misteri alam semesta ini jawabannya dapat diterima akal (rasional). Keadaan yang demikian ini sebagai suatu demitologi, artinya suatu kebangkitan pemikiran untuk menggunakan akal pikir dan meninggalkan hal-hal yang sifalnya mitologi. Filsafat Yunani Kuno lazim disebut dengan filsafat alam. Dikatakan demikian, karena pada periode ini ditandai dengan munculnya para ahli pikir alam, dimana arah dan perhatiannya kepada apa yang diamati disekitarnya. Upaya para ahli pikir untuk mengarahkan pada suatu kebebasan berpikir ini menyebabkan banyak orang yang mencoba membuat suatu konsep yang dilandasi kekuatan akal pikir secara murni. Maka, timbullah peristiwa ajaib The Greek Miracle, yang nantinya dpat dijadikan sebagai landasan peradaban dunia. Terdapat tiga faktor yang menjadikan filsafat Yunani lahir, yaitu: a. Bangsa Yunani yang kaya akan mitos (dongeng), dimana mitos dianggap sebagai awal dari upaya orang untuk mengetahui atau mengerti. Mitos-mitos tersebut kemudia disusun secara sistematis yang untuk sementara keliatan rasional sehingga muncul mitos selektif dan rasional, seperti syair karya Homerus, Orpheus, dan lainnya.

Aceh merupakan wilayah yang menarik perhatian masyarakat di Indonesia maupun di dunia Internasional pada masa yang lalu, saat ini, atau mungkin masa yang akan datang. Perkembangan sejarah  dan peradaban suku bangsa Aceh pun menjadi perhatian para ahli sejarah, karena suku Aceh memiliki keunikan tersendiri, terutama banyaknya integrasi etnik atau campuran etnik yang akhirnya terjadilah suatu etnik Aceh. Aceh dalam sejarahnya yang panjang juga memiliki dinamika, pasang surut dan dikagumi oleh kawan dan lawan. Negeri yang berada di ujung pulau Sumatera, menurut komentar-komentar pengkaji memiliki masyarakat yang unik, misalnya disebutkan berani, ulet, tanpa mengenal menyerah dan sebagainya.
Namun dalam sisi lain, masyarakat atau orang Aceh cenderung familier, mudah dalam bergaul dengan siapa saja. Kalau pada era kesultanan Aceh begitu terkenal pada bangsa-bangsa di timur dan Barat, hal itu tidak terlepas sifatnya yang ramah dan amat menghormati tamu. Kalaulah sekarang ini setiap Negara lebih tergiur dengan investor asing, demikian juga yang terjadi pada zaman kesultanan. Hanya saja dalam istilah yang berbeda, yaitu dalam kerjasama perdagangan. Dalam hal ini Aceh begitu dikenal di  dunia Internasional.
Dengan memiliki sifat ramah dalam menerima tamu dan ditambah sumber daya alam yang melimpah hingga sekarang ini, Aceh dikenal secara mendunia. Ditambah lagi prahara kehidupan masyarakat Aceh akibat konflik berkepanjangan serta gempa dan tsunami yang melanda bumi Aceh.

Qanun Meukuta Alam adalah Undang-Undang Dasar Kerajaan Aceh Darussalam yang menjadi landasan hukum dan pemerintahan kerajaan tersebut. Sejak pertama kali diberlakukan, qanun ini telah mengalami beberapa kali perubahan (amandemen) yang dilakukan oleh pemerintahan kerajaan Aceh di bawah kepemimpinan sultan-sultan yang silih berganti. Selain amandemen, Qanun Meukuta Alam juga diberikan komentar (syarahan) oleh para pakar Hukum Tata Negara pada masa itu, yang bertujuan untuk menjelaskan dan memperdalam makna dari qanun tersebut. Salah satu ahli hukum yang terkenal dan masih dikenang hingga kini adalah Sayid Abdullah Jamalullail, yang dikenal dengan nama Teungku Di Mulek. Penulisan ini bertujuan untuk menelusuri perjalanan hukum Qanun Meukuta Alam, perubahan-perubahan yang terjadi, serta kontribusi para ahli hukum terhadap pemahaman qanun tersebut dalam konteks sejarah hukum Aceh.

