Sirosis Hepatis
Sirosis Hepatis
Sirosis Hepatis
BAB I
PENDAHULUAN
Sirosis adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis
hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi dari arsitektur hepar dan
pembentukan nodulus regeneratif. Gambaran ini terjadi akibat adanya nekrosis hepatoselular.
Sirosis hati mengakibatkan terjadinya 35.000 kematian setiap tahunnya diAmerika. Di
Indonesia data prevalensi sirosis hepatis belum ada. Di RS SardjitoYogyakarta jumlah pasien
sirosis hepatis berkisar 4,1% dari pasien yang dirawat di Bagian Penyakit Dalam dalam kurun
waktu 1 tahun (data tahun 2004). Lebih dari 40%pasien sirosis adalah asimptomatis sering
tanpa gejala sehingga kadang ditemukan padawaktu pasien melakukan pemeriksaan rutin atau
karena penyakit yang lain.Penyebab munculnya sirosis hepatis di negara barat tersering
akibat alkoholiksedangkan di Indonesia kebanyakan disebabkan akibat hepatitis B atau C.
Patogenesis sirosis hepatis menurut penelitian terakhir memperlihatkan adanya
peranan sel stelatadalam mengatur keseimbangan pembentukan matriks ekstraselular dan
prosesdegradasi, di mana jika terpapar faktor tertentu yang berlangsung secara terus
menerus,maka sel stelata akan menjadi sel yang membentuk kolagen.
Terapi sirosis ditujukan untuk mengurangi progresi penyakit, menghindarkan bahan-
bahan yang bisa menambah kerusakan hati, pencegahan dan penanganankomplikasi.
Walaupun sampai saat ini belum ada bukti bahwa penyakit sirosis hati reversibel, tetapi
dengan kontrol pasien yang teratur pada fase dini diharapkan dapat memperpanjang status
kompensasi dalam jangka panjang dan mencegah timbulnya komplikasi.
2
BAB II
LAPORAN KASUS
2.2 Anamnesis
Anamnesis dilakukan Autoanamnesis + Aloanamnesis.
1. Keluhan Utama :
Perut membesar sejak 3 minggu SMRS
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan perut membesar sejak 3minggu yang lalu. Sakit
diseluruh perut. Pasien juga mengeluhkan kaki membesar bersamaan dengan perutnya
yang membesar,awalnya pasien mengeluhkan BAB lunak yang dirasakan tiap hari.
Kemudian pasien BAB bewarna hitam dialami 1 kali 1 bulan yang lalu, banyaknya
1 gelas kecil,mual (-),muntah (-). Dengan keluhan perut dan kaki yang semakin
membesar ini pasien merasa sulit untuk berjalan, apabila berjalan terlalu jauh pasien
akan terasa sesak. Pasien belum meminum obat-obatan untuk mengurangi keluhan,
Riwayat diurut (-),sebelum perut membesar pasien sering nyeri perut disebelah kanan.
3. Riwayat penyakit dahulu
Sekitar Tahun 2007, pasien pernah dirawat di Rumah Sakit Raden Mataher
dengan keluhan perutnya membesar namun tidak sampai muntah darah dan BAB
berdarah. Waktu itu, pasien merasakan badannya lemas, dan perutnya membuncit.
Pasien didiagnosis oleh dokter menderita sakit hepatitis B. Pada tahun 2014, pasien
dirawat kembali d RS, dengan keluhan badan lemas dan seluruh badannya kuning.
Riwayat hepatitis B (+)
Riwayat hipertensi (-).
Riwayat DM (-).
Riwayat sakit jantung (-).
Riwayat sakit paru-paru (TB) (-).
Riwayat sakit ginjal (-).
Riwayat minum alkohol (-).
Riwayat merokok (-).
3
Lain-lain : (-)
MULUT Bibir : Pucat (+), Sianosis (-), tebal (-), retak-retak (-), luka pada
sudut mulut (-), ulkus (-), bercak (-).
Bau pernafasan : Normal, Fetor hepatikum (-), alkohol (-).
Palatum : Menutup dan simetris.
Gusi : Hiperemis (-), bengkak (-).
Selaput Lendir : (-)
Lidah : Kotor (+)
Atrofi (-)
Basah (-), kering (+)
Stomatitis (-)
LEHER
Kelenjar getah bening : Tidak ada pembesaran
Kelenjar gondok : Tidak ada pembesaran.
