LP Gastritis
LP Gastritis
LP Gastritis
Pengertian
Gastritis adalah inflamasi (pembengkakan ) dari mukosa lambung. Inflamasi ini
mengakibatkan sel darah putih menuju kedinding lambung sebagai respon terjadinya
kelainan pada bagian tersebut (Sujoono Hadi, 2003)
Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung
yang dapat bersifat akut, kronis, difus, atau local. Dua jenis gastritis yang paling
sering terjadi adalah gastritis superficial akut dan gastritis atrofik kronis. (Sylvia A.
Price, 2005).
Gastritis Akut adalah inflamasi mukosa lambung akibat diet yang sembrono
atau disebabkan oleh pencernaan asam atau alkali yang dapat menyebab kan
mukosa menjadi
adalah
inflamasi yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari lambung
atau karena bakteri helicobacteri pillory. (Smeltzer ,2001)
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa gastritis adalah inflamasi
atau peradangan/perdarahan pada mukosa lambung yang disebabkan oleh pencernaan
asam atau alkali sehingga menimbulkan perfporasi pada lambung.
B. Etiologi
Lambung adalah sebuah kantung otot yang kosong, terletak pada bagian kiri atas
perut tepat dibawah tulang iga. Lambung orang dewasa mempunyai panjang berkisar
antara 10 inchi dan dapat mengembang untuk menampung makanan atau minuman
sebanyak 1 gallon. Bila lambung dalam keadaan kosong, maka ia akan melipat, mirip
seperti sebuah akordion. Ketika lambung mulai terisi dan mengembang, lipatan lipatan tersebut secara bertahap membuka.
Lambung memproses dan menyimpan makanan dan secara bertahap
melepaskannya ke dalam usus kecil. Ketika makanan masuk ke dalam esophagus,
sebuah cincin otot yang berada pada sambungan antara esophagus dan lambung
(esophageal sphincter) akan membuka dan membiarkan makanan masuk ke lambung.
Setelah masuk ke lambung cincin in menutup. Dinding lambung terdiri dari lapisan
lapisan otot yang kuat. Ketika makanan berada di lambung, dinding lambung akan
mulai menghancurkan makanan tersebut. Pada saat yang sama, kelenjar - kelenjar
yang berada di mukosa pada dinding lambung mulai mengeluarkan cairan lambung
(termasuk enzim - enzim dan asam lambung) untuk lebih menghancurkan makanan
tersebut.
Salah satu komponen cairan lambung adalah asam hidroklorida. Asam ini sangat
korosif sehingga paku besi pun dapat larut dalam cairan ini. Dinding lambung
1
Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada dinding lambung dan
membuat dinding lambung lebih rentan terhadap asam lambung walaupun pada
kondisi normal.
4. Penggunaan kokain
Kokain dapat merusak lambung dan menyebabkan pendarahan dan gastritis.
5. Stress fisik.
Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau infeksi berat
dapat menyebabkan gastritis dan juga borok serta pendarahan pada lambung.
6. Kelainan Autoimune
Autoimmune atrophic gastritis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang
sel-sel sehat yang berada dalam dinding lambung. Hal ini mengakibatkan
peradangan dan secara bertahap menipiskan dinding lambung, menghancurkan
kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung dan menganggu produksi faktor
intrinsic (yaitu sebuah zat yang membantu tubuh mengabsorbsi vitamin B-12).
Kekurangan B-12, akhirnya, dapat mengakibatkan pernicious anemia, sebuah
konsisi serius yang jika tidak dirawat dapat mempengaruhi seluruh sistem dalam
tubuh. Autoimmune atrophic gastritis terjadi terutama pada orang tua.
7. Penyakit Crohns
Walaupun penyakit ini biasanya menyebabkan peradangan kronis pada dinding
saluran cerna, namun kadang-kadang dapat juga menyebabkan peradangan pada
dinding lambung. Ketika lambung terkena penyakit ini, gejala-gejala dari Crohns
disease (yaitu sakit perut dan diare dalam bentuk cairan) tampak lebih menyolok
daripada gejala-gejala gastritis.
8. Radiasi and kemoterapi
Perawatan terhadap kanker seperti kemoterapi dan radiasi dapat mengakibatkan
peradangan pada dinding lambung yang selanjutnya dapat berkembang menjadi
gastritis dan peptic ulcer. Ketika tubuh terkena sejumlah kecil radiasi, kerusakan
yang terjadi biasanya sementara, tapi dalam dosis besar akan mengakibatkan
kerusakan tersebut menjadi permanen dan dapat mengikis dinding lambung serta
merusak kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung.