NAZAM ATJEH Bismillah awal mula phoen. ‫هون‬ ‫ف‬ ‫بي‬ ‫ل‬ ‫ق‬ ‫دوا‬ ‫ى‬ ‫ول‬ ‫ق‬ ‫لى‬ ‫ع‬ ‫ف‬ ‫لهو‬ ‫ك‬ Phon qalbi dua qauli f'ikli keulhee ‫يب‬ ‫رت‬ ‫ت‬ ‫ندوم‬ ‫ب‬ ‫ن‬ ‫رك‬ ‫لس‬ ‫هوب‬ ‫ل‬ ‫هڬ‬ ‫ىڬب‬ ‫هو‬ ‫ل‬ Teurtib bandum rukon lhee blah geubagi lhee ‫جن‬ ‫ير‬ ‫ب‬ ‫ك‬ ‫ت‬ ‫وم‬ ‫ل‬ ‫م‬ ‫ل‬ ‫دوق‬ ‫ڠدا‬ ‫نا‬ ‫ئ‬ ‫ب‬ ‫مب‬ ‫ڠب‬ Jan takeubi lom lam duek dong bekna bimbang ‫ڠي‬ ‫بى‬ ‫ل‬ ‫ق‬ ‫تڠاي‬ ‫ى‬ ‫ات‬ ‫ه‬ ‫ن‬ ‫ل‬ ‫بهي‬ ‫سم‬ ‫ڠ‬ Nyang qalbi ingat hate lon seumayang ‫ير‬ ‫ب‬ ‫ك‬ ‫ت‬ ‫هن‬ ‫ف‬ ‫حه‬ ‫ات‬ ‫ف‬ ‫دوا‬ ‫كهن‬ ‫كن‬ ‫ڠب‬ Takeubi phon fatihah dua kheun beukeunong ‫ن‬ ‫رك‬ ‫ى‬ ‫ول‬ ‫ق‬ ‫ن‬ ‫وت‬ ‫ب‬ ‫يده‬ ‫ل‬ ‫ه‬ ‫ىڬب‬ ‫يم‬ ‫ڠل‬ Rukon qauli buettan lidah bagi limong ‫ن‬ ‫رك‬ ‫لى‬ ‫ع‬ ‫ف‬ ‫وة‬ ‫ب‬ ‫اڠڬا‬ ‫وت‬ ‫وجه‬ ‫ت‬ ‫مام‬ ‫ت‬ Rukon f'ikli buet angauta tujoh tamam ‫لهو‬ ‫ك‬ ‫ية‬ ‫ح‬ ‫ت‬ ‫ت‬ ‫ف‬ ‫لواة‬ ‫ص‬ ‫يم‬ ‫ڠل‬ ‫سالم‬ Keulhee tahyeut peuet seulaweut limong saleum ‫فة‬ ‫ك‬ ‫سجود‬ ‫يم‬ ‫ڠل‬ ‫دوق‬ ‫هس‬ ‫ل‬ ‫سجود‬ ‫اوال‬ Keupeuet sujud limong duek lheueh sujud awai

