0% found this document useful (0 votes)
26 views12 pages

1 SM

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1/ 12

EnviroScienteae Vol. 18 No.

2, Agustus 2022 ISSN 2302-3708 (online)


Halaman 54-65

KARAKTERISTIK HIDROLOGI TAMBANG INTAN TRADISONAL DI KAMPUNG


PUMPUNG, KECAMATAN CEMPAKA, KOTA BANJARBARU

HYDROLOGICAL CHARATERISTIC OF THE TRADITIONAL DIAMOND MINES


IN PUMPUNG VILLAGE, CEMPAKA SUBDISTRICT, BANJARBARU CITY

M. Faisal Ramadhani1), Badaruddin2), Akhmad Rizalli Saidy3), Yudi Firmanul Arifin4)


1)
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan,
Universitas Lambung Mangkurat
2), 4)
Fakultas Kehutanan, Universitas Lambung Mangkurat
3)
Fakultas Pertanian, Universitas Lambung Mangkurat

Email: ramadhanimfaisal@gmail.com

Abstract

Traditional diamond mines is a hereditary in Cempaka Subdistricts. An increasing demand of


diamond makes more mining activities, the majority of people around Cempaka Subdistricts
think flood incidents in some areas are caused by diamond mining in Pumpung Village,
because the mining is the oldest. This research aims to analyze the effects of hydrological
characteristics on the potential for flooding due to the presence of a diamond mines at
Pumpung Village, Cempaka Subdistricts. Methods in this study is analytical descriptive.
Sampling and observations in Cempaka Subdistricts, Banjarbaru City, during normal
conditions and rainy conditions. The intensity of rain in the research has the potential for
flood, and rainfall in the research has potential for flooding or landslides. Rainy conditions,
the presence of sedimentation causes the direction of the dominant water flow to change. The
recovery qualification is categorized as very high in the middle and downstream of the river,
which has the potential to trigger flooding. Changes in land cover for 8 years have the
potential to cause flooding. The existence of a diamond mine in Pumpung Village, Cempaka
Subdistricts is concluded to have the potential to cause flooding.

Keywords : Flood, Hydrological Characteristic, Traditional Diamond Mines

PENDAHULUAN menjadi tambang. Perubahan tutupan lahan


tidak terbangun menjadi terbangun berefek
Intan yang dijual di Kota Intan- kenaikan debit banjir (Nurhamidah, dkk.,
Martapura berasal dari Kampung Pumpung, 2018). Penambangan emas tanpa izin
Kota Banjarbaru, sebagai tempat (PETI) dekat Sungai Singingi berefek
pendulangan intan tradisional, (Humas Kota kerusakaan lahan parah, karena perubahan
Banjarbaru, 2021). Penambang biasanya lahan dari karet, kebun campuran dan
berkelompok hingga belasan orang disuatu semak belukar menjadi pertambangan
lubang galian dengan kedalaman hingga (Mailendra dan Buchori, 2019). Beberapa
belasan meter memakai alat sederhana dampak PETI di Kecamatan Sungai Pinang
seperti tangga kayu, selang air, mesin sedot, dan Aranio, yaitu lubang galian,
cangkul, karpet, dulang dan sluice box pencemaran air sungai dan pendangkalan di
tradisional. Meningkatnya permintaan intan aliran sungai (Setiabudi, dkk.,2003). Lahan
menjadikan semakin banyaknya kegiatan kritis disuatu tutupan lahan dapat
penambangan, banyak lahan berubah menggangu infiltrasi, menambah aliran

