1 SM

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 6, Nomor 2, April 2018 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

GAMBARAN FAKTOR YANG TERKAIT DENGAN PENEMUAN KASUS


TUBERKULOSIS PARU DI KABUPATEN BATANG BERDASARKAN
KARAKTERISTIK, KINERJA PETUGAS DAN FASILITAS
LABORATORIUM PUSKESMAS

Meza Nuraisya*), Mateus Sakundarno Adi **), Lintang Dian Saraswati**)


*) Mahasiswa Peminatan Epidemiologi dan Penyakit Tropik, Fakultas Kesehatan
Masyarakat,
Universitas Diponegoro
**) Dosen Bagian Epidemiologi dan Penyakit Tropik, Fakultas Kesehatan
Masyarakat,
Universitas Diponegoro
Email : mezanuraisya08@yahoo.com

Abstract :Tuberculosis is an infectious disease caused by mycobacterium


tuberculosis. Case finding of tuberculosis is one of the main strategies for
tuberculosis control. Case Detection Rate (CDR) and Case Notification Rate (CNR)
of Batang Regency still have not reached the target and below standard of Central
Java Province. This study aimed to describe factors associated with case finding of
TB lungs patients based on characteristics, officer performance, and laboratory
facilities of puskesmas. This research was a descriptive research with cross
sectional approach. The samples was 21 TB program officers and 22 TB laboratory
officers in all puskesmas in Dinas Kesehatan Kabupaten Batang. The samples were
the total study population. Officers with an average age of 43.8 years were in the age
group of the elderly (48.8%), most of officers were male (51.2%), highly educated
(97.6%) were mostly D3 nurse (37,2%). The average of duration of P2TB officers 12
years and laboratory officer 11tahun. Training history less than 2 times (55,8%),
officer knowledge level (46,5%). The performance of the suspect screening officer
(47.6%), contact tracking (52.4%), counseling (47.6%), and performance of
laboratory examination microscopic sputum officer (50%), condition of laboratory
facilities (72.7% ) and availability of laboratory facilities (72.7%). Completeness of
P2TB data recording (100%) and laboratory officers (59.1%).Suggestions that can
be given areTB program officers and laboratory officer to improve performance in
case finding of tuberculosis, training for those who have not attend training and
increase knowledge.

Keyword :Case finding, characteristics, officer performance, tuberculosis

PENDAHULUAN berbagai upaya pengendalian yang


Tuberkulosis adalah penyakit dilakukan, insidens dan kematian
menular langsung yang disebabkan akibat tuberkulosis.2
oleh Mycobacterium Tuberculosis.1 Dengan jumlah kasus
Tuberkulosis merupakan penyakit yang tuberkulosis yang tinggi akan
menjadi perhatian global. Dengan meningkatkan penularan penyakit,

34
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 2, April 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

