Gambaran Faktor-Faktor Yang Terkait Dengan Kinerja Petugas Dalam Penemuan Kasus Pada Program Tuberkulosis Paru Di Kabupaten Grobogan

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG TERKAIT DENGAN KINERJA


PETUGAS DALAM PENEMUAN KASUS PADA PROGRAM
TUBERKULOSIS PARU DI KABUPATEN GROBOGAN

Idha Setyowati*), Lintang Dian Saraswati**), Mateus Sakundarno Adi**)


*) Mahasiswa Peminatan Epidemiologi dan Penyakit Tropik, Fakultas Kesehatan
Masyarakat,
Universitas Diponegoro
**) Dosen Bagian Epidemiologi dan Penyakit Tropik, Fakultas Kesehatan
Masyarakat,
Universitas Diponegoro
Email : idhas2703@gmail.com

Abstract : Case finding of tuberculosis (TB) is one of the main strategies of


tuberculosis prevention. Case Notification Rate (CNR) in Grobogan Regency still
under the achievements of Central Java. This study aims to describe the factors
related to officer performance in case finding on pulmonary tuberculosis (TB)
program in Grobogan regency. This research is a descriptive research with cross
sectional approach conducted on 30 P2TB officers and 30 TB laboratory officers in
health center in the work area of Grobogan Regency Health Office. The sample is
the total study population. Not really good results were knowledge (56,7%), training
history (71,7%), work motivation (56,7%), monitoring and evaluation (53,3%),
workload (60,0%), incentive (55,0%), monitoring evaluation implementation (53,3%),
suspect finding (60,0%), contact tracking (50,0%). The good results were have job
satisfaction (53,3%), boss leadership (96,7%), microscopic sputum examination
(53,3%). The work performance of the P2TB officers in a poor suspect netting is
more in the older adult age (71,4%), having job satisfaction (68,8%), having work
motivation (61,5%), a good leadership (62,1%). The work performance of the P2TB
officers in a poor contact tracking is more in the older adult age (43,3%), having job
satisfaction (50,0%), having work motivation (53,8%), a good leadership (51,7%).
Suggestions that can be given to P2TB officers and laboratory staff are to increase
that knowledge concerning method and media of health promotion and to use those
knowledge as a stimulus to improve performance in TB case finding in health center.

Keyword : performance, officer, case finding, tuberculosis

PENDAHULUAN detik ada satu orang yang terinfeksi


Penyakit tuberkulosis masih dan dalam dekade mendatang tidak
menjadi masalah kesehatan dunia. kurang dari 300 juta orang akan
Diperkirakan sekitar sepertiga terinfeksi oleh tuberkulosis paru.1 Pada
penduduk dunia telah terinfeksi oleh tahun 2015 diperkirakan terdapat 10,4
Mycobacterium Tuberculosis. Setiap juta kasus baru di dunia. Enam negara

