Gharar

This paper briefly explains about the legitimacy of short selling in stocks market particularly in Malaysia. It comprises of Shariah Advisory Council of Securities Commission's ruling regarding Regulated Short Selling and the concept of Securities Borrowing and Lending.

Abstrak Insurans dan takaful merupakan instrumen kewangan yang telah dikenali secara lazim oleh masyarakat dunia khususnya penduduk Malaysia. Namun, masyarakat sering tersalah anggap bahawa takaful dan insurans merupakan sistem kewangan yang sama. Menurut Malaysian Takaful Association (2016), perkataan Takaful berasal daripada kata kerja bahasa Arab yaitu 'kafala' yang bererti 'untuk menjaga kepentingan seseorang'. Justeru, kerjasama di antara sekurang-kurangnya dua pihak untuk menjamin antara satu sama lain (sekiranya berlaku keilatan) mentakrifkan perkataan Takaful. Manakala menurut Merriam-Webster (t.t.), insurans hayat adalah kontrak perjanjian di antara syarikat penanggung risiko dan pihak yang ditanggung (pelanggan) dengan meletakkan jaminan bahawa syarikat akan membayar sejumlah wang untuk menanggung kos keilatan dengan syarat pelanggan membayar sejumlah wang (premium) dalam tempoh masa yang dipersetujui. Mengikut muamalat Islam, sesuatu instrumen kewangan haruslah bebas daripada unsur riba, judi dan gharar (Ali Mohamaed et al., 2014). Jika ketiga-tiga elemen ini tidak dipenuhi, maka instrumen itu tidak mematuhi syariah dan wajar dihindari oleh muslim.

Seiring dengan berjalannya waktu maka globalisasi pun kini hadir di tengah masyarakat kita, globalisasi ini melahirkan berbagai sistem tatanan hidup yang semakin berkembang, teknologi yang semakin canggih, dan gaya hidup masyarakat yang semakin modern.

Dengan kecanggihan teknologi maka banyak dampak positif yang di dapat oleh masyarakat, namun sisi negatif pun tetap mengiringi perjalanan dari sebuah kemajuan teknoligi.

Terdapat berbagai kemajuan dalam gaya hidup masyarakat modern mulai dari gaya hidup menabung yang sudah beralih ke bank-bank konvensional,cara menjual dan membeli barang yang haram, hal ini memiliki dampak yang negatif yang sangat dikhawatirkan oleh setiap umat karena bertentangan dengan al-quran dan sunnah.

Sistem bunga yang ada di bank konvensional, jual beli barang yang tidak jelas, gaya hidup yang suka berjudi, dan penipuan yang marak terjadi di tengah masyarakat saat ini sungguh menjadi hal yang patut di perangi.

Salah satu cara nya adalah dengan mensosialisasikan apa saja hal-hal yang bertentangan itu. Mulai dari menjelaskan sistem bunga yang ada di bank itu seperti apa, jual beli apa saja yang diperbolehkan dan diharamkan dalam islam, hingga mengapa berjudi dan riba itu diharamkan, permasalahan seperti ini patut untuk dijelaskan kepada masyarakat agar mereka mengetahui dan sadar akan imbas negatif yang akan didapat.

