Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat, Badan Litbang Kementerian Kesehatan RI
Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat, Badan Litbang Kementerian Kesehatan RI
Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat, Badan Litbang Kementerian Kesehatan RI
(Trisnawati, Mujiati)
Trisnawati, Mujiati 1
1
Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat, Badan Litbang Kementerian Kesehatan RI
Email : novianti.ms@gmail.com
Abstrac
Background: One of the Millennium Development Goals (MDGs) is to reduce the infant mortality rate (IMR) by
two-thirds by the year 2015. Early Breastfeeding Initiation (EBI) Program is an important step to prevent infant
mortality early in life through breastfeeding in the first two hours of the baby's life.
Objective: To examine the factors that supports the success and become an obstacle to the implementation of the
EBI in Hospital in 2016.
Methods: The study was exploratory cross-sectional approach. Data was collected through in-depth interviews
with 30 informants‟ mother and six informants‟ medical personnel selected by purposive sampling and
triangulation of data to maintain the validity of the data and observations of the hospital environment. Hospital
is selected private hospital „X‟ representing private hospitals and hospital „Y‟ represents the RS Government.
Data was analyzed using content analysis techniques (content analysis).
Results: Factors that can support the successful implementation of the EBI is the delivery process, the condition
of mother and baby after birth, mother's knowledge about the importance of EBI, husband's support and the
support of health workers in the implementation of the EBI.
Conclusion: The high rate of successful implementation of the EBI in private hospitals because Private
Hospital „X‟ more synergy among health workers in the implementation of safe and convenient delivery for
mother and baby, mother good knowledge about the benefits of the EBI and the husband support and health
workers from the labor process until the process is complete EBI done. The opposite happens in government
hospitals where EBI very high failure rate after childbirth.
Abstrak
Latar Belakang: Salah satu tujuan Pembangunan Milenium (MDGs) adalah menurunkan Angka Kematian Bayi
(AKB) sebesar dua pertiga hingga tahun 2015. Program Inisiasi Menyusu Dini merupakan langkah penting
untuk mencegah kematian bayi di masa awal kehidupannya melalui pemberian ASI di dua jam pertama
kehidupan bayi.
Tujuan: Untuk mengkaji Praktek Pelaksanaan Inisisi Menyusui Dini di Rumah Sakit tahun 2016.
Metode: Jenis penelitian adalah eksploratif dengan pendekatan cross sectional. Pengumpulan data dilakukan
dengan wawancara mendalam terhadap 30 informan ibu dan 6 informan tenaga kesehatan yang dipilih secara
purposive sampling dan juga dilakukan triangulasi data untuk menjaga validitas data serta observasi terhadap
lingkungan Rumah Sakit. Rumah Sakit yang dipilih adalah RS Swasta „X‟ mewakili RS Swasta dan RSUD „Y‟
mewakili RS Pemerintah. Analisis data dilakukan dengan teknik analisis isi (content analysis).
Hasil: Faktor yang dapat mendukung keberhasilan pelaksanaan IMD adalah proses persalinan, kondisi ibu dan
bayi paska persalinan, pengetahuan ibu mengenai pentingnya IMD, dukungan suami dan dukungan tenaga
kesehatan dalam pelaksanaan IMD.
Kesimpulan: Tingginya tingkat keberhasilan pelaksanaan IMD di RS Swasta „X‟ karena sinergi antar tenaga
kesehatan dalam pelaksanaan persalinan yang aman dan nyaman bagi ibu dan bayi, pengetahuan ibu yang baik
mengenai manfaat IMD serta dukungan suami dan tenaga kesehatan mulai dari proses persalinan sampai proses
IMD selesai dilakukan. Hal sebaliknya terjadi di RS Pemerintah dimana tingkat kegagalan IMD sangat tinggi
paska persalinan.
Naskah masuk: 10 Januari 2015, Review: 1 Februari 2015, Disetujui terbit: 20 Maret 2015
31
Praktek Pelaksanaan Inisiasi …………….(Trisnawati, Mujiati)
sesaat setelah persalinan dan kondisi yang RSUD, sebagian besar melahirkan secara
mendukung keberhasilan dan penghambat operasi sesar (n=14) dan hanya sebagian kecil
pelaksanaan IMD. yang melahirkan secara normal pervaginam
(n=1). Terkait dengan usia kandungan saat bayi
Pengumpulan data menggunakan metode
dilahirkan, mayoritas informan melahirkan
wawancara mendalam ditujukan untuk
pada usia janin cukup bulan yaitu sekurang-
menjawab pertanyaan terkait proses
kurangnya usia kandungan 37 minggu (n=24)
pelaksanaan IMD yang mereka lakukan sesaat
sebanyak 80 persen dan ibu yang melahirkan
setelah persalinan, yaitu meliputi proses
dengan kondisi bayi kurang bulan atau usia
persalinan, proses IMD, penolong IMD, kondisi
kandungan kurang dari 37 minggu (n=6)
ibu dan bayi saat IMD dilakukan serta kondisi
sebanyak 20 persen.
situasi lingkungan sekitar. Bahan dan alat yaitu
pedoman wawancara mendalam. Pelaksanaan IMD
Analisis melalui tahapan reduksi data, Berdasarkan hasil wawancara mendalam,
penelusuran tema jawaban menurut topik hampir seluruh ibu di RS Swasta „X‟
pertanyaan ke dalam bentuk matriks, lalu melakukan IMD. Sedangkan pada RSUD „Y‟,
dihubungkan dengan catatan-catatan teori yang hampir seluruh ibu gagal melakukan IMD.
didapat. Keseluruhan hasil ditriangulasi yaitu Hasil wawancara terhadap ibu dan tenaga
dengan melakukan pengecekan terhadap kesehatan dapat dilihat pada tabel matriks di
jawaban informan ibu dengan jawaban dari lampiran.
informan Tenaga Kesehatan untuk menjaga
validitas atau keabsahan data atau sebagai Proses Persalinan dan Kondisi Paska
pembanding terhadap data tersebut. Persalinan
Kondisi yang dialami ibu yang melahirkan di
HASIL
RS Swasta „X‟ secara normal pervaginam tidak
Karakteristik Informan jauh berbeda dengan kondisi ibu yang
melahirkan normal pervaginam di RSUD „Y‟,
Sebagian besar informan berada pada
namun sayangnya sebagian besar dari mereka
kelompok usia 20 sampai dengan 30 tahun
justru tidak melakukan proses IMD paska
(n=19) atau sebanyak 63,3 persen dan sisanya
persalinan. Sedangkan kondisi ibu yang
berada di kisaran usia diatas 30 tahun (n=11)
melahirkan secara operasi sesar di RSUD „Y‟
sebanyak 36,7 persen. Sebagian besar informan
berbeda dengan kondisi ibu yang melahirkan
berpendidikan menengah yaitu tamatan SMA
secara sesar di RS Swasta „X‟, sebagian besar
(n=14) 46,7 persen, tamatan akademi/perguruan
di RSUD „Y‟ diberikan anastesi umum atau
tinggi (n=9) 30 persen, dan sebagian kecil
bius total, sehingga informan tidak sadar saat
berpendidikan dasar yaitu tamatan SD dan SMP
proses operasi berlangsung dan baru sadar saat
(n=7) 23,3 persen.