264
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

yang menyumbang 60% kasus baru, 129 per 100.000 penduduk.7 Data
diantaranya adalah India, Indonesia, hingga tahun 2016 menyatakan CNR
Cina, Nigeria, Pakistan, Afrika Selatan. kasus Tuberkulosis semua tipe adalah
Indonesia menduduki peringkat kedua, 136 per 100.000 penduduk.
setelah negara India.2 Pada tahun Pada tahun 2014, angka
2016, Indonesia masih berada di penemuan kasus baru Tuberkulosis
peringkat kedua setelah India, dengan Paru terkonfirmasi bakteriologis (BTA
Tuberculosis Insidens (1.020.000) di Positif) yang tercatat (Case Notification
bawah India (2.840.000).3 Oleh karena Rate/ CNR BTA Positif) di Jawa Tengah
itu, Tuberkulosis masih merupakan sebesar 55,99 per 100.000 penduduk.
masalah utama kesehatan masyarakat Pada tahun 2015, CNR untuk semua
di Indonesia.4 kasus Tuberkulosis di Jawa Tengah
Salah satu strategi utama dalam sebesar 117,36 per 100.000 penduduk.8
penanggulangan Tuberkulosis adalah Pada tahun 2016, CNR di Jawa Tengah
penemuan kasus dan pengobatan meningkat menjadi 118 per 100.000
Tuberkulosis.5 Angka penemuan kasus penduduk. Namun, masih ada 18
atau Case Detection Rate (CDR) adalah Kabupaten/ Kota yang capaiannya
prosentase jumlah pasien baru dibawah Jawa Tengah.9 Pada tahun
Tuberkulosis Paru BTA positif yang 2017 tribulan 1 dan tribulan 2, CNR di
ditemukan dibandingkan dengan Jawa Tengah masing-masing sebesar
perkiraan jumlah pasien baru 29/ 100.000 penduduk dan 58/ 100.000
Tuberkulosis Paru BTA posistif di suatu penduduk.10–12
wilayah.6 CDR di Indonesia pada tahun Di Kabupaten Grobogan
2010 adalah 78,3%, tahun 2011 adalah penemuan kasus Tuberkulosis dalam
83,5%, tahun 2012 adalah 61%, tahun kurun waktu tiga terkahir masih dibawah
2013 adalah 60%, tahun 2014 adalah capaian Jawa Tengah dan Nasional.13
46%.7 Pada tahun 2016, justru pencapaian
Pada tahun 2015, CDR sudah angka penemuan kasus Tuberkulosis
tidak menjadi indikator utama atau yang tercatat di Kabupaten Grobogan
indikator Nasional dalam upaya mengalami penurunan, yaitu 72 per
penanggulangan tuberkulosis, namun 100.000 penduduk.9 Pada tahun 2017
CDR masih merupakan indikator untuk tribulan 1 dan tribulan 2, CNR di
mencapai indikator Nasional. Mulai Kabupaten Grobogan masing-masing,
tahun 2015, indikator utama yang sebesar 19/ 100.000 penduduk dan 37/
digunakan dalam menggambarkan 100.000 penduduk, termasuk dalam 3
penemuan kasus adalah Case terendah di Provinsi Jawa Tengah
Notification Rate (CNR).6 CNR kasus diantara 29 Kabupaten dan 6 Kota
baru BTA posistif adalah angka yang Madya.11,12
menunjukkan jumlah semua kasus Dari penelitian Maryun di Kota
Tuberkulosis BTA posistif yang Tasikmalaya pada tahun 2007, faktor
ditemukan dan tercatat diantara 100.000 penting dalam pencapaian terget
penduduk di suatu wilayah tertentu. penemuan kasus adalah kinerja
Pada tahun 2015, CNR tuberkulosis petugas. Petugas pelaksana program
paru BTA positif di Indonesia adalah 130 Tuberkulosis paru di Puskesmas yang
per 100.000 penduduk, menurun terdiri dari petugas program, analis
dibandingkan tahun 2014 yang sebesar sebagai petugas labolatorium