Abstrac: Appearance. Gharar which tends to reflect uncertainty and construct injustice is categorized as invalid transaction. When the gain is uncertain and profit or lose are biased for one party side, the risk is appearing. Each transaction containing win-lose element, win in one side and lose in another side, is invalid and leads to haram consumption. In the financial transaction, the existence of gharar and risk is mainly caused by imperfect information (jahalah), of course there are other factors, in this regard, gambling element becomes a genuine characteristic in that transaction. This gambling element is very potential to create risk for all parties in the transaction. Indeed, risk is definitely unavoidable but it can be managed and controlled. As the result, risk management is an important way to control and reduce any possible risk. A. Pendahuluan Dalam kegiatan perekonomian, transaksi merupakan salah satu cara untuk mengalihkan kepemilikan. Cara ini telah lama dipraktekkan oleh masyarakat baik secara individu maupun kelompok. Semula, ketika masyarakat belum mengenal simbolsimbol pertukaran, seperti uang, transaksi masih berjalan dalam bentuk yang sederhana, yaitu barter.Mekanisme ini kemudian sekalipun tetap berlaku dalam masyarakat sederhana, kurang bisa diterima oleh perkembangan pasar. Bahkan, kata Afzalur Rahman, Nabi SAW. melarang beberapa bentuk pertukaran yang tidak seimbang karena menimbulkan praktek riba yang jelas dilarang dalam Islam.Larangan nabi terhadap aneka bentuk pertukaran mengundangkalangan ahli fikih untuk bersikap lebih hati-hati dalam memaknai transaksi. Sehingga wajar jika definisi transaksi muncul dengan redaksi yang berbeda-beda. Ulama Syafi'iyah, sebagaimana dikutip oleh al-Jaziri, mengatakan bahwa transaksi adalah pertukaran harta dengan cara tertentu.3 Bagi ulama mazhab Hanafi, transaksi dimaknai sebagai pertukaran harta dengan harta lain berdasarkan cara tertentu atau pertukaran sesuatu dengan sesuatu yang lain yang disukai dalam takaran yang sebanding berdasarkan cara tertentu. Sedangkan menurut Sabiq, transaksi merupakan pertukaran hartadengan harta yang lain atas dasar kerelaan.Dari aneka persepsi di atas dipahami bahwa transaksi memilikicakupan makna yang luas tidak hanya manyangkut jual beli tetapijuga menyakut pertukaran antara satu benda dengan benda yanglain. Karenanya, transaksi dalam kajian fikih juga menyentuh seluruhkegiatan bisnis termasuk keuangan. Dalam kegiatan bisnis, transaksitidak selalu benar dan mencerminkan kehalalan, tetapi juga 1

The primary duty of Islamic banks and financial institutions in Malaysia is to carry out Islamic banking and financial activities and to offer products that are in accordance with Islamic teachings. These products are subject to the scrutiny and approval of the Bank Negara's Shariah Advisory Council ('SAC') and the internal Shariah Advisory Bodies ('SAB') or the Shariah Committees of the respective financial institutions. Despite having been in existence for more than 25 years, it remains unclear on whether Islamic banks and financial institutions in Malaysia have been satisfactorily carrying out this duty. One area worth examining is the transaction involving house buying, particularly, falling under the purview of the Housing Development (Control and Licensing) Act 1966 (Act 118) and transactions involving houses pending completion. This paper examines this area of transaction and loan agreement, effected via the Bay' Bithaman al-Ajil ('BBA'), that Islamic banking and financial institutions in Malaysia provide. The purpose of this paper is to examine the extent of which the sale and purchase agreement and the loan agreement have complied with the requirements of Islamic law in protecting stakeholders and to provide practical suggestions to improve the existing practice. The functions, roles, establishment and problems plaguing the SAC and the SAB are also examined, particularly in respect of their role in advising the institutions on transactions involving house buying in Malaysia, bearing on provisions of the recent statute

Abstrak Perekonomian yang baik dan benar adalah perekonomian yang mengikuti sesuai syariat yang ada, dan selalu melakukannya dengan jujur. Konsep riba dan gharar sangat jauh dari sistem ekonomi Islam, dimana konsep ekonomi Islam selalu memegang kuat keadilan dan kesetaraan. Riba dan gharar sangat melemahkan perekonomian masyarakat menengah kebawah. Karena mereka sangat merasa tertekan dengan adanya riba dan gharar ini. A. Pendahuluan Ilmu ekonomi merupakan ilmu yang membahas tentang perilaku manusia dalam memilih dan menciptakan kemakmuran. Inti masalah ekonomi adalah adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan manusiia yang terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas. Ekonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu Oikos yang secara umum berarti keluarga atau rumah tangga, dan Nomos yang berarti aturan atau hukum. Ekonomi terbagi menjadi beberapa bagian dari ekonomi kapitalis, ekonomi liberal, dan ekonomi islam. Sebagai seorang muslim ada baik nya mengikuti atau menjalankan perilaku ekonomi sesuai dengan syariat dan ketentuan yang sudah ada dalam Al-Qur'an dan Hadist. Banyak sekali permasalahan yang sering dibahas dalam dunia perekonomian ini apalagi dalam ekonomi konvensional dan ekonomi Islam. Adanya perbedaan yang lebih menonjol dari kedua cabang ekonomi tersebut maka perlunya penyelesaian masalah. Disini permasalah yang akan dibahas ialah konsep riba dan gharar, dimana konsep tersebut sangat sering terjadi perbedaan pendapat antara ekonomi konvensional dan ekonomi Islam. Pertama konsep riba, konsep ini lebih identik dibahas dalam perbankan yang disebut dengan bunga bank. Yang dimana dalam konvensional bunga bank tersebut diperbolehkan,