54
EnviroScienteae Vol. 18 No. 2, Agustus 2022

permukaan dan fluktuasi debit air sehingga keberadaan tambang intan di Kampung
memicu kerawanan banjir (Kadir dan Pumpung, Kecamatan Cempaka.
Badaruddin, 2015). Perubahan tutupan
lahan signifikan di DAS Garang memicu METODE PENELITIAN
kerawanan banjir (Cahyadi, dkk., 2012).
Salah satu penyulut peristiwa banjir di Kota Penelitian menggunakan pendekatan
Bekasi ialah bertambahnya debit sungai yang deskriptif, dijabarkan sebagai berikut :
karena maraknya perubahan lahan (Marko 1. Air limpasan permukaan, perhitungan
dan Zulkarnain, 2018). Pemakaian suatu debit air limpasan permukaan (m3s-1)
lahan yang tidak cocok dengan kemampuan dengan Metode Rasional.
serta peruntukannya bisa menambah resiko 2. Water flow kontur, digunakan metode
banjir (Kadir, dkk., 2016). pemetaan water flow kontur.
Kejadian banjir di Kecamatan 3. Pendangkalan aliran sungai, debit
Cempaka, Bapak Riyoto selaku Ketua RT aliran sungai dihitung dengan metode
31/X Kampung Pumpung menuturkan dimensi dan kecepatan aliran sungai,
banjir di daerah Basung dimulai sekitaran sampling Total Suspended Solid (TSS)
tahun 2017, Pumpung mulai sekitaran tahun metode SNI 6989.57:2008 dan metode
2009 dan daerah Bangkal, baru terjadi penetapan kualifikasi pemulihan
diawal tahun 2021. Mayoritas warga berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan
Kecamatan Cempaka, Kota Banjarbaru Republik Indonesia Tahun 2014 tentang
beranggapan banjir dibeberapa tempat tadi Penetapan Klasifikasi DAS.
karena tambang intan di Kampung 4. Tutupan Lahan, digunakan metode
Pumpung, dikarenakan tambang tersebut overlay tiap tutupan lahan.
sudah sejak lama beroperasi.
Karakteristik hidrologi yang HASIL DAN PEMBAHASAN
terganggu dapat memicu kerawanan Analisis Pengaruh Karakteristik
bencana alam yang berdampak pada Hidrologi Terhadap Potensi Banjir
lingkungan sekitarnya. Tutupan lahan 1. Air Limpasan Permukaan
bervegetasi hutan, dapat melindungi Perhitungan debit air limpasan
permukaan tanah dari air hujan dan dengan curah hujan rencana perulangan 5
mempengaruhi karakterisitk hidrologi yaitu tahun sebesar 223,269 m3s-1 dengan
sedimentasi sungai, erosi dan mengurangi intensitas hujan 10,417 mm jam-1 jika
potensi banjir (Badaruddin, dkk., 2021). dibandingkan dengan indeks cuaca ekstrim
Hubungan perubahan tata guna lahan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan
dengan karakteristik hidrologi pada DAS Geofisika (BMKG) (2008), intensitas hujan
Lesti dan DAS Gadang berefek debit air pada penelitian berpotensi banjir (10-20
limpasan permukaan melonjak (Fathia, mm jam-1). Tinggi kenaikan air 10,795 cm
dkk., 2021). Karakteristik hidrologi yang berkategori “genangan”.
diteliti, potensi banjir karena pergerakan Cuaca ekstrim pada 14 Januari 2021
tanah medium dan curah hujan tinggi didapat perhitungan debit air limpasan
(Azizah, dkk., 2021). Peningkatan tebal sebesar 327,519 m3s-1 dengan intensitas
aliran sungai dan penurunan resapan karena hujan 15,281 mm jam-1, dibanding dengan
perubahan tutupan lahan dipengaruhi indeks cuaca ekstrim dari BMKG, maka
karakteristik hidrologi (Fadhil, dkk., 2021). berpotensi banjir (10-20 mm jam-1), cuaca
Banjir di Kota Makassar akibat gangguan ekstrim curah hujan rencana sebesar 256
pada karakteristik hidrologi, memicu mm/24 jam mempunyai potensi banjir atau
pendangkalan serta penyempitan di sungai tanah longsor (> 100 mm/24 jam) dibanding
Tallo (Syahruddin, 2012). Tujuan penelitian indeks cuaca ekstrim BMKG. Hubungan
adalah analisis pengaruh karakteristik curah hujan dengan potensi bencana pada
hidrologi terhadap potensi banjir akibat Gambar 1 dan perbandingan perhitungan

55
Karakteristik Hidrologi Tambang Intan Tradisonal Di Kampung Pumpung, Kecamatan
Cempaka, Kota Banjarbaru (Ramadhani .M.F, Badaruddin, Saidy .A.R dan Yudi .F.A)

antar kondisi pada penelitian dan ketinggian


air tersaji di Tabel 1.
Gambar 1. Curah Hujan dan Potensi
Bencana Oleh BMKG
Sumber Diklat BMKG tahun 2008
Tabel 1. Perbandingan Curah Hujan
Rencana dan Ketinggian Air
Perulangan Cuaca
5 Tahun Extrim
Satuan
Curah Hujan Rencana 174,515 256 mm
Intensitas 10,417 15,281 mm jam1
Debit Air Limpasan 223,269 327,519 m3s-1
Ketinggian Air 10,795 15,836 cm
Kategori Banjir oleh
40 cm
LAPAN
Kategori Genangan Genangan
Sumber: Pengolahan Data tahun 2021

Perhitungan pada Tabel 1. menyebutkan bahwa peta pola arah aliran


menunjukkan bahwa kenaikan air saat air bisa dibuat memakai aplikasi Surfer 13,
kondisi hujan di Kecamatan Cempaka yang menggambarkan arah aliran berupa
hanya berkategori “genangan’, baik pada
limpasan permukaan yang mengalir. Arah
perhitungan curah hujan rencana dengan
perulangan 5 tahun maupun saat cuaca aliran air permukaan yang terjadi akan
ekstrim. Perhitungan beberapa curah hujan menuju titik elevasi paling rendah dimana
tadi menunjukkan bahwa pada catchmen pola arah aliran air bisa relatif beragam.
area di Kecamatan Cempaka tidak Peta water flow dibuat memakai data
menyebabakan banjir, namun adanya kontur yang berisi ketinggian area wilayah
kejadian banjir di beberapa tempat di riset, diperuntukan buat menganalisis
Kecamatan Cempaka yakni pada daerah
pergerakan air dipermukaan guna
Basung, Kampung Pumpung dan Bangkal
akan dianalisis lebih lanjut, mengapa air mengetahui suatu wilayah resapan serta
limpasan permukaan terakumulasi di tiga wilayah tangkapan air pada sebuah wilayah,
tempat tersebut dengan analisis selanjutnya yang diperoleh dari data DEM (digital
melalui parameter water flow kontur, elevation model) (Yuwana, dkk. 2017).
pendangkalan aliran sungai dan tutupan Menurut Khasanah, dkk. (2010) DEM yaitu
lahan. data yang membagikan data ketinggian
2. Water flow Kontur
serta ciri topografi sesuatu bentang lahan.
Parameter ini diawali dengan
Hasil pengolahan peta water flow kontur
pengolahan peta memakai aplikasi Surfer
bisa dilihat pada Gambar 2.
versi 13. Priyoadi dan Setiawan (2019)