This qualitative study investigated the methods used in teaching English vocabulary to very young children (i.e. toddlers) at a bilingual school in Banda Aceh, Indonesia. Not much research has been published on teaching English to toddlers in the EFL context; therefore, this research is important as the results can become additional input to L2 teachers who teach very young children because by understanding their conditions of learners, teachers can help them reach their full potential as language learners. An observation sheet and a set of interview questions were used to collect data from an English teacher. There was only one teacher who became the participant because the school under study is thus far the only school that provides an English learning environment for children as young as toddlers in the city of Banda Aceh. The class was observed for three class meetings. The results showed that of the four teaching methods observed, the most commonly employed method was Total Physical Response (TPR), followed by Natural Approach (NA), Communicative Language Teaching (CLT) and Suggestopedia (SG) as the least. Furthermore, based on the interview with the teacher, it was indicated that TPR and NA were more appropriate for teaching the toddlers English vocabulary. Through TPR, the very young children demonstrated their understanding of commands by responding with simple answers or gestures. In NA, they were situated in a natural environment and not prompted to speak until they felt ready to do so. Additionally, the teacher used no specific textbooks because music, pictures, and authentic materials procured an immense role in supporting the activities in the classroom.

In 2014, the sharia-ruled Aceh province of Indonesia legislated bylaw qanun jinayat no.6/2014, which criminalised same-sex acts, and imposed a caning punishment consisting of a hundred lashes if a person was found guilty. The law impelled a hunt and persecution of LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender) individuals, thereby worsening discrimination against the already hampered LGBT community. This study investigated how LGBT individuals are portrayed in Aceh, specifically how the former mayor of Banda Aceh Illiza Sa’aduddin Djamal understands the LGBT phenomenon. The research uncovered (1) the different discourses on LGBT individuals that emerged according to Djamal’s understanding, (2) how LGBT individuals are portrayed within the Acehnese society, and (3) how LGBT issues contrast the Acehnese Muslim identity. With the assessment of various gender theories and insights to Islamic paradigms from the Sunni Shafi’i School – the most practised type of Islam in Aceh – the analysis of this study discussed the salience of religion in the society. The results showed that LGBT individuals are portrayed in different discourses – as a threat, disease, deviancy from traditional gender norms, family problem, and a crime. The outcomes further indicated that “LGBT behaviour” is categorically perceived as a threat to Aceh, and incompatible with the Acehnese Muslim identity.

Pulau Banyak merupakan salah satu tempat wisata di Aceh yang cukup populer dengan segala keindahan yang disajikan ada pada kawasaan tersebut. Sebelum saya mulai untuk mengulasnya secara mendalam, apa kamu pernah mendengar nama kepulauan banyak? ya, mungkin untuk para warga yang tinggal di pulau Sumatera sudah cukup akrab mendengar namanya. Seperti halnya daerah lainnya, yang mempunyai tempat wisata unggulan yang menjadi banyak farovite bagi para wisatawan. Aceh pun itu unjuk gigi dengan menyuguhkan potensi wisata bahari yang dimilikinya bagi kamu para pelancong. Mungkin kamu sudah sangat familiar dengan nama besar Pulau Weh ataupun Pulau Sabang. Ya, itu memang adalah salah satu wisata di Aceh yang sudah tak diragukan lagi popularitasnya. Namun berbeda, kali saya ingin mengulas perihal potensi wisata lainnya yaitu Pulau Banyak. Terletak di pesisir barat Aceh dan terdiri dari gugusan pulau-pulau kecil nan indah, bahkan bisa di katagorikan belum banyak pulau yang bersentuhan dengan tangan manusia. Terdapat sekitar 99 pulau yang tersebar dalam satu kawasan, tentu saja akan membuat siapapun jatuh cinta dengan surga tropis ini. Pulau Banyak memiliki pulau yang masih menyimpan ekosistem laut dengan terumbu karang dan penyu hijau yang berpotensi menjadi andalan Aceh. Pemkab Aceh Singkil, bekerja sama dengan KNPI dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh menggelar Festival Pulau Banyak. Bertujuan agar mempromosikan Pulau Banyak agar lebih di kenal para wisatawan lokal maupun mancanegara.

In millennial era now days trade and manufacture into the main sector we would describe packaging as a part of trade and manufacturer, in the packaging. The function not only for protector the product, but also as he generate interest of customers. From right now, we required an interesting product packaging. This journal is analyze about the impact of creative packaging related to costumers interest. By this research we get conclusion by using primary data which filled by customers in quisoner. The consumer looking the form of product before they buy something.