diperlukan langkah pengendalian yang 100.000 penduduk. Namun, masih ada


tepat. Salah satu strategi utama dalam 18 Kabupaten/ Kota yang capaiannya
penanggulangan tuberkulosis adalah dibawah Jawa Tengah.8,9
penemuan kasus dan pengobatan Kabupaten Batang merupakan
tuberkulosis.3 Program penanggulan salah satu Kabupaten di Jawa Tengah
TB yang telah direkomendasikan oleh dengan angka penemuan kasus (CDR)
WHO (World Health Organization) dan yang masih kurang dari target nasional
sudah diimplementasikan di Indonesia sebesar 90%. Angka penemuan kasus
sejak tahun 1995, yaitu strategi DOTS (CDR) di Kabupaten Batang pada
(Directly Observed Treatment Short- tahun 2013 adalah 73,1% mengalami
course).4 Fokus utama DOTS adalah penurunan pada tahun 2014 yaitu
penemuan dan penyembuhan pasien, 70%. Pada tahun 2015 mengalami
proritas diberikan kepada pasien penaikan menjadi 76,2% dan
tuberkulosis tipe menular.5 mengalami penurunan kembali pada
Dalam program pengendalian tahun 2016 menjadi 64,3%.10,11
tuberkulosis nasional, salah satu Trend capaian CNR di
indikator yang digunakan adalah Case Kabupaten Batang tahun 2013 hingga
Detection Rate (CDR) atau bisa tahun 2016 mengalami penurunan dan
disebut dengan angka penemuan angka tersebut masih dibawah capaian
kasus. Case Detection Rate (CDR) CNR Kabupaten Batang sebesar 107
adalah proporsi kasus tuberkulosis per 100.000 penduduk. Pada tahun
paru BTA positif yang ditemukan dan 2013 104,5 per 100.000 penduduk
diobati dibandingkan jumlah perkiraan mengalami penuruan pada tahun 2014
kasus tuberkulosis paru yang ada di 93 per 100.000 penduduk. Pada tahun
suatu wilayah.5 2015 mengalami kenaikan 104,2 per
Data di Indonesia hingga tahun 100.000 penduduk dan mengalami
2016 triwulan 1 menyatakan CNR penurunan pada tahun 2016 95,1 per
kasus tuberkulosis semua tipe adalah 100.000 penduduk. Pada tahun 2016
25 per 100.000 penduduk, dan CNR di Puskesmas Kabupaten Batang
kasus tuberkulosis BTA positif baru jumlah suspek yang diperiksa ada
adalah 13 per 100.000 penduduk.6 4.696 kasus dan perkiraan BTA positif
Angka penemuan kasus di ada 773 kasus dan total kasus yang
Jawa Tengah pada tahun 2015 sebesar didapatkan 564 kasus, masih jauh dari
117,36 per 100.000 penduduk dan target yang diperkirakan di Kabupaten
angka ini menunjukkan kenaikan Batang.
dibandingkan tahun 2014 yaitu 89,01 Adanya kesenjangan hasil ini
per 100.000 penduduk.7Pada tahun menunjukkan adanya ketidak
2016, CNR di Jawa Tengah meningkat seragaman kompetensi sumber daya
menjadi 118 per 100.000 penduduk. manusia dan kelengkapan sarana dan
Namun, masih ada 18 Kabupaten/ prasarana medik disamping faktor
Kota yang capaiannya dibawah Jawa komitmen Puskesmas dan Institusi
Tengah.Namun, masih banyak wilayah kesehatan dalam melaksanakan
di Jawa Tengah yang belum memenuhi program termasuk pencatatan dan
target penemuan kasus tuberkulosis pelaporan hasil dalam penemukan
paru. Pada tahun 2016, CNR di Jawa kasus.10,11
Tengah meningkat menjadi 118 per

35
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 2, April 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Salah satu kendala yang gambaran faktor yang terkait dengan


menjadi penghambat rendahnya penemuan kasus tuberkulosis paru
penemuan kasus adalah sumber daya sehingga berdasarkan latar belakang
manusia. Salah satu unsur pokok yang tersebut peneliti tertarik untuk meneliti
dibutuhkan dalam keberhasilan gambaran faktor yang terkait dengan
pengontrolan program TB adalah staf penemuan kasus tuberkulosis paru di
yang cukup untuk mengatur orang- Kabupaten Batang berdasarkan
orang dalam penemuan suspek dan karakteristik, kinerja petugas, dan
penetapan TB serta petugas P2 TB fasilitas laboratorium puskesmas.
(pemegang program tuberkulosis)
puskesmas mempunyai peran penting METODE PENELITIAN
dalam proses pelaksanaan program Rancangan penelitian ini
P2TB.12 bersifat deskriptif dengan desain cross
Selain dipengaruhi oleh upaya sectional. Penelitian ini dilaksanakan di
penemuan kasus, angka penemuan seluruh Puskesmas pada wilayah kerja
kasus juga dipengaruhi oleh faktor lain Dinas Kesehatan Kabupaten Batang.
seperti kinerja sistem pencatatan dan Populasi penelitian ini adalah 21 orang
pelaporan di wilayah tersebut, jumlah petugas P2TB dan22 orang petugas
fasyankes yang terlibat layanan DOTS laboratorium yang bertugas di seluruh
dan kebanyakan pasien TB yang tidak Puskesmas pada wilayah kerja Dinas
terlaporkan oleh fasyankes.13 Kesehatan Kabupaten Batang,
Dari hasil penelitian terdahulu, sehingga total populasi penelitian ini
diketahui bahwa kinerja petugas berjumlah 43 orang. Penelitian ini
puskesmas berupa penjaringan melibatkan seluruh anggota populasi
suspek, pelacakan kontak, dan penelitian, sehingga metode
pemeriksaan dahak mikroskopis pengambilan sampel tidak dilakukan.
mempengaruhi penemuan kasus baru
Tuberkulosis paru BTA positif.14,15 HASIL PENELITIAN
Faktor – faktor yang mempengaruhi Hasil penelitian berdasarkan
kinerja petugas dala penemuan kasus faktor -faktor terkait dengan penemuan
baru tuberkulosis adalah lama kerja, kasus dalam karakteristik, kinerja
riwayat pelatihan, kelengkapan sarana petugas, dan fasilitas laboratorium di
dan prasarana, kepemimpinan atasan, Kabupaten Batang dapat dilihat pada
motivasi kerja, tingkat pengetahuan, tabel di bawah ini :
persepsi terhadap pekerjaan, sikap, Tabel 1 :Distribusi Frekuensi
keterampilan, dan tingkat pendidikan Petug
Petuga
petugas.14,16,17,18 as Jumlah
s P2TB
Tanpa penemuan suspek maka Kategori Lab. (n=43)
(n=21)
programpemberantasan TB paru dari (n=22)
penemuan sampai pengobatan tidak f % f % f %
akan berhasilsehingga proses Pelatihan 12 57 1 54 2 55,
penemuan suspek TB paru oleh <2 ,1 2 ,5 4 8
petugas sangat menentukan Pelatihan≥ 12 42 1 45 1 44,
keberhasilan program.19,20 2 ,9 0 ,5 9 2
Di Kabupaten Batang belum Pengetahu 12 57 1 50 2 53,
pernah dilakukan penelitian mengenai an Kurang ,1 1 3 5