kembali keruangan perawatan nifas. Kondisi ini
Berdasarkan pekerjaan ibu, mayoritas informan yang membuat proses IMD tidak dapat
ibu hanyalah ibu rumah tangga (n=21) 70 dilakukan pada persalinan secara operasi sesar
persen, karyawan swasta (n=7) 23,3 persen dan di RSUD „Y‟. Sperti yang dikatakan informan
pekerjaan informal sektor lainnya (n=2) 6,7 melalui wawancara mendalam dengan kutipan
persen. Pekerjaan suami mayoritas bekerja sebagai berikut:
sebagai karyawan swasta (n=17) sebanyak 56,7 “Yang menolong melahirkan dokter kandungan.
persen, wirausaha/dagang (n=7) 23,33 persen. Melahirkannya operasi.ga tau yah kenapa
Pendapatan keluarga, mayoritas informan operasi kan saya dirujuk.. Setelah bangun dan
memiliki pendapatan di kisaran Rp. 1.000.000 siuman bayinya langsung
dikasih…Iyah,dirujuknya dari puskesmas Duren
s/d 1.990.000 dan Rp. 2.000.000 s/d 2.990.000
Sawit. Setelah lahiran gak ada inisiasi menyusui
(masing-masing 23,33 persen). dini..iya pas operasi tidurin jadi gak sadar..iya
Seluruh ibu menyatakan mereka mendapatkan ituh bayinya dikasih pas saya uda diruangan
fasilitas rawat gabung ibu dengan bayi atau perawatan itu.” (Informan T, 38 tahun, gagal
rooming in (n=30). Di RS Swasta sebagian IMD, pendidikan rendah, persalinan SC di
RSUD ‘Y’)
besar melahirkan secara normal pervaginam
“saya pengennya normal cuma dokternya ga
(n=13), dan hanya sebagian kecil ibu yang berani karena anak pertama saya kan Caesar,
melahirkan secara operasi sesar (n=2). Di
33
Praktek Pelaksanaan Inisiasi …………….(Trisnawati, Mujiati)
beratnya kurang, ga sampe 2 kg, nah ini kan dimasukkan ke ruang pemanas (inkubator
lebih gede, resikonya lebih gede juga kalo selama saya istirahat)” (Informan AA, 25
lahirnya normal.. Melahirkan secara SC lagi, tahun, gagal IMD, pendidikan tinggi,
karena takut kenapa-kenapa dengan saya dan persalinan SC di RS Swasta ‘X’)
bayi…saya IMD yah..hampir 2 jam malah..lama
banget rasanya..hahahahahhaa…saya memang
mau IMD, karena banyak manfaatnya dan Pengetahuan Ibu mengenai Pentingnya IMD
kebetulan anak pertama juga IMD di RS ini Seluruh ibu mengetahui pentingnya IMD dan
juga..alhamdulilah, kondisi saya sehat walau SC, manfaatnya, hampir seluruh ibu menyatakan
sadar kok mba...cuma ngantukkkk banget tidak melihat adanya kerugian dengan
rasanya.pengen tidur, tapi diajak ngomong terus
sama bidan yang dampingin, suruh lihat bayi di
dilakukannya IMD. Manfaat IMD menurut ibu
taruh didada..bayi juga antara lain: mencegah pendarahan paska
sehat..alhamdulillah..selama IMD lancar..malah persalinan, bayi mendapatkan susu pertama
dilanjutkan di ruang pemulihan itu sampai (kolostrum), bayi bisa lebih dekat dengan ibu
dijemput ke kamar perawatan..kendalanya agak (bonding), supaya bayi bisa ASI Eksklusif. Ibu
mual aja sih tapi masih bisa ditahan karena yang berhasil IMD menyatakan mereka secara
udah puasa hampir 10 jam yah..” (Informan aktif mencari tahu mengenai pelaksanaan IMD
WJ, 36 tahun, berhasil IMD, pendidikan melalui rekan, tenaga kesehatan RS (bidan atau
tinggi, persalinan SC di RS Swasta ‘X’) dokter), media informasi di lingkungan rumah
sakit dan juga media massa lainnya (majalah,
Infoman yang gagal melakukan IMD di RS internet). Seperti yang diungkapkan ibu melalui
Swasta „X‟ salah satunya adalah ibu yang kutipan wawancara mendalam dibawah ini:
melahirkan secara operasi sesar cito sehingga “menurut aku penting dan bermanfaat,kalau
tidak mempersiapkan diri untuk berpuasa untuk ibunya..karena kan itu kan membantu juga
seperti saat akan melaksanaan operasi sesar yah untuk kedekatan ibu sama anaknya, jadi
elektif, ditambah lagi penggunaan obat anastesi supaya bonding sama anaknya makin kuat..untuk
yang menimbulkan efek mual, sehingga saat bayi itu dia melatih penyesuaian untuk menyusui
IMD berlangsung ibu mengalami mual muntah ..terus supaya lebih dekat ibunya..begitu dia
yang membuat IMD tidak dapat dilanjutkan lahir kan, daripada sama yang lain-lain,
hingga 2 jam. Penggunaan alat selama operasi mending sama ibunya, terus untuk pengaturan
suhu badannya dia biar hangat” (InformanVH,
sesar juga cenderung menghambat pelaksanaan
24 tahun, berhasil IMD, pendidikan tinggi,
IMD dimana tangan ibu terikat di sisi kiri dan
persalinan normal di RS Swasta ‘X’)
kanan, namun hal ini dapat diatasi dengan
bantuan bidan pendamping selama proses IMD. Wawancara mendalam terhadap ibu paska
Seperti yang diungkapkan informan melalui melahirkan di RSUD „Y‟ yang gagal IMD tidak
wawancara mendalam di bawah ini: mengetahui pentingnya IMD dan tidak juga
“Ya yang seprti tadi saya ceritakan, terhambat tahu manfaat IMD bagi ibu dan bayi. Manfaat
karena efek biusan, jadi mual muntah akhirnya
daripada bayi kena muntahan langsung
IMD menurut informan yang berhasil
diambil dari dada saya. Lagian waktu SC melakukan IMD adalah untuk menciptakan
tangan saya kan diikat dikiri kanan tempat kedekatan dengan bayi yang baru dilahirkan
tidur karena dipasang alat kan jadi gak bisa (bonding), serta bayi bisa mendapatkan
peluk bayi atau bergerak tangan saya. Kalau kolostrum. Seperti yang diungkapkan informan
IMD-nya itu cuma bayinya ditaruh didada aja, dengan kutipan wawancara dibawah ini:
sebelum ditaruh baju saya dibuka sama “Untuk saya apa ya.... ya udah lebih enak aja
perawatnya bagian atasnya jadi kulit ketemu mendekat anak baru melahirkan, beda..kalau
kulit sama bayi, terus bayi saya kelihatan untuk anaknya sih…supaya gak kedinginan kan
ngantuk mba 15 menit itu, tapi dia sempat kita peluk, terus itu apah..dapat asi pertamanya
jilatin aerola saya sih waktu itu sebelum saya itu tuh mba..apa itu namanya yah..pokoknya
merasa mual banget. Itu aja yang saya alamin yang pertama banget keluar abis kita
pas IMD di kamar operasi. Nah sesudah lahiran..terus biar tau ibunya sayang dia lah
selesai sesar kan dipindah keruang pemulihan yah..biar lebih dekat” (Informan M, 38 tahun,
selama beberapa jam, susternya masih berhasil IMD, pendidikan tinggi, persalinan
ngajakin dan mendorong untuk lanjutin normal di RSUD ‘Y’)
IMDnya, tapi hanya setengah jam aja
bertahan, abis sayanya masih mual dan
muntah juga mba. Akhirnya susternya bilang
ya „ya udah ibu istirahat dulu aja‟. Bayi saya
34
Praktek Pelaksanaan Inisiasi …………….(Trisnawati, Mujiati)
35
Praktek Pelaksanaan Inisiasi …………….(Trisnawati, Mujiati)
Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh ada dan lebih kepada bagaimana proses IMD itu
informan Tenaga Kesehatan baik dokter berjalan, dan biasanya saat pasien akan pulang
spesialis kandungan, bidan dan konselor laktasi kita kan kasih semacam kuesioner didalamnya
di RS Swasta „X‟, pelaksanaan IMD di RS ditanyakan kembali apakah ibu melakukan IMD
saat persalinan. Kan bisa dikroscek dari
Swasta „X‟ merupakan hal yang wajib
kuesioner tersebut..kalau dari sisi jumlah tenaga
dilakukan paska persalinan selama kondisi ibu bidan, di RS ini mencukupi satu bidan akan
dan bayi sehat dan berlaku untuk semua metode mendampingi satu orang ibu yang akan
persalinan. IMD hanya tidak boleh dilakukan melakukan proses IMD..” ”. (Informan Bidan,
pada kondisi darurat dengan indikasi medis RS Swasta ‘X’)
tertentu yang diputuskan oleh dokter obgyn
atau dokter spesialis anak. Pendamping dalam Berdasarkan hasil penelitian di RSUD „Y‟,
melaksanakan IMD paska persalinan adalah seorang informan ibu yang berhasil IMD
bidan yang secara khusus ditugaskan untuk menyatakan saat proses IMD, bidan meletakkan
menemani dan mendampingi ibu selama proses bayi kedadanya dan bidan meminta ibunya
IMD berlangsung. Selain itu, menurut untuk memeluk bayinya agar tidak jatuh.
informan konselor laktasi, jumlah tenaga bidan Proses IMD berlangsung tanpa didampingi
di RS Swasta „X‟ dapat dikatakan lebih dari langsung oleh bidan. Selama memeriksakan
cukup untuk membantu dan mendampingi kandungan, informan ibu baik yang berhasil
setiap ibu yang melakukan IMD paska maupun gagal IMD tidak pernah mendapatkan
persalinan di RS tersebut. Rumah Sakit juga informasi mengenai pelaksanaan IMD paska
menetapkan pemberian sanksi pada setiap persalinan baik dari dokter obgyn maupun dari
tenaga kesehatan baik bidan maupun dokter bidan pemeriksa. Informasi yang berbeda
obgyn yang didapati tidak melakukan proses didapatkan dari informan Tenaga Kesehatan
IMD paska persalinan. Hal tersebut seperti yaitu dari dokter obgyn yang merasa sudah
yang diungkapkan informan Tenaga Kesehatan mendukung pelaksanaan IMD pada semua
dengan kutipan wawancara dibawah ini: proses persalinan. Sedangkan menurut
” IMD..dipantau oleh tim POKDI ASI Carolus, Konselor laktasi sekaligus dokter spesialis anak
ada 10 langkah yang diawasi, termasuk IMD menyatakan sangat ingin mewajibkan IMD
salah satunya..untuk masalah pelaksanaannya namun terbentur dengan dokter obgyn apalagi
sejauh ini tidak ada kesulitan yang berarti. hampir seluruh kejadian persalinan
Bidan pendamping pun secara jumlah lebih dari menggunakan metode operasi sesar. Kecepatan
cukup, dan mereka sudah terlatih dan
waktu (rotasi) kerap menjadi alasan gagalnya
berpengalaman dalam pelaksanaan proses IMD
di RS ini.” (Informan Dokter Obgyn, RS IMD pada ibu yang melahirkan secara operasi
Swasta ‘X’) sesar. Menurut informan bidan dan konselor
laktasi, ketidaksiapan dan kurangnya tenaga
“Terdapat SK, kebijakan, dan aturan-aturan. bidan untuk mendampingi persalinan sampai
Semua jelas dibuat dan disusun bersama antara dengan pelaksanaan IMD juga menjadi
direksi dengan tim POKDI ASI RS Carolus…kita hambatan terlaksananya IMD. Hal tersebut
ketat dalam pelaksanaan IMD..Direksi seperti yang diungkap informan tenaga
menetapkan sanksi terhadap dokter atau bidan kesehatan dengan kutipan wawancara sebagai
jika ada laporan dari pasien bahwa mereka gak
berikut:
di IMD. Tapi selama ini tidak ada laporan atau
“Kalau memutuskan untuk IMD..kita lihat dulu
keluhan. Dan RS Carolus juga sudah
kondisi si ibu dan si anak, kalau anak biasanya
mendapatkan penghargaan sebagai RS sayang
anjuran dari dsa yang mendampingi seperti apa,
ibu dan bayi selama 3 periode berturut-turut
kalau kondisi ibu yah tergantung kita dan dokter
dari tahun 2007 2010 dan terakhir 2013 dari
anastesinya..karena banyak juga kan kasus
Kementerian Kesehatan. Bentuk sanksinya
persalinan karena kasus (tanda kutip), jadi kita
biasanya teguran lisan dan tertulis dari direksi
harus bius umum atau kita tidurkan si
kepada dokter atau bidan yang tidak melakukan
ibu..gimana mau IMD kalau begitu kan..?