56
EnviroScienteae Vol. 18 No. 2, Agustus 2022

Gambar 2. Peta Water flow Kontur Sm 2: Titik Sedimentasi 2,


Keterangan : Pumpung
TB 1: Titik Banjir 1, Basung Sm 3: Titik Sedimentasi 3,
TB 2: Titik Banjir 2, Pumpung Basung
TB 3: Titik Banjir 3, Bangkal Sm 4: Titik Sedimentasi 4,
TIC : Tambang Intan Guntung Upih
Cempaka Perubahan Arah Aliran Air
Sm 1: Titik Sedimentasi 1, Karena Sedimentasi Saat
Pumpung Kondisi Hujan
Sumber : Pengolahan Data tahun 2021

Gambar 2, adanya sedimentasi bisa tambang intan di Kampung Pumpung,


berefek aliran air berubah sehingga arah air sehingga di TB 1 potensi banjir bukan
tertuju ke beberapa titik saja yang memicu berasal dari arah tambang intan.
potensi banjir (terakumulasinya air dalam Sm 1 dan tambang intan berjarak
jumlah besar di suatu titik atau area). Sm 3, sangat dekat karena Sm 1 disebabkan
dekat dengan TB 1, saat hujan lebat, air material galian tambang yang dibuang ke
yang akan masuk ke sungai terhalang sungai. Arah aliran air yang beredar
sedimentasi dan akan dapat variatif, baik dari arah barat laut, timur laut
menyebabkan peristiwa banjir di daerah dan tenggara. Kondisi hujan, adanya
Basung dan diperparah air limpasan dari sedimentasi arah aliran sekitar Sm 1
arah barat laut karena adanya sedimentasi di dominan berbelok ke barat laut (ke arah TB
Sm 4. Arah aliran air sekitar TB 1 2), juga pada Sm 2 arah air berbelok ke
cenderung mengalir dari barat laut yang timur laut menuju TB 2. TB 2, arah air yang
sesuai karena hulu sungai, ada sedikit arah dominan dari arah barat laut, sedikit dari
dari timur laut dan timur. TB 1 tidak ada timur laut, utara dan selatan, arah air dari
arah aliran air yang berasal dari daerah timur laut searah dengan lokasi tambang

57
Karakteristik Hidrologi Tambang Intan Tradisonal Di Kampung Pumpung, Kecamatan
Cempaka, Kota Banjarbaru (Ramadhani .M.F, Badaruddin, Saidy .A.R dan Yudi .F.A)

intan, bisa disebut tanpa adanya tambang Gambar 4. Putusnya Jembatan Kerasik-
intan, arah aliran yang berasal dari timur Bentok
pada kondisi hujan dominan menuju TB 2. Sumber : Dokumentasi Pribadi tahun 2021
TB 3, arah aliran air dominan berasal Pa Fiddin warga Kampung Pumpung
dari arah tenggara, lalu dari arah timur laut yang bekerja di daerah Kiram menyebut
dan arah lainnya dalam jumlah sedikit. banyaknya air limpasan dari daerah Kiram
Banyaknya arah aliran air yang masuk kemungkinan dipengaruhi oleh banyaknya
menyebabkan potensi banjir. Cuaca ekstrim pembangunan fisik dan diperparah
pada 14 Januari 2021 menyebabkan banjir beroperasinya tambang ilegal. Daerah
di TB 3, tidak hanya disebabkan oleh air Kiram yang didominasi perbukitan yang
limpasan luapan dari sungai yang bila hutan atau vegetasi lainnya berkurang
menerjang di hilir sungai, tetapi dominan dan terjadi hujan lebat, maka akan
disebabkan oleh terjangan air limpasan memperbanyak air limpasan yang menuju
dalam jumlah besar dari Sungai Banyu daerah bawahnya yakni Kecamatan Bati-
Irang diperbatasan, simulasi pergerakan Bati dan Kelurahan Bangkal. Menurut Pa
arah aliran air bisa dilihat pada Gambar 3, Johan warga Kerasik, RT 34/RW XI, pada
dokumentasi dampaknya bisa dilihat 14 Januari air dari seberang rumah beliau
Gambar 4. (arah Kiram) mulai datang dan air limpasan
tadi menerjang sebagian rumah di Kerasik
dan memutus jembatan, beliau menuturkan
air menggenangi sebagian rumah di RT
34/RW XI hingga tengah malam.

3. Pendangkalan Aliran Sungai


Peristiwa banjir yang terjadi saat dan
sesudah hujan dekat Titik Banjir 1
diperparah oleh adanya beberapa bangunan
milik warga yang masuk di sempadan
sungai. Kejadian tadi banyak terjadi di
kawasan sekitaran RT 1/RW 1,
dokumentasi terkait bisa dilihat pada
Gambar 5.