36
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 2, April 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Petug Petug
Petuga Petuga
as Jumlah as Jumlah
s P2TB s P2TB
Kategori Lab. (n=43) Kategori Lab. (n=43)
(n=21) (n=21)
(n=22) (n=22)
f % f % f % f % f % f %
Baik mKurang
Pengetahu 9 42 1 50 2 46, baik
an Baik ,9 1 0 5 Kondisi - - 1 72 1 72,
Laboratoriu 6 ,7 6 7
Penjaringa 11 52 - - 1 52, mBaik
n Suspek ,4 1 4
Kurang Tabel 2 : Proporsi Penemuan Kasus
Baik (CDR dan CNR)
Penjaringa 10 47 - - 1 47, Petug
n Suspek ,6 0 6 Petuga Jumla
as
Baik s P2TB h
Kategori Lab.
Pelacakan 10 47 - - 1 47, (n=21) (n=43)
(n=22)
Kontak ,6 0 6
f % f % f %
Kurang
Pelatihan ≥ 1 11 0 0, 1 5,
Baik
2 ,1 0
Pelacakan 11 52 - - 1 52,
Pengetahu 2 22 0 0, 2 11
Kontak ,4 1 4
an ,2 0 ,1
Baik
penyuluha 11 52 - - 1 52, Penjaringa 2 20 - - 2 20
n Kuran ,4 1 4 n Suspek ,0 ,0
Baik Pelacakan 2 18 - - 2 18
Penyuluha 10 47 - - 1 47, Kontak ,2 ,2
n Baik ,6 0 6 penyuluha 2 20 - - 2 20
Kinerja - - 1 50 1 50 n ,0 ,0
Laboratoriu 1 1 Kinerja - - 0 0, 0 0,
m Kurang Laboratoriu 0 0
Baik m
Kinerja - - 1 50 1 50 Ketersedia - - 1 6, 1 6,
Laboratoriu 1 1 an 3 3
m Baik Laboratoriu
Ketersedia - - 6 27 6 27, m
an ,3 3 Kondisi - - 1 6, 1 6,
Laboratoriu Laboratoriu 3 3
mKurang m
baik
Ketersedia - - 1 72 1 72,
an 6 ,7 6 7
Laboratoriu
mBaik PEMBAHASAN
Kondisi - - 6 27 6 27, Sebagian Besar Usia Petugas P2TB
Laboratoriu ,3 3 dan Petugas Laboratorium dengan

37
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 2, April 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Kategori Lansia Awal (46-55 tahun) dirinya, masyarakat bangsa dan