Tekanan vena jugularis : 5-2 cm H2O ( Normal )
Kaku kuduk : Tidak ada
Pembuluh darah : arteri karotis teraba normal.
DADA
Bentuk : diameter latero-lateral > anterior-posterior.
Buah dada : nodul ( - ), nyeri ( - ), ginekomastia (-).
PARU PARU
Inspeksi :
Dalam pernafasan : Normal
Jenis pernafasan : Thorako abdominal
Kecepatan pernafasan : 22 x/ menit
6
Palpasi : ( Fremitus )
Kiri : Tactil vocal fremitus normal
Kanan : Tactil vocal fremitus normal
Perkusi
Kiri : Sonor, nyeri ketok (-)
Kanan : Sonor, nyeri ketok (-)
JANTUNG :
Inspeksi : impuls Apeks ( Iktus kordis ) : tidak terlihat
Tempat :-
Luas :-
Lain lain :-
Palpasi : impuls Apeks ( Iktus kordis )
Tempat : 2 jari medial linea midklavikula sinistra ICS V
Luas : 2 cm
Kuat angkat : kuat angkat
Lain lain :(-)
Perkusi : batas-batas jantung :
Kiri : Line axillaris anterior sinistra ICS V
Kanan : Linea parasternalis dextra ICS VI
Atas : Linea patasternalis sinistra ICS II
Pinggang Jantung : Linea parasternal sinistra ICS III
Lain lain :(-)
ABDOMEN
Inspeksi :Striae (-), Venektasi (+), caput medusa(-),
peristaltik usus (-), distensi (+), Perut membuncit (+),
spider telangiektasis (-).
Palpasi : ascites dengan cara undulasi (+), tegang, nyeri tekan (+),
hepar dan lien sulit dinilai
Hati : Sulit dinilai
Limpa : Sulit dinilai
Ginjal : Sulit dinilai
Lain - lain : (-)
Perkusi :
Pada seluruh lapangan abdomen redup.
8
PUNGGUNG
Inspeksi : Simetris, jaringan parut ( - )
Palpasi : Nyeri di sekitar vertebra (-), vertebra terletak simetris, Vocal
fremitus kanan - kiri : Normal
Perkusi : Sonor kanan/kiri - Nyeri ketok CVA : ( - )
Gerakan : Simetris, tidak ada bagian yang tertinggal
Lain-lain :(-)
ALAT KELAMIN :
Laki-laki : TIDAK DILAKUKAN
TANGAN :
Warna : Sianosis (-)
Tremor : Tidak ada
Ujung jari : pucat
Kuku : pucat Lain lain : palmar eritem (-)
REKLEKS
Fisiologik : Normal Kiri : Normal Kanan : Normal
Patologik : tidak ada kiri : tidak ada Kanan : tidak ada
SENSIBILITAS :
Pemeriksaan halus : Sensibilitas sakit ( + )
Sensibilitas raba ( + )
Sensibilitas suhu : Tidak Dilakukan.
9
1. Darah Rutin
3. Kimia Darah
10
2.4 Tatalaksana
1. Suportif
- Tirah baring
- Infus RL 20 tts/menit, ganti dengan NaCl 0,9% apabila akan dilakukan transfuse
darah
- Transfusi PRC hingga Hb mencapai di atas 10 g/dl
- Pemasangan NGT
11
2. Simptomatis
- Asam Traneksamat 3 x 1 g bolus iv
3. Nutrisi
- Puasa
- Hindari mengkonsumsi makanan yang pedas dan asam, merokok
dan alkohol
b. Medikamentosa
Infus RL 20 tts/i
Inj. omeprazole 1 x 1 amp; (iv)
Inj. cefotaxim 2 x 1 gr (iv) ST
PO :Mucogard syr 3x 1C
c. Operasi (-)
2.5 Prognosis
Quo ad vitam : ad malam
Quo ad functionam : Dubia ad malam
2.6 Follow Up
17 April 2017 S : Perut buncit (+), BAB hitam (+), kaki bengkak (+)
O : TD : 110/80 mmHg, N : 80 x/i, RR : 26x/i, T: 36,40
A : Hematemesis melena ec varises esofagus es susp.
Sirosis hepatis dekompensata
P : terapi diteruskan
18 April 2017 S : Perut buncit (+),kaki bengkak (+) - LP : 93 cm
O : TD : 110/70 mmHg, N : 76x/i, RR : 24x/i, T: 36,00 - BB : 57,5 kg
A : Hematemesis melena ec varises esofagus es susp.