265
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

merupakan ujung tombak dalam adalah apabila tidak terdapat kesalahan


penemuan, pengobatan dan evaluasi besar atau kesalahan kecil kurang dari
penderita maupun pelaksanaan 3.6
administrasi program puskesmas.14 Dari Kinerja adalah sesuatu yang
penelitan Astuti dan Awusi, kinerja dapat dilihat dari hasil kegiatan selama
mempengaruhi penemuan kasus periode waktu tertentu.19 Berdasarkan
Tuberkulosis. Kinerja petugas pelaksana penelitian Maryun, Awusi, Ayulestari dan
program Tuberkulosis di Puskesmas Pratiwi, beberapa faktor yang terkait
meliputi penjaringan suspek, pelacakan dengan kinerja petugas program
kontak, pemeriksaan dahak Tuberkulosis Paru dalam penemuan
mikroskopis.15,16 kasus Tuberkulosis paru adalah umur,
Penemuan kasus Tuberkulosis jenis kelamin, tingkat pendidikan,
Paru di Kabupaten Grobogan belum pengetahuan, lama kerja, pelatihan,
mencapai target nasional dikarenakan motivasi kerja, insentif, kepemimpinan,
kinerja petugas masih belum baik, hal pelaksanaan monev, keterampilan,
tersebut dapat dilihat dari indikator ketersediaan sarana.14–16,20,21
penjaringan suspek, pelacakan kontak Di Kabupaten Grobogan belum
dan pemeriksaan dahak mikroskopis.6 pernah dilakukan penelitian mengenai
Proporsi jumlah kasus Tuberkulosis BTA gambaran faktor-faktor kinerja dalam
positif dibandingkan dengan jumlah penemuan kasus TB paru, sehingga
suspek Tuberkulosis di Kabupaten berdasarkan latar belakang tersebut
Grobogan pada tahun 2015 adalah peneliti tertarik untuk meneliti gambaran
53,78 %. Angka tersebut terlalu besar faktor-faktor yang terkait dengan kinerja
(>15%) itu berarti penjaringan terlalu petugas dalam penemuan kasus pada
ketat atau ada masalah dalam program Tuberkulosis Paru di
pemeriksaan laboratorium (positif Kabupaten Grobogan.
13
palsu). Prioritas penemuan pasien
Tuberkulosis paru BTA positif yang METODE PENELITIAN
menular diantara seluruh pasien Rancangan penelitian ini bersifat
Tuberkulosis paru yang tercatat adalah deskriptif dengan desain cross sectional.
46,27%, itu artinya mutu diagnosis Penelitian ini dilaksanakan di seluruh
rendah dan kurang memberikan prioritas Puskesmas pada wilayah kerja Dinas
untuk menemukan pasien yang menular Kesehatan Kabupaten Grobogan.
(pasien BTA Positif).13 Kemudian, pada Populasi penelitian ini adalah 30 orang
tahun 2015, uji silang BTA petugas P2TB dan 30 orang petugas
menggunakan metode LQAS, diperoleh laboratorium yang bertugas di seluruh
hasil 8,15% sediaan BTA yang dikirim Puskesmas pada wilayag kerja Dinas
terjadi kesalahan besar dalam Kesehatan Kabupaten Grobogan,
17
pembacaan. Pada tahun 2016 hingga sehingga total populasi penelitian ini
triwulan 3, uji silang menggunakan berjumlah 60 orang. Penelitian ini
metode LQAS, diperoleh hasil 5,45% melibatkan seluruh anggota populasi
sediaan yang dikirim terjadi kesalahan penelitian, sehingga metode
besar dalam pembacaan.18 Artinya pengambilan sampel tidak dilakukan.
kinerja pembacaan mikroskopis oleh
petugas belum baik, karena kinerja
pembacaan mikroskopis dikatakan baik