Berdasarkan hasil penelitian negara.22
responden terbanyak pada usia lansia Sebagian besar petugas P2TB dan
awal yaitu usia 46- 55 tahun (48,8%) . petugas laboratorium di Puskesmas
Faktor usia merupakan faktor yang tidak Kabupaten Batang mempunyai
dapat diabaikan, usia mempengaruhi riwayat pelatihan kurang baik
kekuatan fisik dan psikis seseorang Pelatihan merupakan bagian dari
serta pada usia tertentu seorang suatu proses pendidikan/upaya
pegawai akan mengalami perubahan peningkatan pengetahuan, sikap dan
potensi kerja.Menurut Wawan dan dewi kemampuan atau keterampilan khusus
(2010) disebutkan bahwa, semakin petugas dalam rangka meningkatkan
cukup umur, tingkat kematangan dan kompetensi dan kinerja
kekuatan seseorang akan lebih matang petugas.Pelatihan yang dilakukan
dalam berfikir dan bekerja.21Dari hasil bertujuan untuk memperbaiki efektifitas
analisis univariat penelitian ini diketahui petugas dalam mencapai hasil kerja
bahwa sebagian besar (61,9%) petugas sesuai yang ditetapkan serta teknik-
P2TB termasuk dalam kategori usia teknik pelaksanaan pekerjaan tertentu.
lansia awal (46-55 tahun). Sehingga Penelitian menunjukkan sebagian besar
penelitian ini sejalan dengan hasil petugas P2TB (57,1%) dan petugas
penelitian yang dilakukan oleh Ermayani laboratorium (54,5%) mengikuti
Dwi Astuti di Kota Surakarta dan pelatihan kurang dari 2 kali.
Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2012, Sebagian petugas P2TB dan Petugas
yang menyatakan bahwa petugas Laboratorium Kabupaten Batang
dengan usia lebih tua memiliki kinerja mempunyai tingkat pengetahuan
yang lebih baik, karena berkaitan kurang baik
dengan lama kerja dan pengalaman Pengetahuan adalah
kerja dari petugas tersebut.14 Namun kemampuan intelektual responden yang
penelitian yang tidak sebanding mencakup pemahaman materi. Serta
dilakukan di Kabupaten Blora pada proses mencari tahu, dari yang tadinya
tahun 2006, jika proporsi praktik tidak tahu menjadi tahu dan tidak dapat
penemuan penderita TB baik lebih menjadi dapat. Dalam proses mencari
banyak pada responden dengan usia < tahu ini mencakup berbagai metode dan
30 tahun (58,3 %) dibandingkan pada konsep-konsep, baik melalui proses
responden yang usianya lebih tua, yaitu pendidikan, pelatihan maupun melalui
≥ 30 tahun (55,0%).19 pengalaman. Hasil penelitian ini
Masih terdapat Petugas P2TB dengan menunjukkan sebagian besar
tingkat Pendidikan SMA pengetahuan petugas P2TB (42,9%)
Pendidikan adalah usaha sadar dan petugas laboratorium (50%).
dan terencana untuk mewujudkan Kinerja petugas dalam penemuan
suasana belajar dan proses kasus seperti penjaringan suspek,
pembelajaran agar peserta didik secara pelacakan kontak, dan penyuluhan
aktif mengembangkan potensi dirinya kurang baik.
untuk memilki kekuatan spiritual Sedangkan dalam penelitian ini
keagamaan, pengendalian diri, kinerja penjaringan suspek meliputi
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, tempat pelaksanaan penemuan kasus,
serta ketrampilan yang diperlukan keterlibatan petugas lain dan