Gambar 3. Dugaan Aliran Air Dari Kiram


Sumber : Pengolahan Data tahun 2021

Gambar 5. Bangunan Warga Masuk


Sempadan Sungai
Sumber : Dokumentasi Pribadi tahun 2021

TB 1 berada diantara perbatasan


daerah Basung dan Sungai Tiung dimana

58
EnviroScienteae Vol. 18 No. 2, Agustus 2022

pemukiman sangat padat. Terjadinya Kegiatan penambangan intan


penambahan jumlah penduduk pertahunnya mengakibatkan adanya sedimentasi di
mengakibatkan banyaknya rumah yang sekitaran sungai akibat material yang
terbangun. Gambar 5, banyak rumah dibuang oleh mesin sedot ke sungai yang
disepanjang hulu Sungai Basung di memicu terjadinya sedimentasi. Pada
Kelurahan Cempaka. Sm 3 berada dibawah kondisi hujan, sedimentasi di Sm 1 dan Sm
jembatan Basung-Sungai Tiung, masyarakat 2 berefek arah aliran air dominan berubah
sekitar masih banyak membuang sampah ke ke arah TB 2 (Kampung Pumpung) yang
sungai yang mengakibatkan pengendapan menyebabkan banjir, dokumentasi terkait
material di bawah jembatan. Warga RT Sm 1 dan Sm 2 bisa dilihat pada Gambar 8.
1/RW I menyebutkan semenjak jembatan
yang sekarang dibuat, aliran air jadi lebih
terhambat saat melewati jembataan karena
material struktur penahan jembatan yang
lebar, dimana jembatan yang terdahulu
tiang penahannya lebih, sedimentasi pada
Sm 3 bisa dilihat pada Gambar 6. Beberapa
rumah warga di RT 1/RW I berada dibawah
batas jagaan sungai, saat terjadi hujan deras,
beberapa rumah dalam waktu singkat sudah
tergenang air. Banjir pada TB 1 juga
diperparah embung di daerah hulu sungai
mengalami sedimentasi, karena kurang
terawat dan jarangnya pengerukan,
dokumentasi terkait bisa dilihat pada Gambar 8. Sedimentasi di Titik Sm 1 dan
Gambar 7. Sm 2, Kampung Pumpung
Sumber : Dokumentasi Pribadi tahun 2021

Tabel 2. Rangkuman Dimensi Sungai, Debit


dan TSS Penelitian
Parameter

Tengah

Satuan
Hulu

Hilir
Kondisi

Debit 31,061 58,186 66,237 m3s-1


TSS 30 40 20 mg/L
Normal

Kecepatan 0,674 0,624 0,051 m/s


Gambar 6. Sedimentasi di Titik Sm 3 Aliran
Luas 6,537 8,868 23,246 m2
Sumber : Dokumentasi Pribadi tahun 2021 Penampang
Debit 50,026 95,129 347,100 m3s-1
TSS 60 100 80 mg/L
Hujan

Kecepatan 1,027 1,083 0,962 m/s


Aliran
Luas 8,526 10,965 28,056 m2
Penampang
Sumber: Pengolahan Data tahun 2021

Nilai TSS pada penelitian cenderung


fluktuatif jika dibandingkan dengan data
TSS dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH)
Kota Banjarbaru (data dari tahun 2017
sampai tahun 2020). Tambang intan
Gambar 7. Sedimentasi Sekitar Titik Sm 4 disekitar daerah tengah sungai
Sumber : Dokumentasi Warga Kecamatan 59
Cempaka dan Dokumentasi
Pribadi tahun 2021
Karakteristik Hidrologi Tambang Intan Tradisonal Di Kampung Pumpung, Kecamatan
Cempaka, Kota Banjarbaru (Ramadhani .M.F, Badaruddin, Saidy .A.R dan Yudi .F.A)