266
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN


Hasil penelitian berdasarkan Pengetahuan Petugas Mengenai
faktor-faktor terkait dengan kinerja Metode dan Media Promosi
petugas dalam penemuan kasus pada Kesehatan dalam penanggulangan
program TB paru di Kabupaten TB Kurang Baik
Grobogan dapat dilihat pada tabel di Pengetahuan merupakan
bawah ini : pemahaman lisan seorang pegawai
Tabel 1 : Distribusi Frekuensi tentang apa yang dia ketahui dari
Petugas Petugas
Jumlah pengalaman dan proses belajar. Apabila
P2TB Lab. seorang pegawai memiliki pengetahuan
Kategori (n=60)
(n=30) (n=30)
yang baik tentang pekerjaannya, maka
f % f % f % dia akan dapat menyelesaikan
Pengetahuan 16 53, 1 60, 7 56,7
Kurang baik 3 8 0 6
pekerjaan tersebut dengan baik, dan
Pengetahuan 14 46, 1 40, 2 43,3 demikian sebaliknya.22 Hasil analisis
Baik 7 2 0 6 univariat penelitian ini diperoleh
Pelatihan <2 21 70, 2 73, 4 71,7 sebagian besar pengetahuan petugas
kali 0 2 3 3 kurang baik, sebesar 56,67%. Sebagian
Pelatihan ≥ 2 9 30, 8 26, 1 28,3
0 7 7 besar petugas P2TB memiliki
Beban Kerja 18 60, 1 60, 3 60,0 pengetahuan kurang baik, sebesar
Rangkap 0 8 0 6 53,3%. Sebagian besar petugas
Beban Kerja 12 40, 1 40, 2 40,0 laboratorium juga memiliki pengetahuan
Tidak 0 2 0 4
Rangkap
kurang baik, sebesar 60,0%.
Insentif 17 56, 1 53, 3 55,0 Berdasarkan hasil wawancara,
Kurang 7 6 3 3 pengetahuan petugas P2TB kurang baik
Insentif 13 43, 1 46, 2 45,0 mengenai metode promosi kesehatan.
Cukup 3 4 7 7 Sebagian besar hanya mengetahui
Motivasi 17 56, 1 46, 3 51,7
Kurang baik 7 4 7 1 beberapa metode promosi kesehatan
Motivasi Baik 13 43, 1 53, 2 48,3 seperti ceramah, diskusi, wawancara,
3 6 3 9 penyuluhan, bincang bersama dan
Tidak 14 53, 1 46, 2 46,7 metode papan. Sedangkan
memiliki 3 4 7 8
pengetahuan petugas P2TB paling
kepuasan
kerja rendah adalah pengetahuan petugas
Memiliki 16 46, 1 53, 3 53,3 mengenai metode permainan simulasi
kepuasan 7 6 3 2 (3,3%) dan bola salju (6,7%). Kemudian
kerja pengetahuan rendah lainnya adalah
Kepemimpina 1 3,3 1 3,3 2 3,3
n Kurang baik mengenai pengetahuan media yang
Kepemimpina 29 96, 2 96, 5 96,7 bisa digunakan untuk promosi
n Baik 7 9 7 8 kesehatan, yaitu alat peraga (6,7%).
Monev 17 56, 1 50, 3 53,3 Alat peraga merupakan media promosi
Kurang baik 7 5 0 2
kesehatan menurut pembuatan dan
Monev Baik 13 43, 1 50, 2 46,7
3 5 0 8 penggunaannya, alat peraga merupakan
media promosi kesehatan guna
memenuhi kebutuhan petugas
kesehatan agar mudah dimengerti oleh
masyarakat ketika melakukan promosi
kesehatan.23

267
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Berdasarkan hasil wawacara, biasanya justru mengirimkan petugas