38
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 2, April 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

masyarakat, jenis diagnosa yang laboratorium berjenis kelamin


dilakukan, metode penyuluhan, tempat perempuan (48,8%) jenis kelamin laki-
penyuluhan, media yang digunakan, dan laki (51,2%)
materi yang diberikan saat penyuluhan Tingkat pendidikan petugas
serta pencatatan dan pelaporan yang P2TB yang paling banyak adalah D3
meliputi waktu pelaporan dan bentuk Keperawatan dengan 13 responden
laporan oleh petugas P2TB. (61,9%) dan petugas labratorium
Selain penjaringan suspek, sebagian besar perguruan tinggi D3
kinerja petugas yang juga menentukan Analis dengan 15 responden (68,2%).
peneman kasus Tuberkulosis adalah Lama kerja petugas P2TB1-29 tahun
pelacakan kontak. Pelacakan kontak dengan rata-rata 12 tahun dan petugas
merupakan salah satu peran penting laboratorium antara 1-27 tahun dengan
dalam pengendalian Tuberkulosis.23 rata-rata 11 tahun. Riwayat pelatihan
Kinerja pelacakan kontak petugas P2TB (57,1%), petugas
meliputi kegiatan petugas yang harus laboratorium (42,9%) puskesmas
mendatangi rumah penderita dan Kabupaten Batang dalam kategori
melakukan pemeriksaan terhadap kurang baik yaitu kurang dari 2 kali
kontak serumah penderita tuberkulosis pelatihan.
paru BTA positif, keterlibatan petugas Penjaringan suspek kurang baik
lain serta bentuk pemeriksaan yang (52,4%) ditujukan dari penemuan kasus
dilakukan, tempat pelacakan kontak dan CDR (100%) dan penemuan kasus CNR
orang kontak yang diperiksa. (72,7%). Pelacakan kontak dalam
Penyuluhan merupakan kegiatan kategori baik (52,4%)dengan
petugas yang melakukan penyuluhan ditunjukkan dengan proporsi penemuan
baik itu diluar puskesmas maupaun kasus CDR (18,2%) Pelacakan kontak
didalam puskesmas. Penyuluhan dalam dengan kategori kurang baik (47,6%)
penelotian ini mendapatkan hasilyang ditunjukan dengan proporsi kurang baik
kurang baik yaitu (47,6%) sedangkan terhadap penemuan kasus (100%)
penyuluhan ini adalah salah satu bentuk Penyuluhan dengan kategori baik
menyadarkan masyarkat akan terdapat (47,6%) dengan ditunjukkan
pentingnya kesehatan nantinya bagi dengan proporsi baik terhadap
dirinya dan lingkungannya. penemuan kasus CDR (20%) dan
penemuan kasus CNR (70%).
KESIMPULAN Kinerja petugas laboratorium
Usia petugas P2TB dalam dengan kategori baik dan kategori
kategori lansia awal (46-55 tahun) kurang baik mempunyai persentase
(61,9%) sedangkan, petugas yang sama yaitu (50%). Observasi
laboratorium paling banyak dewasa kelengkapan pencatatan petugas P2TB
akhir (36-45 tahun) dan lansia awal (46- (100%) dengan proporsi dengan
55 tahun) (36,4%), dengan rata-rata penemuan kasus CDR baik (9,5%) dan
umur petugas (43,8 tahun), usia CNR (38,1%).Ketersediaan dan kondisi
maksimun 24 dan usia maksimum 54 fasilitas laboratorium dalam kategori
tahun. Jenis kelamin petugas P2TB baik (72,7%) dengan proporsi
mempunyai jumlah yang hampir sama penemuan kasus CDR dengan kondisi
sama antara laki-laki (57,1%) dan dan ketersediaan laboratorium fasilitas
perempuan (42,9%), petugas laboratorium (6,3%) dan

39
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 2, April 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