menyebabkan tingginya nilai TSS, baik sungai 28,056 m2 menghasilkan debit


pada kondisi normal atau kondisi hujan. 347,100 m3s-1.
Data TSS dari DLH Kota Banjarbaru Adanya kenaikan debit aliran sungai
memberikan informasi bahwa dalam dan TSS dapat memicu potensi kejadian
beberapa pengambilan sampel pada daerah banjir. Penelitian saat kondisi normal, TSS
tengah dan hilir sungai nilai TSS diatas pada hilir lebih rendah dibanding daerah
baku mutu karena adanya penambangan hulu dan tengah. Kondisi hujan, TSS di hilir
intan dan pasir ilegal juga pembukaan lahan melonjak empat kali lipat menjadi 80 mg/l
pemukiman di daerah tengah dan hilir karena debit aliran sungai sebesar 347,100
sungai yang dapat mempengaruhi nilai TSS. m3s-1, pada kondisi normal debit hilir hanya
Debit sungai pada daerah hulu, tengah dan sebesar 66,237 m3s-1 yang berarti terjadi
hilir berdasarkan data DLH Kota lonjakan debit sekitar lima kali lipat.
Banjarbaru (data dari tahun 2017 sampai Pendangkalan aliran sungai bisa
tahun 2020) dibandingkan data penelitian dijadikan acuan untuk mencerminkan
maka debit sungai cenderung fluktuatif,. kondisi suatu DAS pada bagian hulu,
Tabel 2, nilai TSS pada penelitian tengah maupun hilir, melalui perhitungan
dapat dipengaruhi oleh kecepatan aliran, muatan sedimentasi. Berdasar perhitungan
misal pada hilir sungai kondisi normal tadi, didapat suatu kualifikasi pemulihan
kecepatan aliran 0,051 m/s, nilai TSS yang menjadi acuan kondisi DAS,
sebesar 20 mg/L dengan luas penampang rangkuman kualifikasi pemulihan bisa
sungai sebesar 23,246 m2 jika dibanding dilihat pada Tabel 3.
dengan daerah hulu pada kondisi normal
yang mempunyai kecepatan aliran sebesar Tabel 3. Kualifikasi Pemulihan
0,674 m/s, nilai TSS sebesar 30 mg/L Normal
dengan luas penampang sungai sebesar Satuan MS KP
6,537 m2, dari kedua daerah tadi bisa Hulu
Ton/Ha/Thn 5,552 Rendah
disimpulkan bahwa pada kondisi normal Satuan MS KP
rendahnya nilai TSS pada hilir (20 mg/L) Tengah
Ton/Ha/Thn 13,868 Sedang
kareana kecepatan aliran airnya lebit lambat Satuan MS KP
Hilir
dibanding hulu (0,051 m/s pada hilir Ton/Ha/Thn 7,893 Rendah
dibanding 0,674 m/s pada hulu). Tingginya Hujan
nilai TSS di DAS dapat diakibatkan Hulu
Satuan MS KP
masukan material tersuspensi mulai suatu Ton/Ha/Thn 17,884 Tinggi
permukaan yang terangkut aliran air sungai, Satuan MS KP
Tengah
Ton/Ha/Thn 56,681 Sangat Tinggi
yang tersuspensi lewat aliran air sungai
Satuan MS KP
(Winnarsih, dkk., 2016). Hilir
Ton/Ha/Thn 165,449 Sangat Tinggi
Debit sungai saat kondisi hujan
meningkat dibanding kondisi normal karena Keterangan :
adanya perubahan dimensi sungai, contoh MS : Muatan Sedimen
pada hilir terjadi penambahan kedalaman KP : Kualifikasi Pemulihan
sungai dari kondisi normal 2,32 m menjadi Sumber : Pengolahan Data tahun 2021
2,8 m, kecepatan aliran bertambah dari
kondisi normal 0,051 m/s jadi 0,962 m/s. Tabel 3, kondisi DAS pada daerah
Perbedaan debit juga dipengaruhi kecepatan hulu mengalami peningkatan dari rendah
aliran dan dimensi sungai, misalkan pada (kondisi normal) ke tinggi (kondisi hujan).
pada hulu kondisi hujan, kecepatan aliran Pada bagian daerah tengah mengalami
1,027 m/s, luas penampang 8,526 m2 pengikatan signifikan dari sedang (kondisi
menghasilkan debit 50,026 m3s-1 dan pada normal) ke sangat tinggi (kondisi hujan).
darah hilir kondisi hujan memiliki Pada bagian hilir mengalami pengikatan
kecepatan aliran 0,962 m/s, luas penampang drastis dari rendah (kondisi normal) ke
sangat tinggi (kondisi hujan).
60
EnviroScienteae Vol. 18 No. 2, Agustus 2022

Saifudin dan Raharjo (2008) 1,735 %, 3,710 %, 0,317 %, 16,653 %,


menuturkan pertistiwa banjir di kota 9,385 % dan 15,107 %. Perubahan tutupan
Kebumen juga wilayah di sisi selatannya lahan dapat berpengaruh pada harga C,
dipengaruhi oleh muatan sedimentasi pada adanya perubahan harga C mempengaruhi
sub-DAS Lukulo sebesar 278,68 ton/ha/th, perubahan debit air limpasan permukaan,
sudah termasuk kualifikasi pemulihan ilustrasi bisa dilihat pada Gambar 9.
“sangat tinggi”. Sudiani dan Sumantra Pengaruh perubahan tutupan lahan terhadap
(2017) menyebutkan muatan sedimen pada harga C terangkum pada Tabel 5.
DAS Pakerisan yakni sebesar 536 ton/ha/th
termasuk kualifikasi pemulihan “sangat
tinggi” menyebabkan kejadian banjir
setidaknya sekali dalam setahun.

Tabel 4. Perbandingan Penelitian Terkait


Muatan Sedimen
Sum
No Penelitian Lokasi
Kualifikasi
Keterangan ber :
Pemulihan
Saif
1 Saifudin sub-DAS Sangat Banjir di udin
dan Lukulo Tinggi kota dan
Raharjo Kebumen Rah Gambar 9. Ilustrasi Perubahan Debit Akibat
(2008) dan daerah
selatannya arjo Perubahan Tutupan Lahan
2 Sudiani DAS Sangat Banjir tahu Sumber : Kementerian PUPR tahun 2017
dan Pakerisan Tinggi minimal n
Sumantra sekali
(2017) setahun 2008 Tabel 5. Pengaruh Perubahan Tutupan
, Sudiani dan Sumantra tahun Debit Air Lah
Jumlah
Tutupan Harga C Limpasan an
2017 Tutupan
Lahan komposit Permukaan Sum
Lahan
(m3s-1)
Tabel 4, pada penelitian Saifudin ber :
2013 12 0,613 184,919
dan Raharjo (2008) dan Sudiani dan Pen
2021 9 0,740 223,269
Sumantra (2017) dimana kedua gola
Selisih 3 0,127 38,35 han
penelitian terkait muatan sedimen tadi
Perubahan Data
mempunyai kualifikasi pemulihan Per-Tahun 0,375 0,016 4,794
“sangat tinggi”. Pada penelitian saat tahu
kondisi hujan daerah tengah dan hilir sungai n 2021
juga memiliki kualifikasi pemulihan
“sangat tinggi” sehingga pada kedua daerah Tabel 5, tahun 2021 harga C sebesar
tadi bisa disebut berpotensi banjir. 0,740 dengan debit air limpasan permukaan
sebesar 223,269 m3s-1, harga C di tahun
4. Tutupan Lahan 2013 sebesar 0,613 didapat perhitungan
Pengolahan data tutupan lahan dari debit sebesar 184,919 m3s-1, bisa
tahun 2013 sampai 2021 memberi info disimpulkan dalam rentang 8 tahun dengan
bahwa terjadi penyusutan lahan pada kenaikan harga koefisien C sebesar 0,127
pertanian lahan kering yakni sebesar - mengakibatkan perubahan debit air
17.881 %, pertanian lahan kering campur limpasan permukaan sebesar 38,35 m3s-1,
sebesar -6,810 % dan semak-belukar yang pertahunnya mengalami kenaikan
sebesar -12,615 %. Jenis tutupan lahan debit 4,793 m3s-1. Perubahan harga
untuk lahan terbuka, sawah, semak belukar koefisien C dipengaruhi bertambahnya
rawa, perkebunan, pertambangan dan luasan tutupan lahan jenis pemukiman dan
pemukiman mengalami kenaikan sebesar pertambangan dengan harga koefisien C