pengetahuan petugas laboratorium yang sudah senior untuk mengikuti
kurang baik mengenai penilaian sediaan pelatihan yang diadakan oleh Dinas
dahak setelah diwarnai, khususnya Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
kebersihan sediaan dahak. Hanya
43,3% petugas laboratorium yang Beban Kerja Petugas Rangkap
menjawab benar mengenai kebersihan Beban kerja merupakan
dahak setelah diwarnai. Kebersihan kemampuan tubuh pekerja dalam
dahak merupakan salah satu evaluasi menerima pekerjaan.6 Hasil penelitian
kualitas sediaan dahak, bersama 5 ini diketahui 60% petugas memiliki
unsur lainnya dengan menggunakan beban kerja rangkap. Pada petugas
skala jaring laba-laba yang penuh. P2TB, sebagian besar petugas memiliki
Dikatakan bersih apabila tidak ada beban kerja rangkap, sebesar 60%.
endapan zat warna merah, endapan dan Demikian halnya petugas laboratorium,
kristal secara mikroskopis.24 60% petugas memiliki beban kerja
rangkap. Berdasarkan hasil wawancara
Riwayat Pelatihan Petugas Kurang 70% petugas P2TB memiliki tugas lain
Baik selain sebagai petugas P2TB, tugas lain
Pelatihan merupakan salah satu tersebut adalah memegang program
upaya peningkatan pengetahuan, sikap lainnya, seperti P2DBD, P2Kusta,
dan keterampilan petugas dalam rangka P2diare, P2ISPA, P2HIV, BP, sebagai
meningkatkan kompetensi dan kinerja petugas jaga di Rawat Inap, menjadi
petugas.6 Hasil analisis univariat dari Bendahara, Kepala Rawat Inap dan
penelitian ini menunjukkan jika sebagian merangkap sebagai pegawai di Dinas
petugas memiliki riwayat pelatihan Kesehatan Kabupaten Grobogan.
kurang baik, sebesar 71,7%. Berdasarkan hasil wawancara
Berdasarkan hasil wawancara, pelatihan dengan petugas laboratorium sebesar
terkait pengendalian TB yang diadakan 63,3% petugas menyatakan untuk
oleh Dinas Kesehatan Kabupaten melakukan pelayanan secara
Grobogan terakhir diselenggarakan berkualitas dan 73,3% petugas merasa
pada tahun 2017. Namun pelatihan tidak jika intensitas pekerjaan sesuai dengan
diadakan untuk semua petugas program kemampuan petugas. Namun ada
pengendalian TB, tetapi dikhususkan 46,7% petugas laboratorium
untuk petugas yang awal tahun 2017 menyatakan jika jumlah pasien banyak
baru menerima tugas sebagai petugas dan tidak sesuai dengan jumlah petugas
P2TB saja. Kemudian sejak tahun 2007, kesehatan di Puskesmas. Salah satunya
untuk pelatihan yang diselenggarakan adalah kurangnya tenaga laboratorium
oleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa di Puskesmas, sehingga petugas
Tengah juga dikhususkan untuk petugas merasa memiliki beban kerja rangkap,
yang ditugaskan untuk mengikuti mulai dari pemeriksaan semua penyakit
pelatihan saja. Tidak semua petugas pasien rawat jalan maupun pasien rawat
program pengendalian TB bisa inap, kemudian menyusun administrasi
mengikutinya, karena dengan kuota terkait data laboratorium, pemeriksaan
terbatas. Dari tiap Kabupaten biasanya ANC ibu hamil setiap 3 hari per pecan,
hanya diwakili satu petugas. Untuk dampaknya sebanyak 43,3% petugas
petugas dari Kabupaten Grobogan laboratorium tidak sempat beristirahat.

268
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Insentif yang Diterima Petugas menyatakan jumlah insentif ini tidak


Kurang sebanding dengan beban kerja petugas.
Berdasarkan hasil analisis Karena selain sebagai P2TB, petugas
univariat, menunjukkan bahwa sebagian juga memegang program penyakit
besar (55%) petugas merasa kurang lainnya, seperti DBD, diare, ISPA, HIV.
dengan insentif yang diterimanya. Selain itu juga merangkap di BP,
Sebanyak 56,7% petugas P2TB merasa sebagai petugas jaga di Rawat inap,
kurang dengan insentif yang diterimanya menjadi Bendahara, Kepala Rawat Inap
dan sebanyak 53,3% petugas juga dan merangkap di Dinas Kesehatan
merasa kurang dengan insentif yang Kabupaten Grobogan. Kemudian
diterimanya. Berdasarkan hasil petugas laboratorium juga menyatakan
wawancara bahwa insentif yang jika jumlah pasien dan jumlah petugas
diperoleh pegawai Puskesmas tidak sesuai, karena terlalu banyaknya
merupakan jasa pelayanan yang pasien sehingga membuat petugas tidak
dihitung berdasarkan kapitasi Jaminan memiliki waktu istirahat dalam bekerja.
Kesehatan Nasional. Hal ini sesuai
peraturan tentang penyelenggaraan Motivasi Kerja Kurang Baik
Jaminan Kesehatan Nasional yang Motivasi merupakan hasil
menyebutkan bahwa dana kapitasi sejumlah proses, yang bersifat internal,
Puskesmas digunakan untuk atau eksternal bagi seseorang individu
pembayaran jasa pelayanan dan biaya yang menyebabkan timbulnya sikap
operasional pelayanan di Puskesmas.25 entusiasme dan persistensi dalam
Terdapat perbedaan proporsi dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan
pemberian jasa pelayanan kepada tertentu.27 Berdasarkan hasil analisis
petugas kesehatan di Puskesmas univariat menunjukkan bahwa sebagian
sesuai tingkat pendidikan dan waktu besar motivasi kerja petugas adalah
kehadiran. Bedasarkan latar belakang kurang baik, sebesar 56,7%.
pendidikan, pemberian poin untuk Berdasarkan hasil wawancara diketahui
dokter adalah 150, poin untuk perawat bahwa salah satu faktor yang
(ners) adalah 100, poin untuk sarjana menyebabkan motivasi kerjakurang
kesehatan adalah 60, poin untuk D3 adalah petugas lebih suka stabil dalam
kesehatan adalah 40, poin untuk pekerjaannya dan tidak bersedia
petugas kesehatan di bawah D3 adalah mengambil risiko dalam pekerjaannya,
25 dan untuk tenaga non kesehatan di walaupun monoton. Menurut Mc.
bawah D3 adalah 15.26 Clelland, salah satu ciri-ciri perilaku
Dari hasil wawancara diketahui individu yang memiliki motivasi
bahwa salah satu penyebab petugas berprestasi yang tinggi adalah berani
masih merasa kurang dengan insentif mengambil risiko. Sebaliknya ciri-ciri
yang diterimanya adalah adanya beban individu yang memiliki motivasi
kerja yang rangkap tanpa diimbangi berprestasi rendah salah satunya
dengan jumlah insentif yang sesuai, adalah ragu-ragu dalam mengambil
karena sebagian besar pendidikan keputusan.28
terakhir petugas adalah D3 kesehatan,
hanya mendapat poin 40 namun harus
mengemban beban kerja rangkap.
Sehingga sebagian besar petugas,