9. Faktor-faktor lain
Gastritis sering juga dikaitkan dengan konsisi kesehatan lainnya seperti
HIV/AIDS, infeksi oleh parasit, dan gagal hati atau ginjal.
C. Tanda dan Gejala
1. Gastritis Akut
Pada pasien dengan gastritis akut , membran mukosa lambung menjadi edema dan
hiperemik (kongesti dengan jaringan, cairan, dan darah) dan mengalami erosi
3
lambung.
me
barrier
lambung
Tipe B (kadang
disebut
sebagai
gastritis H. pylory) Ini dihubungkan dengan
terhadap asam dan pepsin
bakteri H. pylory, faktor diet seperti minum panas atau pedas, penggunaan obatobatan dan
alkohol, merokok
atau
refluks isi usus kedalam lambung. H. Pylori
Menyebabkan
difusi
kembali
asam lambung
& pepsin
termasuk bakteri
yang tidak
tahan asam, namun bakteri jenis ini dapat
sehingga asam lambung dapat menembus lapisan tersebut. Dengan demikian baik
Nyeriasam
epigastrium
lambung maupun bakteri menyebabkan luka atau tukak. Pada gastritis tipe
B, pasien mengeluh anoreksia, nyeri ulu hati setelah makan, kembung, rasa asam
Mukosa lambung
kehilangan
me sensori
integritas
jaringan
untuk makan
Dx :Gangguan
rasa nyaman
:
D. Pathway
nyeri
Anoreksia
me tonus &
perisaltik lambung
Refluks isi
deudenum ke
lambung
Perdarahan
Mual
Dorongan ekspulsi
isi lambung ke
mulut
Muntah
Proses infeksi dan
inflamasi
Ketidakseimbanga
n nutrisi kurang
Dx
dari kebutuhan
Hipertermia
Dx :Kekurangan
volume cairan
Kecemasan
Klien akibat
Gejala penyakit
DxDimodifikasi
: Ansietas dari Price (2006);McPhee (2010); Hadi Sujono (2002)
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibodi H. Pylori dalam darah. Hasil
test yang positif menunjukan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada
suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak menunjukan bahwa pasien tersebut
terkena infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa Anemia, yang
terjadi akibat pendarahan lambung akibat Gastritis.
2. Pemeriksaan Pernafasan
Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi oleh bakteri H. Pylori atau
tidak.
3. Pemeriksaan Feses
Tes ini memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam feses atau tidak. Hasil yang
positif mengindikasikan terjadi infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap
adanya darah dalam feses. Hal ini menunjukan adanya perdarahan pada lambung.
4. Endoskopi
Dengan test ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian
atas yang mungkin tidak terlihat dengan sinar-X. Test ini dilakukan dengan cara
memesukan sebuah selang kecil yang fleksibel (endoskop) melalui mulut dan
masuk kedalam esopagus, lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan
terlebih dahulu dimati-rasakan (anestesi) sebelum endoskop dimasukan untuk
memastikan pasien merasa nyaman menjalani test ini. Jika ada jaringan dalam
5
saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit sampel
(biopsi) dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa ke laboratorium
untuk diperiksa. Test ini memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien
biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika selesai test ini, tetapi harus
menunggu sampai efek dari anestesi menghilang, kurang lebih satu atau dua jam.
Hampir tidak ada resiko akibat test ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa
tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan endoskop.
5. Radiologi
Test ini akan melihat adanya tanda-tanda Gastritis atau penyakit pencernaan
lainnya. Biasanya pasien akan diminta menelan cairan Barium terlebih dahulu
sebelum dilakukan Ronsen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan
terlihat lebih jelas ketika dironsen.
F. Penatalaksanaan Medis
1. Gastritis Akut
Menurut Smeltzer, (2001) penatalaksanaan medis pada pasien gastritis akut diatasi
dengan menginstruksikan pasien untuk menghindari alcohol dan makanan yang
asam sampai gejala berkurang. Bila pasien mampu makan melalui mulut, diet
mengandung gizi dianjurkan. Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secara
parenteral. Bila perdarahan terjadi, maka penatalaksanaan adalah serupa dengan
prosedur yang dilakukan untuk hemoragi saluran gastrointestinal atas. Bila
gastritis diakibatkan oleh mencerna makanan yang sangat asam, pengobatan
terdiri dari pengenceran dan penetralisasian agen penyebab. Untuk menetralisir
asam digunakan antacid umum. Dan bila korosi luas atau berat dihindari karena
bahaya perforasi.