61
Karakteristik Hidrologi Tambang Intan Tradisonal Di Kampung Pumpung, Kecamatan
Cempaka, Kota Banjarbaru (Ramadhani .M.F, Badaruddin, Saidy .A.R dan Yudi .F.A)

sebesar 0,95 serta perkebunan yang (2018) dengan perubahan harga C sebesar
luasannya melonjak dalam rentang waktu 8 0,08 dalam rentang 10 tahun menimbulkan
tahun dengan harga koefisien C 0,8. potensi banjir tiap tahunnya. Pada
Terkait perubahan tutupan lahan di penelitian Putri (2011) perubahan harga C
DAS Batang Arau Hulu, Putri (2011) sebesar 0,4 dalam rentang 4 tahun
menyebutkan luas hutan berkurang dari menimbulkan banjir.
sebesar 5.161,9 ha menjadi 4.698,5 ha Data tutupan lahan penilitian dari
menjadikan kenaikan harga C yang tahun 2013 sampai tahun 2021 atau dengan
menyebabkan banjir, perubahan nilai rentang 8 tahun, terjadi perubahan harga
koefisien yakni sebesar 0,4 dari 0,3 ditahun koefisien C sebesar 0,127, dengan harga
2000 menjadi 0,7 ditahun 2004. Menurut koefisien C sudah diangka 0,740 bisa
Untari (2012) salah satu penyebab banjir disebut berpotensi menyebabkan banjir di
disekitar Sungai Citepus karena perubahan Kecamatan Cempaka, Kota Banjarbaru.
penggunaan lahan pada 1986 sampai 2009 Harga koefisien C berpotensi bertambah
terjadi transformasi besar pada hutan kota, jika tambang intan dan tambang pasir ilegal
kebun campur, sawah, semak belukar, tanah di Kecamatan Cempaka masih beroperasi
kosong dan taman, kenaikan koefisien C dimana harga koefisien C besar yakni 0,95,
dari 0,48 tahun 1986 menjadi 0,53 ditahun potensi banjir juga bertambah seiring belum
2009 dengan frekuensi banjir sekali dalam terbangunnya sebagian gedung di kawasan
setahun. Pigawati, dkk. (2018) menuturkan perkantoran gubernur Kalimantan Selatan
terjadi perubahan tutupan lahan di Sub DAS yang termasuk jenis
Garang dimana tahun 2005 harga C sebesar pemukiman/perkantoran dengan harga
0,48 menjadi 0,56 ditahun 2015 yang koefisien C sebesar 0,95.
membuat Kota Semarang rawan banjir tiap
tahun. Perbandingan penelitian terkait KESIMPULAN
dampak dari perubahan tutupan lahan pada
beberapa penelitian dirangkum dalam Tabel Berdasarkan penelitian bisa ditarik
6. kesimpulan sebagai berikut :
1. Intensitas hujan dengan curah hujan
Tabel 6. Perbandingan Penelitian Terkait rencana perulangan 5 tahun
Perubahan Tutupan Lahan berpotensi banjir dan intensitas saat
Perubahan Tutupan Lahan cuaca ekstrim berpotensi banjir dan
Keterangan
Penelitian

Harga C

tanah longsor. Simulasi ketinggian air


Selisih
No

Tahun

Tahun
Harga

Harga

pada curah hujan rencana perulangan


C

5 tahun dan saat cuaca ekstrim


1 Putri 2000 0,3 2004 0,7 0,4 Banjir
(2011)
berkategori genangan.
2 Untari 1986 0,48 2009 0,53 0,05 Banjir 2. Sedimentasi pada Titik Banjir 1 dan
(2012) sekitar Titik Banjir 2 saat kondisi hujan
Sungai
Citepus menyebabkan arah aliran air berubah.
3 Pigawati, 2005 0,48 2015 0,56 0,08 Rawan Titik Banjir 3, saat cuaca ekstrim
dkk. banjir
(2018) tiap banjir karena air limpasan permukaan
tahun yang berasal dari arah tenggara.
Sumber : Putri tahun 2011, Untari tahun 3. Kualifikasi pemulihan berdasar
2012, Pigawati, dkk. tahun 2018 muatan sedimen saat kondisi hujan
pada bagian hulu sungai berkategori
Tabel 6. pada penelitian Untari (2012) tinggi. Daerah tengah dan hilir sungai
dengan perubahan harga C atau harga berkategori sangat tinggi yang
koefisien C sebesar 0,05 dalam rentang 23 berpotensi menyebabkan terjadinya
tahun menjadikan banjir disekitar Sungai banjir.
Citepus. Pada penelitian Pigawati, dkk.