IMD”. (Informan Konselor Laktasi, RS
nah…kalau untuk aturan disini emang gak
Swasta ‘X’)
ada..dan saya rasa gak perlu lah ada aturan
“Ya, jadi suatu kewajiban untuk dilakukan pada itu..buat apa?” (Informan Dokter Obgyn,
semua metode persalinan. Kita semua tenaga RSUD ‘Y’)
kesehatan sudah berkomitmen untuk mendukung “Idealnya seperti yang seharusnya IMD sih
dan mengakomodir pelaksanaan IMD itu pada memang belum bisa kita lakukan, mungkin ke
semua metode persalinan.. Pengawasan memang
36
Praktek Pelaksanaan Inisiasi …………….(Trisnawati, Mujiati)
depannya nanti dokternya ada berapa, bahwa keberhasilan pelaksanaan IMD sesaat
perawatnya ada berapa, nah mungkin itu bisa setelah persalinan lebih besar di RS Swasta „X‟
kita lakukan (karena SDMnya kita sangat-sangat daripada RSUD „Y‟. Oleh karena itu, berikut
minim). Tapi kalau kondisi kita masih begini, akan dijelaskan lebih lanjut faktor yang
kita memang agak kesulitan.. untuk
mendukung dan menghambat keberhasilan
melaksanakan IMD dan ASI Eksklusif kita harus
konsekuen juga sebagai tenaga kesehatan, kita pelaksanaan IMD paska persalinan di Rumah
harus berani mencoba. Kadang-kadang kan kita Sakit tersebut.
mau (dokter anak), tapi kalau sejawat kita Proses persalinan seperti yang banyak diketahui
(dokter obgyn) nggak komitmen disitu juga kan terdiri dari persalinan pervaginam dengan atau
susah, harus dua itu, makanya saya bilang, ini tanpa penyulit/intervensi, serta persalinan
harus bekerjasama yang kuat antara dokter anak operasi sesar (sectio caesarea). Proses
dengan dokter obgynnya atau dengan persalinan yang dilakukan akan berpengaruh
bidannya..supaya kedepannya IMD ini benar- terhadap kondisi ibu dan bayi paska
benar dapat kita lakukan..soalnya bukan apa- persalinan.2 Misalnya, pada persalinan normal
apa..kita ini RS Umum Daerah..dari 10 pasien
ibu akan lebih merasa lelah karena harus
partus, 7 pasien itu SC cito..kita gak punya
persiapan apapun untuk IMD..” (Informan melalui proses kontraksi yang panjang dan
Dokter Spesialis Anak dan Konselor Laktasi, melelahkan, sedangkan pada persalinan operasi
RSUD ‘Y’) sesar ibu akan merasa mengantuk sebagai efek
dari obat bius bahkan ada juga ibu yang harus
”Masalahnya disini tidak ada informed consent di bius secara total (tidak sadarkan diri saat
untuk IMD gitu...untuk partus normal ini ada proses operasi sesar berlangsung). 2 Kondisi
beberapa yang minta IMD yah kita lakuin, pembiusan atau anastesi pada ibu dalam proses
kecuali bayinya asfiksia atau yang lain. Gitu aja persalinan juga akan berpengaruh kepada bayi
sich...cuman nggak full sampai 1 jam, kadang paska dilahirkan, salah satunya bayi akan
setengah jam, kadang 15 menit, pokoknya kalo merasa mengantuk dan menjadi lebih pasif.2
aman kelihatan kondisi bayi aman kita tunggu Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
sampai ibunya selesai diberesin, baru bayinya pelaksanaan IMD adalah proses persalinan dan
kita angkat. Tapi kalo misalnya, kan kadang- kondisi ibu dan bayi paska persalinan.14 Pada
kadang ada juga, apalagi kalo disini pasien rata- dasarnya IMD tetap dapat dilaksanakan pada
rata kan menengah ke bawah, ada yang geli dan semua proses persalinan, kecuali atas indikasi
segala macam, nah kita tarik...kalo sectio-nya, medis tertentu yang ditetapkan atau diputuskan
kita belum. Pasien disini kebanyakan rujukan, oleh tim dokter pada saat persalinan
kalo yang selain rujukan, sedikit sekali (sambil berlangsung. Kondisi medis yang dimaksudkan
menunjukkan data persalinan). Kondisinya kita antara lain bayi hipotermia kebiruan karena
juga cuma ber-3, pasiennya segitu banyak mana pengaruh suhu dingin disekitarnya, bayi
mungkin bisa kepegang kan kalau IMD nya keracunan meconium, bayi afiksia, ibu
harus full 2 jam..tenaga nya ini sih yang kurang pendarahan hebat, ibu yang kehilangan
banget..ampun deh mba..kita angkat tangan kesadaran, serta bayi prematur dengan berat
kalau udah lagi ramai yang partus..” (Informan kurang dari 2500 gram.14
Bidan, RSUD ‘Y’) Terkait dengan kondisi bayi, berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan di RSIA Fatimah
PEMBAHASAN Makassar memperlihatkan bahwa bayi dengan
berat badan 2500 - 4000 gram lebih banyak
Inisiasi menyusu dini (early initation) atau yang berstatus sehat yaitu 140 (95,9%)
permulaan menyusu dini adalah bayi mulai dibandingkan
menyusu sendiri segera setelah lahir, cara bayi bayi yang memiliki berat badan < 2500 gram,
melakukan inisiasi menyusui dini dinamakan yaitu 7 (50,0%).15 Selain itu, bayi berat lahir
the breast crawl atau merangkak mencari sangat rendah (<1500 gram) berisiko untuk
payudara14. Dengan mengacu kepada definisi meninggal pada periode neonatal dini 59 kali
tersebut tentu proses IMD merupakan proses lebih besar daripada bayi dengan berat lahir
yang penting untuk dilalui oleh setiap bayi baru normal. Sedangkan bayi dengan berat lahir
lahir untuk dapat menyusu secara alamiah. rendah (<2500 gram) berisiko meninggal pada
Pelaksanaan IMD di Indonesia sendiri masih periode neonatal dini sebesar 6 kali lebih besar
jauh dibawah harapan. Kurang dari 40% ibu di daripada berat lahir normal (≥2500 gram).16
Indonesia yang melakukan IMD sesaat setelah Oleh karena itu, bayi prematur dengan berat
proses persalinan6. Berdasarkan hasil yang telah lahir rendah harus segera mendapatkan
dijabarkan sebelumnya, didapatkan data
37
Praktek Pelaksanaan Inisiasi …………….(Trisnawati, Mujiati)
diperlukan paparan informasi yang baik agar dan ASI eksklusif. Paska melahirkan ibu
pengetahuan ibu mengenai IMD juga adekuat sungguh sangat memerlukan bantuan orang lain
dan IMD dapat terlaksana.25 Selain itu, terkait untuk memperjuangkan hal itu karena
dengan hubungan antara pengetahuan ibu kondisinya yang masih lemah, baik secara fisik
tentang IMD dan keberhasilan IMD, hasil maupun mental, setelah melahirkan. 4)
penelitian di Semarang menunjukkan bahwa Membantu istri mendapatkan posisi yang
tingkat pengetahuan memiliki hubungan nyaman dalam melakukan proses IMD. Posisi
bermakna dengan pelaksanaan IMD dengan ibu dan bayi saat melakukan IMD yang benar
angka signifikansi sebesar p=0.029 dan RR akan berpengaruh terhadap keberhasilan proses
sebesar 1,615 yang berarti bahwa angka pelaksanaan IMD sekaligus mengurangi
pelaksanaan IMD pada kelompok dengan kekhawatiran ibu akan kemungkinan bayi jatuh
tingkat pengetahuan tinggi lebih tinggi 1,6 kali saat proses IMD berlangsung. Dan
dibanding kelompok dengan tingkat 5). Membantu istri untuk rileks dan tenang saat
pengetahuan rendah.26 melakukan proses IMD. Hal ini dapat
Dukungan suami juga dapat menjadi faktor dilakukan dengan memberikan sentuhan lembut
pepndukung keberhasilan IMD paska untuk menunjukan kasih sayang dan simpati
persalinan. Bentuk dukungan yang dapat atas proses IMD yang sedang berlangsung.