Arti dalam bahasa arab gharar adalah al-khathr; pertaruhan, majhul al-aqibah; tidak jelas hasilnya, ataupun dapat juga diartikan menjadi al-mukhatharah; pertaruhan serta al-jahalah; ketidakjelasan. Gharar merupakan bentuk keraguan, tipuan, atau tindakan yang bertujuan buat merugikan orang lain.

Abstrak Perekonomian yang baik dan benar adalah perekonomian yang mengikuti sesuai syariat yang ada, dan selalu melakukannya dengan jujur. Konsep riba dan gharar sangat jauh dari sistem ekonomi Islam, dimana konsep ekonomi Islam selalu memegang kuat keadilan dan kesetaraan. Riba dan gharar sangat melemahkan perekonomian masyarakat menengah kebawah. Karena mereka sangat merasa tertekan dengan adanya riba dan gharar ini. A. Pendahuluan Ilmu ekonomi merupakan ilmu yang membahas tentang perilaku manusia dalam memilih dan menciptakan kemakmuran. Inti masalah ekonomi adalah adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan manusiia yang terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas. Ekonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu Oikos yang secara umum berarti keluarga atau rumah tangga, dan Nomos yang berarti aturan atau hukum. Ekonomi terbagi menjadi beberapa bagian dari ekonomi kapitalis, ekonomi liberal, dan ekonomi islam. Sebagai seorang muslim ada baik nya mengikuti atau menjalankan perilaku ekonomi sesuai dengan syariat dan ketentuan yang sudah ada dalam Al-Qur'an dan Hadist. Banyak sekali permasalahan yang sering dibahas dalam dunia perekonomian ini apalagi dalam ekonomi konvensional dan ekonomi Islam. Adanya perbedaan yang lebih menonjol dari kedua cabang ekonomi tersebut maka perlunya penyelesaian masalah. Disini permasalah yang akan dibahas ialah konsep riba dan gharar, dimana konsep tersebut sangat sering terjadi perbedaan pendapat antara ekonomi konvensional dan ekonomi Islam. Pertama konsep riba, konsep ini lebih identik dibahas dalam perbankan yang disebut dengan bunga bank. Yang dimana dalam konvensional bunga bank tersebut diperbolehkan,

The aim of this study is to show how Arab-Muslim societies, from Indonesia to Andalusia, did not wait for the modern era in order to learn how to live with risk. Rather, they developed codes of conduct, modes of thinking and moral values. At first sight, the main issue of the notion of risk that emerged in the light of classical Arab-Muslim literature lies in distinguishing between two types of risk: that associated with the real economy and linked to common goods and trade; and that which is associated with gambling and speculation. Taking risk is generally encouraged if it is bound to serve the productive economy from which everyone will benefit. It is, however, prohibited to take such a risk should it feed a game where a person's gain is obtained at the expense of another. From our analysis, it appears that the notion of risk is not confined to the legal approach or the question of a probabilistic computation of uncertainty which characterizes the modernist approach to risk. This broader definition of risk opens-up the perspective to field studies incorporating notions such as vulnerability developed by some Muslim travelers. Our analysis also emphasizes the importance of studying historical manuscripts to explore alternative notions of risk. reviewed in the light of new research in Islamic finance, on the history of risk in pre-modern societies, and the notion of vulnerability developed by travelers. I thank the two peer reviewers for their valuable comments and suggestions which helped to improve the quality of the manuscript. I remain solely responsible for any errors and omissions of fact or mistakes in interpretation.