Sirosis hepatis dekompensata
P : terapi diteruskan
19 April 2017 S : Perut buncit (+), kaki bengkak (+), badan lemas - Sudah masuk 1 kantong
O : TD : 110/60 mmHg, N : 78x/i, RR : 22x/i, T: 36,50
darah, persiapkan satu
A : Hematemesis melena ec varises esofagus es susp.
darah lagi
Sirosis hepatis dekompensata
- Cek darah rutin
- P : Alinamin F 2x1 ampul
- LP : 90 cm
- Graphalac syrp 3xC1
- BB : 56,5 kg
- Inj. Furosemid 1x2 ampul (pagi hari), 1 ampul
malam
- Aspar K 2x1 tab
- Inj. Cefotaxim 2x1 gr IV
- Propanolol 2x10
- Spinorolakton 1x100 mg
16 April 2017 S : Perut buncit (+), BAB hitam (+), kaki bengkak (+) - LP : 89,5 cm
O : TD : 140/90 mmHg, N : 80 x/i, RR : 21x/i, T: 36,60 - Bb : 55 kg
A : Hematemesis melena ec varises esofagus es susp.
Sirosis hepatis dekompensata
P : IVFD RL 20 gtt/menit
- Graphalac syrp 3xC1
- Alinamin F 2x1 ampul
- Inj. Furosemid 1x2 ampul (pagi hari), 1 ampul
malam
- Aspar K 2x1 tab
- Inj. Cefotaxim 2x1 gr IV
13
- Propanolol 2x10
- Spinorolakton 1x100 mg
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.2 Etiologi3
Inflamasi Genetik/kongenital
Virus
Hepatitis B (15 persen) Sirosis bilier primer
Hepatitis C (47 persen) Kekurangan antitripsin alpha
Schistosomiasis Hemokromatosis
Autoimun Penyakit perlemakan hati non alkohol
Toksik Gagal jantung kongestif
keseimbangan. Jika terpapar faktor tertentu yang berlangsung secara terus menerus
maka sel stealata akan menjadi sel yang membentuk kolagen. Jika proses terus
berjalan maka fibrosis akan berjalan terus di dalam sel stealata, dan jaringan hati yang
normal akan diganti oleh jaringan ikat.
3.8 Komplikasi1,2
Morbiditas dan mortalitas sirosis tinggi akibat komplikasinya. Kualitas hidup
pasien sirosis diperbaiki dengan pencegahan dan penanganan komplikasinya.
Komplikasi yang sering dijumpai antara lain peritonitis bakterial spontan , yaitu
infeksi cairan asites oleh satu jenis bakteri tanpa ada bukti infeksi sekunder intra
18
abdominal. Baiasanya pasien ini tanpa gejala, namun dapat timbul demam dan nyeri
abdomen. Pada sindrom hepatorenal, terjadi gangguan fungsi ginjal akut berupa
oliguria, peningkatan ureum, kreatinin tanpa adanya kelainan organik ginjal.
kerusakan hati lanjut menyebabkan penurunan perfusi ginjal yang berakibat pada
penurunan filtrasi glomerulus. Salah satu manifestasi hipertensi porta adalah varises
esofagus. Dua puluh sampai 40% pasien sirosis dengan varises esofagus pecah yang
menimbulkan perdarahan. Angka kematiannya sangat tinggi, sebanyak dua pertiganya
akan meninggal dalam waktu satu tahun walaupun dilakukan tindakan untuk
menanggulangi varises ini dengan beberapa cara. Ensefalopati hepatik, merupakan
kelainan neuropsikiatrik akibat disfungsi hati. Mula-mula ada gangguan tidur
(insomnia dan hipersomnia), selanjutnya dapat timbul gangguan kesadaran yang
berlanjut sampai koma.
3.9 Pengobatan1,2
Etiologi sirosis mempengaruhi penanganan sirosis. Terapi ditujukan mengurangi
progresi penyakit, menghindarkan bahan-bahan yang bisa menambah kerusakan hati,
pencegahan dan penanganan komplikasi. Bilamana tidak ada koma hepatik diberikan
diet yang mengandung protein 1g/kgBB dan kalori sebanyak 2000-30000 kkal/hari.