2. Gastritis Kronis
Menurut Smeltzer, (2001) penatalaksanaan medis pada pasien gastritis kronik
diatasi dengan memodifikasi diet pasien, meningkatkan istirahat, mengurangi
stress dan memuli farmakoterapi. Helicobacter pylori dapat diatasi dengan
antibiotic (mis; tetrasiklin atau amoxicillin) dan garam bismuth (pepto bismol)
atau terapi H.Phylory. Terapi terhadap H. Pylori. Terdapat beberapa regimen
dalam mengatasi infeksi H. pylori. Yang paling sering digunakan adalah
kombinasi dari antibiotik dan penghambat pompa proton. Terkadang ditambahkan
pula bismuth subsalycilate. Antibiotik berfungsi untuk membunuh bakteri,
penghambat pompa proton berfungsi untuk meringankan rasa sakit, mual,
menyembuhkan inflamasi dan meningkatkan efektifitas antibiotik. Terapi terhadap
6
Tanda
2. Sirkulasi
Gejala : keringat dingin (menunjukkan status syok, nyeri akut, respon
psikologis)
3. Eliminasi
Gejala : bising usus hiperaktif atau hipoaktif, abdomen teraba keras.
Distensi peubahan pola BAB
Tanda : feses encer atau bercampur darah (melena), bau busuk, konstipasi.
4. Integitas Ego
Gejala : stress (keuangan, hubungan kerja). Perasaan tidak berdaya.
Tanda : ansietas, misalnya : gelisah, pucat, berkeringat, perhatian menyempit,
gemetar.
5. Makanan dan cairan
Gejala : anoreksia, mual dan muntah, nyeri ulu hati, kram pada abdomen,
sendawa bau busa, penurunan berat badan.
Tanda : membrane mukosa kering, muntah berupa cairan yang berwarna
kekuning-kuningan, distensi abdomen, kram pada abdomen.
6. Neurosensori
Gejala : pusing, pandangan berkunang-kunang, kelemahan pada otot
Tanda : lethargi, disorientasi (mengantuk)
7. Nyeri dan Kenyamanan
Gejala : nyeri epigastrium kiri samping tengah atau ulu hati, nyeri yang
digambarkan sampai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih.
Tanda : meringis, ekspresi wajah tegang
8. Pernafasan
8
Gejala
: Sedikit sesak
3. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa lambung sekresi asam lambung
bikarbonat yang naik turun
b. Kekurangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat dan output cair yang berlebih (mual dan muntah)
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kurangnya intake makanan
d. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi dan inflamasi
e. Ansietas berhubungan dengan proses penyakit yang diderita
4. Intervensi Keperawatan
a. Diagnosa 1 : Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa lambung sekresi asam
lambung bikarbonat yang naik turun
NOC : Pain Control
: Pain Level
: Comfort Level
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x24 jam maka nyeri dapat
dikontrol dengan kriteria hasil sebagai berikut :
- Klien mengatakan nyeri berkurang
- Klien mengatakan nyeri terkontrol
- TTV dalam batas normal
- Tidak ada gangguan tidur
NIC
1) Pantau keluhan nyeri, perhatikan lokasi, intensitas nyeri, dan skala nyeri
serta Anjurkan pasien untuk melaporkan nyeri segera saat mulai.
Rasional : Untuk mengetahui letak nyeri dan memudahkan intervensi yang
akan dilakukan. Intervensi dini pada kontrol nyeri memudahkan
pemulihan otot dengan menurunkan tegangan otot.
2) Pantau tanda-tanda vital
Rasional : Respon autonomik meliputi, perubahan pada TD, nadi, RR,
yang berhubungan dengan penghilangan nyeri.
3) Anjurkan istirahat selama fase akut
Rasional : Mengurangi nyeri yang diperberat oleh gerakan
4) Anjurkan teknik distraksi dan relaksasi
Rasional : Menurunkan tegangan otot, meningkatkan relaksasi, dan
meningkatkan rasa kontrol dan kemampuan koping
5) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian tindakan.
Rasional : Menghilangkan atau mengurangi keluhan nyeri klien
NIC
1. Kaji Turgor kulit
Rasional : Indicator dehidasi atau hipovolemia, keadekuatan penggantian
cairan
2. Awasi tanda-tanda vital, pengisian kapiler dan membran mukosa.
Rasional : Menunjukkan status dehidrasi atau kemungkinan kebutuhan
untuk peningkatan penggantian cairan.
: Weight Control
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan
selama
...x24
jam,
maka
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer C & Bare ,2002,Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah ,Edisi 8,Vol 1, Jakarta
:EGC
Doengoes ,Marilyn E.2000. I Rencana Keperawatan Edisi III,Jakarta ;EGC.
Hadi, Sujono. 2002. Gastroenterologi. Bandung : P.T Alumni
12
13