269
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi kepada pencatatan dan laporan kerja


Kurang Baik petugas P2TB saja, masing-masing
Monitoring adalah kegiatan untuk sebesar 80,0% dan 100,0%.
memantau proses atau jalannya suatu Berdasarkan hasil wawancara,
program atau kegiatan. Sedangkan petugas laboratorium sebanyak 83,3%
evaluasi adalah kegiatan untuk menilai sudah mendapatkan supervisi dari
hasil suatu program dengan tujuan yang Kepala Puskesmas dan sebanyak 100,0
direncanakan.29 Berdasarkan hasil sudah mendapat suspervisi dari Dinas
penelitian ini diketahui bahwa sebagian Kesehatan. Sebanyak 53,35% petugas
besar (53,3%) petugas tidak P2TB menjawab jika supervisI oleh
memperoleh monitoring dan evaluasi Kepala Puskesmas sudah rutin dan
yang baik dari Kepala Puskesmas dan sebanyak 73,35% petugas P2TB
Dinas Kesehatan terkait dengan menjawab jika supervisi oleh Dinas
pelaksanaan program pengendalian TB, Kesehatan juga sudah rutin. Faktor yang
khususnya dalam upaya penemuan mendorong pelaksaan supervisi kepada
kasus TB. Salah satu kegiatan petugas laboratorium adalah tidak
monitoring dan evaluasi adalah dilakukannya review kegiatan
supervisi. Selain itu kegiatan supervisi pemeriksaan dahak, tidak memeriksaan
dapat juga berupa suatu progress ketersediaan logistik non OAT dan
pendidikan dan pelatihan berkelanjutan fasilitas laboratorium, tidak memberikan
dalam bentuk on the job. Tujuan solusi terkait masalah/ kendala yang
supervisi adalah untuk meningkatkan ditemukan. Kegiatan supervisi yang
kinerja petugas. dilakukan oleh Kepala Puskesmas dan
Berdasarkan hasil wawancara, Dinas Kesehatan kebanyakan hanya
seluruh petugas P2TB sudah memeriksa catatan dan laporan kerja
mendapatkan supervisI dari Kepala petugas, masing-masing sebesar 73,3%
Puskesmas dan dari Dinas Kesehatan. dan 96,7% dan hanya berdiskusi terkait
Sebanyak 86,7% petugas P2TB kendala yang dialami petugas, masing-
menjawab jika supervisI oleh Kepala masing sebesar 96,7% dan 83,3%.
Puskesmas sudah rutin dan sebanyak
80,0% petugas P2TB menjawab jika KESIMPULAN
supervisi oleh Dinas Kesehatan juga Sebagian besar petugas termasuk
sudah rutin. Salah satu faktor yang dalam kategori usia dewasa akhir
menjadi pendorong pelaksanaan (63,3%), perempuan (60,0%),
monitoring dan evaluasi yang kurang berpendidikan tinggi (96,7%), rata-rata
baik bagi petugas P2TB adalah kegiatan lama kerja petugas P2TB (4,5 tahun),
supervisi yang dilakukan oleh Kepala rata-rata lama kerja petugas
Puskesmas dan Dinas Kesehatan untuk laboratorium (9,9 tahun), pengetahuan
mendiskusikan masalah/ kendala yang kurang baik (56,7%), riwayat pelatihan
ditemukan oleh petugas P2TB dalam kurang baik (71,7%), beban kerja
penemuan kasus TB, masing-masing rangkap (60,0%), kurangnya insentif
sebesar 73,3% dan 76,7%, namun yang diterima (55,0%), kepuasan kerja
hanya 23,3% dan 40,0% yang baik (53,3%), motivasi kerja kurang baik
memberikan atau mendiskusikan solusi (56,7%), kepemimpinan atasan baik
terkait kendala/ masalah yang (96,7%), monitoring dan evaluasi kurang
ditemukan tersebut dan lebih fokus baik (53,3%).