Tatalaksana pasien sirosis yang masih kompensata ditujukan untuk mengurangi
progresi kerusakan hati. Terapi pasien ditujukan untuk menghilangkan etiologi, di
antaranya: alkohol dan bahan-bahan lain yang toksik dan dapat mencederai hati
dihentikan penggunaannya. Pemberian asetaminofen bisa diberikan steroid atau
imunosupresif. Pada hemokromatosis flebotomi setiap minggu sampai konsenttasi
besi menjadi normal dan diulang sesuai kebutuhan. Pada penyakit hati non alkoholik;
menurunkan berat badan akan mencegah terjadinya sirosis. Pada hepatitis B,
interferon alfa dan lamivudin (analog nukleosida) merupakan terapi utama. Lamivudin
sebagai terapi lini pertama diberikan 100 mg secara oral setiap hari selama satu tahun.
Namun pemberian lamivudin setelah 9-12 bulan menimbulkan mutasi YMDD
sehingga terjadi retensi obat. Interferon alfa diberikan secara suntikan subkutan 3
MIU, tiga kali seminggu selama 4-6 bulan, namun ternyata juga banyak yang kambuh.
Pada hepatitis C kronik; kombinasi interferon dengan ribavirin merupakan terapi
standar. Interferon diberikan secara suntikan subkutan dengan dosis 5 MIU tiga kali
19
3.10 Prognosis 1
Angka kematian pasien asites selama 2 tahun setelah terdiagnosis dapat mencapai
50%. 50 % meninggal dalam waktu 6 bulan. Prognosis sirosis sangat bervariasi
20
2.3 Klasifikasi Child Pasien Sirosis Hati dalam Terminologi Cadangan Fungsi Hati
Derajat kerusakan Minimal Sedang Berat
Bilirubin Serum (mu.mol/dl) <35 35-50 >50
Albumin serum (gr/dl) >35 30-35 <30
Asites Nihil Mudah Sukar
PSE/Ensefalopati Nihil Berat/koma
dikontrol
Nutrisi sempurna Kurang/kurus
Minimal
baik
BAB IV
ANALISIS KASUS
Tn K. laki-laki (41 Tahun), masuk ke RS pada tanggal 8 April 2017 dengan keluhan
utama muntah darah dan BAB darah. Pasiendidiagnosis dengan sirosis hepatis berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis didapatkan
keluhan muntah darah berwarna merah dan BAB darah berwarna hitam (melena) 3 hari
SMRS sehingga menyebabkan pasien merasa lemas karena kekurangan darah. 2 minggu
SMRS, paisen merasa perutnya semakin hari semakin membesar, os mengeluh perutnya
semakin membesar dan tegang saat pasien dirawat di RS Mattaher, nyeri (-). Pasen mengeluh
sulit beraktivitas semenjak perutnya membesar dan sedikit sesak saat berjalan. Perut pasien
membesar dengan disertai kedua kakinya yang bengkak, bengkak tidak berkurang saat pasien
duduk ataupun berdiri, bengkak tidak disertai nyeri dan kemerahan . 1 bulan SMRS Pasien
juga mengeluh badan lemas dan tidak nafsu makan, pasien mengalami penurunan berat badan
selama sakit selain itu BAK pasien juga berwarna kuning pekat. 5 hari SMRS pasien
mengeluh demam dan menggigil, demam dirasakan pada siang hari dan makin lama
berkurang dengan sendirinya. Pasien dulunya pernah mengalami penyakit hepatitis B ini
dapat dijadikan sebagai pemikiran sirosis pasien merupakan komplikasi dari hepatitis B nya
dahulu.
Keluhan pasien muntah darah berwarna merah (hematemesis) dan BAB darah berwarna
hitam (melena) menunjukan telah terjadi perdarahan di saluran cerna bagian atas. Perdarahan
21
tersebut bercampur dengan asam lambung menyebabkan BAB berwarna hitam. Pada kasus
ini, hematemesis dan melena disebabkan rupturnya vena di vena esofagus yang terjadi
varises. Varises pada vena esofagus disebabkan peningkatan tekanan darah di sistem portal.
Peningkatan tekanan tersebut akibat terjadinya fibrosis hati, sehingga darah harus mencari
jalan untuk balik ke jantung dengan melebarkan pembuluh darah dan membuat vena kolateral
di vena lienalis, vena umbilikalis, vena hemoroidalis dan vena esofagus/gastrika.