dilakukan oleh suami antara lain dengan Dari hasil sebuah studi menyebutkan bahwa
mendampingi ibu dalam menghadapi proses untuk dapat membantu ibu mempraktekkan
persalinan.14 Berdasarkan hasil penelitian yang inisiasi menyusui segera setelah bayi
dipublikasikan dalam jurnal ilmiah “Pediatrics” dilahirkan, suami harus memberikan suatu
terhadap 115 ibu yang baru melahirkan tindakan dukungan tertentu yang sangat
(postpartum), keberhasilan menyusui pada spesifik dalam periode waktu yang sangat
kelompok suami tidak mengerti ASI adalah singkat. Namun sayangnya, sebagian besar
26,9% dan pada suami mengerti ASI adalah suami tidak mengetahui peran mereka pada
98,1%.3 Peran suami dalam keberhasilan periode tersebut. Keberadaan mereka di dalam
menyusui sangat besar. Michigan State ruang bersalin sebagian besar karena ingin
University merekomendasikan pendidikan ASI memberikan dukungan emosional kepada ibu
bagi suami dan keluarga di perawatan atau karena mereka ingin ada secara fisik
antenatal.2 Tidak semua suami dapat sehingga dapat memberikan persetujuannya
memberikan dukungan yang di harapkan sewaktu-waktu jika pada persalinan tersebut
kepada ibu menyusui. Suami akan mendukung diperlukan tindakan lebih jauh oleh penolong
praktik pemberian ASI bila memiliki persalinan.27
pengetahuan yang baik tentang hal-hal yang Sejauh ini, suami kebanyakan hanya berperan
berhubungan dengan pemberian ASI, memiliki dalam tempat pemeriksaan kehamilan,
bubungan yang baik dengan ibu, dan juga persalinan, dan pasca persalinan. Padahal,
terlibat dalam keharmonisan hubungan pola keterlibatan suami dalam mencari informasi
menyusui tripartit yaitu antara suami, ibu dan mengenai pemberian ASI diketahui sebagai
bayi.27 salah satu faktor yang paling berpengaruh
Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh suami terhadap praktek inisiasi menyusui segera.
yang turut mendukung keberhasilan Studi-studi intervensi di negara-negara barat
pelaksanaan IMD sesaat setelah persalinan juga memperlihatkan bahwa peningkatan
adalah sebagai berikut2 :1) Ikut serta dalam pengetahuan suami tentang hal-hal seputar
memilih “rumah bersalin sayang bayi”. pemberian ASI mempengaruhi inisiasi
Memilih rumah bersalin sayang bayi menyusui.27
merupakan langkah penting dalam Dukungan keluarga yang terpenting adalah
menghantarkan anak menuju masa depan yang suami atau yang di kenal dengan supporting
lebih cerdas. 2) Ikut serta mendampingi istri father. Termasuk dukungan suami pada ibu
ketika berjuang melahirkan. Selain memberikan post partum dalam melaksanakan inisiasi
dampak ketenangan psikologis bagi suami istri, menyusui dini. Berdasarkan hasil penelitian
kehadiran suami ketika sang istri melahirkan diperoleh hasil bahwa sebagian besar
sangat berpengaruh terhadap keberhasilan responden yang termasuk dalam kategori
IMD. 3) Suami dapat juga memberikan kata- mendukung sebanyak 14 (77,8%) responden.
kata semangat untuk meneguhkan istri dan Hal ini memberikan gambaran bahwa sebagian
memastikan dokter atau bidan melakukan IMD responden (suami) ikut berperan dalam
39
Praktek Pelaksanaan Inisiasi …………….(Trisnawati, Mujiati)
keberhasilan ibu menyusui dini terutama Petugas kesehatan juga memerlukan sikap yang
dengan hadir dan memberikan dukungan mendukung terhadap menyusui yang didapat
kepada ibu saat melahirkan dan membangun melalui pengalaman dan pengertian mengenai
percaya diri ibu agar mau dan mampu berbagai keuntungan pemberian ASI.14 Petugas
menyusui. Hasil penelitian di Semarang kesehatan membina atau membangun kembali
menunjukkan bahwa ada hubungan yang kebudayaan menyusui dengan meningkatkan
signifikan antara dukungan suami dengan sikap positif yang sekaligus dapat menjadi
pelaksanaan inisiasi menyusui dini ibu post teladan bagi wanita lainnya.14 Pillegi et al.30
partum.12 menunjukkan bahwa di samping penolakan
Salah satu faktor yang juga berperan penting oleh pasien (ibu yang melahirkan), hambatan
terhadap keberhasilan pelaksanaan IMD segera IMD juga dapat disebabkan oleh penolakan dari
setelah bayi lahir adalah dukungan tenaga tim medis (dokter spesialis anestesi, dokter
kesehatan.14 Sesuai dengan Peraturan spesialis anak, serta dokter spesialis obstetri
Pemerintah (PP) nomor 33 tahun 2012 tentang dan ginekologi). Hal ini didukung oleh
Pemberian ASI Eksklusif, pasal 9 ayat 1 penelitian di Rio de Janeiro yang menunjukkan
disebutkan bahwa Tenaga Kesehatan dan bahwa ibu-ibu yang baru melahirkan hanya
penyelenggaran fasilitas pelayanan kesehatan memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki
wajib melakukan inisiasi menyusu dini otonomi dalam mengambil keputusan untuk
terhadap bayi yang baru dilahrikan kepada melakukan IMD pada satu jam pertama
ibunya paling singkat selama 1 (satu) jam. 24 kelahiran. Hal ini karena mereka harus
IMD dilakukan dalam keadaaan ibu dan bayi mengikuti tata cara perawatan bayi baru lahir
stabil dan tidak membutuhkan tindakan medis yang diterapkan oleh RS dan tim medis yang
selama paling singkat 1 (satu) jam. Lama membantu proses persalinan.31
waktu ini dimaksudkan untuk memberikan
kesempatan kepada bayi agar dapat mencari KESIMPULAN
dan mencapai putting susu ibu dan menyusu
Faktor yang mendukung keberhasilan IMD
dengan sendirinya. Dalam hal selama singkat
salah satunya adalah proses persalinan yang
waktu tersebut, bayi masih belum mau
aman bagi ibu dan bayi serta kondisi ibu dan
menyusu, maka kegiatan inisiasi menyusu dini
bayi paska persalinan dimana keduanya tidak
harus tetap diupayakan oleh ibu, Tenaga
menunjukkan adanya indikasi medis yang
Kesehatan dan penyelenggara fasilitas
membutuhkan tindakan medis tertentu sesuai
pelayanan kesehatan.28
yang diatur dalam PP nomor 33 tahun 2012
Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang
Pasal 9 mengenai pelaksanaan Inisiasi
mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta
Menyusu Dini (IMD). Pengetahuan ibu
memiliki pengetahuan dan atau keterampilan
mengenai pentingnya pelaksanaan IMD dan
melalui pendidikan di bidang kesehatan yang
manfaat IMDjuga merupakan salah satu faktor
untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan
yang turut mendorong keberhasilan IMD pada
untuk melakukan upaya kesehatan.29 Sikap
informan yang berhasil melakukan IMD.