270
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

DAFTAR PUSTAKA 10. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa


1. World Health Organization. Tengah. Buku Saku Kesehatan
Global Impact of TB, Annual Provinsi Jawa Tengah Tahun
Report 2013. [Internet]. 2013 2016 [Internet]. Semarang; 2016
[cited 2017 Jan 6]. Available from: [cited 2017 Oct 13]. Available
http://www.who.int/ from:
mediacentre/factsheets/fs104/e n/ http://www.dinkesjatengprov.go.id
2. World Health Organization. /v2015/dokumen/buku_saku_th_2
Global Report Tuberculosis 2014 016/mobile/index.html#p=48
[Internet]. 2014 [cited 2017 Jan 11. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
5]. Available from: Tengah. Buku Saku Kesehatan
http://www.who.int/mediacentre/fa Jawa Tengah 2017 TW 1
ctsheets/fs104/en/ [Internet]. 2017 [cited 2017 Oct
3. Massi MN. Epidemiologi Penyakit 13]. Available from:
Infeksi TB di Indonesia http://www.dinkesjatengprov.go.id
Pendahuluan. 2016, p:0–2. /v2015/dokumen/buku_saku_tw1
4. Badan Penelitian dan _2017/mobile/index.html#p=48
Pengembangan Kesehatan. 12. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Survei Prevalensi Tuberkulosis di Tengah. Buku Saku Kesehatan
Indonesia, 2004. Jakarta; 2005. Jawa Tengah Tahun TW 2
5. Datiko DG, Bernt Lindtjørn. [Internet]. 2017 [cited 2017 Oct
Health Extension Workers 13]. Available from:
Improve Tuberculosis Case http://www.dinkesjatengprov.go.id
Detection and Treatment Success /v2015/dokumen/bukusaku_tw2_t
in Southern Ethiopia : A h2017/#p=38
Community Randomized Trial. 13. Bidang P2PL Dinas Kesehatan
2009, Vol. 4, ISS.5, p:1–7. Kabupaten Grobogan. Profil
6. Dirjen P2PL Kementerian Kesehatan Kabupaten Grobogan
Kesehatan RI. Pedoman Nasional 2015. Grobogan; 2016.
Penanggulangan TB 2014. 14. Maryun Y. Beberapa Faktor yang
Jakarta; 2014. Berhubungan dengan Kinerja
7. Kementerian Kesehatan RI. Profil Petugas Program TB Paru
Kesehatan Indonesia 2015. Terhadap Cakupan Penemuan
Jakarta; 2016. Kasus Baru BTA (+) di Kota
8. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tasikmalaya Tahun 2006.
Tengah. Profil Kesehatan Provinsi Diponegoro University; 2007.
Jawa Tengah 2015. Semarang; 15. Astuti ED. Perbedaan
2016. Karakteristik Sosiodemografi dan
9. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Praktik Petugas Kesehatan
Tengah. Buku Saku Kesehatan terhadap Penemuan Penderita
Provinsi Jawa Tengah 2016 TB di Wilayah CDR Tinggi dan
[Internet]. 2016 [cited 2017 Mar CDR Rendah (Studi di
21]. Available Puskesmas Wilayah Kota
from:http://www.dinkesjatengprov. Surakarta dan Kabupaten
go.id/v2015/dokumen/buku_saku Sukoharjo). Diponegoro
_th_2016/mobile/index.html#p=49 University; 2012.