Selain itu pasien juga mengeluh perut pasien yang makin lama membesar dan
terjadinya bengkak pada kedua kaki dan tangan pasien. Asites dan edema perifer merupakan
manifestasi klinis yang dapat terjadi pada penyakit jantung, ginjal dan hati. Pasien tidak
mengeluk sesak nafas pada saat aktivitas menyingkirkan asites dan edema perfier yang
disebabkan oleh penyakit jantung. Bengkak tidak dimulai pada bagian bawah kelopak mata
dan muncul pada pagi hari menyingkirkan asites dan edema perifer yang disebabkan oleh
penyakit ginjal. Asites dan edema perifer sering terjadi pada pasien yang menderita sirosis
hepatis dekompensata. Asites disebabkan oleh beberapa faktor yaitu (1) hipertensi porta, (2)
hipoalbumnienmia, (3) meningkatnya pembentukan dan aliran limfe hai, (4) retensi natrium
dan (5) gangguan eksresi air. Edema perifer umumnya terjadi setelah timbulnya asites da
dapat dijelaskan sebagai akibat hipoalbuminemia dan retensi garam dan air. Kegagalan sel
hati untuk menginaktifkan aldosterone dan hormone antidiuretic merupakan penyebab retensi
natrium dan air. Pasien juga sempat mengeluh demam dan menggigil hal ini menandakan saat
itu telah terjadi proses nekrosis pada pasien.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah, nadi, pernapasan dan suhu dalam
batas normal. Pada pemeriksaan kepala dan leher ditemukan rambut rontok dan wajah pasien
tampak pucat. ditemukan mata yang conjunctiva anemis dan sklera ikterik. Hal ini
menunjukan pasien mengalami anemia akibat perdarahan sebelumnya. Tidak ditemukan
adanya epistaksis ataupun perdarahan gusi. Pada pemeriksaan thoraks tidak ditemukan
angioma laba-laba dan ginekomastia. Paru dan jantung juga dalam batas normal. Pada
pemeriksaan abdomen ditemukan asites, shifting dullness (+), undulasi (+), venektasi (-),
caput medusa (-). Pemeriksaan hepar dan lien sulit dilakukan karena perut pasien sangat
membesar. Pada pemeriksaan ekstremitas ditemukan adanya edema pada kedua kaki dan
tangan.
Dari pemeriksaan penunjang yang didapatkan penurunan dari kadar hemoglobin dalam
darah, leukopenia dan trombositopenia (-), peningkatan dari SGOT dan SGPT .Hasil USG
menunjukan sirosis hepatis dengan asites serta splenomegali. Anemia terjadi akibat pecahnya
varises esofagus dan adanya splenomegali. Peningkatan dari SGOT dan SGPT menunjukkan
22
adanya fungisi hati yang terganggu. Rasio albumnin dan globulin sering terjadi pada sirosis
hepatis. HbsAg reaktif, sebagai indikator terhadap faktor penyebab terjadinya sirosis, pada
pasien ini HbsAG (+), yaitu sirosis hepatis disebabkan oleh adanya infeksi oleh virus
hepatitis B.
Penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien ini adalah mengurangi asites dan edema
perifer dengan cara. Alinamin F 2x1 ampul Graphalac syrp, Inj. Furosemid 1x2 ampul (pagi
hari), Aspar K 2x1 tab, Asam tranexamat 3x500 mg, Cefotaxim 2x1 gr IV, Propanolol 2x10
Pasien juga dibatasi asupan cairan yang masuk dan diberikan diet cair berupa susu. Intake
dan output, penimbangan berat badan, dan lingkar perut dilakukan setiap hari.
DAFTAR PUSTAKA
1. Nurdjanah, Siti. Sirosis Hati dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi V.
Jakarta: FK UI. 2013;668-673
2. Lorraine MW. Sirosis Hati. Dalam: Sylvia AP, Lorraine MW. Sirosis. Edisi keenam,
Volume I. EGC, Jakarta: 2005;1:493-501.
3. Raines Daniel, Starr Paul. Cirrhosis : Diagnosis, Management and Prevention. Volume
84, Number 12 December 15, 2013. Page 1354
4. 4. Hepatitis C Online. PDF created June 24, 2015, 6:29 am. Evaluation and Prognosis
of Patients with Cirrhosis, page. 4-5
5. Aithal P, Moore P.Guideline on the management of ascites ini cirrhosis.
gut.bmjjournals.com on 25 September 2013. Page 6
6.