petugas kesehatan dari berbagai tingkat
Dukungan suami juga turut memberikan andil
pelayanan petugas kesehatan yang kurang
yang besar terhadap keberhasilan IMD paska
mengikuti perkembangan ilmu dokter tentang
persalinan. Faktor terakhir yang juga turut
pemberian kolostrum serta ASI terdapat
mendukung keberhasilan pelaksanaan IMD
kecenderungan pelayanan petugas kesehatan
adalah dukungan Tenaga Kesehatan. Tanpa
yang kurang menggembirakan terutama
adanya dukungan dari Tenaga Kesehatan maka
penanggung jawab ruang bersalin dan
proses IMD tidak akan dapat dilakukan paska
perawatan di rumah sakit yang belum
persalinan. Jumlah tenaga kesehatan,
mengupayakan agar ibu bersalin mampu
keterampilan dan kemampuan untuk melakukan
memberikan kolostrum kepada bayinya,
proses IMD juga turut mempengaruhi
melainkan langsung memberikan susu botol
keberhasilan pelaksanaan IMD paska
kepada bayi baru lahir. PP-ASI adalah
persalinan.
peningkatan pemberian ASI termasuk
kolostrum dimana menitikberatkan pada
SARAN
pemberdayaan masyarakat dan keluarga untuk
mendukung ibu menyusui dalam melaksanakan Penting menyelenggarakan proses persalinan
tugas sesuai kodratnya.29 yang nyaman serta aman bagi ibu dan bayi
40
Praktek Pelaksanaan Inisiasi …………….(Trisnawati, Mujiati)
dengan mengurangi dan menghindari berpartisipasi dalam penelitian ini serta Tim
penggunaan obat-obatan anastesi. Pada Risbinkes 2014 baik Tim Pembina Ilmiah, Tim
persalinan operasi sesar sebaiknya menghindari Sekretariat hingga Tim Peneliti atas bantuannya
penggunaan anastesi umum sehingga setiap ibu sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan
yang melahirkan secara operasi sesar pun tetap baik.
dapat melakukan IMD.
DAFTAR PUSTAKA
Untuk setiap ibu yang akan melahirkan
diharapkan sebanyak mungkin mencari tahu 1. Surat Edaran Menteri Kesehatan No.
mengenai pelaksanaan IMD di RS yang akan BM/E/Menkes/1407/IX/2010: Penguatan
dijadikan tempat melakukan persalinan. Pelaksanaan Sepuluh Langkah Menuju
Mengkomunikasikan sedini mungkin dengan Keberhasilan Menyusui (22 September 2010).
2. Roesli, Utami., 2012. Panduan Inisiasi
tenaga kesehatan di RS untuk dapat melakukan
Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta:
proses IMD paska persalinan. Pustaka Bunda.
3. Edmond K,dkk. 2006. Delayed Breastfeeding
Bagi petugas kesehatan baik dokter obgyn, Initiation Increases Risk of Neonatal Mortality.
dokter spesialis anak dan atau konselor laktasi Department for International Development UK
serta bidan atau perawat kamar bersalin Pediatrics 117: 380-386
diharapkan dapat terus meningkatkan 4. World Health Organization. 2002. The Optimal
pengetahuan dan kompetensi terkait Duration of Exclusive Breastfeeding, Report of
pelaksanaan IMD sehingga IMD tetap dapat an Expert Consultation. Geneva, Switzerland:
dilakukan pada semua metode persalinan World Health Organization
5. Fikawati, S., Syafiq, A. 2010. Kajian
kecuali atas indikasi medis yang mendesak
Implementasi dan Kebijakan Air Susu Ibu
untuk memisahkan bayi dan ibunya setelah Eksklusif dan Inisiasi Menyusui Dini di
lahir. Selain itu diharapkan dokter maupun Indonesia. Makara Kesehatan: Volume 14
bidan memberikan kesempatan bagi keluarga No.1, Edisi Juni 2010:17-24.
dari ibu yang akan melahirkan khususnya 6. Badan Pusat Statistik (BPS) dan Macro
suami untuk mendampingi selama proses International. 2007. Survey Demografi
persalinan berlangsung dan untuk persalinan Kesehatan Indonesia 2007. Calverton,
sesar agak mengijinkan suami mendampingi Maryland, USA: BPS dan Macro International.
proses IMD di ruang pemulihan. 7. Badan Litbang Kementerian Kesehatan. 2014.
Laporan Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013.