62
EnviroScienteae Vol. 18 No. 2, Agustus 2022

4. Perubahan tutupan lahan selama 8 drologi%20Hutan%2015%2c5%20x


tahun yang didominasi penambahan %2023%20FIX.pdf?sequence=1&isA
luas perkebunan, pemukiman dan llowed=y
pertambangan membuat harga
koefisien C meningkat sebesar 0,127, Cahyadi, A., Yananto, A., Wijaya, M., S.,
sehingga memicu potensi terjadinya dan Nugraha, H. (2012). Analisis
banjir Pengaruh Perubahan Penggunaan
5. Empat parameter karakteristik Lahan terhadap Retensi Potensial Air
hidrologi pada penelitian, oleh Tanah pada Kejadian Hujan
disimpulkan bahwa keberadaan Sesaat. Semnas IF 2012,
tambang intan di Kampung Pumpung, UPN ”Veteran” Yogyakarta, 30 Juni
Kecamatan Cempaka berpotensi 2012, E-7. DOI:10.31227/osf.io/gsar2
menyebabkan terjadinya banjir.
Diklat Badan Meteorologi, Klimatologi dan
SARAN Geofisika (2008).

1. Data sekunder sebaiknya memakai Dinas Lingkungan Hidup Kota Banjarbaru


data 10 sampai 20 tahun belakangan, (2021). Data Debit dan Total
agar lebih jelas tren yang terjadi. Suspended Solid Tahun 2017, 2018,
2. Penelitian selanjutnya berfokus pada 2019, 2020.
rancangan lubang galian yang
memenuhi faktor keamanan, Fadhil, M., Y., Hidayat, Y., Kukuh
kemudahan akses penambangan dan Murtilaksono, K., dan Baskoro, D.,
meminimalisir kerusakan lingkungan. P., T. (2021). Perubahan Penggunaan
3. Penelitian selanjutnya menganalis Lahan dan Karakteristik Hidrologi
kemampuan tanah pada catchment DAS Citarum Hulu. Jurnal Ilmu
area dalam menyerap air. Pertanian Indonesia, Volume 26, 219.
4. Penelitian berikutnya menganalisis DOI:10.18343/jipi.26.2.213
jenis tanaman yang cocok untuk
mendukung upaya vegetatif guna Fathia, A., Limantara, L., M., dan Wahyuni,
mengurangi harga koefisien C. S. (2021). Studi Perubahan
Karakteristik Hidrologi Akibat
DAFTAR PUSTAKA Perubahan Tata Guna Lahan di DAS
Lesti dan DAS Gadang Kabupaten
Azizah, C., Pawitan, H., Nuraida, Malang. JTRESDA, Volume 1 ,
Satriawan, H., Abbas, R., Robo, S., 465.DOI:10.21776/ub.jtresda.2021.00
dan Misnawati. (2021). Karakteristik 1.02.10
Hidrologi dan Dampaknya Terhdapa
Banjir DAS Sungai Jambo, Aceh. Humas Kota Banjarbaru. (2021). Diakses
JPPDAS Volume 5, 181. darihttps://humas.banjarbarukota.go.i
DOI:10.20886/jppdas.2021.5.2.171- d/tentang-banjarbaru/potensi-
184 daerah/pariwisata/pendulangan-intan-
cempaka/.
Badaruddin, Kadir, H. S. dan Nisa, K. Khasanah, N., Mulyoutami, E., Ekadinata,
(2021). Buku Ajar Hidrologi Hutan. A., Asmawan, T.,Tanika, L., Said, Z.,
(Edisi ke-1). Banjarmasin, Indonesia : van Noordwijk, M., dan Leimona, B.
CV. BATANG. (Halaman 118). (2010). Kaji Cepat Hidrologi di DAS
Diunduh dari : https://repo- Krueng Peusangan, NAD, Sumatra.
dosen.ulm.ac.id/bitstream/handle/123 Working paper nr.122, World
456789/19900/Buku%20AJAR%20Hi

63
Karakteristik Hidrologi Tambang Intan Tradisonal Di Kampung Pumpung, Kecamatan
Cempaka, Kota Banjarbaru (Ramadhani .M.F, Badaruddin, Saidy .A.R dan Yudi .F.A)

Agroforestry Centre.55p,7. DOI Volume 15, 187.