Keyword  Product, Inovation, Creativity, Design Packaging, Banda Aceh

Aceh merupakan sebuah Provinsi paling barat di pulau sumatera, sejarah Aceh mencatat bahwa dahulunya Aceh pernah lama eksis sebagai daerah termasyhur di Nusantara. Aceh pernah berperan besar sebagai salah satu pusat perdagangan (niaga) dan budaya di Asia Tenggara. 1 Kerajaan Islam Samudera Pasai misalnya, kerajaan ini dalam sejarah kesultanan Aceh tercatat mempunyai posisi penting dalam peta dunia literature Islam, salah satunya ialah perdagangan. Posisi pentingnya sebagai markas perdagangan dimulai ditandai dengan praktek baru kala itu mengeluarkan uang logam emas dengan nama "logam muslim pasai" sebagai alat tukar. Tercatat juga, kala itu Samudera Pasai juga sudah aktif mengirim kapal dagangnya ke pelabuhan utama Asia dan menerima armada negara lain di perairannya, serta aktif dalam transportasi internasional melalui perdagangan bahari dan pertukaran duta persahabatan. Untuk memenuhi permintaan pasar internasional, Samudera Pasai juga memproduksi sutra, dan menanamkan sebagian besar lada untuk China pada Abad ke-15. 2 Posisi Samudera Pasai sebagai pusat komersil dan perdagangan internasional menjadi kuat saat itu hingga terkenal ke berbagai wilayah di dunia. Tercatat juga dimasa kegemilangan ini, berbagai tokoh telah berkunjung kesana, mulai dari Ibnu Batutah, Marco Polo, hingga Cheng Ho. Hal yang sama juga dituliskan oleh Tome' Pires saat perjalanannya di wilayah Nusantara pada awal Abad ke 16. Kerajaan Samudera Pasai merupakan kerajaan yang kaya dan sejahtera. Penduduk wilayah saat itu berjumlah 20.000 orang dan hasil bumi melimpah dengan komuditi yang paling penting ialah lada, sutera, dan kapur barus. Menurut Tome' Pires, Kerajaan Samudera Pasai setiap tahunnya meproduksi dari 8 hingga 10 bahar lada. Pelabuhan Pasai berkembang pesat dan banyak dikunjungi oleh pedagang dari berbagai

10 years after the tsunami, through the eyes and
voices of the affected communities, the objective of
this study is to analyse the strengths, weaknesses,
sustainability and impact of the tsunami response in
2 countries, Sri Lanka and Indonesia (Aceh Province).
Cutting across these themes is an assessment of
whether communities are now better prepared to
respond to and cope with disaster.

Studies of disaster and conflict often mention the Indonesian case of Aceh province because of its twin histories of separatist conflict and the 2004 Indian Ocean tsunami, each with massive losses of life and infrastructural damages. This chapter addresses the tourism angle in Aceh’s tourism–disaster–conflict nexus with a review and analysis of the efforts to memorialise these events through the establishment of museums in Banda Aceh, the provincial capital. Museums that preserve dark aspects of the past, such as violent wars, dis- asters and mass death must navigate the tension between providing a record of what has occurred and engaging with collective memory while not deny- ing the individual experience of the event. The tsunami has been formally commemorated with a monumental, centrally located museum. Meanwhile, a few local non-governmental organisations with a small grant from an inter- national donor struggled to establish a Peace and Human Rights Museum to commemorate the violence and human rights violations of the war in Aceh. Memories of Aceh’s conflict remain largely in the informal sphere. These divergent memorialisations of Aceh’s disasters and conflicts serve as a point of entry for examining how museums and their benefactors engage in con- tested memory politics.