CNR(25%).Pencatatan dan observasi Tengah. Buku Saku Kesehatan


terhadappetugas laboratorium dengan Provinsi Jawa Tengah Tahun
kategori lengkap (59,1%). 2016 [Internet]. 2016 [cited 2017
Oct 6]. Available from:
DAFTAR PUSTAKA http://www.dinkesjatengprov.go.id
1. WHO. Global Tuberculosis /v2015/dokumen/buku_saku_th_2
Control WHO Report [Internet]. 016/mobile/index.html#p=48
Geneva: World Health 10. Dinas Kesehatan Kabupaten
Organization; 2011. 1-111 p. Batang. Profil Kesehatan
Available from: Kabupaten Batang. Batang; 2013.
http://apps.who.int/iris/bitstream/1 11. Dinas Kesehatan Kabupaten
0665/44728/1/9789241564380_e Batang. ProfiI Kesehatan
ng.pdf Kabupaten Batang. Batang; 2015.
2. World Health Organization. 12. Kusnanto, Syafei. Faktor-faktor
Global Tuberculosis Report 2015 yang berhubungan dengan
[Internet]. Switzerland; 2015. kinerja P2TB-Paru Puskesmas di
Available from: Kota Jambi. Universitas Gajah
http://www.who.int/tb/publications/ Mada; 2006.
global_report/gtbr15_main_text.p 13. Kemenkes RI. Infodatin
df Tuberkulosis (Temukan Obati
3. Datiko DG, Lindtjørn B. Health Sampai Sembuh) [Internet].
extension workers improve Infodatin. 2015. Available from:
tuberculosis case detection and http://www.depkes.go.id/downloa
treatment success in southern d.php?file=download/pusdatin/inf
Ethiopia: A community odatin/infodatin_tb.pdf
randomized trial. PLoS One. 14. Astuti ED. Perbedaan
2009;4(5):1–7. Karakteristik Sosiodemografi dan
4. Dirjen P2PL Kementerian Praktik Petugas Kesehatan
Kesehatan RI. Pedoman nasional terhadap Penemuan Penderita
pengendalian tuberkulosis. J TB di Wilayah CDR Tinggi dan
Kesehat Masy. 2011;2011. CDR Rendah (Studi di
5. Dirjen P2PL Kementerian Puskesmas Wilayah Kota
Kesehatan RI. Pedoman Nasional Surakarta dan Kabupaten
Penanggulangan TB 2014. Sukoharjo). Universitas
Jakarta; 2014. Diponegoro; 2012.
6. M. Massi. Epidemiologi Penyakit 15. RYE A, Djam’an Y, Hadiwijoyo Y.
Infeksi TB di Indonesia Faktor-Faktor Yang
Pendahuluan. 2016;(Who Mempengaruhi Penemuan
2011):0–2. Penderita Tb Paru Di Kota Palu
7. Kementerian Kesehatan RI. Profil Provinsi Sulawesi Tengah. Ber
Kesehatan Indonesia 2015. Kedokt Masy [Internet].
Jakarta; 2016. 2009;25(2):59–68. Available from:
8. Dinas Kesehatan Kabupaten https://journal.ugm.ac.id/bkm/artic
Batang. ProfilKesehatan le/view/3565
Kabupaten Batang. Batang; 2014. 16. Dirjen P2PL Kementerian
9. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Kesehatan RI. Gedurnas TBC.

40
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 2, April 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Jakarta; 2002.
17. Afrimelda, Retnaningsih E. Model
Prediksi Kinerja Pengelolaan
Program dalam Capaian Case
Detection Rate Penyakit Tb di
Provinsi Sumatera Selatan. 2012;
18. Luxi Riajuni Pasaribu. Identifikasi
dan Eksplorasi Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Rendahnya
Case Detection Rate dalam
Program Tuberkulosis di
Kelurahan Cipinang Jakarta
Timur [Internet]. 2005 [cited 2017
Jun 10]. Available from:
http://ejournal.litbang.depkes.go.i
d/index.php/BPK/article/view/205
19. Widjanarko B, Prabamurti PN,
Widayat E. Pengaruh
Karakteristik , Pengetahuan Dan
Sikap Petugas Pemegang
Program Tuberkulosis Paru
Puskesmas Terhadap Penemuan
Suspek TB Paru di Kabupaten
Blora. J Promosi Kesehat
Indones. 2206;1(1):41–52.
20. Ayulestari D, Leida I, Sidik D.
Hubungan Kinerja Petugas
Dengan Case Detection Rate
(CDR) di Puskesmas Kota
Makassar. Makassar; 2014.
21. Husein RD, Tumiur Sormin.
Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Kinerja Petugas Program
TB Paru terhadap Penemuan
kasus Bary di Kabupaten
Lampung Selatan.
2012;VIII(1):52–9.
22. RI DA. Sistem Pendidikan
Nasional. UU RI Nomor 20 tahun
2003. Jakarta; 2003.
23. Deribew A, Negussu N, Melaku Z,
Deribe K. Investigation Outcomes
of Tuberculosis Suspects in the
Health Centers of Addis Ababa ,
Ethiopia. 2011;6(4):2–6.

41
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 2, April 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

42

You might also like