Abstrak: Lembaga keuangan konvensional banyak mengandung unsur gharar yang jelas telah dilarang dalam syariat Islam. Islam memiliki batasan yang tegas terhadap berbagai transaksi ekonomi, sehingga jelas mana yang dilarang atau tidak dilarang. Nilai-nilai keadilan merupakan hal utama yang menjadi prinsip pokok untuk melandasi kegiatan ekonomi, sehingga merasa teraniaya oleh pihak yang lain. Pendahuluan Islam sebagai suatu agama tidak hanya mengatur ummatnya untuk selalu melakukan ibadah yang sifatnya ritual, yang merupakan bentuk penghambaan diri kepada Allah Swt bersifat vertikal. Tetapi, Islam memberikan aturan yang lebih luas dan komprehensif. Ibadah yang dilakukan oleh ummat Islam dapat pula bersifat horizontal, yaitu ibadah yang dilakukan didasarkan atas penciptaan hubungan yang terjadi pada lingkungan sosial, ekonomi dan politik. Bagi setiap individu ummat Islam diwajibkan untuk melakukan pencitraan positif terhadap dirinya, orang lain, serta lingkungannya. Sehingga masing-masing individu bertanggungjawab atas kondisi dan situasi yang mengelilinginya. Keberadaan lingkungan sosial yang baik dan damai, kondisi ekonomi masyarakat yang sejahtera, dan situasi politik yang aman merupakan bagian dari ibadah yang dapat dilakukan oleh ummat Islam yang merupakan bentuk penghambaan kepada Allah Swt. Salah satu ibadah tersebut adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat dengan melakukan kegiat an ekonomi. Urgensi ekonomi tidak dapat diabaikan atau dipandang sebelah mata. Kegiatan ekonomi memegang peranan vital untuk menciptakan masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur. Salah satu ibadah tersebut adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat dengan melakukan kegiatan ekonomi. Urgensi ekonomi tidak dapat diabaikan atau dipandang sebelah mata. Kegiatan ekonomi memegang peranan vital untuk menciptakan masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur. Islam mengajarkan dalam sistem ekonomi ummatnya, didasarkan pada nilai-nilai keadilan yang harus ditegakkan, dan menjadi prinsip pokok untuk melakukan kegiatan ekonomi. Setiap kegiatan ekonomi harus mengandung unsur manfaat serta tidak melakukan penganiayaan terhadap dirinya dan orang lain, sehingga kegiatan ekonomi dapat menciptakan kesejahteraan masyarakat secara merata. Pembahasan

With the fall of Soviet Union in 1991 the whole Central Asian region perceived a considerable rise in Muslim identity, a call back to Islamic legacy. Nowadays, lots of Central Asian Muslims need to be aware of what Islam has termed legal (Halal) and illegal (Haram). The process of Islamic revival occurred rapidly soon after the unification of Central Asian republics with other Muslim geographies through the membership of Organization of Islamic Conference (OIC) and other similar organizations. This interaction tended to be an essential push factor to the previously existing indigenous reviving trends and sentiments. Besides many other needs, Muslim customer demand appeared as navel movement in the market generally and in banking and financial sector particularly. To satisfy this need, the governments of Muslim majority Central Asian states, namely Kazakhstan, Uzbekistan, Azerbaijan, Turkmenistan, Kyrgyzstan and Tajikistan presented Halal banking and financial goods in the market. In this work, it has been attempted to recognize the causes that lead to the emergence of Islamic banking and finance industry in the region and also to investigate the effect of these causes considering the development and progress of Halal banking and financial industry.

In literature, Gharar is usually examined from the perspective of modern Islamic
private finance. In this article, I will focus on gharar in public finance. As we will
follow gharar across centuries, we will notice that we will inadvertently end up
discussing the origins of sukuk as well. Thus, this paper aims at investigating both
of these important topics. A main point of this paper is that sukuk is by no means a
new invention and its roots go back to the 18th and possibly even to the 15th
centuries. What we are witnessing currently is, therefore, a re-invention of an
instrument practiced by Muslims centuries ago.

... of these important topics. A main point of this paper is that sukuk is by no means a new invention and its roots go back to the 18th and possibly even to the 15th centuries. ... Put differently, it has been argued that while kefils of mudaraba type tax-farm partnerships would only be ...