Dinas kebudayaan dan pariwisata, Pemerintah Aceh, kebencanaan, generasi, masyarakat pesisir, aceh besar, simeulue, kearifan lokal, nandong, smong, tsunami, mitigasi, tradisional anak usia sekolah,Drs. Reza Fahlevi M.Si,  model, remaja, banda aceh, zainal abidin suarja, natural aceh, lembaga riset, pelatihan dan publikasi publik

Optimalisasi Penelitian Biologi dan Kependidikan dalam Konservasi Sumber , Daya Alam, Prodi Pendidikan Biologi FKIP Unsyiah, Prodi Magister Pendidikan Biologi Program Pascasarjana Unsyiah, Iswadi S.Pd M.Si, Zainal Abidin Suarja, M.Pd, Natural Aceh, Lembaga Riset Pelatihan dan Publikasi Publik

domba qurban murah bandung, kurban idul adha , qurban idul adha 2016, qurban domba, qurban dalam islam, qurban dalam al quran, kurban sapi besar, syarat sapi kurban betina, kurban kambing 2016, kurban sapi dan kambing, kurban sapi dan domba, qurban online indonesia,

Green Kurban sebuah inovasi program Kurban Plus Penghijauan, dimana dari satu hewan yang Anda kurbankan, turut ditanam satu pohon sebagai ikhtiar hijaukan bumi. Penyembelihan dan pendistribusian Green Kurban sendiri dilakukan diwilayah miskin, terpencil, konflik, rawan gizi dan wilayah minus lainnya dinegeri ini.
GREEN KURBAN resmi diusung sejak tahun 2013 lalu, sebagai metamorfosis dari program Tebar Hewan KurbanSinergi Foundation yang telah dilakukan sejak tahun 2002. Total yang sudah dihimpun mencapai 11.748 hewan kurban (setara kambing), dengan total penerima manfaat mencapai satu juta lebih warga miskin, terpencil, konflik, rawan gizi dan wilayah minus lainnya di negeri ini.
Untuk info selanjutnya klik http://www.sinergifoundation.org/green-kurban
Alamat kantor ;
Gedung Wakaf 99
Jl. Sidomukti No. 99 H
Bandung 40123
Telp: (022) 2513991
Fax. (022) 2511865
SMS/WA Center : 081 321 200 100
Call Center : 0851.0004.2009
email: info[at]sinergifoundation.org

PUASA RAMADHAN DALAM ALUNAN NAZAM ACEH Teungku Abdullah Arif, MA merupakan seorang pujangga yang lahir di bumi Aceh Serambi Mekkah. Di samping sebagai sastrawan, beliau juga berperan sebagai wartawan sejak zaman Jepang. Pada Oktober 1945, bersama A.Hasjmy ia mendirikan suratkabar "Semangat Merdeka", sebagai koran pertama di Aceh setelah Republik Indonesia merdeka. Terakhir sekali Abdullah Arif bertugas sebagai wartawan dari suratkabar Indonesia Raya. Ia juga sangat berjasa bersama-sama tokoh lain-dalam mewujudkan Kopelma Darussalam di Banda Aceh. Kini beliau telah Almarhum (1970). Pengalaman terakhir sebagai Dosen Institut Agama Islam Negeri Ar-Raniry. Banyak karangan dan artikel beliau yang beredar dalam masyarakat. Namun sekarang nyaris semuanya telah punah. Salah satunya yang sempat saya pelajari berjudul Kitab Masailal Meunadham, yang ditulisnya ketika ia berumur 17 tahun. Kitab ini berbentuk syair bahasa Aceh yang disebut Nazam/Nadham. Naskah Masailal Meunadham dicetak di Pulau Pinang (sekarang: Penang-Malaysia) dalam tahun 1948. Kitab yang dicetak dengan huruf Arab Jawi (tulisan Jawoe) ini, isinya tentang berbagai masalah Hukum Islam, di antaranya soal Puasa. Berikut saya kutip perihal Puasa: I'lam ta theei wahe sampee agam dara Suroh Tuhan buleun Ramadhan ta puasa Dalam sithon cit sibuleun geuyueu theun droe Nibak mandum makan minum watee uroe