271
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

16. RYE Awusi, Y. Djam’an Saleh, 25. Kemenkes RI. Permenkes RI No.
Hadiwijoyo. Faktor-faktor yang 28 Tentang Pedoman Program
Mempengaruhi Penemuan Jaminan Kesehatan Nasional.
Penderita TB Paru di Kota Palu Dep Kesehat RI [Internet]. 2014,
Provinsi Sulawesi Tengah. 2009, p:1–48. Available from:
Vol.25, ISS.2, p:59–68. http://www.depkes.go.id/resource
17. Bidang P2PL Dinas Kesehatan s/download/general/PMK No. 28
Kabupaten Grobogan. Evaluasi ttg Pedoman Pelaksanaan
Program TB Kabupaten Program JKN.pdf
Grobogan 2014. Grobogan; 2015. 26. Kemenkes RI. Peraturan Menteri
18. Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kesehatan Republik Indonesia
Kabupaten Grobogan. TB 12 Nomor 19 Tahun 2014 tentang
Kabupaten Grobogan. Grobogan; Penggunaan Dana Kapitasi
2016. Jaminan Kesehatan Nasional
19. Illmer SJ. Definition of untuk Jasa Pelayanan Kesehatan
Performance [Internet]. IIImer dan Dukungan Biaya Operasional
Investment Performance pada Fasilitas Kesehatan Tingkat
Consulting AG (IIPC); 2011 [cited Pertama Milik Pemerintah
2017 Mar 21]. Available from: Daerah. 2014.
http://www.iipc-ag.com/Index_ 27. Maryati. Faktor- Faktor yang
Cards_ge_files/K - Definitionof Berhubungan dengan Kinerja
performance.pdf Petugas Tuberkulosis Paru di
20. Ayulestari D, Thaha ILM, Arsyad Puskesmas (Studi di Wilayah
DS. Hubungan Kinerja Petugas Kerja Dinas Kesehatan Kota
dengan CDR di Puskesmas Kota Semarang). Universitas
Makassar. 2011, p:1–10. Diponegoro; 2012.
21. Duhri AP, Ida Leida M Thaha, 28. Clelland, Mc. The Achieving
Ansariadi. Kinerja Petugas Society. Vol. 5. New York: Van
Puskesmas Dalam Penemuan Nostrand Reinhold; 1961, p: 494-
Penderita TB Paru Di Puskesmas 500.
Kabupaten Wajo. 2012; 29. Notoatmodjo S. Kesehatan
22. Yuliastuti I. Pengaruh Masyarakat Ilmu dan Seni.
Pengetahuan, Keterampilan Dan Jakarta: Rineka Cipta; 2014.
Sikap Terhadap Kinerja Perawat
Dalam Penatalaksanaan Kasus
Flu Burung Di Rsup. H. Adam
Malik Tahun 2007. Universitas
Sumatera Utara. Universitas
Sumatera Utara; 2008.
23. Notoatmodjo S. Promosi
Kesehatan dan Perilaku
Kesehatan. Rineka Cipta; 2012.
24. Dirjen P2&PL Kementerian
Kesehatan RI. Standar Prosedur
Operasional Pemeriksaan
Mikroskopis TB. 2012, p:1–38.

272
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

273

You might also like