10.5716/WP10337. DOI:10.14710/pwk.v15i3.21304

LAPAN. (2021). Diakses dari : Nurhamidah, Junaidi, A. dan Kurniawan,


https://lapan.go.id/post/6962/inilah- M. (2018). Tinjauan Perubahan Tata
perbedaan-mendasar-antara- Guna Lahan Terhadap Limpasan
genangan-dan-banjir-mulai-dari- Permukaan DAS Batang Arau
waktu-tinggi-sampai-penyebabnya Padang. Jurnal Rekayasa Sipil.
Volume 14, 131-132. Doi :
Kadir, S. dan Badaruddin (2015). doi.org/10.25077/jrs.14.2.73-80.2018.
Pengayaan Vegetasi Penutupan Lahan
untuk Pengendalian Tingkat Peraturan Menteri Kehutanan Republik
Kekritisan DAS Satui Provinsi Indonesia (2014). Diperoleh dari :
Kalimantan Selatan. Jurnal Hutan https://www.forda-
Tropis Volume 3, 146. DOI: mof.org/files/p.60_2014.pdf
http://dx.doi.org/10.20527/jht.v3i2.15
19 Pigawati, B., Roynaldi, A., D., Desectasari,
D., P. dan Hutama, M., P. (2018).
Kadir, S., Sirang, K, dan Badaruddin Pengaruh Perubahan Peggunaan
(2016). Pengendalian Banjir Lahan Terhadapa Nilai Koefisien
Berdasarkan Kelas Kemampuan Aliran Permukaan Sub-DAS Garang
Lahan di Sub DAS Martapura Kota Semarang : Upaya Evaluasi
Kabupaten Banjar Kalimantan Tata Ruang Kawasan Pemukiman.
Selatan. Jurnal Hutan Tropis Volume Seminar Nasional Geomatika 3, 1038-
4, 254. DOI: 1046. DOI:10.24895/SNG.2018.3-
http://dx.doi.org/10.20527/jht.v4i3.36 0.994
19
Priyoadi, B., R. dan Setiawan, B. I. (2019).
Kementerian Pekerjaan Umum dan Pemetaan Topografi Calon Lokasi
Perumahan Rakyat (2017). Modul Embung di Kampus IPB Darmaga,
Konservasi DAS dan Tata Ruang, Bogor. Jurnal Teknik Sipil dan
Diklat Sumber Daya Air dan Lingkungan Volume 04, 65.
Konstruksi. DOI:10.29244/jsil.5.1.51-58

Marko, K. dan Zulkarnain, F. (2018). Putri, S., O. (2011). Pengaruh Penggunaan


Pemodelan Debit Banjir Sehubungan Lahan Terhadap Debit Aliran Sungai
dengan Prediksi Perubahan Tutupan di Sub-DAS Batang Arau Hulu Kota
Lahan di Daerah Aliran Cileungsi Padang. Diperoleh dari :
Hulu Menggunakan HEC-HMS. https://www.academia.edu/27037026/
Jurnal Geografi Lingkungan Tropik PENGARUH_PENGGUNAAN_LA
Volume 2 , 26. HAN_TERHADAP_DEBIT_ALIRA
DOI:10.7454/jglitrop.v2i1.31 N_SUNGAI_DI_SUB_DAS_BATA
NG_ARAU_HULU_KOTA_PADAN
Mailendra dan Buchori, I. (2019). G.
Kerusakan Lahan Akibat Kegiatan
Penambangan Emas Tanpa Izin di Saifudin dan Raharjo, P. D. (2008).
Sekitar Sungai Singingi Kabupaten Pengukuran Laju Pengendapan Dalam
Kuantan Singingi. Jurnal Penentuan Toleransi Penambangan
Pembangunan Wilayah & Kota, Pasir dan Batu (sirtu) (Studi Kasus di
DAS Lukulo Hulu Jawa Tengah).

64
EnviroScienteae Vol. 18 No. 2, Agustus 2022

Majalah Geografi Indonesia Volume Terhadap Debit di DAS Citepus,


22, 61-71. Kota Bandung. Institut Teknologi
Bandung, Bandung. 1-15. Diakses
Setiabudi, B. T., Sukandar, M. dan Ahdiat, dari :
A. (2003). Kolokium Hasil Kegiatan https://www.google.com/url?sa=t&rct
Inventarisasi Sumber Daya Mineral. =j&q=&esrc=s&source=web&cd=&c
45-8. Diakses dari : ad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwiS3Y
http://psdg.bgl.esdm.go.id/kolokium% 7uv-
202003/konservasi/Proc%20BANJAR H2AhUHRmwGHaimCoQQFnoECA
-Bambang.pdf MQAQ&url=https%3A%2F%2Ffa.itb
.ac.id%2Fwp-
Sudiani, W. dan Sumantra, I., K. (2017). content%2Fuploads%2Fsites%2F8%2
Analisis Pengelolaan Daerah Aliran F2012%2F11%2F95010003-Adelia-
Sungai Pekerisan Ditinjau dari Daya Untari.pdf&usg=AOvVaw0ScidaTd8
Dukung Biofisik Lahan. Prosiding 9rGSLiTbSrm2v
Seminar Nasional Perencanaan
Pembangunan Inklusif Desa Kota, Yuwana, N., A., J., Pandjaitan, N., H. dan
459-466. Padang. Universitas Waspodo, R., S., B. (2017). Prediksi
Andalas. Cadangan Air Tanah Berdasarkan
Hasil Pendugaan Geolistrik di
Syahruddin, M., H. (2012). Perubahan Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah.
Muka Air Tanah Daerah Cekungan Jurnal Sumber Daya Air, Volume 13,
Air Makassar, 10. Diakses dari : 30. DOI : 10.31028/jsda.v13.i1.23-36
https://www.google.com/url?sa=t&rct
=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&c Winnarsih, Emiyarti. dan Afu, L., O., A.
ad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwiks_z (2016). Distribusi Total Suspended
1x2AhVCyzgGHfnbA4kQFnoECAM Solid Permukaan di Perairan Teluk
QAQ&url=https%3A%2F%2Fcore.ac Kendari. Jurnal Sapa Laut Volume 1,
.uk%2Fdownload%2Fpdf%2F776242 58. Doi :
74.pdf&usg=AOvVaw2tTY6qObnd6 http://dx.doi.org/10.33772/jsl.v1i2.93
HiB6PX5nxyo 0

Untari, A. (2012). Studi Pengaruh


Perubahan Tata Guna Lahan

65

You might also like