Diakses melalui website:
Setiap Rumah Sakit harus mengkaji kembali
http://www.litbang.depkes.go.id/sites/downloa
rasio kebutuhan tenaga kesehatan khususnya d/rkd2013/Laporan_Riskesdas2013.PDF. Pada
bidan atau perawat anak, sehingga ketersediaan Senin, 19 Januari 2015.
tenaga tidak menjadi faktor penghambat 8. Badan Pusat Statistik (BPS) dan Macro
keberhasilan pelaksanaan IMD. Idealnya setiap International. 2012. Prelimenary: Survey
ibu yang sedang melaksanakan proses IMD Demografi Kesehatan Indonesia 2012.
harus didampingi oleh seorang bidan atau Calverton, Maryland, USA: BPS dan Macro
perawat sampai proses IMD selesai International.
dilaksanakan. 9. Adam, S. Wirdawty. 2012. Pengaruh
Penatalaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Terhadap Waktu Pengeluaran ASI di RSUD
Untuk dapat menjamin terlaksananya IMD,
Prof. DR. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo.
setiap rumah sakit sebaiknya menggunakan Gorontalo: Politeknik Kebidanan.
formulir persetujuan tindakan (informed 10. Juliastuti, Rani. 2011. Hubungan Tingkat
consent) pelaksanaan IMD untuk siap proses Pengetahuan, Status Pekerjaan Ibu, dan
persalinan. Tujuannya adalah mengontrol dan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini Dengan
mengawasi pelaksanaan IMD di masing-masing Pemberian ASI Eksklusif. Surakarta :
Rumah Sakit. Universitas Sebelas Maret.
11. Arifah, N. Isnaini. 2009. Perbedaan Waktu
Ucapan Terimakasih Keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini Antara
Persalinan Normal Dengan Caesar di Ruang
Penulis mengucapkan terimakasih kepada An-Nisa RSI Sultan Agung Semarang.
Kepala Badan Litbangkes, Direktur Rumah Semarang: Universitas Diponegoro.
Sakit, para informan penelitian yang telah
41
Praktek Pelaksanaan Inisiasi …………….(Trisnawati, Mujiati)
12. Suryani, N. Devi. 2011. Hubungan Dukungan associated with breastfeeding initiation time in
Suami Dengan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu a Baby-Friendly Hospital. Turk J Pediatr,
Dini Pada Ibu Post Partum di BPS Kota 2010;52(1):10-6.
Semarang. Jurnal Dinamika Kebidanan; 23. Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan Dan
Vol1/no.1/januari 2011. Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
13. Fikawati, S., Syafiq, A. 2008. Penelitian 24. Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Promosi
Implementasi dan Kebijakan Air Susu Ibu Kesehatan: Teori dan Aplikasi. Rineka Cipta.
Eksklusif dan Inisiasi Menyusui Dini di Jakarta.
Indonesia. Depok: Universitas Indonesia. 25. Vieira TO, Vieira GO, Giugliani RGJ, Mendes
14. Roesli, Utami., 2008. Inisiasi Menyusu Dini CMC, Martins CC, Silva LR. Determinants of
Plus ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda. Breastfeeding Initiation within The First Hour
15. Ekayanti Hafidah Ahmad, Buraerah, Abd. of Life in Brazillian Population. BMC Public
Hakim, Leo Prawirodihardjo. Faktor Health . 2010; 10(760):1-6.
Determinan Status Kesehatan Bayi Neonatal 26. Karindra Aji Hidayat. Perbandingan
Di RSKDIA Siti Fatimah Makassar. Jurnal Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini Berdasar
Kesehatan Masyarakat Vol. 6, No. 3, Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil. 2012.
September 2012 : 144-211 Laporan Akhir Hasil Karya Tulis Ilmiah
16 Afiza, Determinan Kematian Neonatal di Program Pendidikan Sarjana Kedokteran
RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi, Universitas Diponegoro.
Kesehatan Masyarakat Nasional, Vol.2 No. 3 27. Februhartanty, Judhiastuty. 2008. Strategic
(diakses oktober 2011. Roles of Fathers in Optimizing Breastfeeding
17. Direktorat Kesehatan Anak Khusus, 2010. Practices; A Study in an Urban Jakarta.
Panduan Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Diakses melalui website:
Lahir Berbasis Perlindungan Anak. http://www.gizi.net/makalah/
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. download/Summary-Eng-Indo-Yudhi.pdf.
18. Legawati, dkk. 2011, Pengaruh Inisiasi Pada tanggal 9 Januari 2015.
Menyusu Dini Terhadap Praktik Menyusui 1 28. Kementerian Kesehatan. 2012. Peraturan
bulan pertama, Jurnal Gizi Klinik Indonesia Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 Tentang
Vol.8, No. 2, Oktober 2011: 60-68. Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif. Biro
19. Fifi Indramukti, dkk. 2013. Faktor yang Hukum dan Organisasi: Jakarta.
Berhubungan Dengan Praktik Inisiasi 29. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
Menyusu Dini (IMD) Pada Ibu Paska 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan.
Persalinan Normal di Wilayah Kerja Diakses_ melalui_website:
Puskesmas Blado I. Unnes Journal of Public http://www.balitbangham.
Health. Vol. 2, No. 2, Maret 2013: 11-18. go.id/index.php/produk-hukum/peraturan-
20. Pérez-Ríos N, Ramos-Valencia G, Ortiz AP. perundang-undangan?download=20:uu-no-23-
2008. Cesarean delivery as a barrier for tahun-1992. Pada tanggal 15 Januari 2015.
breastfeeding Initiation: the Puerto Rican 30. Pillegi MC, Policastro A, Abramovici S,
Experience. J Hum Lact, 2008;24(3):293-302. Cordiol E, Deutsch AD. 2008. Breastfeeding in
21. NakaoY, MojiK, Honda S, Oishi K. 2008. the first hour of life and modern technology:
Initiation of breastfeeding within 120 minutes prevalence and limiting factors. Einstein,
after birth is associated with breastfeeding at 2008;6(4):467-72.
four months among Japanese women: A self- 31. Boccolini CS, Carvalho ML, Oliveira MI,
administered questionnaire survey. Vasconcellos AG. 2011. Factors associated
International Breastfeeding Journal, with breastfeeding in the first hour of life.
2008;3:1.doi:10.1186/1746-4358-3-1. Revista de Saúde Pública, 2011;45(1):69-78.
22. ÖrünE, Yalçm SS, Madendag Y, Üstünyurt-
Eras Z, Kutluk S, Yurdakök K. 2010. Factors
42
Faktor Pendukung Kebersihan …………….(Novianti, Mujiati)
Tabel lampiran. Matrikulasi Pelaksanaan Praktik Inisiasi Menyusu Dini di RS Swasta dan RS Pemerintah
FAKTOR RS Swasta ‘X’ RSUD ‘Y’
Proses Persalinan Sebagian besar melahirkan secara normal Sebagian besar melahirkan secara operasi
pervaginam dan sebagian besar berhasil sesar dan tidak melakukan proses IMD.
IMD. Ada pula informan yang melahirkan Hanya ada 1 informan ibu yang berhasil
secara operasi sesar namun tetap dapat IMD dengan proses persalinan normal
berhasil melakukan IMD. pervaginam.
Sebagian besar informan merupakan pasien Sebagian besar informan yang gagal
RS Swasta „X‟ tersebut yang memang IMD merupakan pasien rujukan dari
memeriksakan kandungan di Klinik Puskesmas diwilayah kerja RSUD „Y‟.
Pratama atau Poli Kebidanan RS tersebut.
Kondisi Ibu & Bayi Sebagian besar informan ibu yang berhasil Informan ibu yang berhasil IMD
paska persalinan IMD bersalin baik secara normal melahirkan secara normal dalam kondisi
pervaginam maupun operasi sesar dalam sadar. Sedangkan kondisi sebagian besar
keadaan sadar (informan ibu yang bersalin informan yang gagal IMD beragam,
secara operasi sesar menggunakan anastesi antara lain tidak sadarkan diri karena
lokal). efek bius sampai kelelahan akibat proses
Hampir seluruh bayi dari informan yang persalinan yang panjang,
berhasil melakukan IMD dalam kondisi Bayi dari informan yang berhasil
sehat, dan aktif saat proses IMD melakukan IMD dalam kondisi sehat, dan
berlangsung. aktif saat proses IMD berlangsung.
Dua informan yang gagal melakukan IMD Sebagian besar informan yang gagal
disebabkan kondisi ibu mengigil dan melakukan IMD secara persalinan
muntah efek bius cito saat proses operasi sesar lebih dikarena penggunaan
persalinan sesar dilakukan dan seorang anastesi umum (general anesthesia).
informan lainnya gagal IMD karena bayi
biru (terlilit tali pusat).
Pengetahuan Ibu Seluruh informan ibu baik yang berhasil Informan ibu yang berhasil melakukan
mengenai Pentingnya IMD maupun tidak mengetahui pentingnya IMD mengetahui pentingnya dilakukan
dan Manfaat IMD IMD dan manfaat yang diterima ibu dan IMD dan merasakan manfaat dengan
bayi dengan dilakukannya IMD. melakukannya IMD.
Hampir seluruh informan menyatakan Sebagian besar informan ibu yang gagal
banyak keuntungan dengan dilakukannya IMD tidak mengetahui pentingnya IMD
IMD dan tidak melihat adanya kerugian dan tidak juga tahu manfaat IMD bagi
dengan dilakukannya IMD. ibu dan bayi.
Manfaat IMD menurut informan antara Manfaat IMD menurut informan yang
lain: mencegah pendarahan paska berhasil melakukan IMD adalah : untuk
persalinan, bayi mendapatkan susu pertama menciptakan kedekatan dengan bayi yang
(kolostrum), bayi bisa lebih dekat dengan baru dilahirkan (bonding), serta bayi bisa
ibu (bonding), supaya bayi bisa ASI mendapatkan kolostrum serta kasih
Eksklusif. sayang ibu melalui dekapan ibunya.
Informan ibu yang berhasil IMD
menyatakan mereka secara aktif menccari
tahu mengenai pelaksanaan IMD baik dari
informasi rekan, Tenaga Kesehatan RS
(bidan atau dokter), media informasi IMD
di lingkungan rumah sakit dan juga media
massa lainnya (majalah, internet)
Dukungan Suami Sebagian besar informan yang berhasil Informan ibu yang berhasil melakukan
IMD mengaku mendapatkan dukungan dari IMD mengaku mendapatkan dukungan
suami untuk melakukan IMD paska suami untuk memberikan ASI Eksklusif
persalinan. Hal ini juga dikarenakan saat kepada bayi mereka. Dan suami
pemeriksaan kehamilan (ANC) dokter mendampingi selama proses persalinan
obgyn sudah memberitahukan bahwa setiap atas permintaan informan ibu tersebut.
ibu paska persalinan akan melakukan IMD Hampir seluruh informan ibu yang gagal
dan diharapkan ada keluarga yang IMD mengaku tidak mendapatkan
mendampingi. dukungan pelaksanaan IMD dari suami
Saat proses persalinan berlangsung mereka karena tidak paham mengenai
43
Faktor Pendukung Kebersihan …………….(Novianti, Mujiati)
sebagian besar informan yang bersalin IMD dan tidak didampingi suami dalam
secara normal pervaginam didampingi oleh proses persalinan.
suaminya langsung dalam ruang bersalin,
dan pada informan ibu yang melahirkan
secara sesar suami menunggu diruang
tunggu OK setelah selesai operasi suami
diperkenankan mendampingi ibu saat
melakukan IMD lanjutan di ruang
pemulihan.
Dukungan Tenaga Sebagian besar informan ibu yang berhasil Informan ibu yang berhasil IMD
Kesehatan melakukan IMD merasakan dukungan dari menyatakan saat proses IMD, bidan
Tenaga Kesehatan baik bidan dan dokter meletakkan bayi kedadanya dan bidan
obgyn mulai dari saat pemeriksaan meminta ibunya untuk memeluk bayinya
kehamilan dimana informasi tentang IMD agar tidak jatuh. Dan proses IMD
disampaikan oleh dokter obgyn atau bidan berlangsung tanpa didampingi langsung
hingga berlangsungnya proses IMD paska oleh bidan.
persalinan. Selama memeriksakan kandungan,
Informan Tenaga Kesehatan baik dokter informan ibu baik yang berhasil maupun
spesialis kandungan, bidan dan konselor gagal IMD tidak pernah mendapatkan
laktasi mengatakan bahwa IMD merupakan informasi mengenai pelaksanaan IMD
hal yang wajib dilakukan paska persalinan paska persalinan baik dari dokter obgyn
selama kondisi ibu dan bayi sehat dan maupun dari bidan pemeriksa.
berlaku untuk semua metode persalinan. Informasi yang berbeda didapatkan dari
IMD hanya tidak boleh dilakukan pada informan Tenaga Kesehatan yaitu dari
kondisi darurat dengan indikasi medis dokter obgyn yang merasa sudah
tertentu yang diputuskan oleh dokter obgyn mendukung pelaksanaan IMD pada
atau dokter spesialis anak. semua proses persalinan.
Pendamping dalam melaksanakan IMD Sedangkan menurut Konselor laktasi
paska persalinan adalah bidan yang secara sekaligus dokter spesialis anak
khusus ditugaskan untuk menemani dan menyatakan sangat ingin mewajibkan
mendampingi ibu selama proses IMD IMD namun terbentur dengan dokter
berlangsung. obgyn apalagi hampir seluruh kejadian
Menurut informan konselor laktasi, jumlah persalinan menggunakan metode operasi
tenaga bidan di RS Swasta „X‟ dapat sesar. Sehingga kecepatan waktu (rotasi)
dikatakan lebih dari cukup untuk kerap menjadi alasan gagalnya IMD pada
membantu dan mendampingi setiap ibu ibu yang melahirkan secara operasi sesar.
yang melakukan IMD paska persalinan di Menurut informan bidan dan konselor
RS tersebut. laktasi, ketidaksiapan dan kurangnya
tenaga bidan untuk mendampingi
persalinan sampai dengan pelaksanaan
IMD juga menjadi hambatan
terlaksananya IMD.
44